Apa yang dimaksud dengan Tempat Penantian?
Banyak orang bingung, ketika dikatakan bahwa Kristus yang sungguh Allah dan sungguh manusia, ternyata benar-benar wafat. Namun, kalau kita mengerti apa yang dimaksud dengan ‘wafat’, maka kita akan dapat memahami misteri ini. Yang dimaksud dengan wafat adalah keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Jadi, ketika kita mengatakan bahwa Kristus – yang walaupun mempunyai kodrat Allah, namun mempunyai tubuh dan jiwa sebagai akibat dari kodrat manusia-Nya – wafat, maka yang terjadi adalah tubuh-Nya terpisah dengan jiwa-Nya. Hal ini sama seperti ketika manusia wafat, maka jiwanya akan terpisah dengan tubuhnya. Namun, karena Kristus mempunyai kodrat manusia dan kodrat Allah, yang terikat dalam kesatuan yang tak terpisahkan (hypostatic union), maka ke-Allahan-Nya tidak pernah meninggalkan tubuh-Nya yang ‘tertidur’ di makam, sebagaimana ke-Allahan-Nya tidak beranjak dari jiwa-Nya. Pertanyaannya, apakah yang terjadi dengan jiwa Kristus? Kredo menuliskan “Kristus turun ke tempat penantian” atau dalam bahasa Inggris dituliskan, “He descended into hell”.
“Hell” di sini tidak dapat diartikan sebagai neraka – dalam pengertian penghukuman untuk selamanya bagi para terhukum -, namun harus diartikan dalam pengertian yang lebih luas. Kredo dalam Bahasa Indonesia telah menggunakan istilah “Tempat Penantian”. Penggunaan kata hell adalah sama seperti penggunaan kata Sheol [Ibrani] atau Infernus [Latin] atau hades [Yunani] di dalam Perjanjian Lama. Dalam Kitab Kejadian dituliskan, ketika Yakub mengira anaknya telah mati, maka dia berkata, “Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke dalam dunia orang mati [Sheol]!” (Kej 37:35; bdk. Kej 42:38). Katekismus Gereja Katolik menjabarkannya sebagai berikut:
KGK 633 Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya “neraka”, “sheol” atau “hades” (bdk. Flp 2:10; Kis 2:24; Why 1:18; Ef 4:9), karena mereka yang tertahan di sana tidak memandang Allah (bdk. Mzm 6:6; 88:11-13). Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur (bdk. Mzm 89:49; I Sam 28:19; Yeh 32:17-32). Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka semua mempunyai nasib sama. Yesus menunjukkan hal itu kepada kita dalam perumpamaan tentang Lasarus yang miskin, yang diterima (bdk. Luk 16:22-26) “dalam pangkuan Abraham”. “Jiwa orang jujur, yang menantikan Penebus dalam pangkuan Abraham, dibebaskan Kristus Tuhan waktu Ia turun ke dunia orang mati” (Catech. R. 1,6,3). Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk dari dalamnya (bdk. Sin. Roma 745: DS 587), juga tidak untuk menghapuskan neraka (bdk. DS 1011; 1077), tempat terkutuk, tetapi untuk membebaskan orang-orang benar, yang hidup sebelum Dia (bdk. Sin Toledo IV 625: DS 485; bdk juga Mat 27:52-53).
Mengapa orang-orang yang telah dibenarkan oleh Allah sebelum misteri Paskah Kristus tidak dapat langsung masuk ke dalam Sorga namun harus menanti di Tempat Penantian, atau disebut juga Limbo of the Just atau Pangkuan Abraham atau Bosom of Abraham (lih. Luk 16:19-31)? Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dosa asal, yang menyebabkan manusia tidak dapat melihat Allah muka dengan muka di dalam Kerajaan Sorga. Hubungan ini terjembatani dengan misteri Paskah Kristus. Dengan demikian, setelah misteri Paskah Kristus, maka orang-orang yang dibenarkan oleh Allah dapat masuk ke dalam Sorga, karena Kristus-lah yang membuka pintu Sorga bagi mereka.
Mengapa Kristus Turun ke Tempat Penantian?
Dalam bukunya The Aquinas Catechism,[1] St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa ada empat alasan mengapa Kristus turun ke tempat penantian. Pertama, agar Kristus dapat menanggung seluruh hukuman dosa. Akibat dari dosa adalah kematian, yaitu keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Kristus telah menebus kematian dengan wafat-Nya di kayu salib dan tubuh-Nya dimakamkan. Misi keselamatan Kristus bukanlah hanya menebus tubuh manusia, namun terutama untuk menebus jiwa manusia. Akibat dosa asal, jiwa-jiwa orang yang meninggal mulai dari manusia pertama sampai sebelum misteri Paskah terjadi, tidak dapat naik ke Sorga namun berada di tempat penantian. Untuk itulah Kristus juga datang ke tempat penantian menanggung hukuman dosa ini, seperti yang dikatakan dalam Mazmur: “ku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kau-ingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasa-Mu.” (Mzm 88:4-5) Namun ada yang membedakan antara Kristus Yesus yang turun ke tempat penantian dengan jiwa-jiwa manusia. Kristus datang ke tempat penantian sebagai seseorang yang bebas yang mau menanggung hukuman dosa manusia, sedangkan manusia lain berada di tempat penantian sebagai jiwa-jiwa yang terbelenggu.
Kedua, Kristus membawa misi kasih kepada sahabat-sahabat-Nya. Syarat menjadi sahabat Kristus adalah terikat dalam kasih. Kristus telah mengunjungi sahabat-sahabat-Nya di dunia dengan datang ke dunia. Namun, ada orang-orang yang telah wafat di dalam kasih dan iman akan kedatangan Kristus, seperti Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud, dll. yang belum dikunjungi Kristus. Kristus mengunjungi mereka dan menolong mereka dengan turun ke Tempat Penantian, seperti yang digambarkan dalam Kitab Sirakh: “Aku akan masuk ke bagian paling bawah dari bumi, dan akan melihat semua yang tertidur, dan akan memberikan pencerahan kepada semua yang berharap di dalam Tuhan” (Sir 24:25 dalam Vulg dan DRV).
Ketiga, untuk mengalahkan iblis secara total. Kalau sebelumnya kerajaan iblis diruntuhkan melalui kematian Kristus di kayu salib, maka rantai yang masih membelenggu jiwa manusia dipatahkan secara total dengan turunnya Kristus ke Tempat Penantian. Dalam Mat 12:29 dituliskan “Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu.” (Mat 12:29). Dan sungguh memang Kristus telah menguasai rumah tersebut. Interpretasi bahwa Kristus yang mematahkan kuasa neraka telah dituliskan dalam homili oleh Melito dari Sardis (meninggal tahun 190) demikian: “Akulah [Kristus] yang memporakporandakan neraka, mengikat yang kuat, dan mengambil orang-orang dan membawa mereka ke Sorga yang tinggi” [2] Dengan demikian, Kristus telah mengalahkan segalanya termasuk yang berada di tempat penantian, seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus, “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi” (Flp 2:10).
