Pertanyaan:
Bu Ingrid & Bp. Stef….saya sangat bersyukur menemukan situs yang amat baik dan begitu apik serta memberi peneguhan serta pencerahan iman Katolik saya. Bravo! Selanjutnya, perkenankan saya bertanya: Ada teman Protestan yang mengatakan kepada saya bahwa orang Katolik itu tidak menghormati perempuan. Salah satu buktinya Katolik tidak mengizinkan wanita jadi pastor sementara gereja Protestan justru memberi tempat untuk wanita sehingga banyak wanita jadi pendeta. Jadi menurut dia, Katolik itu diskriminatif padahal Yesus saja tidak diskriminatif.
Salam – Barnabas
Jawaban
Shalom Barnabas,
Terima kasih atas pertanyaan dan dukungannya untuk katolisitas.org. Mari sekarang kita membahas keberatan dari teman Barnabas yang mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah diskriminatif dengan tidak memperbolehkan wanita menjadi imam.
1) Sebelum saya membahas tentang apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik mengapa imam harus seorang pria, maka saya ingin membahas tentang arti “diskriminatif” terlebih dahulu . Dalam kamus Oxford dikatakan bahwa diskriminatif (discriminative) adalah:
(1) recognize a distinction; differentiate: babies can discriminate between different facial expressions of emotion. n [with obj.] perceive or constitute the difference in or between: features that discriminate this species from other gastropods.
(2) make an unjust or prejudicial distinction in the treatment of different categories of people or things, especially on the grounds of race, sex, or age: existing employment policies discriminate against women. ORIGIN early 17th cent.: from Latin discriminat- ‘distinguished between’, from the verb discriminare, from discrimen ‘distinction’, from the verb discernere (see discern).
Dari definisi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa diskriminatif adalah sikap membedakan sesuatu yang dianggap sama, dan memperlakukan keduanya secara berbeda; maka seolah-olah hal tersebut mempunyai konotasi yang negatif, seperti yang terlihat pada definisi ke-2, contohnya adalah: diskriminasi ras, dll. Namun, kalau sesuatu yang secara natural (kodrat) memang berbeda, maka tidak memberikan konotasi yang negatif, seperti yang terlihat pada definisi ke-1. Dari definisi yang pertama ini, kita melihat bahwa wanita dan pria diciptakan mempunyai derajat (dignity) yang sama sebagai anak Allah, namun dengan kodrat yang berbeda.
2) Banyak kaum feminis mengatakan bahwa harus ada persamaan hak dan kewajiban dalam Gereja Katolik, termasuk adalah untuk menjadi seorang imam. Mungkin kita harus menerima bahwa persamaan hak dan kewajiban tidak berarti menghilangkan perbedaan kodrat seorang pria dan wanita. Sebagai contoh, menjadi kodrat wanita untuk melahirkan. Kalaupun seorang pria ingin dan mau mempunyai persamaan hak untuk melahirkan seperti wanita, dia tetap tidak bisa, karena melahirkan bukan menjadi bagian dari kodratnya. Demikian juga dengan imam jabatan, seorang wanita tidak dapat menjadi imam, bukan karena Gereja Katolik memandang wanita lebih rendah dari pria, namun karena sudah menjadi kodrat seorang imam adalah pria.
3) Semua orang yang dibaptis sebetulnya, baik pria maupun wanita dipanggil untuk menjadi imam, nabi, dan raja (lihat artikel: sudahkah kita diselamatkan). Imam yang dimaksud disini adalah imam bersama bukan imam jabatan. Imam jabatan hanyalah untuk pria yang menerima tahbisan suci (lihat artikel: Kami mengasihimu, pastor).
