Rasul Yohanes dicatat di dalam Kitab Suci sebagai “murid yang dikasihi Yesus” (Yoh 13:23; 19:26; 20:2; 21:7,20). Kitab Suci tidak menyebutkan secara eksplisit mengapa Rasul Yohanes dikasihi oleh Tuhan Yesus, namun kita dapat melihat dengan jelas, akibat kasih Yesus itu terhadap Rasul Yohanes, yaitu bahwa ia dapat mengajarkan/ menjabarkan tentang kasih Allah itu secara mendalam. Sebab walaupun ketiga Injil lainnya (Matius, Markus, dan Lukas) juga menuliskan tentang kasih Allah, namun tema kasih Allah yang adalah Sang Kasih itu sendiri merupakan tema sentral tulisan Rasul Yohanes, baik Injil maupun surat-suratnya.

Tema kasih Allah dalam tulisan Rasul Yohanes dan tidak disebutkannya alasan eksplisit tentang mengapa Rasul Yohanes dikasihi oleh Tuhan Yesus, mengajarkan kepada kita beberapa hal:

1. Allah tidak memberi persyaratan tertentu terlebih dahulu sebelum Ia dapat mengasihi kita.

Allah mengasihi kita terlebih dahulu tanpa syarat, baru kemudian kita diundang untuk menanggapi kasih-Nya itu. Allah-lah yang pertama-tama mengambil inisiatif untuk mengasihi kita. Melalui kesaksian Rasul Yohanes, kita mengenal kasih Allah yang disebutkannya demikian, “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh 4:10)

“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1Yoh 4: 19)

2. Kasih Allah ditunjukkan dengan Allah yang mengutus Putera-Nya Yesus Kristus, agar kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan dapat beroleh kehidupan kekal.

Rasul Yohanes mengajarkan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16)

“Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah.” (1Yoh3:1)

3. Setelah menerima kasih Allah, maka seseorang dapat mengasihi Tuhan dan sesamanya dengan lebih penuh.

Hal ini juga diajarkan dalam surat Rasul Yohanes, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih…. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” (1Yoh 4:7-11)

“Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya… Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu… Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan…” (1Yoh 2:7-10)

4. Kasih kepada Tuhan dan sesama ini diwujudkan dengan melaksanakan perintah-perintah Tuhan, sebagaimana telah dicontohkan oleh Kristus.

Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yoh 15:13-14)

Rasul Yohanes mengajarkan, “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1Yoh 2:4-6)

5. Jika dunia telah menganiaya Kristus, maka dunia juga akan menganiaya kita yang mengasihi Kristus.

Kristus mengatakan, “Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yoh 15:20-21)

6. Bahwa kasih Tuhan itu akan suatu saat nanti mengubah kita menjadi serupa dengan Kristus.

Rasul Yohanes mengajarkan bahwa jika kita setia untuk tinggal di dalam Kristus maka kita akan memandang Allah, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.” (1Yoh 3:2)

7. Kasih Allah itu tidak terlepas dari keadilan-Nya.

Namun kasih Tuhan tidak terlepas dari keadilan-Nya, sebab, “Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.” (3 Yoh 1:11) Jika ‘melihat Allah dalam keadaan-Nya yang sebenarnya’ kita alami di surga, maka mereka yang tidak melihat Allah adalah mereka yang, oleh keputusannya sendiri berbuat jahat, dan kerenanya tidak masuk surga. Keadilan Allah menentukan demikian.

Maka yang perlu dilakukan oleh kita manusia adalah bertobat dan mengakui dosa kita di hadapan Allah yang setia dan adil, agar kita memperoleh pengampunan-Nya (lih. 1Yoh1:9)

Selanjutnya, Rasul Yohanes menjabarkan tentang keadilan Allah secara lebih rinci dalam Kitab Wahyu, di mana pada akhirnya kejahatan akan dikalahkan oleh Kristus.