Keempat, untuk membebaskan para kudus dari neraka (Tempat Penantian). St. Thomas menuliskan bahwa sama seperti Kristus telah menderita dan wafat agar manusia dapat memperoleh kehidupan, maka Kristus turun ke Tempat Penantian agar dapat membebaskan mereka yang berada di sana. Kompendium Katekismus Gereja Katolik 125 memberikan ringkasan sebagai berikut:
“Tempat penantian ini berbeda dengan neraka terkutuk. Ini adalah situasi semua manusia, baik benar maupun jahat, yang mati sebelum Kristus. Pribadi ilahi Yesus turun kepada orang-orang benar yang menanti-nantikan Penyelamat sehingga mereka akhirnya dapat melihat Allah. Ketika Yesus memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut (Ibr 2:14) melalui kematian-Nya, Yesus membebaskan orang-orang benar yang menantikan Sang Penebus dan membuka pintu gerbang surga bagi mereka.”
Gambaran yang indah tentang misteri ini dituliskan dalam ibadah harian dalam office of the reading pada Sabtu Suci, yang sebagian teksnya juga dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 635) sebagai berikut:
“Hari ini kesenyapan besar telah terjadi di bumi, keheningan dan ketenangan yang agung. Keheningan yang agung karena Sang Raja tertidur. Bumi bergoncang dan tetap sunyi sebab Tuhan telah tertidur di dalam tubuh dan Ia telah membangkitkan semua orang yang telah tertidur sejak awal mula dunia … Ia telah pergi mencari Adam, bapa kita yang pertama, seperti mencari domba yang hilang. Sungguh ingin mengunjungi mereka yang hidup di dalam kegelapan dan di dalam bayang-bayang kematian, Ia telah pergi membebaskan dari duka cita Adam dari ikatannya dan Hawa, yang terbelenggu dengan dia- Ia yang adalah Tuhan mereka, namun juga adalah keturunan Hawa.
Tuhan pergi kepada mereka dengan membawa senjata kemenangan-Nya, salib-Nya. Ketika Adam, manusia pertama melihat Dia, ia memukul dadanya dengan takut dan berseru kepada semua: “Tuhanku bersama kalian semua.” Dan Kristus menjawab Adam: “Dan dengan rohmu”. Dan menyambut tangannya, Ia membangkitkan dia sambil berkata, “Bangunlah, kamu yang tertidur, dan bangkitlah dari kematian dan Kristus akan memberimu terang. Aku adalah Tuhan-mu, yang demi engkau telah menjadi keturunanmu, yang demi engkau dan keturunanmu kini berbicara dan memerintah dengan otoritas kepada mereka di dalam penjara: keluarlah, dan kepada mereka di dalam kegelapan: milikilah terang, dan kepada mereka yang tertidur: bangunlah.
“Aku memerintahkan kepadamu: Bangunlah, kamu yang tertidur, Aku tidak membuat engkau dipenjara di dunia bagian bawah. Bangkitlah dari kematian; Aku adalah kehidupan bagi orang mati. Bangunlah, O manusia, hasil karya tanganku, bangunlah, kamu yang dibentuk menurut gambaran-Ku. Bangunlah, mari kita pergi ….Bagi kamu, Aku Tuhanmu menjadi anakmu; untuk kamu, Aku Sang Pencipta mengambil rupa tubuhmu; menjadi seorang hamba, untuk kamu, Aku yang ada di atas langit turun ke bumi dan di bawah bumi, untuk kamu, manusia, Aku menjadi manusia tanpa bantuan, bebas dari antara orang mati, untuk kamu yang meninggalkan taman [firdaus], Aku telah diserahkan kepada orang-orang Yahudi dan disalibkan di sebuah taman.
“Lihatlah ludah di wajah-Ku, yang Kuterima karena kamu, agar dapat mengembalikan kamu kepada penghembusan ilahi yang pertama kali di saat Penciptaan. Lihatlah cambukan di pipi-Ku, yang Kuterima agar dapat membentukmu kembali dari bentukmu yang telah koyak (distorted), kembali kepada gambaranKu sendiri. Lihat cambukan di punggung-Ku, yang Kuterima agar dapat mengurai beban dosa-dosamu yang terletak di punggungmu. Lihatlah tangan-tangan-Ku yang terpaku pada pohon untuk maksud yang baik, demi kamu, yang telah menjulurkan tanganmu kepada pohon untuk maksud yang jahat.
“Aku tertidur di salib, dan sebuah pedang menembus rusuk-Ku, untuk kamu, yang tertidur di firdaus, dan melahirkan Hawa dari rusukmu. Rusuk-Ku menyembuhkan sakit rusukmu, tidur-Ku akan membebaskan kamu dari tidurmu di tempat penantian, pedang-Ku telah menahan pedang yang tertuju kepadamu. Tetapi bangunlah, mari kita pergi. Sang musuh membawamu keluar dari tanah firdaus; Aku akan mengembalikan kamu, tidak lagi di firdaus, tetapi di tahta kerajaan. Aku menahan kamu dari pohon kehidupan, yang adalah sebuah gambaran, tetapi sekarang Aku sendiri bersatu dengan kamu, Aku, yang adalah kehidupan.” (Homili tua pada hari Sabtu Agung).
Apa yang dapat kita pelajari dari Kristus yang Turun ke Tempat Penantian?
Apa kaitan antara Kristus yang turun ke Tempat Penantian dengan kehidupan kita, umat beriman? Iman kita bukanlah merupakan pengajaran yang tidak berkaitan dengan kehidupan kita, namun sungguh erat berhubungan dengan kehidupan dan perjalanan spiritualitas kita. Dengan mempercayai pokok iman ini, maka kita akan semakin diteguhkan dan pada saat yang bersamaan kita menghindari sikap yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan dan sedapat mungkin mengembangkan sikap yang semakin mendekati Tuhan. St. Thomas mengajarkan empat hal yang dapat kita pelajari dari pokok iman ini.[3]
Pertama, memperkuat pengharapan. Dengan Kristus turun ke Tempat Penantian dan membebaskan sahabat-sahabat-Nya, maka sudah semestinya dogma ini mengingatkan kita akan belas kasih Allah yang tidak pernah putus-putusnya kepada kita manusia, terutama kepada sahabat-sahabat Allah, yang terikat dalam kasih. Hal ini memberikan pengharapan kepada kita bahwa dalam penderitaan sebesar apapun dan dalam kesulitan untuk menjalankan karya kerasulan, namun selama kita mengasihi Kristus, maka pada akhirnya kita akan dibebaskan dan akan diberikan mahkota di Sorga. Kitab Sirakh 34:14 menuliskan “Barangsiapa takut akan Tuhan akan hidup, sebab harapannya tertaruh pada Dia yang menyelamatkan.”
Kedua, kita perlu ‘takut’ dan menghindari dosa presumption. Walaupun Kristus telah menderita dan turun ke tempat penantian, namun Dia tidak menolong orang-orang yang mati dalam kondisi dosa berat, yang berada di dalam neraka, yaitu keterpisahan abadi dengan Allah. Dengan kata lain, tidak ada pertolongan untuk orang-orang yang meninggal dalam kondisi dosa berat. Kita mengingat apa yang dikatakan dalam Mat 25:46, “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” Jadi, sudah seharusnya kita menghindari dosa berat dan tidak mengasumsikan bahwa Tuhan akan mengerti dan memaklumi dosa-dosa kita. Kita jangan melupakan bahwa Tuhan, selain maha kasih (1Yoh 4:8), Dia juga adalah maha adil (2Tes 1:6). Mazmur 116:5 merangkumnya menjadi “Tuhan adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.”
