Kebenaran artikel iman (article of faith) dalam iman Kristiani itu memang sifatnya berlapis- lapis. Kebenaran utama yang menjadi dasar dari iman Kristiani, adalah ajaran tentang Allah Trinitas, yang menyelamatkan kita manusia melalui Inkarnasi (yaitu penjelmaan Allah Putera menjadi manusia). Pengajaran inilah yang mendasari artikel- artikel iman selanjutnya, yaitu bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan pada saat penjelmaan-Nya Allah melibatkan manusia, yaitu Bunda Maria sebagai seorang wanita yang melahirkan-Nya.
Nah, maka memang hal keperawanan Maria tidak pernah berdiri sendiri sebagai artikel iman yang menentukan keselamatan manusia, namun pengajaran tersebut adalah ajaran yang penting dan tak terlepaskan dari kebenaran tentang mukjizat kelahiran Kristus. Sebab sewaktu penjelamaan-Nya di dunia, Kristus selain menjadi sungguh manusia, Ia juga sungguh Allah. Maka tentu ada keistimewaan- keistimewaan yang ada pada Diri Yesus, baik dalam proses konsepsi-Nya maupun kelahiran-Nya, yang berhubungan dengan kodrat-Nya sebagai Allah.
Hal konsepsi Tuhan Yesus, memang mungkin tak perlu diperdebatkan, sebab semua dari kita (baik Katolik maupun Kristen non- Katolik) percaya bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus, tidak melibatkan benih laki- laki. Sedangkan secara manusiawi, Yesus memperoleh kemanusiaan-Nya dari Bunda Maria (perkembangan sel- sel dan gen- gen-Nya secara manusiawi). Ini disebabkan karena Yesus benar- benar menjadi manusia. Namun jangan dilupakan bahwa pada saat penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesus tidak berhenti menjadi Tuhan (Allah Putera). Dan untuk melahirkan Tuhan inilah, maka Maria dikuduskan oelh Allah, sebab seperti telah dinubuatkan dalam Kitab Suci, bahwa seorang perempuan dan keturunannya akan melawan Iblis (lih. Kej 3:15). Perlawanan total antara sang perempuan dan keturunannya melawan Iblis ini mensyaratkan bahwa keduanya tidak berdosa. Hal ini sesuai dengan Sabda Allah yang disampaikan oleh malaikat, bahwa Maria dinyatakan sebagai “penuh rahmat/ full of grace/ kecharitomene” (lih. Luk 1: 28). Artinya, Maria sempurna dipenuhi rahmat Allah sejak awal mula kehidupannya, sehingga ia tidak berdosa; sebab hanya dengan keadaannya yang tanpa dosa inilah, Maria dapat ditempatkan dalam kesatuan dengan Kristus, untuk melawan Iblis.
Nah, keadaan Maria yang tanpa dosa inilah yang mengakibatkan ia melahirkan tanpa rasa sakit, karena rasa sakit melahirkan itu diberikan oleh Allah sebagai konsekuensi dari dosa (Kej 3:16). Maka jika Maria melahirkan tanpa kesakitan, itu disebabkan karena yang dilahirkannya adalah Allah yang tidak berdosa, yang telah membebaskan Maria ibu-Nya dari dosa dan dari pengaruh dosa.
St. Agustinus mengajarkan agar tidak mempertanyakan kesucian Bunda Maria demi hormat kita kepada Tuhan Yesus: “Kita harus menerima bahwa Perawan Maria yang suci, yang tentangnya saya tidak akan mempertanyakan sesuatupun ketika kita membicarakan tentang dosa, demi hormat kita kepada Tuhan; sebab dari Dia kita mengetahui betapa berlimpahnya rahmat untuk mengalahkan dosa di dalam segala hal telah diberikan kepadanya [Maria] yang telah berjasa untuk mengandung dan melahirkan Dia yang sudah pasti tidak berdosa.”[25] Selanjutnya, tentang keperawanan Maria, St. Agustinus mengajarkan:
“Dengan kuasa Roh Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa merusak keperawanan Bunda Maria, seperti halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia dapat datang ke dalam ruang tempat para murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26).”[36] Roh Kudus yang membangkitkan Yesus dari mati adalah Roh Kudus yang sama yang membentuk Yesus dalam rahim Bunda Maria. Maka kelahiran Yesus dan kebangkitan-Nya merupakan peristiwa yang ajaib: kelahirannya tidak merusak keperawanan Maria, seperti kebangkitan-Nya tidak merusak pintu yang terkunci.
Selanjutnya, St. Agustinus mengajarkan, “It is not right that He who came to heal corruption should by His advent violate integrity.” (Adalah tidak mungkin bahwa Ia yang datang untuk menyembuhkan korupsi/kerusakan, malah merusak keutuhan pada awal kedatangan-Nya.”[37]
Berpegang kepada pengajaran St. Agustinus dan para Bapa Gereja lainnya, maka Gereja Katolik melalui Sinode Lateran (649) di bawah Paus Martin I mengajarkan:
“Ia [Maria] mengandung tanpa benih laki-laki, [melainkan] dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.” (D256)
Ajaran sejalan dengan pengajaran Gereja Katolik lainnya tentang Bunda Maria, sebagai Hawa Baru dan Tabut Perjanjian Baru. Sebagai masukan, para pendiri gereja Protestan (Luther, Calvin, Zwingli dan Wesley) juga mengajarkan tentang keperawanan Maria, dan bahwa Maria tetap perawan. Jadi ajaran tentang keperawanan Maria sesungguhnya bukan monopoli ajaran Gereja Katolik. Lihat kutipannya di artikel ini, silakan klik, di bagian Appendix, sub judul B. Menjadi sesuatu pertanyaan yang patut direnungkan, mengapa sekarang para pengikut mereka, menolak ajaran para pendiri gereja mereka sendiri. Apakah itu mau mengatakan bahwa yang diajarkan oleh para pendiri tersebut salah, sedangkan pemahaman mereka sendiri lebih benar?
Agaknya, masalahnya di sini adalah bahwa mereka yang menolak ajaran tentang keperawanan Maria cenderung untuk menempatkan pemahaman pribadinya di atas pengajaran yang disampaikan oleh para Bapa Gereja [dan para pendiri gereja mereka]. Penempatan pemahaman pribadi di atas apa yang diwahyukan Allah kepada Gereja inilah yang berkaitan dengan hal keselamatan. Sebab keselamatan sesungguhnya mensyaratkan ketaatan iman yang total atas apa yang diwahyukan Allah (divine faith), dan bukannya atas iman yang didasari pemahaman pribadi semata (human faith).
Iman yang menyelamatkan adalah iman yang disertai oleh perbuatan kasih (lih. Gal 5:6; Yak 2:14-26), baik kepada Tuhan dan sesama. Kasih kepada Tuhan ini mensyaratkan ketaatan dan penyerahan total akal budi dan pikiran kepada Allah. Konsili Vatikan II mendefinisikan ketaatan iman tersebut demikian:
“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom 16:26; lih. Rom 1:5; 2 Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya.” (Dei Verbum 5)
Nah, Wahyu Allah tersebut telah diberikan kepada Gereja, melalui Kitab Suci dan Tradisi Suci, seperti yang diajarkan oleh Magisterium Gereja. Hal keperawanan Maria, termasuk salah satu kebenaran yang telah diajarkan oleh Magisterium. Maka jika kita sungguh mempunyai iman yang penuh kepada apa yang diwahyukan Allah, kita harus menerima pengajaran tentang hal ini dengan ketaatan iman. Iman yang sedemikian adalah iman yang ilahi (divine faith)- bersumber dari Allah yang mewahyukan, dan bukan bersifat manusiawi (human faith)- yang tergantung kepada pengertian pribadi- yang cenderung sulit mempercayai hal ini.
