Pengantar dari Katolisitas :
Terima kasih kepada Fr. Yudi yang telah berkenan membagikan kisah pengalaman hidupnya tentang liku- liku perjalanan imannya yang membawanya ke seminari Karmelit di Malang, Jawa Timur. Tuhan memang mempunyai rencana yang indah dalam kehidupan setiap anak- anak-Nya, teristimewa dalam kehidupan Fr.Yudi yang telah berani menanggapi panggilan Tuhan untuk hidup membiara untuk menjadi seorang imam. Memang ada banyak tantangan yang harus dihadapi, namun kita percaya bahwa Allah yang telah memulai karya-Nya dalam kehidupan Fr. Yudi, akan juga membimbing Frater untuk selanjutnya, dan selamanya.
Mari bersama sebagai sesama anggota Tubuh Kristus, kita mendoakan Fr. Robertus Yudi Kristianto, agar niatannya untuk menjadi seorang imam dapat terpenuhi. Semoga melalui kesaksian hidupnya ini, banyak orang muda dapat terdorong untuk menanggapi panggilan Tuhan yang istimewa ini: yaitu untuk memberikan kasih yang total kepada Allah dan kepada sesama.
Kehidupan awal
Sebelum memulai cerita mengenai perjalanan hidup panggilan saya, perkenankan saya memperkenalkan diri saya terlebih dulu. Nama saya Robertus Yudi Kristianto. Saya anak pertama dari dua bersaudara, dilahirkan di Jakarta 24 tahun yang lalu. Saat ini saya berada di Malang, Jawa Timur, untuk menempuh pendidikan sebagai seorang Karmelit (frater Ordo Karmel). Cerita perjalanan hidup panggilan saya akan saya kisahkan sejak masa kecil hingga sekarang.
Saya dilahirkan di dalam sebuah keluarga yang cukup sederhana. Kedua orang tua saya adalah orang Katolik, khususnya ibu saya adalah orang yang sangat saleh dan taat beragama. Sejak kecil saya sudah dibimbingnya untuk juga taat beragama, pergi ke gereja, dan ikut kegiatan kegerejaan. Namun, sayang semua itu hanyalah harapan dari ibu saya saja. Sebagai seorang anak yang hidup di lingkungan Jakarta, tentu saja Yudi kecil juga terpengaruh oleh gaya hidup yang “semau gue”.
Awalnya karena masih kecil saya hanya ikut saja dengan kemauan orang tua, misalnya jika diminta pergi ke gereja bersama, saya mau tidak mau ikut saja dengan keinginan orang tua ini. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ketika usia saya semakin bertambah dan saya semakin besar, saya mulai berani untuk mengambil keputusan untuk tidak ikut ke gereja bersama dengan orang tua, dengan alasan akan pergi ke gereja sendiri saja. Saya menyebut ini sebagai “masa kegelapan hidup saya”.
Saya menyebutnya sebagai “masa kegelapan” karena memang hidup saya cukup “kacau” dengan melakukan banyak kenakalan remaja. Saya dapat menceritakannya demikian, karena sebagai seorang anak kecil saya sudah berani memberontak atau melawan kehendak orang tua. Saya juga sudah berani mencuri uang orang tua hanya demi untuk bermain playstation. Saya pernah juga terlambat pulang dan tanpa izin main ke rumah teman sepulang sekolah sampai malam hari, hingga membuat ibu saya khawatir. Sudah tak terkira banyaknya air mata yang dikeluarkan ibu saya karena kenakalan-kenakalan dan keras kepala saya dengan tidak mengikuti perintahnya. Dan yang paling parah, saya tidak pernah pergi ke gereja semenjak saya mengatakan akan pergi ke gereja sendiri. Saya memang pamit pada orang tua untuk pergi ke gereja, namun kenyataanya saya bukan ke gereja tetapi main ke tempat persewaan playstation.
Selama beberapa tahun demikianlah perjalanan hidup saya, tidak ada orang lain yang tahu tentang semua ini kecuali saya sendiri dan Tuhan. Namun, saat itu saya tidak pernah berpikir bahwa ada Tuhan yang memperhatikan gerak-gerik saya. Saya tumbuh menjadi anak yang tidak pernah menghayati imannya sebagai pengikut Kristus. Maka dari itu saya menyebut masa kecil saya sebagai “masa kegelapan”. Saya sering menganalogikan hidup panggilan saya sebagai suatu peristiwa “pertobatan”, yang saya identikkan dengan peristiwa pertobatan Rasul Paulus. Walaupun ini terkesan tak pantas karena menyamakan diri dengan Rasul Paulus, namun paling tidak demikianlah dapat sedikit saya gambarkan perjalanan hidup saya yang memang merupakan suatu bentuk perjalanan dari seseorang yang bertobat.
“Pertobatan”: awal perjalanan panggilan saya
Permulaan masa pertobatan ini terjadi menjelang saya lulus dari SMP. Waktu itu saya hendak menentukan untuk melanjutkan ke suatu SMA biasa. Namun tanpa saya minta, ibu saya menawarkan kepada saya untuk masuk ke sekolah seminari. Tentu saja saat itu saya tidak tahu apa itu seminari, yang nota bene merupakan sekolah untuk para calon imam. Pergi ke gereja bertemu dengan para romo atau ikut kegiatan gereja saja jarang, apa lagi mengenal yang namanya sekolah seminari. Setelah mendapat penjelasan dari ibu, saya mulai mempertimbangkan pilihan saya tersebut. Entah kapan persisnya, namun setelah saya mendapat tawaran tersebut saya mulai membawa kedua pilihan tersebut dalam doa-doa pribadi saya. Karena bagi saya apa yang akan saya pilih itulah yang akan menentukan masa depan saya selanjutnya. Menurut ibu saya, jika saya sekolah di SMA biasa, saya berpotensi untuk menjadi anak yang lebih “rusak”, namun jika masuk seminari, hidup saya akan lebih teratur dan saya akan menjadi anak yang lebih baik.
Peristiwa ini memang menjadi awal dari pertobatan saya, namun sesungguhnya ini bukanlah menjadi awal dari panggilan saya. Akhirnya, saya memang memutuskan untuk masuk ke seminari. Awalnya saya mendaftar dan ikut tes seleksi di seminari menengah “Wacana Bakti” di Jakarta, namun saya tidak lulus ujian seleksi. Menerima keputusan tersebut sebenarnya saya dan ibu merasa kecewa dan sempat putus asa, namun tanpa diminta seorang teman ibu saya datang ke rumah dan memberikan informasi bahwa di Bogor ada seminari menengah yang membuka pendaftaran. Singkat cerita, saya akhirnya mendaftar di seminari ini dan diterima. Saya pun menjalani pendidikan seminari menengah saya di seminari Stella Maris, Bogor, selama 4 tahun.
Hidup di seminari saya jalani sebagaimana layaknya anak SMA biasa. Teman-teman saya sejak kelas 1 sudah mulai menentukan akan masuk ke ordo, kongregasi, atau diosesan yang mereka minati kelak. Sedangkan saya tidak tahu apa-apa tentang semua istilah itu. Istilah seminari saja baru saya ketahui dari ibu saya. Selama 3 tahun kehidupan saya di seminari saya hayati sebagai layaknya anak muda biasa dengan tidak memiliki pikiran akan melanjutkan ke seminari tinggi manapun. Namun yang menarik adalah bahwa selama saya di seminari menengah ini, kehidupan rohani saya berubah sangat drastis. Saya menjadi sangat haus akan waktu doa, dan memang setiap kali ada waktu kosong atau saya sedang menghadapi suatu masalah, saya selalu membawa persoalan saya tersebut dalam doa. Dalam doa-doa saya, saya selalu memohon dukungan doa dari Bunda Maria, ibu Yesus Kristus. Karena itu pulalah saya memiliki devosi yang kuat terhadap Bunda Maria. Bagaimana pertama kali devosi ini muncul bagi saya saat itu rasanya tidak terlalu jelas. Ketika itu saya hanya merasakan bahwa saya ingin sekali berdoa dengan perantaraan Bunda Maria. Saya merasa hati saya menuntun saya untuk mohon didoakan oleh Bunda Maria, dan yang terjadi memang luar biasa bahwa saya mengalami banyak sekali kelegaan dan mendapat kekuatan setelah berdoa dengan perantaraan Bunda. Inilah yang saya rasakan waktu itu ketika di seminari menengah, saya merasakan gerakan hati untuk berdoa bersama Bunda Maria di hati saya. Namun, setelah saya menjadi lebih dewasa semua itu menjadi jelas bagi saya, mengapa saya memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Semua itu juga karena saya memiliki kedekatan yang mendalam dengan ibu saya, maka saya menjadi lebih mudah untuk dekat dengan Bunda Maria karena figur keibuannya itu. Dengan berdevosi kepada Bunda Maria, saya merasa dibawa lebih dekat kepada Yesus, Puteranya, untuk menghadapi tantangan dan kesulitan hidup ini.
Semua peristiwa ini menjadi awal dari perjalanan pertobatan saya. Sebelum masuk seminari saya merupakan anak yang sangat tidak rohani karena tidak pernah merayakan misa di gereja dan berdoa pribadi. Namun, setelah masuk seminari seolah-olah batin saya mulai memunculkan kerinduannya yang terdalam untuk dekat dengan Tuhan dan berdialog dengan-Nya. Kerinduan batin saya yang selama ini terpendam, karena saya tidak pernah mencoba untuk mendengarkan jeritan batin saya tersebut.
Ketika saya merasa sungguh terpanggil
Pengalaman saat saya mulai merasa sungguh terpanggil terjadi ketika saya mendapat kesempatan untuk mengikuti acara Minggu Panggilan di Paroki Herkulanus, Depok. Ketika itu kami mendapat tugas untuk koor di paroki dan membuka stan di sana. Hal ini sudah merupakan suatu “mukjizat” karena jika dipikir secara nalar, saya tidak mungkin dipilih sebagai anggota koor saat itu, karena saya tidak bisa menyanyi dan memang selama 3 tahun kehidupan saya di seminari, saya tidak pernah terpilih sebagai anggota koor. Singkat cerita saya mengikuti setiap proses persiapan koor itu dengan segala keterbatasan saya, yang sebenarnya bahkan saya nilai cenderung “merusak” koor, namun Tuhan sudah memilih saya untuk ikut dalam rombongan koor tersebut.
Saat itu saya sudah berada di kelas 3 SMA dan akan lulus. Sebenarnya dalam hati saya sudah sempat memutuskan untuk tidak akan melanjutkan ke seminari tinggi. Setelah lulus saya akan kuliah di luar saja. Namun, Tuhan berkehendak lain. Oleh karena itu saya menyebut saat itu sebagai saat awal dari “keterpanggilan” saya. Itu adalah saat ketika saya berada di Paroki Herkulanus, pada misa Sabtu sore dimana kami mengisi koor di gereja tersebut dalam rangka Minggu Panggilan. Saat itu ada seorang suster yang mensharingkan cerita panggilannya. Menyimak sharing suster tersebut, hati saya seakan tergerak. Saya merasa bahwa hidup saya tidak berarti apa pun, kok sampai dengan berani saya menolak panggilan Tuhan. Melalui peristiwa ini saya memikirkan kembali keputusan awal saya, hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan ke seminari tinggi. Pesan Rasul Paulus kepada umat di Filipi terasa seiring dengan langkah yang saya ambil saat itu, “…. aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada yang ada di hadapanku, dan berlari- lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Filipi 3: 13-14)
Dengan keputusan tersebut, maka konsekuensinya setelah saya lulus kelas 3 SMA, saya harus menjalani masa pendidikan untuk 1 tahun lagi sebagai masa persiapan sebelum masuk ke seminari tinggi. Masa ini saya sebut sebagai masa “pencarian”, yaitu pencarian akan ordo atau kongregasi yang akan saya pilih untuk bergabung. Tentu saja dengan memutuskan untuk tetap melanjutkan ke seminari tinggi tidak melepaskan saya dari satu persoalan mendasar yaitu saya tetap tidak tahu akan memilih ordo atau kongregasi yang mana. Jadi sekali lagi, saya membawa persoalan saya ini dalam doa-doa saya dengan perantaraan Bunda Maria. Waktu itu saya hanya berpegang pada satu prinsip bahwa saya ingin masuk ke ordo atau kongregasi yang bersifat pendoa dan memiliki devosi kepada Bunda Maria. Saya tidak ingin masuk ke diosesan manapun. Saya bawa ujud pribadi ini di dalam setiap doa-doa pribadi saya, dan akhirnya Tuhan menjawab kegelisahan saya tersebut.
Pada suatu hari, seorang kakak kelas saya yang sudah lulus jauh sebelum saya, bergabung ke dalam Ordo Karmel di Malang, dan ia mengirimkan sebuah brosur Karmel ke seminari kami di Bogor. Ketika saya membacanya, saya langsung merasakan adanya gerakan batin yang mengatakan bahwa inilah ordo yang dipilih Tuhan buat saya, dan Tuhan ingin saya masuk dalam ordo Karmel ini sebagai jawaban atas doa-doa saya. Hal ini juga merupakan sebuah mukjizat kecil buat saya, karena seumur hidup saya belum pernah mengenal ordo Karmel, belum pernah bertemu dengan imam Karmelit seorang pun, tetapi saya langsung tertarik hanya karena membaca brosur tersebut. Ordo Karmel adalah ordo pendoa dan memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Bahkan setelah beberapa waktu kemudian baru saya ketahui bahwa Maria merupakan dasar spiritual dari ordo ini, dan Maria sungguh menganugerahi ordo ini dengan berkatnya secara khusus melalui pemberian Sekapulir Coklat / Sekapulir Karmel oleh Bunda Maria melalui suatu penampakan, kepada pemimpin Karmelit yang kudus, St. Simon Stock. Mungkin karena dasar inilah saya langsung tertarik kepada Ordo Karmel, karena sesuai dengan gerakan hati dan prinsip saya selama ini.
Awal hidup baru di Karmel
Masuk ke Karmel bagi saya sudah merupakan perjuangan tersendiri karena itu berarti saya harus pergi dari Jakarta menuju ke Malang untuk orientasi. Saat datang ke sana, saya bersama dengan teman satu seminari, sehingga pada saat diadakan orientasi dan tes, kami berdua adalah peserta yang sama-sama datang dari Seminari Menengah Stella Maris, Bogor. Namun kini teman saya itu sudah menjadi awam. Saat hendak orientasi itu, kami sempat mendapat sedikit kendala dimana kami mengalami penundaan karena satu dua hal, namun entah kenapa saya pribadi tetap merasakan semangat yang berkobar untuk paling tidak datang ke Karmel dan ikut merasakan kehidupan para Karmelit di sana. Akhirnya, kami berdua pun mendapat kesempatan untuk melakukan orientasi ke Malang, tepatnya kami menjalani masa orientasi kami di Biara Novisiat Karmel di Batu, Malang.