Ketiga, untuk mengingatkan kita. Turunnya Kristus ke Tempat Penantian, seharusnya menjadi peringatan bagi kita. St. Thomas mengutip nabi Yesaya “Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku” (Yes 38:10). Orang yang sering ‘mengunjungi neraka’ selama hidupnya, justru tidak akan sampai jatuh ke neraka, karena pemikiran ini akan menghindarkannya dari dosa.
Keempat, agar kita mengikuti teladan kasih Kristus. Kristus telah memberikan teladan dengan turun ke Tempat Penantian untuk membebaskan sahabat-sahabat-Nya. Meniru teladan Kristus, sudah selayaknya kita juga turun ke ‘Tempat Penyucian” atau Purgatorium dengan doa-doa kita. Kita dapat membantu mereka dengan dengan doa-doa kita terutama dalam Ekaristi, berderma dan berpuasa. (lih. Tob 12:8-9)
Kristus yang sungguh bangkit
Gereja Katolik senantiasa mengimani bahwa kebangkitan Kristus adalah sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah manusia. Katekismus Gereja Katolik (KGK 639-643) menyatakannya demikian:
1. Kebangkitan Kristus adalah hal yang sungguh terjadi secara historis.
KGK 639 Misteri kebangkitan Kristus adalah satu kejadian yang sesungguhnya, yang menurut kesaksian Perjanjian Baru menyatakan diri secara historis. Malahan Santo Paulus telah menulis kepada umat di Korintus sekitar tahun 56: “Yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Kor 15:3-4). Rasul Paulus berbicara di sini tentang tradisi yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah pertobatannya di depan pintu gerbang Damaskus (bdk. Kis 9:3-18).
2. Kubur kosong menandai Kristus yang bangkit
KGK 640 “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit” (Luk 24:5-6). Unsur pertama yang kita hadapi dalam rangka kejadian Paskah ialah makam kosong. Ini tidak langsung dengan sendirinya menjadi bukti tentang kebangkitan. Bahwa jenazah Yesus tidak ada lagi dalam makam, dapat dijelaskan juga dengan cara lain (bdk. Yoh 20:13; Mat 28:11-15). Walaupun demikian, makam kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting untuk semua orang. Penemuannya oleh para murid adalah langkah pertama menuju pengertian bahwa Yesus benar-benar telah bangkit. Ini merupakan alasan, pertama bagi wanita-wanita saleh (bdk. Luk 24:3.22-23) dan kemudian bagi Petrus (bdk. Luk 24:12). Murid “yang dikasihi Yesus” (Yoh 20:2) berkata, ketika ia masuk ke dalam makam kosong itu dan melihat “kain kafan terletak di tanah” (Yoh 20:6), maka ia “melihat dan percaya” (Yoh 20:8). Itu mengandaikan bahwa keadaan makam kosong itu (bdk. Yoh 20:5-7) telah meyakinkan dia, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh manusia, dan bahwa Yesus tidak kembali lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti Lasarus (bdk. Yoh 11:44).
3. Penampakan Kristus menunjukkan kebangkitan-Nya
KGK 641 Orang-orang pertama yang bertemu dengan Kristus yang telah bangkit (bdk. Mat 28:9-10; Yoh 20:11-18) adalah Maria dari Magdala dan wanita-wanita saleh, yang datang ke makam untuk meminyaki jenazah Yesus (bdk. Mrk 16:1; Luk 24:1), yang dengan tergesa-gesa (bdk. Yoh 19:31.42) dimakamkan pada hari Jumat Agung malam, karena hari Sabat sudah tiba. Dengan demikian, malahan untuk para Rasul (bdk. Luk 24:9-10), para wanita itu merupakan orang-orang pertama pembawa berita mengenai kebangkitan Kristus. Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada para Rasul, lebih dahulu kepada Petrus, lalu kepada kedua belas murid-Nya (bdk. 1 Kor 15:5). Petrus, yang sudah mendapat tugas untuk menguatkan iman saudara-saudaranya (bdk. Luk 22:31-32), dengan demikian melihat “Yang telah bangkit” itu sebelum mereka yang lain, dan berdasarkan kesaksiannya persekutuan itu mengatakan, “sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan Diri kepada Simon” (Luk 24:34).
4. Wafat dan kebangkitan Yesus menjadi inti pewartaan para rasul dan murid Kristus.
KGK 642 Segala sesuatu yang terjadi pada hari-hari Paskah ini, menjadikan para Rasul – dan paling khusus Petrus – pelayan pembangunan era baru, yang merekah pada hari Paskah pagi. Sebagai saksi-saksi dari Yang telah bangkit, mereka merupakan landasan Gereja-Nya. Iman umat pertama berdasarkan kesaksian manusia-manusia konkrit yang dikenal oleh orang-orang Kristen, dan kebanyakan dari mereka masih hidup di tengah-tengah mereka. Saksi-saksi kebangkitan Kristus ini (bdk. Kis 1:22) adalah terutama Petrus dan kedua belas murid, tetapi bukan hanya mereka: Paulus berbicara dengan jelas mengenai lebih dari lima ratus orang, kepada siapa Yesus menampakkan Diri sekaligus; Ia juga menampakkan Diri kepada Yakobus dan semua Rasul (bdk. 1 Kor 15:4-8).
KGK 643. Mengingat kesaksian-kesaksian ini, tidak mungkin menafsirkan kebangkitan sebagai sesuatu yang tidak termasuk tata fisik, dan tidak mengakuinya sebagai satu kejadian sejarah. Dari kesaksian-kesaksian itu, nyatalah bahwa iman para murid harus mengalami ujian yang luar biasa beratnya, yakni kesengsaraan dan penyaliban Gurunya, yang sudah Ia ramalkan (bdk. Luk 22:31-32). Para murid (setidak-tidaknya beberapa dari mereka) sekian digoncangkan oleh kesengsaraan itu, sehingga mereka tidak dengan begitu saja mempercayai berita mengenai kebangkitan. Injil-injil sama sekali tidak menunjukkan kepada kita satu umat dalam ekstase mistik, tetapi murid-murid yang terpukul (“dengan muka muram” Luk 24:17) dan terkejut (bdk. Yoh 20:19). Karena itu mereka tidak percaya kepada wanita-wanita saleh, yang kembali dari makam, dan menganggapnya “seakan-akan omong kosong” (Luk 24:11; bdk. Mrk 16:11.13). Ketika Yesus pada hari Paskah malam memperlihatkan Diri kepada kesebelas murid, “Ia mencela ketidak-percayaan dan kedegilan hati mereka, karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya” (Mrk 16:14).
Dari pernyataan di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa: (1) Kristus memang sungguh wafat di kayu salib; (2) Setelah tiga hari, kubur-Nya kosong; (3) lalu Kristus menampakkan diri kepada para wanita, para murid, dan lebih dari lima ratus orang; (4) Kematian dan kebangkitan Kristus menjadi pewartaan para rasul.