Maka walaupun kita tidak dapat memaksa semua orang untuk menerima ajaran ini (tentang keperawanan Maria), namun selayaknya kita memahami bahwa ajaran ini tidak terlepas dari kebenaran yang diwahyukan Tuhan tentang Diri-Nya dan rencana keselamatan-Nya kepada Gereja. Ajaran tentang keperawanan Maria ini tidak terlepas dari ajaran tentang:
1) kesempurnaan rencana keselamatan Allah: Allah yang menjelma ke dunia untuk memulihkan kerusakan, pada awal kedatangan-Nya tidak merusak keutuhan Ibu-Nya.
2) teladan kesempurnaan/ kekudusan Maria agar menjadi teladan bagi kita: Kekudusan melibatkan komitmen untuk menjaga kemurnian jiwa dan tubuh.
3) teladan Maria menjadi gambaran akan kekudusan Gereja, sebagai Mempelai Kristus, yang hanya memberikan penghormatan dan ketaatannya kepada Kristus Sang Kepala.
Memang sulit untuk dapat mengakui ajaran ini, kalau pertama tidak mengakui Wewenang mengajar (Magisterium) Gereja atau jika ia mengutamakan logika berpikir manusia di atas segalanya. Namun berbahagialah mereka yang dapat menerima ajaran ini, karena sungguh ajaran ini menunjukkan ke-Mahakuasaan Allah dan kesempurnaan rencana keselamatan-Nya, yang melibatkan ketaatan penuh manusia (yaitu Bunda Maria), yang memberikan dirinya secara utuh–baik jiwa maupun raganya–kepada Allah.
Yesus memperoleh kemanusiaan-Nya dari Bunda Maria (perkembangan sel- sel dan gen- gen-Nya secara manusiawi). Saya kurang mengerti maksudnya dari Yesus memperoleh kemanusiaanya dari maria?
Shalom Kay,
Maksud pernyataan bahwa Yesus memperoleh kemanusiaan-Nya dari Maria adalah dalam kodratnya sebagai manusia, tubuh Tuhan Yesus memperoleh perkembangannya dari Maria. Pada kita manusia, kita memperoleh kemanusiaan kita (pertumbuhan tubuh dan segala sifat- sifatnya) dari kedua orang tua kita. Walaupun kita diciptakan oleh Tuhan, namun penciptaan-Nya melibatkan juga kedua orang tua kita, yaitu melalui persatuan sel sperma ayah dan sel telur ibu. Dari persatuan itulah kita memperoleh pertumbuhan tubuh kita yang dimulai dari satu sel zigot, yang mempunyai sistem DNA yang baru, yang berbeda dengan DNA ibu dan DNA ayah. Pada kasus Yesus, Ia memperoleh DNA-Nya hanya dari Bunda Maria, sebab Ia tidak dikandung atas campur tangan benih laki-laki, melainkan oleh kuasa Roh Kudus (lih Luk 1:35).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Tuhan Yesus memang harus menjadi manusia cuman itu cara manusia bisa di selamatkan, malaikat Tuhan mengatkan anak yg di dlm kandungannya adalah dari Roh Kudus, artinya bagai mana mkn Yesus mendapatkan DNA dari maria, sedangkan janinnya sudah di ditaruh atau dititip di rahim maria. Saya ingin bilang enaknya kita ada di dunia ini adalah karena hasil dari DNA bapa dan DNA ibu dan Tuhan yg memberi pertumbuhan, saya adalah anak asli dari papa mama saya karena memang saya hasil dari buah cinta mereka, tp apakah Yesus bisa dikatakan anak asli dari maria sedangkan janin yg dikandung adalah dari Roh Kudus?
Shalom Kay,
Jika kita percaya bahwa dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia Yesus adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia, kita selayaknya percaya bahwa tubuh Yesus sebagai manusia juga terbentuk dari manusia (dalam hal ini ibu-Nya, Maria). Roh Kudus adalah Roh yang tidak bertubuh, maka untuk menjadi manusia, Yesus mengikutsertakan peran serta manusia, dalam hal ini Bunda Maria, untuk menjadi ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan-Nya. Dari Maria-lah Yesus memperoleh sel- sel dan gen- gen-Nya sebagai manusia.
Maka dapat dikatakan, bahwa memang DNA Yesus diperolehnya dari Maria, walaupun Roh Kudus tetaplah yang memberi kehidupan dan perkembangan-Nya. Yesus adalah anak asli Bunda Maria bukan hanya jadi- jadian, sebab jika demikian Yesus bukan sungguh- sungguh manusia. Namun demikian Yesus tetaplah juga adalah Putera Allah: Ia bukan dijadikan ataupun diciptakan olaeh Allah. Yesus adalah Allah, yang sudah ada sejak awal mula (lih Yoh 1:1) sampai sepanjang segala abad (lih. Why 1:8, 21:6, 22:13). Hanya saja, pada waktu yang ditentukan-Nya, Ia masuk ke dalam sejarah manusia, untuk dilahirkan, hidup dan wafat sebagai manusia, demi menebus dosa umat manusia.
Kepercayaan akan Yesus sebagai sungguh Allah dan sungguh manusia, membantu kita memahami misteri persatuan dua kodrat dalam diri Yesus. Selanjutnya, tentang topik Yesus sungguh Allah sungguh manusia, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shaloom Ibu Inggrid Listiati,
Jika kita percaya bahwa dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia Yesus adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia, kita selayaknya percaya bahwa tubuh Yesus sebagai manusia juga terbentuk dari manusia (dalam hal ini ibu-Nya, Maria). Roh Kudus adalah Roh yang tidak bertubuh, maka untuk menjadi manusia, Yesus mengikutsertakan peran serta manusia, dalam hal ini Bunda Maria, untuk menjadi ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan-Nya. Dari Maria-lah Yesus memperoleh sel- sel dan gen- gen-Nya sebagai manusia.
Maka dapat dikatakan, bahwa memang DNA Yesus diperolehnya dari Maria …
Sungguh pandangan yang sangat berani yang ibu sampaikan bahwa DNA Yesus diperoleh dari Bunda Maria …. jika pandangan ibu ini didukung oleh pengajaran dari bapa-bapa gereja maka tidak dapat saya bayangkan betapa terjadi pengagungan yang berlebihan suatu ajaran dari manusia yang melebihi Allah…. maaf kalau perkataan ini terkesan keras dan kasar.
Saya tidak bermaksud mengasari anda dan tidak tunduk pada ajaran gereja….
Iman saya mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia dengan maksud mau menyelamatkan manusia dari maut akibat dosa (Roma 3:23, 6:23).
Jadi sesuatu yang berasal dari Allah, sudah pasti sangat KUDUS.
Bunda Maria dipilih Allah sebagai sarana untuk mewujudkan misi penyelamatan Allah kepada umat manusia. Sama seperti yang terjadi di jaman sekarang. Allah banyak memakai seseorang sebagai alat perpanjangan-tanganNYA untuk menjangkau umat manusia untuk misi penyelamatan….
Saya sedih sekali kalau ada yang berani mengatakan bahwa DNA Yesus diperoleh dari Bunda Maria … apakah itu pendapat pribadi atau pandangan gereja khatolik yang bersumber mungkin dari ajaran bapa-bapa gereja ….
sekali lagi iman saya mengatakan bahwa DNA Yesus adalah DNA Allah sendiri… bukan berasal dari DNA manusia…. sudah sangat jelas dalam Injil disebutkan bahwa Yesus dikandung dari Roh Allah sendiri yang kita sebut Roh Kudus , artinya sesuatu yang kudus.