Setelah beberapa hari menjalani masa orientasi ini, secara pribadi saya telah mantap untuk memilih Ordo Karmel sebagai ordo yang akan saya masuki kelak. Kehidupan di seminari pun berjalan seperti biasa dan setelah saya lulus dari seminari menengah, saya langsung menjalani tes penyaringan masuk ke Ordo Karmel di novisiat Batu tadi. Semua proses seleksi saya jalani dengan sebaik-baiknya, dan memang membuahkan hasil. Saya diterima masuk dalam Ordo Karmel. Namun masa novisiat 2 tahun saya jalani dengan cukup sulit, karena saya memiliki banyak keragu-raguan dalam menanggapi panggilan ini. Saya cukup sering bertanya dalam hati apakah ini sungguh panggilan saya? Keraguan semakin menebal saat saya menghadapi kenyataan bahwa dari 13 orang yang masuk ke novisiat bersama-sama dengan saya, satu persatu dari mereka mulai meninggalkan biara.
Tantangan demi tantangan
Masa novisiat 2 tahun itu ternyata masih dapat saya lalui dengan cukup baik walau harus menghadapi masa krisis doa yang cukup berat, sehingga akhirnya saya diizinkan untuk mengikrarkan kaul perdana saya. Pengikraran kaul perdana ini menjadi tanda bahwa saya telah resmi diterima sebagai anggota sementara Ordo Karmel Indonesia dan sekarang saya menyandang status sebagai frater profesi dan bukan lagi sebagai frater novis. Setelah itu kehidupan saya berganti, saya dan teman-teman yang lain harus pindah dari biara novisiat di Batu ke biara “Beato Titus Brandsma” di Malang. Di sini adalah tempat para frater menjalani masa pendidikan strata 1. Untuk itu kami harus tinggal di tempat ini selama 4 tahun untuk menyelesaikan kuliah filsafat teologi kami di STFT Widya Sasana, Malang.
Kehidupan saya di biara Titus Brandsma ini ternyata juga tidak membaik, satu persatu masalah datang silih berganti. Masalah yang satu belum selesai, yang baru sudah datang lagi. Kehidupan saya terasa semakin berat. Belum lagi saya harus menghadapi persoalan dalam bidang studi. Saya harus mengakui bahwa saya bukanlah anak yang cerdas dan saya memang mengalami sedikit kesulitan dalam menempuh studi di STFT ini. Persoalan-persoalan yang saya hadapi lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi saya sendiri, seperti kekeringan dalam hidup doa yang berkepanjangan, masalah sakit yang sampai membuat setiap segi kehidupan saya menjadi kacau, dan masih banyak lagi. Sedangkan persoalan kehidupan membiara seperti berelasi dengan sesama frater, romo, dan umat sekitar saya tidak terlalu mengalami persoalan yang berat.
Persoalan-persoalan pribadi yang harus saya hadapi ini memang merupakan penghalang terbesar dalam hidup panggilan saya ini. Banyak sekali saya mengalami jatuh bangun yang hampir selalu membuat saya putus asa. Apalagi sekarang saya harus menghadapi kenyataan bahwa sakit saya sudah cukup menganggu hidup panggilan saya, dan saya diharuskan segera memperbaiki segalanya, jika tidak, maka hidup panggilan saya tidak dapat diteruskan dan saya tidak akan diizinkan untuk menjadi imam Karmelit. Mengapa ini menjadi persoalan yang amat memberatkan buat saya, karena sakit ini membuat kehidupan saya kacau. Studi saya menjadi terhambat karena saya sempat mendapat nilai “E” untuk satu mata pelajaran, dan itu berarti saya harus menunda satu tahun untuk selesai S1; juga dalam relasi dengan orang lain saya menjadi canggung dan terhambat; dan masih banyak lagi sebenarnya yang menyulitkan hidup saya di biara.
Namun saya ingin tetap bertahan, seraya memegang erat janji Tuhan yang selalu dapat saya temukan di dalam 1 Kor 10:13, “Pencobaan- pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan- pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya.” Dan saya tahu bahwa dengan berpegang erat kepada Tuhan saya akan selalu mengalami pertolonganNya.
Misteri panggilan Tuhan bagi saya
Kehidupan di biara memang kelihatan “berat”, namun kita dapat bersama-sama melihat ke dalam kehidupan kita masing-masing adakah hidup kita saat ini selalu terasa enak dan tidak memberatkan? Apapun pilihan hidup kita, kita selalu mengalami konsekuensi bebasnya, konsekuensi yang muncul karena pilihan bebas kita. Setiap pilihan hidup kita akan selalu memiliki sisi menyenangkan maupun sisi yang kurang menyenangkan. Inilah yang dinamakan kehidupan.
Banyak orang berkata bahwa pilihan untuk menjalani hidup selibat itu berat dan tidak menyenangkan, apakah Anda setuju dengan pernyataan ini? Selama manusia hidup di dunia akan selalu mengalami dua hal, yaitu yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Saya mengalami bahwa hidup panggilan sebagai seorang selibat haruslah sungguh-sungguh didasarkan pada panggilan Tuhan sendiri. Inilah prinsip utama yang menurut saya harus dipegang oleh setiap orang yang tertarik dengan panggilan hidup selibat, untuk melayani dan bekerja di kebun anggurNya.
Saya akan menggambarkan maksud dari “panggilan Tuhan” tersebut. Panggilan Tuhan ini saya sering menganalogikannya dengan suara batin atau suara hati. Panggilan hidup sebagai seorang selibat haruslah merupakan suatu gerakan hati, dan itulah sebabnya mengapa panggilan itu disebut suatu misteri karena memang “tidak jelas” bahkan bagi diri si terpanggil sekalipun. Saya mengambil contoh dari kisah hidup saya sendiri. Saya merasa terpanggil ketika saya akan lulus SMA. Pada kisah panggilan hidup saya di atas, saya merasa terpanggil setelah saya mendengarkan sharing dari seorang suster. Saya merasakan adanya suatu gerakan hati untuk terus melangkah melanjutkan panggilan saya. Saya merasa bahwa Tuhan masih menginginkan saya untuk lanjut, dan ini jugalah yang menjadi pegangan saya sampai hari ini bahwa saya “MERASA” Tuhan masih memanggil saya. Maka walaupun saya harus mengalami banyak sekali kesulitan dalam menjalani hidup panggilan saya ini, saya masih dapat bertahan sampai hari ini karena saya “merasa” Tuhan masih memanggil saya. Pengalaman merasa ini adalah sangat individu bagi setiap pribadi dan mungkin akan dialami atau dirasakan secara berbeda-beda oleh setiap orang. Sebab Tuhan sering bekerja secara sangat personal dalam kehidupan kita. Walau kadang Tuhan juga bekerja di dalam dan melalui komunitas. Hanya kita masing-masing yang mampu mengenali rasa “merasa” itu dan perasaan itu tidak selalu mudah untuk dibagikan kepada orang lain yang tidak merasakannya atau mengalaminya dalam bentuk yang berbeda.
Saya mengatakan bahwa panggilan itu misteri bahkan bagi diri si terpanggil sekalipun, maksudnya bagi diri orang-orang yang sudah menjalani hidup membiara atau sebagai rohaniwan (bukan yang baru tertarik dengan hidup selibat). Ini karena saya sendiri dapat mengatakan bahwa saya pun belum sepenuhnya yakin bahwa saya sungguh-sungguh terpanggil, juga semua orang yang hidup selibat pasti akan mengalami pergulatan ini setiap hari. “Panggilan itu sekuat jawabannya”. Kalimat ini sungguh menginspirasi saya, bahwa kesungguhan panggilan Tuhan ini dipengaruhi oleh jawaban kita. Kami memang belum yakin sepenuhnya apakah Tuhan sungguh-sungguh memanggil kami, maka dari itu kami harus membarui jawaban “YA” kami setiap hari.
Lalu adakah indikasi-indikasi yang mampu membuat para kaum selibater ini masih merasa yakin bahwa Tuhan masih memanggil mereka? Jawabannya: ya ada! Kita ambil contoh kasus hidup saya sendiri saja, walaupun saya harus mengalami banyak sekali kesulitan dalam belajar, bersosialisasi, berdamai dengan diri saya sendiri, relasi dengan Tuhan, dan sebagainya. Namun, saya masih dapat bertahan hingga sekarang walaupun saya mengalami bahwa hidup sebagai seorang selibat itu berat, saya masih merasakan bahwa Tuhan sungguh memberkati hidup saya di tempat yang saat ini saya pilih. Tuhan masih memberi saya KEBAHAGIAAN dan sekian banyak RAHMAT serta ANUGERAH kehidupan. Inilah dua kunci atau indikator yang dapat dijadikan patokan bagi seseorang bahwa memang jalan hidup yang dialaminya saat ini sungguh merupakan pilihan hidup yang tepat bagi dirinya. Saya merasakan kebahagiaan karena selama ini saya mengalami banyak sekali perubahan dalam hidup saya. Saya kini tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dan mandiri. Menjadi pribadi yang percaya diri dan berani. Semua hal ini belum tentu akan saya dapatkan jika saya tidak berada di biara. Saya juga dapat mengenal dan bertemu dengan banyak orang, mencintai banyak orang dengan tidak eksklusif. Inilah anugerah-anugerah dan kebahagiaan yang saya rasakan selama saya menjalani hidup panggilan saya di biara ini.
Jadi, apapun pilihan hidup kita saat ini, satu hal yang harus selalu kita pegang sebagai prinsip hidup kita bahwa kita harus selalu bertanya setiap hari kepada diri kita sendiri: Apakah aku bahagia dengan hidupku saat ini? Tidak ada bentuk kehidupan di dunia ini yang sepenuhnya hanya berisi hal-hal yang menyenangkan, bahwa selama manusia hidup di dunia ini haruslah berjuang dan perjuangan ini menandakan bahwa kehidupan ini memang sungguh berat! Tuhan sendiri mengundang kita untuk selalu datang kepadaNya, seperti yang Ia ungkapkan dalam Matius 11:28, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kita nanti, apa yang Tuhan rencanakan bagi hidup kita kelak. Satu hal dapat kita lakukan sebagai manusia adalah selalu ikut kehendak Tuhan, caranya dengan berpasrah. Inilah yang menjadi pegangan hidup saya saat ini, bahwa menjadi apa saya kelak semua saya serahkan kepada rencana dan kehendak Tuhan sendiri. Bagaimana cara supaya kita dapat sedikit “tahu” terhadap rencana Tuhan ini dalam hidup kita? Yaitu dengan berdoa, menjalin relasi yang mendalam dengan Tuhan. Sebagaimana diteladankan oleh banyak nabi-nabi di perjanjian lama, salah satunya nabi Elia.
Terus bergantung kepada Tuhan sepanjang sisa perjalanan yang menentukan
Kini, kami satu angkatan hanya tinggal 4 orang (sebelumnya 13 orang) dan kami semua harus berjuang dengan persoalan diri kami masing-masing. Khususnya saya yang memang sudah mendapat ultimatum bahwa saya harus segera melakukan perubahan dalam waktu 1 tahun ke depan ini, jika tidak ingin dikeluarkan. Bagi saya kenyataan ini memang sangat berat, namun dalam keyakinan saya yang terdalam saya masih mau berharap pada Tuhan. Dalam suatu retret akhir tahun, saya menggunakan kesempatan tersebut untuk memperbaharui niat dan motivasi saya untuk ke depan. Saya ingin kembali memperbaiki relasi doa saya dengan Tuhan yang selama ini terhambat karena krisis yang berkepanjangan. Setelah retret tersebut saya mulai mendapat semangat baru dalam hidup doa saya. Saya sadar bahwa tidak banyak yang dapat saya buat untuk sembuh dari sakit ini, maka dari itu saya hanya dapat berbuat semampu saya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan lewat doa-doa saya. Saya mau percaya bahwa jika memang Tuhan menginginkan saya untuk menjadi imam-Nya, maka IA pasti akan membantu saya untuk dapat keluar dari setiap persoalan yang harus saya hadapi saat ini dan kelak. Saya hanya dapat berpasrah dan membuka diri dan hati saya untuk menerima urapan rahmat kasih-Nya. Saya meyakini satu hal dari Tuhan yang saya ikuti ini, bahwa IA adalah Allah dan Tuhan yang bertanggung jawab. Jika IA memberikan sesuatu hal bagi manusia, maka IA akan menyelesaikannya pula. Jika Tuhan telah memulai sesuatu pekerjaan yang baik di dalam kita, Dia akan meneruskannya sampai pada kesudahannya (Filipi 1:6
“Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”).
Jika Tuhan memberikan saya “sedikit” cobaan ini, maka saya percaya bahwa Tuhan akan membantu saya. Saya percaya dan bahkan saat ini saya mulai merasakan bahwa Tuhan mempunyai maksud di balik semua ini, saya merasakan bahwa sepertinya Tuhan sedang menyiapkan saya untuk sesuatu yang lebih besar di depan saya nanti. Tuhan punya rencana atas hidup setiap manusia di dunia ini, dan saya (serta kita semua) hanya diminta untuk pasrah dan mengikuti saja akan apa yang diminta oleh Tuhan. Apa pun yang terjadi saat ini dalam diri saya dan masing-masing dari kita, biarlah semua itu terjadi, karena Allah peduli! Bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita merupakan HADIAH BESAR pemberian Tuhan kepada kita anak-anak-Nya yang terkasih.
Oleh Fr Robertus Yudi, O Carm
Selamat berjuang karena hidup adalah perjuangan…Tuhan tidak akan pernah membiarkan umatNya berjuang sendiri. Kita berjuang bersama dalam panggilan yang sama. selamat dan Berkah Dalem
Salam kenal,
Puji Syukur kepada Tuhan karena melalui wadah ini,banyak orang yang mulai mencari dan menemukan panggilan Tuhan bisa saling berkomunikasi. saya mau mengusulkan : apakah dimungkinkan kalau dalam katolisitas ini, ditampilkan juga daftar ordo atau kongregasi yang ada di Indonesia beserta dengan alamatnya.
terima kasih
salam dan doa
[Dari Katolisitas: Jika ada dari pembaca yang berkenan memberikan daftarnya maka kami bersedia menampilkannya di situs ini. Terima kasih atas saran ini.]
Diakon Ignas CDD
Shalom,
Sy jg merasakan hal yg sama untuk bisa menanggapi panggilannya. Dan sekarang ini sy sedang mencari2 kemanakah sy harus pergi, walaupun ini semua ditentang habis2an oleh kedua orang tua saya. Beberapa waktu yg lalu sy sempat mengikuti live-in di biara Shanti Bhuana (CSE)-Cikanyere, dan skrg rencananya sy ingin juga live-in di biara O’Carm namun sy kurang mendapat info biara2 dsana, mungkin apabila ada yg tau saya mohon informasi nya. Trims
Oia, cerita sharing anda semua disini memberi saya motivasi lagi untuk tetap melanjutkan niat saya ini, mohon doa dan dukungannya. Salam damai
Shalom Willy,
Terima kasih atas sharing Anda. Wira, Seorang pembaca katolisitas dan sekarang mengasuh kolom gulali Santo-Santa (https://katolisitas.org/category/gulali-santo-santa) mempunyai pengalaman seperti yang Anda alami. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya dia masuk ke biara O’Carm. Saya telah mengirimkan email pribadi kepada Anda untuk kontak langsung kepada Wira. Semoga niat baik Anda mendapatkan jalan yang baik. Yakinlah kalau kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka Dia sendiri akan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (lih. Rom 8:28). Kami juga mengundang seluruh pembaca katolisitas untuk turut mendoakan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Oh iya,
trims sebelumnya, dan tetap mohon doa.