4) Kalau kita melihat dari Perjanjian Lama, tidak ada imam wanita. Dan di Perjanjian Baru, menyempurnakan Perjanjian Lama juga tidak ada imam wanita. Dikatakan bahwa: Yesus memanggil 12 rasul, yang semuanya pria dan memberikan mereka misi untuk mengajar dan membaptis semua bangsa (Mat 10:1; 7-7; Mat 28:16-20; Mk 3:13-16; 16:14-15). Dan para rasul juga memilih pria sebagai teman sekerja mereka (1 Tim 3:1-13; 2 Tim 1:6; Ti 1:5-9). Karya para rasul ini diteruskan oleh para uskup dan dibantu oleh para imam, dan diakon membantu para uskup dan imam dalam pelayanan. Kemudian Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timotius mengatakan “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” (1 Tim 2:11-12). Tidak mengijinkan mengajar dapat diinterpretasikan untuk menduduki “teaching office“, seperti para imam yang ditahbiskan. Itulah sebabnya Tertullian dalam bukunya “On Veiling Virgins” 9.1, (206 AD) mengatakan “Tidaklah diijinkan bagi seorang wanita untuk berbicara di Gereja atau untuk mengajar, membaptis, mempersembahkan, atau menyatakan untuk dirinya sendiri segala fungsi yang diperuntukkan untuk pria, dan yang terkecil dari semuanya adalah the office of priest/imam tertahbis “. Dan begitu banyak komentar yang lain, seperti dari Origen, St. Epiphanius, St. John Chrysostom, St. Augustine, dll., dan lebih lanjut dinyatakan dalam konsili Nicea (325 AD), Council of Laodicea (372 AD), Konsili Tours II (795 AD), Konsili ke-6 Paris (829 AD), dan juga beberapa konsili berikutnya, yang melarang wanita sebagai imam. Dan akhirnya pada tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II menyatakan dalam Apostolic Letter “Ordinatio Sacerdotalis” atau “mengkhususkan ordinasi imam hanya bagi pria”, tanggal 22 Mei 1994, yang mengatakan bahwa Gereja tidak mempunyai otoritas untuk memberikan ordinasi kepada wanita dan keputusan ini harus dipatuhi oleh seluruh umat beriman. Namun demikian, Gereja memperbolehkan wanita untuk aktif dalam peran kerasulan awam (seperti mengajar agama sebagai katekis, membentuk komunitas ibu-ibu untuk maksud evangelisasi, dst), namun terutama di dalam keluarga karena tugasnya sebagai ibu untuk mendidik anak-anak.
5) Mari kita sekarang melihat alasan teologisnya. Gereja dinyatakan sebagai seorang mempelai wanita, sedangkan Kristus adalah mempelai pria (lih Ef 5:22-32). Di dalam perayaan sakramen, terutama dalam sakramen Ekaristi dan Tobat, maka seorang imam bertindak sebagai Kristus (in persona Christi). Dan Kristus telah dinubuatkan sebagai pria (lih Yes 9:6), lahir sebagai seorang pria, menderita, wafat, dan bangkit sebagai seorang pria. Dan sebagai konsekuensi dari hal tersebut, seorang wanita tidak dapat menjadi seorang imam yang bertindak sebagai Kristus.
6) Dan kalau kita lihat, bukan berarti tidak menjadi seorang imam, maka seorang perempuan menjadi kurang kudus atau kurang berperan dalam kehidupan Gereja. Bunda Maria adalah satu-satunya manusia, setelah Kristus, yang tidak bernoda. Dan Bunda Maria, walaupun menjadi bunda Kristus, dia tidak menjadi salah satu dari rasul. Kita juga melihat yang terberkati bunda Teresa dari Kalkuta, wanita yang membangun Gereja secara luar biasa. Dan begitu banyak contoh dari para wanita yang menjadi orang-orang kudus, dimana mereka secara istimewa dipakai Tuhan untuk membangun Gereja dari dalam.