Kalau Bunda Maria dipilih oleh Allah, bersyukurlah karena sudah mendapat Anugerah Agung dari Allah dipilih sebagai sarana melahirkan Yesus yang adalah Tuhan…
Segala sesuatu yang berasal dari Allah adalah sesuatu misteri bagi manusia.
Ajaran bapa-bapa gereja tidak selalu pasti benar dan harus ditaati karena bagaimanapun mereka berasal dari manusia yang sudah berusaha untuk hidup dalam kebenaran Allah tetapi bukan berarti ajaran mereka pasti benar …. termasuk Bunda Maria adalah orang yang dibenarkan Allah dan yang dikuduskan Allah … Kita manusia ini tidak ada yang benar dan kudus jika Allah sendiri tidak menganugerahkan dan melayakkan kita menjadi benar menurut pandangan Allah.
Saya sedih menerima kenyataan ini bahwa ajaran dari Allah melalui Alkitab mengalami penurunan degradasi disebabkan adanya pemahaman bahwa Allah mewahyukan tidak hanya dalam bentuk tertulis melainkan juga melalui non tertulis berupa ajaran para rasul dan bapa-bapa gereja yang disebut sebagai Tradisi. Khatolik tidak hanya berdasarkan Alkitab tetapi dari Tradisi Gereja dan Magisterium (kuasa mengajar yang hanya terbatas dilimpahkan kepada suatu jabatan yaitu dalam hal ini kuasa mengajar dari uskup – tolong diralat jika bukan dari Uskup – yang kemudian dilimpahkan kepada para Pastur untuk membantu Uskup).
Coba direnungkan sejenak …
Santo Yosef tidak mendapat tempat yang luar biasa seperti yang dialami Bunda Maria…
Dalam perkembangan di gereja khatolik… pengagungann kepada Bunda Maria jauh dibandingkan dengan Santo Yoseph. Dalam kalendar liturgi, porsi Bunda Maria mendapat tempat yang cukup banyak … apalagi bicara mengenai doa rosatio, doa novena, doa salam maria ….
Yang saya dengar katanya Santo Yoseph sudah meninggal karena usianya berbeda jauh dengan Bunda Maria yang masih sangat belia ketika mengandung dan melahirkan Yesus.
Yang hendak saya sampaikan adalah :
1. Pandanglah Yesus sebagai Tuhan yang menjelma sebagai manusia. Dan banyak hal misteri
yang tidak dapat kita mengerti. ini adalah karya Allah.
Kemanusiaan Yesus tidak sepenuhnya kita mengerti …. apakah Yesus seperti kita manusia
jalan pikirannya sama seperti manusia dan sebagainya.
Yang dapat kita imani adalah Yesus adalah Tuhan yang menjelma sebagai manusia tetapi kita
tidak dapat mendefinisikan seperti apa kemanusiaan Yesus … paling banter kita menerima
ajaran dari sisi iman tetapi tidak tahu persis seperti apa Yesus sebagai manusia kecuali dari
tulisan yang ada di Alkitab sedangkan sumber-sumber lain entahlah ….
2. DNA Yesus adalah DNA Allah sendiri… bukan dari DNA Bunda Maria….
sebab hanya Allah sendiri yang tahu, kita manusia tidak tahu kecuali hanya menduga saja
dengan pikiran kita …. karena Yesus adalah Allah, itu saja dasar iman kita.
3. Bunda Maria dan Santo Yoseph adalah manusia yang dipilih Allah dan ditetapkan sebagai
orangtua Yesus di dunia ….
Saya tidak mau mempersoalkan apakah Yesus mempunyai saudara-saudara kandung
ataukah saudara-saudara sepupu seperti ajaran Tradisi khatolik atau ajaran para Rasul.
Tidak penting bagi saya …. Pandangan dan Fokus kita adalah Yesus adalah Allah yang
penuh kasih yang mau turun menjelma sebagai manusia untuk menyelamatkan kita manusia.
Saya mohon maaf jika bahasa tulisan saya ini kasar atau tidak sopan …. yang jelas saya tidak
bermaksud menghakimi Ibu Inggrid yang begitu sudah luar biasa dipakai Allah untuk memberitakan kabar sukacita melalui media katolisitas ini menjangkau banyak orang mendapat
kan pencerahan iman …. tetapi menyampaikan iman saya tentang ke maha kudusan Yesus
yang begitu mulia dan penuh kasih telah menyelamatkan hidup saya dan kita semua manusia.
Jangan habiskan energi untuk berdebat dan mempertahankan kebenaran yang kita peroleh dari pandangan manusia melainkan luangkan waktu sepenuhnya hanya fokus pada ajaran Allah sendiri melalui kesaksian hidup kita masing-masing dan dengan rendah hati dan penuh pengharapan memperoleh kelayakan dan anugerah Allah bahwa suatu hari nanti kita pulang dan diterima disisiNYA dan berdiam di rumah yang sudah Yesus persiapkan buat kita di Sorga. Amin
Salam,
Antonius Sandy
Shalom Antonius Sandy,
Izinkanlah saya menjelaskan duduk perkara yang anda permasalahkan di sini, menurut urutannya:
1. Maria Bunda Tuhan
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria adalah sungguh- sungguh Bunda Tuhan Yesus. Pengajaran ini diberikan bukan demi meninggikan Maria, tetapi untuk melestarikan kebenaran tentang kedua kodrat Yesus yang tak terpisahkan, namun juga tak tercampur baur, yaitu kodrat-Nya sebagai Allah dan kodrat-Nya sebagai manusia. Ajaran ini memang tidak mudah dipahami, sehingga ada banyak orang di sepanjang sejarah Gereja, yang berusaha menginterpretasikannya menurut pemahamannya sendiri. Contohnya adalah seorang uskup Kostantinopel yang bernama Nestorius. Ia memisahkan kedua kodrat ini, dengan mengatakan bahwa Maria adalah hanya ibu Yesus manusia dan bukan ibu Tuhan Yesus. Menurut Nestorius, Yesus adalah Bait Sang Firman, dan bukan Sang Firman itu sendiri.
Para Bapa Gereja melalui Konsili Efesus (431) meluruskan ajaran Nestorius, dengan mengatakan:
“If any one does not confess that Emmanuel (Christ) in truth is God and on this account the Holy Virgin is the Mother of God- since according to the flesh she brought forth the Word of God made flesh- let him be anathema.”
Jadi jelaslah di sini sebutan Maria sebagai Bunda Allah, adalah untuk melestarikan ajaran Kitab Suci (lih. Luk 1:43) seperti yang diajarkan oleh para rasul, bahwa karena Yesus adalah sungguh Allah, maka Maria adalah Bunda Allah.
Dogma Maria sebagai Bunda Allah mengandung dua kebenaran (lihat Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 196):
2. Maria Ibu Tuhan Yesus dalam kodrat kemanusiaan-Nya.
Atas dasar ajaran bahwa Yesus adalah sungguh- sungguh manusia [walaupun juga sungguh Allah] dan Ia mengambil kodrat kemanusiaan yang sama dengan kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa, maka cara pembentukan tubuh-Nya sebagai manusia juga melibatkan manusia; yaitu dalam hal ini adalah ibu-Nya Maria, walaupun tanpa campur tangan benih laki- laki, melainkan oleh Roh Kudus (Luk 1:35).
Karena Maria (seperti layaknya para ibu lainnya) menyumbangkan segala sesuatu untuk pembentukan tubuh buah rahimnya, maka hal ini termasuk dengan sel- sel, dan DNA. Harap diingat bahwa DNA manusia tetaplah diciptakan Allah, jadi bukannya murni dibentuk oleh manusia itu sendiri. Maka benarlah pernyataan bahwa Yesus secara kodrat-Nya sebagai manusia, memperoleh gen- gen/ DNA dari Maria ibu-Nya, karena memang demikianlah caranya Tuhan menciptakan manusia. Namun dari kodrat-Nya sebagai Allah, maka Allah tidak mempunyai DNA atau apapun yang bersangkutan dengan tubuh, karena Allah adalah Roh (Yoh 4:24) sehingga tidak mempunyai tubuh [otomatis tidak mempunyai DNA].
