Pertama-tama kita perlu meluruskan dahulu pengertian Tuhan dan Allah. Dalam bahasa Indonesia kedua kata ini berarti sama, dan demikian juga sesungguhnya di dalam bahasa aslinya.  Dalam hal ini, “Lord” bukan berarti lebih tidak ilahi jika dibandingkan dengan “God”, sebab “Lord” (Kyrios) adalah terjemahan bahasa Yunani (dalam Alkitab Septuagint) dari kata YHWH, yang dikenal juga sebagai ‘Tetragrammaton’. YHWH atau Yahwe adalah nama Allah/ “God” yang kita ketahui dalam Perjanjian Lama. Orang-orang Yahudi memakai kata “Adonai” untuk menyebutkan nama YHWH ini; karena menurut tradisi oral Yahudi, mereka dilarang menyebutkan nama yang Mahakudus itu. Kata “Adonai” yang berarti “Lord” dipergunakan dalam Kitab Suci, doa, dan liturgi. Jadi sebenarnya God dan Lord adalah kata sinonim, seperti kata “Elohim” dan “Adonai” digunakan sebagai sinonim. Kesamaan arti di antara kedua kata ini sangat dipahami oleh jemaat pada abad-abad awal, yang pengertiannya tidak terlepas dari tradisi Yahudi. Bahwa kemudian pada bahasa Inggris kuno misalnya, ada pembedaan tertentu antara Lord dan God, itu tidak mengubah kenyataan bahwa dalam konteks Kristus dalam Kitab Suci, “Lord” dan “God” itu sinonim, sesuai dengan penjelasan di atas.

Beberapa ayat yang membuktikan hal ini antara lain:

1. Yesus dikatakan sebagai Tuhan dikatakan beberapa kali di dalam Kitab Perjanjian Baru. Memang untuk itu, kita harus lebih teliti melihatnya. Pada Yohanes 1:1, dikatakan, “Pada mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Di sini kita tahu Firman yang dimaksud adalah Yesus Kristus yang adalah Anak Tunggal Bapa, sebab Dia adalah “Firman yang telah menjadi manusia dan dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Sedangkan ‘Allah’ yang disebut pada Yoh 1:1 tersebut adalah “God”.

2. Pengakuan Rasul Thomas, pada saat ia melihat Yesus sesudah kebangkitan-Nya. Yesus menunjukkan bekas luka-luka-Nya dan mempersilahkan Thomas memasukkan jarinya ke dalam luka-luka Yesus. Sesudah melihat Yesus, ia berkata, “Ya Tuhanku, dan Allahku.” (Yoh 20:28). Hal ini tidak disangkal oleh Yesus, sehingga kita tahu bahwa Yesus adalah sungguh Allah.  Selanjutnya, Yesus mengatakan, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat Dia, namun percaya[bahwa Yesus adalah Allah]. (lihat Yoh 20:29)

3. Rasul Paulus juga menyebutkan Yesus sebagai Allah dalam Roma 9:5. Rasul Paulus menyebutkan bahwa Yesus adalah Allah dalam kaitannya dengan peran Yesus sebagai Mesias yang diturunkan dari bangsa Yahudi. Ayatnya berbunyi demikian, “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”

4. Di dalam suratnya kepada Titus, Rasul Paulus juga mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang Mahabesar. Ayatnya berbunyi demikian, “Ia [Allah] mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini, dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” (Tit 2:12-13)

5. Kata “Lord/ Tuhan” yang sama artinya dengan Allah, secara khusus dapat kita lihat dalam Flp 2:5-11:
“Hendaklah kamu…menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dengan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan”, bagi kemuliaan Allah Bapa.”

Maka kita mengetahui bahwa penulisan Yesus sebagai Tuhan “Lord” dan Bapa sebagai Allah “God”, lebih disebabkan karena untuk membedakan Pribadi mereka di dalam Trinitas. Hal ini yang sering kita jumpai di dalam surat Rasul Paulus dalam pujian kepada Tritunggal Maha Kudus. Namun hal ini tidak berarti bahwa Yesus bukan Allah, ataupun Allah Bapa bukan Tuhan. Sebab Yesus adalah Tuhan dan Allah, demikian juga Bapa adalah Allah dan Tuhan, sebab mereka setara di dalam kesatuan Trinitas.

Katekismus Gereja Katolik menuliskan sebagai berikut:

KGK 448 “Dalam berita-berita Injil, orang-orang yang datang kepada Yesus sering menamakan-Nya “Tuhan”. Dalam penggelaran ini dinyatakan penghormatan dan kepercayaan mereka yang mendekati Yesus dengan mengharapkan bantuan dan penyembuhan dari Dia. Kalau diilhami oleh Roh Kudus, kelihatanlah dalam sapaan ini pengakuan akan misteri ilahi Yesus… Di sini “Tuhan” mendapat warna cinta dan simpati, yang selalu bergema dalam tradisi Kristen: “Itu Tuhan” (Yoh 21:7)

KGK 449 mengatakan, “Pengakuan-pengakuan Gereja yang pertama menggunakan sejak awal gelar kehormatan “Tuhan” ini untuk Yesus. Dan dengan ini mereka mengatakan bahwa kekuasaan, kehormatan, dan kemuliaan, yang pantas diberikan kepada Allah, juga harus diberikan kepada Yesus, karena Ia “setara dengan Allah” (Flp 2:6). Bapa mengumumkan martabat Yesus sebagai penguasa ini, ketika Ia membangkitkan-Nya dari antara orang mati dan meninggikan-Nya ke dalam kemuliaan-Nya.

Dalam dokumen yang dikeluarkan oleh the Roman Curia, ” The Congregation for Divine Worship” 29 Juni 2008,  dikatakan, ” Penyebutan gelar Kyrios kepada Tuhan yang bangkit merupakan pernyataan akan ke-Allah-an-Nya.” Dokumen ini memberikan kesimpulan bagi penggunaan kata Kyrios untuk kata YHWH (Tetragrammaton) yang artinya adalah Allah.

22 COMMENTS

  1. Shalom Katolisitas dan trimakasih atas penjelasannya. Sering saya mendapat pertanyaan dan pernyataan dari saudara muslim tentang Allah Tritunggal. Mohon ijin artikel dan diskusi di atas saya copy sebagai jawaban atas pertanyaan mereka.
    Trimakasih GBU.

    [Dari Katolisitas: Silakan saja, jika Anda pandang berguna, dan mohon digunakan dengan bijaksana.]

  2. Apakah beda antara Allah dan Tuhan?

    1 Korintus 8:6

    Siapakah sebenarnya Pencipta alam semesta, Allah atau Tuhan?

    Yohanes 1:3

    • Shalom Yohanes,

      Silakan membaca terlebih dahulu artikel-artikel berikut:

      Apakah Tuhan sama dengan Allah?
      Tentang sebutan Tuhan, Allah, dan Yahweh, samakah?Di ayat-ayat manakah Yesus disebut sebagai Allah (God)?

      Demikianlah penjelasan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, tentang ayat ini:

      “Bagi kita hanya ada satu Allah, Bapa, daripada-Nya-lah semua dan kita. Dari Bapalah semua berasal, bahkan Sang Putera yang kekal dan Roh Kudus, meskipun keduanya adalah Allah yang sama dengan Bapa.— Dan satu Tuhan Yesus Kristus: oleh-Nya lah semua dan kita. Semua ciptaan diciptakan oleh Putera Allah, yaitu kebijaksanaan kekal dan kebijaksanaan yang tidak diciptakan dari Sang Bapa; … semua mahluk ciptaan adalah karya ketiga Pribadi ilahi. Aliran sesat Arian dan Socinian mengambil ayat ini untuk menunjukkan bahwa hanya Bapa-lah yang benar-benar dan layak disebut Allah. Tanggapan Katolik ialah: bahwa Bapa disebut Allah, yang daripada-Nya semua berasal, sebab dari Bapalah selalu lahir Putera dan Roh Kudus, walaupun ketiga-Nya satu dan Allah yang sama dalam hal kodrat maupun hakekat. Dan bahwa ketika Ia disebut satu Allah, oleh kata-kata ini, tidak termasuklah para allah orang pagan. Namun kata ‘Allah’ bukan dimaksudkan untuk dipertentangkan dengan Sang Putera dan Roh Kudus, karena keduanya dengan Bapa, adalah satu Allah. St. Yohanes Krisostomus di sini juga mengamati (Hom. XX), bahwa jika kedua Pribadi tidak dianggap termasuk dalam ‘Allah’, sebab Bapa saja yang disebut satu Allah, dengan cara pemikiran yang sama, akibatnya adalah: bahwa karena Yesus Kristus disebut satu Tuhan, maka tidak termasuk Roh Kudus dan bahkan Allah Bapa adalah Tuhan yang satu itu, padahal dalam Kitab Suci berkali-kali dinyatakan kebesaran ilahi, baik untuk kata Tuhan, maupun Allah, [yang mengacu kepada Allah Sang Pencipta, atau kepada Kristus Sang Putera, ataupun Roh Kudus].”