Josephus, sejahrawan bangsa Yahudi yang hidup dari tahun 37-100, menuliskan demikian dalam bukunya Jewish Antiquities, 18.63-64: “Pada saat ini, hiduplah Yesus, seorang yang bijaksana. Karena ia adalah seorang pelaku perbuatan yang luar biasa, seorang guru dari orang-orang yang menerima kebenaran dengan senang hati. Dan ia mendapatkan pengikut baik di kalangan banyak orang Yahudi dan di antara banyak orang yang berasal dari Yunani. Dan ketika Pilatus, karena tuduhan yang dibuat oleh orang-orang terkemuka di antara kita, mengutuk dia untuk disalibkan, mereka yang telah mencintainya sebelumnya tidak berhenti mencintainya. Karena ia menampakkan diri kepada mereka pada hari ketiga, hidup lagi, sama seperti yang telah dibicarakan oleh para nabi Allah dan banyak hal-hal lain yang menakjubkan yang tak terhitung banyaknya telah dibicarakan tentang dirinya. Dan sampai hari ini suku Kristen, yang dinamai seturut namanya, tidak mati.”
Mengapa Kristus bangkit?
Setelah kita melihat dari sisi kebenaran secara historis, kini kita melihat secara khusus tentang tinjauan teologis dari kebangkitan Kristus. Dituliskan dalam Kitab Lukas “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga” (Luk 24:46) St. Thomas Aquinas dalam Summa Theology (ST III, q. 53, a. 1) menjelaskan bahwa ada lima alasan mengapa Kristus bangkit.
Pertama, untuk menyatakan keadilan Allah. Kristus yang rela taat pada kehendak Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya yang mulia
Kedua, untuk memperkuat iman kita. Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (1Kor 15:14) Dengan kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan satu kemenangan yang membawa kehidupan.
Ketiga, untuk memperkuat pengharapan. Karena Kristus membuktikan bahwa Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” (1Kor 15:12). Bersama-sama dengan Ayub, kita dapat berkata “Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” (Ayb 19:25,27).
Keempat, agar kita dapat hidup dengan baik. St. Thomas mengutip Rm 6:4, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup yang baru, yaitu hidup dalam Roh.
Kelima, untuk mentuntaskan karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitan-Nya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.” (Rm 4:25)
Seperti apakah kebangkitan Yesus?
1. Tubuh kebangkitan Kristus bukanlah seperti hantu, namun tubuh-Nya yang sama yang disiksa dan disalibkan, hanya tubuh tersebut sudah dimuliakan.
KGK 645 Yesus yang telah bangkit berhubungan langsung dengan murid-murid-Nya: Ia membiarkan diri-Nya diraba (Bdk. Luk 24:39; Yoh 20:27). dan Ia makan bersama mereka (Bdk. Luk 24:30.41-43; Yoh 21:9.13-15). Ia mengajak mereka untuk memastikan bahwa Ia bukan hantu (Bdk. Luk 24:39), sebaliknya untuk membenarkan bahwa tubuh yang baru bangkit sebagaimana Ia berdiri di depan mereka, adalah benar-benar tubuh yang sama dengan yang disiksa dan disalibkan, karena Ia masih menunjukkan bekas-bekas kesengsaraan-Nya (Bdk. Luk 24:40; Yoh 20:20.27). Tetapi tubuh yang benar dan sungguh-sungguh ini serentak pula memiliki sifat-sifat tubuh baru yang sudah dimuliakan: Yesus tidak lagi terikat pada tempat dan waktu, tetapi dapat ada sesuai dengan kehendak-Nya, di mana dan bilamana Ia kehendaki (Bdk. Mat 28:9.16-17; Luk 24:15.36; Yoh 20:14.19.26; 21:4). Kodrat manusiawi-Nya tidak dapat ditahan lagi di dunia dan sudah termasuk dunia ilahi Bapa-Nya (Bdk. Yoh 20:17). Atas dasar ini, maka Yesus yang bangkit juga bebas untuk menampakkan Diri, sesuai dengan kehendak-Nya: dalam sosok tubuh seorang tukang kebun (Bdk. Yoh 20:14-15) atau “dalam satu bentuk lain” (Mrk 16:12) dari bentuk yang sudah terbiasa untuk para murid. Dengan demikian iman mereka mau dibangkitkan (Bdk. Yoh 20:14.16; 21:4.7).
2. Kebangkitan Yesus bukan berarti kembali ke kehidupan duniawi
KGK 646 Kebangkitan Yesus bukanlah satu kedatangan kembali ke kehidupan duniawi seperti yang terjadi pada pembangkitan-pembangkitan, yang Ia lakukan sebelum Paskah: puteri Yairus, pemuda Naim, dan Lasarus. Perbuatan-perbuatan ini adalah bukti kekuasaan Yesus yang mengherankan, tetapi orang-orang yang mengalami mukjizat itu, kembali ke kehidupan duniawi. Pada waktunya mereka mati lagi. Kebangkitan Kristus memang lain sifatnya. Dalam tubuh yang bangkit Ia keluar dari keadaan mati dan beralih ke suatu kehidupan lain, di luar batas waktu dan ruang. Tubuh Kristus dipenuhi dengan kekuasaan Roh Kudus pada saat kebangkitan; dalam keadaan yang dimuliakan itu, Ia mengambil bagian dalam kehidupan ilahi, sehingga santo Paulus dapat menggambarkan Kristus sebagai “Yang surgawi” (Bdk. 1 Kor 15:35-50).
Kebangkitan Yesus adalah karya Tritunggal Mahakudus
1. Ketiga Pribadi Allah bekerja bersama: Kebangkitan terjadi karena kuasa Allah Bapa yang membangkitkan Yesus, oleh karya Roh Kudus.
KGK 648 Kebangkitan Kristus adalah masalah iman: campur tangan transenden dari Tuhan sendiri dalam ciptaan dan sejarah. Di situ ketiga Pribadi ilahi bekerja bersama-sama dan serentak juga menyatakan sifat-Nya yang khas. Peristiwa itu terjadi oleh kekuasaan Bapa, yang “membangkitkan” Kristus, Anak-Nya (Bdk. Kis 2:24) dan menerima sepenuhnya kodrat manusia-Nya – bersama dengan tubuh-Nya – dalam Tritunggal. Yesus dinyatakan secara definitif “sebagai Putra Allah menurut Roh kekudusan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa” (Rm 1:3-4). Santo Paulus menekankan wahyu kekuatan Allah (bdk. Rm 6:4; 2Kor13:4; Flp 3:10; Ef 1:19-22; Ibr 7:16) oleh karya Roh yang menghidupkan kodrat manusia Yesus yang sudah mati dan mengangkatnya ke dalam keadaan mulia, ke dalam keadaan sebagai Tuhan.
2. Sejauh menyangkut Putera: Yesus bangkit dengan kuasa ilahi-Nya sendiri
KGK 649 Sejauh menyangkut Putera, maka Ia sendiri melaksanakan kebangkitan-Nya berkat kekuasaan ilahi-Nya. Yesus memaklumkan bahwa Anak Manusia akan menderita banyak dan juga akan mati; lalu Ia akan bangkit (bdk. Mrk 8:31; 9:9-31; 10:34). Pada tempat lain Ia mengatakan dengan jelas: “Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali… Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali” (Yoh 10:17- 18). “Inilah iman kita: Yesus telah mati dan telah bangkit” (1 Tes 4:14).
