Puisi refleksi iman oleh Pst Felix Supranto, SS.CC
Ganasnya para begal jalan raya menjadi berita sana-sini.
Banyak korban telah terjadi.
Akibat senjata tajam atau senjata api yang telah menakutkan nyali.
Memasrahkan diri sebagai jalan agar tidak mati.
Korban dilanda trauma setengah mati.
Kadang-kadang menjerit sendiri.
Hidup pun menjadi tak nyaman lagi.
Kengerian senantiasa mengikuti.
Polisi mengejarnya agar pembegalan tak terulang lagi.
Jangan jalan sendiri di malam hari,
agar tak tertimpa malapetaka seperti ini.
Itulah jalan paling jitu untuk perlindungan diri.
Tapi…..
Tahukan kita, ada begal yang lebih ganas daripada begal jalan raya ini ?
Begal ini tak kasat mata, bak siluman.
Tempat persembunyiannya di hati.
Mangsanya adalah jiwa yang kosong, tanpa isi.
Namanya adalah begal cinta.
Tiada perlawanan dari korban begal cinta ini.
Tapi justru memasrahkan diri dan menikmati.
Pesona indah terus membayangi diri karena bius rayuan manis. .
Sekali terperangkap di dalamnya,
korban begal cinta enggan untuk melepaskan diri.
Apa akibat dari pembegalan cinta ini?
Tsunami akan memporakporandakan keluarga yang pernah ia cintai.
Anak-anak merasa tak berarti.
Lukanya sulit dioperasi.
Penegak hukum duniawi tidak akan peduli terhadap para begal cinta ini.
Para malaikatlah yang akan mengejarnya.
Mereka akan membawanya ke Hakim Agung, yaitu Tuhan sendiri.
Hukumannya pasti hukuman mati,
yaitu, dibenamkan dalam api neraka yang tak terkendali.
Karena itu, lebih baik menjaga diri dengan doa dan Firman di hati.
Jangan main api,
supaya tidak menyesal nanti.
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).