Home Blog Page 42

Siapakah ke-tiga majus dari Timur?

0

Fr. William Saunders, Dean Notre Dame Graduate School of Christendom College, kata “majus” sendiri berasal dari kata “magos/ magio” (bahasa Yunani) kemungkinan adalah anggota dari kalangan imam Persia kuno, yang dapat menginterpretasikan bintang. Di jaman Alkitab ditulis, di Persia memang pengetahuan astrologi dan astronomi cukup berperan. Heredotus, seorang ahli sejarah di abad 5 BC juga membuktikan adanya peran astrologi yang kuat pada kalangan imam di Persia). Berikut ini adalah ringkasan dari yang dituliskan oleh Fr.Saunders, selengkapnya, silakan klik di sini

Kunjungan para majus ini telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, Bileam menubuatkan kedatangan Mesias yang akan ditandai oleh bintang: “Aku melihat Dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang Dia tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub; tongkat kerajaan timbul dari Israel….” (Bil 24:17), demikian juga Mzm 72:10-11, “… kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Sheba dan Seba menyampaikan upeti. Kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya!” Pernyataan serupa juga dinubuatkan oleh Nabi Yesaya dalam Yes 60:6.

Kita sudah umumnya berpikir bahwa ada tiga orang majus, karena disebutkannya tiga kawasan pada Mazmur 72. Namun sebenarnya tradisi awal Gereja tidak secara konsisten menyebutkan demikian. Para Bapa Gereja di Barat, seperti Origen, St. Leo Agung dan St. Maximus dari Turin- menyatakan ada tiga orang majus. Sedangkan pada karya seni Kristen di Roma yang ada di kuburan St, Petrus dan St, Marcellinus menggambarkan dua orang majus; di kuburan St, Domitilla, empat orang majus dan tradisi gereja Timur, dua belas orang.

Yang sekarang ini dikenal di Gereja Katolik Roma berasal dari tradisi yang diperoleh sejak abad 7, tentang adanya 3 orang majus, dengan nama Melchior, Caspar dan Balthasar. St. Bede (735) menulis tentang hal ini dalam Excerpta et Collectanea, “Orang majus adalah mereka yang memberikan persembahan-persembahan kepada Allah. Yang pertama dikatakan bernama Melchior, seorang yang tua dengan rambut putih dan jenggot yang panjang… yang mempersembahkan emas kepada Tuhan sebagai raja. Yang kedua bernama Casper, muda dan tidak berjenggot, ber-bintik-bintik kemerahan… dengan persembahan kemenyan, persembahan yang ditujukan kepada Sang Ilahi. Ketiga, berkulit hitam dan berjenggot lebat, bernama Balthasar… dengan persembahan mur yang menandai bahwa Anak Manusia itu yang akan wafat.

Pranala luar:

  • http://www.newadvent.org/cathen/09527a.htm

“Marilah kita bertolak ke seberang…”

0
Sumber gambar: http://kingdomdynamics.org/2013/05/16/sleeping-through-the-storm/

[Hari Minggu Biasa ke XII:  Ayb 38:1, 8-11; Mzm 107:23-31; 2Kor 5:14-17; Mrk 4:35-40].

Belum lama ini kami mendengar kabar kurang baik dari sepupu kami. Ibunya yang selama ini selalu sehat, terkena serangan jantung mendadak. Kelep jantungnya melemah, dan ketiga arteri jantungnya menyempit. Penyempitannya cukup parah, 90%, 90% dan 75%. Selain itu, di beberapa tempat lainnya di pembuluh darah juga ditemukan penyempitan yang cukup serius. Dokter menganjurkan operasi, sebab tanpa operasi keadaan akan menjadi semakin parah. Namun untuk melakukan operasi dibutuhkan  biaya yang cukup besar. Seluruh keluarga besar turut berdoa dan memohon agar Tuhan berbelas kasihan dan membuka jalan yang terbaik, bagi Tante kami dan keluarganya itu.

