Ada cukup banyak pembaca yang memberikan pertanyaan tentang beberapa ayat di Kitab Suci yang terlihat bertentangan satu sama lain, atau terlihat bertentangan dengan iman Kristiani. Secara bertahap, kami akan menambahkan daftar dari ayat-ayat sesuai dengan pertanyaan yang masuk.
Mrk 10:40; Mat 20:23 – Yesus tidak berhak memberikan tempat di Sorga?
Dalam Injil diceritakan bahwa ketika Yohanes dan Yakobus meminta kepada Yesus agar mereka dapat duduk di sebelah kiri dan kanan-Nya, maka Dia menjawab demikian “Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.” (Mrk 10:40; bdk Mat 20:23) Dari ayat ini, sekilas terlihat bahwa Kristus tidak mempunyai hak memberikan namun hanya Bapa saja. Oleh karena itu, Bapa lebih besar daripada Kristus.
Dalam mengartikan Kitab Suci – seperti yang dituliskan dalam Vatikan II – maka kita harus memperhatikan isi dan kesatuan Kitab Suci. Kita tahu bahwa di dalam Perjanjian Baru – dalam berbagai kesempatan dan dengan berbagai cara – Kristus telah membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan. Silakan melihat link ini – silakan klik. Jadi, bagaimana mungkin bahwa Yesus yang adalah Tuhan mengatakan bahwa “Dia tidak berhak memberikannya”? Pertama, ayat tersebut bukan untuk mempertentangkan antara Yesus dan Bapa, namun untuk mengkontraskan sikap yang diperlukan untuk mencapai Sorga – yaitu kerendahan hati – dengan sikap yang sombong yang pada saat itu ditunjukkan oleh Yakobus dan Yohanes. Kedua, kalau kita melihat Latin Vulgate dari St. Jerome, maka ada perkataan “You”, yang di dalam DRB (Douay Rheims Bible) dituliskan sebagai berikut “But to sit on my right hand or on my left is not mine to give to you, but to them for whom it is prepared.” Dengan demikian, kita dapat menginterpretasikan bahwa untuk duduk di sisi kanan dan kiri Yesus bukanlah diberikan oleh Yesus kepada kamu berdua [Yakobus dan Yohanes], karena melihat kesombonganmu pada saat ini. Tempat yang paling tinggi di dalam Kerajaan Sorga adalah milik yang ‘terendah’. Bunda Maria menuliskan “Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya” (Lk 1:48).
Mrk 1:16-18 dan Yoh 1:35-42 – Bagaimana Simon dan Andreas dipanggil Yesus?
Di dalam Mrk 1:16-18, diceritakan bagaimana Yesus memanggil Simon dan Andreas yang sedang menebarkan jalanya dan mereka kemudian meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus. Namun di dalam Yoh 1:35-42 diceritakan bahwa Andreas yang mengikuti Yesus kemudian membawa Simon kepada Yesus. Dari dua cerita ini manakah yang benar?
a. Pertama, adalah benar bahwa Yesus memanggil Simon dan Andreas untuk mengikuti Yesus, seperti yang diceritakan di dalam dua Injil tersebut. Dan hal utama inilah yang ingin disampaikan di dua Injil tersebut.
b. Dua hal yang berbeda yang terlihat bertentangan di dalam dua Injil dapat juga berarti dua hal yang terjadi secara berlainan. Sebagai contoh, mungkin Yesus telah bertemu terlebih dahulu dengan Simon dan Andreas seperti yang diceritakan di dalam Yoh 1:35-42. Dalam kesempatan tersebut Simon dan Andreas telah berbincang-bincang dengan Yesus. Dan di kemudian hari, Yesus bertemu dengan Simon dan Andreas yang sedang menerbarkan jalanya, seperti yang diceritakan di dalam Mrk 1:16-18. Dan pada kesempatan ini Yesus mengundang Simon dan Andreas untuk mengikuti Yesus, yang dijawab oleh mereka dengan segera. Dengan demikian, tidak ada yang bertentangan antara Mrk 1:16-18 dan Yoh 1:35-42
1Kor 14:34-35 – Kitab Suci tidak menghargai wanita
“34 Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. 35 Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat.” (1Kor 14:34-35)
a) Kalau ayat ini dipergunakan untuk mencoba membuktikan bahwa Alkitab tidak menghargai wanita, saya kira tidak pada tempatnya. Pengarang yang sama, yaitu Rasul Paulus mengatakan “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.” (Ef 5:33). Dan kita juga melihat ada beberapa wanita yang ikut terlibat dalam pelayanan, seperti yang disebutkan di Rm 16:1-12; Phil 4:2-3. Dan rasul Paulus juga menyebutkan kesetaraan wanita dengan pria di ayat Gal 3:27-28; 1 Kor 11:11. Dan hubungan antara wanita dan pria adalah seperti hubungan antara Gereja dan Kristus, dimana rasul Paulus mengatakan “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Eph 5:25) Inilah sebabnya, mengikuti perintah Kristus, maka Gereja Katolik memandang bahwa perkawinan adalah suatu hal yang sakral, sama seperti hubungan Gereja dan Kristus. Dan hal ini terlihat dari pernikahan Katolik yang monogami antara laki-laki dan perempuan.