3. Karena peran Maria sebagai Ibu Tuhan, maka Maria dikuduskan Allah
Anda benar ketika mengatakan, “Sesuatu yang berasal dari Allah, sudah pasti sangat kudus.” Maka Bunda Maria, yang telah dipilh oleh Allah sejak semula untuk menjadi ibu Tuhan Yesus, sudah pasti dikuduskan oleh Allah. Allah memang memakai banyak orang untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya dalam menjangkau umat manusia; tetapi harus diakui yang dipilih untuk mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus hanya seorang wanita, dan hanya satu- satunya dalam sejarah manusia, dan ia adalah Maria. Jika Allah tidak ingin melibatkan Maria dalam proses kedatangan-Nya ke dunia, dan dengan demikian Ia tidak perlu melibatkan DNA Maria, tentu saja dapat dilakukan-Nya. Namun faktanya tidak demikian. Kristus memilih untuk menjadi manusia dengan melibatkan manusia (dalam hal ini Maria, ibu-Nya), dan dengan demikian, maka Ia berkenan melibatkan partisipasi Maria dalam proses penjelmaan-Nya di dunia, dengan mengandung, melahirkan dan membesarkan-Nya. Dan ‘mengandung’ di sini termasuk juga dengan menyumbangkan sel- sel bagi pertumbuhan tubuh Yesus, dan memberikan makanan kepada-Nya di dalam rahimnya.
4. Sedih jika mendengar DNA Yesus diperoleh dari Bunda Maria?
Maka anda tidak perlu bersedih jika mendengar ada orang yang mengatakan bahwa DNA Yesus diperoleh dari DNA Maria, sebab ini sesuai dengan ajaran para Bapa Gereja. Dengan mengatakan demikian bukan berarti para Bapa Gereja menyangkal bahwa terbentuknya Yesus dalam rahim Maria adalah karena kuasa Roh Kudus. Sebab memang penjelmaan Allah Putera menjadi manusia hanya mungkin karena kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus ini juga ditunjukkan dengan mukjizat bahwa terbentuknya tubuh Yesus tadi tidak melibatkan benih laki- laki.
Maka anda juga benar ketika mengatakan, “Kita manusia ini tidak ada yang benar dan kudus jika Allah sendiri tidak menganugerahkan dan melayakkan kita menjadi benar menurut pandangan Allah“. Inilah yang dilakukan Tuhan kepada Bunda Maria: Tuhan melayakkan Maria untuk menjadi Bunda-Nya dengan menguduskan dia sejak di dalam kandungan, sehingga kita mengenal salah satu sebutan Bunda Maria sebagai Bunda yang tidak bernoda (Immaculate conception). Selanjutnya tentang hal ini, klik di sini.
5. Ajaran Bapa Gereja tidak selalu pasti benar?
Anda benar ketika mengatakan bahwa ajaran Bapa Gereja tidak selalu pasti benar, dan hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Namun ajaran Bapa Gereja yang sudah dinyatakan benar oleh Magisterium Gereja Katolik, itu sudah pasti benar, sebab Tuhan Yesus sendiri menjaminnya dengan kuasa mengajar yang tidak mungkin salah (infalibilitas), yang diberikan-Nya kepada para rasul-Nya dan kepada para penerus mereka. Hal infalibilitas ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Sedangkan apa itu Magisterium, silakan klik di sini.
Nah, hal tentang Bunda Maria sebagai Bunda Allah dan implikasinya, sudah diajarkan secara definitif oleh Magisterium Gereja Katolik, yaitu pada Konsili Efesus (431). Namun bukan berarti bahwa sebelum konsili hal ini tidak pernah diajarkan. Pada konsili Efesus, ajaran tersebut dijabarkan secara lebih rinci, untuk menanggapi ajaran sesat Nestorius yang menceraikan kedua kodrat dalam diri Yesus, sehingga akibat dari ‘perceraian’ kodrat ini maka Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu Yesus manusia, dan bukan ibu Tuhan Yesus. Hal ini kemudian dikoreksi oleh para Bapa Gereja, terutama oleh St. Cyril dari Alexandria, bahwa Maria itu sungguh Ibu Tuhan karena Anak yang dikandung dan dilahirkannya adalah sungguh- sungguh Tuhan, yaitu Tuhan Yesus.
6. Alkitab mengalami degradasi?
Anda menyangka, “Alkitab mengalami penurunan degradasi disebabkan adanya pemahaman bahwa Allah mewahyukan tidak hanya dalam bentuk tertulis melainkan juga melalui non tertulis berupa ajaran para rasul dan bapa-bapa gereja yang disebut sebagai Tradisi…” Anggapan ini keliru. Sebab Alkitab yang ada pada kita sekarang ini tidak diturunkan begitu saja dari surga dalam keadaan sudah tertulis. Alkitab sesungguhnya merupakan bagian dari Tradisi Suci yang dituliskan, artinya Alkitab itu asalnya juga dari ajaran yang lisan diterima oleh para murid dari Kristus, dan yang lisan diajarkan kembali oleh para murid kepada jemaat. Sebab pada jaman jemaat perdana ada banyak sekali kitab/ karya tulis rohani, namun pihak Magisterium Gereja Katolik, berdasarkan atas pimpinan Roh Kudus dan atas kesaksian para Bapa Gereja yang adalah penerus para rasul, menentukan kitab- kitab mana saja yang dapat dikatakan ‘diinspirasikan oleh Roh Kudus’ menjadi bagian dari Kitab Suci. Silakan membaca tentang asal usul Kitab Suci, di sini silakan klik. Baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci merupakan Sabda Tuhan dan berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan, demikian pula dengan Magisterium yang diberi kuasa mengajar oleh Tuhan Yesus sendiri. Maka ketiga pilar ini tidak terpisahkan, melainkan saling mendukung dan melengkapi. Jadi keliru-lah anggapan yang mengatakan bahwa adanya Tradisi Suci itu malah menjadikan Kitab Suci terdegradasi. Justru sebaliknya, oleh Tradisi Suci kita dapat semakin memahami Kitab Suci, karena di sanalah kita memperoleh interpretasi yang tidak mungkin salah, karena kuasa Magisterium yang menjaganya.
7. St. Yosef tidak mendapat tempat yang luar biasa seperti Maria?
Gereja Katolik juga menghormati St. Yosef/ Yusuf. Bahwa penghormatan kepadanya tidak sama persis/ setara dengan penghormatan kepada Bunda Maria, juga dapat dimengerti, karena memang penjelmaan Kristus menjadi manusia memang tidak melibatkan benih St. Yosef, sedangkan Yesus menerima segala sesuatu yang membentuk kemanusiaannya dari ibu-Nya Maria, tentu oleh kuasa Roh Kudus.
8. Kemanusiaan Yesus tidak sepenuhnya kita mengerti?
Memang secara sepenuhnya dengan pemahaman pribadi kita sendiri, kita sulit atau bahkan tidak mungkin untuk memahami Tuhan. Oleh sebab itu, kita perlu dengan rendah hati belajar untuk menerima apa yang diwahyukan oleh Allah sendiri. Wahyu Allah ini kita terima melalui Sabda-Nya secara tertulis dalam Kitab Suci, dan secara tak tertulis dalam Tradisi Suci (walaupun kemudian juga dituliskan setelah ditetapkan menjadi pengajaran Magisterium Gereja).
Justru keyakinan bahwa Kitab Suci hanyalah satu- satunya sumber Sabda Allah, malah tidak sesuai dengan ajaran yang tertulis dalam Kitab Suci sendiri, dan ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Sebagai contohnya, dari mana kita dapat mengetahui tentang siapakah yang menuliskan Injil: Injil Matius, apakah itu adalah karangan Rasul Matius, atau Injil Yohanes karangan Rasul Yohanes, dst? Jawabnya sederhana, dari kesaksian para Bapa Gereja, silakan membaca di sini, silakan klik, terutama point 1, c). Dengan demikian, seseorang sesungguhnya tidak dapat memaksakan pemahaman pribadinya sendiri akan suatu ayat/ pengajaran dalam Kitab Suci, dengan mengabaikan pengajaran dari para Bapa Gereja, yang daripadanya kita memperoleh Kitab Suci.
Sebab pemahaman kita secara pribadi akan suatu ajaran bisa salah, karena pemahaman kita terbatas. Namun pengajaran Magisterium yang telah mendapat kuasa mengajar dari Kristus sendiri (lih. Mat 16:19; 18:18) tidak mungkin sesat/ salah.
9. Yesus mempunyai saudara- saudari kandung?
Jawabnya, tidak. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Akhirnya, tidak perlu risau, saya tidak berpikiran anda menghakimi saya. Sebab apa yang saya tuliskan di sini bukan pendapat pribadi saya sendiri, melainkan pandangan yang berdasarkan atas pengajaran Magisterium Gereja Katolik. Saya percaya anda menuliskan komentar ini atas maksud tulus anda untuk semakin memahami kebenaran, dan oleh karena itulah maka saya menanggapi komentar anda. Kami di Katolisitas tidak bermaksud ‘menghabiskan energi untuk berdebat‘ seperti perkiraan anda. Komitmen kami di Katolisitas hanyalah untuk menyampaikan pengajaran Gereja Katolik yang setia dengan pengajaran Magisterium, dengan harapan agar para pembaca dapat semakin mengenal dan mengasihi iman Katolik. Adalah hak dari setiap pembaca untuk menerima atau tidak menerima akan apa yang kami sampaikan di sini. Namun yang kami usahakan di sini adalah membawa para pembaca sekalian untuk bersama- sama dengan kami semakin mendalami ajaran Kristus seperti yang diajarkan oleh para rasul dan para penerus mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shaloom Ibu Inggrid Listiati,
Terima kasih atas penjelasan Ibu dan juga komentar dari Bpk budi Darmawan Kusumo.
Menarik sekali dalam forum katolisitas ini karena dialog kita ini adalah dialog sesama saudara seiman. Saya sendiri di baptis secara khatolik sejak tahun 1975 dan mungkin demikian juga Bpk Budi Darmawan.
Saya tidak bermaksud menentang ajaran gereja khatolik tetapi saya hanya sharing pengalaman iman saya bersama Yesus.
Saya lebih fokus hanya kepada Yesus, bukan kepada pribadi yang lain sekalipun termasuk orang-orang kudus (menurut pengakuan versi manusia).
Saya hendak berbagi pengalaman sedikit untuk menyambung dialog kita sebelumnya :
Saya sangat tertarik akan pribadi seorang Pastor Belanda ketika saya masih sekolah menengah pertama … pribadi yang lemah lembut, penuh kesabaran, dan sangat sayang kepada kami anak-anak -> saya melihat Pastor tersebut serasa saya membayangkan sebagai sosok Yesus seperti dalam lukisan Yesus menggendong salah satu domba diantara sekian domba disekelilingnya.
Kenapa saya bercerita masa kecil saya di forum ini?
Saya sangat mengagumi Yesus. Banyak peristiwa dalam hidup saya sejak kecil hingga sekarang ini hampir 50 tahun usia saya saat ini, saya lalui karena jamahan kasih Yesus.
Saya selalu memanggil nama Yesus :
Ketika saya sedih dan segera Yesus menghibur hati saya dan jadi tidak sedih lagi
Ketika saya kesepian, saya mengadu kepada Yesus dan dalam hitungan detik Yesus hadir
Ketika saya sedang putus-asa, saya memanggil nama Yesus
Banyak persoalan hidup saya, hanya Yesus … ya hanya Yesus-lah yang peduli kepada saya
doa-doa yang saya panjatkan kepada Yesus … DIA selalu mendengar meskipun tidak selalu
DIA jawab tetapi mata iman saya tahu bahwa Yesus mendengar doa saya.
Seringkali dalam doa-doa saya. tidak berdasarkan doa bapa kami, doa salam maria, dan doa kemuliaan tetapi dalam berdoa : saya memakai bahasa sehari-hari dan terkadang saya panggil
nama Yesus namun banyak kali saya panggil nama BAPA.
Kalau bukan karena Yesus, hidup saya sudah hancur sejak puluhan tahun lalu …
Saya tidak mengerti kenapa saya merasa risih melihat orang-orang khatolik yang saya lihat disekitar saya; lebih mengagumi bunda Maria ketimbang sama Yesus.
Saya pernah survey, motivasi utama mereka berdoa kepada bunda Maria adalah jawaban doa bisa segera ter-realisasi daripada berdoa kepada Yesus.
Mau diakui secara terang-terang maupun didalam hati karena buktinya sebagian besar doa kepada bunda Maria buanyak yang terkabul.
Dalam perayaan ekaristi hari minggu adalah salah satu contoh betapa ungkapan syukur atas terkabulnya doa kepada bunda Maria dinyatakan sedangkan ungkapan syukur atas jawaban doa kepada Yesus, boleh dibilang hampir-hampir tidak lebih dari 10% dari total seluruh ungkapan syukur atas terkabulnya sebuah doa permohonan.
padahal kita semua tahu bahwa yang mengabulkan doa kita adalah Yesus, sedangkan bunda maria atau siapa saya orang-orang kudus lainnya (meskipun jarang disebut orang kudus lainnya selain bunda Maria???) “hanyalah perantara saja”.
Sama seperti halnya kita mendoakan teman, atau saudara kita atau orang lain hanyalah sebagai perantaraan saja.
Apalagi kalau sudah bicara soal “keperawan bunda Maria” dan sebagainya mengenai bunda Maria … dapat dijabarkan secara detail dari sejuta dokumen bapa-bapa gereja.
Dan makanya saya tidak tertarik untuk berdiskusi apalagi sampai berdebat untuk menyatakan kebenaran … Maaf saja amat sangat tidak tertarik.
Semua dokumen tersebut hanyalah sebatas pengetahuan belaka dan merupakan bagian dari sejarah perkembangan di jaman itu tetapi ada yang lebih penting bagi pertumbuhan iman saya adalah seberapa dalam kehadiran Yesus dalam hidup saya sanggup mengubah karakter saya, gaya hidup saya dan tujuan utama hidup saya?
Tradisi dan Magisterium menurut saya pribadi amat sangat membatasi hubungan pribadi kepada Yesus secara langsung sebab begitu banyak peraturan …
contoh : setiap bacaan pertama, bacaan kedua, bacaan Injil yang disampaikan dalam ekaristi
menurut yang saya tahu, TIDAK BOLEH DISEBUTKAN PASAL & AYAT. yang disebutkan hanyalah bacaan dari kitab Yesaya atau kitab lainnya.
Bukankah itu bagian dari ajaran Tradisi atau Magisterium ? maksudnya agar umat khatolik tidak salah menafsirkan isi bacaan tersebut.
Yang berhak menjelaskan arti bacaan firman itu ada pada Magisterium.
Dan masih banyak lagi …. saya malas membahasnya.
Bpk Budi kalau hanya memberi bukti bahwa gereja khatolik tidak terpecah sedangkan gereja protestan sudah banyak tercerai-berai ajarannya … Saya tidak berani sependapat dengan Bpk.
