Misa Lingkungan Santo Agustinus, Paroki Santa Odilia – Cikupa – Tangerang, tanggal 19 November 2013 dipenuhi umat, dari anak-anak sampai insan yang telah memutih rambutnya. Paduan suara yang indah dari umat sederhana memecahkan kesunyian malam. Alunan lagu yang menawan itu mengungkapkan adanya pengharapan yang tak pernah binasa dalam jiwa mereka.
Pengharapan hidup itu terungkap dari seorang bapak dalam obrolan santai di teras setelah Misa selesai. Bapak itu berasal dari Tanah Karo, Sumatera Utara, di mana Gunung Sinabung meletus. Ia tinggal di rumah kontrakan sederhana karena tidak punya rencana untuk tinggal selamanya di Kota Tangerang. Ia bekerja sebagai sopir angkot sewaan trayek Balaraja. Istrinya bekerja sebagai buruh pabrik.
Mereka memiliki satu anak perempuan yang berusia tujuh bulan. Mereka terpaksa menitipkan anak tunggalnya itu kepada orang tua mereka di kampung halaman mereka. Keputusan ini diambil karena tidak ada pilihan lain. Mereka bekerja seluruh hari sehingga tidak mungkin sendiri mengasuh anaknya. Penghasilan mereka belum mencukupi untuk membayar seorang pembantu rumah tangga bagi anaknya tercinta. Setiap malam bayangan anaknya di tempat nan jauh sering menyiksa mereka. Kerinduan untuk bersatu dengan anaknya itu terus mengusik kalbu mereka. Kerinduannya itu diobatinya dengan seuntai kata yang ditujukan kepada anaknya : “Nak, tunggu bapak dan mama kembali setelah mengumpulkan uang untuk usaha di kampung halaman. Di sana nanti bapak dan mama akan bisa menghasilkan uang untuk sekolahmu kelak agar nanti engkau bisa mengangkat derajat keluarga dengan kesuksesanmu dalam segala hal”.
Bapak itu kemudian melukiskan keseharian hidupnya dalam rangkaian kata :
“Ketika matahari terbit tiba,
aku siap membanting tulang.
Mengejar penumpang di pinggir-pinggir jalan.
Mencari uang recehan sampai petang.
Kerinduanku cepat pulang kembali bersama istriku,
untuk mendoakan anakku yang tiada bersamaku.
Setiap lembaran uang yang terhitung dengan tanganku,
aku syukuri dengan penuh pengharapan :
‘Nak, semua uang ini adalah untuk masa depanmu”.
Pertemuan doa lingkungan menjadi kekuatan rohaniku
untuk tetap menyalakan pengharapanku”.
Pesan bagi kita: Apapun keadaan kehidupan kita, kita harus menjalaninya dengan penuh pengharapan yang disertai dengan perjuangan. Kita tidak dapat mengubah kehidupan kalau kita sendiri tidak berusaha mengubahnya. Perjuangan hidup yang penuh pangharapan akan berpuncak pada kebahagiaan. Tegarlah dalam melalui kesulitan karena sesudah kesulitan senantiasa ada kebahagiaan. Tuhan telah mengatur segalanya dengan akhir yang indah bagi hati yang tulus dan tak pernah menyerah. Karena itu, tautkanlah iman kita pada Tuhan karena ada pengharapan besar padaNya : “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibrani 6:19).
Selamat Natal dan Tahun Baru
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC