Pengertian Devosi, menurut pengajaran Gereja Katolik, seperti dijabarkan dalam tulisan CDW (Congregation for Divine Worship), Vatikan dalam dokumennya yang berjudul Directory on Popular Piety and the Liturgy, adalah:
8. In the present context, this term is used to describe various external practices (e.g. prayers, hymns, observances attached to particular times or places, insignia, medals, habits or customs). Animated by an attitude of faith, such external practices manifest the particular relationship of the faithful with the Divine Persons, or the Blessed Virgin Mary in her privileges of grace and those of her titles which express them, or with the Saints in their configuration with Christ or in their role in the Church’s life. (Cf. COUNCIL OF TRENT, Decretum de invocatione, veneratione, et reliquiis Sanctorum, et sacris imaginibus (3. 12. 1563), in DS 1821-1825; Pius XII, Encyclical Letter Mediator Dei, in AAS 39 (1947) 581-582; Sacrosanctum Concilium 104; Lumen Gentium 50)
terjemahannya:
“Dalam konteks ini, istilah devosi digunakan untuk menggambarkan praktek eksternal (doa-doa, lagu- lagu pujian, pelaksanaan suatu kegiatan rohani yang berkaitan dengan waktu- waktu atau tempat- tempat tertentu, insignia, medali, kebiasaan- kebiasaan). Dihidupkan oleh sikap iman, praktek- praktek tersebut menyatakan hubungan yang khusus antara umat beriman dengan Pribadi Allah [Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus] atau kepada Perawan Maria yang terberkati, dalam hak- hak istimewanya tentang rahmat dan segala sebutannya yang mengekspresikan keistimewaan tersebut, atau dengan para Santo/a di dalam konfigurasi mereka dengan Kristus atau di dalam peran mereka di dalam kehidupan Gereja.”
Berdasarkan pengertian ini, maka devosi itu ditujukannya kepada Tuhan (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus) atau kepada para orang kudus -termasuk Bunda Maria- dalam kesatuan mereka dengan Kristus. Nah, bentuk devosi itu dapat berupa doa, lagu pujian, atau kebiasaan- kebiasaan/ kegiatan rohani tertentu. Jadi devosi itu ditujukannya kepada ‘Seseorang/ Someone‘, yaitu pribadi Allah atau orang kudus dalam kesatuan mereka dengan Allah; dan bukan kepada ‘sesuatu/ something‘. Sekalipun devosi berhubungan dengan medali, relikwi, rosario ataupun skapular, dll, namun bukan kepada benda- benda itu umat Katolik berdevosi, melainkan kepada Allah ataupun pribadi orang kudus yang diacu olehnya, dalam kesatuan dengan Kristus. Maka para orang kudus ini bukan saingan Kristus, tetapi pendukung Kristus dalam peran Pengantaraan-Nya yang satu- satunya itu. Tentang hal pengantaraan Kristus yang bersifat inklusif/ melibatkan anggota- anggota-Nya, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Silakan pula anda membaca di artikel ini, silakan klik, yang menunjukkan bahwa devosi yang berkaitan dengan pemakaian ‘sesuatu’/ benda- benda, seperti skapulir, medali, dst, tidak hanya terbatas kepada ‘memakai’ saja, tetapi juga pada kesediaan untuk hidup sesuai dengan penghayatan iman mereka kepada Tuhan sesuai dengan teladan Kristus dan para orang kudus-Nya. Pemakaian benda- benda tersebut, hanya mengingatkan orang yang memakainya agar berjuang untuk hidup kudus dalam berbagai situasi hidup sampai akhir hayatnya, agar memperoleh keselamatan kekal.
Contoh yang baik juga misalnya dengan devosi kepada Kerahiman Ilahi, maka seseorang diingatkan untuk selalu mengandalkan Tuhan Yesus dan kerahiman-Nya, dan berdoa bagi pertobatan dunia (termasuk pertobatannya sendiri), untuk selalu melakukan perbuatan kasih kepada sesama entah dengan perbuatan langsung, dengan perkataan ataupun dengan mendoakan, demi kasih mereka kepada Kristus yang telah menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Itulah sebabnya mereka mendaraskan doa Koronka dengan menggunakan rosario, dan melakukan doa novena Kerahiman Ilahi yang mengenang sengsara Yesus demi menyelamatkan umat manusia, dan mendoakan doa khusus pada jam 3 siang (pada saat Kristus wafat), demi mengenangkan kasih Tuhan yang sempurna yang ditunjukkan dengan korban salib-Nya. Dengan melaksanakan devosi ini, maka kita didorong untuk semakin mengasihi Kristus.
Akhirnya, saya ingin mengutip pengertian devosi menurut St. Fransiskus dari Sales, demikian:
“Ringkasnya, devosi adalah kesigapan dan kegairahan hidup rohani, yang melaluinya kasih bekerja di dalam kita, ataupun kita di dalamnya, dengan cinta dan kesiapsiagaan; dan seperti halnya kasih memimpin kita untuk menaati dan memenuhi semua perintah Tuhan, maka devosi memimpin kita untuk menaati semua itu dengan segera dan tekun…. Dan seperti devosi terdapat dalam kasih yang sempurna, maka devosi tidak hanya membuat kita aktif, bersedia, dan rajin/ tekun dalam melaksanakan perintah Tuhan, tetapi terlebih lagi devosi mendorong kita untuk melakukan semua perbuatan baik dengan penuh semangat dan kasih, bahkan perbuatan- perbuatan yang tidak diharuskan, tetapi hanya dianjurkan ataupun disarankan.” (lih. St. Francis de Sales, An Introduction to the Devout Life, (Rockford, Illinois: TAN books and Publishers, 1942), p. 3)
Semoga ulasan di atas ini senantiasa mengingatkan dan mendorong kita untuk semakin mengasihi Allah yang terlebih dahulu mengasihi kita.
“Tuhan, tambahkanlah di dalam hati kami ini, kasih kepada-Mu, sehingga kami dapat mengasihi Engkau, dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kami.”
