Home Blog Page 4

6 Kesalahpahaman infalibilitas Paus

0

Paus khan manusia, mengapa Gereja Katolik mengajarkan bahwa Paus infalibel (tidak dapat sesat)? Bukankah ini tidak sesuai dengan Kitab Suci yang mengatakan bahwa semua manusia telah berdosa? Ingin tahu jawabannya?

Hi, saya Stefanus Tay selamat datang di katolisitas. Ada begitu banyak kesalahpahaman akan topik pengajaran tentang infalibilitas Paus. Kebanyakan kesalahpahaman ini muncul karena, kata infalibilitas (infallibility) dikacaukan dengan kata impekalibitas (impeccability) yang artinya tidak dapat berdosa. Tentu saja ini keliru. Sebab infalibilitas bukan berarti tidak berdosa. infalibilitas juga bukan hanya karisma yang melekat pada Paus, tetapi juga pada persekutuan para uskup ketika bersama-sama dengan Paus, menyatakan suatu pengajaran sebagai kebenaran. Karisma ini dasarnya adalah sabda Yesus sendiri, yang menjanjikannya kepada para murid dan penerus mereka,

“Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku.” (Luk 10:16).

Sekarang mari kita lihat 6 kesalahpahaman sehubungan dengan infalibilitas Paus ini:

1. Karena infalibel, Paus adalah manusia tidak berdosa dan semua perkataannya benar.

Ini keliru, karena Paus adalah manusia biasa, yang tidak sempurna, maka, tentu saja ia dapat berbuat dosa. Sejarah mencatat bahwa ada sejumlah Paus yang hidupnya tidak baik, tidak sesuai dengan panggilannya sebagai pemimpin Gereja. Jadi infalibilitas ada bukan karena manusianya—dalam hal ini Paus—yang tidak dapat berbuat salah, melainkan karena janji Kristus sendiri yang memberikan kuasa kepada Rasul Petrus dan penerusnya untuk mengajar tanpa kesalahan. Kristus memberi kuasa kepada Rasul Petrus, untuk mengikat dan melepas kan serta memberinya kunci Kerajaan Surga  (Mat 16:16-18). 

Karena itu, infalibilitas Paus tidaklah berlaku untuk semua aspek kehidupan Paus dan semua perkataan Paus. Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi, agar pengajaran Paus dapat dikatakan infalibel yaitu: (1) Kalau Paus berbicara dari kursi Petrus, artinya bukan dalam kapasitas pribadi, namun dalam kapasitas sebagai penerus Rasul Petrus, yang mengeluarkan pengajaran secara resmi dan definitif, baik secara luar biasa—atau disebut ex-cathedra— maupun secara biasa dan universal (2) Kalau pengajarannya berkenaan tentang iman dan moral. Jadi ketika Paus berbicara tentang hal finansial, sosial ekonomi, musik, bisa saja pernyataannya salah atau tidak tepat; (3) Kalau pengajaran tersebut diberlakukan bagi Gereja seluruh dunia, jadi bukan hanya untuk satu negara atau wilayah saja.

2. Kesalahpahaman kedua adalah: Karena infalibel, Paus mempunyai kuasa tak terbatas.

Santo Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa Anda akan terkejut bahwa sebenarnya kuasa Paus tidaklah sebesar yang Anda kira. Sebagai contoh dalam surat apostoliknya, Ordinatio Sacerdotalis, St. Paus Yohanes Paulus II menulis bahwa Gereja tidak mempunyai wewenang apapun untuk melakukan pentahbisan imam kepada wanita. Sebagai Paus, ia tidak mempunyai kuasa untuk mengubah pengajaran yang terus dipercaya oleh Gereja sejak awal mula. Maka, ketika ditanya tentang apakah Gereja akan mempertimbangkan tahbisan untuk wanita, Paus Fransiskus, mengacu kepada ajaran Paus pendahulunya, mengatakan

“Gereja telah berbicara dan mengatakan TIDAK… Pintu itu telah tertutup.” 

3. Karena Infalibel, maka Paus dapat mengeluarkan pengajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci. 

Ini juga pernyataan yang salah. Paus tidak dapat mengeluarkan pengajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci. Untuk dapat mengeluarkan pernyataan yang mengikat umat beriman, maka Paus harus mempunyai dasar dari Kitab Suci, baik eksplisit maupun implisit. Ini juga harus diteguhkan bahwa pengajaran ini tidak muncul tiba-tiba, namun sesungguhnya telah diajarkan oleh jemaat awal, yang dapat kita lihat dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja. Juga, pernyataan ini  tidak dapat bertentangan dengan pengajaran dan dogma Gereja Katolik yang lain, karena sifat kebenaran adalah tidak boleh bertentangan.

4. Karena infalibel, Paus banyak sekali mengeluarkan pernyataan ajaran ex-cathedra.

Ini pernyataan yang keliru, sebab kita hanya menemukan sedikit pengajaran yang termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh: Paus Pius IX mengeluarkan pernyataan ex-cathedra perihal dogma tentang Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda pada tahun 1854 dan Paus Pius XII mengeluarkan dogma tentang Bunda Maria Diangkat ke Surga pada tahun 1950.

5. Paus hanya bisa mengajar lewat pernyataan ex-cathedra.

Nah ini juga kesalahpahaman umum. Pengajaran yang mengikat umat Katolik bukan hanya pernyataan ajaran secara ex-cathedra atau luar biasa. Sebab selain secara luar biasa,  pengajaran Magisterium dapat diberikan secara biasa. Pengajaran secara luar biasa dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pernyataan ex-cathedra dari Paus atau pengajaran dari para uskup, termasuk Paus, yang berkumpul dalam suatu konsili. Sedangkan; cara yang biasa dapat dilakukan Paus lewat surat-surat apostolik dan ensikliknya. Tapi ini tidak berarti bahwa semua pernyataan Paus dalam surat apostolik maupun ensikliknya bersifat infalibel. Yang infalibel hanyalah beberapa pernyataan yang umumnya didahului dengan frasa,

“Dengan wewenang yang diberikan Kristus kepada Petrus dan para penerusnya, dan dalam persekutuan dengan para Uskup Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa….”

atau

“seperti yang telah ditegaskan oleh magisterium Gereja dalam banyak kesempatan….”

Intinya, pernyataan tersebut mengacu kepada ajaran yang telah dinyatakan oleh para Paus pendahulunya.

6. Paus dapat saja mengeluarkan dogma secara lisan.

Pernyataan ini tidak benar. Sebab pernyataan dogma Gereja, walau dapat bersumber dari Tradisi Lisan para rasul, sebenarnya telah dirumuskan secara tertulis oleh Gereja.  Sebenarnya yang disebut sebagai Tradisi Lisan di abad-abad awal, juga sekarang dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja. Jadi, semua ajaran Paus, dapat dibaca dari dokumen-dokumen Gereja yang telah dikeluarkan. 

Lagipula, pernyataan dogma harus memenuhi syarat pernyataan ex-cathedra. Sebagai contoh:  dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus, tentang Dogma Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Paus Pius IX, berkata:


Dengan inspirasi Roh Kudus, untuk kemuliaan Allah Tritunggal, untuk penghormatan kepada Bunda Perawan Maria, untuk meninggikan iman Katolik dan kelanjutan agama Katolik, dengan kuasa dari Yesus Kristus Tuhan kita, dan Rasul Petrus dan Paulus, dan dengan kuasa kami sendiri …[Frasa ini menyatakan bahwa saat menyatakan dogma ini, Paus berbicara dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus. Selanjutnya Paus berkata]: Kami menyatakan, mengumumkan, dan mendefinisikan bahwa doktrin yang mengajarkan bahwa Bunda Maria yang terberkati, seketika pada saat pertama ia terbentuk sebagai janin, oleh rahmat yang istimewa dan satu-satunya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Besar, oleh karena jasa-jasa Kristus Penyelamat manusia, dibebaskan dari semua noda dosa asal, adalah doktrin yang dinyatakan oleh Tuhan [frasa ini menyatakan bahwa ajaran tersebut adalah ajaran iman yang diwahyukan oleh Tuhan dan secara definitif dinyatakan oleh Gereja] dan karenanya harus diimani dengan teguh dan terus-menerus oleh semua umat beriman. [Frasa ini menyatakan bahwa pengajaran ini berlaku untuk seluruh dunia]

Jadi, pernyataan dogma ini sangat jelas memenuhi 3 persyaratan pengajaran ex-cathedra. Oleh karena itu, pernyataan ini mengikat semua umat Katolik. Artinya sebagai umat Katolik kita menerima dogma ini sebagai suatu kebenaran yang diwahyukan oleh Allah, dan karena itu kita mengimaninya.

Apa kesimpulannya?

Infalibilitas Paus merupakan bukti nyata akan karya Roh Kudus dalam Gereja. Melalui karunia ini, Gereja dihindarkan dari kesalahan dalam mengartikan dan mewartakan Injil. Mari kita senantiasa memohon bimbingan Roh Kudus agar dapat memahami ajaran Gereja dengan benar dan hidup seturut kehendak Allah. Dan jangan lupa juga untuk mendoakan Bapa Paus kita.

Kenapa kita misa setiap minggu?

0

Hai, salam Katolisitas! Aku Stefani

Beberapa hari yang lalu aku dapet pertanyaan nih dari seorang temen, kenapa sih kita harus misa, atau ikut Ekaristi, setiap minggu? Boleh ga sesekali bolos aja gitu, yang penting dateng pas natal paskah aja gitu, pas hari besar?

Nah kita bakal sama-sama bahas ya, apa sih makna Ekaristi buat kita umat Katolik?

Pertama-tama, Ekaristi tuh kaya pesan terakhir Kristus sebelom menderita sengsara dan wafat. Kalo kita liat dalam peristiwa Perjamuan Terakhir yang dicatet dalam Injil (Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19), Kristus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya, dan memberikan kepada para murid. Begitu juga Ia mengambil cawan berisi anggur, mengucap syukur, dan memberikan kepada para muridNya. Dalam peristiwa ini, Kristus menegaskan bahwa roti dan anggur yang Ia berikan ini adalah sungguh-sungguh Tubuh dan DarahNya. Lalu Kristus memerintahkan para murid buat melakukan hal ini sebagai peringatan akan Dia, yang pada hari setelahnya menderita dan wafat di kayu salib buat nebus dosa-dosa manusia, ya termasuk dosa-dosa kita.

Kalo kita bayangin ya, kaya kalo ada orang yang kita sayang udah mau meninggal, terus ngasih pesan-pesan terakhir, pasti kita bakal berusaha buat menuhin pesan itu kan? Kaya aku punya seorang temen nih, sebelom mamanya meninggal, mamanya bilang ke dia kalo pengen banget dia bisa lulus kuliahnya. Dan setelah mamanya meninggal, temenku ini bener bener perjuangin banget supaya dia bisa lulus, walaupun kuliahnya ini berat, tapi dia termotivasi supaya bisa lulus kuliah buat menuhin keinginan mamanya ini.

Jadi sebagai pesan dan perintah terakhir Kristus sebelum Ia menderita dan wafat, kita juga mesti melaksanakan hal ini. Sama kaya dulu Kristus mengadakan Ekaristi buat merayakan Paskah Yahudi yang ngingetin mereka akan pembebasan dari bangsa Mesir, sekarang Gereja ngerayain Paskah Kristus yang ngingetin kita bahwa Kristus udah bangkit dari kematian, untuk ngebebasin kita dari dosa dan maut. Gereja merayakan Ekaristi setiap hari, tapi secara khusus setiap hari Minggu, untuk memperingati hari Kebangkitan Kristus, yang terjadi pada hari Minggu.

Selain itu, yang kedua, dalam Ekaristi, Kristus sungguh-sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur, karena seperti tadi kita udah bahas, dalam Perjamuan Terakhir, Yesus mengatakan, “Inilah TubuhKu” dan “Inilah DarahKu”, bukan “inilah simbol TubuhKu” dan “inilah simbol DarahKu”. Jadi dari sejak awal, Gereja selalu memahami bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Ekaristi itu bener-bener Tubuh dan Darah Kristus, bukan cuma sebagai simbol kehadiran Kristus. Jadi waktu kita menyantap Ekaristi, kita bener-bener menyambut keseluruhan Kristus di dalam badan kita, dan juga pastinya di dalam hati kita.

Karena itu, Ekaristi tuh istimewa banget, karena Allah yang sedemikian ga terbatas besarnya, mau hadir dengan cara yang sederhana banget, yaitu dalam rupa roti dan anggur, dan mau menjadi satu sama kita. Tapi selain mempersatukan kita dengan Allah, Ekaristi juga bisa misahin kita dari dosa karena sebelom mengikuti perayaan Ekaristi, kita diajak buat berefleksi terlebih dahulu, kalo seandainya ada dosa berat, ya kita mengakukan dosa-dosa itu dalam Sakramen Tobat. Nah setelahnya, kalo masih ada dosa-dosa ringan, Ekaristi membersihkan kita dari dosa-dosa itu. Dalam perayaan Ekaristi, kita bersatu dengan Kristus, dan persatuan ini bisa ngelindungin kita dari dosa-dosa yang baru. Kita dikasih kekuatan sama Tuhan Yesus untuk menolak godaan dosa.

