[Hari Minggu Biasa XXVII: Hab 1:2-3; 2:2-4; Mzm 95: 1-9; 2Tim 1:6-14; Luk 17:5-10]
Hari ini Bacaan Pertama mengisahkan keluhan Nabi Habakuk yang mungkin juga sering menjadi pertanyaan kita. Yaitu, mengapa sepertinya di masa ini ada banyak kejahatan yang mengalahkan kebaikan. Orang-orang baik sepertinya diperlakukan tidak adil dan mengalami kesusahan. Namun Tuhan menjawab, agar kita menanti dengan sabar dan terus berharap akan keadilan Tuhan. Juga, agar kita tetap hidup dalam iman. “Orang benar akan hidup berkat imannya” (Hab 2:4). Ya, sebab iman memang dibuktikan justru ketika kita diuji oleh berbagai macam kesulitan dalam hidup ini. Semoga kita selalu dapat tetap percaya akan keadilan Tuhan dan pertolongan-Nya, sebab Tuhanlah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya! (Mzm 95: 7)
Di Bacaan Kedua, Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar teguh dalam panggilannya, yaitu untuk mewartakan kebenaran tanpa terhambat oleh pikiran untuk menerima penghargaan dari manusia. “… Aku memperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu berkat penumpangan tanganku. Sebab Allah memberi kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2Tim 1:6-7). Demikianlah iman tak terpisahkan dari perbuatan kasih dan ketertiban, oleh kekuatan yang datang dari Tuhan. Kekuatan dari Tuhan inilah yang memungkinkan para murid tetap bertahan dalam iman, bahkan di tengah pencobaan dan penderitaan. Rasul Paulus juga mengingatkan Timotius agar tidak takut menderita bagi Injil, sebagaimana ia sendiri sebagai rasul juga turut menderita sebagai orang hukuman, karena mewartakan Injil Kristus.
Demikianlah, Bacaan Injil mengajarkan agar kita pun menginginkan pertumbuhan iman, sebagaimana para rasul itu memintanya kepada Tuhan Yesus, “Tambahkanlah iman kami!” Sebab dengan iman yang terus bertumbuh, kita dapat memiliki kekuatan untuk melakukan hal-hal yang melampaui pemikiran ataupun kemampuan manusia biasa. St. Yohanes Krisostomus berkata, “Ia [Kristus] menyebut biji sesawi, sebab meskipun kecil ukurannya, ia lebih besar dalam hal kekuatannya daripada semua yang lain. Maka, Ia bermaksud bahwa bagian terkecil dari iman dapat melakukan hal-hal yang besar. Tetapi meskipun para rasul tidak membuat pohon ara terbantun, janganlah menyalahkan mereka. Sebab Tuhan kita tidak berkata kamu harus membuat pohon ara terbantun, tetapi, kamu dapat berkata kepada pada pohon ara, ‘terbantunlah’. Tetapi mereka tidak melakukannya, sebab itu tidak perlu, mengingat bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang lebih besar…” (St. John Chysostom, in Catena Aurea, Luk 17:5-6). Ya, dengan kesaksian iman mereka, para rasul telah membawa pertobatan banyak orang di sepanjang sejarah, yang nilainya memang jauh lebih tinggi daripada terbantunnya pohon ara. Jika kini kita yang hidup 2000 tahun sesudah zaman Kristus dapat mengimani Kristus dan menerima rahmat keselamatan-Nya, itu juga dapat terjadi karena kesaksian iman para rasul. Demikianlah, kita pun dipanggil oleh Kristus untuk melakukan hal yang sama. Yaitu, memiliki iman yang terus bertumbuh, dan terus mewartakan Injil dan meneruskan warisan iman ini kepada generasi penerus kita.
Namun demikian, meski kita melakukannya, Tuhan Yesus juga mengingatkan kita agar kita tetap bersikap rendah hati. Sebab pewartaan Injil merupakan tugas, dan bukan sesuatu yang pantas untuk dibanggakan. St. Ambrosius memberi nasihat, “Janganlah kamu menyombongkan dirimu bahwa kamu telah menjadi pelayan yang baik. Engkau telah melakukan apa yang harus engkau lakukan. Matahari taat, bulan menundukkan dirinya, para malaikat adalah bawahan[-Nya]; janganlah kita mencari pujian bagi diri sendiri. Karena itu sebagai kesimpulan, Ia menambahkan, demikianlah kamu, ketika kamu telah melakukan semua hal yang baik, katakanlah: Kami adalah para pelayan-pelayan yang tidak berguna, kami telah melakukan apa yang menjadi kewajiban yang harus kami lakukan” (St. Ambrose, Catena Aurea, Luk 17:7-10). Dalam keheningan batin, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri, sejauh mana kita telah memiliki iman semacam ini? Iman yang membuat kita sabar dan tetap menaruh pengharapan meski mengalami berbagai kesulitan. Iman yang berbuah kasih, dan kekuatan untuk menanggung penderitaan. Iman yang menjadikan kita rendah hati dan tidak menuntut penghargaan. “O, Tuhan Yesus, tambahkanlah imanku…! Iman yang membuatku bertumbuh dalam kesabaran, kasih dan keteguhan, serta kerendahan hati…. Amin.”