3. Berkat kesatuan kodrat ilahi yang menyertai tubuh dan jiwa Kristus, saat keduanya terpisah karena kematian, maka keduanya disatukan kembali di saat kebangkitan-Nya.
KGK 650 Para bapa Gereja melihat kebangkitan itu dari sudut Pribadi Kristus yang ilahi. Pribadi ilahi ini tetap bersatu dengan jiwa-Nya dan badan-Nya, yang oleh kematian sudah dipisahkan satu dari yang lain: “Berkat kesatuan kodrat ilahi, yang tetap hadir dalam kedua bagian hakiki manusia, maka keduanya mempersatukan diri lagi. Dengan demikian kematian terjadi oleh pemisahan susunan manusiawi dan kebangkitan oleh penyatuan kedua bagian yang terpisah itu” (Gregorius dari Nisa res. 1) Bdk. juga DS 325; 359; 369; 539.
Apa arti dan nilai keselamatan dari Kebangkitan?
Katekismus Gereja Katolik (KGK 651) mengutip apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus sebagai berikut: “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:17). Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa pengajaran dan termasuk klaim bahwa Dia sungguh Allah mendapatkan bukti yang kuat. Hal ini diperkuat bahwa janji akan kebangkitan Kristus telah dinubuatkan sebelumnya. Rasul Paulus menyatakan, “Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.” (Kis 13:32-33)
Dengan kebangkitan Kristus, maka terbukalah pintu masuk menuju kehidupan baru, yaitu hidup yang dibenarkan oleh Allah atau hidup yang penuh rahmat Allah. Dikatakan dalam Rm 6:4 “Supaya seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati… demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Hidup yang baru, yaitu hidup di dalam rahmat, memungkinkan kita untuk dapat menjadi saudara Kristus dan menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus. Dan kepercayaan akan besarnya rahmat Allah ini, membuka harapan baru kepada kita, bahwa pada saatnya nanti, kitapun akan dibangkitkan bersama dengan Kristus dan kemudian hidup berbahagia untuk selama-lamanya bersama dengan Kristus dalam persatuan abadi bersama Allah Roh Kudus dan Allah Bapa.
[1] St. Thomas Aquinas, The Aquinas catechism : a simple explanation of the Catholic faith by the Church’s greatest theologian, Manchester, N.H.: Sophia Institute Press, 2000, p.47-50.
[2] Melito of Sardis, On the Pasch 102, in the Liturgy of Hours, Office of Readings for Holy Saturday.
[3] St. Thomas Aquinas, The Aquinas catechism : a simple explanation of the Catholic faith by the Church’s greatest theologian, Manchester, N.H.: Sophia Institute Press, 2000, p.50-52.
Tuhan Ampunilah Aku jika aku bertanya Kritis. sebab tujuanku baik ingin bersyukur dan Memuja-MU.
Dear Katolis
Setelah Manusia badaniah mati jiwanya akan kemana? apakah jiwanya ada di dunia tetapi dunianya berbeda ( makluk halus ) atau akan langsung di adili?. kenapa banyak orang berkunjung ke makam selalu bawa bunga untuk di taburkan? apakah para jiwa sungguh membutuhkan bunga dengan dibarengi doa?…dapatkah kita berdoa minta tolong kepada jiwa orang tua kita dan leluhur kita! apakah hal tersebut selaras dengan permohonan doa lewat para orang kudus ( sebab menurut hemat saya jika kita bisa berdoa minta tolong ke arwah santo/a berarti kita juga boleh minta tolong doa dari/kpda jiwa orang tercinta kita.
Jiwaku sungguh Memuliakan Allah. tetapi banyak ajaran agama kadang membingungkanku- I’m totally Katholik ? tapi masih banyak yg perlu saya pelajari?
Mohon Pencerahan
Shalom Thomas,
Setelah manusia meninggal, badannya akan terurai di dunia dan jiwanya akan langsung diadili dalam pengadilan khusus, dan hasil pengadilan khusus ini mempunyai 3 kemungkinan: Surga, neraka, Api Penyucian. Jadi, hanya jiwa yang akan mengalami kebahagiaan di Surga atau penderitaan selamanya di neraka atau pemurnian di Api Penyucian.
Tentang ada orang yang membawa bunga di makam bukanlah untuk kepentingan jiwa-jiwa, karena mereka tidak membutuhkan hal-hal yang bersifat material. Membawa bunga ke makam adalah bentuk kasih dan penghormatan dari orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang telah meninggal. Kita dapat saja mohon doa kepada orang-orang meninggal yang sungguh mengasihi Tuhan, namun, kita tidak pernah tahu apakah jiwa-jiwa tersebut di Api Penyucian atau Surga. Menjadi lebih baik kalau kita memohon perantaraan doa dari Bunda Maria dan para santo/santa yang pasti telah berada di Sorga. Kita tahu bahwa doa orang benar adalah sungguh besar kuasanya (lih. Yak 5:16). Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom dan Selamat Ulang Tahun Ke-5,
Sebelum saya meneruskan pertanyaan, saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan Selamat Ulang Tahun Ke-5 kepada Team Katolisitas. Terimakasih dan syukur, dengan adanya laman ini saya dapat mengenal dan mengetahui akan ertinya menjadi Katolik. Laman ini juga menjadi satu laman perkongsian komuniti di chapel kami. Sekali lagi terimakasih dan Tuhan memberkati pelayanan anda.
Kemusykilan saya, mohon maaf seandainya telah ditanyakan sebelumnya.
Tempat Penantian adalah tempat jiwa-jiwa orang benar yang telah meninggal dari dari zaman Adam sehinggalah zaman Yesus. Sebelum kebangkitan Kristus mereka menanti terlalu lama untuk memasuki Surga. Api penyucian pula adalah tempat jiwa-jiwa orang beriman yang meninggal dalam keadaan rahmat.
Tempat Penantian = Jiwa orang benar (Dari zaman Adam sehingga Zaman Yesus)
Api Penyucian = Jiwa orang beriman meninggal dalam keadaan rahmat.
Apakah maksud atau perbezaan di antara dua jiwa tersebut? Adakah orang yang meninggal sebelum Yesus cuma jiwa benar tapi tidak beriman?
Mohon penjelasan dan terimakasih.
Rita
Shalom Rita,
Tempat penantian disebutkan dalam Injil sebagai “pangkuan Abraham” sebagaimana tertulis dalam Injil Lukas 16: 19-31. Perikop itu mau menunjukkan keadaan kontras antara jiwa-jiwa orang-orang benar yang ada di pangkuan Abraham, dan jiwa-jiwa orang-orang yang jahat, yang ada di neraka, yang disebutkan sebagai suatu keadaan di mana ada nyala api, dan di mana ada jurang yang tak terseberangi antara keadaan itu dengan keadaan di pangkuan Abraham.
Penjabaran suatu perikop, kisah ataupun perumpamaan dalam Injil tidak otomatis dapat menyampaikan ajaran dengan selengkap-lengkapnya. Maka untuk dasar keberadaan adanya Api Penyucian, kita mengacu kepada ayat-ayat Kitab Suci yang lain. Silakan membaca dasar ayat-ayatnya dalam artikel, Bersyukurlah ada Api Penyucian, klik di sini.
