Pertanyaan:

Ibu Inggrid
terima kasih untuk tangapannya.
teman saya sendiri pernah mengajarkan saya untuk berdoa kepada salah satu santa/santo kalau ada barang yang hilang…… saya lupa nama santa/santo nya…… kalau tidak salah…… santo …. dari Padua…atau apa gitulah…
apakah doa semacam itu TIDAK termasuk kategori berdoa kepada creature? apakah saya yang salah persepsi? lalu doa seperti itu doa kepada siapa? Creator (Allah) atau Creature (santo/a)?

Lalu bagaimana dengan doa “santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati”
atau misalnya “dampingilah kami ya Bunda, agar hati kami selalu tertuju pada Allah”
doa seperti ini, berkomunikasi dengan siapa? Kepada Allah Bapa (Creator) di Surga atau kepada Bunda Maria (creature)? atau ditujukan kepada Allah Bapa melalui perantara Bunda Maria?
atau lagi lagi saya yang salah persepsi?

Terima kasih.

[Dari Katolisitas: pesan berikut ini disatukan karena masih satu topik]

Ibu Inggrid,
saya sudah buka link yang ibu sarankan saya untuk ‘klik disini’- isinya kok mengenai patung berhala.
Maksud saya dari kata “creature” bukan patung, tetapi creaure = ciptaan dalam pengertian malaikat, santo/a, St. Maria –

saya tidak mengatakan katholik menyembah PATUNG…… Statement yang saya tulis “kita tidak berdoa kepada creature”.

bahkan terhadap orang Buddha/Hindu pun saya tidak mengatakan mereka menyembah patung tetapi mereka beriman pada ideology / konsep dibaliknya.

[dari Katolisitas: pesan berikut ini disatukan karena masih satu topik]

ibu Inggrid
sorry, ketinggalan satu hal lagi….. kelupaan…..

ibu Inggrid menulis : quote Jadi ajakan untuk belajar itu harusnya ditujukan kepada diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum kita menganjurkannya kepada orang lain. unquote

Justru saya sendiri belajar dan akan terus belajar, makanya menyarankan orang lain belajar.
komentar Joseph yang mengatakan “Jadi sistemnya adalah “thuk-gathuk.” – membuat saya tergelitik menyarankan Joseph untuk belajar.

Memang karena keterbatasan waktu (harus kerja pergi pagi pulang malam), kemampuan memory karena usia nggak bisa bohong….. Dan yang utama saya tidak bisa menulis dengan baik, tidak pernah bikin paper apalagi tesis/disertasi seperti ibu Inggrid

Memang, protestan tidaklah sekeren, sehebat system katholik, sedemikian hebatnya sehingga saya merasa seperti ‘diawang-awang’. Orang katholik pasti pinter pinter ya bisa memahami seluruh dokrin yang sedemikian rupa.

Baru tadi pagi, saya bilang gini sama teman saya “kamu katholik kenapa tidak mempelajari katholik dengan baik malahan sekarang ke karismatik? saya yang protestan aja mau mempelajari katholik. coba kamu buka website katolisitas.org, kamu bisa belajar banyak dari situ…..”
dia jawab gini “katholik bilang 2000 tahun…. orthodox juga claimnya begitu…ha..ha..ha..”
lalu lanjutnya ……..”…saya tidak akan kembali ke katholik…..”
saya jawab “sayang banget! Pemimpin gereja saya malah memotivasi kita mempelajari Thomas Aquinas…. Beliau malahan bilang sayang sekali kalau orang Kristen tidak mempelajari Aquinas, orang besar yang pernah Tuhan berikan bagi gereja!”

Esther

Jawaban:

Shalom Esther,

1. Dalam beberapa komentar anda, saya menangkap anda menyangka bahwa umat Katolik seolah menduakan Tuhan, dengan berdoa kepada ‘creature‘. Maaf, saya tadinya menyangka bahwa ‘creature‘ yang anda maksud adalah ‘patung’, karena ada banyak orang Kristen non- Katolik yang menyangka bahwa orang Katolik menyembah patung. Saya bersyukur anda tidak berpandangan demikian; sehingga dialog kita dapat berjalan dengan lebih baik, karena setidaknya berpijak pada prinsip pengertian yang sama.

2. Dari komentar anda di atas, rupanya anda berpandangan bahwa ‘creature‘ itu adalah para orang kudus termasuk Bunda Maria. Ini terlihat dari doa- doa yang sepertinya ditujukan kepada orang- orang kudus. Seperti kepada St. Antonius dari Padua, untuk mendoakan jika kita kehilangan sesuatu, ataupun kepada Bunda Maria, dengan doa Salam Maria, “doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati”.

Sebenarnya, istilah yang lebih tepat adalah berdoa ‘bersama’ orang kudus dan bukannya berdoa ‘kepada’ orang kudus dengan arti yang sama dengan berdoa ‘kepada’ Tuhan. Karena terdapat perbedaan makna di sini. Kita berdoa kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang menjadi tujuan dari semua doa, pujian dan penyembahan kita, dan kita meyakini bahwa Tuhanlah yang mengabulkan doa- doa kita. Namun jika kita dikatakan berdoa kepada orang kudus, itu artinya hanya memohon agar mereka mendoakan kita, ataupun berdoa bersama kita. Jadi kita tidak pernah mensejajarkan mereka dengan Allah, ataupun meyakini bahwa mereka dapat mengabulkan doa kita atas kuasa mereka sendiri. Kita meyakini bahwa mereka adalah orang- orang kudus pilihan Allah yang mempunyai kuasa doa yang besar, sebab mereka sendiri telah dibenarkan oleh Allah (lih. Yak 5:16); namun yang mengabulkan doa kita tetaplah Tuhan saja.

Maka jika dalam doa Salam Maria, kita mohon Bunda Maria mendoakan kita, perkataan itu memang ditujukan kepada Bunda Maria yang telah bersatu dengan Allah dalam hadirat- Nya, agar Bunda Maria mendoakan kita dan berdoa bersama- sama dengan kita, saat sekarang dan saat ajal menjemput kita. Hal pengabulan doa tersebut itu sepenuhnya menjadi hak Tuhan. Namun besarlah kuasa doa Bunda Maria, karena ia adalah Bunda Allah yang diberikan Kristus untuk menjadi Bunda kita untuk mendoakan kita anak- anak-Nya, yang adalah saudara/i angkat Yesus oleh rahmat Baptisan kita.

3. Kebanyakan umat Kristen non- Katolik menganggap bahwa hubungan antara umat beriman yang masih hidup di dunia ini sudah putus dengan mereka yang sudah beralih dari dunia ini. Sedangkan menurut Gereja Katolik tidak demikian, sebab mereka umat beriman yang meninggal dunia dalam Kristus itu hanya mati tubuhnya, namun jiwanya tetap hidup (lih. Rom 8:10). Kehidupan di dalam Kristus inilah yang mengikat para umat beriman, baik yang masih hidup di dunia maupun yang sudah beralih dari dunia ini. Selanjutnya tentang topik: Apakah memohon doa orang kudus di surga bertentangan dengan firman Tuhan, silakan klik di sini; Benarkah kita tidak bisa mohon para kudus mendoakan kita?, klik di sini dan apakah jemaat perdana percaya akan persekutuan orang kudus yang tak terputus oleh maut, silakan klik di sini.

4. St. Thomas Aquinas adalah salah seorang Bapa Gereja yang mengajarkan kita untuk memohon para orang kudus untuk mendoakan kita. Dalam bukunya Summa Theology, St. Thomas dengan jelas mengajarkan hal ini, karena dengan memohon doa dari orang kudus, maka kita akan menghantarkan doa kepada Allah dengan kerendahan hati. Mengakui bahwa ada orang- orang lain yang lebih kudus dari kita, yang kuasa doanya lebih besar dari kita. Karena itu kita memohon dukungan doa dari mereka, pada saat kita menghantarkan doa- doa kita kepada Allah. Ini sesungguhnya prinsipnya sama saja dengan pada saat kita memohon pada pastor/ pendeta kita untuk mendoakan kita. Kita mengakui bahwa mereka lebih ‘dekat dengan Tuhan’ atau ‘lebih kudus’ dari kita, dan dengan demikian kita memohon dukungan doa dari mereka.

Nah, demikian juga dengan permohonan kita kepada orang kudus itu. Orang kudus itu (contohnya Bunda Maria) bahkan lebih kudus dari pastor/ pendeta, sebab Bunda Maria telah bersatu dengan Allah di surga. Maka kuasa doanya tentu lebih besar daripada semua yang masih berziarah di bumi. Berikut ini saya terjemahkan perikop yang dimaksud, dari Summa Theology, Supplement, q.72, a.2. [Seperti biasa, St. Thomas menuliskan dahulu keberatan- keberatan umum tentang memohon doa orang kudus bagi kita, dan ia akan menjawab keberatan- keberatan tersebut]:

Pasal 2. Apakah kita harus memohon orang-orang kudus untuk berdoa bagi kita?

Keberatan 1. Tampaknya kita tidak seharusnya memohon para orang kudus untuk mendoakan kita. Karena tidak ada orang meminta teman-temannya untuk berdoa baginya, kecuali sejauh ia yakin bahwa ia akan lebih mudah menerima bantuan dari mereka. Tetapi Allah jauh lebih berbelas kasih daripada para orang kudus, dan karena itu Ia akan lebih mendengarkan kita, daripada seorang Santo/ Santa. Oleh karena itu tampaknya tidak perlu untuk menjadikan para orang kudus sebagai pengantara antara kita dan Allah, bahwa mereka mungkin dapat menjadi pengantara bagi kita.

Keberatan 2. Selanjutnya jika kita harus memohon mereka untuk berdoa bagi kita, ini hanya karena kita tahu bahwa mereka berdoa untuk dapat diterima oleh Allah. Sekarang, di antara para orang kudus, semakin ia lebih kudus, semakin doanya diterima Allah. Oleh karena itu kita selalu harus memohon agar orang- orang kudus yang ‘lebih besar’ untuk menjadi pengantara doa kita, dan bukan orang kudus yang ‘lebih rendah’ tingkatannya.

Keberatan 3. Selanjutnya Kristus, bahkan sebagai manusia, disebut sebagai “Ruang Mahakudus,” dan, sebagai manusia, adalah layak bagi-Nya untuk berdoa. Namun kita tidak pernah berseru kepada Kristus untuk berdoa bagi kita. Oleh karena itu, tidak perlu-lah bagi kita untuk meminta para orang kudus lainnya untuk berdoa bagi kita.

Keberatan 4. Selanjutnya setiap kali seseorang berdoa syafaat bagi orang lain atas permintaan orang tersebut, dia memohon permohonan kepada Seseorang yang kepadanya ia berdoa syafaat. Sekarang tidak perlulah untuk menyajikan apapun bagi Seseorang yang kepada-Nya segala sesuatu hadir/ diketahui. Oleh karena itu tidak perlu untuk menjadikan para orang kudus sebagai pendoa syafaat kepada Allah.

Keberatan 5. Selanjutnya, tidak perlu melakukan apapun jika, tanpa melakukan itu, tujuan hal itu dilakukan akan tercapai dengan cara yang sama, atau sebaliknya, tidak tercapai sama sekali. Sekarang sama saja, apakah para orang kudus akan berdoa bagi kita, atau mereka tidak akan mendoakan kita sama sekali; apakah kita mohon didoakan mereka atau tidak: karena jika kita layak mereka doakan, mereka akan mendoakan kita meskipun kita tidak memohon doa mereka, sedangkan jika kita tidak layak mereka doakan, mereka tidak akan mendoakan kita meskipun kita minta. Oleh karena itu tampaknya sama sekali tidak perlu untuk memohon mereka untuk mendoakan kita.

Sebaliknya, Ada tertulis (Ayub 5:1): “Berserulah–adakah orang yang menjawab engkau? Dan kepada siapa di antara orang-orang yang kudus engkau akan berpaling?Sekarang seperti ajaran St. Gregorius (Moral. v, 30) pada bagian ini, “Kita memanggil Tuhan ketika kita memohon kepada-Nya di dalam doa yang penuh kerendahan hati.” Oleh karena itu, ketika kita ingin berdoa kepada-Nya, kita harus memohon kepada para orang kudus itu supaya mereka berdoa kepada Tuhan bagi kita.

Selanjutnya, para orang kudus yang di surga lebih diterima Allah daripada orang-orang yang masih dalam perjalanan [di dunia ini]. Sekarang kita yang masih dalam perjalanan, harus menjadikan para orang kudus sebagai pendoa syafaat kita kepada Tuhan, sesuai teladan Rasul Paulus yang mengatakan (Rom 15:30): “Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku.Oleh karena itu, lebih lagi, kita harus meminta para kudus yang berada di surga untuk membantu kita dengan doa- doa mereka kepada Tuhan.

Selanjutnya, argumen tambahan diberikan oleh tradisi umum Gereja yang memohon doa- doa dari para orang kudus dalam Litani.

Aku menjawab bahwa, Menurut Dionisius (Pkh. hier. v) urutan yang ditetapkan oleh Allah di antara banyak hal adalah bahwa: “mereka yang berada di tempat terakhir harus dipimpin kepada Allah oleh orang-orang yang sudah berada di tengah- tengah”. Oleh karena itu, karena para orang kudus yang di surga adalah yang paling dekat dengan Allah, urutan hukum Ilahi mengharuskan kita, yang sementara hidup di dunia (di dalam tubuh) adalah para peziarah dari Tuhan, harus dibawa kembali kepada Allah oleh para orang kudus yang berada di antara kita dan Dia: dan ini terjadi ketika kebaikan Ilahi mengalirkan efeknya keluar kepada kita melalui mereka. Dan karena kembalinya kita kepada Allah harus sesuai dengan keluarnya anugerah-Nya atas kita, seperti halnya nikmat Ilahi sampai kepada kita dengan cara perantaraan doa syafaat para orang kudus, demikianlah kita, oleh cara mereka, akan dibawa kembali kepada Allah, sehingga kita dapat menerima berkat-Nya lagi. Oleh karena itu, kita membuat mereka sebagai pendoa syafaat bagi kita kepada Allah dan sebagai pengantara kita, ketika kita meminta mereka untuk berdoa bagi kita.

Jawaban atas Keberatan 1. Bukanlah karena adanya cacat dalam kuasa Tuhan, sehingga Dia bekerja dengan cara melibatkan pengantara, tetapi itu adalah demi kesempurnaan pengaturan alam semesta dan bermacam-macam pencurahan kebaikan-Nya secara lebih lagi dari-Nya dalam segala hal, melalui pencurahan-Nya kepada mereka, tidak hanya kebaikan yang layak bagi mereka, tetapi juga kemampuan untuk menyebabkan kebaikan kepada orang lain. Bahkan juga bukan karena adanya cacat pada rahmat-Nya, bahwa kita perlu memohon pengampunan-Nya melalui doa- doa para orang kudus, tetapi sampai akhir nanti pengaturan seperti di atas harusnya ditaati.

Jawaban atas Keberatan 2. Meskipun para orang kudus yang lebih besar lebih diterima oleh Allah daripada yang lebih rendah, kadang-kadang menguntungkan untuk berdoa kepada yang lebih rendah, dan ini untuk lima alasan. Pertama, karena kadang-kadang seseorang mempunyai devosi yang lebih besar kepada orang kudus yang lebih rendah daripada kepada orang kudus yang lebih tinggi dan pengaruh doa sangat tergantung pada devosi seseorang. Kedua, untuk menghindari kejenuhan, sebab perhatian terus-menerus untuk satu hal membuat orang lelah; sedangkan dengan berdoa memohon kepada para orang kudus yang berbeda- beda, semangat devosi kita menyala lagi seperti sebelumnya. Ketiga, karena diberikan kepada beberapa orang kudus untuk memberikan perlindungan di dalam kasus- kasus tertentu, contohnya, Santo Antonius terhadap api neraka. Keempat, agar penghormatan yang layak diberikan kepada kita semua. Kelima, karena doa dari beberapa orang kadang-kadang mendapatkan apa yang tidak akan diperoleh oleh doa dari hanya seorang.

Jawaban atas Keberatan 3. Doa adalah sebuah tindakan dan tindakan adalah menjadi milik seseorang tertentu [supposita]. Oleh karena itu, jika kita mengatakan: “Kristus, berdoalah bagi kami, “kecuali jika kita menambahkan sesuatu, ini akan tampaknya merujuk pada Kristus sebagai manusia, dan akibatnya setuju dengan ajaran sesat dari Nestorius yang membedakan di dalam Kristus: Kristus sebagai manusia dan Kristus sebagai Allah Putera, atau ajaran sesat Arius, yang mengajarkan bahwa Pribadi Allah Putera lebih rendah dari Allah Bapa. Oleh karena itu untuk mencegah kesalahan ini, Gereja mengatakan, bukan: “Kristus, doakanlah kami”, tetapi “Kristus, dengarkanlah kami,” atau “Kristus kasihanilah kami.”

Jawaban atas Keberatan 4. Seperti yang akan kita nyatakan selanjutnya di point (3) para orang kudus dikatakan mempersembahkan doa- doa kita kepada Tuhan, tidak seolah- olah sebagai sesuatu yang tidak diketahui-Nya, tetapi karena mereka memohon kepada Tuhan untuk mendengarkan doa- doa tersebut dengan pendengaran yang penuh kemurahan, atau karena mereka mencari kebenaran Ilahi tentangnya [permohonan tersebut], yaitu apakah yang harus dilakukan sesuai dengan penyelenggaraan-Nya.

Jawaban atas Keberatan 5. Seorang dinyatakan layak menerima doa- doa orang kudus oleh kenyataan bahwa di dalam kebutuhannya ia telah berlindung kepada orang kudus itu dengan kesetiaan/ devosi yang murni. Oleh karena itu bukannya tidak perlu untuk berdoa kepada para orang kudus.