Demikianlah, di dalam hidup ini, kadang Tuhan mengizinkan adanya badai menerjang kapal kehidupan kita. Nampaknya, kita tak perlu berpayah- payah mencari contoh yang cocok dengan kisah Injil hari ini, sebab tiap-tiap kita mengalaminya. Atau kalau belum, suatu saat nanti akan mengalaminya. Entah kita mengalami penyakit, masalah keluarga, kehilangan pekerjaan ataupun harta milik, ataupun kehilangan orang yang paling kita kasihi. Ketika badai itu datang, ada kemungkinan, atau besar kemungkinannya, kita bersikap seperti para rasul itu. Panik. Atau menyalahkan Tuhan. Atau menjadi tidak percaya, dan menyangka kita akan tenggelam. “Tuhan, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” (Mrk 4:38) Padahal, seandainya  kita memiliki iman sedikit saja, kita akan dapat menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan ini: Mungkinkah Tuhan itu tenggelam? Mungkinkah Tuhan tidak peduli terhadap sahabat-sahabat-Nya yang sedang dalam kesulitan?  Mungkinkah Tuhan tidak menepati perkataan-Nya?  Sebab Tuhan Yesus ada dalam perahu kehidupan kita. Bukankah Ia sendiri berkata, “Marilah kita bertolak ke seberang” (Mrk 4:35)? O, seandainya saja kita selalu menyimpan perkataan-Nya ini di dalam hati kita! Ya, meskipun kita menghadapi badai yang hebat sekalipun, Tuhan Yesus tidak meninggalkan kita. Sebab Ia berjanji akan membawa kita sampai di seberang.

Mazmur hari ini mengingatkan kita, bahwa kadangkala Tuhan menguji iman kita, dengan mengizinkan terjadinya gelombang-gelombang yang besar menerpa kehidupan kita (Lih. Mzm 107:25). Hal itu selayaknya membuat kita menjadi sadar bahwa kita tidak sepenuhnya dapat mengatur kehidupan kita sendiri. Sebaik-baiknya kita membuat rencana, namun adakalanya segala sesuatunya terjadi di luar perencanaan kita itu. Kita tak dapat berbangga bahwa kita mempunyai kuasa untuk menentukan segala sesuatu dalam kehidupan ini, sebab sesungguhnya Tuhanlah yang berkuasa atas semua ciptaan-Nya. Karena itu, badai hidup yang kita alami dapat menjadi jalan bagi Tuhan untuk membentuk kita menjadi orang yang rendah hati. Bukankah ini yang kita baca dalam Kitab Ayub hari ini, “Di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan?” (Ayb 38:11) Sebab justru melalui badai itu, Tuhan membuka mata hati kita, bahwa kita tak dapat mengandalkan kekuatan kita sendiri. Tuhan menghendaki agar kita mengandalkan Dia, sebab hidup dan masa depan kita sepenuhnya ada di tangan-Nya. Ia adalah Allah yang mengatasi segalanya, namun juga adalah Allah yang dekat dan peduli akan segala permasalahan kita. Ia tidak akan membiarkan kita binasa, asalkan kita datang kepada-Nya dengan kerendahan hati, dan “berseru-seru dalam kesesakan” (Mzm 107:28). Tuhan akan mengeluarkan kita dari kecemasan, dan akan membuat badai itu diam, dan akan menuntun kita ke pelabuhan yang kita tuju (lih. Mzm 107:28-30).

Jangan menyerahkan dirimu kepada keputusasaan. Kita adalah umat Kebangkitan dan Alleluia adalah senandung kita.” (St. Yohanes Paulus II)

Jadikanlah Hati-Mu Hatiku

0

[Hari Raya Hati Kudus Yesus: Hos 11:1-9; Yes 12:2-6; Ef 3:8-19; Yoh 19:31-37].