Syalom Pak Stef,
Di lingkungan kami, pas ada pertemuan WKRI acara diselinggi devosi Jalan Salib sebab sekarang masa pra paskah. Diantara ibu-ibu mengatakan bahwa di hari minggu tidak diperbolehkan ada jalan salib karena hari sukacita. Sementara ibu-ibu yang lain berpendapat tidak masalah dengan mengacu pada acara ziarah toh juga ada devosi jalan salib.
Menghadapi dualisme pendapat tersebut bagaimana tanggapa pak Stef? Terima kasih banyak atas penjelasannya.
Shalom Timotius,
Terima kasih atas pertanyaannya. Memang devosi jalan salib paling tepat dilakukan pada hari Jumat, karena pada hari Jumat, kita mengenang Kristus yang telah menderita dan wafat bagi kita. Dan hal ini juga ditunjang bahwa pada hari Jumat sepanjang tahun, kita juga diminta untuk berpantang.
Namun, inti devosi adalah ungkapan kasih kepada Allah, dan tidak terikat akan aturan baku seperti dalam liturgi. Jadi, kalau memang dipandang tepat dalam situasi tertentu, terutama dalam acara retret, rekoleksi, maka jalan salib juga dapat dilakukan kapan saja. Dan kalau terjadi hari Minggu, renungan terakhir dan doa dapat ditambah dengan renungan dan doa singkat akan kebangkitan Kristus, sesuai dengan makna perayaan hari Minggu, yaitu merayakan kebangkitan Kristus yang terjadi pada hari Minggu. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
pak stefanus, mohon di jelaskan mengapa kita harus berdoa malaikat Tuhan
Shalom Frans,
Devosi doa “Malaikat Tuhan” atau Angelus adalah mensyukuri Inkarnasi, karena dengan Inkarnasi, maka Kristus telah membuka pintu keselamatan bagi kita. Coba amati perkataan sebelum doa Salam Maria: (1) Maria menerima kabar dari malaikat Tuhan, bahwa dia akan mengandung dari Roh Kudus. Ini adalah salam dari Malaikat Gabriel; (2) Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu. Ini adalah persetujuan Bunda Maria akan rencana keselamatan Allah; (3) Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita. Ketika rahmat Allah memperoleh tanggapan dari Bunda Maria, maka Putera Allah menjadi daging dan kemudian tinggal di antara kita. Jadi, kita dapat mensyukuri peristiwa Inkarnasi, dan mendoakan Angelus ini, baik jam 6 pagi, 12 siang, dan jam 6 sore.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom pengurus Katolisitas,
Suatu hari saya berkonsultasi mengenai masalah saya dengan salah seorang katekis. Dia menyarankan saya untuk Devosi Kanak-Kanak Yesus dan memberikan saya kartu kecil petunjuk melakukannya. Saya dengan senang hati menerima niat baiknya. Namun ada bagian dari devosi ini yang mengganjal hati saya. Ada tertulis di sana: ” Kanak-Kanak Ilahi Yesus, aku menyembah salib-Mu”. Saya kebingungan, apakah makna “menyembah salib”? Bukankah kita hanya boleh menyembah Tuhan kita? Terima kasih
Shalom Mario,
Dalam teks Bahasa Inggris, pada bagian tersebut dituliskan “Divine Infant Jesus, I adore Your Cross, …” Adore dalam arti yang sempit memang adalah menyembah, namun dalam arti yang luas berarti penghormatan yang tinggi, baik kepada seseorang maupun benda yang berhubungan dengan nilai-nilai moral atau berhubungan dengan Allah. Memang kita hanya menyembah (worship) Allah saja dan tidak ada yang lain. Namun kita juga menghormati salib, karena Kristus telah memilih wafat di kayu salib untuk menyelamatkan manusia. Jadi, Anda sebenarnya dapat mengganti kata menyembah di dalam doa tersebut dengan menghormati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom,
Terima kasih atas jawabannya. Saya pun awalnya berpikir begitu, namun ada seorang Katolik yang memberikan statement yang membingungkan saya. Berikut Linknya: http://forums.catholic.com/showthread.php?t=759621
Adore: 1: to worship or honor as a deity or as divine
2: to regard with loving admiration and devotion
3: to be very fond of
Actually, adore in technical speak is indeed the worship of latria, i.e. the worship due to God alone. The word is used not just in the Maronite church but even in the Roman Rite, in both the Liturgy of the Hours (Sept. 14) and the Stations of the Cross. In the official U.S. English of the Liturgy of the Hours, we sing, “We worship your Cross O Lord…” It’s not an error, we are indeed offering worship to the Cross.
In fact, it is #1 that applies, because we do offer the cross the worship of latria, i.e. the worship due to God alone. But we do so not because the Cross is divine, and neither do we worship it as wood, but because the Cross, by virtue of its contact with Christ and being the instrument of our salvation, has become, as it were, an image of him, and that the worship (latria) we offer it or any image of him is in fact offered to Christ.
This is why in the Roman church for example, we genuflect to the Cross, just as we do to the Blessed Sacrament. This is not because the Cross is the Real Presence as the Blessed Sacrament is, but because we offer it the worship due to Christ alone. Summa Theologica (III, 25, 3; III, 25, 4) http://www.newadvent.org/summa/4025.htm
Mohon penjelasannya. Terima kasih sedalam-dalamnya.
Shalom Mario,
Kalau kita membaca artikel St. Thomas tentang kayu salib dan gambar-gambar Kristus yang disembah (latria), maka kita harus mengerti terlebih dahulu pengertian yang dia berikan. Penyembahan (Latria) hanya dapat diberikan kepada Tuhan. Namun, gambar-gambar Kristus tidak disembah karena gambar tersebut adalah Tuhan, namun kita menyembah apa yang direpresentasikan oleh gambar tersebut atau salib, yaitu Kristus sendiri. Dengan demikian, latria absolute, hanya diberikan kepada Tuhan. Namun, latria relative diberikan kepada salib maupun gambar-gambar yang mempresentasikan Tuhan sendiri. Hal ini sama dengan konsep dulia yaitu penghormatan kepada Bunda Maria dan santa-santo; dulia relative, yaitu penghormatan kepada benda-benda yang mempresentasikan mereka. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
Terima kasih atas penjelasannya. Saya mencoba menyimpulkan penjelasan Bapak sebagai berikut: Makna “aku menyembah salib-Mu” berlaku latria relative, sehingga yang sebenarnya kita sembah adalah Kristus itu sendiri, dan hal ini juga berlaku utk patung-patung, gambar-Nya, Hati Kudus Yesus, dll. Apakah kesimpulan ini tepat?