Semoga keterangan singkat ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Pembina Katolisitas terkasih Shalom,
Saya Hendrik Tang, sebagai orang yang beriman dalam Katholik yang datang dari background lain dan latar belakang hidup yang tidak bisa diterima Tuhan, saya ingin sekali banyak bertanya, akan tetapi saya urungkan karena mungkin sifatnya pribadi, namun pengalaman pribadi saya itu, sebenarnya dapat diperbuat sesuatu, karena saya melihat begitu banyak ayat-ayat, khususnya dari Yesus Kristus sendiri dan atau murid-muridNya. Akan tetapi saya lebih fokus kepada pertanyaan saya yang ini dahulu sbb. :
1. Mengapa gereja tidak mengijinkan perempuan untuk menjadi imam, mungkin dan atau pembicara
dalam forum ibadah.
2. Kalau tidak boleh, seberapa luas area yang tidak boleh, dan sejauh mana mereka diijinkan.
3. Bagaimana dengan penjelasannya dengan Bunda Maria, yang juga adalah manusia biasa dan
perempuan, apakah dengan tidak bolehnya pertanyaan 1, bukannya ada ketimpangan dalam
gendernya ?
4. Tolong jelaskan firman yang ada dalam Alkitab mengenai ini, dan tolong juga jelaskan ada gak
kaitannya dengan firman Tuhan dalam IKor.11:7-15 dan IKor.14:34-35.
Apa latar belakang firman2 tersebut dan wilayah cakupannya ?
Mungkin juga ada ayat-ayat lain yang sangat berkaitan dengan peran perempuan pada umumnya di
gereja dan pada khususnya seperti pertanyaan diatas.
Mohon dijelaskan sedetil-detil mungkin, tidak usah tergesa-gesa, saya ingin jawaban yang sesuai dengan ajaran gereja Katholik dan yang lengkap.
Terima kasih, Tuhan Yesus Kristus memberkati. Amin.
[dari katolisitas: silakan membaca penjelasan di atas terlebih dahulu – silakan klik dan kemudian bertanya lebih lanjut.]
Shalom Pak Stef…
Usia saya 18 tahun, dan ingin bertanya banyak hal mengenai ajaran Gereja Katolik.
Mengenai Eksorsisme, mengapa hanya boleh dilakukan oleh seorang imam yang mendapat izin dari uskup?
Apakah seorang murid Kristus (pria/wanita) tidak boleh atau tidak dapat melakukannya karena itu adalah tugas rohani yang berbahaya? Tetapi murid-murid Kristus diceritakan memiliki kuasa untuk mengusir setan-setan, apakah berbeda hakikatnya dengan jaman sekarang ini, yang boleh mengusir setan hanya imam yang diberi kuasa oleh uskup?
Lalu, mengapa Katolik Ortodoks dan Protestan mengijinkan wanita menjadi imam (walaupun memang aneh rasanya membayangkan seorang wanita memimpin Misa, saya ingin tahu saja mengapa mereka mengizinkannya). Apakah mereka memiliki kesombongan rohani katanya? Apa sih yang dimaksud kesombongan rohani?
Yang terakhir, apakah bila demikian halnya, terlepas dari dokumen Gereja tentang hubungan dengan agama lain, dan beberapa hal yang berbeda dengan ajaran Kristus Tuhan kita, dapat dikatakan bahwa agama maupun kepercayaan lain yang berbeda dengan Gereja Katolik dapat dikatakan sebagai bagian dari benih lalang? …. [dari Katolisitas: kami edit]
Jika demikian, mengapa kita sebagai pengikut Kristus malah memiliki dokumen yang menyatakan bahwa di dalam agama lain juga ada kebenaran? Bukankah kalau kebenaran itu tidak utuh, maka tidak dapat disebut sebagai kebenaran yang sejati?