Setelah Minggu lalu kita merenungkan rahmat Allah yang terbesar dalam Ekaristi, Minggu ini kita merenungkan kasih Allah dalam Hati Kudus Yesus, yang menjadi sumber dari segala kasih karunia-Nya. Hati adalah lambang cinta kasih, maka hari ini, saat kita memandang Hati Kudus Yesus, kita merenungkan kasih-Nya kepada kita. “Lihatlah Hati ini yang telah begitu mengasihi manusia…” kata Tuhan Yesus kepada St. Margaret Mary. Biarlah perkataan ini menggema di dalam hati kita, setiap kali kita memandang gambar Yesus yang menunjuk kepada Hati Kudus-Nya, yang terluka karena dosa-dosa kita. Hati itu selalu menanti kita, mencari jiwa-jiwa agar dapat menyelamatkannya. Hati Kudus Yesus selalu ada dalam Ekaristi, untuk memuaskan jiwa kita yang lapar dan haus akan Dia. Dalam Hati Kudus-Nya itu kita menimba kekuatan untuk menjalani kehidupan ini. Adalah mustahil bagi kita untuk menghapus semua dukacita dalam hidup ini, tetapi jika kita hidup bagi Yesus, dan menimba kekuatan dari Hati Kudus-Nya, jiwa kita akan beroleh ketenangan dan damai sejahtera.

Injil hari ini mengisahkan tentang ketika prajurit itu menikam lambung Yesus untuk memastikan bahwa Ia telah wafat. Dari tikaman yang terarah ke hati-Nya itu, keluarlah darah dan air yang melambangkan sakramen- sakramen Gereja. Dari Hati Kudus Yesus itu mengalirlah kehidupan bagi Gereja-Nya yang adalah mempelai-Nya. Dengan demikian, Gereja dibentuk dari Hati Kudus Yesus, sebagaimana Hawa dibentuk dari tulang rusuk Adam. Namun tidak seperti Hawa yang menjadi ibu bagi kehidupan yang fana, Gereja menjadi ibu bagi kehidupan ber-rahmat yang kekal. Sebab yang disampaikan oleh Gereja adalah kehidupan ilahi yang mengalir dari Kristus, yang keluar dari Hati-Nya yang Mahakudus. Dalam Hati Kudus Kristus itulah tersimpan “kekayaan Kristus yang tidak terduga”, suatu “rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah” (Ef 3:8-9). Betapa kita  bersyukur, bahwa Kristus telah menyatakan dan mencurahkan kepada kita, kasih-Nya yang tiada terduga dan tiada terselami itu…

Mari kita berdoa bersama dengan St. Bonaventura, agar kita dapat semakin meresapkan rahasia kasih Allah yang tersembunyi di dalam Hati Kudus Yesus itu:

Ya Yesus, oleh izin-Mu, seorang prajurit menikam lambung-Mu yang kudus. Ketika darah dan air memancar keluar, harga keselamatan kami pun tertumpah, yang mengalir dari mata air Hati Kudus-Mu yang penuh rahasia. Dan Engkau memberi kuasa kepada sakramen-sakramen Gereja, untuk mencurahkan kehidupan rahmat, dan menjadi bagi mereka yang hidup di dalam Engkau, air hidup yang menyelamatkan, yang terus terpancar sampai kehidupan kekal….