Kebetulan sy jg sudah ada kontak2an dg Wira, trima kasih banyak
haiii,,salam perkenalan,kepada tim katolisitas,,sy dari malaysia,beragama katolik,,
shallom,,,maaf,,sy cuman minta pendapat,,gmana rasanya ada panggilan,untuk menjadi suster atau pelayan tuhan?
Salam Marlena,
Pertama-tama harus muncul rasa ingin. Pada zaman dulu syaratnya ialah ada rasa ingin yang meluap-luap atau kerinduan yang berkobar-kobar. Namun pada masa kini, minimal ada keinginan saja sudah cukup bagi Anda untuk melamar testing memasuki biara. Jika lulus test, maka kemantapan bisa dipupuk dan ditumbuhkan makin kuat dalam biara.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
terima kasih,kerana sudi membalasnya….jawapan romo,begitu memuaskan,,,god bless you…
Terimakasih Frater Yudi, atas jawabannya yang begitu memuaskan saya. Oh berarti Frater Yudi dekat dong dengan saya, karena saya sering ke Rajabasa ke tetangga Frater (Biara SVD) untuk jenguk Romo Willi Leman, dan ke rumah tante saya di jalan Simpang Tambora no 12. Malahan yang sering ke tempat tante saya Romo Paul. Oh ya, Danny tanya lagi tidak apa apa kan ? Yang mau Danny tanyakan : ketika kita mengalami satu pergumulan batin (dalam memutuskan suatu persoalan) kita kan tidak tau hasilnya yang akan datang. Lalu dalam pergumulan batin itu muncullah 2 suara hati yang dari Allah dan dari Iblis. Bagaimana cara membedakan suara hati (yang ada di hati kita) apakah itu dari suara iblis ataukah dari Yesus? Karena selama ini yang terjadi selalu terjadi kebingungan dalam menentukan suara hati, walaupun sudah didahului dengan proses doa untuk memohon rahmat Tuhan. Terimakasih Fr Yudi, Danny tunggu kabarnya, kapan kapan kalau Danny libur kerja Danny mampir ke tempat Fr Yudi. Tks JBU
Salam Kasih Fr Yudi,
saya sangat terkesan dengan cerita pengalaman hidup dr Frater. Tahun ini saya berumur 20 tahun, dan tahun ini juga saya ingin bergabung dengan para Biarawati Karmel di Manado. Doakan saya semoga cita-cita saya dapat terwujud.
[dari Katolisitas: kami turut bersatu dalam doa kepada Tuhan untuk mohon bimbingan dan rahmatNya bagi Saudari dalam menanggapi panggilanNya untuk bergabung dengan biara Karmel di Manado. Semoga Bapa yang Maha Kasih senantiasa meneguhkan rahmat panggilan itu dan menyertai Anda menjalaninya dengan baik hingga cita-cita Anda terwujud, sesuai dengan kehendakNya]
Dear Sdri. Ekaristi Rosario,
sukses selalu untuk perjalanan panggilan anda, doa saya selalu menyertai anda. selamat berjalan bersama Allah di jalan karmel, mari kita berjuang bersama untuk mencapai puncak gunung karmel yaitu Yesus sendiri yang tidak lain adalah tujuan akhir hidup kita semua. semoga Tuhan sendiri yang memberi anda kekuatan untuk menghidupi cara hidup yang lebih radikal ini, mintalah selalu kekuatan dan penyertaan-Nya maka anda akan setia di jalan panggilan ini. GBU
In Carmelo,
fr. yudi, O. Carm
Salam kasih Fr. Yudi,
Terima kasih atas sharing nya. Saya sangat terkesan dengan cara pandang dan pola pikir frater yang sungguh terbuka dengan hati yang demikian juga peka. Seiring dengan banyaknya hal yang frater kemukakan menunjukkan bahwa untuk mengabdi kepada Allah berarti sungguh-sunguh bersedia menjadi ‘pelayan’ atau bahkan benar-benar bersedia menjadi ‘hamba’ Allah (Mat 20:26-27). Keteguhan iman dan ketaatan yang konsisten alias terus menerus dalam berdoa dan bekerja/berbuat kasih/melayani menjadi komitmen dan tanggung jawab yang luar biasa untuk selalu hidup kudus. Oleh karenanya tidaklah heran bahwa hanya melalui Kristus sajalah menjadikannya mungkin terjalin kesatuan kasih yang sehati dan sepikir agar mampu atau sanggup bekerjasama dengan-Nya hingga dapat terus terbina keakraban kasih sejati dalam Dia. Yang pada akhirnya kasih kesetiaan abadi kepada Allah Bapa sajalah yang akan senantiasa mengalahkan kekecewaan, keputusasaan, kepedihan, kedukaan atau kesulitan lainnya seberat apapun juga. Demikian kesan dan pesan yang dapat saya terima. Saya turut mendukung dan mendoakan frater Yudi.
Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela
Dear Sdri. Rafaela,
terima kasih banyak atas dukungan doa dan sarannya pada saya. Saya akan berjuang sekuat tenaga saya untuk dapat tetap bertahan di jalan panggilan ini. Saat ini ada satu persoalan besar menghadang di depan saya, dan itu sungguh mampu menghentikan perjalanan saya. Saya sendiri tidak dapat berharap banyak dari diri saya sendiri, saya hanya dapat tetap berharap pada Tuhan. Semoga saya dapat mengatasi persoalan saya yang satu ini, dan akhirnya saya dapat memenangkan semua ini. Semoga saya tidak mengecewakan banyak orang yang mungkin mendukung saya di jalan panggilan ini. Doa dan dukungan moral selalu saya butuhkan khususnya saat-saat berat ini. Terima kasih banyak. Semoga Tuhan berkati hidup kita semua. Amin
Kasih dan doaku,
Fr.Yudi,O. Carm
Fr. Yudi yang saya hormati,
Saya harap saat Anda membaca ini, Anda masih setia terhadap Allah yang memanggil Anda. Sekiranya ada yang bisa saya bantu, silahkan minta email saya kepada tim katolisitas. Saya berdoa agar Anda selalu mengatakan “Ya” kepada Yesus yang memanggil Anda setiap harinya. Rahmatnya tidak akan pernah terlambat.
Ad Maiorem Dei Gloriam.
Edwin ST
Dear Sdr. Edwin,
terima kasih banyak atas dukungan dan tawarannya, saya akan sangat senang sekali berkenalan dengan anda lebih jauh. Saya kira tim katolisitas dapat memberikan email anda kepada saya.
sampai sekarang saya masih ingin setia kepada Allah, saya sudah mengajukan lamaran untuk pembaruan kaul saya. Namun semuanya pada akhirnya harus saya serahkan kepada Allah, jika memang Ia masih memperkenankan saya untuk tetap di jalan ini tidak akan ada yang mustahil. Saya hanya tinggal menunggu keputusan para romo pembimbing saya apakah kaul saya diterima oleh mereka, dengan mempertimbangkan banyak aspek kehidupan harian saya. Saya sudah berusaha untuk memberi yang terbaik namun sisanya biar Tuhan yang melengkapi. Saya hanya bisa berpasrah pada setiap keputusan nanti. Doakan saja semoga mereka masih memperkenankan saya untuk berjuang lebih baik lagi, sampai hari ini saya masih menunggu keputusannya.
terima kasih atas dukungannya dan senang berkenalan dengan anda.
In Carmelo,
fr. yudi, O.c
Fr. Yudi yg saya hormati,
Saya senang mendengar bahwa Anda masih berani mengajukan pembaharuan kaul. Kalau Tuhan memang memanggil Anda menjadi imamNya dan Anda meng-iyakan pasti terjadi. Tetapi terkadang hal yang sulit ialah Tuhan mau Anda di ‘rumah’ yang mana? OCarm, OFM, OFM Cap, SJ, SDB, SVD, FI, OP, atau projo? Saya pernah dengar cerita beberapa romo yang sudah beberapa kali pindah ‘rumah’. Sekarang pun saya punya kawan yang nanti September 2012 tahbisan imam setelah 20 tahun membiara karena pindah – pindah ‘rumah’. Tak tanggung – tanggung, dulu beliau di Malaysia sekarang di Australia. Dia cerita, sampai – sampai seluruh mata pelajaran tambahan Filsafat dan Teologi sudah pernah dia ambil selama kurun waktu 20 tahun tersebut.
Menghidupi panggilan tidak mudah, saya salut sama Anda.
Tim Katolisitas saya ijinkan untuk meneruskan alamat email anda ke Frater Yudi.
Ad Maiorem Dei Gloriam!
Edwin
Shallom Fr. Yudi,
Puji Tuhan di atas balasan serta renungan yg sy terima dari Father…sy semakin mendapat keyakinan dan kekuatan baru untuk menikmati panggilan Tuhan yg misteri itu, sebagai pengetahuan Father, sy sudah pernah mengikuti retret panggilan pada suatu ketika dahulu, yg dikendalikan oleh paderi diosis (untuk menjadi Father Diosis) tp ternyata minat sy bukan di dalam Father Diosis, sy jg pernah mengikut retret panggilan yg di kendalikan oleh Puteri Karmel di pertapaan tambunan, tetapi masih jg tidak merasakan tempat sy di sana….Pertapaan Karmel ini telah di asaskan oleh romo yohanes indrakusuma, memandangkan ordo ini masih agak baru di sabah, malaysia maka sy merasakan agak kurang selamat untuk masuk disana sebab setiap tahun ada sj yg sudah masuk, tetapi di keluarkan dgn alasan yg kurang jelas…tetapi sejujurnya, di sudut hati kecil sy, sy benar2 punya kerinduan untuk menjadi pekerja di ladang Tuhan dan sekaligus rindu untuk mendapat kan sakramen imamat itu. Di sabah, ordonya terlalu terhad…yg ada cuma dua iaitu, paderi diosis dan ordo brother CSE (Pertapaan Karmel) jadi untuk membuat peninjauan pd ordo2 lainnya terlalu terhad…sejujurnya, kerinduan itu masih tetap ada sehingga kini, cuma sy tidak tahu d mana lagi ordo lain yg blh sy pergi dan melakukan proses peninjauan….
Salam kasih saudara Joe,
Menanggapi pernyataan saudara tentang…’sebab setiap tahun ada sj yg sudah masuk, tetapi di keluarkan dgn alasan yg kurang jelas…’ tampaknya bacaan liturgi dalam minggu ini dapat memberi pencerahan akan proses panggilan hidup menjadi seorang imam yang hampir serupa seperti halnya proses panggilan hidup menjadi seorang raja atau menjadi salah seorang murid Yesus (Markus 3: 13-19).
Yang mana sebagai kriteria calon raja seperti tertulis dalam 1 Sam 16: 7
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
Dengan ketentuan atau syarat nya yang adalah benar-benar nyata ‘terus menerus/konsisten’:
•bekerja/melayani (1 Sam 16: 11: … sedang menggembalakan kambing domba) dan
•beriman teguh pada-Nya’ (1 Sam 17:37: Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.”).
Dalam proses nominasi maka calon raja akan diuji ‘ketaatan dan keteguhan’-nya guna membuktikan komitmen dan tanggungjawabnya dalam bersikap dan bertindak baik, benar dan jujur akan kasih pelayanannya (1 Sam 24:3-21).
Yang pada akhirnya Allah Bapa jugalah yang menentukan siapa yang layak dan pantas menerimanya (2 Sam 5: 3-4), yaitu yang terbukti kesetiaan hatinya untuk memiliki pengendalian atau penguasaan diri yang baik dan senantiasa lebih mengutamakan kehendak Allah daripada keinginan dirinya sendiri walau harus terlebih dulu menghadapi duka cita dan derita (2 Sam 1:1-4, 11-12, 19, 23-27).
Demikian kiranya hasil renungan yang dapat saya mengerti dari bacaan liturgi dalam minggu ini. Mohon maaf bila ada salah kata atau kurang tepat penafsirannya. Untuk tim katolisitas silahkan meralatnya dan dengan berbesar hati saya menerima koreksinya serta terima kasih pula tentunya.
Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela
Shallom Sdri. Anastasia,
Sy amat bersyukur diatas renungan dan kesaksian yg telah dikongsikan olh sdri. sejujurnya untuk masuk ke dalam ladang Allah, bnyk hal dan kepentingan diri yg perlu di sangkalkan…kterbukaan dan kerelaan untuk dibentuk seperti tanah liat yg dibentuk menjadi bejana untuk kegunaan ramai, demikian jg emas yg di bakar untuk dpt dihasilkan menjadi emas yg murni, semuanya itu memerlukan kerendahan hati dan keteguhan iman padaNYA…sy faham skrg, puji Tuhan.
Salam,
Joe
Panggilan adalah misteri dan rahasia Allah. Kesaksiaan ini mengingatkan akan perjalanan panggilan hidup saya juga demikian. Semoga benih panggilan Tuhan yang telah tumbuh dalam hidup kita, kita semakin berani dan mampu untuk menjawabNya walaupun ada banyak tantangan dan rintangan datang silih berganti. Salam kenal bro,,,,,
salam kenal juga frater maaf terlambat memberi balasan, saya jarang buka internet soalnya heheheee…
mari kita sama-sama berjuang untuk tetap setia di jalan ini, semoga kehendak Tuhanlah yang terjadi atas hidup kita semua. Amin
Shalom Father
saya amat tersentuh akan kesaksian perjalanan iman father di dalam menyahut panggilan Tuhan…memang untuk menjadi paderi bukanlah satu hal yg mudah untuk diputuskan dengan berkata “ya” sekiranya belum ada keterbukaan dan persiapan yg cukup dan khusus untuk itu…tapi father, apa yg ingin saya sharekan di sini ialah, sy jg mempunyai kerinduan untuk melayani di ladang-NYA, cuma sy tidak tahu bagaimana untuk memulakan segalanya dalam keadaan sy sekarang ini yg umurnya sudah hampir menjangkau 36 tahun…sy mempunyai kerinduan itu, tetapi perasaan tidak layak itu yg sering menghalangi sy…
Joe Yth,
Saya mengagumi dan memberikan apresiasi atas keterbukaan dan keberanian menjawab panggilan Tuhan. Motivasi awal ini perlu dimurnikan apakah benar Tuhan memanggil anda? Caranya adalah mengikuti retret panggilan. Saya tidak tahu di Malay jadwal itu tetapi di Indonesia ada retret panggilan. Jika anda serius nanti saya akan berikan. Rumah retret Panti Semedhi Sangkalputung dan Girisonta memberi kesempatan itu. Lalu untuk awal ini sebaiknya anda live-in di biara atau pastoran untuk konsultasi dan hidup bersama dengan rama atau live-in di Seminari selama seminggu. Setelah itu bagaimana perasaan anda? Bagaimana suara hati anda? Masihkah menggema panggilan itu dan mendorong anda untuk maju? Ikutilah retret panggilan menjadi religius/imam. Setelah anda mantap, baru masuk ke Seminari Tinggi, tentu melalui kursus persiapan selama 2 tahun di KPA.