Demikianlah Esther, Gereja Katolik memang menganjurkan agar umat Katolik memohon dukungan doa dari orang- orang kudus, karena dengan demikian kita dapat belajar menghantarkan doa dengan kerendahan hati. Doktrinnya berbunyi demikian:

“Adalah diijinkan dan menguntungkan untuk menghormati para orang kudus di Surga, dan untuk memohon doa syafaat mereka.” (Ludwig Ott, Fundamental Catholic Dogma, p. 318)

Dengan memohon dukungan doa para kudus, kita menjadi terdorong untuk mengikuti teladan hidup mereka, dan menyadari betapa sebagai anggota Tubuh Kristus kita membutuhkan dukungan dari para anggota yang lain, terutama mereka yang sudah terlebih dahulu bersatu dengan Kristus. Inilah yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas dan para Bapa Gereja; dan inilah yang diajarkan oleh Gereja Katolik sampai sekarang. Kalau anda tertarik mempelajari ajaran St. Thomas selanjutnya tentang peran doa syafaat para kudus di surga, silakan klik di link ini

Kami memang pernah merencanakan untuk menuliskan artikel khusus tentang Persekutuan orang kudus, namun karena banyaknya pertanyaan yang masuk, rencana ini belum terpenuhi. Mohon kesabarannya, ya.

5. Terakhir tentang adanya umat Katolik yang pindah ke gereja lain, itu memang suatu realita, seperti yang terjadi pada teman anda. Realita ini justru mendorong umat Katolik yang lain, untuk semakin mempelajari dan memahami imannya. Jika Tuhan berkenan, semoga dalam proses pembelajaran iman ini, umat Katolik dapat juga menghantar orang- orang lain yang secara tulus mencari kebenaran, untuk menemukan kepenuhannya di dalam Gereja Katolik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

8 COMMENTS

  1. Hai, salam kenal, disini ª∂a̲̅ beberapa pertanyaan mengenai doa” novena karna akhr” ini saya rutin berdoa novena

    1. Saya pernah doa novena st yudas tadeus, dilembaran novena tertulis kita harus menyerahkan 9 lbr novena ke gereja setiap hari sampai sls novena, kalau saya tidak menyerahkan dan hanya berdoa saja apakah Tuhan masih ♏ªΰ menerima doa saya???

    2.Kebetulan karna aktifitas saya bekerja dan pulang tidak menentu saya sering terlupa novena, jika terlupa satu hari, apakah ßȋSɑ̤̥̈̊ dilanjutkan saja atau harus diulang dr awal.

    3.Saya pernah membaca diselebaran novena taman kanak” yesus atau novena penuh kuasa, disitu tertulis kalau untuk keperluan mendesak dapat mendaraskan novena per jam. Sebagai ganti novena harian, doa”nya kalau itu mungkin, diadakan berulang” kali pada saat” yang sama selama 9 jam berturut”… Itu maksudnya kita berdoa per satu jam atau selama 9 jam terus berdoa novena tanpa henti, dan untuk keperluan mendesak ini seperti ªǟ?? Karna pernah saya tanyakan pada teman seiman, keperluan mendesak ini seperti ini mendoakan ortu ƔªйǤ sdg sakit, kalau mendesak seperti dimudahkan jodohnya, pekerjaannya,apakah ßȋSɑ̤̥̈̊ ???

    Terimakasih atas informasinya, semoga intensi novena saya dapat diterima Tuhan dan dikabulkan.

    ​‎​​˚°º ♏άƘð©i ({})º°˚

    • Shalom Melisa,

      1. Tuhan selalu mendengarkan doa-doa kita. Meninggalkan teks doa novena St. Yudas Tadeus maksudnya adalah agar kita dapat menyatakan kesungguhan hati kita dalam doa, dan untuk menyebarkan devosi ini kepada orang-orang yang mungkin juga dapat memperoleh menfaatnya. Jika sampai karena satu dan lain hal Anda tidak meninggalkan teks tersebut mungkin lalai atau lupa, tidak berarti Tuhan tidak mendengarkan doa-doa Anda. Silakan Anda melakukannya di kesempatan yang lain. Adalah sesuatu yang wajar, jika Anda mengucap syukur dan menyebarkan devosi ini, jika doa-doa Anda telah dikabulkan, sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan dan kepada St. Yudas Tadeus atas dukungan doa syafaatnya. Namun adalah sesuatu yang istimewa, bahkan sebelum doa Anda dikabulkan, Anda telah menaruh pengharapan bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonan Anda (lih. Mrk 11:24), tentu jika itu seturut kehendak-Nya.

      2. Doa Novena, yang berasal dari tradisi doa antara Kenaikan Tuhan Yesus ke surga sampai dengan hari Pentakosta, memang merupakan doa sembilan hari berturut-turut. Maka kemudian tradisi ini dilestarikan dalam banyak devosi. Namun, jika karena satu dan lain hal Anda tidak dapat mengikuti doa novena ini, tidak berarti bahwa doa Anda menjadi percuma atau batal.

      Jika Anda melakukan doa novena sendiri secara pribadi, maka Anda mempunyai pilihan akankah meneruskan saja ataukah mengulang dari awal. Sebab menurut pengetahuan saya, tidak ada ketentuan yang baku dalam melakukan devosi. Semakin kita bersungguh-sungguh melakukannya, kita sendiri yang akan menarik manfaatnya. Kita akan bertumbuh dalam kebajikan ketekunan (perseverance) dalam doa dan pengharapan. Silakan membaca di sini tentang Devosi, apakah itu? silakan klik.

      3. Mungkin maksud Anda adalah novena kanak-kanak Yesus.

      Novena 9 jam ini maksudnya adalah novena untuk permohonan di mana sang pemohon tak dapat menunggu sampai 9 hari untuk mendoakannya, misalnya pada saat orang tua/ kerabat dalam keadaan sangat genting di rumah sakit, dst. Maka doa novena dapat didoakan setiap jam selama 9 jam pada hari yang sama. Misalnya Anda mulai berdoa pukul 12.00 siang, silakan mendoakannya setiap satu jam, yaitu jam 1.00 siang, 2.00, dan seterusnya. Silakan membaca di sini, untuk teks bahasa Inggrisnya, silakan klik.

      Untuk ujud memohon jodoh dan pekerjaan, nampaknya lebih tepat untuk mendoakan doa novena 9 hari, atau jika memungkinkan silakan diteruskan saja setiap hari; sampai Anda memperoleh jawabannya, walau mungkin belum tentu sama dengan apa yang pikirkan sebelumnya. Namun satu hal yang pasti, Tuhan memberikan segala yang terbaik bagi kita, dan biarlah dalam segala sesuatu kita mengucap syukur, sebab itulah yang dikehendaki bagi kita (lih. 1 Tes 5:18), dan bahwa hendaklah kita tidak kuatir tentang apapun juga, melainkan menaikkan segala permohonan kita dalam ucapan syukur kepada Allah (lih. Flp 4:16).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Apakah saya sudah tepat atau masih keliru bila dalam berdoa saya mengundang para santo/santa untuk berdoa bersama saya kepada Yesus satu-satunya perantara kita dengan Bapa di Surga ? Jadi intinya saya tidak berdoa kepada para santo atau santa tetapi mengundang (minta) mereka berdoa bersama saya dalam nama Yesus kpd Bapa ? Pemahaman saya adalah bahwa kita yg percaya kpd Yesus yg masih mengembara didunia ini adalah sebagai keluarga besar Allah yang sedang dalam perjalanan menuju keluarga besar Allah di surga. Trims atas penjelasannya

    • Shalom Piet,
      Pada prinsipnya, Gereja yang adalah kumpulan umat beriman yang percaya kepada Tuhan Yesus, terdiri dari tiga bagian, yaitu Gereja yang masih mengembara di dunia, Gereja yang sedang dimurnikan di Api Penyucian, dan Gereja yang sudah jaya di surga. Nah, kesatuan dalam Kristus inilah yang menjadi dasar mengapa kita dapat memohon para kudus (yaitu Gereja yang sudah jaya di surga) untuk mendoakan kita.

      Maka diperbolehkan bagi kita untuk memohon dukungan doa dari para orang kudus itu, karena mereka adalah orang- orang yang sudah dibenarkan Allah maka doa- doa mereka besar kuasanya (Yak 5:16). Jika digunakan istilah ‘mengundang’ [istilah yang anda pakai], maksudnya adalah kita dapat memohon kepada para kudus, yaitu para Santa/ Santo untuk turut mendoakan kita; dan ‘mengundang’ di sini bukan untuk diartikan mengundang arwah. Jadi sebaiknya tidak digunakan kata “mengundang” tetapi hanya memohon dukungan doa dari para kudus tersebut, seperti halnya kita dapat memohon dukungan dengan sesama umat beriman yang masih berziarah bersama kita di dunia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Shalom Esther,

    Esther menulis:
    Memang, protestan tidaklah sekeren, sehebat system katholik, sedemikian hebatnya sehingga saya merasa seperti ‘diawang-awang’. Orang katholik pasti pinter pinter ya bisa memahami seluruh dokrin yang sedemikian rupa.