Maka jiwa-jiwa orang yang meninggal sebelum Kristus, tetap terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Jiwa-jiwa orang benar (yang dibenarkan karena iman, dan yang hidupnya berkenan kepada Allah dan telah siap bersatu dengan Allah), yang ada di tempat penantian, menunggu sampai Kristus datang menjemput mereka setelah wafat-Nya, untuk membawa mereka bersama-sama masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sebab Kristus adalah yang sulung dari segala sesuatu (lih. Kol 1:15-20), dan yang pertama kali membuka pintu Surga bagi jiwa-jiwa orang benar. 2) Jiwa-jiwa yang masih dimurnikan dalam Api Penyucian, yaitu yang wafat dalam keadaan rahmat, namun belum sepenuhnya siap untuk bersatu dengan Allah di surga; 2) jiwa-jiwa yang ada di neraka, yang terpisah dari Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Apakah sempat terbersit di pikiran kita bahwa Yesus yang menampakkan diri kepada murid-murid dan orang2 terdekatNya sebenarnya adalah hantu?
Apakah Yesus pernah menampakkan diri pada siang hari bolong?
Dalam Lukas 24:36-49 memang pernah diceritakan mengenai Yesus yang mengijinkan tangan dan kakiNya diraba serta makan ikan goreng di depan mata murid2 Nya.Masalahnya hanya Injil Lukas yang memuat tentang hal ini sementara ketiga injil yang lainnya tidak.Dalam Injil Yohanes 20:19-23 tidak diceritakan Yesus yang makan ikan goreng untuk membuktikan bahwa Ia bukan hantu.Juga tidak diceritakan ada murid Yesus yang berani menyentuh tangan dan kakiNya.
Kesaksian dari satu injil(Lukas)saja patut diteliti lebih lanjut kebenarannya.Bandingkan bila keempat injil menuliskan bahwa Yesus makan ikan goreng,maka kebenarannya akan sangat kuat.
Bagaimana pula bila para murid sebagai narasumber berbohong kepada Lukas kalau Yesus makan ikan goreng?
Sangat disayangkan juga Tomas tidak menyentuh bekas luka pada tangan dan kaki Yesus serta sampat mencucukkan jarinya ke dalam lambung Yesus.Karena ada kemungkinan hantu melakukan “gertak sambal” belaka,padahal bila disentuh tidak berwujud,transparan,tembus.
Mohon maaf bila ada kata2 yg tidak berkenan,saya hanya ingin mencari kebenaran ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.Seperti di dalam sidang pengadilan,seorang terdakwa baru bisa dihukum bila disertai bukti2 yang kuat:barang bukti,saksi mata,motif,dll
Terima kasih atas perhatiannya
Shalom Tarsisius,
Perlu kita ketahui, bahwa segala yang tertulis dalam Kitab Suci merupakan Sabda Allah, dan karena itu merupakan penyataan yang benar. Maka walaupun hanya tertulis di satu Injil saja, itu tetap sama benarnya, dengan jika ditulis oleh keempat Injil. Hal Kristus adalah Firman Allah dan Firman itu adalah Allah, yang sudah ada sejak awal mula (lih. Yoh 1:1-2), juga ditulis hanya di Injil Yohanes. Namun pernyataan tersebut benar dan diterima Gereja sebagai salah satu dasar yang menerangkan tentang Allah Trinitas, yaitu menjelaskan Pribadi kedua dalam Trinitas: Sang Firman Allah yang adalah Allah, yang menjelma menjadi manusia (lih Yoh 1:1, 14). Maka kita tak bisa menganggap Kitab Suci seperti karya tulis manusia biasa yang dinilai akurasinya dari semakin banyaknya tulisan yang melaporkan peristiwa yang sama. Namun karena Kitab Suci ditulis atas ilham Roh Kudus, maka sekalipun ditulis hanya sekali, itu tidak mengurangi kebenaran yang disampaikan oleh-Nya, sebab Roh Kudus yang mengilhami penulisannya adalah Roh Kebenaran.
Lalu terhadap pertanyaan Anda, “Apakah Yesus pernah menampakkan diri pada siang hari bolong?” Ya, pernah. Jika kita mengacu kepada perikop Yesus menampakkan diri kepada para murid di pantai danau Tiberias (lih. Yoh 21:1-14), dikatakan bahwa Yesus menampakkan diri-Nya “ketika hari mulai siang” (lih. Yoh 21:4). Dituliskan di sana, Yesus membuat sarapan bagi murid-murid-Nya, dan mengajak mereka makan. Yesus juga mengambil roti dan ikan dan memberikannya kepada para murid-Nya. Fakta bahwa Yesus begitu nyata dan tidak seperti hantu/ bayangan, sehingga para murid tidak meragukannya. Itulah sebabnya tertulis di sana, “Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.” (Yoh 21:12). Maka walaupun tidak dikisahkan di sana kalau Yesus makan roti dan ikan, namun dituliskan di sana bahwa para murid tahu bahwa Ia adalah Tuhan Yesus. Maka kalau Anda meragukannya, itu mungkin karena Anda tidak mengalaminya, tetapi para Rasul yang mengalaminya, yakin bahwa itu Tuhan. Oleh keyakinan mereka inilah, maka para Rasul itu rela dihukum mati sebagai martir, sebagaimana pernah sekilas ditulis di sini, silakan klik. Sejujurnya, tidak ada orang waras, yang mau mati untuk sebuah kebohongan. Maka sepertinya mustahil para Rasul mau mati dibunuh demi iman mereka, kalau mereka tidak yakin bahwa Kristus yang mereka imani itu sungguh-sungguh telah bangkit, dan bahwa yang diajarkan-Nya sungguh-sungguh benar.
Maka selanjutnya, anggapan bahwa para Rasul itu berbohong bahwa Kristus telah bangkit, juga tidak masuk akal. Mengapa? Sebab biasanya orang mau berbohong, jika memperoleh keuntungan, entah karena posisi, kekuasaan ataupun karena uang. Semuanya ini tidak terjadi pada para Rasul. Mereka itu orang-orang yang tidak memperoleh keuntungan apapun secara duniawi. (Ini lain dari kisah para penjaga makam Yesus yang menerima uang suap dari Mahkamah Agama. Mereka disuap, agar berbohong dengan mengatakan bahwa jenazah Yesus dicuri oleh para murid-Nya pada saat para penjaga itu sedang tidur. Pernyataan ini sendiri absurd, sebab orang yang tidur tidak bisa mengetahui bahwa jenazah Yesus dicuri. Sebaliknya, kalau benar klaim mereka, bahwa murid-murid Yesus yang mencuri, kan artinya mereka tidak tidur, dan bahwa sudah seharusnya mereka mencegahnya, sebab mereka diberi tugas untuk itu). Nah, faktanya, para rasul tidak menerima apapun yang menguntungkan mereka. Maka lebih logis untuk percaya bahwa Kristus sungguh telah bangkit, sebagaimana diyakini oleh para Rasul itu, daripada pandangan yang sebaliknya. Para Rasul itu berpegang kepada janji Kristus akan keselamatan/ kehidupan kekal yang akan diberikan kepada mereka yang setia beriman kepada-Nya sampai akhir (Mat 10:22; 24:13; Mrk 13:13).