Bagaimana cara agar kita tetap teguh pada iman kita yang benar selagi banyak sekali doktrin lain di kalangan masyarakat kita? Dan meyakini serta merasakan segenap jiwa bahwa Kristus sungguh kebenaran yang hidup di dalam hati kita? Saya sangat ingin mengenalNya tetapi dengan situasi sekitar yang demikian menawarkan banyak hal membingungkan saya dan hampir-hampir menjauhkan saya dariNya yang jauh di dalam lubuk hati saya yakini sebagai jalan, kebenaran dan hidup, tetapi kadang pikiran saya mengambang tanpa arah (maaf kalau terkesan diskriminatif mohon diedit, tapi tolong pertanyaannya dijawab)
Shalom,
Monica.
Shalom Monica,
Berikut ini adalah jawaban dari Romo Santo tentang pertanyaan anda mengenai eksorsisme:
1. Awam dan imam boleh melakukan doa “pelepasan”. Acapkali hal ini berhasil. Jika doa pelepasan gagal, bolehlah diundang imam eksorsis. Alasannya, selain alasan yang Anda sebutkan, juga karena imam eksorsis berkonsentrasi khusus hanya untuk tugas itu sehingga lebih fokus; lagi pula, agar tidak terjadi obsesi terhadap setan. Kita tetap bisa fokus pada tugas pokok kita masing-masing dan dengan itu tetap memuji Allah tanpa terganggu lagi oleh setan, karena sudah diurusi eksorsis. Kita, imam non-eksorsis dan awam, terus saja bekerja lagi.
Salam
Y. Dwi Harsnto, Pr
Tambahan jawaban dari Ingrid:
2. Seperti telah disebutkan di atas, salah satu dasar mengapa Gereja Katolik tidak mengijinkan wanita untuk menjadi imam, karena hal itu tidak cocok/ fitting dengan ajaran Kitab Suci, bahwa hubungan Kristus dengan Gereja adalah digambarkan sebagai hubungan antara mempelai pria dan mempelai wanita. Dalam perayaan Ekaristi, imam adalah “in persona Christi” (menjadi Kristus/ berperan sebagai Kristus) yang mengatakan perkataan Kristus dalam konsekrasi yang mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Maka menjadi tidak fitting, jika imam (in persona Christi)- nya adalah wanita, sebab perkawinan yang diajarkan oleh Kristus adalah antara seorang pria dan wanita, dan bukan antara wanita dengan wanita. Konsistensi ajaran ini terlihat bahwa sepanjang sejarah Gereja pemegang imam jabatan juga adalah pria, bukan wanita.
Bahwa ada gereja lain yang mengijinkan imam wanita, atau pendeta wanita, tidak menyurutkan Gereja Katolik untuk tetap berpegang pada ajaran yang sudah dilaksanakan sejak jaman para rasul; bahwa para rasul yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus menjadi imam (dengan melaksanakan amanat memperingati kurban-Nya dalam Ekaristi) semuanya adalah laki- laki. Jika sejak awalnya Tuhan Yesus berkenan kepada imam wanita, tentunya dalam bilangan para rasulnya, ada yang wanita. Namun kita ketahui tidak demikian halnya. Banyak wanita yang mengikuti Yesus, namun tidak sebagai rasul. Oleh karena itu Paus Yohanes Paulus II mengajarkan dalam Surat Apostoliknya, Ordinatio Sacerdotalis, (22 Mei 1994) bahwa Gereja tidak mempunyai otoritas untuk memberikan ordinasi kepada wanita dan keputusan ini harus dipatuhi oleh seluruh umat beriman. Namun demikian, Gereja memperbolehkan wanita untuk aktif dalam peran kerasulan awam (seperti mengajar agama sebagai katekis, membentuk komunitas ibu-ibu untuk maksud evangelisasi, dst), namun terutama di dalam keluarga karena tugasnya sebagai ibu untuk mendidik anak-anak.
3. Tentang interpretasi perumpamaan lalang dan gandum, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Lalang yang dimaksudkan di sini adalah ajaran yang tidak sepenuhnya benar, yaitu ajaran yang mengajarkan sesuatu yang benar, namun juga sesuatu yang salah atau tidak sepenuhnya benar, sehingga sulit untuk dibedakan orang.