b) Rasul Paulus juga tidak melarang bagi perempuan untuk berdoa dan bernubuat (lih. 1 Kor 11:5). Lalu mengapa rasul Paulus mengatakan agar wanita harus diam di 1 Kor 14:34-35? Hal ini merujuk kepada fungsi mengajar yang resmi, yang dilakukan oleh para pastor, uskup, dan Paus, yang semuanya adalah laki-laki. Namun, hal ini tidaklah mengurangi derajat wanita, kalau seorang wanita tidak dapat menjadi imam (pastor/uskup/paus), karena hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya, dimana digambarkan sebagai hubungan antara suami dan istri. Dan karena para imam bertindak dalam nama Kristus, maka sudahlah sepantasnya bahwa seorang imam adalah laki-laki, sama seperti suami adalah laki-laki. Kaum wanita tetap dapat mengambil bagian yang lain dalam membangun Gereja, yang dapat kita lihat dari begitu banyak santa dalam sejarah Gereja Katolik. Derajat kaum pria tidak berkurang walaupun tidak dapat melahirkan, karena memang bukan merupakan kodratnya untuk dapat melahirkan.
Yeh 23:20-21 – Pornografi di dalam Kitab Suci
“20 Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. 21 Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.” (Yeh 23:20-21)
a) Untuk mengerti ayat-ayat ini dengan benar, maka kita harus mengerti juga genre penulisan di Alkitab. Dalam hal ini, terlihat jelas bahwa penulisan bab 23 ini menggunakan bahasa puitis dan metaphor, seperti yang dapat kita lihat di ayat 4, yang mengatakan “Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka Aku punya dan mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan. Mengenai nama-nama mereka, Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem.” Di sini, terlihat jelas, bahwa kakak beradik ini, yang digambarkan sebagai Ohola dan Oholiba adalah menggambarkan Samaria (10 suku Israel) dan Yerusalem (2 suku Israel). Diceritakan bagaimana Ohola telah berzinah atau dalam hubungan dengan Tuhan telah berpaling pada berhala-berhala sejak dari Mesir (ay. 8) dan kepada orang-orang Asyur (ay. 5-10).
b) Dan kemudian adiknya, yaitu Oholiba juga terlibat pada penyembahan berhala, bukan hanya dengan berhala-berhala Asyur namun juga dengan berhala-berhala Babel. (ay. 11-21). Dan kemudian diceritakan bagaimana Tuhan menghukum perbuatan berhala mereka – yaitu perbuatan menduakan Tuhan (ay. 22-35). Kemudian hal ini dipertegas dengan perkataan:
“37. Sebab mereka berzinah, tangan mereka berlumuran darah dan mereka berzinah dengan menyembah berhala-berhalanya, bahkan anak-anak lelaki mereka yang dilahirkan bagi-Ku dipersembahkannya sebagai korban dalam api kepada berhala-berhalanya menjadi makanan.
38 Selain itu hal ini juga mereka lakukan terhadap Aku, mereka menajiskan tempat kudus-Ku pada hari itu dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku.