      Maka Sang Pencipta adalah Allah, yaitu mencakup ketiga Pribadi Allah ini. Allah Bapa, melalui Sabda-Nya, atas kuasa Roh Kudus-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • All Bro & Sis,
      Menurut panutan saya pak Bambang Noorsena (juga yang saya yakini) definisi kata Tuhan, Allah, Firman Allah, TUHAN sbb:
      http://www.youtube.com/watch?v=PHhmrATzVJ0
      http://www.youtube.com/watch?v=_incLzfQA6c

      – Tuhan… Dalam kamus besar bahasa melayu berarti “Tuan diatas segala Tuan” (Tuhan=Lord=Gusti) yang Jika disematkan pada diri Yesus merujuk pada “keManusiaan” Yesus. Sama dengan sebutan Lord/Gusti yang juga diperuntukkan bagi manusia yang dijunjung tinggi.
      – Allah… Artinya “Sang Pencipta”. merujuk Allah Tritunggal (Allah Bapa, Firman dan Roh Kudus).
      – Anak Allah… berarti Firman Allah yang turun kedalam dunia menjelma jadi manusia.
      – TUHAN (semua kapital) -> terjemahan dari/ merujuk YHWH. (tidak ada terjemahan yg tepat persis dalam bahasa Indonesianya)

      Yesus disebut Tuhan karena Yesus sebagai Manusia ialah Junjungan kita (Lord/Gusti/Tuhan). Yesus disebut Allah karena Hakikat Yesus ialah FIrman Allah yang hidup, ialah Allah sendiri. karenanya Yesus dalam kemanusiaan dan dalam keilahiannya menyandang gelar Tuhan dan Allah.

      Sebelum bayi Yesus lahir, Yesus belum ada. sehingga Firman Allah dalam Yoh 1:1, belum bisa disebut Yesus. demikian jg dalam Kejadian awal. Namun, sejak Yesus lahir, mati, bangkit dari kubur, naik ke surga hingga saat ini Yesus ialah Yesus yang sama dan tetap memiliki hakikat “keManusiaan” dan sekaligus “keIlahian Allah”.

      • Shalom Pasingsingan,

        Setiap orang bisa saja mempunyai interpretasi sendiri akan suatu ayat atau ajaran iman. Namun kami di Katolisitas berkomitmen untuk tidak menyampaikan ajaran pribadi, namun apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik.

        Tentang apakah istilah Allah, Tuhan dan YHWH mengacu kepada arti yang sama, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

        Gereja Katolik tidak membuat pemisahan yang kaku bahwa kalau istilah “Tuhan” hanya untuk Yesus dalam kodrat-Nya sebagai manusia, sedangkan kalau Allah itu untuk Allah Bapa. Sebab hal itu mengaburkan kesamaan hakekat antara Allah Bapa dan Putera, dan itu tidak sesuai dengan keseluruhan ajaran Kitab Suci.

        Sebut saja contoh dalam Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, di mana Kristus Yesus dikatakan sebagai Allah dan Tuhan, dan di mana pada saat disebut Yesus sebagai Tuhan, dikatakan bahwa segala yang ada di langit dan bumi akan bertekuk lutut kepada-Nya. Di sini jelas bahwa segala ciptaan tunduk bukan kepada Yesus dalam kodrat-Nya sebagai manusia saja, tetapi justru karena adanya kodrat Allah dalam diri Yesus -maka segala mahluk, baik manusia maupun malaikat- akan bertekuk lutut di hadapan-Nya.