Salam,
Rm Wanta Pr.
Tambahan jawaban dari Fr Yudi :
Dear Joe,
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas dukungannya pada saya. Sampai hari ini saya pun masih berjuang untuk menanggapi panggilan Tuhan ini.
Sdr. Joe kalau persoalan Anda adalah karena merasa tidak layak, saya jadi bertanya apa yang membuat Anda selama ini merasa tidak layak sehingga mengurungkan niatnya menjadi imam? Kalau menurut refleksi saya selama ini dan mendengar pendapat dari romo pemimbing saya (saya dulu juga pernah bergulat tentang ketidaklayakan kita sebagai manusia untuk menjadi imam). Sdr. Joe sebagai seorang manusia yang berdosa (Anda, saya dan semua saja) pastilah kita tidak layak di hadapan Tuhan. Apalagi saya sebagai calon imam saya lebih merasa tidak layak, karena tugas yang suci dan luhur ini harus saya emban yang notabene juga orang yang sangat berdosa. Namun, Sdr. Joe, Tuhan sendiri mengatakan bahwa Dia datang bukan utk orang sehat tetapi orang sakit. Yesus berkarya justru lebih memilih melayani para pendosa, orang miskin dan orang sakit. Dan mengapa Yesus malah mengecam para ahli taurat dan orang farisi? Itu karena orang miskin, pendosa (spt. pelacur) dan orang sakit adalah orang-orang yang sadar akan keberdosaan mereka, akan ketidaklayakan mereka di hadapan Tuhan (di zaman Yesus orang sakit, miskin dan pelacur dianggap sebagai orang-orang yang hidupnya tidak diberkati Allah dan pendosa berat maka juga dikucilkan). Dan Tuhan sungguh memerhitungkan hal itu sebagai iman, maka justru dengan berbekal kesadaran diri akan keberdosaan mereka dan iman mereka untuk mau percaya pada Yesus dan disembuhkan. Apa yang terjadi Tuhan Yesus sungguh mengampuni dosa mereka dan menyembuhkan kelemahan-kelemahan diri mereka (baik fisik maupun batin). Dan mengapa orang farisi dan ahli taurat dikecam? Itu karena mereka sombong ! Mereka merasa diri baik dan suci, padahal mereka lebih banyak dosanya dibandingkan orang-orang miskin dan pelacur! Kenapa lebih besar dosanya? Karena mereka tidak sadar akan dosa-dosa mereka, mereka sombong dan tidak mau percaya Yesus yang adalah Mesias. Ingat perumpamaan Yesus bagi mereka ini? Mereka bagaikan kubur yang dicat putih luarnya tetapi dalamnya penuh kebusukkan, dan sebagainya ada dalam Kitab Suci.
Jadi apa yang mau saya katakan di sini adalah tidak usah terlalu memikirkan ketidaklayakan kita di hadapan Tuhan, dan menjadikan itu sebagai penghalang untuk mempersembahkan diri bagi Tuhan. Kalau Sdr. Joe sadar akan ketidaklayakan saudara, justru itu baik sebagai modal awal mengikuti Yesus. Bagi Tuhan apa yang di depan adalah lebih penting dari yang sudah berlalu, kalau kita sudah mau menyesali dosa dan kesalahan kita, bertobat dan mohon ampun pada Tuhan, maka Tuhan akan mengampuni kesalahan kita dan melupakan apa yang ada di belakang, yang penting adalah setelah kita bertobat apakah kita akan jatuh lagi dalam lubang yang sama? Ataukah pertobatan kita hanya pura-pura? Tapi bagaimana pun juga Tuhan tetap mahapengasih dan Ia pasti akan mengampuni kita kalau kita mau terus bertobat dan kembali kepada-Nya. Sdr. Joe jangan takut akan ketidaklayakan saudara, ingat perkataan Rasul Paulus, ia pernah berkata kira-kira demikian: “justru di dalam kelemahankulah Tuhan semakin kuat berkarya melalui diriku”. Jika aku lemah maka aku kuat karena Tuhan yang menguatkan aku.
Semoga ini dapat membantu pergulatan sdr. Joe dalam menentukan panggilan hidup Anda. Kalau tidak dapat menjadi biarawan masih ada jalan lain mungkin sebagi selibater awam, atau ikut dalam kelompok awam suatu kongregasi tertentu.
Salam,
Fr. Yudi, O. Carm
Salam kasih saudara Joe,
Dengan suka cita saya ingin turut membesarkan hati saudara. Kiranya perjalanan hidup panggilan Father Henry Paul, OFM Cap di http://www.capuchinfriars.org.au/pages/default.asp?pid=70 dapat memberikan masukan positiv bagi anda.
Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela
Shallom saudari ku Anastasia,
sy telah membaca kisah hidup Father Henry Paul, dan kisah itu jg benar2 menyentuh hati sy…ternyata Tuhan tidak memandang pada umur untuk berani melangkah masuk ke dalam pekerjaan di ladangNYA. Dia lebih inginkan hati yg telus, jujur dan ikhlas…Puji Tuhan kerana kesempatan ini…terima kasih ya saudari ku Anastasia…
Tuhan memberkati
Joe Alfred
Panggilan TUHAN untuk bekerja dikebun anggurNya memang sangat halus. Bagaimana kita yang menerima panggilan itu merawat, memupuknya dalam kehidupan kita sehari-hari. Frater Yudi salut untuk anda. Banyak tantangan yang anda hadapi namun kepasrahan dan berserah pada anggilanNya, saya yakin TUHAN pasti mempunyai rencana yang indah untuk anda. Oleh karena itu saya hanya mengirimkan ini untuk menguatkan panggilanmu; Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma : 12: 1). TUHAN Yesus Memberkati.
Dear Pak Petrus Pitang,
pertama-tama saya hendak mengucapkan rasa syukur dan terima kasih saya atas perhatian dan dukungan pak Petrus untuk saya. Bukan hanya saya saja pak yang mengalami cobaan hidup, semua orang juga menderita bahkan lebih dari yang saya rasakan saat ini. Tetapi memang saya sungguh berusaha untuk tetap sabar dan menerima semua cobaan ini sebagai jalan Tuhan buat saya. saya memang selalu mengatakan pada diri saya sendiri bahwa apa yang saya alami saat ini pasti adalah persiapan untuk masa depan saya. Untuk sesuatu yang lebih besar dan indah yang sudah Tuhan persiapkan buat saya, walau saya belum mengetahuinya.
Sekali lagi terima kasih kepada pak Petrus atas segala dukungan dan perhatiannya buat saya, saya sangat senang menerimanya dan merasa dikuatkan, pak. Tuhan sampai saat ini masih ingin menguji saya, cobaan dan kesulitan masih datang silih berganti bahkan lebih berat dari yang saya tuliskan di sharing saya di atas. Saya hanya minta bantuan doa-doanya buat saya semoga saya bisa bertahan dan yang lebih penting semoga saya semakin berpasrah pada kehendak Tuhan. Saya ingin seperti Bunda Maria yang berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Semoga hanya kehendak Tuhanlah yang terjadi dalam hidup kita masing-masing. Amin.
Tuhan berkati kita semua,
In Carmelo,
Fr. Yudi, O. Carm
Malam Fr Yudi. Saya Danny dari Malang. Saya pernah live in di biara Karmel Malang Jl Hasanudin Batu Malang Jawa Timur. Waktu itu jamannya Fr Pardede. Fr Pardede sekarang kabarnya bagaimana apa sudah jadi romo. Itu yang pertama, yang kedua yang saya tanyakan bagaimana caranya mengecek apakah panggilan yang kita rasakan adalah berasal dari Tuhan dan bukan sekedar pelarian semata. Karena menurut saya hidup itu indah. Yang saya takutkan kalau tiba2 perasaan yang ada hanya sesaat dan gagal di tengah jalan dan keluar dari biara. Pastinya kalau hal itu terjadi pasti membuat yang bersangkutan mengalami masa yang sulit untuk kembali ke masyarakat. Satu lagi dan yang terakhir. Bagaimanakah caranya melepaskan kemelekatan yang ada dalam diri kita terutama saat kita sudah menjadi frater atau (kita harus meninggalkan segala yang kita miliki termasuk keluarga…terimakasih Fr Yudi saya tunggu kabarnya
Dear Danny,
Salam kenal yah, ternyata kamu orang Malang berarti dekat donk dengan biara kami hehehee….
Ok pertama tentang kabar Fr. Pardede, dia sudah keluar sejak lama dan saya tidak tahu di mana keberadaannya.
Pertanyaan kedua, tentang cara mengetahui apakah panggilan kita itu asli atau hanya pelarian ? Ini pertanyaan sulit, karena sebenarnya yang tahu jawabannya adalah kamu sendiri. Kamu yang paling mengenal dan mengerti segala hal yang terjadi dalam diri atau batin kamu. Namun saya akan berusaha memberikan sedikit petunjuk (yg sebenarnya sudah tertulis di cerita saya di atas). Pertama, yang namanya panggilan dari Tuhan itu sebenarnya suatu misteri dan sesuatu yg abstrak (tidak jelas pasti atau tidak kelihatan), ini prinsip awalnya ! Jadi, kalau kamu mau tau apakah panggilan kamu itu sungguh asli atau hanya pelarian (sekali lagi hanya kamu sendiri yang bisa merasakannya) prinsipnya apakah “rasa” keterpanggilan itu sungguh-sungguh berasal dari kedalaman batinmu, atau juga (seperti pengalaman saya di atas) berasal dari kerinduan hatimu atau mungkin dari pergulatan pencarian hidupmu yang kamu bawa selalu dalam doa kepada Tuhan. Apakah kamu “merasakan” bahwa Tuhan sendiri yang menggerakkan saya, apakah “rasa” itu sungguh kuat hingga kita tidak bisa lagi menahannya (melupakannya atau tidak menghiraukannya). Kalau bingung kamu bisa baca lagi kisah saya di atas pada masa hidup saya ketika di seminari menengah, di sana saya menceritakan bagaimana akhirnya saya menemukan panggilan Tuhan ini dan menemukan bahwa Karmel adalah pilihan (jawaban) Tuhan atas pencarian saya selama ini. Mungkin cerita saya itu bisa memberikan sedikit gambaran akan maksud dari “rasa” keterpanggilan itu. Kalau sudah seperti itu bisa dikatakan bahwa itu memang sungguh panggilan Tuhan ! (tapi masih belum pasti akan jadi imam, masih butuh banyak perjuangan utk menghidupi dan mempertahankannya).
Saya juga mau berkomentar tentang ketakutan kamu kalau ternyata itu hanya perasaan sementara (sesaat) saja? Sekali lagi, jika memang itu terjadi itu adalah “kesalahan” kamu karena SEHARUSNYA semua itu sudah kamu ketahui sebelumnya. Memang butuh proses pemikiran, pertimbangan dan pergulatan yang lama serta jangan lupa dibawa dalam doa mohon rahmat agar kita bisa melihat kehendak Tuhan secara lebih jelas dalam hidup kita (sekali lagi baca kisah saya di atas, saya kira saya sudah menjelaskan apa yang saya lakukan dalam proses pencarian saya tersebut di sana). Tetapi kalau ternyata kamu memang masuk dan akhirnya keluar itu juga tidak apa-apa tidak ada yang salah dalam hal ini karena panggilan Tuhan itu misteri, saya saja sampai hari ini (juga saya yakin para romo, bruder, frater dan suster yang sudah senior sekalipun) juga tidak bisa mengatakan bahwa saya (mereka) sungguh 100% dipanggil oleh Tuhan. Panggilan Tuhan itu memang pertama-tama inisiatif dari Tuhan, namun Tuhan membutuhkan kerja sama kita utk menghidupi, menghayati dan mempertahankannya. Keberlangsungan panggilan kami sepenuhnya tergantung dari tanggung jawab kami dalam menghidupinya, mau serius atau kacau itu saja pilihannya ! Dan memang pasti butuh penyesuaian kalau akhirnya keluar dari biara dan hidup di masyarakat sebagai awam biasa. Tetapi saya melihat pengalaman saudara-saudara saya yang sudah keluar, ternyata mereka bisa enjoy dgn hidup baru mereka karena memang itu pilihan Tuhan utk mereka. Oh iya saya juga mau mengingatkan bahwa setiap kita dipanggil Tuhan utk bahagia, jadi pilihan hidupmu apa pun itu, seharusnya mendatangkan kebahagiaan, jika kelak kamu masuk biara dan tidak bahagia, itu bisa menjadi pertanda bahwa itu bukan pilihan Tuhan buat hidupmu, bisa saja kamu memang dipanggil menjadi awam (berlaku juga sebaliknya).
Pertanyaan ketigamu, tentang melepaskan diri dari kemelekatan. Saya hanya bisa menjawab itu merupakan rahmat dari Tuhan, saya katakan demikian karena jujur saya sendiri dan saya kira banyak kaum religius juga masih harus berjuang seumur hidup utk melepaskan diri dari kelekatan-kelekatan hidupnya. Pertama-tama memang itu saya percaya rahmat dari Tuhan, tetapi dari diri kita sendiri memang harus ada perjuangan (sekali lagi Tuhan butuh kerja sama kita) kalau kita sungguh mau serius dalam menjalani panggilan ini ya harus berjuang utk melepaskan diri dari kelekatan kita. Kalau tidak mau bisa saja tetap menjadi religius, namun menjadi religius yang tidak radikal dan bagi saya pribadi akan sulit bagi dia untuk menjadi saksi kehadiran Kristus bagi orang di sekitarnya, dan saya kira para umat akan dapat merasakannya ! Dan kamu sendiri bisa membayangkan akan jadi religius model apa dia, seperti sabda Tuhan (Matius 5:13 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang). Dalam hal ini saya memang tidak bisa berkesaksian banyak, namun kalau kamu memang mau serius kamu bisa datang ke rumah kami di Jl. Terusan Rajabasa 4, di sini ada seorang frater muda (baru masuk) dia sebelumnya adalah seorang yang sangat-sangat sukses hidupnya, lalu meninggalkan segalanya dan mengikut Tuhan di jalan ini. Mungkin kesaksian dia lebih bisa menyentuh kamu dari pada saya.
