1. Jalan panjang untuk menerima gelar santa/santo

Secara umum, mereka yang diberi gelar Santo/ a adalah mereka yang hidupnya ditandai oleh pelaksanaan kebajikan yang mencapai titik heroik, dan kekudusan mereka ini harus dapat dibuktikan oleh argumen-argumen dan disertai juga oleh mukjizat-mukjizat dari Tuhan yang diperoleh melalui perantaraan doa orang kudus itu. Hal ini penting untuk membuktikan bahwa ia adalah benar sahabat Allah. Maka proses kanonisasi dan beatifikasi bukan proses ‘pembuatan’ seseorang menjadi Santo/ santa, namun hanya merupakan deklarasi bahwa orang itu adalah orang yang hidup kudus bahkan sejak sebelum proses kanonisasi dimulai.

Proses penentuan pernyataan seseorang menjadi Santo/ Santa dalam Gereja Katolik memakan waktu yang panjang dan memerlukan bukti yang kuat berupa mukjizat-mukjizat yang harus ada, bahkan setelah orang tersebut sudah meninggal, untuk membuktikan bahwa Allah berkenan kepada perantaraan doa orang tersebut. Prosesnya, silakan lihat di link ini (silakan klik) dan di sini (silakan klik):
Maka dari sini terlihat, sebenarnya bukan uskup atau Paus yang menentukan seseorang menjadi kudus, apalagi ‘membuat’ seseorang menjadi Santo/ Santa. Paus hanya menyatakan seseorang menjadi Santa/ Santo setelah melalui proses penyelidikan panjang. Prosesnya itu sendiri melibatkan banyak orang, dan harus dibuktikan dengan mukjizat (minimal 2), dan mukjizatnya pun harus diperiksa secara objektif oleh dokter yang ahli. Proses kanonisasi bukan sesuatu yang mudah, umumnya memakan waktu bertahun-tahun. Namun justru dalam proses itulah terlihat apakah sungguh Tuhan berkenan menyatakan seseorang tersebut sebagai orang kudus-Nya, melalui mukjizat-mukjizat yang disyaratkan terjadi pada saat orang itu telah bertahun-tahun meninggal dunia, yaitu melalui permohonan doa syafaat orang kudus tersebut. Secara garis besar, prosesnya adalah sebagai berikut:

Servant of God (Hamba Allah): Proses yang dimulai di level keuskupan. Uskup (atau ordinaris) bukan menentukan, tetapi membuka kesempatan penyelidikan ‘calon’ para kudus itu, yaitu  dalam hal kebajikannya, sebagai respons dari permohonan kaum beriman. Penyelidikan umumnya dilakukan setelah lima tahun orang tersebut meninggal dunia, walaupun untuk kasus tertentu, Paus dapat mempercepat proses ini, seperti dalam kasus Ibu Teresa dan Paus Yohanes Paulus II. Setelah informasi lengkap, uskup mempresentasikannya kepada Roman Curia, lalu kemudian ditunjuk seorang postulator (umumnya dari kongregasi- jika itu dari kalangan religius) untuk sungguh-sungguh menyelidiki informasi selanjutnya tentang kehidupan sang Servant of God/ hamba Allah ini.

Declaration ‘Non Cultus’  (Pernyataan tak ada tahyul):  Pada suatu saat dapat diizinkan untuk memeriksa jenazah sang Servant of God, dan pernyataan bahwa tidak adanya tahyul/ pemujaan yang ditujukan pada sang pelayan Tuhan ini.

Venerable/Heroic in Virtue (Yang Terhormat/ Heroik dalam kebajikan) : Setelah segala informasi yang diperlukan terkumpul, Bapa Paus mengumumkan teladan kebajikan dari pelayan Tuhan ini (yaitu yang berhubungan kebajikan ilahi dengan iman, pengharapan dan kasih, dan juga kebajikan pokok, yaitu, kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri, hingga sampai pada tingkat yang heroik.
Pada saat ini dapat dicetak kartu doa yang dibagikan pada umat, sehingga umat dapat memohon doa perantaraan mereka, mohon agar mukjizat dapat diperoleh dari perantaraan doa mereka, sebagai tanda persetujuan Tuhan, untuk menyatakan pelayan Tuhan tersebut sebagai orang kudus.

Blessed (Yang Terberkati): Beatifikasi adalah pernyataan dari Gereja yang menyatakan bahwa kita dapat percaya bahwa sang pelayan Tuhan tersebut berada di surga. Tahap berikutnya tergantung dari apakah ia seorang martir, atau bukan. Jika martir, tidak diperlukan mukjizat lebih lanjut, namun jika non-martir, maka diperlukan sebuah mukjizat melalui doa yang ditujukan dengan perantaraan sang Venerable ini, untuk membuktikan bahwa ia benar-benar telah berada di Surga, dan Tuhan menjawab doa syafaatnya dengan memberikan mukjizat. Sekarang ini yang dapat dianggap mukjizat yang termudah adalah yang melibatkan: 1) pasien yang sakit, 2) yang tidak diketahui bagaimana cara penyembuhannya, 3) doa ditujukan agar Venerable mendoakan kesembuhan pasien, 4) pasien tersebut disembuhkan, 5) Kesembuhannya spontan, instan/ pada saat itu, menyeluruh, dan “lasting“/ tidak berubah, 6) dokter tidak dapat menjelaskan penjelasan normal.

Saint (Santo/Santa): Untuk menjadi Santo/ Santa diperlukan lagi satu mukjizat. Kanonisasi adalah pernyataan dari Gereja, bahwa sang Santa/ Santo tersebut telah berada di Surga, dan memandang Allah dalam Beatific Vision. Pesta nama Santa/ Santo tersebut ditentukan, dan boleh dirayakan.

Para orang kudus (Santo, Santa) adalah orang-orang yang semasa hidupnya meneladani Kristus sampai ke titik yang heroik, demikian pula martir, yang bahkan mencontoh Kristus sampai kepada menyerahkan hidupnya demi iman mereka kepada Kristus. Oleh karena itulah, maka gelar Santa- Santo dan martir itu dapat dikatakan diperoleh karena hubungan mereka dengan Kristus, dan yang telah menerima kepenuhan misteri Paska Kristus, yaitu wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.

Para nabi pada Perjanjian Lama memang dapat juga disebut sebagai orang kudus, namun memang secara obyektif dapat diakui bahwa karena mereka hidup sebelum Kristus, maka mereka tidak mengalami kepenuhan misteri Paska Kristus. Dan karena maksudnya para kudus itu adalah untuk menjadi teladan bagi kita dalam hal kekudusan setelah kita dibaptis, maka banyak orang Katolik mengambil nama Baptis dari para orang kudus itu, yang kekudusannya telah diakui sebagai buah dari hidup mereka di dalam Kristus, setelah mereka [para kudus itu] dibaptis di dalam Kristus. Dengan memilih nama seorang  Santo/a sebagai nama Baptis/ Pelindung, maka artinya kita memohon agar Santo/ Santa itu berdoa bagi kita agar kitapun dapat bertumbuh di dalam kekudusan, dan dilindungi dari pengaruh kejahatan.

2. Santa/santo adalah sahabat Allah

Maka Santa/ Santo Pelindung itu bukan untuk menyaingi Allah sebagai Pelindung (Yes 1:24; Mzm 31:2; 62:7) dan Perisai kita (Mzm 3:3). Allah tetaplah sebagai Pelindung kita, namun Ia melibatkan para orang kudus-Nya untuk melindungi kita dengan doa-doa mereka. Maka peran mereka melindungi kita hanya dimungkinkan oleh Allah. Prinsip persekutuan orang kudus inilah yang membedakan pengertian Pengantaraan, antara pemahaman Protestan dengan Katolik. Bagi umat Protestan, Yesus adalah satu-satunya Pengantara, dan pengantaraan-Nya ini bersifat eksklusif. Sedang bagi Gereja Katolik, Pengantaraan Kristus yang satu-satunya (lih. 1 Tim 2:5) ini bersifat inklusif, yaitu melibatkan juga orang-orang kudus-Nya, sebab semua orang kudus itu adalah kawan sekerja Allah (1 Kor 3:9). Bahwa seorang yang kudus, dapat mendoakan sesamanya (berdoa syafaat) bagi sesamanya (lih. 1 Tim 2:1), dan Tuhan dapat mengabulkan doa ini yang dipanjatkan atas Pengantaraan Yesus. Maka, pengantaraan orang kudus ini hanya mungkin karena Pengantaraan Kristus, dan bergantung dari Pengantaraan-Nya. Jadi pengantaraan ataupun perlindungan orang kudus ini harus selalu dilihat sebagai kesatuan dengan perlindungan Kristus: selalu mendukung dan selalu bersama dengan Pengantaraan dan Perlindungan dari Tuhan Yesus. Oleh karena di surga yang ada adalah persekutuan para orang kudus dengan Kristus sebagai Kepala, maka Gereja Katolik percaya bahwa Pengantaraan Kristus melibatkan pengantaraan para kudus sebagai anggota-anggotaNya, dan bahwa pengantara anggota-anggota-Nya dapat diberikan karena kesatuan mereka yang sempurna dengan Kristus.

Kalau ada yang bertanya, kalau mereka-pun tergantung pada Pengantaraan Yesus, mengapa kita berdoa mohon perantaraan mereka? Jawabnya, memang kita tidak harus berdoa memohon pengantaraan mereka, namun jika kita melakukannya, itu berguna bagi kita sendiri, karena itu melatih kita untuk bertumbuh dalam kerendahan hati. Karena kita melihat kepada para orang kudus itu sebagai teladan, agar kita terpacu untuk hidup seperti mereka. Ini seperti layaknya adik kelas yang belajar dari kakak kelas/ atau mereka yang sudah lebih dahulu lulus. Kita bisa belajar langsung dari dosen/ profesor kita, tetapi bisa juga disamping belajar dari dosen, kita belajar dari kakak kelas. Tidak ada keharusan kita belajar dari kakak kelas, namun tentu baik bagi yang mau melakukannya, karena akan sangat banyak manfaatnya.

56 COMMENTS

  1. Salam kasih,
    Boleh minta informasi tentang siapa saja perempuan yang diberi gelar pujangga Gereja? Kalau yang laki-laki sih banyak, yang perempuan sepertinya tidak banyak kan? Lalu, kalau boleh juga, apa latar belakangnya perempuan-perempuan itu mendapat gelar pujangga Gereja. Soalnya kita mengenal istilah Bapa-bapa Gereja, tetapi Ibu-ibu Gereja, saya tidak pernah mendengarnya?
    Terima kasih atas informasinya! Salam kasih!

    [dari katolisitas: Silakan mencari di google empat wanita yang tergabung dalam pujangga gereja ini: St. Hildegard of Bingen, St. Therese of Lisieux, St. Catherine of Siena, St. Teresa of Avila]

  2. dominus vobiscum
    hallo admin,,, saya minta referensi dan biografi dari santo pedro gonzales … kami OMK dari paroki kakaskasen di sulawesi utara… kami baru menggunakan nama pelindung pedro gonzales…. jadi kami ingin bantuan dari admin untuk itu, terima kasih Tuhan memberkati ^_^

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca di link ini, silakan klik. Bahasa Inggrisnya tidak sulit, dan kisahnya cukup sederhana, sehingga mestinya dapat dipahami.]

  3. Selamat siang dan salam sejahtera dalam Tuhan Kita Yesus Kristus.
    Dear Katolisitas.org Team.

    Terima kasih atas kesediaan untuk saya bergabung dengan Tiem Katolisitas ini.
    saya mau mau menanyakan apakah tim katolisitas bisa memberikan saya nama2 santo yang ada karena saya mau memberikan nama kepada Anak saya yang baru laihr kemarin tanggal 28 April 2014.

    terima kasih atas bantuan tiem katolisitas atas bantuanya…
    Salam Bunda..

    [dari katolisitas: Silakan browsing link ini – silakan klik]

  4. Hari ini peringatan St Katarina dr Siena. Bu Ingrid, mhn penjelasan bila ada, apa spiritualitas dia sehingga dia digelari Pujangga Gereja? trim ksh.
    salam,
    Y Hendro

    • Shalom Yustinus,

      Kisah riwayat hidup St. Katarina dari Siena, dapat dibaca di link ini, silakan klik. Mohon maaf kami belum dapat menerjemahkannya untuk Anda, berhubung dengan masih banyaknya pertanyaan lain yang masuk ke redaksi, yang perlu dijawab.

      St. Katarina dikenal sebagai salah satu Pujangga Gereja, berhubungan dengan banyaknya tulisannya yang sangat indah yang menyampaikan pandangan Kristen. Karyanya yang paling terkenal adalah The Dialogue of Divine Providence (yang mengisahkan sebuah percakapan antara jiwa yang ‘naik kepada’ Tuhan dan Tuhan sendiri) demikian pula sekitar 400 surat-suratnya dan sejumlah doa yang disusunnya.

      Dengan bijaksana, St. Katarina menulis surat kepada Paus Gregorius XI, agar mengusahakan perdamaian dan agar Paus kembali dari Avignon ke Roma dan mengusahakan reformasi kaum klerus dan administrasi kepausan. Setelah Paus Gregorius wafat, St. Katarina turut berperan menjembatani perdamaian antara para penerusnya, yaitu Urban VI yang didukung oleh para kardinal Roma dan Clement VII dari para kardinal Avignon (Perancis). St. Katarina mengusahakan pemulihan hubungan dengan memperolehkan dukungan bagi Urban VI yang merupakan penerus Paus yang sah/ legitim. Paus Urban sendiri mendengarkan anjuran St. Katarina. Dalam beberapa kesempatan banyak teolog terkemuka di Siena, Avignon dan Genoa berdialog dengan St. Katarina dan mereka mengakui kebijaksanaan pandangan/ tanggapannya. Bakatnya sebagai penulis mensejajarkannya dengan penulis sebangsanya, Dante dan Petrarch. Namun di samping itu, teladan hidupnya, yang peduli kepada kaum miskin dan para penderita sakit, serta teladan kesalehannya, menjadikan St. Katarina sebagai sosok yang menginspirasi bagi banyak orang.

      St. Katarina wafat dalam usia 33 tahun, tanggal 21 April 1380. Paus Pius II meng-kanonisasinya tahun 1461.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. Mohon penjelasan untuk “equivalent canonization/ equipollent canonization”. Sepertinya belum ada penjelasan dalam Bahasa Indonesia untuk proses kanonisasi ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

    • Shalom Mikael,

      Equivalent Canonization adalah salah satu cara untuk mengkanonisasi seorang (blessed) bukan dengan menunggu mukjizat yang terjadi, namun dengan mempertimbangkan bahwa penghormatan terhadap calon santo-santa sebenarnya telah berakar dalam tradisi. Karena satu hal, proses kanonisasi belum dilakukan, walaupun tradisi penghormatan terhadap orang tersebut telah berakar dalam masyarakat. Oleh karena penghormatan telah ada, maka tidak ada lagi upacara di Vatikan. Proses ini dimulai oleh Pope Urban VIII  pada tahun 1632. Beberapa contoh santo-santa dengan proses ini adalah: St. Hildegard dari Bingen, St. Bruno, St. Margaret dari Skotlandia, St. Stefanus dari Hungaria, St. Wenceslaus. 

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  6. Shalom katolisitas
    Saya ingin bertanya, beberapa denominasi Kristen seperti lutheran dan anglican mengakui Santo santa , apakah kriteria mereka? Yang saya tahu gereja anglican pun menggunakan rosario, apakah penggunaannya sama seperti di Katolik?
    Pertanyaan selanjutnya , beberapa gereja lutheran menganggap Paus Yohanes xxiii dan St Fransiskus Xaverius sebagai Santo bagaimana tanggapan gereja Katolik mengenai hal ini? Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati karya kalian .

    • Shalom Giovani, 

      Fokus situs Katolisitas, hanyalah untuk menyampaikan pengajaran iman Katolik, sehingga jika Anda ingin mengetahui tentang ajaran dari gereja-gereja non-Katolik, silakan Anda mengunjungi situs-situs dari gereja-gereja yang bersangkutan.

      Sepengetahuan kami, gereja Lutheran sendiri mempunyai beberapa aliran, yang tidak sama satu sama lain, dan tiap-tiap aliran mempunyai pemimpinnya sendiri. Maka apa yang diakui oleh suatu kelompok Lutheran, belum tentu diterima oleh kelompok Lutheran yang lain. Jika benar bahwa sebagian dari gereja Lutheran menganggap Paus Yohanes XXIII dan Fransiskus Xaverius sebagai Santo/ Orang Kudus, menurut hemat kami, itu menunjukkan bahwa nilai-nilai kekudusan (yaitu kesempurnaan kasih kepada Allah dan sesama) merupakan nilai-nilai universal. Jika kita membaca riwayat hidup para orang kudus itu, yang mencontoh Kristus dengan memberikan diri mereka sepenuhnya untuk mengasihi Tuhan dan sesama, kita akan dapat mengakui adanya karya Allah yang luar biasa dalam hidup mereka. Kekudusan memang adalah rahmat Allah, namun juga rahmat Allah itu ditanggapi dengan kerjasama yang sungguh-sungguh oleh para orang kudus itu. Inilah yang terpancar keluar dengan sendirinya dari teladan hidup para orang kudus, sehingga semua orang (baik Katolik maupun non- Katolik) yang dengan tulus hati membaca kesaksian hidup mereka dan merenungkannya, akan mengakui kebesaran rencana Allah dalam kehidupan manusia. Kita bersyukur kepada Allah atas rencana keselamatan-Nya yang melibatkan pihak manusia, baik para orang kudus itu maupun kita semua, walaupun dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan keadaan kita masing-masing.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  7. anakku babtisnya Rosenna, sy mohon cerita komplitnya tentang santa Rosenna untuk keperluan tugas agamanya, terima kasih Berkah Dalem

    [Dari Katolisitas: Kemungkinan yang dimaksud adalah St. Rosanna/ St. Humility/ St. Humilitas, silakan membaca di sini, silakan klik, atau di link Wikipedia]

    • Shalom Palmira,

      St. Priscilla dan suaminya Aquila adalah pasangan misionaris di abad pertama, yang disebutkan dalam surat Rasul Paulus, yang disebutnya sebagai sesama pekerja di dalam Kristus Yesus (Rom 16:3-4). Mereka adalah para pengajar iman (lih. Kis 18:26).

      Silakan membaca selanjutnya tentang St. Priscilla, di link ini, silakan klik.

      Sedangkan katakomba, yang umum dikenal di zaman abad-abad awal di Roma, adalah ruang bawah tanah, umumnya berupa gua-gua, yang digunakan sebagai kubur jemaat Kristen awal, dan juga bagi para jemaat untuk beribadah (merayakan Ekaristi) dan bersembunyi/ berlindung dari penganiayaan tentara Romawi. Selanjutnya tentang katakomba, silakan membaca di link ini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  8. Ketika Gereja memperbolehkan umat dari Gereja Timur untuk menghormati Santo/a mereka dengan alasan bahwa santo/a itu mengajarkan hal yang positif dan ajaran santo/a yang bertentangan itu lebih dikarenakan ketidaktahuan, apakah itu berarti Gereja juga mengakui bahwa santo/a itu telah berada di Surga?

    • Shalom Skors,

      Pernyataan/ pengakuan resmi Gereja Katolik akan keberadaan seorang di Surga, itu dinyatakan melalui pernyataan beatifikasi dan kanonisasi, kecuali pada para kudus/ martir di abad-abad awal, di mana proses pengujian beatifikasi dan kanonisasi belum dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang dikenal sekarang (Itulah sebabnya pada tahun 1969 pihak Vatikan mengadakan cultus suppressed, kepada para Santa/o di abad-abad awal yang biografinya kurang dapat diverifikasi. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik). Memang sepanjang sejarah Gereja, terdapat perkembangan prosedur norma untuk menguji para Santa/o tersebut sebagai seorang yang telah dibenarkan oleh Allah di Surga dan karena itu dapat dirayakan dalam kalender liturgi Gereja. Namun bahwa terdapat kriteria-kriteria tertentu bagi seseorang untuk dapat diakui secara lokal oleh Gereja setempat dan kemudian secara universal sebagai Santo/a, itu sudah ada sejak abad-abad awal, sebagaimana terlihat melalui tulisan St. Siprianus (w 258) dan St. Agustinus (w 430). Tanpa pernyataan tersebut, Gereja secara umum tetap memperbolehkan umatnya untuk menghormati sesama umat beriman yang telah meninggal dunia, terutama jika teladan hidupnya dapat dijadikan contoh teladan iman dan kekudusan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Kalau yang terjadi adalah bahwa seorang santo/a hanyalah seseorang yang layak untuk dihormati, maka itu tidak menjadi masalah ketika umat dari Gereja Timur menghormatinya, sedangkan tidak pada Gereja Barat. Akan tetapi, bukankah kita percaya bahwa yang disebut santo/a adalah seseorang yang telah mencapai surga? Jika demikian adanya, ketika Gereja memperbolehkan umat Gereja Timur untuk menghormatinya bukan hanya sebagai pahlawan iman, tetapi juga sebagai santo/a (yang artinya adalah bahwa orang tersebut telah mencapai surga), apakah itu artinya Gereja Katolik mengakui orang tersebut telah mencapai surga, meskipun sebelum Gereja Timur itu bersatu, orang tersebut belum pernah dikanonisasi oleh Gereja Katolik?

        Saya menanyakan hal ini karena bila dengan bersatunya komunitas Gereja Timur dengan Gereja Katolik memungkinkan mereka untuk menghormati pahlawan iman mereka sebagai santo/a yang tidak dikenal oleh Gereja Katolik tetapi Gereja Katolik tidak mengakui mereka berada di surga, ini berarti ada kontradiksi dimana Gereja Timur tersebut memercayai bahwa santo/a mereka berada di surga sedangkan Gereja Katolik tidak memercayainya.

        • Shalom Skors,

          Nampaknya harus diakui bahwa ada perbedaan pengertian yang diyakini oleh Gereja Katolik dan Orthodox tentang bagaimana seseorang dapat dinyatakan sebagai Santo/ Santa. Bagi Gereja Katolik, seseorang dinyatakan Santo/a, setelah melalui proses beatifikasi dan kanonisasi, yang sudah pernah diulas di sini, silakan klik. Setelah melalui proses penyelidikan yang panjang, yang diiringi oleh bukti-buktinya yang supernatural/ adikodrati, para pelayan Allah itu dapat dinyatakan secara resmi oleh Magisterium Gereja Katolik sebagai orang kudus/ Santo/Santa yang sudah berada di Surga. Sedangkan bagi Gereja Orthodox, proses kanonisasi ini tidak diadakan dengan langkah-langkah seperti yang diadakan oleh Gereja Katolik. Bagi mereka proses ini (yang dikenal dengan proses glorifikasi) adalah proses penyelidikan dari uskup terkait di mana Santo/a tersebut berdomisili selama hidupnya di dunia, untuk memeriksa apakah Tuhan berkarya dalam hidup orang tersebut. Maka hasil glorifikasi itu merupakan pernyataan resmi Gereja setempat, bahwa orang tersebut layak dijadikan teladan iman, dan bahwa melalui hidup mereka Tuhan telah menyatakan karya-Nya.

          Silakan Anda klik di Wikipedia ataupun situs gereja Orthodox, tentang pemahaman mereka tentang kanonisasi, demikian saya cut and paste:

          Canonization does not make anybody a saint. Canonization recognizes that someone already was, in his own lifetime, a saint. Having recognized that the Church encourages its members to follow the example, the model, provided by the life of the holy person, to pray to him, to keep his memory alive.…”

          Jadi memang ada perbedaan makna yang dihayati antara proses kanonisasi dan glorifikasi tersebut. Berangkat dari pemahaman ini, maka tidak menjadi masalah jika kelak ada komunitas Gereja Timur Orthodox yang mau bersatu dengan Gereja Katolik. Mereka tetap dapat menghormati pahlawan iman mereka, seturut dengan penghayatan mereka.

          Sebagaimana telah disebutkan di jawaban saya sebelumnya, selain tokoh-tokoh yang telah jelas mengakibatkan skisma, ada banyak orang kudus yang dihormati oleh Gereja Orthodox yang selama hidupnya memang menunjukkan teladan iman dan kasih. Maka umat Katolik dapat turut menghormati orang-orang tersebut, walaupun Gereja Katolik tidak/ belum menjalankan proses kanonisasinya. Perlu kita ketahui ada banyak juga Santo/a di abad-abad awal yang juga tidak pernah melalui proses kanonisasi, namun Gereja sejak awal sudah meyakini bahwa mereka adalah orang-orang kudus, entah dari teladan iman mereka, mukjizat-mukjizat yang terjadi, ataupun dari kemartiran mereka.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  9. Salam kasih dalam Kristus Tuhan

    Mohon maaf sebelumnya mau bertanya, apakah nama Santo Doroteus termasuk dalam daftar nama Santo/Santa dalam Gereja Katolik?

    Sangat terima kasih untuk perhatiannya.

    [Dari Katolisitas: Ya, Pesta namanya dirayakan tanggal 5 Juni. Silakan Anda membaca di link ini untuk informasinya, silakan klik]

  10. Pemberian gelar santo/a itu infalible kan yah? Bagaimana kalo misalnya suatu waktu Gereja Orthodox atau Anglikan atau lainnya yang masih percaya sama adanya santo/a memilih untuk bergabung secara resmi dengan Gereja Katolik. Apakah santo/a mereka harus dibuang atau langsung diakui atau harus dikanonisasi ulang atau bagaimana?

    seperti contohnya Gregorius Palamas, dia itu santo dari gereja Orthodox dan ga diakui di Gereja Katolik pada awalnya, tapi ketika ada sebagian hierarki Gereja Orthodox yang memilih untuk bersatu dengan Gereja Katolik, jadinya dia juga tetap diakui di Gereja Katolik Timur. Apakah sesederhana itu, ketika bergabung, santo/a mereka langsung diakui? bagaimana kalo santo/a mereka itu ada yang anti Katolik, apakah tetap harus diakui?

    trus, sebagai Katolik Roma, boleh ga pake nama baptis dari santo/a dari Gereja Katolik Timur?

    makasih

    • Shalom Skors,

      Ya, mayoritas teolog berpegang bahwa keputusan/ pernyataan Paus tentang dekrit kanonisasi seorang Santo, itu sifatnya infallible. Namun sesungguhnya Paus hanya mengeluarkan pernyataan dekrit tersebut, setelah terpenuhinya persyaratan-persyaratan tertentu, termasuk mukjizat-mukjizat yang ada atas perantaraan doa mereka, sehingga memang pernyataan tersebut bukan merupakan suatu pernyataan pribadi dari Paus. Paus hanya menyampaikan pernyataan sehubungan dengan bukti-bukti dan teladan iman orang kudus tersebut yang memang sudah terjadi dalam Gereja, yang dimulai dari Gereja setempat di mana sang Santo/a hidup/ berkarya. Silakan membaca selanjutnya di link ini, silakan klik.

      Gereja Anglikan mengakui sejumlah Santa/o yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik sebelum masa reformasi Protestan. Sesudah masa reformasi, gereja Anglikan memang mempunyai daftar “heroes”/ pahlawan yang mereka hormati sebagaimana Gereja Katolik menghormati para Santa/o. Demikian pula dalam Gereja Orthodox. Sebelum perpisahannya dengan Gereja Katolik, yang dipelopori oleh Photius (867) dan Michael Cerularius (1054), para Santa/o Gereja Orthodox umumnya juga adalah para Santa/o yang diakui oleh Gereja Katolik. Nah, memang setelah perpisahan Gereja Orthodox tahun 1054, Gereja Orthodox mempunyai juga Santa/o yang ditentukan melalui proses glorification, semacam kanonisasi menurut Gereja Katolik. St. Gregorius Palamas (wafat 1359) merupakan Santo dari Gereja Orthodox setelah gereja tersebut memisahkan diri dari Gereja Katolik.

      Pada saat salah satu komunitas gereja Anglikan atau Orthodox bergabung dengan Gereja Katolik, maka mereka diperbolehkan mempertahankan tradisi mereka, termasuk perayaan liturgis mereka. Sejauh ini saya belum menemukan proses kanonisasi ulang para Santa/o modern dari Gereja Anglikan maupun dari Gereja Orthodox.

      Dari yang saya ketahui, memang terdapat banyak pandangan tentang Gregorius Palamas ini. Gereja Orthodox dan beberapa Gereja Timur Katolik merayakannya dalam liturgi mereka, di tanggal 14 November maupun di Minggu ke 2 Masa Prapaska. Namun, di salah satu buku Santo/a yang terlengkap, karangan Butler yang kami miliki, nama Palamas tidak tercantum. Jika kita membaca riwayat hidupnya, kita mengetahui bahwa Palamas sangat aktif mengajarkan tentang Hesychasm, dan beberapa pokok ajaran sehubungan dengan hesychasm tersebut memang nampaknya menjadi bahan perbincangan yang hangat di antara para teolog. Sejumlah teolog menganggap bahwa apa yang disampaikan oleh Palamas berseberangan dengan apa yang diyakini oleh Gereja Latin (Roma), namun sejumlah teolog yang lain tidak menganggapnya demikian. Tentang Hesychasm sendiri, pernah kami ulas sekilas di sini, silakan klik.

      Perayaan St. Gregorius Palamas tidak ada dalam Kalender Liturgi Roma, namun memang pihak Vatikan memperbolehkan perayaannya pada Gereja- gereja Timur dalam persekutuan dengan Gereja Katolik. Maka kasus St. Gregorius Palamas berbeda dengan misalnya Photius dari Konstantinopel, yang jelas telah memperoleh sangsi ekskomunikasi dari Paus Nicholas I tahun 863, atau Michael Cerularius, yang menerima sangsi ekskomuniasi dari Paus St. Leo IX, tahun 1054. Izin penghormatan kepada St. Gregorius Palamas, sejalan dengan kenyataan bahwa memang ada beberapa orang kudus yang juga dihormati oleh Gereja- gereja lokal, namun tidak oleh seluruh Gereja universal. Fakta bahwa ketika beberapa Gereja Timur masuk dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, pihak Vatikan memperbolehkan mereka untuk tetap merayakan perayaan St. Gregorius, selayaknya dilihat sebagai upaya tulus dari Gereja Katolik Roma, untuk merangkul Gereja- gereja Timur. Gereja Katolik tetap mengakui adanya hal- hal yang positif dari pengajaran Palamas; dan dapat saja ajaran- ajarannya dan komentar- komentar keras yang dinyatakannya kepada Gereja Katolik, lebih merupakan material heresy daripada formal heresy. Silakan melihat perbedaannya di sini, silakan klik, lihat point 4a.

      Sehubungan dengan penghormatan orang kudus dari Gereja Katolik Timur, dan menggunakan nama mereka sebagai nama Baptis, sepanjang hal itu dapat semakin mendekatkan Anda kepada Kristus dan Gereja, serta Anda dapat menjadikan mereka sebagai teladan iman dan kebajikan, silakan saja dilakukan, sebab sepanjang pengetahuan saya, hal itu tidak dilarang. Namun adalah bijaksana, jika tidak mengambil nama-nama dari orang-orang yang jelas- jelas anti Katolik atau yang telah menerima sangsi ekskomunikasi dari Gereja Katolik. Nampaknya diperlukan kebijaksanaan/ prudence untuk menyikapi hal ini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  11. pemberian gelar santa ke Santa Maria Goretti

    http://www.indocell.net/yesaya/id146.htm

    Alasan memberikan gelar kepada Santa Maria Goretti sedikit menimbulkan pro kontra khususnya bagi dunia seluler…

    Kematian Maria Goretti karena pembunuhan yang di sebabkan Maria tidak mau di perkosa oleh Alessandro yang menyebabkan Maria di berikan gelar santa oleh Gereja Katolik…

    Bagaimana dengan wanita korban pemerkosaan, apakah wanita tersebut berdosa?

    http://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Goretti

    Kontroversi
    Beberapa orang dari golongan feminisme pernah mengkritik pemujaan Maria Goretti dan “martir kemurnian” lainnya dengan alasan bahwa Gereja telah memperkuat kebencian terhadap wanita, seksisme, dan kekerasan terhadap wanita dengan mendukung pepatah “lebih baik mati daripada diperkosa”. Menurut mereka, fenomena ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa pemerkosaan adalah baik “erotis dan normal dalam patriarki.”

    • Shalom Krisna,

      Seseorang seperti St. Maria Goretti adalah seseorang yang mengutamakan hal-hal rohani dibandingkan dengan hal-hal duniawi, mengutamakan kesucian dibandingkan dengan keselamatan badani. Dia menjadi santa karena membuktikan kasihnya kepada Tuhan dalam tingkatan yang sungguh luar biasa (heroic). Kalau dia merelakan dirinya diperkosa, seperti perempuan-perempuan lain yang mengalami nasib yang mengenaskan maka dia hanya akan dikenang sebagai korban pemerkosaan. Yang dilakukan oleh para korban perkosaan bukanlah dosa, karena dia adalah korban yang dipaksa. Patut diingat bahwa St. Maria Goretti tidak berniat bunuh diri, namun mempertahankan kemurniannya yang kemudian berakibat pada kematiannya.

      Sesungguhnya, dalam revolusi seks di zaman sekarang ini, kita patut meniru teladan dari St. Maria Goretti. Dengan demikian, orang-orang yang mempertanyakan pentingnya kemurnian ini sebenarnya adalah pihak yang patut dipertanyakan – apakah karena mereka tidak mampu melakukannya sehingga sesuatu yang seharusnya dipuji justru menjadi sesuatu yang kemudian dicela.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  12. saya minta tolong, mohon dijelaskan bagaimana pengalaman hidup Santa Gracia, atas bantuannya saya ucapkan banyak terima kasih :) mohon dijawab

    [dari Katolisitas:

    Demikian ini riwayat singkat dari St Gracia dari Lerida (St Grace):

    Beliau lahir dengan nama Zaida di kota Lerida, negeri Catalonia (Spanyol). Ayahnya seorang penguasa Muslim Lerida bernama Almanzor. St Grace adalah saudara kandung dari dua orang kudus lainnya yaitu St Bernard dari Lerida dan St Maria dari Lerida. Bernard adalah orang yang membuat Zaida dan Maria memeluk iman Kristiani untuk pertama kalinya. Bertiga mereka berusaha mempertobatkan saudara mereka yang lain yaitu Almanzor, yang ternyata malahan menyerahkan mereka kepada penguasa Moorish. St Gracia menjadi martir Kristus pada tahun 1180 dan pestanya dirayakan setiap tanggal 1 Juni. Beliau adalah pelindung dari kota Alcira, Spanyol.

    Sumber : silakan klik di sini dan di sini

    Semoga penjelasan singkat ini menjawab pertanyaan Anda]

  13. apakah kami di perbolehkan berdoa melalui perantaranya Santo Santa Gereja Ortodoks? dan berikan alasannya?
    jika tidak di perbolehkan, apakah kami juga tidak diperbolehkan berdoa melalui Santo Santa yang dari Gereja Katolik ritus timur?
    apakah para Santo Santa dari gereja Ortodoks pasti masuk surga ataukah belum pasti masuk surga?

    thanks….

    [Dari Katolisitas: Pada dasarnya pernyataan seseorang sebagai Santo/ santa dalam Gereja Katolik adalah pernyataan infallible/ tidak mungkin salah dari Magisterium Gereja Katolik, bahwa Santo/ Santa tersebut sudah berada di surga. Pernyataan itu dikeluarkan setelah proses beatifikasi/ kanonisasi orang kudus itu telah selesai, artinya telah ditemukan cukup bukti bahwa mereka telah berada di surga dan doa syafaat mereka telah terbukti besar kuasanya.

    Nah sedangkan mereka yang belum melalui proses beatifikasi/ kanonisasi ini, belum dapat dipastikan sudah berada di surga. Maka kita dapat saja mengagumi ataupun belajar dari teladan iman orang-orang yang dianggap kudus oleh Gereja Orthodoks ataupun oleh gereja-gereja non-Katolik lainnya. Namun umat Katolik tidak memberikan penghormatan yang sama seperti kepada yang diberikan kepada para orang kudus (Santo/a yang telah melalui proses beatifikasi/ kanonisasi) yang telah kita yakini berada di Surga.

    Kasusnya berbeda dengan orang-orang kudus (Santo/ Santa) dari Gereja Katolik ritus Timur, sebab mereka telah melalui proses beatifikasi/ kanonisasi, sehingga telah diterima oleh Gereja Katolik secara keseluruhan sebagai orang kudus/ Santo/Santa.]

  14. Mohon Katolisitas dapat menampilkan isi dari Buku Kota mistik Allah..

    terima kasih

    [dari katolisitas: Mohon maaf, kami tidak dapat menampilkan isi buku tersebut. Silakan melihat pembahasan tentang hal ini – silakan klik]

  15. kita pun mengetahui jika arwah yang masuk ke api penyucian pasti masuk ke surga… kita pun tau juga bahwa para Santo Santa sekarang berada si surga.

    yang menjadi pertanyaannya adalah apakah para Santo Santa pernah masuk ke api penyucian atau setelah meninggal dunia Santo Santa langsung masuk ke surga bersama Allah….

    Thanks….

    [dari katolisitas: Tidak menjadi masalah kalau para Santa-Santo sebelumnya pernah masuk Api Penyucian atau langsung ke Sorga. Yang jelas, pada waktu dia dikanonisasi menjadi santa/santo, maka kita yakin, bahwa mereka telah berada di Sorga.]

  16. Dear Katolisitas,

    Apakah St Christophorus sungguh ada atau hanya berdasarkan legenda?
    Saya memberikan nama baptis St Christophorus kepada anak saya dg harapan agar ia selalu membawa Kristus dalam hidupnya. Namun mengingat cerita atau sejarahnya tidak begitu jelas, saya jadi agak ragu.

    Mohon pencerahan. Terima kasih

    • Salam Yusup,

      Nama Christophorus merupakan nama yang mengandung makna harapan agar pemakai nama hidup sesuai dengan makna kata itu. Karena itu, saran pastoralnya ialah, tetap saja memakai nama itu, namun secara pribadi pemakai nama itu berdevosi kepada santo/santa pilihannya sendiri.

      Salam
      Yohanes Dwi Harsanto Pr

      Tambahan dari Ingrid :

      Shalom Yusup,

      Beberapa ahli sejarah memperkirakan bahwa St. Christoforus mengacu kepada seorang bernama Reprobus yang dibunuh sebagai martir di abad ke-3 di zaman Kaisar Decius. Menurut sejarahwan David Woods, relikwi St. Christophorus kemungkinan dibawa ke Aleksandria, dan dikenal di Mesir dengan nama St. Menas.
      Mungkin karena kurangnya catatan historis dari St. Christoforus ini, maka pada penyusunan kalender liturgi tahun 1969 nama St. Christoforus tidak lagi dimasukkan. Namun demikian bukan berarti tidak ada gunanya mengambil nama Christoforus, yang artinya adalah ‘pembawa Kristus’ sebab dalam Pembaptisan, bukan merupakan sesuatu yang mutlak seseorang harus mempunyai nama Santa/Santo, (silakan membaca di sini, silakan klik), walaupun Gereja memang menganjurkan diambilnya nama orang kudus sebagai pelindung/ pendoa syafaat khusus bagi orang yang dibaptis. Maka, silakan tetap memakai nama Christoforus itu, seperti saran dari Rm. Santo, dan selanjutnya silakan mencari orang kudus lainnya untuk dijadikan teladan, atau St. Menas, yang dianggap oleh banyak ahli sejarah, sebagai St. Christoforus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Romo Santo dan Bu Ingrid yang terkasih,

        banyak terima kasih atas saran Romo dan Ibu.
        meskipun nama Christoforus itu lebih pada harapan (pembawa Kristus) dan tidak ada nama itu dalam sejarah / secara historik, apakah tetap boleh setiap kami ajak anak saya berdoa, kami mengucapkan kalimat “St Kristoforus doakanlah kami”. atau saat mau melakukan perjalanan kami berdoa
        ” St Kristoforus, doakanlah perjalanan kami pada Yesus Rajamu”.

        hal itu karena saya yakin meskipun nama itu tidak ada dalam sejarah, namun santo yang diberi nama itu pasti ada dan sudah bahagia di surga.

        yang penting adalah anak saya sudah dipermandikan dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus dan sudah menjadi anak Allah.

        terima kasih atas link yang diberikan.

        salam
        yusup

        • Salam Yusup Sumarno,

          Anak Anda yang dibaptis dengan nama “Christophorus” itu tentu saja tetap boleh berdoa secara demikian. Walaupun (jika nanti terbukti) benar-benar tidak ada dalam sejarah, maka doa ananda itu akan tetap bermakna positif bagi perkembangannya bahwa dalam perjalanan hidup ini kita membawa Kristus. Dan karena ada informasi bahwa diduga maksudnya St. Reprobus atau St Menas dalam bahasa Mesir, maka bisa ditambahkan juga nama St Menas atau St Reprobus itu, atau nama orang kudus lainnya.

          Saya berbagi sedikit pengalaman yang mirip walau berbeda. Pada mulanya, ayah saya menamai baptis saya “Yohanes”. Yang dia maksud ialah St Yohanes Maria Vianney, imam Ars yang suci itu. Namun dalam catatan guru-guru di sekolah hingga staf Seminari, saya digolongkan dalam pesta nama tanggal 27 Desember yaitu St Yohanes Penginjil/Rasul. Bagi saya tidak masalah, malah saya bisa berdoa dengan dibantu kedua Santo Yohanes tersebut.

          Dalam kasus nama anak Anda, jika St Christophorus sungguh ada, maka beliau pun pasti mendoakan anak anda. Jika memang tidak ada, maka Allah pasti yang menyempurnakannya. Doa pastilah berguna bagi kekudusan.

          Salam
          Yohanes Dwi Harsanto Pr

          • Romo Santo,

            banyak terima kasih atas peneguhan ini, sehingga saya tidak perlu merasa ragu lagi. Biarlah anak saya (yang saat ini baru 8 tahun) tidak mengetahui hal ini. Nanti kalau ia besar dan menanyakan baru saya jelaskan. Yang penting sekarang iman Katoliknya tetap bertumbuh/berkembang sesuai usianya. Toh dia milik Yesus sendiri. Jadi saya tidak perlu khawatir lagi.

            Sehat selalu untuk Romo Santo, Bu Ingrid, Pak Stef, Bu Caecilia dan team yang lain.

            salam
            yusup

  17. Salam tim Katolisitas

    Saya sangat bersyukur menemukan website ini karena menambah pengetahuan dan juga membantu memperkuat iman Katolik saya.

    Saya punya usul nih.
    Bagaimana jika Katolisitas menyediakan kategori khusus untuk para Santo/Santa? Seperti sejarahnya dan bagaimana mereka akhirnya bisa mendapatkan gelar tersebut. Kan Santo/Santa itu ada banyak ya dan saya sangat tertarik untuk mengenal pengalaman iman mereka. Harapannya, kita bisa mendapatkan teladan yang memperkaya iman kita dari hal tersebut.

    Dan juga kalau boleh nih. Saya ingin mengenal Santo Lambertus, sebagaimana yang menjadi nama baptis saya. Boleh minta ada tulisan sendiri tentang Santo ini? Soalnya informasi di internet terlalu membingungkan bagi saya. Dan menurut saya, tulisan yang ada di Katolisitas ini sangat baik dan lebih mudah dipahami (makanya saya minta di sini). :) Maaf kalau merepotkan.

    Tuhan memberkati kita semua.

    [dari katolisitas: Terima kasih atas dukungan Anda untuk karya kerasulan ini. Memang kami juga memikirkan untuk membuat satu bagian khusus untuk riwayat para santa santo. Namun, kami sedang mencari bahan agar tidak melanggar hak cipta. Untuk riwayat Santo Lambertus, kami belum sempat membuatnya. Pada waktu ini, silakan Anda mencarinya di internet, yang salah satunya ada di sini – silakan klik]

  18. Selamat pagi, Berkah Dalem.Tim Katolisitas, saya tertarik sekali dengan nama-nama Arabik. Adakah Santo-Santa kita yang berasal dari Arab atau Timur Tengah? Saya mencoba mencari di wikipedia dll, saya belum mendapatkan hasil. Kalau ada,saya mohon sekali bu. Saya juga ada pertanyaan Tim Katolisitas, saya sempat membaca di sosial media di sebuah grup facebook Katolik yang seorang membernya menanyakan tentang siapakah Santo St. Abdullah bin Ka’ab. Apakah dalam Gereja Katolik, ada Santo tersebut? MOhon penjelasannya.Terima kasih,Gbu…

    [dari katolisitas: Silakan mencoba link ini: http://www.charbel.org/ ; https://melkite.org/faith/faith-worship/maram-baouardy ; Beberapa sumber mengatakan bahwa St. Abdullah bin Ka’ab bersama-sama dengan temannya menjadi martir pada tahun 523 di Hadran, Arab. Lihat di sini: http://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=4781 ]

  19. Selamat pagi Katolisitas…
    Mau tanya dong tentang sejarah. Sejak kapan sebenarnya dimulai kanonisasi orang-orang Kudus ? dan siapakah pencetusnya pertama kali ? serta siapakah orang kudus pertama yg dikanonkan ? Mohon dong klo ada link nya biar bisa baca2…

    Terima kasih..
    salam damai

    • Shalom Antonius,

      Sebenarnya, penghormatan  kepada orang-orang kudus dapat kita lihat dalam tradisi Yahudi, di mana mereka mempunyai penghormatan yang besar kepada leluhur dan para nabi mereka. Dalam sejarah Gereja, penghormatan orang kudus dimulai dengan penghormatan para martir, karena pada masa awal para kudus meninggal karena mempertahankan iman mereka. Kanonisasi,yaitu proses pemberian gelar santa/santo pada awalnya berdasarkan aklamasi dari umat. Namun, lama-kelamaan, dipandang perlu akan adanya proses yang lebih terstruktur, sehingga tidak timbul kebingungan di tengah umat. Proses formal ini dimulai sekitar abad 8-10 oleh Gereja Roma, yang kemudian perlahan berkembang seperti proses yang kita kenal saat ini – silakan klik. Sangat sulit untuk mengatakan siapa orang kudus yang pertama kali karena sebelum proses kanonisasi, Gereja telah mempunyai begitu banyak santa-santo, yang dapat terlihat dalam liturgi. Santo pertama yang dikanonisasi dengan prosedur formal terjadi pada tahun 993, ketika Paus Yohanes XV mengkanonisasi Santo Uldaric, uskup Augsburg. Tentang topik ini, silakan melihat link ini – silakan klik dan ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  20. Salam dlm Kristus, saya mau tanya kenapa para kudus santo-santa kebanyakan berasal dr Eropa ? Mohon ya saya butuh jawabannya krn banyak teman2 saya tanya, terima kasih. Berkat Tuhan

    • Shalom Yuri,

      Karena perkembangan Kristianitas secara pesat dimulai di daerah sekitar Eropa (terutama sejak Edict Milan di abad ke-4), maka tak mengherankan jika banyak Santa dan Santo yang berasal dari benua Eropa. Di samping itu, agar seseorang dapat dinyatakan sebagai Santa atau Santo, dibutuhkan penyelidikan dan catatan/ dokumentasi secara seksama tentang orang tersebut yang diajukan oleh keuskupan setempat agar dapat diperiksa oleh pihak Vatikan, dan untuk persyaratan ini tidak semua keuskupan dapat melakukannya. Silakan membaca di sini untuk proses beatifikasi dan kanonisasi, silakan klik.

      Perlu diingat bahwa di abad-abad awal, pada zaman yang tak jauh dari zaman para Rasul, para Santa dan Santo juga tidak semua berasal dari Eropa, banyak di antaranya adalah mereka yang hidup di sekitar daerah Timur Tengah dan Asia Kecil, seperti St. Ignatius dari Antiokhia, St. Yustinus Martir, St. Papias, St. Polycarpus, St. Agustinus, St. Agnes, dst.

      Namun demikian, setelah Kristianitas menyebar ke seluruh dunia, maka para Santa dan Santo tidak hanya terbatas di benua Eropa. Dewasa ini kita ketahui ada banyak juga Santa dan Santo yang berasal dari daerah yang lain:

      – Santa- santo yang berasal dari Afrika, silakan klik di sini.
      – Santa- santo yang berasal dari Amerika, silakan klik di sini.

      – Santa- santo yang berasal dari Asia, kebanyakan adalah martir, berikut ini adalah nama-nama mereka (sumber: Cathilic Answers, klik di sini):

      St. Andrew Dun Lac (martir dari Vietnam), St. Phanxico Xavier Can, St. Vincent Diem, St. Phaolo Le Bao Tinh, St. Phero Nguyen Khac Tu, dan St. Agnes Le Thi Thanh. Diperkirakan terdapat 130,000 orang Katolik di Vietnam wafat pada waktu zaman penganiayaan di negeri mereka sejak tahun 1625 sampai 1886. Tanggal 19 Juni 1988 Paus Yohanes Paulus II meluluskan proses kanonisasi kepada 117 orang dari mereka, di antaranya adalah mereka yang disebut di atas.

      St. Paul Miki dan rekan-rekannya (martir dari Jepang), termasuk Gracia Hosakawa, Ludivico Ibaragi, Michael Kozaki, dan Takayama Ukon.

      St. Andrew Kim Taegon dan rekan-rekannya (martir dari Korea). Terdapat lebih dari 10,000 orang martir di Gereja Katolik di Korea. Tahun 1984, Paus Yohanes Paulus II meng-kanonisasikan 103 orang martir di Seoul, termasuk St. Andrew Kim seorang imam asli Korea, dan Chung Hasang dan Kim Hyoim, dari pemimpin kaum awam.

      St. Lorenzo Ruiz (seorang warga Filipina keturunan Cina yang dibunuh sebagai martir di Jepang), Pedro Calungsod, dibeatifikasi tahun 2000.

      St. Agatha Lin, St. Augustine Tchao (martir dari Cina). Pada tanggal 1 Oktober 2000, Paus Yohanes Paulus II meluluskan kanonisasi 120 martir dari Cina, termasuk juga St. Ahan Wen Lan, Pei Xio, Zhan Da Pun, Liu Shui Tin, Cao Gul Ying, Liu Wen Yuen dan Liu Han Zhou.

      Di samping itu ada St. Gonsalo Garcia (dari India). Tahun 1995, Paus Yohanes Paulus II memberikan beatifikasi (gelar Yang Terberkati) kepada Joseph Vaz.

      Yang terberkati Nicholas Bunlert Kitbamrung (martir pertama dari Gereja Thailand)

      Akhirnya, perlu kita ketahui bahwa orang kudus di mata Tuhan tidak terbatas pada mereka yang memperoleh kanonisasi. Kita semua dikehendaki oleh Tuhan untuk menjadi kudus (lih. 1 Tes 4:3, Im 11:45), namun baiklah kita melihat teladan yang sudah nyata disampaikan oleh saudara- saudari kita yang telah melalui proses beatifikasi dan kanonisasi, agar dapat mendorong kita untuk meniru contoh hidup mereka.

      Semoga informasi di atas berguna buat kita semua.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  21. http://yesaya.indocell.net/id1280.htm

    mohon dijawab apakah itu kota mistik Allah yang ditulis oleh Maria Coronel Arana?

    Mengapa kota mistik Allah bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik yang padahal kota mistik Allah sumbernya berasal dari Bunda Maria yang kemudian ditulis kembali oleh Maria Coronel?

    Apakah hanya karena Maria Coronel menuliskan kota mistik Allah maka diperhambat menjadi seorang Santa?

    Thanks….

    • Shalom Krisna,

      Setiap pengalaman rohani pribadi yang dialami dan diterima oleh seseorang tidak otomatis dapat dikategorikan sebagai wahyu pribadi yang diakui oleh Gereja. Pihak otoritas Gereja Katolik sangat berhati- hati dalam menyikapi fenomena- fenomena tertentu, sebelum menyatakan bahwa hal itu dapat dikatakan sebagai wahyu pribadi yang otentik.

      Mengenai Maria Coronel Arana atau Maria de Jesus de Agreda Yang Terberkati, Gereja mengakui kesuciannya dan proses kanonisasinya masih berlangsung. Namun mengenai buku karyanya tentang kisah hidup Bunda Maria yang berjudul “Kota Mistik Allah: Sejarah Ilahi Santa Perawan Bunda Allah”, yang menurut pengakuan beliau ditulisnya atas perintah Tuhan sendiri dengan panduan langsung dari Bunda Maria, masih menjadi kontroversi di kalangan para bapa Gereja sejak lebih dari tiga ratus tahun yang lalu dan hingga kini belum dinyatakan resmi. Buku itu jugalah yang membuat proses kanonisasinya belum bisa dituntaskan hingga hari ini.

      Bila melihat penjelasan yang tertera dalam situs New Advent Catholic Encyclopedia, silakan klik, dapat disimpulkan bahwa wahyu yang diterima oleh Maria de Jesus de Agreda itu lebih menekankan kepada wahyu yang telah diterimanya daripada menekankan mengenai misteri Inkarnasi. Ia menyatakan pewahyuan yang para Rasul Kristus sendiri tidak akan dapat mendukungnya, menerapkan terminologi “adorasi” kepada Bunda Maria, kemudian bahwa Bunda Maria adalah sebagai kepala pemerintahan Gereja, serta beberapa material yang bersifat skandal dan imajinasi.

      Itulah sebabnya beberapa paus dan Inkuisisi (yang sekarang disebut Kongregasi Ajaran Iman) pada zamannya melarang penerbitan buku itu kepada umum sebagaimana dinyatakan dalam situs Yesaya yang Anda gunakan sebagai acuan di dalam pertanyaan Anda di atas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Triastuti dan Ingrid Listiati – katolisitas.org

  22. Saya pernah membaca (saya lupa bukunya) bahwa proses kanonisasi tidak sejak awal melalui tahapan2 seperti yang kita ketahui sekarang ini. Zaman dulu, sangat mudah menyatakan seseorang itu santo/santa. Pernah ada seorang biarawan yang meninggal karena berkelahi waktu sedang mabuk pun dinyatakan sebagai santo.

    Setelah diperketat selama beberapa ratus tahun, pada zaman ini Paus Yohanes Paulus II meniadakan “The Devil’s Advocate” (Promotor of the Faith) sehingga prosedur kanonisasi “dipermudah” walau masih tetap tidak semudah dahulu kala.

    Dengan adanya pengetatan prosedur, bagaimana dengan gelar santo/a orang2 yang sudah meninggal yang kemungkinan tidak lolos prosedur yang baru? Apakah dibatalkan gelar santo/santa nya?

    Pernahkah ada santo/a yang gelarnya dibatalkan?

    Terima kasih

    • Shalom Agung,

      Anda benar, bahwa di zaman abad- abad awal proses beatifikasi dan kanonisasi tidak melalui tahapan yang kita kenal sekarang. Di zaman abad- abad awal penghormatan kepada orang kudus atau martir tergantung dari Gereja lokal di mana mereka pernah hidup, namun yang kemudian meluas dikenal di daerah- daerah lain. Kini dengan prosedur yang lebih jelas, maka dapat diketahui kriteria yang diterapkan dalam proses beatifikasi dan kanonisasi tersebut.

      Para Santa/ santo yang tidak melewati prosedur ini tidak serta merta dilupakan/ disisihkan, tetapi memang ada beberapa di antaranya yang perayaannya tidak lagi dimasukkan di dalam kalender liturgi, istilahnya cultus suppressed. Silakan membaca tentang topik ini di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  23. salam

    bagaimana dg Tibo cs yg dihukum mati demi menyelamatkan para suster dn anak2 Katolik saat kerusuhan Poso? Bukankah mrk layak diberi gelar martir?
    terima kasih

    • Shalom Maria
      Jika pihak Gereja setempat ingin mengusulkan agar Tibo dan kawan- kawannya dapat diakui sebagai martir oleh Gereja universal, maka pihak otoritas Gereja setempat dapat mengusulkannya. Dengan catatan, sebelumnya pihak Gereja setempat dapat menyelidiki kehidupan Tibo sendiri sebagai seorang Katolik.
      Namun jika seandainyapun nama Tibo tidak diusulkan dan karena itu tidak pernah diumumkan/ diakui sebagai martir oleh Gereja universal, namun tetaplah di hati para suster dan anak- anak yang diselamatkannya, Tibo cs adalah martir. Kita harus mengakui bahwa di dalam hidup ini ada banyak martir dan mungkin juga orang kudus, yang tidak sempat diusulkan ataupun dinyatakan secara resmi sebagai martir dan orang kudus. Namun kita percaya, Tuhan yang Maha Adil dan Maha Mengetahui memahami semuanya itu dan akan memberikan penghargaan yang sesuai dengan teladan iman dan kasih mereka selama mereka hidup di dunia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  24. Maaf, saya ingin sedikit bertanya mengenai istilah “cultus suppressed” yang terjadi pada tahun 1969. Contoh St. Barbara, ataupun Paus St. Hyginus, dan santo/santa lainnya. Berikut saya website dimana saya menemukan (http://saints.sqpn.com/saint-barbara/ dan http://saints.sqpn.com/pope-hyginus/)

    Jadi apakah yang dimaksud dengan “cultus suppressed”? Apakah hanya sekedar tidak diperingati lagi atau sampai tidak diakui lagi gelar santo/santa nya?

    Terima kasih
    Ad Maiorem Dei Gloriam

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini, silakan klik]

  25. Maaf ibu Ingrid, saya ingin bertanya mengenai “Venerable/Heroic in Virtue”, dalam hal ini dapat dicetak kartu doa yang dibagikan pada umat, sehingga umat dapat memohon doa perantaraan mereka, mohon agar mukjizat dapat diperoleh dari perantaraan doa mereka, sebagai tanda persetujuan Tuhan, untuk menyatakan pelayan Tuhan tersebut sebagai orang kudus.

    Saya mau bertanya, apakah maksudnya jika doa lewat perantaraan mereka, lalu jika terjadi paling tidak 2 mukjizat lewat doa itu, maka baru dapat disimpulkan bahwa doa mereka memang punya kuasa dan hidup mereka mereka berkenan di hadapan Tuhan??

    Lalu setelah proses itu berhasil, baru dapat dilakukan langkah selanjutnya??

    Apakah demikian maksudnya?? Saya sedikit bingung, mohon penjelasannya.. Trims Tim.. Jbu

    • Shalom Stefanus,

      Maksudnya pada tahap seseorang dinyatakan sebagai “venerable” itu dinyatakan pula beberapa kebajikan semasa hidupnya yang mencapai tingkat heroik, artinya mengikuti teladan Kristus sampai ke titik yang luar biasa karena penyerahan diri mereka yang total demi menyatakan iman kepada Kristus. Jika kebajikan dari sang pelayan Tuhan ini sudah diakui oleh Bapa Paus, maka pada saat itu baru boleh disebarkan semacam kartu doa untuk dibagikan kepada umat, agar umat dapat memohon dukungan doa dari sang pelayan Tuhan ini. Jika nanti ada doa permohonan yang dikabulkan secara ajaib dan memenuhi syarat untuk disebut sebagai mukjizat, maka hal ini dapat dilaporkan kepada pihak otoritas Gereja, dan dapat dijadikan dasar untuk menjadikan seorang pelayan Tuhan itu sebagai seorang Yang Terberkati (Blessed). Lalu kemudian untuk sampai ke tingkat Saint/ Santa/o, diperlukan lagi minimal satu mukjizat yang diperoleh melalui perantaraan doa sang pelayan Yang Terberkati ini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  26. Shalom tim Katolisitas,

    Saya ingin bertanya tentang Kaisar Konstantinus Agung apakah di Gereja Katolik dia seorang santo seperti di Gereja Othodox?
    Apakah Gereja Orhodox mempunyai pemberian gelar santo dan santa sendiri yang berbeda dari Gereja Katolik?

    Terima kasih

    • Shalom Arief,

      Untuk menjawab pertanyaan anda, saya mengutip keterangan yang saya peroleh dari New Catholic Encyclopedia, The Catholic University of America, 1967, Book IV, p. 228, berikut terjemahannya:

      “Menjelang kematiannya, Konstantinus dibaptis oleh Uskup Eusebius dari Nikomedia; jenazahnya dibawa ke Konstantinopel, di mana ia memperoleh penghargaan kerajaan. Setelah upacara religius di sebuah gereja baru yang hampir selesai dibangun, ia dikuburkan di musoleumnya (Vita 4.65-73). Kuburnya yang terletak di samping bangunan memorial tersebut memberikan gelar kepadanya sebagai Isapostolos (seperti seorang rasul) di tradisi awal; dan karena ia dibaptis di tempat tidurnya menjelang kematiannya, maka oleh Gereja Timur ia dihormati sebagai seorang Santo. [Namun] kalender liturgi Roma tidak pernah mengenalnya, kemungkinan karena Eusebius [Uskup yang membaptisnya] adalah seorang Arian (pengikut aliran sesat Arianisme). Namun demikian, di abad Pertengahan, terutama di Inggris dan Perancis, gereja- gereja didedikasikan untuk menghormatinya [Konstantinus].”

      Konstantinus memang dikenal sebagai Santo/ orang kudus menurut Gereja- gereja Timur Orthodox, namun dalam Gereja Barat (Roma) namanya tidak termasuk dalam kalender liturgi. Namun demikian Gereja menghormatinya sebagai seorang kaisar yang mempelopori perkembangan agama Kristen, karena tidak dapat dipungkiri bahwa sejak diberlakukan toleransi beragama di kerajaan Romawi -berdasarkan Edict of Milan 313- maka agama Kristen dapat bertumbuh dengan lebih luas tanpa tekanan dari pihak penguasa, seperti yang terjadi pada abad- abad awal sebelumnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  27. Syalom katolisitas.org,

    Ada tulisan di atas :
    Oleh karena itulah, maka gelar Santa-Santo dan martir itu dapat dikatakan diperoleh karena hubungan mereka yang dengan Kristus, dan yang telah menerima kepenuhan misteri Paska Kristus, yaitu wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga.

    Saya mau tanya, mengapa Yohanes Pembabtis anak Zakharia meskipun ia hidup sebelum Kristus, dan juga wafat sebelum wafat Kristus, belum mengalami misteri Paskah Kristus, namun tetap diangkat sebagai seorang Santo dan bukan seorang nabi sebagaimana layaknya orang kudus yang hidup sebelum Kristus?
    Demikian pertanyaan saya.
    Terima kasih.

    • Shalom Rio Angelo,

      Pertama- tama mari kita pahami terlebih dahulu bahwa pengertian para kudus. Katekismus mengajarkan bahwa Gereja merupakan kumpulan dari orang- orang kudus (lih. KGK 946). Surat- surat Rasul Paulus banyak yang menyatakan bahwa para orang kudus adalah semua orang yang beriman kepada Kristus. Namun secara khusus, istilah “orang kudus/ Santa/o” ini mengacu kepada orang- orang yang telah dibenarkan Allah dan berada di surga. Sebagian dari mereka diakui secara resmi oleh Gereja, dinyatakan sebagai seseorang yang mempunyai ‘exceptional holiness‘ (tingkat kekudusan yang tinggi), yang umumnya melalui proses kanonisasi. Proses kanonisasi sendiri, seperti telah disebutkan di atas adalah deklarasi agung oleh Paus yang menyatakan bahwa orang kudus tersebut adalah teladan dan pendoa syafaat bagi jemaat Kristiani, dan ia dihormati sebagai Santo/a atas dasar ia telah hidup menerapkan kebajikan yang tertinggi (heroic virtue) atau telah setia sampai akhir kepada Tuhan sampai dibunuh sebagai martir.

      Dengan pengertian ini, maka para nabi di Perjanjian Lama, juga adalah para orang kudus, karena merekapun berada di surga. Sebelum kebangkitan-Nya, Yesus turun ke tempat penantian untuk menjemput dan membawa mereka masuk ke dalam Kerajaan Surga. Namun mereka lebih umum dikenal sebagai nabi dan bukan Santa/o, karena mereka dikenal pertama- tama karena nubuat- nubuat / ajaran/ peran mereka mempersiapkan kedatangan Yesus sebagai Mesias. Oleh karena itu Zakaria penulis kitab Zakaria (520-518 BC) lebih dikenal sebagai nabi, sedangkan Zakaria ayah Yohanes Pembaptis, dan Yohanes Pembaptis sendiri, dikenal dan diterima sebagai Santo oleh Gereja perdana.

      Pada jaman Gereja perdana, para orang kudus (Santa/o) diterima oleh Gereja sesuai dengan afirmasi jemaat yang meyakini mereka sebagai teladan iman; dan persetujuan otoritas Gereja lokal. Tradisi ada yang mengatakan bahwa St. Zakaria wafat dibunuh di bait Allah ketika menolak memberitahukan Raja Herodes tentang keberadaan anaknya. Sedangkan St. Yohanes Pembaptis dinyatakan sebagai orang kudus/ santo, pertama- tama bukan oleh Gereja lokal, tetapi oleh Kristus sendiri, yang mengatakan bahwa Yohanes adalah orang yang terbesar yang pernah dilahirkan oleh perempuan (lih. Luk 7:28); artinya Yohanes lebih besar daripada semua nabi yang pernah lahir di dunia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

  28. salom…..
    kalau mau liat sejarah santo/a pelindung dimn ya???? thx

    [Dari Katolisitas: Silakan anda membaca di Yesaya, klik di sini, dan di link Catholic Saints, klik di sini. Lalu silakan anda melihat katagori nama Santa/o pelindung anda, dan kemudian menurut abjadnya. Semoga anda dapat menemukannya]

  29. Salam damai, Boleh terangkan tentang tradisi beatifikasi dalam gereja seperti yang akan dilakukan terhadap mendiang Pope John Paul. Sekian terima kasih.

    [Dari Katolisitas: Mohon anda membaca artikel di atas, silakan klik. Semoga artikel tersebut menjawab pertanyaan anda].

Comments are closed.