Akhirnya, di Injil Yohanes memang tidak dikatakan bahwa Rasul Thomas mencucukkan jarinya ke luka-luka Yesus, namun juga tidak dikatakan bahwa ia tidak mencucukkan jarinya ke luka-luka Yesus. Oleh karena itu, kita dapat melihat, bahwa beberapa lukisan tentang Rasul Thomas menggambarkan bahwa ia justru mencucukkan jarinya ke lambung Yesus itu, sehingga akhirnya ia dapat dengan yakin mengatakan, “Ya, Tuhanku dan Allahku.” (Yoh 20:28). Silakan melihat contohnya di lukisan ini, klik di sini.
Jika kita percaya bahwa Kitab Suci ditulis atas ilham Roh Kudus, maka kita tidak akan beranggapan bahwa perkataan dari Rasul Thomas ini disebabkan oleh -menurut istilah Anda- “hantu yang melakukan gertak sambal“. Memang kalau di sidang perkara dunia, saksi dapat berbohong, tetapi pengandaian ini tidak dapat diterapkan pada Kitab Suci. Sebab yang disampaikan di sana adalah Sabda Tuhan sendiri, dan Tuhan sebagai “pengarang/ penyebab” [auctor] Kitab Suci (lih. KGK 105) tidak bisa berbohong dan tidak mungkin berbohong, karena Ia adalah Tuhan. Oleh karena itu, jika kita meragukan isi Kitab Suci, itu sama dengan kita meragukan Tuhan sendiri.
Mari kita tumbuhkan penghormatan kepada Tuhan dan Sabda-Nya, sehingga kita tidak meragukan kebenaran Sabda-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Tarsisius,
Ijinkan saya sharing pendapat,
Mungkin analogi ini bisa membantu:
Ada empat suratkabar yang berbeda,yang masing-masing dari mereka sedang membahas satu orang yang sama, yaitu Anang Hermansyah.
Tiga suratkabar menulis bahwa Anang Hermansyah adalah suami dari artis Ashanty.
Dan satu suratkabar lainnya menulis,bahwa Anang adalah juri Indonesian Idol dan ayah dari dua anak hasil pernikahannya dengan Krisdayanti.
Apakah dengan berbedanya satu suratkabar, berarti kita harus mempertanyakan kebenarannya satu suratkabar tsb?
Keempat suratkabar itu menceritakan sesuatu yang benar dan justru saling melengkapi.
Coba kalo semuanya sama persis, malah kita harus curiga kan? bisa jadi keempat suratkabar itu saling sepakat satu sama lain alias kongkalikong.
Demikian juga dengan keempat Injil. Mereka justru saling melengkapi satu sama lain, dan menuliskan kebenaran.
Justru kita harus bersyukur,berarti keempat penulis Injil tidak kong kalikong satu sama lain ^_^
Mungkin pendapat saya di atas bisa sedikit membantu.
Berkah Dalem
[Dari Katolisitas: Contoh di atas menunjukkan bahwa dalam berita sekular yang dilaporkan dengan etika dan tanggungjawab yang semestinya dari pihak penulis saja, dapat menyampaikan informasi yang benar, akurat dan saling melengkapi, apalagi jika yang disampaikan itu adalah Wahyu ilahi atas inspirasi Roh Kudus, seperti yang terjadi dalam ke-empat Injil.]
Salam damai sejahtera,
Saya ingin bertanya sehubungan dengan artikel ini. Jika tempat penantian dipakai oleh jiwa orang benar yang menantikan penyelemat dari zaman adam dan hawa sampai dengan kebangkitan Yesus, lalu untuk saat ini jika orang beriman meninggal akan ditampung dimana?
Apakah akan langsung diadili? Karena yang pernah saya dengar dari pengajaran di saat sekolah, jiwa orang beriman saat meninggal tidak langsung diadili melainkan ditampung dalam tempat penantian, ada juga yang di api penyucian untuk menggenapi kekurangannya saat hidup. Jiwa-jiwa tadi disana sampai Yesus datang kedua kali untuk menghakimi dunia. Apakah hal ini benar?
Terima kasih, Tuhan memberkati
[Dari Katolisitas: Setelah manusia wafat, ia langsung diadili oleh Kristus secara pribadi, istilahnya Pengadilan Khusus. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Mohon membaca terlebih dahulu tulisan tersebut]
Salam damai,
Saya jadi paham sekarang setelah baca artikel Bapak tentang pengadilan khusus dan umum.
Dalam artikel tersebut disampvaikan bahwa setelah akhir jaman tidak ada lagi api penyucian, yang ada hanya surga dan neraka. Saya pernah dengar khotbah tentang akhir zaman. Dikatakan bahwa surga dan nerakapun akan dimusnahkan oleh Tuhan Yesus, karena setan pun sudah pernah memasukiknya (kitab ayub: saat setan menghadap Tuhan untuk meminta izin mencobai Ayub)
khotbah ini didasarkan pda kitab Wahyu (saya lupa tepatnya dikatakan tentang Yerusalem baru)
Apa benar pengajaran ini?
Terima kasih, Tuhan memberkati.
Shalom Yudi Purnomo,
Mungkin yang Anda maksud adalah sabda Yesus sendiri, yang mengatakan, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35; Mrk 13:31; Luk 21:33)/ “Heaven and earth will pass away, but my words will not pass away.” St. Hilarius dalam penjelasannya tentang ayat ini mengatakan, “Langit dan bumi, karena mereka adalah ciptaan, tidak berarti bahwa mereka itu tidak dapat berubah. Adalah mungkin bagi langit dan bumi untuk tidak ada lagi, namun perkataan Kristus yang berasal dari kekekalan , mempunyai kuasa yang tidak akan pernah berkahir (St. Hillary, In Matthew, 26).
Maka yang akan berakhir di sini adalah langit dan bumi, sedangkan “Surga” dalam arti sesungguhnya yaitu pandangan yang membahagiakan dalam kehidupan ilahi bersama Allah, tidak akan berlalu, malah itulah yang akan menjadi tujuan akhir dari kehidupan kita orang percaya. Silakan membaca di sini akan makna Surga, silakan klik, dan tentang Langit dan Bumi yang baru, silakan klik.
Sedangkan tentang kitab Ayub, apakah yang dimaksud dengan Tuhan berbicara dengan Iblis, silakan klik di sini. Dalam perikop itu tidak dikatakan bahwa Allah berbicara kepada Iblis di surga, maka kita tidak dapat mengambil kesimpulan demikian, sebab Surga sebagai tempat kediaman Allah dan para kudus-Nya yang telah sempurna bersatu dengan-Nya, bukan merupakan tempat bagi Iblis.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom P. Stefanus dan Ibu Inggrid
Minta maaf sebelumnya. Terus terang saya baru mengikuti perkembangan di katolisitas belakangan ini, jadiartikel yg dulu saya belum pernah baca, sehingga menyulitkan Bapak/Ibu.
Yang saya maksud adalah tentang Yerusalem baru setelah berakhirnya langit dan bumi lama. Ini dibahas dalamkitab Wahyu.
Setelah membaca link yng Ibu berikan saya jadi agak bingung. Sebenarnya surga itu apakah tempat atau keadaan? Jika surga merupakan keadaan berarti neraka juga demikian? Minta tolong pencerahan sedikit lagi tentang hal ini dan sekali lagi minta maaf ketidak pahaman saya.