        Demikianlah ayatnya:

        “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:5-11)

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Ibu Inggrid yang terkasih, Berkah Dhalem!
    Dalam menjawab pertanyaan saudara Francis, Ibu mengatakan kalau arti Tuhan dan Allah itu sama, termasuk dalam bahasa aslinya (bahasa Arab). Maaf saya kok kurang setuju! Saya bukan ahli bahasa (baik Arab maupun Indonesia) tapi kalo menggunakan nalar saya arti ke 2 kata itu beda. Mari kita simak apa yang diimani dan sering didoakan umat muslim : “Laa-ilaa-ha-illallah” yang konon artinya “Tiada Ilah(Tuhan) selain Allah” hla kalau Tuhan(ilah) artinya sama dengan Allah berarti kalimat itu bisa diartikan dengan “tiada Tuhan(Ilah) selain Tuhan(ilah)” dong? Tapi kok terasa janggal ya?
    Terima kasih! JBU!

    • Shalom Protasius,

      Pegangan kita sebagai umat Kristiani adalah Kitab Suci Kristiani, bukan kitab suci agama lain. Maka kita tidak menjadikan pernyataan dari kitab suci agama lain sebagai patokan bagi ajaran iman kita. Telah kami sampaikan di atas bahwa menurut Kitab Suci kita, walaupun kata Tuhan (Lord) mempunyai arti yang lebih luas, namun dalam konteks tertentu, kata ‘Tuhan’ sama artinya dengan ‘Allah’, sebab baik kata Tuhan maupun Allah, keduanya sama-sama dipakai untuk mengacu kepada Pribadi Allah.

      Silakan juga membaca artikel-artikel terkait yang sudah ada di situs ini:

      Di ayat-ayat manakah Yesus disebut sebagai Allah (God)?
      Tentang sebutan Tuhan, Allah dan Yahweh, samakah?

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Salam damai dalam Kristus,

      Saya mau sedikit memberikan masukkan utk Sdr. Margo, anda menulis spt ini : Mari kita simak apa yang diimani dan sering didoakan umat muslim : “Laa-ilaa-ha-illallah” yang konon artinya “Tiada Ilah(Tuhan) selain Allah” hla kalau Tuhan(ilah) artinya sama dengan Allah berarti kalimat itu bisa diartikan dengan “tiada Tuhan(Ilah) selain Tuhan(ilah)” dong? Tapi kok terasa janggal ya?
      Tepatnya terjemahan makna: “La ilaha illallah” itu, ialah: ‘Tidak ada ilah kecuali Allah”. Jika demikian, maka sama sekali tidak bertentangan dengan Alkitab. Karena dalam Keluaran 20: 3 dikatakan demikian: Jangan ada padamu allah (ilah) lain dihadapanKu”.

      Makna pengertian “ALLAH”, dan “TUHAN” :
      1. Allah, ialah zat yang wajib ada dengan sendirinya, pencipta semesta alam, sebagai person atau “Oknum”.
      2. Makna pengertian Tuhan, ialah bidang kewibawaan Allah, yang makna harafiahnya adalah “Penguasa atau Pemelihara”. Dapat kita pandang sebagai “fungsionil” Allah.

      [Dari Katolisitas: Menurut pengetahuan kami, iman Katolik tidak mengajarkan pembedaan arti macam ini.]

      ALLAH, dalam bahasa Ibrani dikatakan “E’loah” atau “El’ohim”.
      Dalam bahasa Inggris God. Bahasa Arab: Allah, ialah al khalik, pencipta semesta alam. (Yesaya 43:1 5; Luk. 10:21; Mat. 11 :25, dan lain-lain).

      TUHAN, dalam bahasa Ibrani dikatakan “Ad’onay”. Bahasa Yunani: Kyrios. Inggeris: Lord….

      [Dari Katolisitas: kami edit.]

  4. Tuhan tidak sama dengan Allah, kata “Allah” di Gunakan sejak tahun 1852
    mari kita pahami bersama dan Sejarah Alkitab terlanjur di terjemahkan disusun berdasarkan bahasa Melayu Arab dan Persia, juga Referensi Abdullah bin Abdul Kadir (Munsyi Abdullah-orang Islam) yang jadi guru bahasa Melayu utusan LMS(London Missionary Society) bernama Benjamin Keasberry, termasuk tim penterjemah tahun 1852 ,,karena yang cocok menggunakan kata Allah= Auloh( Auloh-Arab red)adalah umat Muslim,,, yang di perkenalkan Nabi Muhamad dalam Islam,( sesuai pesan Malaikat Jibril di gua Hira, anda harus tahu siapa malaikat Jibril, maka anda akan tahu Rahasia ajaran Islam dan siapa Auloh ) dan Auloh=Allah bukan yang kita imani,kesalahan ini harus di luruskan segera oleh otoritas keagamaan dan Pemerintah, bahwasanya, TUHAN, sebagai Pribadi Pertama dari Sang Pencipta alam Semesta, anak Nya yang Tunggal sudah menyebutkan nama Bapa di surga dengan panggilan ” Elohim” atau dalam bahasa Indonesia ” TUHAN” (Pribadi Pertama dari Tritunggal mahakudus)Yesus Kristus(Pribadi kedua-Tuhan jadi Manusia sempurna, bukan manusia jadi Tuhan) dan Roh Kudus (Pribadi ke tiga) dimana oknumnya tetap sama, satu adanya