Sebab semua yang terjadi di dunia ini begitu banyak misteri Allah yang tidak sanggup kita pahami … dibalik suatu peristiwa, pasti ada maksud Tuhan yang ingin disampaikan.
Kita tidak boleh berpandangan pada salah satu sisi tetapi secara keseluruhan yang harus kita perhatikan.
Saya jadi teringat kisah berikut ini :
Ada 3 orang buta berdebat dengan sengit mempertahankan pendapat mereka bahwa seekor gajah itu bentuknya adalah seperti yang mereka yakini.
orang buta 1 mengatakan gajah itu seperti tembok karena ia pegang kakinya gajah
orang buta 2 mengatakan gajah itu seperti selang raksasa karena ia pegang belalai gajah
orang buta 3 mengatakan gajh itu seperti dau yang lebar karena ia pegang kupingnya gajah
mereka mengclaim pendapat mereka adalah suatu kebenaran ….
Bukankah kita manusia ini sering berdebat untuk sesuatu yang sia-sia seperti 3 orang buta tadi.
Kebenaran itu adalah miliknya Tuhan. Hanya TUhan-lah sumber kebenaran yang absolut.
Kebenaran yang kita claim adalah kebenaran, itu hanya bagian terkecil dari kebenaran absolut … jadi buat apa kita habiskan energi.
Yang penting adalah kita menyerahkan segala peristiwa hidup ini hanya kepada Tuhan saja.
DIA yang maha tahu dan DIA-lah sumber jawaban. Seperti halnya kenapa gereja protestan terpecah sedangkan gereja khatolik tetap bersatu. SIAPA BILANG ????
Berapa banyak jiwa yang kembali kepada Tuhan, oleh karena pengajaran dan pelayanan mereka yang dari gereja Protestan.
Berapa banyak jiwa yang tersesat dari Tuhan, oleh karena pengajaran dan pelayanan kita orang dari gereja khatolik yang kurang peduli pada amanat agung Matius 28:18-20.
Baik gereja protestan maupun gereja khatolik sejak jaman bapa-bapa gereja, terlalu sibuk menyatakan kebenaran pengajaran mereka masing-masing, sama halnya cerita tadi.
MAAF, kalau kata-kata ini tidak berkenan …
ya sudahlah, makin dibahas makin tidak enak hati saya … sebab saya sendiri juga belum termasuk orang yang benar di mata Tuhan. tetapi karena kasih karunia Tuhan maka hidup kita
bisa seperti apa adanya sekarang … semua karena anugerah.
akhir kata,
Mari kita lebih tekun dalam penghayatan karya Yesus dalam hidup kita sehingga orang lain disekitar kita merasakan kehadiran kita seperti Yesus yang hadir ditengah-tengah mereka.
Seperti contoh diatas seorang Pastor Belanda menjadi figur Yesus dimata kami anak-anak ketika itu … demikian hendaknya kita juga.
soal kebenaran … biarlah itu adalah urusan Tuhan, bukan kita manusia yang ber-hak menentukan kebenaran…
1 Yohanes 2:4
Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya
ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.
Matius 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan
dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Terimakasih.
Tuhan Yesus Memberkati
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Antonius Sandy
Saya secara pribadi merasakan kesedihan yang mendalam menyaksikan fenomena seperti ini.
Shalom Antonius Sandy,
Saya percaya anda tidak bermaksud menentang ajaran Gereja Katolik, dan untuk maksud itulah saya menanggapi kembali komentar anda. Situs ini diadakan bukan untuk berdebat, tetapi untuk semakin menggali kedalaman makna ajaran Gereja Katolik. Kalau anda sebagai orang Katolik sama sekali tidak tertarik untuk mengetahuinya, tidak apa, kami juga tidak memaksa. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa ada banyak umat Katolik yang tertarik untuk mengetahuinya.
1. Yang mengabulkan doa adalah Allah.
Saya setuju dengan anda bahwa yang mengabulkan doa- doa kita adalah Allah, dan bukan yang lain. Bunda Maria dan para kudus di surga ‘hanya’ mendukung doa- doa kita, namun yang mengabulkan doa, tetaplah Allah saja. Maka kelirulah, jika seseorang lebih mengagumi/ menghormati Bunda Maria daripada mengagumi/ menghormati Tuhan Yesus, seolah- olah mereka berdua adalah saingan. Padahal seharusnya, kita melihat Bunda Maria dalam kesatuan dengan Tuhan Yesus Puteranya, dan bukan sebagai tandingan-Nya. Jika anda belum pernah membaca kesaksian Hany, silakan anda membacanya di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik. Di sana anda akan membaca suatu kisah yang indah, bagaimana kedekatannya kepada Bunda Maria membawanya untuk lebih dekat kepada Yesus, dan bukannya sebaliknya.
Maka, memang bukan Maria dan para orang kudus itu yang berkuasa mengabulkan doa- doa kita. Namun Bunda Maria dan para kudus di surga adalah orang- orang yang telah dibenarkan oleh Tuhan di surga, dan dalam persatuan sempurna antara mereka dengan Kristus, maka kuasa doa mereka sangat besar (lih. Yak 5:16). Oleh sebab itu, tak mengherankan bahwa jika kita memohon dukungan doa dari Bunda Maria [dan para kudus], seringkali terkabul. Mengapa demikian? Walaupun sepanjang pengetahuan saya, tidak ada ajaran tertulis yang menjelaskan secara rinci alasannya, namun menurut hemat saya, setidaknya ada tiga alasan utama:
1) Allah ingin agar kita belajar rendah hati.
Karena dengan mengikutsertakan Bunda Maria [dan para kudus] maka kita semakin mengakui ketidakberdayaan dan kemiskinan kita di hadapan Allah, dan kita membutuhkan dukungan sesama anggota Gereja. Dalam keadaan ini, Tuhan berkenan mendengarkan doa- doa kita (lih. Mat 5:3).
2) Allah ingin kita belajar tentang indahnya berada di dalam persekutuan orang- orang kudus-Nya, dan bahwa Pengantaraan Yesus yang satu- satunya kepada Allah Bapa adalah Pengantaraan yang melibatkan anggota- anggota Tubuh-Nya yang lain. Dengan demikian, kita seharusnya menganggap bahwa semua ‘teman-teman Yesus’ sebagai teman- teman kita; dan Maria ibu Yesus sebagai ibu kita juga, sebab Tuhan Yesus sudah memberikannya kepada kita. (lih. Yoh 19:26-27).
3) Allah ingin agar kita belajar dari teladan hidup para kudus-Nya, terutama teladan Bunda Maria.
Maka jika kita menggali untuk mengetahui ajaran Gereja tentang Bunda Maria pertama- tama maksudnya adalah agar kita semakin dapat mengenal Bunda Maria, agar kita dapat mengasihinya sebagai ibu rohani kita. Ini kita lakukan pertama- tama karena kita mengasihi Kristus, dan ingin melaksanakan pesan terakhir-Nya sebelum Ia wafat di kayu salib, yaitu agar kita menerima Maria sebagai ibu kita, seperti yang dilakukan oleh rasul Yohanes. Bukankah demikian juga yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari? Jika kita sungguh- sungguh mengasihi seseorang, maka kita akan berusaha juga untuk mengasihi ibu bapanya, saudara- saudaranya dan teman- temannya? Maka kalau kita sungguh- sungguh mengasihi Yesus, kita juga selayaknya mengasihi ibu-Nya dan sahabat- sahabat-Nya, sebab mereka semua tergabung dalam Tubuh-Nya dan menjadi satu dengan-Nya, yang adalah Sang Kepala (Kol 1:18; Ef 5:23). Tentang hal ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Jika anda sebagai orang Katolik ingin berdoa langsung kepada Tuhan saja tanpa memohon dukungan doa dari Bunda Maria, tentu saja tidak dilarang, boleh saja, ini sudah pernah dibahas di sini silakan klik. Tetapi Gereja menganjurkan agar kita memohon dukungan doa dari Bunda Maria dan belajar dari teladan imannya, karena pertama- tama demi kebaikan kita sendiri; sebab devosi yang benar kepada Bunda Maria akan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan Yesus.