Terima kasih sekali lagi karena telah menolong saya dalam berusaha memahami devosi ini.
Salam kasih Yesus Kristus.
[dari katolisitas: Ya, benar]
Singkat saja, mau tanya:
1. Kalau Adorasi sakramen Mahakudus itu termasuk kegiatan devosional, bisa gak yang memimpin bukan romo, misalnya suter biara atau bruder, atau awam ?
2. Maaf agak menyimpang dikit: Rosario itu kan benda suci untuk kegiatan devosi/sakramentali. Ada kejadian, seorang uskup memberikan rosario yang beliau terima dari Paus untuk dilelang dalam acara pengumpulan dana buat pembangunan sebuah sekolah kateketik. Dan pemenang lelang adalah seorang bapak yang bukan katolik, namun hadir dalam acara tersebut karena kedekatan beliau dengan Romo-romo katolik sejak beliau masih sekolah. Ada pro-kontra sesudah acara ini, ada yang menyamakan lelang rosario tersebut seperti dengan “lelang” indulgensi di masa lalu. Sebaliknya tidak sedikit yang menganggap itu biasa saja dan tidak melanggar aturan Gereja. Mohon diberi mmasukan mengenai pandangan Gereja terhadap kegiatan semacam ini agar tidak membingungkan bagi sebagian umat.
3. Ada praktek di salah satu Gereja non Katolik pendetanya menggunakan “semacam jubah” dan berkalung rosario. Kalau jubah, sudah banyak kejadian. Namun soal menggunakan kalung rosario, ini kejadian langkah. Belum sempat dikonfirmasi ke pendeta bersangkutan apa motivasi menggunakan kalung rosario karena perasaan sungkan. Namun ada sebagian umat katolik yang “seakan protes” pada penggunaan kalung rosario oleh pendeta tersebut. Bagaimana sebaiknya umat katolik menanggapi kejadian seperti ini ?
Salam,
Nelis
Salam Nelis,
1. Adorasi bersama (salve) dengan pentakhtaan Sakramen Mahakudus dapat dipimpin oleh yang tertahbis (imam/diakon) atau juga oleh suster biara atau bruder atau awam kalau mereka itu sudah mendapat wewenang untuk membuat pelayanan.
2. Menurut saya, rosario yang akhirnya dibawa oleh orang yang bukan Katolik karena menang lelang, bisa saja dipandang oleh orang itu sebagai kenang-kenangan berarti dari seorang Paus untuk si pemenang.
3. Pendeta yang menggunakan kalung rosario itu menunjukkan bahwa si pemakai menghargai rosario. Kini cukup banyak orang non-Katolik (termasuk para pendeta) yang menghargai Bunda Maria.
Doa dan Gbu.
Rm Boli, SVD
Shalom Bu Inggrid dan P Stev
Kita katolik ada devosi,mohon dong jelaskan secara biblis lahirnya devosi.
Makasih Tuhan berkati selalu
[dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]
Halo, salam
Saya ingin bertanya bagaimana suatu devosi dapat terbentuk?
khususnya tentang Devosi Darah Yesus yang Berharga,
apakah devosi tersebut ada dalam gereja Katolik?
Dan tentang Yesus yang memberikan devosi ini melalui seseorang bernama Barnabas Nwoye, apakah itu benar?, apakah hal itu sudah dibenarkan oleh pihak gereja / Vatikan?
Mohon pencerahannya.
Terimakasih.
Salam Theresia,
Devosi berkembang dan sakramen-sakramen. Berbagai devosi berkembang dalam diri umat. Gerakan-gerakan devosi ini bagus untuk memupuk persatuan dengan Tuhan yang puncaknya selalu diterima dalam Ekaristi. Devosi muncul karena kerinduan umat yang kreatif untuk selalu membina relasi dengan Tuhan Allah melalui Yesus Kristus dalam persekutuan Roh Kudus dalam Gereja-Nya. Anda pun bisa membuat devosi Anda sendiri secara pribadi baik mengembangkan devosi yang sudah ada maupun menciptakan sendiri yang baru. Namun devosi yang dicipta sendiri jika mau dibagikan kepada sesama, mesti mendapatkan nihil obstat dari hierarki. Devosi Darah Yesus Kristus ini ialah hasil kreativitas umat akan doa-doa pribadi yang sudah dinihil-obstat oleh hierarki keuskupan. Karena itu boleh dipakai. Silahkan mencermati bagaimana cara melakukannya dalam website http://darahyesuskristus.blogspot.com.au/p/bagaimana-devosi-ini.html .
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Saya nenek dua cucu, baru saja mendapatkan pengalaman spiritual luarbiasa. Pada awal bulan ini, bersama teman-teman yang baru saja menghadiri reuni – mengikuti misa di gereja Megamendung. Seusai misa, Romo Markus memberitahukan akan ada adorasi. Setelah mengenakan velum dibantu oleh putra altar, Romo Markus mengangkat monstrans dan mulai berkeliling. Baris paling depan mendapatkan berkat pertama, Romo menumpangkan tangan ke kepala umat, satu demi satu. Karena saya duduk di bangku baris kedua di tengah, teman saya yang sudah sering menerima berkat dalam acara adorasi di gereja tersebut, menyarankan agar saya pindah ke pinggir lorong. Harap cemas saya menunggu, ketika Romo semakin mendekati bangku saya. Saya sangat bersyukur ketika Romo Markus menumpangkan tangan di atas kepala saya cukup lama, kebahagiaan yang saya rasakan saat itu sungguh tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Baru sekali itu saya beruntung mengikuti adorasi dengan cara sekhusuk itu. Bahkan ada seorang pastor yang sepertinya kurang menghayati harapan umat untuk sekali sebulan – pada Jum’at pertama – dapat mengikuti adorasi dengan khidmat. Sementara paduan suara menyanyikan lagu Tantum Ergo – maaf saya lupa judulnya dalam bahasa Indonesia – Pastor sudah mengangkat monstrans tanpa terlebih dahulu mengenakan velum, dan putra altar membunyikan bel … Hambar jadinya adorasi hari itu. Sayangnya hal ini terulang tiga kali Jum’at pertama di gereja yang sama.