Namun, kalau masalah keluarga saya sendiri punya pengalaman yang bisa disharingkan, baru-baru ini (dalam tahun ini) keluarga kami baru saja mendapat masalah besar (sangat besar malah) yang sungguh membuat ibu saya sedih dan tidak habis pikir. Saya sendiri begitu mendengarnya juga kecewa dan sungguh protes pada Tuhan, saya sampai berkata: “mana janji-Mu ketika aku menyerahkan diriku dalam hidup ini, maka Engkau akan menjaga keluargaku, menjaga segala yang aku tinggalkan ?” Namun berkat permenungan panjang saya dan tentu dibantu oleh para romo di sini, saya disadarkan bahwa tidak menjamin bahwa ketika kita memberikan diri kita pada Tuhan secara penuh di jalan panggilan ini, maka semua yang kita tinggalkan (keluarga kita) akan baik-baik saja. Bukan berarti Tuhan tidak menjaga mereka, namun harus kamu ingat bahwa Tuhan sendiri memberi manusia kebebasan utk menentukan apa yg akan terjadi dalam hidupnya, jadi kalau ada suatu masalah bisa saja itu karena kelalaian salah satu anggota keluarga kita sendiri (seperti pengalaman keluarga saya), atau mungkin saja memang Tuhan ingin memberi kita semacam “ujian” utk melihat keseriusan penyerahan diri kita. Inti yang mau saya katakan, ini semua adalah ujian-ujian yang (mungkin) akan juga kamu alami jika kamu memang akhirnya sungguh menjadi religius (masih ada banyak jenis ujian yang lain loch yah). Semua ini dimaksudkan utk semakin memurnikan panggilan kamu apakah sungguh asli dari Tuhan dan apakah kita sungguh mau menyerahkan diri kita secara utuh dan total padaNya. Ini butuh proses yg panjang, tidak menuntut ketika kamu ingin masuk menjadi religius kamu sudah harus menjadi sempurna. Kesempurnaan justru diperoleh dalam perjalanan, ketika sudah masuk dan menghidupinya (saya rasakan sendiri!). Hanya rahmat Tuhan yang mampu membuat hidup kita menjadi sempurna seperti Dia sendiri, dan kita tetap harus selalu berusaha dan selalu memohonkan rahmat dari-Nya (Baca dan renungkan Luk 11:5-13).
Sekali lagi saya mengundang kamu untuk kapan-kapan kalau ada waktu utk main ke sini dan kita bisa berdiskusi panjang lebar tentang masalah ini kalau kamu memang sungguh ingin mengetahui dan menemukan apakah kamu sungguh terpanggil. Rumah kami selalu terbuka utk menerima anda.
Alamat saya:
Biara Karmel “Beato Titus Brandsma”
Jl. Terusan Rajabasa 4, Malang
Tlp:561409
Kepada Rm Wanta Pr. yg dikasihi, salam kasih dalam Tuhan…sy bersyukur di atas sarana yg diberikan oleh Rm, sy sgt berminat untuk mengetahui jadual2 retret tersebut….nanti bila ada tarikh yg bersesuaian, mungkin sy akan bisa datang dan mengikuti retret tersebut…
Joe yth,
Retret Panggilan di Griya Hening Susteran OSF, Ambarawa, tgl 28-29 Januari 2012, dan 21-22 Januari di Civita, Jakarta. Hubungi Rm Gandhi, Sj nomor hp.08156607774. atau Fr Cahyo hp. 081380847614
Salam
Rm Wanta
Shallom Romo Wanta, Pr.
Terimakasih di atas maklumat yg telah diberikan, agar bisa sy hubungi bila2 masa dan mendapatkan maklumat2 lain mengenai retreat tersebut. Puji Tuhan…
God Bless,
Joe Alfred
dear fr.Yudi
nama saya sherly, mungkin saya yang paling tua saat nulis e-mail ini. sekarang ini saya berusia 35 tahun. dari mulai kandungan ibu saya, saya diingini untuk menjadi seorang biarawati. saya menjalani masa kecl saya dengan sangat sederhana, dan perasaan ingin menjadi seorang biarawati sangat besar. hidup saya mulai didisi dengan ke Gereja, ikut organisasi dan yang berhubungan dengan segala macam kegerejaan. saat saya duduk di bangku SMP saya mencoba datang ke salah satu kesusteran terdekat untuk bis bergabung, karena dianggap masih terlalu muda saya di anjurkan untuk menunggu sampai SMA. setelah lulus SMA, keinginan tersebut semakin tumbuh subur, lagi-lagi saya berdialog dengan suster yang berada di lingkungan gereja saya. saat ditanya apa saya mau masuk ke kesusteran yang aktif atau pasif, jawaban sya selalu satu, saya ingin ke biara karmel yang pertapaan. karena ada masalah ekonomi, ibu saya meminta saya untuk memundurkan rencana sya masuk kesana dan saya dianjurkan untuk bekeja, kuliah dan bahkan menikah. ketiga hal tersebut sudah saya lakukan. saat ini saya sudah menikah selama 7 tahun tanpa dikarunai anak. selama saya menjalani ke 3 hal tersebut, hati saya tetap rindu ke biara. apakah ada jalan lain untuk bisa sampai kesana?
Sherly yth
Panggilan memang misterius namun kalau benar bahwa Allah memanggil dan kita menjawab maka akan terwujud. Membaca cerita anda maka nampaknya jalan masih panjang untuk dapat mewujudkan impian anda menjadi suster kontemplatif misalnya carmelit. Dengan status menikah perlu banyak hal dibicarakan, karena anda akan meninggalkan suami dan berpisah/ putus hubungan. Apakah ini baik, karena anda telah memilih hidup keluarga. Jalan panjang karena harus bicarakan dengan sungguh mendalam dengan suami. Pada umumnya yang berkeluarga lalu menjadi rubiah atau pertapa adalah telah menjanda atau menduda tidak ada ikatan apapun dengan keluarga baru bisa. Berbeda dengan keadaan anda. Kedua tidak semua bisa menerima calon tanpa seleksi dan melihat motivasi menjadi pertapa. Tidak gampang perlu penegasan roh dalam diri anda. Maka coba retret bersama suami anda ke Gedono Salatiga lalu minta bimbingan suster di sana. Semoga menemukan panggilan hidup. Jika tidak, anda bisa mengabdi Tuhan dengan tetap hidup mencintai suami dalam keluarga bisa mengabdi di susteran atau ladang Tuhan lain yang masih banyak menerima pekerja-pekerja.
salam
Rm wanta
Tambahan dari Ingrid:
Shalom Sherly,
Sepertinya, memang tidak mudah bagi anda untuk ‘beralih haluan’, sebab biar bagaimanapun anda terikat pada panggilan hidup berkeluarga, yang telah diawali dengan janji perkawinan anda di hadapan Tuhan. Sebab, jika sampai suami ada setuju sekalipun, untuk ‘merelakan’ anda untuk menjadi pertapa, dan bahkan ia sendiri mau menjadi pertapa, sehingga anda berdua tidak lagi hidup sebagai suami istri; lalu tetap ada hal- hal yang perlu dipertimbangkan. Misalnya, apakah suami anda juga dengan tulus hati mendukung keputusan ini? Sebab keputusan ini juga membawa implikasi ke dalam kehidupannya selanjutnya, seperti hidup dalam perfect continence (pantang hubungan seksual), karena umumnya ordo religius mensyaratkan kaul kemurnian, di samping ketaatan dan kemiskinan.
Jika sampai suami anda tidak sepenuhnya setuju, sesungguhnya anda perlu mempertimbangkan kembali keinginan anda. Sebab biar bagaimanapun, suami adalah kepala istri (Ef 5:23), sehingga anda perlu mendengarkan dan tunduk kepadanya (Ef 5:22). Jadi silakan anda mendiskusikannya dengan suami, dan seperti anjuran Romo Wanta, silakan anda berdua mengikuti retret dan mohon bimbingan rohani dari para Romo/ suster, agar anda dapat mengenali apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi diri anda berdua. Tidak adanya anak tidak menjadi alasan untuk perpisahan ataupun pembatalan perkawinan, yang terpenting adalah kesepakatan bersama untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Anda berdua tetap dapat melayani Tuhan sebagai pasangan suami istri. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk mempersembahkan hidup kita untuk kemuliaan Tuhan, tidak harus menjadi pertapa/ biarawati. Silakan anda menerungkannya dan mewujudkannya, tentu dengan rahmat Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai Kristus..
Saya post reply ini, dgn harapan ada yang bisa membantu mencerahkan saya..
Saat ini saya sdg mengalami pergumulan hidup yang sangat kuat.
Di satu sisi saya merasa ada panggilan untuk hidup mebiara sbg biarawati.
Di satu sisi saya mengalami ketakutan yang amat sangat, ketika saya tau bahwa hidup membiara jg tidak lah mudah. Selain itu, saya sangat takut kalau saya nantinya memutuskan menjadi biarawati, tapi kenyataan Tuhan tidak memanggil saya sbg biarawati. Dan lagi saya takut untuk menceritakan hal keinginan saya ini kpd orang tua saya.
Sekedar informasi, saya sedang study di luar negeri, tp entah kenapa keinginan dlm hati ini semakin lama semakin kuat.
Saya takut ketika saya menceritakan hal ini kpd org tua saya, mereka akan kecewa kpd saya, yang diharapkan oleh kedua orang tua saya untuk bisa bekerja dan hidup mapan di negeri ini(bukan indonesia). Saat ini saya tidak tau harus bercerita(curhat) kepada siapa, karena saya pun takut untuk bercerita kepada teman2 gereja saya yg jg org2 indonesia d sni, mereka hanya mengatakan saya ingin menjadi biarawati hanya untuk pelarian.
Jadi elama ini (kira kira 2 tahun) pun ketika saya bergumul, saya hanya bisa membawanya kedalam doa pribadi saya.
Saya sering berdoa dan meminta bimbingan Roh Kudus dlm hal ini, tetapi saya tidak tau apa jawabanNya.
Hanya sebagai informasi, saya 2kali mengikuti retret SMA di pertapaan Karmel, Tumpang, dan saya pernah maju ketika ada misa panggilan. Beberapa waktu yang lalu pun saya mengikuti acara di pertapaan karmel Tumpang dan kembali saya maju ketika misa panggilan. Sejak saat2 itu sering kali saya bingung, seperti tanpa arah dan tujuan. Saya seperti terombang ambing, mau maju takut salah, mundur pun tidak bisa krn keinginan hati ini makin kuat.
Saya benar2 mohon bantuan dan nasehat dalam hal ini.Terima kasih
Shalom Fanny,
Pertama- tama, mungkin perlu disadari terlebih dahulu bahwa panggilan Tuhan untuk hidup membiara merupakan suatu rahmat yang istimewa yang perlu disyukuri dan perlu ditanggapi. Jadi jika anda merasakan dorongan di hati yang semakin kuat, mungkin ada baiknya anda memohon arahan dari pembimbing rohani. Untuk itu, jika memungkinkan, silakan anda menyediakan waktu untuk mengikuti retret pribadi, atau carilah seorang pembimbing rohani, sebaiknya imam. Atau anda dapat pula mengkonsultasikan pergumulan anda kepada seorang biarawati sehingga anda dapat pula mendengarkan pengalaman hidupnya, yang mungkin juga pernah mengalami pergumulan yang mirip dengan pergumulan anda.
Saya mengenal seorang biarawati yang juga mengalami pengalaman serupa. Ia disekolahkan ke luar negeri oleh orang tuanya, dan ia telah sukses bekerja di luar negeri, namun panggilan hidup untuk membiara begitu kuat sehingga akhirnya ia membulatkan tekad untuk mengatakannya kepada orang tuanya, yang keduanya bukan Katolik. Dengan perjuangan keras, akhirnya ia tetap diijinkan untuk masuk biara, dan lama kelamaan kedua orang tuanya mulai dapat menerima keputusan anaknya ini, setelah melihat bahwa ia sungguh- sungguh bahagia. Saya pernah mengunjunginya di biara, dan saya sungguh setuju, bahwa wajahnya sungguh memancarkan cahaya Kristus, dengan suka cita dan damai sejahtera yang tak terlukiskan.
Maka, saran saya, silakan anda membawa pergumulan ini di dalam doa, novena, dan carilah seorang pembimbing rohani untuk memberikan arahan. Saya telah menyampaikan pergumulan anda ini kepada Romo Wanta, namun ada baiknya anda menghubungi juga pastor paroki di mana anda tinggal.
Semoga Tuhan Yesus menerangi langkah- langkah hidup anda dan memampukan anda untuk mengambil keputusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih untuk reply post saya,sangat cepat, dan post dr sdr. Ingrid, sangat mencerahkan saya.
Bahkan melalui sharing sdr Ingrid mengenai seorang biarawati yg bersekolah di luar negeri, sya makin dikuatakan dan diberi keberanian untuk menerima segala yang Dia berikan pada saya.
Saat ini saya sedang berusaha mencari pembimbing rohani,tapi kelihatannya agak sulit untuk mencari romo paroki setempat, karena di sini saya berpindah2 paroki dr satu paroki ke paroki lain. terlebih lagi dikarenakan di sini saya kalau berkonsultasi pun haris menggunakan bahasa Inggris dengan romo setempat, yang notabene saya merasa tidak nyaman untuk ‘curhat’ dgn bahasa inggris(takut salah ngomong, haha)
Untuk berkonsultasi dengan biarawati, saya akan mencoba untuk bertanya pada saat retret yang akan diadakan oleh komunitas indonesia saya di sini tgl 6-8 Mei. pada saat itu komunitas kami akan mengunang beberapa birawati dari Indonesia. saya akan memberanikan diri untuk bertanya kpd mereka. Semoga ada pencerahan lebih lanjut. :)
Soal retret pribadi, saya berencana untuk mengikuti retret panggilan dulu ketika saya kembali ke indonesia nanti. apakah ada referensi soal retret pribadi atau panggilan?dimana dan kapan ya ada yang mengadakan retret pribadi/retret panggilan?lalu jika Tuhan mengijinkan dan memberi jalan kepada saya, saya akan mengikuti retret pribadi setelah saya lulus kuliah tahun ini(saya selesai kuliah sekitar bulan september).