Jika kita menghubungkan prinsip- prinsip ini dengan kehidupan Rasul Yohanes sendiri, maka kita dapat memperkirakan bahwa Rasul Yohanes telah mengalami kasih Kristus itu, dan inilah yang memampukannya untuk mengasihi Kristus, sebagaimana dituliskan dalam Injil. Rasul Yohanes mengalami bahwa Allah lebih dahulu mengasihi dia, sehingga ia terdorong untuk membalas kasih-Nya itu. Rasul Yohanes adalah sahabat Yesus di saat suka dan duka: ia mengikuti Yesus sejak awal mula, menjadi salah satu dari tiga orang murid Yesus yang terdekat. Bersama dengan Rasul Petrus dan Yakobus, Rasul Yohanes menjadi saksi kebangkitan anak perempuan Yairus (Mrk 5:27), saksi saat Transfigurasi -Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat 17:1) dan saksi penderitaan Yesus di taman Getsemani (Mat 26:37). Rasul Yohanes duduk di sisi kanan Yesus dan bersandar kepada-Nya saat Perjamuan Terakhir (lih. Yoh 13:23,25). Yohanes adalah satu-satunya Rasul yang setia menyertai Kristus sampai wafat-Nya, berdiri bersama Bunda Maria di kaki salib-Nya, dan menerima Bunda Maria sebagai ibunya sendiri sebagaimana dikehendaki oleh Kristus (lih. Yoh 19:25-27). Setelah kebangkitan Kristus, Yohanes dan Petrus adalah Rasul pertama yang bergegas ke kubur Yesus, dan percaya bahwa Kristus telah bangkit (lih Yoh 21:2-10). Ketika Yesus menampakkan diri-Nya di danau Genesaret, Rasul Yohanes adalah yang pertama dari ketujuh murid itu yang mengenali Kristus (Yoh 21:7).

Selanjutnya, setelah menerima Roh Kudus, bersama dengan Rasul Petrus, ia mengambil tempat utama dalam membimbing jemaat. Ia menyertai Rasul Petrus, saat orang lumpuh di bait Allah disembuhkan (Kis 3:1-). Bersama Petrus, ia dimasukkan penjara (lih. Kis 4:3). Ia rela menerima resiko sebagai pengikut Kristus, yang dikejar-kejar dan diasingkan di pulau Patmos, di mana ia menerima wahyu ilahi (lih. Why 1:9). Ia diasingkan di Patmos di zaman kaisar Domitian (81-96). Sebelum itu (sekitar tahun 95), menurut kesaksian Tertullian (De praescript., xxxvi), Yohanes luput dari maut saat dibuang/ dicemplungkan di dalam minyak mendidih di Porta Latina, Roma, namun ia keluar tanpa luka, dan selamat. Setelah kaisar Domitian wafat, Rasul Yohanes kembali ke Efesus dan wafat sekitar tahun 100 di usia lanjut. Melihat tahun wafatnya, dan umur rata- rata manusia pada zaman Yesus umumnya tidak panjang, maka memang dapat diperkirakan bahwa Yohanes adalah murid Yesus yang muda usianya saat mengikuti Yesus. Atas dasar ini Rasul Yohanes sering diasumsikan sebagai murid yang termuda di antara para rasul, yaitu kemungkinan sekitar 20 tahun-an- pada saat menjadi murid Yesus di tahun 30-an.

Maka mungkin jika ingin disebutkan, keistimewaan Rasul Yohanes adalah ia adalah murid Yesus yang peka terhadap kasih Allah yang dialaminya di dalam Kristus, dan ia menanggapi dengan membalas kasih itu. Hal ini kita ketahui dari begitu indahnya ia mengungkapkan kasih Tuhan melalui tulisan-tulisannya maupun di dalam kesaksian hidupnya sendiri.

Sedangkan tentang keistimewaan Injil Yohanes, menurut para Bapa Gereja adalah, bahwa Injil tersebut pertama- tama dituliskan untuk mematahkan ajaran sesat Ebion dan Cerinthus di Asia di abad pertama itu, yang menolak ke-Allahan Yesus dan keberadaan-Nya sebelum kelahiran-Nya di dunia. Alasan lainnya adalah untuk memberikan penjelasan yang melengkapi penjabaran ketiga Injil sinoptik. Maka Rasul Yohanes lebih banyak menyampaikan pengajaran Kristus, dan lebih sedikit mencatat tentang mujizat-mujizat-Nya [sebab tentang mujizat telah banyak dicatat di ketiga Injil lainnya]. Karena tujuan utamanya adalah untuk menyatakan ke-Allahan Kristus, Rasul Yohanes memulai Injilnya dengan ‘pada awal mula kekekalan dan penciptaan dunia’. Subyek dan cara penyampaiannya sangatlah tinggi/agung dan penuh misteri/ rahasia, sehingga Theodoret mengatakan bahwa Injil Yohanes mengajarkan sebuah “Teologi yang tidak dapat diresapi dan ditemukan sepenuhnya oleh pemahaman manusia semata.” Oleh karena itu Rasul Yohanes digambarkan oleh para Bapa Gereja sebagai burung elang yang terbang tinggi menembus awan, di mana mata manusia yang lemah tidak akan sanggup mengikutinya.

Lebih lanjut tentang kisah hidup Rasul Yohanes, silakan klik di link ini, dan di link ini.

8 COMMENTS

  1. Shalom Katolisitas,

    Boleh bertanya
    1. Siapakah “ibu” dalam 2Yoh 1 ?
    2. Rumah mana yg dimaksud Rasul Yohanes menerima Bunda Maria di rumahnya, apakah Yohanes punya rumah di Yerusalem?
    3. Apa artinya ayat ini: “dalam kasih tidak ada ketakutan”
    4. Mengapa bukan Rasul Yohanes yg mengganti Petrus sebagai gembala?

    Selamat untuk tampilan baru Katolisitas, biar agak berat loading tapi sungguh lebih menarik.

    Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati
    Roberts

    • Shalom Roberts,

      1. Dituliskan dalam 2Yoh 1:1 “Dari penatua kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya yang benar-benar aku kasihi. Bukan aku saja yang mengasihi kamu, tetapi juga semua orang yang telah mengenal kebenaran.” Para ahli Kitab Suci memberikan penafsiran ibu yang disebutkan di sini adalah memang seorang ibu, atau penafsiran yang lain adalah merujuk kepada Gereja setempat. Pengertian kedua ini didukung oleh 2Yoh 1:13, yang menuliskan “Salam kepada kamu dari anak-anak saudaramu yang terpilih.” Salam ini seperti menceritakan akan salam dari satu Gereja lokal kepada Gereja lokal yang lain.

      2. Yohanes bisa saja tinggal bersama dengan saudaranya, Yakobus, atau mungkin tinggal satu rumah bersama dengan orang tua mereka. Kita tidak tahu tentang hal ini. Namun, yang lebih penting ketika Yesus mengatakan kepada Yohanes “Inilah ibumu”, maka dituliskan “Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yoh 19:27). Di dalam rumahnya maksudnya bukan hanya tinggal bersama-sama dalam satu rumah, namun tinggal di dalam kehidupan rasul Yohanes. Dan secara spiritual Kristus mau agar sebagai murid yang dikasihi, kitapun mau menerima Bunda Maria di dalam rumah hati kita.

      3. Dalam 1Yoh 4:18 dituliskan “Di dalam kasih tidak ada ketakutan” Kalau kita berada di dalam kasih Allah, maka kita tidak perlu takut kepada manusia, seperti yang Yesus katakan “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat 10:28). Takut kepada Allah tidak boleh berdasarkan “servile fear“, yaitu takut terhadap hukuman. Namun, takut menyedihkan hati Allah (filiar fear) mengalir dari kasih. Filial fear inilah yang harus mendominasi hubungan antara manusia dengan Allah.

      4. Tentang mengapa Yesus memilih Petrus, kita percaya bahwa Kristus telah memilih Petrus di dalam kebijaksanaan-Nya. Setiap orang mempunyai talenta masing-masing. Kalau kita percaya bahwa rahmat menyempurnakan kodrat, maka rahmat Kristus memampukan talenta Petrus bertumbuh untuk dapat mengemban tugas menjadi seorang pemimpin seluruh umat Allah. Rasul Yohanes dan para rasul juga dipilih menjadi gembala, atau menjadi para uskup (lih. Yoh 20:21-23). Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. syalom..Romo Wanta..
    saya ingin bertannya sedikit tentang Kristologi Yohanes..
    ini mengenai Yoh. 13 : 1 – 20 “Pembasuhan Kaki”
    Dalam kutipan ini, yang membingungkan saya itu, “siapa Yesus Menurut Yohanes”? Kemudian, ini menyangkut Eklesiologi, Gereja macam apa yang hendak dijelaskan oleh Yohanes sesuai dengan teks KS di atas??

    • Shalom Fr. Christ,

      Sambil menunggu jawaban Rm. Wanta, maka saya ingin memberikan uraian singkat tentang Yoh 13:1-20 (Pembasuhan kaki) dalam hubungannya dengan pribadi Yesus dan ekklesiologi. Karena mungkin pertanyaan tersebut adalah untuk tugas dalam seminari, maka saya tidak dapat menjawab terlalu detil. Secara prinsip, Yesus yang ingin ditampilkan oleh rasul Yohanes adalah Yesus yang sungguh Mesias dan Anak Allah (lih. Yoh 20:31), yang memang datang ke dunia untuk melayani (lih. Mat 20:28). Dan semangat pelayanan yang dilakukan oleh Yesus inilah yang ditunjukkan dalam kisah pencucian kaki para murid, sehingga para murid juga dapat melakukan hal yang sama seperti yang Yesus lakukan (lih. Yoh 13:14-15). Kalau Yesus mendirikan Gereja, maka Gereja juga harus mempunyai semangat yang sama seperti Yesus, yaitu Gereja harus mempunyai semangat pelayanan. Semangat pelayanan ini dapat dihubungkan juga dengan semangat Ekaristi, yaitu persatuan kita dengan Kristus dapat memampukan seluruh umat beriman untuk melayani sesama dan berpihak kepada orang yang miskin dan tersisih – yang merupakan salah satu buah-buah Ekaristi. Dan kita dapat juga menghubungkan hal ini dengan Bunda Maria, yang setelah menerima kabar gembira membawa Yesus kepada Elizabet, saudaranya. Semoga uraian singkat ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  3. Terima kasih untuk jawabannya Bu,