Sebenarnya, bagaimana tatacara penghormatan monstrans yang seharusnya? Dan mengapa tidak semua gereja memiliki ruang adorasi khusus?
Terimakasih boleh berbagi pengalaman dalam kolom ini … Berkah Dalem.
Salam Maria Antonia,
Adorasi Sakramen Maha Kudus (astuti atau salve) adalah suatu kegiatan devosional, biasanya dibuat di luar perayaan Ekaristi, jadi bukan kegiatan liturgis. Biasanya kegiatan devosional lebih fleksibel sesuai dengan keinginan dan rasa perasaan para devosan dibandingkan dengan kegiatan liturgis yang lebih baku sesuai dengan ketetapan pimpinan Gereja (silakan melihat artikel “Kesalehan umat dan liturgi, kemungkinan penyerasian“). Dalam adorasi Sakramen Maha Kudus, perlu kita perhatikan hal paling penting yaitu penghormatan, penyembahan, pujian syukur, permohonan kepada Tuhan Yesus Kristus (yang punya hubungan amat erat dengan Bapa, Roh Kudus dan para kudus/malaekat) yang kehadiran-Nya nampak dalam hosti kudus yang disimpan dalam monstrans khususnya dalam lunula yang dimasukkan dalam monstrans. Jadi kita tidak menghormati monstrans tetapi kita menghormati Tuhan Yesus dalam rupa hosti kudus. Tata acaranya bervariasi, tetapi ada unsur-unsur penting yang tidak boleh diabaikan: Nyanyian Tantum ergo (= Sakramen seagung ini), pendupaan oleh imam, doa imam, pemberkatan dengan Sakramen Maha Kudus dibarengi dengan bunyi lonceng dan pendupaan oleh putra-putri altar. Pemberkatan dengan Sakramen Maha Kudus biasanya dibuat secara umum tetapi di beberapa tempat pada kesempatan khusus dibuat pemberkatan secara pribadi atau kelompok kecil sebelum pemberkatan umum. Saya setuju dengan harapan Maria agar sikap imam pemimpin adorasi haruslah penuh hormat dan khidmat dalam pelayanannya. Semoga membantu.
Doa dan Gbu.
Rm B.Boli Ujan, SVD.
apakah doa koronka bisa didoakan selain jam 3?
[Dari Katolisitas: Ya, tentu saja bisa. Jam 3 siang memang merupakan jam untuk memperingati wafatnya Kristus, namun isi doa tersebut sesungguhnya dapat didoakan kapan saja].
Saya ada beberapa pertanyaan:
1. bolehkah melakukan lebih dari 1 jenis devosi?
2. apakah rosario termasuk jenis devosi?
3. bolehkah setiap malam saya berdoa dengan devosi kepada hati kudus Yesus dilanjutkan dengan berdoa rosario?
Terima kasih
Shalom Evelyn,
1. Pada dasarnya devosi adalah ungkapan kasih, dan karena ungkapan kasih sifatnya tidak terbatas, maka tentu tidak ada larangan untuk mempunyai lebih dari satu jenis devosi.
2. Ya, doa rosario adalah salah satu jenis devosi kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Menjadi bentuk devosi kepada Tuhan Yesus, karena melalui doa rosario, kita merenungkan peristiwa-peristiwa hidup Yesus; dan menjadi bentuk devosi kepada Bunda Maria, karena dalam merenungkan peristiwa itu, kita memohon dukungan doa dari Bunda Maria.
3. Ya, boleh saja, Anda berdoa devosi kepada Hati Kudus Yesus dilanjutkan dengan doa rosario.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
terima kasih banyak atas jawabannya :)
Dear Bu Inggrid/Pak Stef
Sdh lama saya jadi pembaca setia web ini, sangat2 membantu dlm usaha saya mengasihi iman katolik…
berhubung minggu lalu adalh minggu kerahiman illahi, dan blm ada yg bertanya hal ini..:
ttg pemberkatan gambar pada minggu kerahiman illahi, …apakah gambar yg sdh diberkati pada tahun lalu atau gambar yg baru.
mengenai indulgensi seluruhnya, kalo kita ingin mendapatkannya berarti sebelumnya misa kita mesti pengakuan dosa dulu ya ?
atau pengakuan dosa sebelum pekan suci sdh kita lakukan/terima sakramen tobat waktu itu juga juga boleh/bisa ?
terima kasih utk jawabnya…
Semoga Tuhan selalu memberkati karya kerasulan yg bp/ibu kerjakan…dan menghasilkan buah beratus kali lipat bagi gerejaNya. Amin
Felisiana
Shalom Felisiana,
Menurut yang saya ketahui, pemberkatan obyek religius tertentu (disebut sakramentalia) hanya perlu dilakukan satu kali saja. Jadi jika sudah dilakukan pemberkatan tahun lalu, tidak perlu dilakukan lagi tahun ini pada obyek yang sama. Namun jika ada obyek religius lainnya yang belum diberkati, dapat diberkati.
Tentang ketentuan umum untuk memperoleh indulgensi penuh adalah pada hari yang ditentukan tersebut menerima sakramen Ekaristi (Komuni kudus), berdoa bagi intensi Bapa Paus, dan menerima sakramen Pengakuan Dosa dalam jangka waktu 8 hari sebelum atau sesudah hari yang ditentukan, silakan klik di sini untuk membaca lebih lanjut tentang ketentuan umum indulgensi. Hal yang penting diketahui juga adalah untuk memperoleh Indulgensi penuh, seseorang harus mempunyai disposisi hati yang tidak mempunyai keterikatan apapun dari dosa, bahkan dosa ringan (complete detachment from sin, even venial sin). Jika syarat yang terakhir ini tidak dipenuhi, maka yang diterimanya adalah Indulgensi sebagian.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Inggrid
makasih replynya …
berdoa bagi intensi Bapa Paus itu maksudnya apa Bu ? Apa kita mendoakan Paus ?
thanks again..