O Yesus, kini saat aku telah dibawa ke dalam Hati Kudus-Mu, dan sungguh betapa indahnya berada di sini, aku tak mau dengan mudahnya terpisah darinya. O, betapa indah dan menyenangkan untuk tinggal di dalam Hati-Mu! Hati-Mu, ya Yesus, adalah harta yang sungguh kaya, bagaikan mutiara berharga, yang kutemukan di dalam rahasia tubuh-Mu yang ditusuk, bagaikan dalam tanah ladang yang dibajak. Siapa yang akan mengabaikan mutiara ini? Sebaliknya, aku akan menyerahkan semua mutiara di dunia, aku akan menukarkan semua pikiran dan kesenanganku dengannya, dan aku akan membelinya bagiku. Aku akan menyerahkan semua perhatian dan kekuatiranku kepada Hati-Mu, o Yesus yang baik… Aku telah menemukan Hati-Mu… Hati Rajaku, Saudaraku, Sahabatku. Tersembunyi dalam Hati-Mu, apakah yang tidak dapat kuminta dari-Mu? Aku mau meminta, agar Hati-Mu menjadi hatiku juga. Jika Engkau, Yesus adalah Kepalaku, tidak dapatkah aku berkata bahwa Hati-Mu itu adalah milikku, selain bahwa itu adalah milik-Mu? Bukankah mata dari kepalaku juga adalah mataku? Maka, Hati dari Kepala rohaniku adalah juga Hati-ku. Betapa ini membuatku bersuka cita! Engkau dan aku memiliki satu hati. Setelah kutemukan Hati yang ilahi, yang adalah Hati-Mu dan hatiku, O Yesus yang termanis, kumohon kepada-Mu, O Tuhanku, terimalah doa-doaku dalam tempat kudus itu di mana Engkau memperhatikannya. Dan terlebih lagi, tariklah aku sepenuhnya, ke dalam Hati Kudus-Mu. Amin(St. Bonaventura).

Ekaristi adalah Emanuel yang menyatukan kita dengan-Nya

0
Sumber gambar: http://www.corpuschristibaltimore.org/

[Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Kel 24:3-8; Mzm 116:12-18; Ibr 9:11-15; Mrk 14:12-16, 22-26].

Kita bersama telah menjalani tahun liturgi yang mengarahkan kita, dari permenungan akan peristiwa-peristiwa kehidupan Tuhan Yesus, sampai kepada permenungan akan Allah Tritunggal Mahakudus, yang kita rayakan Minggu lalu. Melalui perjalanan rohani tersebut, Yesus Kristus telah membawa kita kepada Allah Tritunggal, dan sepertinya hari ini, Allah Tritunggal membawa kita kembali kepada Kristus. Demikianlah perjalanan rohani jiwa seorang Kristiani: dari mengenal Kristus, kita mengenal Allah Bapa (lih. Yoh 14:6), dan mengenal Roh Kudus dalam kesatuan Allah Tritunggal Mahakudus. Demikian pula, dari mengenal Allah Tritunggal, kita dibawa kembali untuk lebih mengenal Kristus. Gereja mengetahui bahwa kehidupan rohani kita ada di dalam Kristus, maka Gereja senantiasa mengarahkan kita kepada Kristus, yang sungguh-sungguh hadir dalam sakramen Mahakudus. Maka, perayaan Corpus Christi bukan hanya kenangan sejarah akan Perjamuan Terakhir yang terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Sebaliknya, perayaan ini mengingatkan kita akan kenyataan kehadiran Kristus yang selalu hidup di tengah-tengah kita. Dengan kehadiran Kristus dalam sakramen Mahakudus, tergenapilah sabda-Nya kepada kita, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu” (Yoh 14:18). Sebab Ia tetap tinggal selamanya di tengah kita, dalam kepenuhan kemanusiaan dan keilahian-Nya. Dalam rupa roti, hadirlah Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allahan Kristus. Di dalam sakramen itu, yang kita kenal dengan sebutan Ekaristi, Yesus sungguh adalah Emanuel: Allah yang menyertai kita.

Namun Ekaristi bukan hanya bermakna bahwa Yesus hadir di tengah kita, tapi juga bahwa Yesus menjadi santapan rohani bagi kita. Antifon Pembuka hari ini mengingatkan kita bahwa Kristus adalah penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama. Yaitu bahwa Allah telah memberi kepada bangsa pilihan-Nya, gandum yang terbaik, dan madu dari gunung batu. Ini adalah suatu gambaran yang sangat samar akan Ekaristi, yaitu bahwa oleh kuasa Roh Kudus-Nya, Allah memberi makan kita umat-Nya, dengan Roti yang turun dari Surga (lih. Yoh 6:48-51,54). Dengan demikian, kita dapat memperoleh hidup yang kekal. Kristus mau menjadi santapan bagi kita agar Ia dapat mengubah kita menjadi semakin serupa dengan Dia, dan membuat kita hidup di dalam-Nya, sebagaimana Ia hidup di dalam Bapa-Nya. Ekaristi menjadi sakramen pemersatu, dan sekaligus bukti yang paling jelas dan paling meyakinkan, bahwa Allah memanggil kita kepada kesatuan yang erat dengan-Nya. Sang Emanuel itu tak hanya menyertai kita tetapi menyatukan kita dengan-Nya.

