Sumber gambar: http://rolgospel.com/2012/06/10/mark-5-21-43/

[Hari Minggu Biasa ke XIII:  Keb 1:13-24; Mzm 30:2-13; 2Kor 8:7-15; Mrk 5:21-43].

Buku karangan Fr. Albert J. Hebert itu berjudul: Saints who raised the dead (Para orang kudus yang membangkitkan orang-orang mati). Sungguh, apa yang tertulis di sana membuatku terpana dan tak putusnya memuji Tuhan. Ada sekitar 400 kasus yang belum pernah kudengar, di mana orang-orang mati dibangkitkan oleh para Santo dan Santa dalam sejarah Gereja, dalam nama Tuhan Yesus. Aku disadarkan akan kuasa mukjizat Tuhan yang terus menyertai Gereja-Nya, walaupun memang, iman kita akan Tuhan tidak tergantung dari mukjizat-mukjizat itu. St. Vincentius Ferrer, St. Fransiskus Xaverius, St. Patrick, St. Yohanes Bosco, St. Antonius dari Padua, St. Katarina dari Siena, St. Teresa dari Avila, St. Elizabeth dari Hungaria, St. Rosa dari Lima, Beata Margaret dari Castello…. dst, dengan kekhususan masing-masing menunjukkan bahwa dalam kemiskinan mereka, mereka menjadi “kaya dalam pelayanan kasih” (lih. 2Kor 8:7). Mereka menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk “membebaskan dan menyelamatkan” umat-Nya, sebagaimana kita dengar dalam Mazmur hari ini. Sebab Tuhan kita adalah Allah yang menghidupkan, dan Ia menghendaki agar kita semua menemukan keselamatan (lih. Keb 1:14).

Demikianlah juga yang kita dengar dalam Bacaan Injil hari ini. Tuhan Yesus menyembuhkan seorang wanita yang sakit perdarahan, dan kemudian membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian. Mungkin kisah mukjizat itu sendiri membuat kita takjub, namun rasa takjub itu tidak cukup. Sebab tujuan kisah itu ditulis dalam Injil adalah agar kita percaya akan Kristus dan percaya bahwa Ia adalah Allah yang menghidupkan dan menyelamatkan kita. Pertolongan dan mukjizat Tuhan yang terjadi dalam hidup kita dimaksudkan agar membantu kita semakin mengimani Dia. Demikianlah kita mengetahui dari tulisan Nikodemus, bahwa sang wanita yang disembuhkan dari sakit perdarahan itu, adalah wanita yang dikenal dengan nama Veronika, yang kemudian membasuh wajah Yesus sewaktu Yesus memanggul salib-Nya ke Golgota. Dan walau tak dicatat dalam Injil, kita dapat menduga bahwa Yairus—sang kepala rumah ibadat Yahudi—itu pun akhirnya percaya kepada Kristus, yang telah membangkitkan anaknya dari kematian. Injil hari ini selayaknya menggugah hati kita, untuk mengikuti teladan iman wanita itu, ataupun iman Yairus, yang artinya “ia yang diterangi”. Oleh imannya, wanita itu disembuhkan, hanya dengan menyentuh ujung jubah Yesus. Oleh iman Yairus, anaknya yang telah wafat dibangkitkan oleh Yesus. Kita perlu bertanya kepada diri sendiri, adakah kita memiliki iman seperti mereka? Jika dengan menyentuh ujung jubah Yesus saja, wanita itu mengalami mukjizat kesembuhan, betapa lebih lagi kita dapat mengalami kesembuhan dengan menyambut Tubuh dan Darah Tuhan Yesus dalam Ekaristi! Jika Tuhan Yesus berbelas kasihan kepada Yairus, maka tentulah Yesus pun berbelas kasihan kepada kita! Semoga dengan merenungkan Injil hari ini, kita dapat menjadi seperti Yairus, yaitu menjadi “ia yang diterangi” oleh sabda Allah. Sebab sabda-Nya mengingatkan kita bahwa Allah masih terus menolong dan melakukan mukjizat-mukjizat-Nya untuk kita.

Mukjizat dan pertolongan Allah bagi kita itu pertama-tama dimaksudkan bukan semata untuk kebaikan jasmani, tetapi untuk mengarahkan kita kepada keselamatan kekal. Sebab, sebagaimana dikatakan dalam sabda Tuhan hari ini, kita diciptakan untuk kebakaan (lih. Keb 1:15). Karena itu, setelah kita menerima mukjizat dan pertolongan Allah, kitapun dipanggil untuk menjadi alat-Nya untuk melakukan pelayanan kasih kepada sesama, agar sesama kitapun beroleh keselamatan kekal. Sebab sama seperti bahwa kita dapat menerima mukjizat dan pertolongan Tuhan melalui bantuan dan kehadiran sesama, demikianlah kitapun dapat menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan mukjizat dan pertolongan Allah kepada sesama kita. Dengan demikian, panggilan untuk berbagi kepada sesama, baik itu iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk menolong dan mengasihi (lih. Keb 1:7), itu tidak hanya tertuju kepada para Santo dan Santa, tetapi tertuju kepada kita juga. Singkatnya, kita diberkati untuk memberkati. Dengan pertolongan rahmat Tuhan dan kuasa Roh Kudus, Tuhan akan memampukan kita untuk menyentuh kehidupan sesama kita, walaupun mungkin dengan cara yang lebih sederhana. Kita dapat saling mengingatkan bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah yang hidup, yang telah mengalahkan kematian untuk menyelamatkan kita. Karena itu, kita pun mempunyai pengharapan akan hari esok yang lebih baik, dan khususnya, akan kehidupan yang kekal.

Ya, Tuhan Yesus, aku percaya akan janji-Mu, bahwa barangsiapa  percaya kepada-Mu, akan tetap hidup meskipun ia sudah mati. Kumohon, teguhkanlah imanku akan kebangkitan, dan buatlah aku menjadi murid-Mu yang sejati, yang mengharapkan kemuliaan kebangkitan yang melampaui kematian. Sehingga dengan demikian, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, selalu ada kekuatan, penghiburan dan suka cita di hatiku yang dapat kubagikan kepada sesamaku. Amin.”