    Kevin menanggapi:

    1) Siapa bilang orang protestan tidak sepintar orang katolik?
    Menurut saya anda tidak bisa meng-generalisir denominasi berdasarkan personal ataupun sebaliknya. Ada orang katolik yang pintar, namun banyak pula yang bodoh. Ada orang katolik yang memahami doktrin dng baik, ada pula yang tidak tahu apa2 dan cuma ikut2an. Hal yang sama berlaku bagi orang protestan. Jadi pernyataan ada yang menyanjung katolik sedemikian rupa masih terlalu subyektif dan dangkal karena anda belum memahami doktrin protestan dengan baik. Bilamana anda belajar dari dua sisi, tentu anda akan bisa menilai dengan lebih baik dan benar. Kalau cuma menjelaskan doktrin saja sebetulnya tidak ada sulitnya, toh orang katolik juga menggunakan acuan / narasumber lagi, ibarat seperti mencari sebuah arti kata di kamus. Tinggal buka, cari, lalu jelaskan, gampang sekali. Tapi perlu anda ketahui, bahwa masih terdapat banyak hal yang sulit diterangkan baik oleh pihak katolik maupun protestan, dan untuk hal-hal yang buntu seperti ini biasanya jawaban orang bermacam-macam: ada yg terus terang bilang tidak tahu, ada yg muter-muter untuk melindungi diri agar tidak malu, dan ada yang tetap maju dng ngawur (entah sadar dia salah atau tidak). Jadi dalam kupasan soal doktrin, tidak sesederhana yang anda pikirkan, hingga tidak bisa dibilang katolik lebih pintar dari protestan maupun sebaliknya. Kalo mau diuji ya harus diadakan seminar terbuka… nanti kita bisa saksikan siapa yang kalang kabut….

    2) Siapa bilang orang katolik bisa memahami seluruh doktrin?
    Soal berdoa kepada orang mati, protestan menganggap hal ini sebagai tindakan yang berdosa, karena berdoa kepada arwah. Namun katolik memandang bahwa orang-orang mati tetaplah orang-orang hidup, dan terkait dengan persatuan tubuh Kristus yang tidak terpisahkan oleh alam maut. Namun tahukah anda bahwa hubungan antar manusia yang terkuat / terdalam adalah hubungan suami istri? (bukan hubungan orangtua & anak). Alkitab mencatat bahwa Tuhanlah yang membentuk lembaga perkawinan dari semula, dan Tuhan pulalah yang memberkati 2 orang yang bersatu dalam pernikahan, sampai Tuhan berkata bahwa pernikahan tidak boleh diceraikan. Sekalipun hubungan terkuat antar manusia yang disatukan dalam sebuah perkawinan tersebut Tuhan sendiri yang menyatukan dan tidak boleh diceraikan manusia, namun toh perkawinan itu tidak kekal dan selesai sampai kematian salah seorang pasangan. Tahukah anda, apa artinya ini?
    Itu artinya hubungan antar manusia itu selesai ketika ajal menjemput. Sebab posisi individu di surga nanti tidak terkait satu sama lain dalam konteks kekerabatan seperti di dunia ini. Alkitab menjelaskan bahwa di surga nanti manusia hidup seperti malaikat, tidak kawin mengawini, dan tidak ada orangtua / anak.
    Bila seseorang mati, maka yang hidup tidak lagi berurusan dengannya. Bila yang hidup masih berurusan dng yang mati, itu artinya sudah melanggar batas ketetapan Tuhan. Jadi berdoa kepada orang mati, termasuk kepada santa-santo, maria, atau siapapun jelas tidak benar dan tidak alkitabiah, apapun alasannya.

    Demikian Sdri Esther informasi dari saya, semoga anda bisa bertumbuh dan belajar dari hikmat Tuhan dan bukan belajar dari hikmat manusia, sehingga anda akan dapat menuju kebenaran yang sejati.
    Tuhan Yesus memberkati Sdri Esther, mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan.

    • Shalom Kevin dan Esther,

      1. Terima kasih atas tanggapan-tanggapannya. Mungkin, dalam hal ini Esther berusaha membandingkan sistem di Gereja Katolik dan di gereja-gereja non-Katolik, dan bukan melihat secara individu, seperti yang diterangkan oleh Kevin. Kalau masalah individu, memang baik dari umat Gereja Katolik maupun gereja-gereja non-Katolik ada yang menguasai dogma dan doktrin, namun ada juga sebagian yang kurang mendalami. Dalam kaitan dengan sistem yang ada di dalam Gereja Katolik, maka kita dapat melihat adanya kesatuan dogma dan doktrin, yang dapat ditelusuri dari Alkitab, dan Tradisi Suci. Dan selama berabad-abad dogma dan doktrin ini diwariskan dari generasi ke generasi karena justru terjaga oleh Magisterium Gereja. Anda mengatakan “Kalau cuma menjelaskan doktrin saja sebetulnya tidak ada sulitnya, toh orang katolik juga menggunakan acuan / narasumber lagi, ibarat seperti mencari sebuah arti kata di kamus.” Di satu sisi, mungkin hal ini terlihat benar, namun di satu sisi lain, teologi adalah merupakan suatu sintesis dari kebenaran yang saling berkaitan, seperti batu yang ditumpuk di atas batu yang lain. Atau dengan kata lain, kalau kita salah dalam menerima kebenaran A, maka kebenaran-kebenaran yang lain dapat salah juga. Jadi, tidak semudah itu untuk membeberkan suatu dogma dan doktrin. Namun, Gereja Katolik sebenarnya mempunyai keuntungan, karena dogma-dogma telah dipaparkan oleh Magisterium Gereja, sehingga umat Katolik tidak sampai salah dalam mengartikan dogma dan doktrin yang cukup kompleks.