2. Lebih banyak ungkapan syukur kepada Maria daripada kepada Yesus?
Memang sayapun sering mendengar dalam intensi misa kudus, tentang syukur atas terkabulnya doa novena Tiga Salam Maria. Namun jika anda dapat menerima bahwa perantaraan Bunda Maria adalah untuk mendukung Pengantaraan Yesus kepada Allah Bapa, maka anda tidak akan merasa ‘tidak enak hati’ dengan pengumuman tersebut. Lagipula, perayaan Misa Kudus sendiri merupakan ungkapan syukur yang tertinggi kepada Allah Bapa, Putera (Kristus) dan Roh Kudus. Seluruh doa dalam Misa Kudus itu adalah ungkapan syukur kepada Allah, jadi kalau ada sepotong kalimat ungkapan syukur atas terkabulnya doa novena itu bukan untuk dipandang sebagai ‘mengganggu’ ungkapan syukur kepada Tuhan Yesus, tetapi malah untuk melipatgandakannya. Kita ikut bersama- sama bersuka cita dengan orang yang menerima pengabulan doa tersebut, dan Bunda Maria dan seluruh para kudus di surgapun bersuka cita, atas kemurahan dan belas kasih Allah yang ditujukan kepada orang yang mengungkapkan rasa syukur tersebut.
3. Dokumen Gereja hanya sebatas pengetahuan saja, sedang yang lebih penting adalah pertumbuhan iman?
Sebenarnya, jika kita mau dengan rendah hati membuka diri untuk mempelajari dokumen pengajaran Gereja, kita akan semakin kagum akan karya Roh Kudus yang selalu menyertai Gereja-Nya. Bukankah untuk bertumbuh dalam iman kepada Yesus, kita harus mengasihi Yesus? Dan bukankah kita tidak dapat sepenuhnya mengasihi Dia kalau kita tidak sungguh- sungguh mengenal Dia? Maka pengenalan dan pengetahuan akan Kristus diperlukan, agar kita sungguh- sungguh dapat mengasihi Dia. Untuk maksud inilah kita mempelajari ajaran- ajaran Gereja, karena kita percaya, Roh Kudus yang telah menjaga Gereja sehingga tetap eksis selama 2000 tahun lebih, juga akan menuntun kita untuk bertumbuh di dalam iman kita, dalam kesatuan dengan Kristus dan Gereja yang didirikan- Nya, yaitu Gereja Katolik.
4. Tradisi dan Magisterium membatasi hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus? Contoh: Bacaan Kitab Suci dalam Misa tidak boleh disebutkan pasal dan ayatnya?
Hal tidak membaca pasal dan ayat dalam Misa Kudus tidak termasuk dalam Tradisi Suci, ataupun pengajaran Magisterium. Kebiasaan itu adalah tradisi (dalam huruf kecil/ kebiasaan saja) karena penyebutan pasal dan ayat itu tidak dipandang sebagai sesuatu yang esensial. Yang lebih penting adalah apa yang diajarkan dalam perikop itu, di dalam Misa Kudus umat seharusnya mendengarkan Sabda Tuhan itu dibacakan, dan direnungkan maknanya. Oleh karena itu, seharusnya kita sudah terlebih dahulu membaca perikop tersebut di rumah, sebelum mengikuti Misa Kudus. Hal membaca dan merenungkan bacaan Misa Kudus sebelum Misa adalah salah satu langkah mempersiapkan diri sebelum mengikuti Misa Kudus. Selanjutnya tentang persiapan sebelum mengikuti Misa, klik di sini.
5. Pertobatan/ kembali kepada Tuhan lewat gereja Protestan?
Jika seseorang mengalami hal demikian, puji Tuhan. Ini membuktikan bahwa Tuhan menggunakan banyak cara untuk membawa anak- anak-Nya kembali kepada-Nya. Di Amerika, anda dapat melihat, bahwa ada banyak orang Kristen non- Katolik yang terpanggil untuk bergabung ke dalam pangkuan Gereja Katolik, dan mengalami pertumbuhan iman dan kasih kepada Tuhan Yesus di dalamnya. Silakan anda klik di EWTN, program Journey Home, silakan klik, untuk menyimak ratusan kisah kesaksian tersebut.
6. Soal kebenaran adalah urusan Tuhan bukan urusan kita?
Ini adalah pendapat anda, tetapi bukan itu yang menjadi kehendak Allah. Sebab Kitab Suci mengatakan, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Maka Allah menghendaki agar kita mencari, dengan segala akal budi dan kehendak kita, agar kita dapat mengetahui kebenaran. Secara eksplisit, Allah melalui Rasul Paulus mengatakan bahwa Ia (Allah), “menghendaki menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Tim 2:4). Oleh karena itu walaupun kebenaran adalah dari Allah, namun kita harus mencarinya dan mempelajarinya/ mengetahuinya, sebab itulah yang dikehendaki Allah.
Anda mengandaikan dengan tiga orang buta yang meraba gajah, dan menyimpulkan seolah kita tidak dapat mengetahui kebenaran itu. Namun analogi ini tidak tepat, justru karena Tuhan tidak membiarkan umatnya buta tanpa mengetahui arah dan kehendak-Nya. Ia tidak meninggalkan umat-Nya sebagai yatim piatu (Yoh 14:18). Ia memberikan kepada kita Gereja-Nya yang selalu disertai-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:20), agar kita yang mengikuti pengajarannya, tidak sesat dan binasa dikuasai alam maut (lih. Mat 16:18), sebab apa yang diajarkan oleh Gereja adalah berasal daripada-Nya.
Masalahnya sekarang ada banyak orang yang tidak mau mempelajari apa yang diajarkan oleh para Bapa Gereja, dan mengajukan pandangan/ pemahaman mereka sendiri; dan inilah yang mengganggu kesatuan Gereja dan ajarannya yang telah bertahan selama 2000 tahun lebih.
7. Yang penting bukan berseru Tuhan! Tuhan!, tetapi melakukan kehendak Allah (Mat 7:21, lih 1 Yoh 2:4)
Ya, yang ini saya sungguh setuju, dan mari kita berjuang untuk melaksanakannya.
Akhirnya, Antonius, memang benar iman adalah anugerah Tuhan, dan mari kita berusaha hidup sesuai dengan iman kita. Mari juga berdoa demi persatuan Gereja, sehingga apa yang menjadi kehendak Yesus tergenapi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Antonius Sandy,
Saya ingin mengomentari 1 hal saja ( berhubung yang lain sudah di jawab oleh Ingrid )
Tentang Tradisi Suci,
Ingatlah bahwa Alkitab itu DIAMBIL DARI TRADISI SUCI ( jadi alkitab itu BUKAN DASAR KEBENARAN, tapi KEBENARAN SAJA, justru TRADISI SUCI itu DASAR DARI SEGALA KEBENARAN ).
Coba anda bisa bayangkan gereja kristen yang bersumber pada ALKITAB saja ( SOLA SCRIPTURA ) langsung terpecah – pecah menjadi puluhan ribu denominasi gereja. Sedangkan Gereja Katolik yang bersumber pada 3 hal : ALKITAB, TRADISI SUCI & MAGISTERIUM. Tetap menjadi 1 gereja dari dulu, sekarang dan sampai kiamat.