O jiwaku, bagaimana engkau dapat tahan untuk tidak menenggelamkan dirimu semakin dalam ke dalam kasih Kristus yang tidak pernah melupakanmu… tetapi yang rela memberikan diri-Nya sendiri seutuhnya kepadamu, dan menyatukan kita dengan diri-Nya sendiri selamanya?” (St. Angela dari Foligno)

Terpujilah Allah Tritunggal Mahakudus!

0
Sumber gambar: http://www.wikiart.org/en/peter-paul-rubens/the-trinity-adored-by-the-duke-of-mantua-and-his-family

[Hari Raya Tritunggal Mahakudus: Ul 4:32-40; Mzm 33:4-22; Rm 14:17; Mat 28:16-20].

Sejak masa Adven sampai hari Minggu ini, Gereja mengajak kita untuk merenungkan belas kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Melalui Inkarnasi, Allah telah mengutus Kristus Putra-Nya yang tunggal. Melalui Penebusan oleh pengorbanan Kristus, Allah menebus dosa-dosa kita. Melalui Pentakosta, Allah mengaruniakan Roh Kudus-Nya untuk menyertai kita. Dan di hari Minggu ini, Gereja mengarahkan kita untuk merenungkan sumber dari semua karya dan rahmat Allah ini, yaitu diri-Nya sendiri: Allah Tritunggal Mahakudus.

Dalam bacaan doa brevir—Ibadah Harian Gereja—hari ini, salah satu antifonnya berbunyi, “Allah Bapa adalah kasih, Putera adalah rahmat, dan Roh Kudus adalah yang menyatukan, O Tritunggal Mahakudus!” Kepada kita, kasih Bapa dan rahmat Kristus, disatukan dan disampaikan oleh Roh Kudus. Karena itu, hidup kita di dunia ini merupakan sebuah perjalanan untuk semakin disempurnakan dalam kasih dan rahmat Allah, dalam kesatuan dengan Roh-Nya. Betapa setiap kali kita pantas bersyukur, seperti yang diajarkan oleh nabi Musa dalam Bacaan Pertama hari ini, karena Allah kita adalah Allah yang selalu menyertai kita. Betapa kita perlu menajamkan mata hati kita, agar mampu melihat penyertaan Allah! Allah kita yang esa dan melampaui segalanya, demikian mengasihi kita, sehingga menghendaki kita mengambil bagian dalam kehidupan ilahi-Nya. Oleh karena itu, Allah mengutus Kristus Putera-Nya untuk menjadi manusia seperti kita, turut mengalami segala hal yang kita alami sebagai manusia. Setelah sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga, Allah mengaruniakan Roh-Nya, yang menjadikan kita anak-anak-Nya, sehingga kita dapat memanggil-Nya: “Bapa” (lih. Rm 8:15). Bukankah ini adalah suatu rahmat yang sangat besar? Senada dengan perkataan nabi Musa, bukankah kita pun layak bertanya, “Pernahkah ada suatu bangsa yang dapat memanggil Allah sebagai Bapanya?” Ya, kita semua, sebagai Gereja, bangsa pilihan Allah yang baru, patut bersyukur atas karya keselamatan Allah. Sungguh besarlah kasih Allah Bapa yang dinyatakan di dalam Kristus Putera-Nya, oleh kuasa Roh Kudus, yang kita rayakan hari ini! Jika kita telah mengalami kasih-Nya ini, maka amanat Kristus sebelum kenaikan-Nya ke Surga, juga menjadi kerinduan kita. Sebab sudah sepantasnya, semakin banyak orang dapat mengenal dan mengalami kasih Allah, yang menyatukannya dengan Allah sendiri dan dengan sesamanya.