Selain itu, Ekaristi juga menyatukan kita dalam kesatuan Gereja dan umat beriman, makanya perlu nih buat kita berkumpul dalam persekutuan di Gereja. Dan Ekaristi juga mendorong kita buat membantu orang-orang yang miskin dan tersingkir, meneladani Kristus sendiri. Jadi kalo kita liat nih, sebenernya banyak banget buah-buah atau manfaat yang kita dapet dari Ekaristi. Makanya kita mesti setia mengikuti perayaan Ekaristi, tentunya dengan persiapan yang baik, supaya bisa dapet buah-buah ini dengan maksimal.

Gimana sih cara persiapannya? Kita bakal sama-sama bahas lagi di video lainnya ya, jadi sampe ketemu lagi teman-teman, terima kasih dan Tuhan memberkati, babaai

Kepala Gereja Yesus, tapi kenapa ada Paus

0

Ada yang pertanyaan, kalau Kristus adalah Kepala Gereja, kenapa masih perlu ada Paus?  Ingin tahu jawabannya? Ikuti terus video ini.

Hi, saya Stefanus Tay. Selamat datang di Katolisitas. 

Efesus 5:23 dan Kolose 1:18 mengatakan bahwa Kristus adalah kepala jemaat atau Gereja. Jadi tentu saja, umat Katolik mengakui bahwa Kristuslah Kepala Gereja. Namun demikian, dalam mengepalai umat-Nya ini Kristus melibatkan Paus sebagai wakil-Nya di dunia ini. 


1. Kristus adalah Kepala Gereja yang melibatkan para rasul dan penerus mereka.

Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan Gereja-Nya ini kepada para rasul yang adalah para uskup yang pertama. Kesinambungan jalur apostolik ini menjamin bahwa misi Kristus terus berlanjut di sepanjang zaman, dengan para uskup bertindak sebagai pengajar iman dan gembala bagi jiwa-jiwa. Paus, sebagai uskup Roma dan penerus Rasul Petrus menempati kedudukan yang unik sebagai sumber dan dasar yang kelihatan bagi kesatuan Gereja. 

Kesatuan yang kelihatan ini penting, sebab selain mempunyai dimensi ilahi, Gereja pun mempunyai dimensi manusiawi; dan keduanya tidak terpisahkan. Ini sama seperti Kristus  mempunyai kodrat ilahi dan kodrat manusia. Ketika Saulus menganiaya anggota Gereja yang kelihatan, Kristus berkata,

“Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4)

Jadi ada kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dan Gereja-Nya.

2. Peran Paus adalah untuk memimpin atas nama Kristus

Sebagai pemimpin atas nama Kristus, Paus tidak menjadi setara apalagi lebih tinggi dari Kristus. Ia bukan saingan Kristus, tetapi pelayan Kristus. Dalam kehidupan sehari-hari, ini seperti ketika seorang direktur perusahaan harus pergi dalam jangka waktu yang lama, maka  ia akan menunjuk seseorang untuk mewakilinya. Demikian juga dengan Kristus. Sebelum naik ke Surga, Kristus telah menunjuk perwakilan-Nya di dunia ini untuk menjaga umat-Nya. Ia mempercayakan penggembalaan umat Allah kepada Rasul Petrus (lih. Yoh 21:15-19). Dan karena Gereja-Nya dikehendaki Kristus untuk tetap ada di sepanjang zaman, maka tugas penggembalaan ini dilanjutkan oleh Paus sebagai penerus Rasul Petrus. Keberadaan Paus sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan ini penting, sebab Kristus menghendaki Gereja-Nya ini kelihatan, seperti kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi (Mat 5:14). 