39 Dan sedang mereka menyembelih anak-anak mereka untuk berhala-berhalanya, mereka datang pada hari itu ke tempat kudus-Ku dan melanggar kekudusannya. Sungguh, inilah yang dilakukan mereka di dalam rumah-Ku.“
c) Justru dengan pemaparan yang terlihat vulgar di Yehezkiel 23 ini, maka kita dapat melihat betapa menduakan Tuhan (dengan menyembah allah-allah lain) adalah sungguh memalukan dan mendatangkan suatu hukuman yang berat. Dan nilai-nilai moral yang dikemukan adalah jelas, yaitu agar kita dapat terus setia kepada Tuhan dan tidak boleh menyembah berhala. Justru dengan membandingkan berhala dan perzinahan, maka kita dapat melihat bahwa tubuh manusia juga merupakan sesuatu yang suci, bahwa seksualitas adalah sesuatu yang suci, di mana pasangan suami istri harus melakukan hubungan seks atas dasar kasih.
Ibr 7:1-3 – Persaingan antara Yesus dan Melkisedek?
“1 Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. 2 Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. 3 Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.” (Ibr 7:1-3)
Kalau ayat tersebut dipakai untuk menyatakan adanya persaingan antara Melkisedek dan Yesus, saya pikir argumentasinya kurang kuat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kita tahu bahwa PL harus dibaca dalam terang PB. Dalam PL, imam senantiasa berasal dari suku Lewi (lih. Ul 18:1). Dan kita tahu bahwa Yesus bukan dari suku Lewi, namun dari suku Yehuda. Pertanyaannya adalah, mengapa Yesus menjadi imam agung, padahal Dia bukan dari suku Lewi? Di sinilah rasul Paulus memberikan argumentasi bahwa Yesus adalah imam agung bukan menurut suku/keturunan, namun menurut peraturan Melkisedek. (lih. Ibr 5:6) Dengan demikian, kita tidak melihat adanya persaingan antara Melkisedek dengan Yesus, namun, justru Melkisedek menjadi gambaran akan Yesus, imam yang benar dan agung, karena Dia telah mempersembahkan Diri-Nya sendiri menjadi korban abadi, korban yang sempurna (karena kematian-Nya dilandasi oleh kasih) di kayu salib, sehingga Dia dapat menjadi perantara antara manusia dan Tuhan.
Mrk 4:12 – Yesus menyembunyikan sesuatu?
“supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.” (Mrk 4:12)
a) Untuk melihat arti dari ayat ini, kita harus melihat ayat-ayat mulai dari Mk 4:3, di mana Yesus memberikan perumpamaan tentang penabur benih. Benih yang ditabur adalah sama, namun jatuh pada kondisi yang berbeda-beda, yaitu: di tanah yang berbatu-batu, di tengah semak berduri, dan di tanah yang baik. Tiga kondisi tersebut menggambarkan kondisi hati manusia, yang kemudian diterangkan di ayat Mrk 4:14-20. Pertanyaannya, mengapa Yesus mengatakan “supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.” di ayat 12?
b) Mrk 4:12 adalah merupakan kutipan dari Yes 6:9-10, yang mengatakan “9 Kemudian firman-Nya: “Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!
10 Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.“
Hal ini dipertegas dalam Mat 13:14-15, di mana Yesus berkata “14. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. 15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.“
c) Dengan demikian, kalau para pendengar tidak dapat mengerti pelajaran Yesus, bukan Yesus yang menyembunyikan sesuatu, namun, karena sebagian orang yang mendengarkan Firman Allah telah menutup hatinya dan mengeraskan hatinya, sehingga tidak akan dapat mengerti. Kita melihat, kalau Yesus berbicara dengan perumpamaan justru untuk mempermudah para pendengar untuk mengerti pesan yang ingin disampaikan, sama seperti pengkotbah jaman ini, yang memberikan begitu banyak contoh dan perumpaan, sehingga mudah ditangkap. Dan ini dibuktikan bahwa kaum Farisi juga mengerti perkataan dan perumpamaan yang diberikan oleh Yesus, sehingga dikatakan “Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. (Mat. 21:45)
Mat 17:25: Apakah Rasul Petrus berbohong?
Ketika di Kapernaum Rasul Petrus ditanya pemungut bea Bait Allah, apakah Yesus membayar bea tersebut, dan Rasul Petrus menjawab, “Memang membayar.” Apakah ia telah berbohong?