Marilah kita berdoa memuliakan Allah Tritunggal Mahakudus bersama St. Katarina dari Siena:

O, Allah Tritunggal Mahakudus, Engkau bagaikan sebuah lautan yang dalam; di mana semakin kucari, semakin kutemukan, semakin kutemukan, semakin kucari agar aku lebih mengenal-Mu. Engkau mengisi jiwa kami yang senantiasa tak terpuaskan, sebab di hadapan-Mu yang tak bertepi, jiwa kami selalu lapar akan Engkau, ya Allah Tritunggal Mahakudus! Jiwa kami rindu untuk memandang kebenaran dalam terang-Mu….

O, kedalaman yang tak terselami! O Allah yang kekal! …. Apa yang lebih lagi, yang dapat Kauberikan kepadaku selain daripada diri-Mu? Engkau adalah  Sang Api yang selalu berkobar …. Dengan api-Mu Engkau menghanguskan cinta diri dalam jiwa. Engkaulah Api yang menghalau kebekuan, dan menerangi pikiran dengan terangnya. Dan dengan terang ini Engkau telah membuatku mengenal kebenaran-Mu. Sungguh terang ini adalah sebuah lautan yang memberi makan pada jiwa sampai seluruhnya tenggelam di dalam Engkau. O lautan damai sejahtera, Allah Tritunggal yang kekal!…..

Engkau adalah Kebaikan yang tertinggi dan tiada terbatas, kebaikan di atas semua kebaikan, kebaikan yang menggembirakan, tak terpahami, tak terukur. Engkaulah keindahan yang mengatasi segala keindahan yang lain, kebijaksanaan yang melampaui semua kebijaksanaan, sebab Engkau adalah Sang Kebijaksanaan itu sendiri …. Lingkupilah aku, ya Allah Tritunggal Mahakudus, lingkupilah aku dengan diri-Mu sendiri, supaya aku dapat melewati hidupku di dunia ini, dalam ketaatan yang sejati, dan dalam terang iman yang kudus, yang dengannya, Engkau telah menghidupkan dan menggembirakan jiwaku.

Datanglah, ya Roh Kudus!

0
Sumber gambar: http://www.patheos.com/blogs/lisahendey/2014/06/sweet-tweets-for-60614-encounter/

[Hari Raya Pentakosta: Kis 2:1-11; Mzm 104:1,24-34; Gal 5:16-25; Yoh 15:26-27, 16:12-15].

Pentakosta adalah kepenuhan rahmat Allah kepada manusia. Di hari raya Natal, Allah mengaruniakan Yesus Kristus Putera-Nya yang tunggal kepada dunia, agar dapat membawa umat manusia kepada-Nya. Di masa Pekan Suci, Kristus memberikan diri-Nya seluruhnya kepada kita, melalui wafat-Nya di kayu salib. Di saat Paskah, Ia bangkit dari kematian. Kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, menjadi janji kemuliaan yang akan Tuhan berikan kepada kita. Dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya, Kristus pergi kepada Bapa untuk mempersiapkan tempat bagi kita, sebab di dalam Kristus dan bersama Dia, kita menjadi bagian dari keluarga Allah, yang ditentukan-Nya untuk memperoleh kehidupan kekal. Namun pemberian Tuhan tidak hanya berhenti sampai di sini. Dengan kenaikan-Nya ke Surga, Yesus dalam kesatuan dengan Allah Bapa, mengutus Roh-Nya, yaitu Roh Kudus, kepada kita.