      Pengujian yang anda usulkan dengan seminar terbuka, juga tidak dapat menjadi acuan siapa yang lebih pintar, karena orang-orang yang berdialog dalam seminar terbuka juga tidak dapat mengatasnamakan Gereja masing-masing. Namun, kalau anda ingin berdialog di site ini, dengan senang hati saya akan mencoba menjawab keberatan-keberatan yang anda ajukan.

      2. Anda mengatakan “Soal berdoa kepada orang mati, protestan menganggap hal ini sebagai tindakan yang berdosa, karena berdoa kepada arwah. Namun katolik memandang bahwa orang-orang mati tetaplah orang-orang hidup, dan terkait dengan persatuan tubuh Kristus yang tidak terpisahkan oleh alam maut” Saya mengusulkan agar anda dapat membaca diskusi panjang tentang hal ini di sini – silakan klik. Setelah membaca link tersebut, termasuk dialog panjang yang dimulai di sini – silakan klik, dan anda mempunyai argumentasi yang baru, silakan menuliskannya, dan saya akan mencoba menjawabnya semampu saya. Kalau anda mau serius berdiskusi tentang topik ini, silakan membaca dialog tersebut terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi pengulangan diskusi dari awal. Anda juga dapat bergabung dalam diskusi saya dengan Indah di sini – silakan klik, dimana dalam diskusi tersebut saya bertanya “Menurut anda, apakah yang dilakukan oleh Yesus di Sorga dan apakah yang dilakukan oleh orang-orang kudus di Sorga? Apakah Yesus dan orang-orang kudus di Sorga dalam cara tertentu dapat tetap berhubungan dengan umat Allah di dunia? Apakah orang-orang kudus di Sorga dapat mengingat penderitaan manusia yang masih mengembara di dunia dan apakah alasannya?

      3. Anda menuliskan “Demikian Sdri Esther informasi dari saya, semoga anda bisa bertumbuh dan belajar dari hikmat Tuhan dan bukan belajar dari hikmat manusia, sehingga anda akan dapat menuju kebenaran yang sejati.” Silakan melihat dialog di link-link yang saya berikan, di mana saya memberikan dasar-dasar Alkitab tentang pengajaran persekutuan para kudus. Jadi, untuk mengatakan bahwa doktrin dari Gereja Katolik hanyalah hikmat manusia semata [kalau ini yang anda maksudkan] adalah belum terbukti dan terlalu cepat dituliskan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Hallo Kevin,

        untuk pertanyaaan yang no.2 – berdoa untuk orang yang meninggal- :
        saya ingin sedikit berbagi perkataan yang diucapkan seorang kristen protestan dalam sebuah dialog di München dalam acara 2. ÖKT tahun ini (2. Ökumenischer Kirchentag – Hari Gereja Okumene yang ke2). Dia menjawab yang artinya kurang lebih seperti ini:
        orang kristen katolik berdoa kepada orang yang sudah meninggal, bukan untuk dilihat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa tersebut, melainkan orang kristen katolik berdoa kepada mereka karena cinta.. karena kasih.. kasih kepada orang tua yang sudah meninggal atau kasih kepada suami atau istri atau saudara yang sudah meninggal.. dan kita semua percaya bahwa kasih itu lebih kuat dari kematian..dan juga kasih itu mengalahkan kematian..

        kalau ada kata2 yang salah, mohon dikoreksi,

        Ubi caritas et amor, Deus ibi est

        budi

  4. Ibu Inggrid
    terima kasih untuk tangapannya.
    teman saya sendiri pernah mengajarkan saya untuk berdoa kepada salah satu santa/santo kalau ada barang yang hilang…… saya lupa nama santa/santo nya…… kalau tidak salah…… santo …. dari Padua…atau apa gitulah…
    apakah doa semacam itu TIDAK termasuk kategori berdoa kepada creature? apakah saya yang salah persepsi? lalu doa seperti itu doa kepada siapa? Creator (Allah) atau Creature (santo/a)?

    [Dari Katolisitas: pertanyaan selengkapnya dan jawabannya sudah tertulis di atas, silakan klik]

Comments are closed.