Paus—sebagai pemimpin Gereja yang kelihatan ini— bertugas mewakili Kristus. Maka Paus bukan hanya pemimpin administratif tetapi lebih daripada itu, pemimpin rohani dan pastoral, untuk membimbing umat sampai kepada keselamatan kekal. Paus bertindak sebagai Kristus (in persona Christi) dalam perayaan-perayaan sakramen, secara khusus dalam perayaan Ekaristi. Paus mewakili Kristus sendiri dalam pelayanan tersebut, maka ia disebut vicar of Christ/ wakil Kristus. Artinya, Paus bertugas, atas nama Kristus memimpin dan mengajar umat sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. Otoritas Paus adalah cerminan dari misi Kristus sendiri, yang menekankan kepemimpinan atas dasar kasih dan pelayanan kepada sesama. Jadi Paus bukan pemimpin menurut ukuran dunia tetapi pemimpin yang melayani, yang menjaga, melindungi dan membina umat beriman. Itulah sebabnya Paus juga disebut sebagai ministerial head atau kepala pelayan. Dengan kepemimpinan Paus ini, Gereja Kristus akan terus bersatu padu, sebagaimana terlihat dalam sejarah. Gereja Katolik tetap bertahan selama 2000 tahun walaupun mengalami begitu banyak tantangan, baik dari luar maupun dari dalam.

3. Kepemimpinan Paus ada untuk menyatukan Gereja

Kita tahu bahwa Kristus menghendaki kesatuan sempurna dari umat yang mengimani Dia, dan  Ia menyamakan kesatuan itu dengan kesatuan antara diri-Nya dan Allah Bapa. Artinya, Tuhan Yesus mau agar umat-Nya sungguh-sungguh menjadi satu, sebagaimana dikatakannya dalam Yohanes 17. Karena itu, wakil Kristus yang kelihatan di dunia ini, bertugas menjaga kesatuan umatNya dalam ajaran, liturgi dan kepemimpinan; agar mereka benar-benar menjadi satu. 

Hal ini jelas kita lihat dalam peristiwa kunjungan Bapa Paus Fransiskus ke Indonesia tanggal 3 sampai 6 September 2024 yang lalu. Umat Katolik di seluruh Indonesia berkumpul, berdoa, mendengarkan pengajaran-Nya, dan memecah roti atau Ekaristi sebagai satu kesatuan,  khususnya yang hadir dalam Misa Kudus di GBK. Ini sama seperti yang terjadi dalam jemaat perdana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 2:42

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”

Maka kesatuan itu mencakup pengajaran, persekutuan, perayaan iman dan doa. Paus menjadi pemersatu para uskup dan umat, dan kuasanya bersifat universal. Katekismus mengajarkannya demikian:

“Paus, Uskup Roma dan pengganti Petrus, merupakan ‘asas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman’ (LG 23). ‘Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan universal terhadap Gereja…’.” (KGK 882)


Jadi apa kesimpulannya?

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kristus tetap adalah Kepala Gereja yang memimpin, membimbing Gereja melalui Roh Kudus. Namun, karena Gereja selain mempunyai dimensi ilahi (yang tidak kelihatan) juga mempunyai dimensi manusiawi (yang kelihatan), maka dalam memimpin Gereja-Nya, Kristus memberikan kuasa kepada Paus (selaku penerus Rasul Petrus) sebagai wakil-Nya dan kepala pelayanan-Nya. Karena itu, kepemimpinan Paus ada untuk mewujudkan kepemimpinan Kristus dalam melayani umat beriman dan memajukan persatuan di dalam Gereja. Dengan demikian, Kristus dapat memimpin dan menggembalakan umat-Nya secara kelihatan sampai akhir zaman.

Paus: bikinan manusia?

0

Banyak orang mungkin menyangka bahwa keberadaan Paus sebagai pemimpin Gereja merupakan ajaran yang baru muncul di abad-abad pertengahan atau setelahnya. Ini keliru. Mari kita bahas.

Hi! Saya Ingrid Tay. Selamat datang di Katolisitas. Paus dari kata Pope atau páppas dalam bahasa Yunani artinya papa atau bapa. Di abad-abad awal, kata páppas dipakai secara lebih luas, sebagai sebutan bagi imam di Gereja-gereja Timur, dan bagi uskup di Gereja Barat/ Latin. Menurut ensiklopedia Katolik, sebutan Paus yang dikhususkan bagi Uskup Roma terjadi di abad ke-4, di zaman Paus Siricius, dan makin jelas di abad ke-5, zaman Paus Symmachus, dan lalu diresmikan Paus Gregorius VII sebagai sebutan bagi para penerus Rasul Petrus.