Allah Bapa dan Roh Kudus begitu mengasihi kita, sehingga mengaruniakan Sabda-Nya—yaitu Kristus—kepada kita, melalui Inkarnasi. Allah Bapa dan Putra begitu mengasihi kita sehingga mengaruniakan Roh-Nya sendiri kepada kita. Demikianlah ketiga Pribadi dalam diri Allah memberikan diri-Nya kepada kita yang kecil dan lemah ini, agar kita dapat dibebaskan dari dosa, dan dikuduskan untuk masuk dalam persekutuan yang erat dengan-Nya. Roh Kudus—yang menerima, memeteraikan dan memahkotai kasih timbal balik antara Allah Bapa dan Putra—diberikan kepada kita! Ya, Roh Kasih Allah itu, yang turun atas para Rasul, juga turun atas kita. Betapa seharusnya kita pun dapat mengalami pengalaman serupa yang dialami oleh para Rasul itu, sebab Roh yang diutus adalah Roh Allah yang sama. Semoga kita, seperti para Rasul itu, juga diubah oleh Roh Kasih Allah itu, sehingga kita dapat semakin menampakkan dalam kehidupan kita, buah Roh Kudus, yaitu: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut dan penguasaan diri” (Gal 5:22). Dengan demikian kita hidup dipimpin oleh Roh-Nya “ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh 15:13).

Kita memang telah menerima Roh Kudus melalui Baptisan, dan bahkan telah diteguhkan dalam sakramen Krisma. Namun itu tidak berarti bahwa Roh Kudus tidak lagi dapat dicurahkan kepada kita. Sebaliknya, Roh Kudus tetap dapat diutus untuk kita, agar semakin mengukuhkan persatuan kita dengan Allah. Sebab Allah tiada terbatas, demikian pula Kasih-Nya, yang terus tercurah bagi kita. Di hari yang istimewa ini, mari kita menaikkan doa  yang disusun oleh St. Carmela dari Roh Kudus, OCD:

“O Roh Kudus, Sang Kasih antara Allah Bapa dan Putra, turunlah atasku bagaikan Pentakosta baru. Dan bawalah bagiku kelimpahan karunia-Mu, buah-buah-Mu, dan rahmat-Mu. Persatukanlah diri-Mu dengan aku, sebagai Kekasih bagi jiwaku. Aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepada-Mu…. jadikanlah aku milik-Mu. Jadilah bagiku terang yang menembus akal budiku, gerakan yang mendorong kehendakku, kekuatan yang menguatkan tubuhku. Sempurnakanlah dalam diriku, karya pengudusan-Mu dan kasih-Mu. Jadikanlah aku murni, sederhana, tulus, damai, lemah lembut, tenang bahkan dalam menghadapi penderitaan, dan berkobar dalam kasih, baik terhadap-Mu maupun sesamaku….

Jadikanlah aku taat, ya Tuhan, supaya aku tidak lagi dipimpin oleh kesombonganku, tetapi hanya oleh dorongan ilahi. Dengan demikian, semua yang ada padaku akan digerakkan oleh kasih, supaya ketika aku bekerja, aku bekerja oleh karena kasih; dan ketika aku menderita, aku dapat menanggungnya oleh karena kasih. Buatlah ya Tuhan, agar hal-hal surgawi dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseharianku, yang menggerakkan jiwaku.

Buatlah aku menjadi penurut dan peka untuk mengikuti dorongan Roh-Mu…. Jadikanlah aku menjadi semakin mawas diri, lebih menyukai keheningan, lebih berserah kepada pimpinan ilahi-Mu, lebih peka terhadap sentuhan-Mu. Doronglah aku kepada kedalaman hati-ku, di mana Engkau tinggal berdiam.

Datanglah, O, Roh yang menghidupkan, kepada dunia yang malang ini dan perbaharuilah muka bumi… berilah kami damai sejahtera-Mu yang tak dapat diberikan oleh dunia….”

Marilah bersama seluruh Gereja kita nyanyikan Mazmur hari ini:

Utuslah, Roh-Mu, ya Tuhan, dan jadi baru seluruh muka bumi….
Allahku, nama-Mu hendak kupuji, Engkau amat agung
berdandan sinar kebesaran….
Utuslah, Roh-Mu, ya Tuhan, dan jadi baru seluruh muka bumi….

Keep in touch

18,000FansLike
17,700FollowersFollow
30,300SubscribersSubscribe

Podcasts

Latest sermons