GBU
Felisiana
[Dari Katolisitas: Intensi Bapa Paus adalah seperti yang dapat dibaca di link ini, silakan klik. Namun seandainya kita tidak mengetahuinya, maka yang terpenting adalah kita mengucapkan saja bahwa kita berdoa bagi intensi Bapa Paus pada saat itu (bulan itu), lalu kita mendukungnya dengan doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan.]
Litani dan Sejarah Penyusunannya
1.Ada berapa macam doa Litani yang digunakan Gereja katolik di seluruh dunia, selain doa litani yang terdapat dalam Buku Puji Syukur?
2.Adakah gereja Kristen non Katolik ( di luar Gereja Orthodox ) yang masih menggunakan juga doa litani?
3.Apakah dasar biblis dan teologis dari Doa Litani
4.Tahun berapa setiap doa Litani tersebut mendapat bentuknya yang baku?
5.Doa Litani Para Kudus yang baku sekarang ini, bukan doa yang sekaligus langsung jadi. Masa hidup dari para kudus yang namanya disebutkan secara khusus dalam doa tersebut jelas berbeda abad. Bukankah demikian?
Salam Herman Jay,
Litani sudah sejak abad III, tertulis pada papyrus berjudul: “Prex Litanica Defunctorum”. Abad IV muncul dalam “Hymnis litanicus ad Christum”. Sejak abad VIII terkumpul dalam dokumen “Litania Romana Vetus”, dan ditempatkan pada Hari Minggu Prapaskah I dan II; Minggu 2 masa Adventus. Juga banyak digunakan dalam Ritus Ambrosiana. Pada abad IX ada “Litania Italica”. “Ex liturgia Bononiensi” pada Minggu Prapaskah II. Dari data sejarah liturgi jelas bahwa Litania berakar dalam tradisi Gereja sebagai Doa Permohonan meriah yang dilakukan dengan menyebut segala isi surga utk membantu Umat beriman. Selanjutnya mengenai litania, ada dalam dokumen “Enchiridion Euchologicum Fontium Liturgicum”.
Demikian keterangan dari Romo Bosco Da Cunha, OCarm, sekretaris eksekutif Komisi Liturgi KWI.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Saya mau tanya soal tata cara novena yang digabungkan dalam misa. Waktu saya di Papua novena (misalnya novena Roh Kudus) diadakan begitu tertib dalam hal waktu. Ketika disepakati novena dimulai jam 17.00, maka selama 9 hari berturut-turut novena diadakan pada jam 17.00. Bacaan Khusus, tapi terbuka juga memakai bacaan harian.
Namun ketika saya pindah di Kepulauan Riau, yang saya alami tidak ada keterikatan waktu. Kadang sore, kadang pagi mengikuti jadwal misa. Anehnya lagi bacaan mengikuti bacaan liturgi sehingga bacaan liturgi saat misa sabtu sore sama saja dengan bacaan misa minggu pagi.
Waktu di Papua saya diberitahu bahwa novena mengajak kita untuk bertekun dan setia. Ketepatan waktu itu merupakan wujud ketekunan dan kesetiaan. Kalau tidak bisa, yah jangan membuat novena, karena novena lahir dari kesadaran diri.
Bagaimana tanggapannya??? (Mohon kirim juga ke email saya. Trim’s)
Shalom Brian,
Sambil menunggu jawaban Romo Boli, berikut ini adalah jawaban yang dapat kami berikan. Secara prinsip novena adalah sembilan – jam, hari, minggu, bulan – devosi yang dilakukan secara pribadi atau publik di dalam Gereja Katolik untuk mendapatkan rahmat khusus. Sembilan hari ini bersumber pada perintah Yesus sendiri agar para murid bertekun dalam doa untuk menerima pencurahan Roh Kudus dalam peristiwa Pentekosta. Novena yang biasa dilakukan adalah untuk menyambut hari-hari istimewa dalam kalender liturgi, seperti: Novena Natal, Novena Roh Kudus, Novena Maria, dll. Idealnya memang Novena diadakan sembilan hari berturut-turut atau dapat juga sembilan jam berturut-turut seperti Novena kanak-kanak Yesus dari Praha, sehingga intensitas doa dapat lebih terbangun. Tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa Novena dapat dilakukan seminggu sekali atau sebulan sekali.
Dalam kasus yang anda paparkan, saya tidak terlalu jelas dengan kondisi di Riau dan kendala yang dihadapi. Katolik ensiklopedia menuliskan “The novena is permitted and even recommended by ecclesiastical authority, but still has no proper and fully set place in the liturgy of the Church. It has, however, more and more been prized and utilized by the faithful.” Menurut hemat saya, sebaiknya Novena tidak dapat mengalahkan misa hari Minggu (termasuk anticipated mass, yaitu hari Sabtu sore). Kalau mau tetap diadakan, maka bacaan dapat disesuaikan dengan bacaan pada hari Minggu tersebut. Jadi, perlu ada pemilihan tema yang sesuai. Tentang jam, memang sebaiknya diadakan pada jam yang sama. Namun kalau memang mempunyai kendala untuk melaksanakan di jam yang sama, tidak menjadi masalah kalau dilakukan pada jam yang berbeda, dengan tetap membawa kesinambungan tema Novena. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas jawaban dari bapak & ibu pengasuh website Katolisitas yang dapat menambah wawasan seluruh pembaca.
Baru-baru ini saya mendapat Air Ignatius, lengkap dengan cara menggunakannya. Pertanyaan saya, apakah Gereja Katolik membenarkan adanya ritual seperti ini. Saat ini saya hanya mengenal Air dari Lourdes, apakah nanti akan banyak air-air lainnya yang dipercaya manjur oleh umat. Terima kasih sebelumnya atas jawaban bpk/ibu pengasuh.