    [Dari Katolisitas: Tidak ada masalah untuk menyatakan bahwa Tuhan sama dengan Allah, tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]

  5. Syalom,
    “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” ” Bapa-Ku, menyatakan ke-Allahan Kristus dan Bapamu adalah membuat manusia dapat menyebut Allah dengan sebutan Bapa di dalam Kristus. Sedangkan Allah-Ku adalah menyatakan kemanusiaan Kristus. Dengan demikian, kita dapat melihat dua kodrat Kristus, yaitu sungguh Allah dan sungguh manusia.

    Mengapa penjelasan ini berbeda dengan yg ada di sini?
    e. Kesadaran Yesus sebagai Anak Allah

    1). Klaim Yesus sebagai Anak Allah Yesus dengan jelas membedakan antara hubungan-Nya dengan Allah Bapa dan hubungan para murid-Nya dengan Allah Bapa. Ia mengatakan tentang hubungan-Nya dengan Allah Bapa sebagai “Bapa-Ku”, sedangkan Ia mengatakan hubungan para murid-Nya dengan Allah Bapa sebagai “Bapamu”. Ia tidak pernah menyatukan diri-Nya dengan para murid dan menyebut “Bapa kita”. Doa Bapa Kami bukanlah merupakan doa-Nya sendiri, tetapi doa para murid Nya (Mat 6:9).
    https://katolisitas.org/aku-percaya-akan-yesus-kristus-putera-allah-yang-tunggal

    Terimaksih

    • Shalom Dian,

      Terus terang, saya tidak melihat pertentangan dari kedua pernyataan itu. Mari kita lihat ayat-ayatnya:

      “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yoh 20:17)

      “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu….” (Mat 6:8-9)

      Sebab ketika Kristus mengatakan perkataan “Bapa-Ku dan Bapa-mu” kepada para murid-Nya, Ia bermaksud mengatakan tentang kodrat ke-Allahan-Nya, di mana Ia sebagai Putera Allah. Yesus memanggil Bapa: Bapa-Ku, karena Ia -sebagai Pribadi kedua dalam Trinitas- memang lahir (begotten) dari Allah Bapa, dan karena itu Ia sehakekat dengan Allah Bapa, sebab seorang anak memang sehakekat dengan bapanya.

      Sedangkan Ia berkata kepada para murid-Nya untuk memanggil Allah Bapa sebagai “Bapamu” (bukan Bapa Kita), untuk menujukkan bahwa: 1) Kita dapat memanggil Allah sebagai Bapa, hanya di dalam Yesus, dan hanya karena Yesus yang mengangkat kita sebagai saudara-saudara-Nya; 2) dan karena itu Yesus secara implisit menyatakan perbedaan antara hakekat-Nya sebagai Putera Allah dengan hakekat kita semua yang percaya kepada-Nya, sebagai anak-anak [angkat] Allah di dalam Yesus (Gal 3:26).

      Maka, pembedaan ini juga nyata saat Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya untuk berdoa. Ia mengatakan, “…. karena Bapamu [bukan Bapa kita] mengetahui apa yang kamu perlukan”, dan juga mengajarkan untuk memanggil Allah Bapa sebagai Bapa kami, bukan Bapa kita, untuk mengajarkan secara implisit adanya perbedaan hubungan antara kita dengan Allah Bapa, dan hubungan antara Dia dengan Bapa-Nya dalam kesatuan Trinitas.

