Berikut ini adalah keterangan yang disarikan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard OSB., tentang Why 3:14-21:
Menurut interpretasi yang umum, yang dingin di sini artinya adalah mereka yang bersalah karena dosa-dosa berat; sedangkan yang panas adalah mereka yang bersemangat dan berkobar dalam kesalehan dan pelayanan kepada Tuhan. Maka mereka yang tidak dingin dan tidak panas, adalah mereka yang malas, lalai, enggan, sehubungan dengan mengejar kesempurnaan Kristiani, melaksanakan kebajikan, dan melakukan ketentuan yang tepat demi pelayanan kepada Tuhan. Tentang hal ini, seringkali mereka bersalah di hadapan Tuhan, mereka menyia-nyiakan rahmat Tuhan, namun mereka melihat diri mereka sendiri cukup baik dan aman, sebab mereka hidup seperti orang-orang lain pada umumnya, dan tidak bersalah karena perbuatan-perbuatan kriminal yang memalukan. Walaupun orang-orang yang ‘dingin’ dengan sendirinya adalah keadaan yang buruk, namun orang-orang dalam keadaan ini dapat lebih mudah bertobat, jika dibandingkan dengan orang-orang yang suam-suam kuku. Dalam keadaan tidak dingin dan tidak panas, seseorang semakin jauh dari pertobatan sejati, dan semakin tidak peka terhadap bahaya jatuh ke dosa-dosa lain yang lebih berat. Hatinya terbagi dua antara kepada Tuhan dan dunia. Sedangkan Tuhan menghendaki pertobatan sejati orang-orang berdosa, yang sungguh membenci masa lalu mereka, sehingga mereka dapat kembali kepada Tuhan seperti anak yang hilang, dan dengan rahmat Tuhan kemudian menjadi lebih teguh dan terus bersemangat dalam menjalani hidup Kristiani. Maka keadaan suam-suam kuku dalam kehidupan Kristiani dan dalam pelayanan kepada Tuhan dapat menjadi lebih berbahaya. Karena orang-orang yang berdosa mengalami sengat dosa, dan hati nuraninya dapat menegur mereka, tetapi orang Kristen yang suam-suam kuku hidup tanpa perasaan berdosa, tanpa rasa takut, dan tanpa mendengarkan mereka yang ingin mengingatkan mereka tentang keadaan mereka yang bahaya. St. Agustinus menyatakan bahwa kadang kala adalah baik bagi orang-orang yang sombong untuk jatuh dalam dosa, supaya mereka dapat belajar menjadi orang yang rendah hati, karena menyadari kelemahan mereka sebagai manusia. Hati nurani yang salah umumnya ada pada mereka yang suam-suam kuku, yang melayani Tuhan dengan separuh hati. Mereka memuji diri sendiri dengan mengatakan bahwa segala sesuatunya baik-baik saja dengan mereka, mereka tak begitu jahat seperti banyak orang lain. Tetapi di sini Roh Tuhan yang menembus segala kerahasiaan dan jiwa-jiwa yang malas, mengingatkan bahwa mereka ada dalam kesalahan yang berbahaya: jiwa mereka sesungguhnya berdosa, miskin, buta, telanjang, jika Tuhan tidak tinggal di dalamnya, meskipun mereka mempunyai berlimpah emas dan perak di dunia ini. Maka Tuhan memurnikan jiwa-jiwa melalui ujian dan kesulitan di dunia ini agar jiwa-jiwa memperoleh kembali kemurniannya, dan melingkupinya dengan rahmat…. Tuhan menyesah mereka yang dikasihi-Nya. Kesimpulannya adalah Tuhan mengingatkan bahwa: 1) ujian dan kesulitan adalah tanda bahwa Tuhan peduli dan memperhatikan dengan kasih kebapaan-Nya; 2) dengarlah suara Tuhan yang mengetuk pintu hati; 3) Tuhan menjanjikan kebahagiaan kekal bagi mereka yang setia kepada-Nya sampai akhir.
Mengapa Tuhan Yesus berkata, “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas?” (ay. 16) Kita mengetahui bahwa Allah sesungguhnya menghendaki agar kita panas, berkobar dalam kasih kepada-Nya. Namun demikian Yesus lebih memilih yang dingin daripada yang suam-suam kuku. Sebab orang yang dingin dan tidak suam-suam kuku, akan merasakan keadaan dinginnya, sehingga dapat merasakan kebutuhan akan panas yang sejati, tetapi dalam keadaan suam-suam kuku, seseorang merasa cukup untuk melindungi diri sendiri, dan tak merasa membutuhkan apapun.
Semoga kita semua dijauhkan dari sikap batin yang ‘suam-suam kuku’ ini. Semoga rahmat-Nya yang kita terima melalui Gereja-Nya menjadikan kita senantiasa berkobar dalam kasih kepada-Nya. Betapa doa yang lama telah dikenal dalam tradisi Gereja ini menjadi begitu indah untuk kita doakan setiap hari:
“Datanglah ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya Api Cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu, maka aku akan Kau jadikan baru dan Engkau akan membarui seluruh muka bumi …… “
Salam buat Pak Stefanus dan Ibu Ingrid.