Demikianlah keterangan yang saya peroleh dari beberapa buku Catholic Commentary on Holy Scripture tentang ayat Mat 17:24-27 tersebut:
Rasul Petrus menjawab “Memang membayar /Ya” kepada pemungut bea bait Allah, karena biasanya memang Tuhan Yesus membayar semua pajak, bea dst, yang umum dikenakan kepada orang-orang, ke manapun Ia datang. Dengan demikian Yesus mengajarkan bahwa anak-anak Allah harus tunduk kepada semua hukum sipil di tempat manapun mereka hidup, dan harus membayar pajak yang dikenakan kepada mereka oleh otoritas publik; dan meskipun ada di antara pungutan pajak ini kemudian ditemukan tidak adil. Mereka tidak memberontak, sebab bukan bagian dari mereka untuk melakukan reformasi politik bangsa-bangsa, melainkan untuk mereformasi moral dunia.
Dalam perikop tersebut, Tuhan Yesus telah mengetahui kesulitan Petrus. Maka Yesus mengisahkan tentang suatu perumpamaan, justru untuk menunjukkan bahwa penarikan bea bait Allah terhadap-Nya yang adalah “Sang Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat 16:18) sebenarnya tidak pada tempatnya. Sebab umumnya pajak ditarik dari orang asing, dan bukan dari anak-anak raja itu sendiri. Nah bea bait Allah adalah tribut yang diberikan setiap orang kepada Allah (Josephus, Antiquities. 18,9,1). Sebenarnya karena Yesus adalah Anak Allah -dan karenanya Ia adalah Allah- maka sesungguhnya Ia terbebas dari bea ini.
Namun Yesus tidak menolak untuk membayar bea ini, karena dapat dipandang sebagai tindakan yang tidak sepantasnya oleh orang-orang yang tidak mengetahui tentang martabat-Nya sebagai Putera Allah. Sesungguhnya uang yang diperlukan dapat saja diperoleh dengan cara yang biasa, tetapi Tuhan Yesus memilih untuk menggunakan cara mukjizat agar tidak menjadi batu sandungan terhadap prinsip bahwa ‘anak-anak raja terbebas dari membayar pajak’, maka uang yang dipakai untuk membayar tidak diambil dari kas para Rasul. Simon Petrus dan para Rasul lainnya juga terhubung dengan imunitas Kristus yang adalah Tuhan yang melebihi Bait Allah ini (lih. Mat 12:1-8), sehingga semestinya iapun terbebas dari membayar bea ini. Namun Yesus menghendaki agar Petrus tetap membayar bea ini, baik bagi-Nya dan dan bagi Petrus sendiri, dan dengan demikian menyelesaikan masalah antara Gereja awal dan negara.
Nah, maka yang dipersoalkan di sini bukan masalah pajak kota Kapernaum, tetapi pajak bait Allah. Hal membayar pajak, memang sudah dicontohkan oleh Yesus, mengingat bahwa Ia mengajarkan untuk memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi hak kaisar -dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah (lih. Mat 22:21; Mrk 12:17; Luk 20:25). Maka dengan demikian Kristus tidak mengatakan bahwa pajak adalah pungutan liar. Jika pemerintah yang berkuasa secara legitim menentukan suatu pajak, itu adalah sah, dan rakyat wajib membayarnya. Namun untuk bea bait Allah inilah, Yesus menunjukkan suatu kekhususan yang lain, yaitu karena Ia adalah Anak Allah, seharusnya Ia tak perlu membayar pajak bait Allah. Namun agar tidak menjadi sandungan bagi orang-orang Yahudi, Ia tetap menyerahkan uang untuk bea tersebut, namun uang itu diperoleh secara mukjizat dan bukan disisihkan dari kas para Rasul. Yesus menyuruh Rasul Petrus menangkap ikan di danau dari dari mulut ikan pertama yang tertangkap, ia akan menemukan uang 4 dirham untuk membayar bea itu bagi Yesus dan bagi dirinya sendiri.
Shalom Pak Stef,
Trimakasih atas penjelasannya.
Pak Stef, Abraham adalah orang yg diberkati Allah (Kej 12:2-3) tentunya Allah akan menjaga orang yg diberkati-Nya, akan tetapi jelas Abraham berkata bahwa kalau orang mesir tahu Sarai istrinya, dia akan dibunuh oleh orang mesir (ay 12), sehingga dengan sadar (menurut saya) Abraham dengan teganya membiarkan istrinya menjadi istri firaun demi kepentingan pribadi Abraham yaitu supaya tidak dibunuh orang mesir dan agar Abraham mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta (ay16), terutama Abraham juga mendapat perempuan. Sehingga wajar saja ketua Wilayah kami berpendapat bahwa Allah mengijinkan praktek pelacuran terjadi.