4. Mengapa Gereja Katolik mengajarkan bahwa di dalam agama- agama non- Kristen ada kebenaran?
Walaupun agama- agama lain tidak mengajarkan ajaran yang sama seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik, kita tidak boleh menutup mata bahwa agama- agama lain itu juga mengajarkan kebaikan. Mereka juga mengajarkan agar manusia hidup takwa kepada Sang Pencipta, atau setidaknya, mereka mengajarkan bahwa manusia harus berbuat kebaikan, dan tidak boleh jahat kepada sesamanya. Ini adalah ajaran yang menyampaikan kebenaran, walaupun kebenaran ini belum lengkap sebab tidak menyertakan pengenalan tentang Siapa yang mengajarkan hal tersebut dengan sempurna, dan bahwa kitapun dipanggil untuk mengikuti teladan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan menerima rahmat-Nya yang masih tercurah sampai saat ini melalui Gereja yang didirikan-Nya.
Demikianlah ajaran dalam Konsili Vatikan II tentang agama- agama lain itu:
“Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya” (Nostra Aetate 2)
5. Bagaimana agar teguh di dalam iman?
Silakan anda membaca terlebih dahulu pembahasan di jawaban ini, silakan klik. Namun pada dasarnya agar kita dapat teguh di dalam iman, pertama- tama kita harus mengenal iman kita terlebih dahulu, akan apa sebenarnya yang menjadi ajaran iman Katolik. Jika kita sudah mengenalnya, bertumbuh di dalam doa, firman Tuhan, sakramen dan komunitas Gerejawi, dan kemudian hidup sesuai dengan ajaran iman kita, maka iman kita tidak akan mudah digoyahkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Ibu Inggrid dan Bpk. Stef,
Baru2 ini banyak berita tentang umat Yahudi/ bangsa Israel menyerang bangsa Arab terutama Palestina. didalam benak aku timbul banyak pertanyaan diantaranya:
1. Kenapa sejak dahulu bangsa israel dan bangsa Arab tidak pernah rukun?padahal sama2 mahluk ciptaan Allah
2. banyak sekali orang yg mengatakan bahwa bangsa israel adalah bangsa yg kejam yg selalu menginginkan perang, knp?dan banyak dari umat muslim yg mengatakan seperti itu.
3. Bangsa Israel adalah Bangsa pilihan Allah tetapi kenapa banyak perbuatan yg tidak terpuji telah dilakukan?
4. Aku merasa sebagai umat yahudi, aku sungguh sangat tidak terima jika dikatakan sebagai umat yg kejam, jahat…..dll.
Aku sungguh sangat sedih sekali mendengarnya…aku ingin sekali antara umat nazrani dan umat muslim saling berdamai. tidak ada perselisihan.
Aku juga ingin bisa memberikan jawaban atas pertanyaan teman saya yg muslim bahwa semuanya itu tidak benar tentang berita bangsa israel adalah bangsa yg kejam.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga rasa bingung yg ada dipikiran saya bisa terjawab.
Terima Kasih,
Yuliana
Shalom Yuliana,
Sebenarnya, kita sebagai umat Kristiani tidak dapat dikatakan sebagai umat Yahudi dalam arti harafiah, sebab memang kita bukan orang Yahudi. Namun memang benar kita adalah umat pilihan Allah, atau dapat dikatakan sebagai Israel yang baru "the New Israel", karena telah percaya kepada Kristus yang adalah Putera Allah yang dilahirkan sebagai orang Yahudi sekitar 2000 tahun yang lalu. Dan karena Pembaptisan kita diangkat menjadi saudara-saudari angkat Yesus, maka di sinilah kita tergabung dengan Yesus dan Gereja, yang menjadi bangsa pilihan Allah yang baru (the New People of God). Ini adalah tanggapan saya untuk pertanyaan anda:
1) Kita patut prihatin dengan ketidak- rukunan antara bangsa Israel dan bangsa Arab. Ya, seharusnya, memang sebagai umat ciptaan Allah kita harus saling mengasihi. Namun tak bisa dipungkiri, ada banyak kejadian di sepanjang sejarah manusia yang saling berbalasan antara kedua bangsa tersebut. Justru kita, yang telah percaya kepada Kristus, seharusnya dapat menunjukkan kepada teman-teman kita yang muslim, bahwa bukan demikianlah yang diajarkan oleh Kristus. Sebab ajaran yang kita terima dari Kristus adalah yang hukum Kasih kepada Tuhan dan sesama, yang menyempurnakan kesepuluh perintah Allah. Jika kita membaca Perjanjian Lama, memang kita melihat bagaimana berulang-ulang bangsa Israel tidak mematuhi perintah Allah dan jatuh ke dalam dosa. St. Agustinus menerangkan hal ini dengan mengatakan, sebab hanya dengan mengetahui perintah Tuhan saja tidak cukup, kita harus menerima rahmat Roh Kudus dari Tuhan yang tercurah di dalam Kristus, baru kita dapat hidup yang sesuai dengan perintah Tuhan. Orang-orang Yahudi yang sekarang hidup di Tanah Suci, kebanyakan bukan pengikut Kristus. Prosentase umat Kristen di Tanah suci adalah sekitar 8 %, dan umat Katolik bahkan mungkin tidak sampai setengahnya. Kebanyakan dari mereka adalah penganut Yahudi yang tidak percaya bahwa Kristus adalah Sang Mesias.
2) Jika kita melihat film The Passion of the Christ, kita dapat melihat kekejaman orang-orang Yahudi yang menyalibkan Kristus. Kekejaman orang Yahudi itu sebenarnya mewakili kekejaman manusia, yang bisa terjadi dalam banyak hal. Bukan untuk membela diri, tetapi kita bisa melihat bahwa peperangan antara bangsa-bangsa non Yahudi juga merupakan kekejaman. Dan bangsa Arab sendiri bukannya tidak pernah membalas kekejaman itu dengan bentuk kekejaman yang lain. Beberapa kasus bom manusia dan bom mobil adalah salah satu contohnya. Ini sebetulnya harus menjadi bahan permenungan kita, bahwa memang kita tak cukup hanya berdoa bagi diri kita dan keluarga kita tetapi juga bagi dunia, bagi mereka yang belum mengenal Kristus atau bahkan mereka yang mengaku mengenal Kristus namun hidupnya tidak mencerminkan hal itu. Juga, kita perlu berdoa agar kesaksian hidup kita sesuai dengan ajaran Kristus, yaitu kasih.
3) Menurut rencana keselamatan Allah, memang bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan, oleh karena itu, Yesus Kristus Putera Allah memilih untuk dilahirkan sebagai orang Yahudi. Namun demikian, bangsa Yahudi telah menolak Tuhannya, seperti yang dituliskan dalam kitab Yesaya, "Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka [bangsa Israel] memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." (Yes 1:2-3). Alkitab berkali-kali menceritakan ketidaksetiaan bangsa Yahudi kepada Allah yang telah memilih mereka, dan ini memang merupakan misteri bagi kita. Mungkin Allah mengizinkan hal itu terjadi, untuk mengajarkan kepada kita akan besarnya kasih-Nya, yang tetap setia walaupun umat-Nya tidak setia. Dan ini mencapai puncaknya, dengan mengutus Kristus Putera-Nya, yang diizinkan-Nya untuk diserahkan ke tangan orang-orang Yahudi, disiksa sampai wafat di kayu salib, demi menghapus dosa manusia. Jadi perbuatan yang tidak terpuji dari bangsa Israel yang sekarang ini harusnya malah menjadi pendorong bagi kita, para pengikut Kristus agar menunjukkan bagaimana seharusnya kita hidup sebagai bangsa pilihan Allah yang baru (the New People of God/ the New Israel). Tuhan Yesus sendiri mengajarkan, agar kita tidak menuntut mata ganti mata dan gigi ganti gigi, melainkan, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mat 5:38-44). Jika Tuhan Yesus sendiri melaksanakan ayat ini, maka kitapun sebagai pengikut-Nya, selayaknya melaksanakannya.