      Nah, sedangkan ketika Yesus mengatakan “Allahku dan Allah-mu“, Ia mengacu kepada kodrat-Nya sebagai manusia, maka Ia memanggil Allah Bapa sebagai “Allahku”. Namun demikian, Ia memanggil Allah Bapa sebagai “Allahmu” bagi murid-murid-Nya, untuk menunjukkan bahwa dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia tetap memiliki perbedaan dengan kita manusia, yang diakibatkan oleh adanya kodrat ke-Allahan di dalam diri-Nya, sehingga Ia sama dengan kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa (lih. Ibr 4:15)

      Dengan demikian makna ayat Yoh 20:17 tidak untuk dipertentangkan dengan ayat Mat 6:8-9. Sebab memang dengan banyak cara yang berbeda, Yesus menunjukkan kepada para murid-Nya bahwa dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia [dan dengan demikian mengenakan kodrat manusia], Ia tetap mempunyai kodrat Allah. Dengan demikian, dalam penjelmaan-Nya, Kristus adalah sungguh-sungguh manusia, namun juga adalah sungguh-sungguh Allah.

      Selanjutnya tentang topik ini, silakan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas,org

  6. Syalom….saya manu tanya pada ayat berikut ini :

    Yohanes 20:17
    Kata Yesus kepadanya : ” Jangan engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara – saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-ku dan Bapa-mu, kepada Allah -Ku dan Allah-mu”

    maaf pertanyaan sya :
    Jika Yesus adalah Tuhan & Allah…mengapa Dia berkata ” akan pergi Kepada Allah-Ku dan Allah-mu”
    mengapa Tuhan Allah pergi ke Tuhan Allah…mohon banget ya penjelasannya…
    sya sungguh mengimani Yesus Kristus sebagai Juru selamat sya….
    IMANUEL.. ^^

    • Shalom Anthonius,
      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Yoh 20:17, yang mengatakan “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” ” Bapa-Ku, menyatakan ke-Allahan Kristus dan Bapamu adalah membuat manusia dapat menyebut Allah dengan sebutan Bapa di dalam Kristus. Sedangkan Allah-Ku adalah menyatakan kemanusiaan Kristus. Dengan demikian, kita dapat melihat dua kodrat Kristus, yaitu sungguh Allah dan sungguh manusia. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  7. Terima kasih banyak Ingrid untuk tulisan “Kristus yang kita imani=Yesus menurut sejarah”
    Ada satu hal yang menggelitik saya yang sedang dan berusaha memahami iman saya pada Kristus. Saya menemui kendala bahasa dalam memahami Kristus. Dalam tulisan itu dan tentu seluruh ajaran Gereja kita, tidak perlu diragukan bahwa Kristus memang Tuhan. Tapi dengan demikian juga dipisahkan antara Tuhan dan Allah. Kristus (Kristos) adalah Tuhan (Kyrios), tapi bukan Allah.
    Saya mencoba mencari-cari dalam KS dan hanya menemukan kesaksian Thomas bahwa Yesus adalah “ya Tuhanku dan Allahku”. Di bagian lain dalam KS kita, saya tidak menemukan satu bagian pun yang menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Kemudian saya juga mencoba mempelajari syahadat iman kita, yang panjang dan yang singkat, juga beberapa dogma serta ajaran Gereja. Saya amat terkejut saat menemukan dan menyadari bahwa syahadat kita, kesimpulan saya sementara, ternyata merupakan sebuah bentuk kompromi dan dalam tataran tertentu bentuk pemaksaan oleh pihak yang pada saat itu lebih kuat.
    Dalam bahasa Indonesia yang dipengaruhi bahasa Arab, Tuhan dan Allah cenderung identik. Tapi dalam bahasa lain, terutama bahasa-bahasa Eropa Barat, dua istilah itu terbedakan. Misalnya, dalam bahasa Inggeris Yesus disebut Lord, dan Allah disebut God. dalam bahas Latin, sejauh saya tahu, Yesus disebut Dominus dan Allah disebut Deus.
    Mohon tanggapan untuk kesulitan saya ini. Thanx. Salam damai.