    Semoga seperti teladan Santo Yohanes, kita semua semakin peka terhadap kasih Allah dan bersedia menanggapi-Nya dengan membalas kasih itu, dalam kesaksian hidup sehari-hari.

    Provisiat untuk tampilan baru websites katolisitas.org ini. Jadi tampak lebih rapi, lega, sederhana namun anggun. Semoga websites ini semakin dikenal dan semakin mampu mewartakan kasih Kristus.

    Salam damai
    -adven-

  4. Shalom Ibu Ingrid,

    Sudah lama saya ingin lebih dekat dengan Santo Yohanes Rasul ini, saya ada banyak pertanyaan tentang Beliau, Ibu:

    1. Apa keutamaan dari Santo Yohanes Rasul sehingga Beliau menjadi murid yg dikasih Yesus?
    2. Apakah Santo Yohanes Rasul merupakan murid yg termuda dari antara para rasul?
    3. Mengapa Santo Yohanes dan Yakobus dijuluki Yesus sebagai “Boanerges” (anak-anak guntur)?
    4. Setelah Yesus menyerahkan Bunda Maria pada Yohanes Rasul sebagai Ibunya, apakah Bunda Maria mengikuti perjalanan Yohanes Rasul dalam mewartakan injil?
    5. Jika membaca Injil Yohanes, nampak sekali kepandaian dan kebijaksanaan Beliau, padahal Yohanes Rasul adalah nelayan, darimana semua kebijakan itu berasal? Apakah semejak turunnya Roh Kudus dalam peristiwa Pantekosta? Adakah pengaruh dari filsafat Yunani yang “mungkin” Beliau pelajari sewaktu di Pulau Patmos?
    6. Apakah Kitab Wahyu ditulis oleh Yohanes Rasul? Jika Ya, Apakah ditulisnya sesudah menulis Injil atau sebelumnya?
    7. Bagaimana sebaiknya umat Katolik mengintrepetrasikan Kitab Wahyu? Apakah itu nubuat tentang hari kiamat (yg memang menantang untuk mengutak-atik angka dan simbol untuk menebak kapan kiamat datang) atau itu wahyu pribadi Yohanes untuk memperingatkan umat kala itu (dan sekarang) agar senantiasa bertahan dalam kesusahan dan tetap mempertahankan iman akan Yesus Kristus, karena dalam iman akan ada kebahagiaan dan keselamatan kekal?

    Maaf pertanyaan saya begitu banyak Ibu, saya tidak tergesa menunggu jawaban.

    Salam dalam kasih Kristus
    -Adven Sarbani-

    • Shalom Adven,

      1. Apakah keutamaan Rasul Yohanes sehingga dikasihi Yesus?

      Tentang keutamaan Rasul Yohanes, klik di sini.

      2. Apakah Rasul Yohanes merupakan murid termuda dari antara para rasul?

      Rasul Yohanes diasingkan di pulau Patmos di zaman kaisar Domitian (81-96). Setelah kaisar Domitian wafat, Rasul Yohanes kembali ke Efesus dan wafat sekitar tahun 100 di umur yang lanjut. Sementara itu, para rasul yang lain telah wafat. Dengan melihat tahun wafatnya, dan umur rata- rata manusia pada zaman Yesus umumnya tidak panjang, maka para ahli Kitab Suci memperkirakan bahwa Yohanes adalah murid Yesus yang muda usianya saat mengikuti Yesus. Atas dasar ini Rasul Yohanes sering diasumsikan sebagai murid yang termuda di antara para rasul, kemungkinan sekitar 20 tahun-an (atau bahkan kurang)- pada saat menjadi murid Yesus di tahun 30-an.

      3. Mengapa Rasul Yohanes dan Yakobus disebut sebagai “anak-anak guruh”? (Mrk 3:17)

      Rasul Yohanes dan Yakobus disebut demikian kemungkinan karena mereka berdua pernah meminta izin kepada Yesus untuk menurunkan api dari langit (Luk 9:54) untuk membinasakan suatu desa di Samaria yang menolak Yesus dan para murid-Nya yang mau melintasi desa itu dalam perjalanan ke Yerusalem.