Tertarik tentang jawaban dari pertanyaan “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas?” (ay. 16)
Jawaban : Sebab orang yang dingin dan tidak suam-suam kuku, akan merasakan keadaan dinginnya, sehingga dapat merasakan kebutuhan akan panas yang sejati, tetapi dalam keadaan suam-suam kuku, seseorang merasa cukup untuk melindungi diri sendiri, dan tak merasa membutuhkan apapun.
Pendapat saya: Arti dingin dan panas tidak mengacu kepada arti umum kata2 itu , tetapi sekedar ingin mengatakan bahwa hendaklah engkau tidak ragu2, tidak suam2 kuku, jadi memilih di luar suam-suam kuku adalah tindakan yang mantap dan itu dinyatakan dengan istilah “dingin atau panas”.
Ign.Irwan Hadi.
Shalom Irwan,
Interpretasi umum dari frasa “suam-suam kuku” adalah seperti yang kami sampaikan di atas, yaitu bahwa orang yang suam-suam kuku adalah orang yang sudah merasa puas diri dalam kehidupan rohaninya dan apa yang diperbuatnya, sehingga tidak berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik. Sejujurnya, kuncinya ada pada ayat yang ke 17: “…. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang….”
Dalam menginterpretasikan suatu ayat, kita perlu melihatnya dalam kaitannya dengan ayat-ayat yang lain, agar tidak salah mengartikan. Hal keragu-raguan lebih berkenaan dengan masalah iman, yang sering dihubungkan dengan rasa bimbang/ kurang percaya, sehingga mudah diombang-ambingkan (lih. Yak 1:6). Namun orang yang suam-suam kuku adalah orang yang justru sudah terlalu percaya diri (tidak bimbang) terhadap keadaannya sekarang: ia seolah tidak butuh apa-apa lagi, sehingga tidak menyadari bahwa sesungguhnya ia melarat, malang,…dst, singkatnya, belum berkenan di hadapan Tuhan. Orang yang suam-suam kuku memberikan hanya setengah hati untuk Tuhan, tetapi sudah merasa cukup. Dalam keadaan sedemikian, maka sulitlah baginya untuk bertobat. Dalam konteks inilah maka St. Agustinus berkata, lebih baik orang pernah mengalami kejatuhan dalam dosa, karena dengan demikian orang itu bisa berbalik dan bertobat, dan kemudian memberikan hati sepenuhnya kepada Allah.
Mari kita berdoa dan berjuang, agar kita tidak menjadi orang yang “suam-suam kuku”.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Pak Stef dan Ibu Ingrid,
Terima kasih atas artikel yg sangat berarti buat saya.
Salam,
Lukas Cung
Salam damai Kristus.
terimakasih telah menyediakan rubrik ini
saya mempunyai beberapa pertanyaan.
langsung saja ya
1.tolong penjelasan mengenai wahyu 3:16.(dari pemikiran saya apakah seorang yang panas dalam artian dia seorang penjahat haruskah dia terus seperti itu.dan seorang yang dingin dalam artian dia selalu mengikuti ajaran Kristus dan memuliakan Allah harus terus seperti itu.jangan sebaliknnya menjalani yang jahat dan yang baik maka Allah akan “memuntahkan engkau”)
2.apakah saya tidak boleh menerima komuni jika istri saya belum mengikuti agama saya.
3.karna masalah yang sedang saya hadapi anak saya belum menerima sakramen permandian(sekarang berumur 1thn 3bln.)apakah ada batasan umur seseorang untuk menerima sakramen permandian?selain syarat-syarat dari gereja untuk menerima sakramen itu.
sekian dulu pertanyaan saya.
Terimakasih.
Shalom Jhanis,
1. Penjelasan Why 3:16
Silakan membaca tanggapan kami di artikel ini, silakan klik.
2. Apakah saya tidak boleh menerima komuni jika istri saya belum mengikuti agama saya?
Sebenarnya pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu adalah, apakah Anda telah menikah secara sah menurut hukum Gereja Katolik? Sebab jika perkawinan Anda belum sah menurut hukum Gereja atau Anda menikah di luar Gereja Katolik, maka inilah yang membuat Anda tidak dapat menerima Komuni. Mengapa demikian, sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Tetapi kalau perkawinan Anda sudah sah secara Katolik, maka tidak ada yang menghalangi Anda untuk menerima Komuni kudus, meskipun setelah menikah, istri Anda tetap memilih untuk tidak Katolik.
Jika perkawinan Anda sekarang belum sah, dan Anda ingin memperbaikinya, silakan menghadap pastor paroki, untuk melakukan Konvalidasi perkawinan. Silakan klik di sini untuk mengetahui apakah itu Konvalidasi perkawinan.
3. Tentang Pembaptisan Anak
Namun demikian, sekalipun perkawinan orang tua bermasalah, semestinya itu tidak menghalangi Pembaptisan anak yang lahir dari perkawinan tersebut. Yang penting adalah dipenuhinya persyaratannya. Silakan membaca terlebih dahulu di artikel ini, silakan klik. Silakan menghubungi pastor paroki Anda untuk mengurusnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.