Maaf Pak Stef, saya masih belum jelas mohon penjelasan.
Trimaksih, salam dalam kasih Tuhan.
johanes
Shalom Johanes,
Terima kasih atas komentar Anda. Abraham adalah bapa seluruh umat beriman. Namun, tentu saja tokoh umat beriman di dalam Perjanjian Lama tidaklah sempurna seperti di dalam Perjanjian Baru. Dalam Katekismus Gereja Katolik 144 dituliskan “Contoh ketaatan Kitab Suci menempatkan Abraham di depan kita. Perawan Maria melaksanakannya atas cara yang paling sempurna.” Jadi, kita dapat belajar ketaatan iman dari Abraham, namun terlebih lagi dari Bunda Maria.
Walaupun Allah telah memilih Abraham, namun Allah tidak mengambil kehendak bebas dari Abraham. Setelah dipilih Tuhan, maka Abraham tetap bebas menggunakan kehendak bebasnya. Dengan kata lain, kita tidak dapat meniru Abraham yang membiarkan Sarai menjadi istri Firaun. Namun, kita dapat belajar bagaimana di tengah kondisi yang salah, Allah tetap melindungi umat pilihan-Nya, yaitu melindungi perkawinan mereka. Dari kejadian ini, tidak dapat disimpulkan bahwa Allah melegalkan pelacuran. Dalam Kitab-kitab lain, disebutkan akan larangan untuk menjadikan anak-anak sebagai pelacur (lih. Im 19:29; Ul 23:17). Adalah salah menyimpulkan bahwa Allah melegalkan pelacuran, apalagi kalau hanya berdasarkan ayat Kej 12:16: bahwa Firaun memberikan perempuan kepada Abraham. Yang diberikan oleh Firaun kepada Abraham sesungguhnya bukan “perempuan” namun dituliskan budak laki-laki dan perempuan. Jadi perempuan di sini merujuk kepada budak perempuan. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Trimakasih Pak Stef, sekarang sudah jelas.
Pak Stef, Saya ada pertanyaan lain,
Markus 24: 37-44, terutama ayat 40-41 apakah maksud dari keduanya?
Terimakasih, salam dalam kasih Tuhan,
johanes
Shalom Johanes,
Injil Markus berakhir pada bab 16. Maka mungkin maksud Anda Injil Matius 24:37-44? Ulasan umum tentang Mat 24 sudah pernah disampaikan di artikel ini, silakan klik.
Ayat 40-41 sering dihubungkan dengan keadaan kedatangan Yesus yang kedua di akhir zaman. Keadaan itu begitu tiba-tiba, yang akan menunjukkan perbedaan yang tajam, antara ‘nasib’ kedua orang yang pada saat itu sedang berdekatan satu sama lain. Arti ‘dibawa’ dan ‘ditinggalkan’ tergantung dari bagaimana mengartikan keadaan itu. Bagi mereka yang menerima konteks akhir dunia, maka ‘dibawa’ diartikan sebagai dibawa kepada Tuhan, sedangkan yang ‘ditinggalkan’, ditinggalkan karena tidak diterima oleh Tuhan. Namun sebaliknya, dalam keadaan yang dijadikan analogi, yaitu di zaman nabi Nuh, ‘dibawa’ artinya dibawa oleh bencana itu, sedangkan ‘ditinggalkan’ artinya dibiarkan hidup, sebagaimana Nabi Nuh ditinggalkan hidup (lih. Kej 7:23), untuk membentuk sisa orang-orang terpilih.
Ayat 40-41, memang sering dijadikan patokan bagi sejumlah orang yang percaya akan adanya ‘pengangkatan rahasia’/ ‘secret rapture‘. Namun Gereja Katolik, tidak mengartikannya demikian. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Beberapa waktu yang lalu salah seorang ketua wilayah di paroki kami berkomentar tentang perikop Kej 12:10-20 yang menceritakan tentang Abraham membiarkan istrinya Sarai diperistri oleh Firaun, nampaknya Allah mengizinkan Sarai melacur atas keinginan Abraham (ay 16-19), pertanyaan saya adalah apakah maksud dari Abraham membiarkan Sarai menjadi istri Firaun atau apakah yang ingin disampaikan Allah dalam perikop ini?