Terima kasih dan salam damai
Fanny
Fanny Yth
Retret panggilan untuk tarekat OSC dan MSF sudah berlangsung namun anda bisa menghubungi Rana Agung OSC Hp. 081332840428 atau tarekat MSF ke Rm Yuwono MSF Hp.081227198872 silakan telpon kapan ada retret panggilan. Anda juga bisa live in (tinggal selama beberapa waktu dibiara) untuk mengenal mereka. Kalau imam diosesan silakan hubungi keuskupan di mana anda tinggal atau seminari di keuskupan anda. Kalau mau serius lagi datang ke KWI bertemu saya jika anda di Jakarta.
salam
Rm Wanta
To. Fr Yudi yang terkasih,
Salut buat anda dan saya merasa tersentuh mendengar kabar terbaru anda dalam sharing di katolisitas. secara tidak sengaja saya menemukan tulisan ini dan saya yakin Tuhan sendiri yang meminta saya..he…he.. untuk membacanya. Ada banyak hal yang sudah anda alami dan itulah pejalanan panggilan yang harus anda lewati. Proses yang tidak sederhana membantu kita untuk pelan-pelan menyadari bahwa panggilan Tuhan sungguh luar biasa. semoga apa yang sudah anda alami selama hidup membiara menjadi bekal untuk perjalanan anda selanjutnya. sebentar lagi di tempat pastoral akan ada banyak hal yang sama sekali berbeda dan saya yakin Tuhan sudah memberi bekal dan bahan yang harus anda olah. jadi selamat berjuang dan syukuri apa yang ada karena hidup adalah anugerah. Tak ada manusia yang sempurna begitu kata D’masiv. Anda boleh kehilangan apapun asal jangan pernah kehilangan HARAPAN!
in Carmelo.
thank bro…^_^…
segera kembali dari medan pastoral dengan selamat yah heheheheheee……
in carmelo,
Frater semoga masihh ingat saya di STFT, tetap semangat tidak ada yang mustahil bagi Tuhan
dear boy refra,
waduh maaf saya lupa, kamu maen ke STFT ato sekolah di STFT hehehehee maap dah mo tua jadi pikunan. ok makasih yah buat dukunganmu, doakan saya yah…..
salam kasih dan doaku,
fr. yudi, o. carm
Saudara Yudi yang terkasih,
Malam ini saya berniat mencari informasi-informasi atau koment-koment umat katolik Indonesia tentang kehidupan kaum religius atau kehidupan biarawan/wati Indonesia di abad ke-21. Saya temukan tulisan Romo Martin Suhartono,SJ, yakni ” MASIH ADAKAH BIARAWAN/WATI DE ABAD KE-21″ Saya pikir tulisan Romo ini luar biasa menarik. Tulisannya membuka wawasan saya sekaligus mengajak saya untuk merefleksikan panggilan saya sebagai religius di abad ke-21 ini. Kemudian saya mencari info atau koment yang lain lagi dan kutumuilah tulisanmu tentang pengalaman perjalanan panggilan hidupmu (Perjalanan Hidup Panggilanku). Saya kira, pengalaman perjalanan hidup anda luar biasa. Ya memang begitulah kita harus berjuang. Pengalaman anda sungguh membuka hati dan pikiran saya dan sunnguh mengajak saya untuk berefleksi tentang perjalanan panggilan saya sebagai religius juga, kendatipun umur dan usia saya dalam biara udah lebih dari anda, namun pergumulan hidup tak pernah berhenti. Ya saya mengerti bahwa beginilah kehidupan yang sesungguhnya. Saat ini saya juga sedang membuat suatu refleksi tentang panggilan hidup bakti yang berangkat dari pengalaman perjalanan panggilan saya sendiri dan misi saya sebagai seorang misionaris, dan juga berangkat dari pengalaman aktual yang saya lihat dalam gerak-gerik biarawan/wati atau dalam pelayanan kaum religius di zaman ini. (Tugas yang sedang saya buat ini, berkaitan dengan studi saya di bidang Formasi )
Saudara Yudi, mari kita saling mendoakan semoga apa yang kita harap dan rencanakan dalam hidup kita, kelak menghantar kita pada suatu kebahagiaan hidup.
wasalam,
Fr. Damasus Dobat,CMM
(Misionaris di Brazil-Amerika latin)
Shalom Rm. Damasus CMM dan Fr. Yudi,
Sebagai umat Katolik, kami sungguh berterima kasih atas kesediaan Romo dan Frater untuk menjawab panggilan hidup religius di abad ke 21 ini. Sungguh, di tengah dunia yang serba materialistik dan hedonistik ini, menjalani panggilan hidup religius merupakan suatu kesaksian hidup yang amat mulia; yang menyatakan kasih yang total kepada Allah. Teriring doa dari kami semua di Katolisitas, semoga Rm. Damasus dan Fr. Yudi dapat melaksanakan panggilan hidup yang istimewa ini dengan ketaatan, kesetiaan, dan kekudusan, sehingga dapat menjadi teladan bagi kami umat Katolik di manapun berada.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef- katolisitas.org
Saudari Inggrid yang terkasih,
saya hanya ingin memberikan info tentang identitas saya bahwa saya bukan Romo/Pastor, tapi saya Religius Awam (biarawan) yang biasa juga disebut Bruder. Namun dalam kongregasi kami (Kongregasi Frater CMM), kami tidak disebut/dipanggil BRUDER melainkan di sebut/dipanggil FRATER alias sama dengan sebutan/panggilan yang disandang oleh frater-frater di seminari tinggi atau frater-frater calon iman.
Demikian sekilas info dari saya.
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas informasinya, Frater/ Bruder. Maaf kami salah sangka, sebab kami pikir Fr di sana maksudnya Father/ Romo. Salam kasih dari kami semua di Katolisitas.]
dear frater Damasus,
pertama-tama frater saya minta maaf karena saya lama membalas komentar anda, saya juga minta maaf pada pihak katolisitas mba inggird dan mas stefanus saya pikir sharing saya ini sudah cukup lama dan tidak akan ada lagi yang akan membaca dan mengomentarinya sehingga saya tidak sempat mengeceknya dan baru skrg saya bisa membacanya lagi karena sesuatu hal. untuk frater Damasus terima kasih frater atas apresiasinya terhadap sharing saya ini dan juga sharing frater yang juga memerkaya saya. wah klo bisa kita sharing pengalaman akan lebih menarik saya kira, frater bisa menghubungi saya lewat email saya di spacegrafity@yahoo.co.uk. terima kasih dan minta maaf sekali lagi, dan Tuhan berkati hidup kita semua. Amin
salam kasih dan doaku,
fr. yudi, o.carm
ok,Saudara Yudi. Mudah-mudahan pada kesempatan lain kita bisa saling share pengalaman hidup kita. Mari kita tetap berjuang terus agar semua harapan kita tercapai dan sungguh membawa kebahagian hidup bagi kita dan bagi orang lain yang kita jumpai dan layani.
Salam kasih persaudaraan
fr.Damasus, cmm
Syalom, saya mau bertanya tentang panggilan hidup. Saya berkeinginan menjadi seorang suster sewaktu SMP hingga saya menjalani kuliah sekarang ini. Saya ingin mengetahui halangan, rintangn, dan hambatan yang dihadapi selama menjalani kehidupan seorang suster. Tapi saya masih ada halangan karena orang tua saya tidak setuju dan keluarga saya yang bermasalah. Saya pernah mengatakan hal ini kepada 2 orang pastor, mereka hanya mengatakan untuk saya menyelesaikan study saya dulu, tapi saya tidak mengerti artinya?? Saya pernah sekali ke tumpang mengikuti acara retret tahunan untuk SMA. Hari pertama dan kedua memang saya tidak betah, karena saya tidak dapat menyukai makanan yang disediakan. Saya juga pernah pacaran 2X. Saya juga pernah mengalami pasang surut terhadap panggilan Tuhan. Tapi saya juga belum tahu ordo mana yang akan saya pilih. Saya tau ada ordo yang membatasi umur, dan saya pernah kirim email kepada ordo tersebut untuk bertanya terkait dengan umur tapi tidak dijawab. Saya pernah bertanya kepada suster yang saya tau di fb juga tidak dijawab, memang saya tidak mengenal suster tersebut. Saya bertanya kepada teman saya seorang fr. Saya bingung dengan jawabannya? Saya juga pernah menginap di seminari malang dan melihat kehidupan mereka. Saya pikir Kedisiplinan yang mereka lakukan mengubah cara hidup dan cara pandang mereka. Saya sebenarnya ingin mengetahui lebih dalam tentang hidup panggilan. Karena saya tidak mengalami apa yang fr rasakan. Tolonh jawab di email saya saja
Erna Yth
silakan hubungi Sr Sesilia P Karmel di sms saja dulu di nomor 085253484050. Coba konsultasi terlebih dahulu sebelum memutuskan masuk biara. Suster Sesilia ada di Tumpang.
salam
Rm Wanta
Dear sdri. Erna,
maafkan saya utk sangat lama membalas komentar anda, selama ini saya memang jarang membuka internet krn saya sedang konsen untuk membuat skripsi, tetapi skrg sudah lumayan ringan. oh iya semoga saja sdri. Erna masih sempat membaca tanggapan saya ini, jika memang ingin mengenal tarekat lain dan ingin bertanya2 dengan suster saya bisa menghubungkannya kepada anda ato anda ingin bertanya2 tentang panggilan dapat menghubungi email saya di spacegrafity@yahoo.co.uk karena email anda saya tidak mengetahuinya di tulisan anda tidak tertera. terima kasih
salah kasih dan doaku,
fr. yudi, o. carm
syalom utk Fr Yudi……. selamat dan salut kpd anda dan org tua tg telah membimbing anda semoga sukses . hebat anak muda zaman sekarang dapat mengalahkan dunia tg penuh dengan luka, selamat seamat sukses selalu
maaf baru bisa membalas, terima kasih banyak untuk dukungan dan doa ibu septi. doakan saya ibu dan teman-teman saya yang lain yang juga masih berjuang. semoga kehendak Tuhanlah yang terjadi pada diri saya dan kami semua. Tuhan memberkati kita semua.
salam kasih dan doaku,
fr. yudi. o. carm
pengalaman panggilan fr. sangat menarik dan kiranya ini dapat dibaca banyak orang yang akhirnya bisa menggungah hati semakin banyak orang untuk bekerja di ladang Tuhan.
Dear Sdr. sigrid,
terima kasih banyak atas komentarnya, saya memang selalu berharap dan berdoa pada Tuhan semoga Ia berkenan menggerakkan hati banyak orang khususnya kaum muda utk mau memersembahkan dirinya pada Tuhan secara total dan radikal. saya secara khusus juga mendoakan mereka yang memang sudah memiliki “gerakkan” hati utk masuk sebagai religius namun masih terhalang oleh berbagai persoalan. semoga mereka semua diberi jalan yang terang oleh Tuhan sendiri karena Ia yang memanggil mereka. mari kita juga bantu mendoakan mereka agar hati mereka teguh dan berani melangkah walau banyak rintangan di depan mereka.
salam kasih,
Fr. yudi, O.Carm
Shalom Frater Yudi,
Kesaksian yang luar biasa. Saya berdoa bagi Frater.
Pak Stef/Bu Inggrid, minta tolong diberikan link dimana saya bisa baca kesaksian anda berdua sampai menjalani karya kerasulan yang luar biasa ini. Pasti kesaksian yang seru dan memacu semangat rohani para pembaca.
Shalom Daniel,
Terima kasih atas tanggapannya. Kami belum menuliskan kesaksian kami. Tapi nanti suatu saat, kami akan munuliskannya dan menampilkannya di katolisitas.org. Mohon kesabarannya ya. Mari kita bersama-sama membangun Gereja Katolik yang kita kasihi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef & ingrid – katolisitas.org
Dear Sdr. Daniel,
terima kasih atas tanggapannya dan doanya, saya memang sungguh membutuhkan bantuan doa dari saudara-saudara sekalian supaya saya dapat tetap menjalani panggilan saya ini dengan setia dan Tuhan memberi saya jalan yang terang.
saya juga mau memberikan apresiasi kepada Pak Stef dan bu Inggrid atas usahanya utk berevangelisasi melalui media ini. tidak banyak orang2 katolik yang mempunyai ketertarikan dan kemampuan utk berkarya demi pewartaan sabda Tuhan lewat media internet ini. panggilan utk berevangelisasi utk zaman ini memang sudah harus mulai merambah dunia maya, karena inilah sarana yang paling efektif. saya juga berharap smoga makin banyak para imam, atau kongregasi dan ordo yang mau memulai usaha pewartaan dan kesaksian panggilannya dengan memanfaatkan media komunikasi ini. profociat atas usaha pak Stef dan bu Inggrid, Tuhan pasti menyertai usaha anda berdua. oh iya terima kasih sudah mengizinkan saya utk memberi kesaksian dalam situs ini, saya sangat senang menerima kesempatan ini. Tuhan berkati anda berdua. Amin
Kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O.Carm
Shalom Fr. Yudi,
Terima kasih juga untuk Fr. Yudi yang telah mengirimkan kesaksian panggilan hidupnya ke katolisitas.org. Kami yakin bahwa kesaksian ini dapat memberikan inspirasi kepada banyak orang. Kalau frater punya teman-teman yang mau memberikan kesaksian, silakan menghubungi kami, sehingga pembaca katolisitas juga dapat melihat bahwa Allah berkarya dalam setiap individu secara istimewa dengan cara yang berbeda-beda. Mohon doa juga dari frater agar kami dapat terus berkarya lewat katolisitas.org. Mari dalam kapasitas dan panggilan kita masing-masing, kita dapat membangun Gereja Katolik yang kita kasihi. Doa kami menyertai frater.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
halo frater
syallom old brother, masih ingatkah dengan saya, Arbi (angkatan natet,kumis,udhay,dll) di seminari stella maris.
ok saya pribadi hanya ingin mendukung panggilanmu dan berdoa untuk perjalanan rohanimu.
Saya bangga terhadap teman-teman saya khususnya dari almamater saya(stella maris) untuk memperjuangkan panggilan di tengah gejolak keduniawian yang banyak meruntuhkan panggilan imam/biarawan. rasa kebanggaan saya berangkat dari ketidakberlanjutan kehidupan membiara. maka dari itu,teman2 yang sekarang masih berjuang banggalah karena Tuhan memilihmu dari sekian banyak orang di dunia ini.
semoga selalu bertumbuh dalam panggilan. doa kami para awam selalu menyyertai.
CRESCAT ET FLOREAT!!
thanks bro gua butuh doa dari kalian semua. gua akan jalani hidup gua sebaik2nya masalah nanti jadi ato tidak biar Tuhan yang atur. gua cuma mo pasrah ma tuntunan Tuhan. kalian juga baik selalu yah
Hallo Frater,
Terima kasih untuk kesaksian hidup panggilang Frater yang luar biasa. Tetap mau setia dalam panggilan Tuhan walaupun tdk mudah tapi Frater dpt menemukan kebahagiaan dlm kesetiaan Frater.
Frater, krn kesaksain hdp Frater yg telah memberkati saya pribadi, boleh ga saya ambil bbrp point dari kesaksian Frater untuk dituliskan ulang di artikel koran di komunitas kami? Krn pas banget tema koran untuk bulan ini adalah “Hidup Sesuai Panggilan”.
Komunitas kami bernama PDMKK Sydney (Persekutuan Doa Muda Mudi Karismatik Katolik Sydney). Thn ini kami lagi belajar untuk mengerti ttg panggilang hidup kami kaum muda.
Sebenarnya saya sudah coba menuliskan artikelnya. Saya bisa email ke Frater :) Kesaksian hidup Frater tentu dapat menguatkan dan membantu kami untuk lebih setia dlm mencari maupun menjalani apapun panggilan Tuhan.
Ditunggu kabarnya ya Frater :)Terima kasih.