Kita lihat mana yang berasal dari Tuhan, yang terpecah – pecah dengan pengajaran yang berbeda – beda, atau yang satu dengan pengajaran yang sama di seluruh dunia.
Jadi ALKITAB tidak dapat dipisahkan dari TRADISI SUCI dan MAGISTERIUM.
Tuhan Yesus Memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
[Dari Katolisitas: Jika kita mengatakan Tradisi Suci sebagai dasar kebenaran, itu adalah dalam kaitannya dengan Gereja, sebab Tradisi Suci terbentuk dari dan di dalam Gereja. Karena Rasul Paulus mengatakan, “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat [Gereja] dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15)]
Salam
Kesucian bunda maria memang tidak perlu dipertanyankan — tetapi yang dipertanyakan adalah ketidak berdosaan bunda maria tidak berdosa pasti suci, tetapi suci belum tentu tidak berdosa.
salam
Shalom David,
Jika anda menginterpretasikan Kitab Suci sebagaimana para Bapa Gereja menginterpretasikannya, maka anda akan mengetahui bahwa Sabda Allah sendiri mengatakan bahwa Bunda Maria adalah perempuan yang telah dipilih secara istimewa oleh Tuhan untuk menjadi ibu bagi Kristus Sang Allah Putera, dan karenanya dibebaskan dari segala dosa.
Hal ini sudah pernah dengan kami jabarkan dalam dalam artikel: Sekilas Ajaran Gereja tentang Bunda Maria, silakan klik, ataupun secara khusus tentang mengapa Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa, silakan klik.
Jika anda tertarik untuk mengetahui dasar ajaran Gereja Katolik tentang hal ini, silakan anda membaca artikel- artikel tersebut di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom semua,
Menurut saya keperawanan Bunda Maria lebih bijak jika diartikan sebagai kesucian bukan diartikan secara harafiah yg merujuk ke selaput dara semata. karena Bunda Maria memang telah dipersiapkan Allah sebagai Ibu Yesus, yg pastinya telah disucikan juga oleh Allah. Kehidupan Bunda Maria mungkin dpt di ibaratkan biarawati, dan di Al Quran pun diakui kesucian nya. Contohnya seorang gadis jika selaput dara nya sudah sobek karena pernah terjatuh dari sepeda tapi belum pernah melakukan hubungan sex dan belum menikah, apakah dpt dibilang gadis tsb sudah tidak perawan??? Terlalu picik jika mengartikan keperawanan Bunda Maria dgn selaput dara.
Shalom Adi Hermawan,
Gereja Katolik tidak pernah mengartikan keperawanan hanya dari segi fisik saja (yang berhubungan dengan selaput dara). Bunda Maria telah disucikan Allah sejak ia terbentuk dalam kandungan ibunya, dan selama hidupnya tidak berdosa. Nah keadaan tidak berdosa ini (kudus dan penuh rahmat Allah) termasuk juga adalah keperawanan fisik. Maka tidak benar jika Gereja Katolik hanya menghubungkan keperawanan Maria dengan selaput dara. Maria adalah seorang yang perawan, baik secara rohani maupun jasmani. Silakan jika anda tertarik untuk mengetahui sekilas ajaran Gereja Katolik tentang Maria, klik di sini.
Seorang gadis yang selaput daranya robek karena kecelakaan (jatuh dari sepeda), menurut pengertian dunia kedokteran memang tidak lagi perawan secara fisik, namun ia dapat tetap dikatakan perawan secara rohani, jika memang hatinya terarah kepada Tuhan dan menaati perintah- perintah Tuhan. Namun perumpamaan ini tidak untuk dijadikan perbandingan dengan Bunda Maria, terutama juga karena tidak ada ayat Kitab Suci ataupun Tradisi Suci yang menyatakan bahwa Bunda Maria mengalami kecelakaan macam ini, baik sebelum atau sesudah melahirkan Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ibu Inggrid ….
saya ingin comment mengenai Bunda Maria juga, saya merasa agama Katholik adalah agama yang paling menghormati dan bertoleransi dengan agama lain.
Yang kurang dari penjelasan di atas adalah bagaimana rasanya jika seorang wanita yang :
melahirkan tanpa suami pada awal mulanya
setelah melahirkan susah payah lalu melihat anaknya di siksa dan di bunuh dengan kejam tanpa bisa melawan dan menolong karena harus menjalani misi Nya di dunia.
Air mata seorang Bunda mengalir tiada henti dan saya merasakan pada waktu melihat film the passion, air mata seperti mata air yg mengalir. dari situ bukan hanya Tuhan Yesus yang mengambil peranan besar di dunia ini tapi ada juga peran pembantu yang mendukung kehadiran Nya.
coba para wanita rasakan ini dan pakai sebagai bahan renungan di waktu malam atau meditasi.
Hati manusia mana yang bisa menjalani ini dengan ketabahan luar biasa sampai akhir hidup Bunda Maria.
tidak usah jauh2 memakai logika pakailah perasaan dan hati nurani yang diberi Tuhan maka para Wanita akan lebih memahami mengapa Bunda Maria dianggap orang suci dan di hormati sejak dahulu kala.
Shalom Agustha,
Terima kasih atas komentar anda.
Ya, kita menghormati Maria bukan hanya karena teladan keperawanannya, namun terlebih- lebih karena kekudusan dan persatuannya yang begitu sempurna dengan Kristus. Persatuannya yang sempurna ini mengakibatkan Maria teguh berdiri di kaki salib Kristus, ketika hampir semua murid-Nya meninggalkan Dia. Dengan ketaatan yang sama ketika Ia menerima kabar gembira dari malaikat; Maria menyerahkan kembali kepada Allah Bapa, Puteranya yang dikandungnya dan dibesarkannya untuk menjadi tebusan bagi dosa umat manusia. Ketaatan imannya sampai akhir inilah yang menjadi teladan kita semua. Selanjutnya tentang sekilas ajaran Gereja tentang Bunda Maria, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Ibu Inggrid, ada yang menanyakan kepada saya demikian: apakah ajaran ini ( tentang keperawanan Maria ) membawa kepada keselamatan umat manusia?? Kalau tidak menapa mesti susah2 mengimani itu toh tidak akan ada pengaruhnya dengan keselamatan saya, sepanjang saya mengakui Yesus sebagai Juruselamat. Saya bisa mengakui Yesus sebagai juru selamat saya tanpa harus mengimani keperawanan Maria yan tidak ada kaitannya sama sekali. Bagaimana kita harus menjawab atau menanggapinya
Salam, dan trimakasih sebelumnya atas jawaban Ibu.
Dela
[Dari Katolisitas: Pertanyaan berikut digabungkan karena satu topik]
Terimakasih sekali atas jawabannya Ibu Inggrid. Sebenarnya pertanyaan ini muncul karena saya didebat oleh kawan Protestan. Dalam perkembangan sharing tersebut teman saya mengatakan dia menghormati Bunda Maria, lantas saya jawab sekirannya anda menghormati Bunda Maria mestinya anda menerima ajaran dari para Bapa Gereja yang menyatakan bahwa Bunda Maria perawan Murni hingga wafatnya. Dia kemudian menjawab demikian:
Sebenarnya, jika kita dituduh menghina Maria karena hal itu, kita juga dapat mengajukan tuduhan yang sama, bahwa menganggap Maria Perawan selamanya adalah penghinaan terhadap Maria, dan bahkan terhadap TUHAN.TUHAN telah bersusah payah melawat manusia ke dunia manusia, dengan menjadi manusia 100%, dan memulainya sebagai Bayi yang harus menembus jalan lahir dengan susah payah, bagaimana bisa ada yang mengabaikan kesusahan Bayi YESUS dalam proses lahir, termasuk harus menembus keperawanan Maria? …….
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini dan jawabannya telah ditayangkan di atas, silakan klik]
Comments are closed.