Tapi untuk kitab Ayub saya jadi paham, bahwa pertemuan Tuhan dengan iblis tidak/bukan disurga, melainkan di hadirat/pandangan Tuhan.
Sekaligus saya minta saran baikny bagaimana saya mengikuti artikel-artikel yang Bapak/Ibu tulis agar saya tidak menanyakan hal-hal yang Bapak/Ibu telah tulis/bahas? Karena melalui katolisitas ini saya jadi tahu dan paham keimanan dan ajaran katolik yng dulu belum saya mengerti atau ketahui. Terima kasih, Tuhan memberkati.
Shalom Yudi,
Pada saatnyha nanti (setelah akhir zaman), tubuh dan jiwa bersatu. Dengan demikian, semua orang yang hidup di Sorga akan menikmati kebahagian abadi bersama Tuhan untuk selamanya dengan jiwa dan tubuh yang telah dimuliakan. Permasalahannya apakah tubuh yang telah dimuliakan membutuhkan tempat seperti tubuh kita? Yang kita tahu, tubuh yang telah dimuliakan mengatasi tempat dan waktu yang kita kenal sekarang, seperti tubuh Kristus setelah kebangkitan-Nya. Lihat diskusi ini – silakan klik. Keadaan di neraka juga tidak hanya penderitaan jiwa (poena damni) – karena terpisah dengan Allah untuk selamanya – namun juga penderitaan badan (poena sensus). Diskusi tentang kondisi di neraka dapat dilihat di tanya jawab ini – silakan klik.
Untuk mengikuti artikel-artikel di katolisitas, Anda dapat melihat di arsip – silakan klik dan kemudian memilih kategori yang Anda inginkan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shalom..:) saya mau tanya, apakah tempat penantian dan purgatorium itu sama? lalu ada di teks mana? trims..:)
[Dari Katolisitas: Tidak sama. Tempat Penantian adalah tempat menantinya jiwa-jiwa orang benar yang telah meninggal, sejak zaman Adam dan Hawa sampai dengan zaman Kristus. Tempat Penantian sering juga disebut ‘limbo of the just’ atau ‘pangkuan Abraham’. Setelah Yesus bangkit, Yesus menjemput jiwa-jiwa yang sedang menanti ini, untuk dibawa-Nya ke Surga. Sedangkan Purgatorium/ Api Penyucian adalah tempat jiwa-jiwa orang beriman yang meninggal dalam keadaan rahmat, namun masih perlu disucikan, dan Kristus akan membawa jiwa-jiwa tersebut ke dalam Surga setelah dipandang-Nya siap bersatu dengan-Nya para kudus-Nya. Silakan untuk membaca lebih lanjut di artikel ini, silakan klik]
Dear Admin,
Apakah sifat dual nature Jesus berlangsung selamanya? Berikadalil KS /Alkitabnya! Tks.
[dari katolisitas: Silakan membaca ini – silakan klik]
Shalom P. Stef dan Bu Ingrid,
Ada yang ingin sy tanyakan:
1. Kej 5:24 mengenai Henokh yang diangkat Allah. Henokh diangkat ke mana Чª? ke surga / mereka masuk ke Limbo of the Just?
2. 2 Raja-Raja 2:11 mengenai Nabi Elia yang dikatakan naik ke sorga dalam angin badai. Apakah ini berarti ada perkecualian utk orang-orang tertentu sebelum kebangkitan Kristus yang boleh langsung masuk ke surga dan tidak ke Limbo of the Just?
3. Apakah Limbo of the Just sama artinya dengan Purgatory / Api Penyucian?
Terimakasih banyak P. Stef dan Bu Ingrid..Salam sejahtera dalam Kristus utk Katolisitas dan segenap pengasuhnya..
Shalom Yenny,
1 & 2. Tentang Henokh dan Elia sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik di sini.
3. Limbo of the Just tidak sama artinya dengan Purgatory/ Api Penyucian. Istilah Limbo of the Just mengacu kepada tempat penantian dari jiwa-jiwa orang-orang benar sebelum zaman Kristus. Namun keberadaan Limbo of the Just menunjukkan bahwa ada tempat yang lain selain surga dan neraka, sebelum pintu surga dibuka oleh Kristus atas jasa pengorbanan Kristus.
Silakan untuk membaca selanjutnya dalam artikel: Bersyukurlah ada Api Penyucian!, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Pak Stef dan Bu Inggrid,
Saya ada satu pertanyaaan yang mungkin tidak terlalu penting atau mungkin justru tidak pernah terpikir oleh kebanyakan orang.
Pertanyaan saya adalah; Dimanakah Yudas Iskariot berada pada saat Tuhan Yesus turun ke tempat penantian? bukankah seharusnya berada di tempat penantian? apakah Dia bertemu dengan Tuhan Yesus atau bagaimana? karena kalau tidak salah Yudas mati dulu sebelum wafat Tuhan Yesus. Apakah ada ajaran resmi Gereja atau mungkin ada pengajaran dari Bapa Gereja mengenai hal ini?
Mohon maaf, mungkin pertanyaan saya agak “nyeleneh”, tapi saya memang ingin tahu.
Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Salam dalam kasih Kristus,
Stefan
[dari katolisitas: Silakan melihat diskusi ini – silakan klik]
shalom katolisitas.
Trimakasih saya telah dapat semakin memahami karya penyelamatan Yesus Kristus atas umat manusia lewat artikel ini. Namun bila tidak keberatan anda sudi menjelaskan tentang jumlah murid yang dikunjungi Yesus setelah kebangkitannya. Saksi-saksi kebangkitan Kristus ini (bdk. Kis 1:22) adalah terutama Petrus dan kedua belas murid, Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada para Rasul, lebih dahulu kepada Petrus, lalu kepada kedua belas murid-Nya (bdk. 1 Kor 15:5)Dari sini apakah berarti bahwa Yudas iskariot masih belum bunuh diri pada saat itu?
Shalom Frans,
St. Agustinus menjelaskan ayat 1 Kor 15:5 dalam Quæst. Evangel lib. i. qu. 117, dengan mengatakan bahwa meskipun Yudas telah bunuh diri pada saat itu, namun para rasul tetap disebut sebagai ‘The Twelve‘/ Sang Dua Belas (Rasul), sebab ‘The Twelve‘ tersebut adalah nama julukan (appellation) bagi keseluruhan korps para rasul. Seperti halnya julukan ‘Decemvirs‘ bagi kelompok sepuluh orang, walaupun hanya tujuh atau delapan orang yang hadir.
Namun demikian, terdapat besar kemungkinan bahwa Matias, yang kemudian menggantikan posisi Yudas Iskariot, juga hadir di sana, sebab dikatakan dalam Kis 1:22-23, bahwa ia ada bersama-sama dengan para Rasul, sejak baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya setuju.
sebagai contoh yang paling mudah / dekat adalah istilah “kesebelasan” dalam sepak bola. meskipun ada 2 orang yang diberi kartu merah, suatu team sepak bola tetap disebut sebagai kesebelasan “X” atau “y”
Yesus bukan Tuhan. Yesus adalah utusan Allah.
[dari katolisitas: Silakan melihat artikel ini – silakan klik]
Comments are closed.