      4. Setelah diserahkan kepada Yohanes, apakah Bunda Maria mengikuti perjalanan Rasul Yohanes dalam mewartakan Injil?

      Tradisi tidak menyatakan secara definitif tentang hal ini. Kitab Suci memang mengatakan bahwa sejak Kristus memasrahkan Bunda Maria kepada Rasul Yohanes, maka Yohanes menerima Bunda Maria di rumahnya (lih Yoh 19:27), yang mengindikasikan bahwa sejak saat itu, Bunda Maria tinggal bersama dengan Rasul Yohanes. Selanjutnya, salah satu tradisi mengatakan bahwa setelah Bunda Maria wafat dan diangkat ke surga, Rasul Yohanes pergi ke Asia kecil dan hidup di Efesus, untuk mewartakan Injil. St. Irenaeus mengatakan, bahwa Rasul Yohanes baru menetap di Efesus setelah kematian St. Petrus dan Paulus (sekitar tahun 64-67). Ini memang tidak menutup kemungkinan bahwa sejak Pentakosta, memang para rasul pergi ke seluruh dunia mewartakan Injil, walau sempat berkumpul bersama di Konsili Yerusalem pada tahun 50/51. Dengan demikian, memang tetap dapat terjadi seperti yang dinyatakan oleh tulisan-tulisan apokrif tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga, bahwa di akhir hidupnya Bunda Maria berada di Betlehem, dan sementara itu Rasul Yohanes berada di Efesus, namun kemudian dengan sekejap dibawa oleh Roh Kudus ke Betlehem untuk menyaksikan peristiwa pengangkatan Bunda Maria tersebut. Kisahnya sekilas dapat dibaca di sini, silakan klik.

      5. Darimanakah kebijaksanaan Rasul Yohanes?

      Sebagaimana terjadi pada semua rasul lainnya yang juga adalah nelayan (kecuali Matius yang sebelumnya adalah pemungut cukai dan Paulus yang sebelumnya adalah ahli Farisi), maka kebijaksanan para rasul diperoleh dari Roh Kudus yang secara khusus dicurahkan pada saat Pentakota, dan yang kemudian terus membimbing para rasul, dan sampai sekarang terus membimbing Gereja.

      Bagi Allah tidak ada yang mustahil, dan memang sudah menjadi cara kerja Allah untuk berkarya melalui orang- orang yang kecil, lemah dan sederhana untuk membuat malu mereka yang kuat dan bijaksana menurut ukuran dunia (lih.1Kor 1:27-29).

      6. Apakah Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes? Kapan dituliskan?

      Ya. St. Papias di awal abad kedua dan St. Yustinus Martir menghubungkan kitab Wahyu dengan Rasul Yohanes sebagai penulisnya. Kesaksian ini juga didukung oleh Melito dari Sardis dan St. Klemens dari Aleksandria (dari Gereja Timur), St. Irenaeus dan Tertullian (dari Gereja Barat).

      Para ahli Kitab Suci ada yang memperkirakan bahwa Injil Yohanes maupun Wahyu dituliskan di pulau Patmos, namun pendapat yang lebih umum adalah Kitab tersebut ditulis sekitar tahun 98, setelah Rasul Yohanes kembali ke Efesus.

      7. Bagaimanakah menginterpretasikan kitab Wahyu?

      Kitab Wahyu merupakan salah satu kitab yang cukup sulit untuk diinterpretasikan, sebab memuat berbagai simbol/ lambang. Namun secara umum, tiga bab pertama merupakan instruksi yang diberikan kepada ketujuh jemaat/ Gereja di Asia Kecil dan kepada para uskup yang memimpin mereka; ketiga bab yang terakhir menyatakan kemenangan Kristus, penghakiman dan penghargaan bagi para orang kudus-Nya di akhir zaman; sedangkan bab-bab di antaranya merupakan penjabaran yang bolak balik secara beragam.

      Silakan membaca lebih lanjut Kitab Wahyu, karangan I. Suharyo, Pr (sekarang Bapa Uskup, Keuskupan Agung Jakarta) yang dikeluarkan oleh LBI (Lembaga Biblika Indonesia), terbitan Kanisius, 1993.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati-katolisitas.org

      • Di dalam Alkitab, tidak ada ayat yang menyatakan Bunda Maria diangkat ke surga setelah wafat. Kita tidak boleh sama sekali membuat asumsi kerana ini akan menyesatkan umat Kristen.

        [dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]

Comments are closed.