Demikian pula yang tertulis dalam Kej 20:1-18, Abraham juga membiarkan Sarai diperistri oleh Abimelekh. Dua perikop ini membuat saya penasaran ketika mendengar komentar Ketua Wilayah kami.
Mohon pencerahan.
Salam dalam kasih Tuhan,
Johanes
Shalom Johanes,
Dalam Kej 12:10-20 diceritakan tentang bagaimana Abraham meminta kepada Sarai agar dia mengaku bahwa dia adalah adik (sister) dari Abraham (lih. Kej 12:11-13), dengan tujuan agar orang Mesir tidak membunuh Abraham. Memang sebenarnya Sarai adalah keponakan perempuan Abraham, yang berarti bahwa Sarai adalah saudara dari Abraham.
Dari kejadian ini, Allah memang mengizinkan hal ini terjadi, karena tidak ada kejadian di dunia tanpa seizin Dia. Namun, bukan berarti bahwa kalau Allah mengizinkan sesuatu terjadi berarti kejadian tersebut adalah sesuai dengan perintah Allah. Bagaimanapun juga Allah tetap menghormati kehendak bebas manusia. Namun, kita dapat melihat bahwa Allah akhirnya bertindak kepada Firaun (lih. Kej 12:17) dan Abimelekh (lih. Kej 20:2) yang mengganggu perkawinan Abraham dan Sarai, karena Allah ingin melindungi perkawinan Abraham dan Sarai. Jadi, walaupun kelihatannya Allah membiarkan hal tersebut terjadi, namun dalam Kisah Abraham dan Sarai, Allah sungguh melindungi perkawinan mereka, karena Allah ingin mengajarkan bahwa perkawinan adalah hubungan yang sakral. Dan kesakralan dalam hubungan antara suami istri digambarkan oleh Kristus – di mana Kristus adalah mempelai pria dan Gereja adalah mempelai wanita (lih. Ef 5:23).
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Selamat Siang Rm dan seluruh tim katolisitas.. Shalom..
Mengenai Kitab Yehezkiel 23 yang bercerita tentang 2 kakak beradik ( ohola dan oholiba )
Saya terhenti seketika pada waktu membaca ayat yang ke 18. Disana ditulis “…………….seperti Aku menjauhkan diri dari adiknya (oholiba)”
Menurut yang saya baca, bukankah lebih tepat kata-katanya seperti ini “……………seperti aku menjauhkan diri dari kakaknya” ?
karena dari ayat ke 11 sampai dengan ke 18 ini sedang berbicara mengenai oholiba.
Adakah kesalahan cetak pada ayat ini ?
Trimakasih sblmnya.. Shalom..
[dari katolisitas: Kalau kita melihat dalam bahasa aslinya, maka sebenarnya konotasinya adalah “her sister” atau saudarinya. Romo Indra telah berdiskusi dengan salah satu staff ahli LAI. Dan memang terjadi kesalahan, dan akan diperbaiki di edisi mendatang.]
kebenaran itu diperoleh dengan pembelajaran secara bertahap, dalam waktu yg lama di dukung bukti2 yg valid, pikiran yg terbuka dan bebas dari tekanan, dibekali dasar pengetahuan yg memadai dan kecermatan dalam meneliti. jadi kalau anda merasa benar, gak perlu membuat komentar yg penuh emosional seperti nya anda ketakutan kalo agama anda kehilangan pengikut
[Dari Katolisitas: Tak ada yang emosional di sini. Kami menanggapi berdasarkan pertanyaan- pertanyaan yang masuk. Jika Anda pandang emosional, mohon ditunjukkan di bagian mana terlihat emosional. Terima kasih.]