Citra
boleh banget kalau kamu mau tanya2 sesuatu pada saya bisa menghubungi saya lewat email saya saja di spacegrafity@yahoo.co.uk
saya tunggu kabarnya, salam kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O. Carm
Hallo Frater….sy mw curhat sebenarnya sy benar2 tersiksa dengan apa yg ada di dlm hati sy…Sy merasa terpanggil utk menjadi biarawati kira2 9 thn yg lalu dan selama ini sy sll bergelut apakah benar ini panggilan kenapa jika benar ini panggilan sy ditolak di biara yg sy tuju bahkan sy pny pengalaman yg kurang mengenakan pd saat sy meninjau di biara tsb. Dan krn hal ini sy sll mematikan panggilan sy itu dengan tdk ke gereja lg dan memutuskan hubungan sy dgn Tuhan yg selama ini boleh dikatakan hubungan sy dgn Tuhan cukup mesra….Dulu setiap ada masalah sy selalu curhat sama Tuhan..sy sll meditasi doa Yesus dan sy dl merasa benar2 bahagia. Makanya sy memutuskan utk meninjau di biara yg sy tuju tp disana sy mendptkan perlakuan yg kurang menyenangkan dr pimpinan di biara tsb dan akhirnya memutuskan sy utk melupakan panggilan tersebut…Sempat sy berkata dlm hati sy…buat apa jd pengikut Tuhan kl perlakuan kita tdk menunjukkan KASIH…bahkan sy sll terngiang2 dgn ayat ini: Jika kamu berkata kamu mengasihi Aku tp kamu tdk bisa menampakkan kasih terhadap sesamamu, kamu adalah seorang pendusta…Makanya sy sll takut jika suatu saat sy jd biarawati yg bersikap semena-mena terhadap sesamanya…Jujur sy memang sakit hati dengan sikap pemimpin biara tsb dan sy sudah mencoba utk mengampuni pemimpin biara tsb. Dan skrg sy sudah mengampuninya hanya saja skrg sy merasa tidak layak utk jadi biarawati lg tp sy tidak bs membohongi hati sy terus menerus karena ternyata msh mencintai-Nya…Jujur sy takut utk melangkah lg ke biara krn sy takut ditolak lg….Tp hati sy menginginkan sy ke sana…Sy juga sering merasa takut gimana jika sy hrs bangun pagi jujur sy paling sulit utk bangun pagi ini adalah kelemahan terbesar sy. Frater bs tolong sy??? Apa yg hrs sy lakukan??? Sy sudah mencoba utk menyukai lawan jenis tp tetap tidak bs yang sy rasakan bukan cinta tp hanya persahabatan. Setiap sy mencoba utk berpacaran yg ada sy sll disakiti dan akhirnya malah berujung persahabatan bkn percintaan lg. Sy benar-benar tidak mengerti apa ini yang dinamakan panggilan???
Ytk, Sdri, Catharine,
Pertama-tama saya ingin meminta maaf karena terlalu lama membalasnya, akhir2 ini saya banyak disibukkan dengan tugas-tugas paper kuliah dan ujian. Saya juga tidak dapat membuka internet setiap hari, semoga anda masih cukup bersabar.
Saya akan mencoba untuk memberikan pandangan saya tentang masalah anda ini. Menurut saya yang menjadi pokok persoalan adalah pengalaman penolakkan yang dialami oleh sdri. Catharine. Menurut saya pengalaman ini memiliki 3 makna: pertama, mungkin Tuhan saat itu sedang menguji anda, apakah anda sungguh mau menjadi seorang biarawati. Karena kadang-kadang Tuhan memang menguji manusia utk melihat kesungguhan dan ketegaran hatinya. Kedua, mungkin tempat anda bukan di biara yang anda tuju, mungkin Tuhan mau anda masuk di Biara lain. Dan kemungkinan ketiga, mungkin bukan panggilan anda menjadi seorang biarawati, mungkin Tuhan ingin anda utk berkeluarga.
Satu hal yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa hidup kepada kesucian dalam Gereja Katolik tidak hanya dapat ditempuh dengan hidup sebagai seorang selibat, hidup berkeluarga juga merupakan jalan kekudusan. Jadi jangan sampai pernah berpikir bahwa utk menjadi suci dan dekat dengan Tuhan hanya dapat dicapai melalui jalan menjadi seorang biarawati saja, hidup berkeluarga lebih mampu menunjukkan jalannya. Kedua jalan ini oleh Gereja sama-sama menghantar pada kekudusan.
Saya tidak tahu pasti apa yang menjadi persoalan sdri. Catharine sehingga sulit menjalin kehidupan berpacaran, semoga ini bukan karena anda sendiri yang membuatnya. Karena bahaya jika semua hal begitu saja kita kaitkan dengan kehendak Allah, kita harus merenungkannya lebih dahulu secara mendalam utk mengatakan sesuatu hal yang terjadi dalam hidup kita itu karena kehendak Allah.
Saran saya coba anda renungkan sendiri, cari waktu utk berdoa dan merenungkan hidup ada selama ini. Coba renungkan ke tiga kemungkinan yang saya sampaikan di atas. Satu hal yang perlu diingat kalau memang yang anda alami saat ini sungguh merupakan panggilan Tuhan seharusnya jika anda mengalami sedikit hambatan anda tidak menyerah justru semakin kuat utk memertahankan panggilan anda. Sakit hati memang merupakan perasaan manusiawi kita, namun kita seharusnya mampu kembali bangkit dan berusaha lagi memertahankan panggilan anda.
Kalau setelah merenung anda menemukan bahwa ini sungguh panggilan Tuhan alangkan baik jika anda sekarang ini mencoba utk mendaftarkan diri di Biara yang lain, atau jika memang masih berkeinginan kuat bisa tetap mendaftar di Biara yang sama karena tentu saja pemimpin biaranya sudah berganti bukan ? namun perlu diingat apakah usia anda masih memungkinkan utk masuk Biara, karena kadang-kadang ada biara yang memberi batasan usia bagi para calon yang berkeinginan masuk.
Satu hal lagi apa pun kelemahan diri kita saat ini jika memang Tuhan sungguh memanggila kita Ia pasti akan membantu kita utk mengatasi kelemahan-kelemahan kita tersebut, jika kita memang mau berusaha dan memohon rahmat dengan rendah hati. Saya juga termasuk orang yang sulit bangun tidur, namun berkat latihan bertahun-tahun saya mampu membiasakan diri utk hidup tertib. Ok semoga Tuhan menyertai permenungkan anda selanjutnya. Tuhan memberkati.
Trimakasi Frater buat cerita pribadinya,sungguh sangat menyejukkan hati saya yg lg hampir putus asa dlm menanti panggilan pekerjaan di perusahaan tempat saya melamar(jenis pekerjaan ini mrupakan cita2 saya dari kecil).Sudah hampir setahun saya menunggu,belum ada kejelasan yg kongkrit.Dr cerita Frater tsb,saya ingin belajar utk lebih lg berpasrah,berserah pd kehendak&rencana Tuhan yg sungguh misteri dlm penantian pekerjaan saya ini.Banyak sekali kesulitan,rintangan yg saya hadapi.Saya mohon doa dr Frater.Tks
Dear Mery,
wah…wah…makasih banyak buat komentarnya, saya juga senang klo sharing saya juga bisa membantu sdr. Mery. saya akan berdoa buat Mery supaya keinginannya sungguh tercapai dan hidup Mery di berkati oleh Tuhan.
salam kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O. Carm
Maju terus frater, jangan menyerah, kalau itu benar2 panggilan Tuhan pasti frater akan langeng selamanya. tapi jika itu bukan Tuhan sendiri yg menghendaki pasti akan berhenti ditengah jalan.
Lakukanlah semua dengan tulus dan iklas pasti Tuhan akan berkenan.
dear sdr. Tuah Talino,
makasih banyak tuk komentarnya. iya itu juga yang memang menjadi prinsip atau pegangan hidup saya sekarang ini, selama ini saya memang masih ragu-ragu dan selalu bertanya pada Tuhan akan kejelasan panggilan saya. sekarang saya sudah sadar dan sudah memutuskan klo memang ini panggilan saya atau Tuhan yang mau saya mau menjadi imam klo memang bukan Tuhan pasti bertanggung jawab dan akan menuntun saya ke jalan yang benar sesuai kehendakNya.
sekarang saya hanya harus berjuang utk serius dengan panggilan dan senantiasa mendengarkan kehendakNya. sapa tau suatu hari nanti Tuhan sungguh2 memberi saya kejelasan akan panggilan saya, barangkali dengan datang ke mimpi hihihihi…^_^
btw terima kasih banyak sekali lagi buat komentar dan doanya, sukses buat kehidupanmu juga. GBU always…
salam kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O. Carm
Selamat siang..
Saya ingin sharing saja dan meminta saran.
Saya sudah lama bercita-cita ingin menjadi seorang Imam. Namun, saya masih bingung apakah ini kehendak Tuhan atau bukan. Bagaimana ya untuk mengetahuinya??
Sampai saat ini, keinginan saya itu masih mendapat penentangan dari orangtua saya. Saya sangat bingung apa yang harus saya lakukan. Saya tidak ingin membuat orang tua saya sedih dan kecewa dengan keputusan saya menjadi seorang imam, tapi saya juga tidak bisa melepaskan keinginan untuk menjadi seorang imam dalam hati saya. Keinginan saya tersebut selalu saja bergaung dalam hati saya…
Mohon bantuannya ya. Gbu.
Yang terkasih sdr. Anggha,
Wah…wah…sungguh luar biasa pengalaman hidup anda ! saya sendiri saja yang sudah menjadi frater tidak pernah mengalami pengalaman seperti yang dialami oleh saudara Anggha ini. Puji Tuhan itu berarti Tuhan memanggil anda saat ini. Yang saya maksud di sini adalah bahwa saya sendiri saja tidak pernah mengalami suatu pengalaman dorongan hati untuk memersembahkan diri kepada Tuhan yang sebegitu kuat seperti yang saudara Anggha rasakan saat ini. Saya juga merasakan dorongan hati seperti saudara namun tidak sekuat yang saudara rasakan.
Anggha, panggilan Tuhan adalah suatu misteri yang tidak akan pernah dapat kita ketahui, kita tidak bisa mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Namun, menurut saya salah satu pertanda untuk dapat merasa yakin bahwa Tuhan ingin saya untuk menjadi imamnya adalah dengan adanya dorongan hati/kerinduan hati untuk memersembahkan hidup bagi Tuhan saja secara total. Tepat seperti yang saat ini sdr. Anggha rasakan ! makanya dalam arti tertentu saya agak iri dengan pengalaman hidup sdr. Anggha ini.
Yah, memang persoalan dilarang oleh orang tua merupakan persoalan klasik bagi beberapa orang yang merasa diri terpanggil. Terus terang saya sendiri tidak mengalami seperti yang dialami oleh anda saat ini, orang tua saya mendukung panggilan saya bahkan bisa dikatakan ibu saya adalah orang yang mengarahkan saya pada panggilan Tuhan ini. Jadi Anggha saya hanya bisa mensharingkan pengalaman dari teman satu angkatan saya yang juga perjalanan panggilan hidupnya mirip dengan pengalaman anda yaitu dilarang oleh orang tuanya.
Dia mensharingkan bahwa dulu ia memang memiliki ketertarikan yang mendalam untuk menjadi imam, secara khusus waktu itu dia memang sudah memilih untuk masuk dalam Ordo Karmel. Keinginannya tersebut sudah dia rasakan sejak masih SD, dalam perjalanan hidupnya sampai kerja sempat mengalami pasang-surut panggilan. Maksudnya sempat melupakan niatannya tersebut, namun pada suatu waktu niat atau kerinduan itu muncul kembali dan begitu kuat. Tetapi persoalan tidak selesai sampai di situ saja, orang tua dari teman saya itu melarang dia untuk masuk menjadi imam. Persis seperti yang sdr. Anggha rasakan, dia juga bingung utk memilih orang tua atau panggilan, dia juga takut mengecewakan orang tuanya, takut dikatakan tidak berbakti pada orang tua, dsb.
Akhirnya dia ambil keputusan untuk sekali lagi secara sengaja melupakan niatannya itu utk menjadi imam, dan jika suatu hari nanti niatan itu muncul kembali baru dia akan masuk menjadi imam tak peduli siapapun yang melarangnya. Dia memang bekerja di keuskupan di komisi BIAK jadi masih tetap berbau rohani bidang pekerjaannya. Singkat cerita akhirnya sampailah dia disuatu titik yang akan mengubah segalanya dalam hidup teman saya itu. Perasaan rindu itu muncul lagi dan semakin kuat, akhirnya dia mengambil kesimpulan bahwa Tuhan sungguh memanggil dia menjadi imam. Orang tuanya tetap tidak mengizinkan namun berbekal kekuatan kepastiannya itu (bhw dia rindu utk menjadi imam) dia memberanikan diri untuk mendaftarkan diri ke Ordo Karmel dan hendak menjadi seorang imam. Dia berjalan sendiri tanpa persetujuan dan restu dari orang tuanya, semua dilakukan sendiri selain karena dia sudah dewasa dan sudah tahu akan konsekuensi dari pilihannya saat itu. Hingga saat ini dia masih berjalan dalam hidup panggilan ini, dan masih berjuang untuk mencari kehendak Tuhan yang pasti dalam hidupnya.
Anggha saya hanya bisa membagikan sharing teman saya ini, jika memang Anggha sungguh ingin mencari kehendak Tuhan dan ingin memersembahkan diri menjadi imam. Saya dan teman saya tersebut menyediakan diri untuk diajak Tanya-jawab dan sharing pengalaman. Jika Anggha tergerak untuk menghubungi kami bisa lewat email ini: spacegrafity@yahoo.co.uk
Kami tunggu kabar dari sdr. Anggha semoga kehendak Tuhanlah yang terjadi dalam hidup Anggha, dan semoga semuanya berjalan sesuai dengan rencanaNya, semoga Tuhan berkenan mengatasi hambatan-hambatan yang Sdr. Anggha hadapi. Jika Tuhan sudah berkehendak maka semua akan terjadi, sejauh kita mau mengikuti kehendakNya tersebut.
Doa kami selalu menyertaimu,
Fr. Yudi, O. Carm
shallom, saya dari sabah,malaysia….saya amat tertarik dengan kesaksian panggilan ini…memang ramai sangat lagi yang tidak tahu apa itu panggilan yang sebenarnya…saya sendiri pernah berkata pada ibu saya semasa saya masih kecil, dan ibu mengatakan untuk menjadi Sister harus ada panggilan…jadi saya mengharapkan kalau-kalau bila dan apa itu panggilan di dalam mimpi atau kalau ada suara-suara yang kedengaran yang mau memanggil saya…tapi memang tiada.jadi saya merasa untuk dipanggil itu harus seorang yang mungkin istimewa…tapi tahun ini, saya tidak tahu apa yang telah membuat saya merasa sangat rindu,sehingga saya boleh mengatakan kalau saya telah menemukan satu pertobatan kerana belum pernah saya merasa sebegini pasti sebelum ini. keinginan untuk berdoa,berpuasa begitu kuat. sehingga saya merasa, kalau saja saya tidak berkahwin dan punya anak sekarang saya mau ke pergunungan untuk bertapa dan mau mempersembahkan diri hanya untuk memuji Tuhan….begitu saya rasakan sehingga saya merasa satu pergumulan batin yang cukup hebat….sehingga suami saya mengatakan saya ‘gila’…sekarang saya sudah boleh menyeimbangkan keadaaan diri saya dengan perubahan ini. dan saya pernah memohon pada Tuhan kalau saya tidak dapat mempersembahkan diri saya sepenuhnya pada-Mu,saya ingin mempersembahkan anak-anak saya supaya diperkenankan menjadi pekerja di Ladang anggur-Nya sebagai paderi dan religius…apabila saya mengatakan hal sebegini pada teman-teman, mereka mengatakan hal yang ibu saya pernah katakan pada saya sewaktu saya masih kecil…kadang-kadang saya merasa agak marah sedikit kerana kejahilan mereka tentang panggilan…entah apa yang mereka maksudkan ‘harus ada panggilan untuk menjadi paderi atau religius’.. barangkali mau tunggu Malaikat Gabriel datang untuk menyampaikan pesan panggilan atau barangkali mau tunggu cahaya dari syurga wujud di depan mereka…bukankah kita semua dipanggil kepada kekudusan?..”Hendaklah engkau kudus,kerana AKU kudus”?…
clare carolyn taunek
Shalom Clare Carolyn Taunek,
Terima kasih atas sharingnya. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memberikan kepada anda kerinduan untuk berdoa, berpuasa dan memuji Tuhan. Namun, di satu sisi, kita harus mempunyai keyakinan bahwa keinginan Tuhan adalah “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” (Ef 1.4). Dan kekudusan ini dapat dicapai dalam setiap jalan atau panggilan hidup (state of life), baik sebagai biarawan-biarawati maupun sebagai awam dan berkeluarga. Jadi, dalam kasus anda, kalau anda telah menjadi istri, maka kekudusan harus dicapai lewat jalan ini dan tidak perlu untuk berfikir ke jalan yang lain. Kekudusan dapat dicapai dengan menjadi istri yang baik dan menjadi ibu yang baik bagi orang-orang yang telah Tuhan titipkan kepada anda. Bantulah mereka agar mereka dapat tumbuh dalam kekudusan, sehingga pada akhirnya semuanya dapat melihat satu sama lain di dalam Kerajaan Sorga. Semoga jawaban pendek ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Yang terkasih ibu clare,
Pertama-tama saya mau memohon maaf dan pengampunan karena terlalu lama membalas sharing ibu. 2 minggu belakangan ini saya memang tidak membuka internet karena banyak hal. Saya juga hendak mengucapkan terima kasih karena ibu menyukai cerita saya ini. Di sini saya berbicara sebagai orang yang sebenarnya belum berpengalaman apa-apa karena masih sangat muda, saya bukannya hendak menggurui namun saya hanya mencoba untuk sekadar sharing saja ya ibu clare.