Nah, meski di Kitab Suci tidak ada kata “Paus”, pengertian atau konsep tentang pemimpin Gereja yang diberi kuasa oleh Kristus, bukan merupakan konsep yang baru muncul di abad ke-4. Ini seperti halnya di Kitab Suci tidak ada kata Trinitas, maupun inkarnasi, tetapi pengertian tentang keduanya jelas ada dalam Kitab Suci. Mari kita lihat sekilas dasar dari Kitab Suci tentang keutamaan Petrus.

Ketika menanggapi pernyataan iman Simon Petrus akan keilahian Kristus, Kristus berkata kepadanya,

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:18-19).

Atau, dalam bahasa aslinya, bahasa Aram, berbunyi: “Engkau adalah Kefas dan di atas Kefas ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku…”

Dengan memberi nama baru kepada Simon “Batu Karang”, Yesus mengidentifikasikan Petrus dengan diri-Nya sendiri, yang juga disebut Batu karang dalam 1 Kor 10:4. Tuhan Yesus tidak memberi nama baru kepada rasul-Nya yang lain, dan apalagi menyebutkannya sebagai dasar bagi Gereja-Nya. Maka di sini kita sudah melihat ada keistimewaan Petrus. Selain itu, nama Petrus ditulis di dalam Alkitab sebanyak 191 kali (162 kali sebagai Petrus atau Simon Petrus, 23 kali sebagai Simon, and 6 kali sebagai Kefas). Sebagai perbandingan, Yohanes hanya disebut sebanyak 48 kali.

Juga, Rasul Petrus memegang peran sebagai yang “pertama” di banyak kesempatan. Di awal pelayanan publik-Nya, Yesus memilih mengajar dari perahu Simon (Luk 5:3). Rasul Petruslah yang berinisiatif untuk berjalan di atas air untuk menghampiri Yesus (Mat 14: 28-31). Rasul Petruslah yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk mengambil koin dari mulut ikan untuk membayar pajak bagiNya dan bagi Petrus sendiri (Mat 17: 24-27). Di Injil, Petrus selalu disebut pertama kali di antara para rasul.

Petruslah yang secara khusus didoakan oleh Yesus dan diberi tugas untuk menguatkan saudara-saudaranya yang lain (lih. Luk 22:32). Ia pun diperintahkan Yesus untuk menggembalakan umat-Nya (Yoh 21:15-17). Dari hal-hal ini saja cukup jelas sebetulnya, tentang keutamaan Petrus dibandingkan dengan para murid-Nya yang lain.

Selanjutnya, kepemimpinan Petrus ini lebih terlihat setelah Tuhan Yesus naik ke surga. Petrus lah yang mengambil inisiatif memilih pengganti Yudas yang mengkhianati Yesus (Kis 1:15-26). Setelah Pentakosta, Petrus tampil mewakili para rasul mengkhotbahkan pesan Injil (Kis 1:14-40) sehingga 3000 orang dibaptis pada hari itu. Rasul Petrus mengubah kebiasaan Gereja—yang tadinya hanya membaptis umat Yahudi—dengan membaptis Kornelius yang non-Yahudi, beserta seisi rumahnya. Kepada Petrus lah Rasul Paulus datang melapor, tinggal bersamanya selama 15 hari (Gal 1:18), dan lalu mendatanginya lagi di Yerusalem (Gal 2:2). Rasul Petrus lah yang membuat keputusan di Konsili Yerusalem mengenai sunat (Kis 15).

Rasul Petrus mendirikan gereja-gereja di daerah kekuasaan Romawi, untuk menyebarkan Injil ke ujung bumi, sesuai dengan pesan Kristus, sampai ia ke Roma yang disebut Babilon (1 Pet 5:12-13) yang dianggap pusat dunia saat itu. Di Roma lah Rasul Petrus wafat sebagai martir, bersama dengan Rasul Paulus.