      • Ingrid, terima kasih banyak, terima kasih sekali untuk penjelasan ini. Uraian ini membawa pemahaman untuk saya.
        Kalau bisa saya mau bertanya lagi. Dalam KS kita dikisahkan perkataan Yesus berkaitan dengan akhir zaman bahwa Yesus tidak tahu kapan akhir zaman akan datang sebab hanya Bapa yang tahu. Membaca dan mencoba memahami perikop itu, spontan ada dua hal muncul dalam diri saya. Pertama memang Yesus tidak tahu karena Dia tidak setara dengan Bapa, Yesus bukan Allah. Kedua, ungkapan itu mau menampakkan kerendahan hati Yesus yang tidak mau menonjolkan ke-sehakikat-anNya dengan Bapa.
        Bagaimana perikop tersebut harus dipahami? Thanx. Salam damai.

      • Shalom Ingrid,

        Ada yang mengatakan bahwa Rasul Thomas yang berkata, “Ya Tuhanku, dan Allahku.” (Yoh 20:28) sebenarnya tidak menunjukkan pengakuan akan ke-Tuhan-an Yesus tetapi hanya menunjukkan rasa terkejut saja seperti kata “Oh my God”, “astaga” dan kata sejenisnya.
        Mohon pencerahannya.

        Terima kasih
        Ryan09

        • Shalom Ryan,

          Interpretasi para pakar Alkitab mengatakan bahwa perkataan Rasul Thomas, "Ya Tuhanku dan Allahku"  (Yoh 20:28) ini adalah pengakuan Thomas akan Yesus sebagai Mesias dan Tuhan. Memang mungkin orang-orang yang meragukan ke-Allahan Yesus dapat saja menginterpretasikan yang lain, namun itu bukan interpretasi Gereja. Sebab kita percaya bahwa apa yang tertulis di dalam Kitab Suci adalah: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah …untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran" (2 Tim 3:16). Dengan mengimani ayat ini maka tidak mungkin kita sebagai pengikut Kristus berpikir bahwa perkataan Rasul Thomas hanya sekedar ucapan kagetan, yang tidak ada dasarnya, yang dalam kehidupan sehari-hari malah diartikan seperti kata "astaga" atau "alamak" menurut bahasa Malayu. Kalau kita mengartikannya demikian, itu sama saja menyamakan kondisi Thomas dengan aktor-aktris di film-film Hollywood di mana kalau terkejut akan sesuatu malah menyebut, "Jesus." Ini kan malah melanggar perintah Tuhan yang ke-dua dalam ke-sepuluh perintah Allah, yaitu, "Jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan/ tidak dengan hormat," (lih. Kel 20:7) karena mengucapkan nama Tuhan tetapi tidak dengan disposisi hati yang benar.

          Saya percaya, bahwa bukan hal itu yang terjadi pada saat Rasul Thomas melihat Yesus pada saat penampakan-Nya di hadapan para rasul setelah kebangkitan-Nya. Seperti telah disebutkan di atas, ayat tersebut memang dituliskan, untuk 1) mengajar kita bahwa Kristus adalah sungguh-sungguh Tuhan dan Allah, 2) menyatakan kesalahan Thomas -dan semua orang- yang tidak percaya bahwa Yesus telah sungguh bangkit, 3) memperbaiki kelakuan, berlaku untuk Rasul Thomas dan para rasul, serta untuk kita semua sebagai pengikut Kristus, memperbaiki kelakuan kita yang cenderung untuk tidak percaya sebelum melihat, agar percaya kepada-Nya walaupun tidak melihat Dia secara jasmani; dan 4) mendidik orang dalam kebenaran, yaitu tentang kebangkitan Kristus, Ke-Allahan Kristus, dan agar kita dapat mengatakan hal yang sama, setiap kali kita memandang dan menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam perayaan Ekaristi.

          Lagipula jika kita perhatikan, di teks tersebut yang dikatakan adalah: "Tomas menjawab Dia, "Ya Tuhanku dan Allahku." Kita ketahui bahwa jika kita terkejut/ kaget, biasanya ucapan kagetan itu ditujukan untuk diri sendiri, (contoh:"Eh copot-copot", atau "astaga", dsb) dan bukan untuk menjawab orang lain.

          Akhirnya, kita perlu mengindahkan pengajaran Gereja tentang hal ini, sebab Alkitab diberikan kepada Gereja. Maka orang di luar Gereja (yang tidak percaya kepada Kristus) sesungguhnya tidak dapat menginterpretasikan Alkitab dengan baik, terutama jika itu menyangkut ke-Tuhan-an Kristus yang tidak mereka imani.

          Demikian uraian saya, semoga bermanfaat.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.