Ada pertanyaan, mengapa pertobatan itu penting dan bagaimana mewujudkannya? Mari kita belajar dari St. Faustina tentang hal ini
Hai, Salam Katolisitas!
Saya Ingrid Tay. Pertobatan itu penting, karena dengan pertobatan itulah dosa-dosa kita diampuni Tuhan. Pengampunan itu sendiri merupakan bukti nyata akan belas kasih Tuhan. Nah, maka pertobatan berkaitan erat dengan Kerahiman Allah karena Tuhan Yesus berkata, kalau kita bertobat, kita akan mengalami mukjizat kerahiman ilahi-Nya secara sepenuhnya. Pertobatan yang dimaksud adalah penyesalan yang sungguh atas dosa-dosa kita, dan permohonan agar Tuhan mengampuni kita. Ini secara khusus diwujudkan dalam penerimaan sakramen Baptis, dan setelah Baptisan, melalui penerimaan sakramen Tobat.
Kata Yesus kepada St. Faustina,“Tulislah, berbicaralah tentang kerahiman-Ku. Tunjukkanlah kepada jiwa-jiwa di mana mereka harus mencari penghiburan; yakni dalam Sidang Kerahiman [yaitu Sakramen Tobat]. Di sana mukjizat yang terbesar terjadi, [dan] tak henti-hentinya diulangi. Untuk mengalami sendiri mukjizat ini, tidak perlu orang pergi menempuh perjalanan ziarah yang jauh atau melaksanakan sejumlah upacara lahiriah; cukuplah ia datang ke kaki wakil-Ku dan dengan penuh iman mengungkapkan kepapaannya [yaitu dosa-dosanya]; maka mukjizat Kerahiman Ilahi pun akan tampak sepenuhnya.
Meskipun suatu jiwa tampaknya sudah seperti mayat yang membusuk sehingga dari sudut pandang manusia tidak ada [harapan untuk] pemulihan … tidaklah demikian dengan Allah. Mukjizat kerahiman Ilahi sepenuhnya memulihkan jiwa itu. Oh, betapa memprihatinkan mereka yang tidak memanfaatkan mukjizat kerahiman Allah ini! Kalian akan berteriak dengan sia-sia, tetapi semua itu sudah terlambat.” (BHSF 1448)
Teman-teman terkasih, Dari perkataan ini, kita tahu bahwa Tuhan Yesus menghendaki kita mengalami mukjizat kerahiman-Nya dalam sakramen Tobat. Jangan sampai, kita—seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus—-termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak memanfaatkan mukjizat Kerahiman Ilahi-Nya, sehingga kelak akan menyesal karena segalanya sudah terlambat. Tuhan Yesus mau agar kita datang kepada para wakil-Nya—yaitu para imam—untuk mengakukan dosa-dosa kita, dengan penuh kerendahan hati. Kalau kita memiliki sikap tobat seperti ini, maka bahkan andaikan kita memiliki dosa yang paling berat sekalipun, kita akan menerima pengampunan Allah.
Sebab Tuhan Yesus bermaksud menguduskan kita melalui pertobatan kita. Rahmat pengampunan-Nya akan dapat membantu kita bertumbuh dalam kasih, yang membuat kita bisa menjadi alat belas kasih Tuhan bagi orang lain.
Santa Faustina memberikan tiga sikap utama untuk mengaku dosa dengan baik. Yang pertama: Ketulusan dan keterbukaan penuh. Tanpa ketulusan dan hati yang terbuka untuk mengakui dosa-dosa kita, seseorang tidak dapat bertumbuh secara rohani. Tuhan Yesus sendiri tidak akan memberikan diri-Nya pada tingkat yang lebih tinggi, kepada jiwa yang seperti ini.
Yang kedua adalah kerendahan hati. Jiwa yang sombong tidak akan dapat memetik manfaat dari sakramen Tobat. Jiwa itu tidak tahu dan tidak ingin memeriksa dengan cermat dosa-dosa dan kesalahannya.
Ketiga, ketaatan. Jiwa yang tidak taat tidak akan memperoleh kemenangan, bahkan kalau Tuhan Yesus sendiri secara pribadi yang mendengarkan pengakuan dosanya. Jiwa yang tidak taat, juga tidak akan memperoleh kemajuan dalam kehidupan rohani (lih. BHSF 113).
Artinya apa?
1) Saat mengaku dosa, kita harus terbuka, dan tidak menyembunyikan dosa kita;
2) Kita harus rendah hati mengakui kesalahan kita, dan tidak menyalahkan orang lain atau keadaan.
3) Kita juga taat melakukan nasihat dan penitensi yang diberikan oleh imam, yang di dalam sakramen, bertindak sebagai Kristus sendiri.
Selanjutnya, St. Faustina memberikan semacam tips untuk mengaku dosa, sebagaimana yang dilakukannya sendiri. Katanya:
“Aku akan memilih apa yang paling sulit diakui dan paling merendahkan diriku. Kadang-kadang sesuatu yang sepele lebih sulit diakui daripada sesuatu yang besar. Dalam setiap pengakuan dosa, aku akan mengingat-ingat Sengsara Yesus untuk membangkitkan penyesalan dalam hatiku. Aku akan selalu mengupayakan sesal sempurna, dan meluangkan lebih banyak waktu untuk penyesalan ini. Sebelum masuk ke kamar pengakuan, aku akan lebih dahulu masuk ke dalam Hati Juru Selamat yang terbuka dan maharahim. Ketika meninggalkan kamar pengakuan, aku akan membangkitkan dalam jiwaku rasa syukur yang mendalam kepada Allah Tritunggal yang mahakudus atas mukjizat kerahiman yang mengagumkan dan tak terselami yang terjadi dalam jiwaku….” (BHSF 225)
Jadi tahapannya adalah:
- Sebelum masuk ke dalam kamar pengakuan dosa, kita renungkan sengsara Kristus dan kasih-Nya yang begitu besar kepada kita, sampai Ia rela menyerahkan nyawa-Nya demi menebus dosa-dosa kita, termasuk dosa-dosa yang sebentar lagi akan kita akui. Kita renungkan ini dengan sungguh-sungguh dan tidak terburu-buru. Kita dapat memandang Salib Kristus… Di sanalah Ia tergantung demi menebus dosa-dosa kita. Semoga permenungan ini menambah rasa sesal kita akan segala dosa kita hingga kita punya sesal sempurna. Dengan penyesalan ini, kita masuk ke dalam Hati Yesus yang Mahakudus dan berlindung dalam naungan sinar kerahiman-Nya.
- Pada saat mengaku dosa dalam sakramen Tobat, kita mengakui dosa-dosa kita dengan tulus dan rendah hati, mulai dari dosa-dosa yang paling memalukan. Kita dengarkan nasihat imam dengan penuh perhatian, sebab Kristus sendiri yang berbicara kepada kita melalui dia.
- Setelah menerima absolusi, kita bersyukur kepada Allah atas kerahiman-Nya yang baru saja kita terima.
- Kita pun taat melakukan nasihat dan penitensinya, serta berusaha agar tidak jatuh dalam dosa yang sama.
- Selanjutnya, kita wartakan kerahimanNya kepada orang-orang di sekitar kita.
Semoga dengan demikian, pengakuan dosa yang kita lakukan berkenan kepada Allah dan mendatangkan buahnya, yaitu kita dibawa semakin dekat dengan Kristus dan semakin siap menyambut kedatangan-Nya.
Teman-teman, yuk kita ikuti tahapan ini dan jangan ragu untuk bertobat dan menerima sakramen Tobat.