Jadi kalau kita membaca Kitab Suci dengan sikap yang jujur dan terbuka, sebenarnya keutamaan Rasul Petrus telah jelas dinyatakan. Lagipula, otoritas Rasul Petrus sebenarnya bukan inovasi tiba-tiba, melainkan sudah digambarkan sejak Perjanjian Lama. Di bawah kepemimpinan Raja Daud, bangsa Israel memperoleh kejayaannya sebagai kerajaan. Di masa itu, Tuhan berfirman kepada Nabi Yesaya, untuk menolak Sebna sebagai kepala pengurus istana dan menunjuk Elyakim untuk menggantikannya. Kepada Elyakim, diberikan jubah, ikat pinggang dan kekuasaan dan kunci-kunci rumah Daud (lih. Yes 22:20-25). Tentang Elyakim ini Allah bersabda, “ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda…” (ayat 21). Maka bahkan sejak di Perjanjian Lama, Allah telah menentukan seseorang—yaitu Elyakim—untuk menjadi pemimpin yang menjadi bapa bagi umat-Nya, untuk mengurus kerajaan Daud. Elyakim adalah gambaran samar-samar bagi Rasul Petrus dalam Perjanjian Baru. Sebab di atas Rasul Petrus, Tuhan Yesus telah mendirikan Gereja-Nya. Kepada Petrus inilah, Kristus telah memberikan kunci-kunci kerajaan Surga dan kuasa mengikat dan melepaskan untuk mengatur Gereja-Nya. Sebagaimana Elyakim menjadi “bapa” bagi umat Allah, demikian pula Rasul Petrus menjadi bapa bagi umat yang dipercayakan kepadanya. Sebagaimana Elyakim tidak lebih tinggi dari Raja Daud dan kekuasaannya tergantung pada kekuasaan Raja Daud, demikian pula otoritas Rasul Petrus sepenuhnya tergantung pada Kristus.

Lalu ada keberatan lain sehubungan dengan perintah Yesus sebanyak 3 kali kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Perintah ini dianggap sebagai kiasan pengampunan Tuhan Yesus atas 3 kali penyangkalan Petrus—bukan sebagai pemberian otoritas kepadanya. Sebab nyatanya, di Yerusalem, pemimpinnya bukan Rasul Petrus tapi Yakobus. Tentang hal ini Santo Yohanes Krisostomus mengajarkan, “Yesus berkata kepadanya [Petrus], ‘Gembalakanlah domba-domba-Ku’. Mengapa Tuhan Yesus mengabaikan para rasul yang lain dan berbicara tentang domba-domba-Nya kepada Petrus? [Karena] Petrus adalah satu-satunya yang dipilih dari antara para rasul, juru bicara para rasul, pemimpin para rasul. Untuk alasan ini Rasul Paulus menemuinya dan bukan menemui para rasul yang lain; dan untuk menunjukkan kepada Petrus agar ia yakin bahwa penyangkalannya sudah diampuni. (Kita tahu bahwa Paulus sebelum pertobatannya adalah penganiaya umat Kristen).

… Yesus mempercayakan kepada Petrus peran kepemimpinan atas saudara-saudara seiman… Kalau ada orang bertanya, ‘Mengapa Yakobus yang menerima keuskupan di Yerusalem? Saya menjawab, bahwa Tuhan membuat Petrus sebagai guru bukan bagi keuskupan Yerusalem, tetapi bagi seluruh dunia.” (St. John Chrysostom, Homily 88 on John, 1).

Nah, akhirnya, karena kita percaya bahwa Tuhan Yesus menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman, maka kita juga mesti percaya bahwa penyertaan Yesus ini nyata dalam kesinambungan otoritas penerus Rasul Petrus, tidak berhenti pada Rasul Petrus saja. Ini adalah kehendak Tuhan Yesus sendiri, Gereja hanya mengikutinya. Kini otoritas kepemimpinan itu ada pada Paus Fransiskus, penerus Rasul Petrus, di urutan ke 266.

Mari kita bersyukur atas penyertaan Tuhan Yesus kepada Gereja-Nya dan berdoa bagi Paus Fransiskus. Semoga Paus selalu diberikan kesehatan, perlindungan dan hikmat untuk dapat memimpin Gereja sesuai dengan kehendak Kristus.

Jubilee Pilgrimage 2025

0

Bergabunglah dalam 13D JUBILEE PILGRIMAGE 2025 bersama TIM KATOLISITAS (Fr. Bayu Ruseno OP, Stefanus Tay & Ingrid Tay).

HOLYDOORS + LOURDES + LA SALETTE + PADRE PIO, dll.

Keberangkatan : 22 Sep – 04 Oct 2025

Dapatkan Disc €ur100/orang untuk 20 pendaftar pertama paling lambat 31 June 2024.
Tempat terbatas

Keterangan lebih lanjut: https://s.id/kjp25
Registrasi: https://s.id/DaftarKJP25

Kontak Fifi: https://wa.me/6283896128777

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab