[Dari Katolisitas: Tanya jawab ini adalah kelanjutan dari tanya jawab di sini, silakan klik. Kami pindahkan menjadi topik tersendiri, agar menjadi lebih jelas dan mudah diakses]
Pertanyaan:
Shaloom….
Terimakasih bu Ingrid atas penjelasannya. O..ya saya koreksi tentang pemberitaan tersebut ada di Jawa Pos edisi Senin 22 Nopember 2010.
Disitu tertulis besar judul “Paus Setuju Pakai Kondom.” Disitu juga tertulis begini : ” Menurut Paus Benedictus XVI, kondom selama tidak untuk menutupi permasalahan moral diperbolehkan. Dengan tujuan mengurangi resiko, kondom bisa dipakai untuk menyelesaikan kemungkinan masalah yang timbul secara leih manusiawi.”
Oleh sebab itu permasalahan ini saya tanyakan. Usul saya sih akan lebih baik jika KWI juga melakukan tindakan untuk memperjelas apa yang dimaksud oleh Bapa Paus di media masa seperti Jawa Pos sehingga umat Katolik tidak menafsirkan salah pernyataan Bapa Paus tersebut.
Sekali lagi terimakasih bu Ingrid dan TUHAN memberkati.
Syalom.
Bernardus Aan
Jawaban:
Shalom Bernardus Aan,
Nampaknya Jawa Pos salah paham, baik dari judul maupun pernyataannya yang merupakan suatu kesimpulan penulis, namun tidak sesuai dengan keseluruhan wawancara Paus Benediktus XVI itu sendiri. Saya tidak tahu apakah KWI akan memperjelas pernyataan Paus, namun yang jelas pihak Vatikan sudah memberikan klarifikasi.
Berikut ini adalah kutipan klarifikasi tertulis dari pihak Vatikan tentang komentar Paus Benediktus tentang pemakaian kondom tersebut. Teks asli dalam bahasa Inggris, kami peroleh dari link ini, silakan klik, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia kami sertakan di bawahnya dengan :
VATICAN CITY, 21 NOV 2010 (VIS) – Given below is the text of a note issued by Holy See Press Office Director Fr. Federico Lombardi S.J. concerning certain remarks by the Pope on the use of condoms, which appear the new book “Light of the World”.
“At the end of chapter eleven of the book ‘Light of the World’ the Pope responds to two questions about the battle against AIDS and the use of condoms, questions that reconnect with the discussions that arose in the wake of certain statements the Pope made on this subject during the course of his 2009 trip to Africa.
“The Pope observes that even in the non-ecclesial context an analogous awareness has developed, as is apparent in the so-called ABC theory (Abstinence – Be Faithful – Condom), in which the first two elements (abstinence and fidelity) are more decisive and fundamental in the battle against AIDS, while condoms take last place, as a way out when the other two are absent. It should thus be clear that condoms are not the solution to the problem.
“The Pope then broadens his perspective and insists that focusing only on condoms is equivalent to trivialising sexuality, which thus loses its meaning as an expression of love between persons and becomes a ‘drug’. This struggle against the trivialisation of sexuality is ‘part of the great effort to ensure that sexuality is positively valued and is able to exercise a positive effect on man in his entirety’.
“In the light of this broad and profound vision of human sexuality and the problems it currently faces, the Pope reaffirms that ‘the Church does not of course consider condoms to be the authentic and moral solution’ to the problem of AIDS.
“In this the Pope does not reform or change Church teaching, but reaffirms it, placing it in the perspective of the value and dignity of human sexuality as an expression of love and responsibility.
“At the same time the Pope considers an exceptional circumstance in which the exercise of sexuality represents a real threat to another person’s life. In such a case, the Pope does not morally justify the disordered practice of sexuality but maintains that the use of a condom to reduce the danger of infection can be ‘a first act of responsibility’, ‘a first step on the road toward a more human sexuality’, rather than not using it and exposing the other person to a mortal risk.
“In this, the reasoning of the Pope certainly cannot be defined as a revolutionary change.
“Many moral theologians and authoritative ecclesiastical figures have supported and support similar positions; it is nevertheless true that we have not heard this with such clarity from the mouth of the Pope, even in an informal and non-magisterial form.
“Thus Benedict XVI courageously makes an important contribution to help us clarify and more deeply understand a long-debated question. His is an original contribution, because, on the one hand, it remains faithful to moral principles and transparently refutes illusory paths such as that of ‘faith in condoms’; on the other hand, however, it manifests a comprehensive and farsighted vision, attentive to recognising the small steps (though only initial and still confused) of an often spiritually- and culturally-impoverished humanity, toward a more human and responsible exercise of sexuality”.
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia
(unofficial translation- by Katolisitas.org)
VATIKAN, 21 NOV 2010 (VIS)- Berikut di bawah ini adalah teks keterangan yang dikeluarkan oleh Direktur Urusan Pers Tahta Suci Fr. Federico Lombardi S.J. berkaitan dengan komentar tertentu oleh Paus tentang penggunaan kondom, yang muncul di buku baru, “Terang Dunia”.
“Pada akhir dari bab sebelas buku ‘Terang Dunia’, Paus menanggapi dua pertanyaan tentang pertempuran melawan AIDS dan penggunaan kondom, pertanyaan- pertanyaan yang berhubungan kembali dengan diskusi- diskusi yang timbul pada pernyataan- pernyataan tertentu yang dibuat Paus tentang topik ini sepanjang perjalanannya ke Afrika pada tahun 2009.
Paus mengamati bahwa bahkan di dalam konteks non-gerejawi sebuah kesadaran yang serupa telah berkembang, seperti yang kelihatan dalam apa yang disebut sebagai teori ABC (Abstinence/Pantang- Be faithful/Setia- Condom/Kondom) di mana dua elemen yang pertama (Pantang dan Kesetiaan) adalah lebih menentukan dan mendasar di dalam pertempuran melawan AIDS, sementara kondom mengambil tempat terakhir, sebagai jalan keluar ketika kedua hal itu tidak ada. Oleh karena itu harus menjadi jelas, bahwa kondom bukan solusi masalah tersebut.
Kemudian Paus meluaskan sudut pandangnya dan berkeras bahwa memusatkan perhatian pada kondom sama saja dengan meremehkan seksualitas, yang lalu kehilangan maknanya sebagai ekspresi kasih antara manusia dan menjadi sebuah ‘obat’. Pergumulan ini melawan peremehan seksualitas adalah ‘bagian dari usaha besar untuk menjamin seksualitas dihargai secara positif dan dapat menghasilkan akibat positif pada manusia secara keseluruhannya.
Dengan terang visi yang luas dan mendalam ini tentang seksualitas manusia dan masalah- masalah yang sekarang ini dihadapinya, Paus menegaskan kembali bahwa ‘Gereja tentu tidak mempertimbangkan kondom sebagai solusi otentik dan solusi moral bagi masalah AIDS.
Dengan ini Paus tidak mereformasi atau mengubah ajaran Gereja, tetapi menegaskan kembali, menempatkannya di dalam perspektif nilai dan martabat seksualitas manusia sebagai sebuah ekspresi kasih dan tanggung jawab.
Pada saat yang sama, Paus mempertimbangkan sebuah kondisi kekecualian di mana tindakan seksual menghadirkan ancaman nyata kepada kehidupan seseorang yang lain. Dalam kasus seperti ini, Paus tidak membenarkan secara moral praktek seksual yang menyimpang, tetapi mempertahankan bahwa penggunaan kondom untuk mengurangi bahaya penularan dapat menjadi ‘tindakan pertama tentang tanggung jawab’, ‘langkah pertama dalam jalan menuju seksualitas yang makin manusiawi’, daripada menggunakannya [seksualitas] dan mengekspos orang yang lain terhadap resiko yang mematikan.
Dalam hal ini, pola pikir Paus tentu tidak dapat didefinisikan sebagai senuah perubahan revolusioner.
Banyak teolog moral dan tokoh- tokoh otoritas Gereja telah mendukung dan [tetap] mendukung posisi serupa; namun demikian adalah benar bahwa kita belum mendengar hal ini dengan kejelasan dari mulut Paus, bahkan di dalam sebuah bentuk yang informal dan non- magisterial.
Maka Paus Benediktus XVI dengan berani membuat sebuah kontribusi penting untuk membantu kita menjelaskan dan memahami dengan lebih mendalam tentang masalah yang telah lama diperdebatkan. Pandangannya adalah sebuah kontribusi orisinal, sebab, di satu sisi, tetap setia kepada prinsip-prinsip moral, dan secara transparan menolak jalan- jalan ilusi seperti ‘iman akan kondom’; di lain sisi, bagaimanapun juga, hal itu menyatakan visi yang menyeluruh dan jauh ke depan, peka terhadap langkah- langkah kecil (meskipun hanya merupakan awal dan tetap dalam kebingungan) dari sebuah kemanusiaan yang kerap dimiskinkan secara rohani dan budaya, menuju pelaksanaan seksualitas yang lebih manusiawi dan bertanggungjawab.”
Demikian klarifikasi dari Vatikan, semoga mencerahkan kita semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Semoga KWI mau repot sedikit untuk buka suara soal ini, jangan hanya politik saja yang di bahas.
Sekali lagi terima kasih Katolisitas.org buat terjemahannya, sangat membantu sekali.