Salam Thomas,
Sumber segala berkat adalah Allah sendiri. Maka air dari manapun yang diberkati imam dengan intensi khusus selalu mengalirkan berkat Allah sesuai intensinya. Airnya tetap H2O. Kandungan mineral dan hygienenya macam-macam, namun yang penting ialah bahwa air itu menjadi tanda berkat Allah menurut permohonan atau maksud/intensinya. Air dari Lourdes pun bisa ada intensinya masing-masing. Intensi Air Ignatius ialah ditujukan bagi ibu-ibu yang hamil (akan melahirkan). Paroki yang dilayani para pastor Jesuit bisanya menyediakan air Ignatius. Doanya bisa di klik di sini http://winsig-humanism.blogspot.com/2009/11/doa-air-ignatius.html
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
salam
maaf, mw tnya lg. Berdoa ato doa kpd ato ditujukan ke Sakramen Maha Kudus jg sama, hrs didoakan di dpn tabernakel dan tdk bs digantikan di mana sj, di rumah misalnya? Kalau mw jam suci dlm pengertian khusus saat menemani Yesus di Getsemani, apakah ada susunan doanya ato kita bs membuat susunannya sendiri? Saya prnh baca kalau kita melakukan jam suci (di hadapan tabernakel) bisa mendapat indulgensi penuh, benarkah? Kalau tdk, apakah ada janji2 yg diberikan bagi yg melakukannya? Saya jg pernah baca klo Bunda Maria jg berpesan (lupa kpd siapa) kita sering berdoa saat jam suci krn dpt meringankan penderitaan dan kesedihan PutraNya atas dosa2 kita dan jg sangat bermanfaat bagi keselamatan jiwa kita, tapi knp jam suci tdk begitu dikenal di umat Katolik? Informasinyapun terbatas pdhl Yesus sendiri memerintahkannya spti yg tertulis di Kitab Suci. Terima kasih
Shalom Maria,
Seperti telah dijelaskan Rm Santo, Sakramen Maha Kudus diletakkan di tabernakel di dalam gereja, sehingga doa Adorasi memang tidak dapat dilakukan di rumah.
Supaya lebih jelas mengenai Adorasi, silakan Anda membaca artikel “Adorasi Sakramen Maha Kudus”, di sini. Mengenai susunan doa sebelum dan sesudah adorasi, silakan membaca di sini
Perihal indulgensi, menurut dokumen “The Enchiridion of Indulgences”, yang dikeluarkan oleh the Sacred Apostolic Penitentiary, 1968, seseorang yang melakukan Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus sedikitnya setengah jam (dengan melakukan persyaratan-persyaratan lainnya) dapat memperoleh Indulgensi penuh. Persyaratan-persyaratan lainnya tersebut adalah:
1. Mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa 2. Menerima Ekaristi/ Komuni kudus dan 3. Berdoa bagi intensi Bapa Paus Dan syarat selanjutnya: tidak terikat oleh dosa apapun, bahkan oleh dosa ringan sekalipun.
Jika persyaratan yang terakhir ini tidak sempurna, atau tiga kondisi yang disyaratkan tidak dipenuhi, maka indulgensi yang diperoleh hanya indulgensi sebagian.
Demikianlah maka Indulgensi sebagian diberikan jika seseorang melakukan doa adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus selama kurang dari setengah jam, atau tanpa memenuhi ketiga kondisi dan persyaratan di atas.
Untuk norma- norma Indulgensi, silakan klik di sini. Untuk kemungkinan mendapatkan Indulgensi Penuh, klik di sini.
Seperti yang dijelaskan Rm Santo, kapel Adorasi Abadi yang memungkinkan umat berdoa di hadapan Sakramen Maha Kudus selama 24 jam non stop kini sudah berkembang pesat di berbagai kota di Indonesia, jadi doa ini sebenarnya sudah mulai banyak dikenal oleh umat Katolik di Indonesia, bahkan bagi sebagian umat, lama sebelum kapel Adorasi Abadi mulai banyak didirikan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – katolisitas.org
salam
Maksud pertanyaan sy ttg jam suci seperti dlm penampakan Yesus kpd Margareta Maria Alacoque yg berpesan utk berjaga2 dari jam sebelas mlm smp menjelang fajar (bukan adorasi kyknya). Nah,klo jam sebelas mlm sy ke grj ga mungkin, jauh (1 km dr rmh ke jln raya, ditambah jln ke grj aplg ke kapel terdkt tmbh jauh), transport tdk ada. Dari yg sy baca di situs Yesaya, hal ini bisa dilakukan pribadi maupun berkelompok, di situ jg dikatakan klo memungkinkan, jd hukumnya tdk wajib di depan tabernakel krn klo situasinya spti sy, tdk bs ke grj malam2 berdoa menemani Yesus saat sakrat maut. Entah kenapa stlh membaca, saya jd tergerak utk bangun sebelas mlm dan berdoa. Selama 1 jam sy bingung berdoa apa sj, susunan ato urutan doanya gmn? Tapi stlh membaca jawaban dr romo Yohanes, jujur saya jadi agak kecewa sm Yesus tepatnya krn Gereja kn menjalankan apa yg dipesankn. Saya merasa Yesus kolot krn HARUS didpn tabernakel. Apa ga ada toleransi? Jwbn dr bu Ingrid malah mempertegas sy utk tdk meneruskan niat bangun jam sebelas mlm dan berdoa. Sempat terlintas pikiran “y sdh klo g bs, mending aku tdr sj, biar yg berjaga2 nemani Yesus yg beruntung punya rmh dkt grj ato yg memungkinkn ke grj”.
Salam Maria,
Tuhan tahu akan apa yang Anda niatkan dan doakan, pada jam berapapun. Tetaplah berdoa dan mengucap syukur, karena Tuhan tahu doa Anda. Memang harus diakui, bahwa Sakramen Mahakudus menarik banyak orang pada iman, dan memang kenyataan bahwa Yesus Kristus paling jelas hadir secara sakramental dalam Sakramen Mahakudus. Namun kehadirannya dalam iman, tetap hadir dalam keseharian kita di manapun kita berada.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
salam
maaf tapi jam suci yg saya maksud saat kita berdoa utk menemani Yesus saat di Getsemani. Doa2 apa saja yg hrs atau dianjurkn utk menemani Yesus? Bagaimana membuat satu jam suci? Yang saya ketahui saat jam suci tsb dilakukan di gereja dan beberapa gereja setiap Kamis malam pertama melakukan jam suci, apakah boleh dilakukan di rumah tanpa di hadapan tabernakel krn saya jauh dari gereja?
terima kasih
Salam Maria,
Yang dimaksud dengan “Jam Suci” atau “Hora Sancta” atau “Holy Hour” ialah bertekun dalam doa menemani Yesus selama satu jam di hadapan-Nya yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. Dasarnya ialah Mat 26:38-40. Tahun 1673, biarawati Suster Margareta Maria Alaocoque mendapatkan penampakan Tuhan Yesus yang bersabda padanya agar tiap Kamis malam, menemani Yesus selama satu jam di hadapan Sakramen Mahakudus dalam penderitaan-Nya akibat dosa manusia modern. Praktek membuat silih atas dosa-dosa manusia modern ini berkembang luas hingga mentradisi khususnya Kamis menjelang Jumat Pertama tiap bulan.
Para seminaris di Seminari Menengah dan Seminari Tinggi serta para imam, uskup, biarawan-biarawati dan seluruh umat dianjurkan mengunjungi Yesus dalam Sakramen Mahakudus selama satu jam untuk berdoa dan menemani Yesus. Jika jauh dari Sakramen Mahakudus yang disimpan dalam tabernakel di gereja Katolik, maka praktek ini tidak bisa digantikan dengan doa di rumah. Sekarang berkembang menjadi “Adorasi Abadi”. Banyak kapel Adorasi Abadi didirikan di seluruh tempat ziarah dan paroki-paroki se Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Surabaya dan sebagainya, dan Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus ditahtakan untuk dikunjungi umat selama 24 jam non-stop. Yang disebut praktek doa “jam suci” hanya dilakukan di hadapan Yesus yang hadir nyata dalam Sakramen Mahakudus.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Salam
maaf mw nanya lg. Kalau tdk bs di rumah dan hrs di hadapan tabernakel tp kmd seumpama saya tetap setiap malam Jumat pertama ato setiap malam Jumat setiap jam sebelas malam saya mendoakan sejmlh doa (rosario, doa kpd Hati Kudus Yesus, dll) atau susunan doa utk berdoa kpd Yesus di Getsemani di hadapan patung Yesus, itu namanya apa yg saya lakukan? Apakah doa biasa? Apakah Yesus tdk menerima doa2 saya saat saya berniat menemani saat sakrat maut? Apakah Yesus mmg memerintahkan hrs di hadapan tabernakel? Apakah Yesus tdk menghargai umat-Nya yg punya niatan baik menemani-Nya walaupun tdk di hadapan tabernakel? Apa bnr Yesus sekolot itu (maaf) berpesan kpd umat-Nya, HARUS di hadapan tabernakel? Terima kasih
Salam Maria,
Tentu saja Yesus tidak kolot dan Gereja juga tidak kolot. Karena yang Anda tanyakan ialah apa itu “Holy Hour”, maka saya jelaskan sesuai dengan apa yang terjadi dan dihayati Gereja selama ini. Jika Anda mau berdoa sendiri di rumah, silakan saja, dan Tuhan tentu berkenan sejauh Anda tulus berbakti (berdevosi). Hanya saja, namanya bukan “Jam Suci” dalam arti adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus, melainkan “jam suci” menurut pengertian khusus yaitu berdoa sendiri. Tekanan ‘jam suci’ menurut pengertian Gereja ialah di hadapan Sakramen Mahakudus, karena di situlah Tuhan sendiri hadir; “Inilah tubuh-Ku”.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Saya mau tanya, apa beda novena Hati Terkudus Yesus dgn novena Tiga Salam Maria? Apakah wujud doa kita utk msg2 novena itu berbeda.
Tks ya Mbak, Rm.
Gbu
Shalom Princess,
Doa novena disampaikan selama sembilan hari berturut-turut dalam waktu-waktu yang sama, dipanjatkan untuk memohon suatu rahmat khusus, atau sebagai persiapan menyambut peristiwa Liturgi Gereja yang penting, atau dalam rangka menaikkan suatu permohonan tertentu kepada Tuhan. Ada berbagai jenis doa novena, sesuai dengan devosi yang kita persembahkan secara khusus dalam doa novena itu. Seperti yang Anda sebutkan yaitu misalnya Doa Novena Tiga Salam Maria, di mana penjabarannya silakan Anda baca di artikel “Tentang Novena Tiga Salam Maria”, silakan klik, dan Doa Novena Hati Kudus Yesus, yang penjelasannya silakan Anda baca di artikel “Syahadat Para Rasul, jalan salib, novena, dan takdir”, silakan klik. Dari kedua artikel itu perbedaannya dapat dilihat dengan jelas.
Ujud doa yang dipanjatkan bersama dengan doa novena itu bisa mengenai berbagai hal, tergantung kepada kebutuhan dan panggilan hati. Demikian juga jenis doa novena yang mana pun di antaranya silakan dipakai, hanya saja doa devosi kepada Hati Kudus Yesus lebih memperdalam iman dan kasih kepada Yesus, dan devosi yang melalui Bunda Maria, lebih menekankan pada doa dan teladan Bunda Maria dalam melaksanakan kehendak Allah. Yang utama dalam berdoa termasuk doa Novena, adalah melatih kesabaran dan iman kita kepada Tuhan, menyatakan kesetiaan dan kasih kita kepada-Nya, mengakui kelemahan dan kebergantungan kita kepada kerahiman dan belas kasih Tuhan, serta yang terpenting adalah belajar untuk selalu menempatkan kehendak Allah di atas kehendak pribadi kita, walaupun kita memang mempunyai kebebasan dan pilihan terhadap aneka kebutuhan hidup kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
Jawaban yg sgt membantu sekali, mbak..
Trima kasih… Tuhan memberkati..
Salam
katolisitas sudah mengulas tentang jam suci belum? Doa2 apa saja yg didoakan saat jam suci? Apakah harus di gereja, apa tidak bisa di rumah, doa pribadi? Kemudian banyak org2 kudus yang saya baca kisahnya mendoakan rosario sampai berjam2 sampai berhari2, apakah mereka berdoa nonstop ato ada jedanya? Misalnya kisah asal rosario Bunda Penolong Abadi, di mana mereka berdoa rosario selama 3 hr (klo tidak salah) kemudian tentara Turki berhasil dikalahkan ato saat Sr.Faustina yg mendoakan seorang suster saat ajalnya selama 3 jam. Apa bs doa rosario didoakan berulang2 sampai beberapa putaran? Saat mendoakan doa rosario untuk ujud tertentu, di bagian mana kita mengucapkan niat ato ujud tersebut? Terima kasih
Shalom Maria,
Terima kasih atas pertanyaannya mengenai jam-jam suci. Gereja Katolik memang mempunyai tradisi yang sudah lama berakar yaitu untuk berdoa di dalam waktu-waktu tertentu, sebagai respon ketaatan terhadap perintah Tuhan untuk berdoa tanpa henti. Secara tradisi, didoakan oleh para biarawan/i di biara-biara, umumnya 7 kali sehari, disebut sebagai Ibadat Harian / doa Brevier / Liturgy of the hours / Divine Office.
Sesungguhnya The Liturgy of the Hours adalah doa tunggal yang paling kaya dari khasanah doa Gereja Katolik, yang meningkatkan pemahaman iman kepada liturgi dan Kitab Suci, khususnya kitab Mazmur. Karena di dalamnya termuat doa-doa, Mazmur, dan meditasi, yang seluruhnya didaraskan setiap jam-jam tertentu sepanjang hari.
Kini Paus Benediktus XVI menganjurkan doa ini juga dilakukan oleh semua umat beriman. Prinsipnya jam- jam suci itu tidak mengikat, tetapi bagi yang mau melaksanakannya karena devosi, itu adalah sesuatu yang baik. Tempatnya bisa di mana saja, tidak harus di gereja. Yang dianjurkan kepada umat adalah minimal doa pagi (Lauds) dan doa sore (Vespers) walau jamnya tidak harus ditentukan secara baku. Kalau ada jam tertentu seperti jam 6 pagi, 12 tengah hari, 6 sore, umumnya umat mendoakan doa Angelus, dan jam 3 sore doa Kerahiman Ilahi memperingati jam wafatnya Kristus.
Ajaran dari Gereja mengenai hal ini termuat dalam salah satu dokumen Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci yang disebut “Sacrosanctum Concilium”, tepatnya pada nomor 89, silahkan klik di sini.
Selanjutnya bila Anda memerlukan, keterangan yang lebih mendetil juga dapat dibaca di link berikut dari Catholic Encyclopedia, silakan klik.
Contoh doa pagi (Lauds) dapat Anda lihat di link ini, silakan klik.
Ibu Ingrid juga telah menuliskan sedikit mengenai Liturgy of the Hour ini di dalam artikel berjudul “Lectio Divina”, di bawah sub pembahasan “Berdoa Ibadat Harian/Liturgy of the Hour”, silakan klik.
Mengenai berdoa Rosario, tidak ada pembatasan jumlah, berapa kali boleh didoakan dalam satu hari. Silahkan mendoakan Rosario berkali-kali dalam sehari, jika memang terpanggil untuk itu. Hal itu terpulang kepada kebutuhan dan panggilan yang dirasakan masing-masing individu untuk mendoakannya. Ujud permohonan umumnya diucapkan di setiap awal peristiwa (setelah merenungkan setiap peristiwa dan sebelum doa Bapa Kami), atau bisa juga di awal sekali, sebelum doa Rosario dimulai.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati dan Triastuti – katolisitas.org
Pak Stef dan Ibu Inggrid yang terkasih,
Saya mohon pencerahan nih…Bulan Desember nanti Paroki saya akan mengadakan Devosi Kanak-kanak Yesus dan dilanjutkan dengan Ekaristi. Pertanyaan saya adalah :
1. Apakah boleh menggunakan lagu-lagu di luar Madah Bakti maupun Puji Syukur?
2. Apakah boleh menggunakan band sebagai pengiring untuk lagu2 tersebut?
Terima kasih.
Shalom Alwi,
Silakan anda mendiskusikannya dengan pastor paroki/ pastor yang akan mempersembahkan Misa. Jika memang Anda memiliki lagu- lagu yang dapat lebih membawa hati umat untuk lebih memahami devosi Kanak- kanak Yesus, Anda dapat mengajukan untuk dinyanyikan pada sebelum atau sesudah Misa Kudus, namun lagu- lagu pada Misa Kudus, silakan memilih lagu- lagu dari yang ada di Puji Syukur maupun Madah Bakti. Silakan diberi arransemen yang menarik, jika anda ingin memberikan suasana yang baru terhadap lagu- lagu tersebut.
Tentang apakah boleh digunakan band, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Ibu Inggrid,
Terima kasih atas masukannya, apakah Ibu bisa memberikan saya dokumen gereja yang mendasari saran Ibu tersebut? Karena saya berhadapan dengan Romo dan panitia yang agak keras kepala, karena mereka sudah pernah melakukannya selama 2 tahun berturut turut dan menurut mereka tidak ada masalah…sedangkan saya baru tahun ini diangkat sebagai seksi liturgi di paroki jadi dalam masalah ini saya berhadapan dengan kebiasaan.
Terima kasih.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban kami terhadap pertanyaan serupa, silakan klik di sini]
Salam Damai
Saya ingin tahu arti sebenarnya dari kata devosi itu apa? Adik saya yang berasal dari agama protestan bertanya kepada saya, kenapa di katolik ada kata devosi kepada sesuatu yang suci.
Atas jawaban saudara, saya ucapkan terima kasih.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.