4) Jika kita mendengar kecaman dari pihak non-Katolik yang mengatakan bahwa orang Yahudi itu kejam, kita mungkin perlu meluruskan terlebih dahulu, dari segi definisinya. Sebab orang Katolik atau orang Kristen bukanlah orang Yahudi/ Israel menurut daging, walaupun memang, dengan mengimani Kristus, kita menjadi keturunan Abraham, menjadi bagian dari bangsa pilihan Allah yang baru. Jadi memang mungkin perlu kita mengakui bahwa memang secara fakta, mereka [orang Yahudi yang berperang di Tanah Suci] itu kejam dengan segala taktik perang mereka, seperti kita juga mengakui bahwa bangsa Arab yang berperang dengan mereka juga sama-sama melakukan kekejaman. Ini adalah realitas yang selayaknya menggugah hati kita untuk terus berdoa bagi perdamaian dunia, dan mungkin dalam skala kecil, membina persahabatan yang tulus dengan teman-teman kita yang beragama Muslim. Semoga dengan bersahabat dengan kita, mereka dapat mengetahui bahwa agama Kristen/ Katolik tidak pernah mengajarkan kekejaman, dan malah sebaliknya, mengajarkan kasih kepada semua orang. Selanjutnya, marilah juga jangan kita menyamaratakan bahwa semua orang Yahudi itu kejam, dan juga jangan mengatakan bahwa semua orang Arab itu kejam, hanya karena ada sebagian dari mereka yang melakukan kekejaman. Semoga kasih yang ada di dalam hati kita membuka mata hati kita untuk melihat hal yang positif di dalam setiap orang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
[quote] Karena di dalam Misa, para imam melakukan peran “in persona Christi” (sebagai Kristus), maka tentu ada ketentuan yang hanya dapat dilakukan oleh imam saja, dan bukan yang lain. [unquote]
apakah konsep ini yang menjadi dasar penolakan Vatikan atas pentahbisan wanita menjadi imam ? karena Yesus adalah laki-laki ? Apakah kelaki-lakian Yesus bagian sentral dari wahyu atau tidak ? Laki-laki dan Perempuan adalah gambaran ALLAH, tetapi cuma laki-laki yang boleh menjadi imam ? Begitu ?
Mohon koreksi
Shalom Skywalker,
Semoga jawaban di atas dapat menjawab pertanyaan Skywalker.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
menyambung pertanyaan Skywalker dan penjelasan Pak Stef mengenai tidak ada imam perempuan baik di PL maupun PB. Bagaimana dengan Luk. 2:36 yang mengatakan bahwa ada Hana, seorang nabi perempuan? Nabi tidak sama dengan imam?
Mohon penjelasan. Terima kasih.
Shalom Chandra,
Terima kasih atas pertanyaannya. Seorang nabi tidak sama dengan imam. Imam mengacu kepada tugas pengudusan (sanctifying office), sedangkan nabi mengacu kepada tugas mengajar (prophetic office). Melalui Sakramen Baptis, semua orang dipanggil menjadi imam, nabi, dan raja. Oleh karena itu, imam bersama ini tidak terbatas pada laki-laki, namun semua orang yang dibaptis, baik perempuan maupun pria. Sedangkan imam jabatan hanya diperuntukkan bagi pria, karena fungsinya yang mewakili Kristus (in persona Christi) sebagai mempelai pria dengan Gereja sebagai mempelai wanita.
Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Comments are closed.