Ibu, panggilan Tuhan itu memang suatu misteri yang sangat-sangat tidak jelas wujudnya, seperti yang saya katakan di cerita saya di atas bahkan bagi kami yang sudah menjadi religius atau paderi saja masih harus bertanya dalam pencarian setiap hari “apakah in sungguh panggilan saya (menjadi imam)?” ibu, ada satu ungkapan yang cukup menarik untuk kita dalami “panggilan itu sekuat jawabannya” hal ini mau mengatakan bahwa sepanjang hidup manusia (seorang religus maksudnya) harus senantiasa setiap hari menjaga dan merawat panggilan itu. Bahwa kami harus senantiasa merefleksikan hidup panggilan kami setiap hari dan memerbarui jawaban “YA” kami tersebut setiap hari ! lalu panggilan itu tetap tidak jelas wujudnya? Memang iya ! Panggilan memang tetap dan akan selalu merupakan sesuatu yang tidak jelas (misteri), karena kita tidak akan pernah mampu mengetahui kehendak dan rencana Allah bagi hidup kita. Mungkin hanya Bunda Maria dan orang-orang kudus (santo/santa) Gereja kita yang mampu mengetahui panggilan hidup mereka dengan pasti, karena mereka memperoleh rahmat-rahmat mukjizat khusus dari Allah.
Tapi ibu, ada satu hal yang dapat dijadikan pertanda bahwa jika kita sungguh terpanggil menjadi seorang religius yaitu adanya dorongan hari (kerinduan hati) untuk dekat dengan Allah dan hendak memersembahkan diri pada Allah (ini pengalaman saya sendiri). Dan menurut saya apa yang ibu rasakan saat ini mungkin juga dapat dikatakan sebagai pengalaman terpanggil yang selama ini ibu cari itu. Namun, sekarang ibu clare sudah berkeluarga dan telah dikaruniai anak dalam keluarga itu juga tanda bahwa Tuhan memberkati jalan ibu saat ini sebagai keluarga. Ibu, panggilan hidup kepada kekudusan bukan hanya dengan jalan menjadi seorang religius, hidup keluarga juga merupakan jalan hidup yang mengarah kepada kekudusan tentu dengan caranya sendiri yang berbeda dengan seorang religius. Bahkan menurut saya panggilan kepada kekudusan kristiani akan lebih baik dihayati dalam kehidupan berkeluarga. Jadi panggilan hidup ibu clare saat ini juga merupakan kehendak Tuhan. Yah kadangkala manusia memang dapat menjadi semacam “penghalang” bagi terlaksananya kehendak Tuhan, namun saya kira ibu tidak perlu menyesal karena mungkin dulu pernah ragu-ragu akan panggilan Tuhan ini hingga akhirnya ibu memutuskan untuk menikah dan tidak menjadi seorang religius. Tuhan tetap punya cara lain untuk hidup ibu clare, dan sudah terbukti bukan bahwa Tuhan memberkati hidup ibu saat ini ?
Kalau ibu ingin agar anak ibu menjadi seorang religius kelak, wah saya senang sekali mendengarnya namun saran saya ibu semoga itu tidak hanya menjadi obsesi pribadi ibu clare yang dipaksakan pada diri anak ibu. Lebih baik tuntun dan didik anak-anak ibu untuk mengenal ajaran-ajaran Gereja dengan baik, dorong mereka untuk aktif dalam kegiatan menggereja. Intinya hantar mereka untuk semakin kenal, dekat dan cinta pada Yesus, dan kalau memang Tuhan memanggil anak ibu pastilah hal itu akan terlaksana. Yang penting jangan sampai memaksakan kehendak ibu, biar kehendak Tuhan yang terjadi pada diri anak ibu ! Menjadi seorang religius memang membutuhkan panggilan Tuhan, sebagaimana dikatakan oleh orang-orang disekitar ibu clare.
Sebagai penutup saya mau mengatakan satu hal lagi. Ibu panggilan sebagai seorang religius memang merupakan panggilan yang bagi banyak orang zaman ini merupakan pilihan hidup yang “aneh” atau “gila”. Karena zaman ini yang begitu berorientasi pada materialisme dan hedonisme sudah tidak lagi mampu memandang hidup selibat sebagai suatu panggilan hidup yang agung dan suci. Maka dari itu sudah banyak anak-anak muda zaman sekarang yang sudah kurang atau bahkan sama sekali tidak tertarik lagi dengan hal-hal yang bersifat keagamaan. Apalagi berkeinginan menjadi seorang religius, itu sudah jarang sekali ditemukan dalam pemikiran anak-anak muda zaman sekarang. Sudah sulit sekali mencari bibit-bibit panggilan hidup religius. Maka dari itu jangan sampai memaksakan anak ibu untuk menjadi seorang paderi, tetapi kalau memang sungguh terpanggil puji Tuhan namanya.
Sebenarnya saya masih ingin banyak sharing namun nanti takutnya tulisan saya ini akan terlalu banyak untuk dibaca. Jika ibu clare masih tertarik untuk membicarakan hal panggilan Tuhan ini saya menyediakan diri untuk Tanya-jawab atau sharing pengalaman. Kalau ibu berkenan dapat menghubungi saya pada alamat email saya spacegrafity@yahoo.co.uk
Salam kasih dan doaku,
Fr. Yudi, O. Carm
Dear Fr Yudi O.Carm;
Saya pernah mendengar (kalau tidak salah) namanya “Ordo Carmel Ketiga”… semacam komunitas religius untuk awam. Mohon kalau Frater ada waktu, menjelaskan lebih lanjut tentang Ordo Ketiga ini… Rasanya banyak orang yg mengalami kerinduan religius di masa mudanya, tetapi karena kurang keberanian dan hal-hal lain, maka belum berani menjawab kerinduan itu dalam hidup komunitas, dan sekarang berkeluarga. Apakah Ordo Ketiga ini bisa menjadi saluran kerinduan para awam ini? Mohon juga contact person atau alamat Ordo Ketiga ini kalau Frater punya. Terima kasih banyak .
Semoga Tuhan memberkati Frater di jalan panggilan yg penuh tantangan dan kesempatan ini.
Kepada fxe,
Saya akan mencoba untuk memberi penjelasan singkat mengenai ordo ketiga ini. Jadi dalam Ordo Karmel ada istilahnya ordo pertama, kedua dan ketiga, urutan angka ini menunjukkan mana yang berdiri lebih dahulu. Mudahnya, ordo pertama itu adalah kami para imam dan biarawan ordo Karmel, sedangkan ordo kedua adalah para biarawati atau rubiah Karmel (ini untuk suster-suster Karmel), dan ordo ketiga adalah diperuntukkan bagi setiap orang awam atau bahkan religius sekalipun yang ingin menghayati semangat Karmel dalam hidupnya.
Ordo ketiga ini biasa disebut “TOC”, TOC ini dibentuk untuk mengakomodasikan keinginan dari orang-orang yang pertama-tama secara umum ingin menghayati hidup yang bersemangatkan nasihat-nasihat injili. Secara khusus, bagi mereka yang ingin menghayati hidup seperti seorang karmelit yang menghayati semangat hidup Karmel dengan charisma-kharismanya khususnya hidup doa dan kontemplatifnya. Siapa pun boleh masuk menjadi anggota ordo ketiga ini, memang lebih banyak adalah kaum awam yang ingin menjadi seperti karmelit (para biarawan/i Karmel) namun tidak ingin hidup selibat seperti mereka. Sayangnya komunitas untuk TOC ini masih terbatas di beberapa kota saja, sejauh saya ingat hanya ada di Malang, Surabaya, dan Bali. Mungkin masih ada dibeberapa kota yang lain namun saya lupa.
Saya tidak tahu anda saat ini berdomisili di mana, namun jika memang tertarik atau ingin mengajak teman-teman anda masuk dan ikut bergabung dalam persaudaraan Karmel TOC ini dapat menghubungi alamat ini :
Pusat Karmelit Awam Propinsi Indonesia
Jl. Mgr. Sugiopranoto No. 2
Malang, Jawa Timur 65119
Tlp: 0341-9647555
Contact Person: Rm. Gunawan, O. Carm (email: mas6un@yahoo.com)
TOC ini juga memiliki bulletin khusus untuk anggota TOC dengan judul “Stella Maris” jika berminat dapat mendaftarkan email ada di alamat email ini : karmelikubagus@gmail.com
Atau jika menemukan kesulitan dengan alamat di atas dapat menghubungi saya Fr. Robertus Yudi, O. Carm :
Biara Karmel Beato Titus Brandsma
Jl. Terusan Raja Basa No. 4
Malang 65146
Tlp: 0341-561409
Email: spacegrafity@yahoo.co.uk
salam kasih dalam Kristus,
Maju terus Frater Cho-Q
seperti kita ingat Crescat et Floreat
dan saya dan teman2 berharap anda terus tumbuh dan berkembang dalam panggilan
syalam…
:D
dear sdr. krisma,
waduh saya agak lupa syarat2 lengkapnya apa saja, karena itu sudah 4 tahun yang lalu. yang jelas minimal sudah lulus SMA atau sederajat. trus ada kelengkapan lainnya juga sich. kamu bisa langsung komunikasi saja dengan kami melalui alamat dan email yang kami miliki.
silakan buka: http://www.indocarm.org
atau khususnya yang bagian blog : http://www.indocarm.org/blog/users
di situ kamu akan menemukan alamat kami yang bisa dihubungi, bahkan berinteraksi secara langsung dgn romo2 karmel yang kalau memang kebetulan sedang on line di situs kami tersebut. di situ kamu dapat bertanya2 lebih jauh.
kalau saya tinggal di :
biara karmel beato titus brandsma
jl. terusan rajabasa 4, malang 65146
tlp: 0341-561409
mungkin sarana2 ini dapat membantu saudara krisma jika memang ingin sungguh2 menanggapi panggilan Tuhan dan tertarik masuk karmel. kami tunggu kabar dari anda ^_^
Syaloom Frater,
Kira-kira apa pertanda kalau kita benar-benar dipanggil menjadi pekerja diladangNya? Saya masih ragu juga dengan pilihan kedepan hidup saya..hingga sampai saat ini.. apakah harus dengan semacam retreat atau bisa dari pengalaman pribadi atau bagaimana???
Terima kasih.
Tuhan berkati.
syaloom juga ^_^,
wah….wah…jujur kita semua juga masih mencari panggilan Tuhan yang sebenarnya toh? kita tdk akan pernah tau kehendak dan rencana Tuhan atas diri kita kelak, kita hanya diminta untuk peka akan tuntunanNya dan ikuti itu !
kalau menurut pengalaman saya sendiri sich, saya merasa terpanggil karena saya merasakan adanya “gerakkan” batin (suara hati), mungkin ini akan sangat abstrak penjelasannya apa boleh buat iman adl sesuatu yg memang abstrak, tdk bisa dimengerti hanya dengan menggunakan pikiran tapi lebih kepada hati. ok saya lanjutkan…jadi waktu itu saya memang mendapat tawaran dari ibu saya apakah saya mau masuk ke seminari menengah? (saya baru akan lulus SMP). awalnya saya menolaknya krn saya tidak ingin menjadi imam, singkat cerita ibu saya menjelaskan bhw maksudnya bukan ingin agar saya menjadi imam, tetapi agar saya mendapat pendidikan dan disiplin yg baik. ok, klo bgt saya tetapkan utk masuk seminari krn dalam permenungan dan doa2 saya mengatakan bhw saya mmg lbh baik masuk seminari, ini saya anggap sbg kehendak Tuhan yg berbicara lwt suara hati saya. awalnya saya mendaftar di seminari wacana bakti, JKT namun tidak diterima, hampir putus asa saya waktu itu. tetapi tiba2 (krn mmg tdk diminta) seorang teman dr ibu saya mengatakan klo di bogor masih ada seminari menengah yang membuka pendaftaran yaitu seminari Stella Maris (ini jg saya anggap sbg kehendak Tuhan). mendaftarlah saya di sana dan akhirnya diterima, sampai sekarang saya masih bertahan di Ordo Karmel, Malang.
intinya bagaimana kita tahu kehendak Tuhan? yah.. jika memang dalam usaha2 kita untuk menanggapi panggilan Tuhan ini (dgn catatan kita sungguh merasakan gerakkan hati yg kuat, misalnya klo kita seperti menolak panggilan tsb kita tetap saja merasa ada gerakkan tadi. lihat kisah saya di atas) mendapat petunjuk dan kemudahan. kita seperti dituntun oleh Tuhan tuk mewujudkan apa yg diinginkanNya. “panggilan” Tuhan itu bisa berasal dari mana saja, klo kasus saya berasal dr tawaran ibu saya itu. kita memang harus memiliki kepekaan hati yang tajam utk dpt merasakan panggilan dan tuntunan Tuhan tsb. saya saja yg bermasa lalu sangat buruk, sangat tidak religus ini bisa merasakan panggilan Tuhan ini. saya yakin saudara widi akan lebih mampu dgn baik mendengar panggilan Tuhan tsb, mungkin anda hanya perlu utk membawa pergulatan saudara ini dalam doa2 pribadi. saya doakan smga sdr. widi segera menemukan petunjuk.
sekian tanggapan dr saya semoga bisa memberi sedikit penjelasan kalau tidak tanya lagi saja hahahaha, dan terima kasih atas komentarnya, silakan klo ingin bertanya lebih lanjut akan saya jawab kembali dengan senang hati. ^_^
salam kasih,
fr.Yudi, O.Carm
Shalom Frater, kira kira apa saja ya persyaratan seseorang yang ingin masuk Ordo Karmel?
Comments are closed.