Dalam berkeyakinan tentunya kita harus memahami ‘HAKEKAT’ ajaran keyakinan itu sendiri. Hakekat suatu keyakinan, bisa dibaca, dipelajari dan dipahami dari isi kitab suci keyakinan tersebut. Hakekat keyakinan bisa kita ketahui dari isi ayat kitab suci itu baik yang tertulis eksplisti/tersurat maupun yang implisit/tersirat. Tentang konsep ketuhanan, kristen mengajarkan bahwa konsep trinitas, oknum tuhan ada 3 dalam 1 atau 1 dalam 3 (meskipun konsep ini sangat2 sulit dipahami dan dimengerti oleh akal sehat). Sebagaimana tertulis dalam ayat2 alkitab baik PL maupun PB, Tuhan mengajarkan kepada nabi2 pilihan Tuhan, sebelum yesus, bahwa Tuhan itu Esa/Tunggal, tidak bersekutu dengan siapapun, sehingga Tuhan juga mengajarkan kepada manusia untuk HANYA menyembah Tuhan YME. Kenapa sejak keberadaan yesus di dunia, menurut kristen, tuhan itu beroknum 3 dalam 1 atau 1 dalam 3. Pertanyaanya : kenapa tuhan BERUBAH PIKIRAN, tentang hal2 yang sangat2 bersifat HAKIKI mengenai konsep Diri-Nya??? Sebelumnya Tuhan mengajarkan Tuhan Itu Maha Esa/Tunggal tiba2 berubah pikiran, tuhan ada 3 dalam 1 atau 1 dalam 3 (trinitas)?
[dari katolisitas: Susah dipahami oleh akal budi bukan berarti bertentangan dengan akal budi. Kami mengundang Anda untuk membaca terlebih dahulu artikel Trinitas ini – silakan klik dan klik ini]
Sy mau tanya kenapa isi alkitab banyak yg bertentangan antara ayat yg satu dengan lainnya sehingga timbul kesan bahwa isi injil hasil karangan manusia,bukan dari firman Tuhan.
[Dari Katolisitas: Kitab Suci ditulis dalam bahasa manusia, dan ditulis oleh orang-orang yang dalam bimbingan Roh Kudus menuliskan Wahyu Allah itu. Karena ditulis oleh orang-orang yang berbeda-beda dalam kurun waktu dan tempat yang berbeda, maka ada pengalaman dan gaya bahasa dan latar belakang penulis yang turut berperan dalam hal ini. Oleh karena itu dapat terjadi perbedaan istilah atau cara pandang untuk menyampaikan kebenaran yang sama. Itulah sebabnya ada perbedaan pengungkapan dalam Kitab Suci, namun demikian, kita meyakini bahwa yang disampaikan tetaplah suatu kebenaran. Beberapa contohnya telah disebutkan di atas. Selanjutnya tentang apakah Injil dipalsukan, silakan membaca di sini, silakan klik; dan tentang Kebenaran Alkitab, silakan klik di sini dan di sini, silakan klik.]
shalom
saya mau bertanya tentang 1 korintus 11:14
(14) Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang,
bukankah ayat ini, setidaknya mengejek yesus?
mohon bantuan
Shalom Nikolas,
1 Kor 11:14 berbicara tentang rambut “panjang”, yang menurut kata bahasa aslinya (Yunani) adalah komao, yang terjemahannya adalah mempunyai rambut panjang yang dijalin/ dikepang (tresses of hair). Perlu diketahui konteksnya, yaitu Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, di mana kota tersebut terkenal dengan imoralitas karena kehidupan seksualitas yang bebas, termasuk adanya praktek homoseksual. Maka di sini Rasul Paulus mengajarkan bahwa secara alami/kodrati laki-laki dan perempuan itu berbeda, sehingga penampilan masing-masing juga hendaknya berbeda, yang antara lain dinyatakan dengan panjangnya rambut. Laki-laki tidak selayaknya mempunyai rambut sepanjang rambut perempuan yang pada zaman itu umumnya memang panjang -bahkan sampai sepinggang atau lebih- dan tidak selayaknya pula dijalin/ dikepang seperti rambut perempuan.
Maka di sini ayat 1 Kor 11:14 itu tidak secara khusus menjadi indikasi yang pasti untuk menentukan apakah rambut Yesus panjang atau pendek. Gambar-gambar ikon maupun lukisan-lukisan yang ada di abad-abad awal menggambarkan kedua gambaran ini, baik Yesus berambut panjang maupun pendek. Umumnya yang beranggapan bahwa Yesus berambut panjang, adalah karena: 1) menghubungkan Yesus dengan kaum Nazarite, yang tidak membiarkan pisau cukur memotong rambut mereka, seperti halnya pada Samson, Samuel dan Nabi Elia; 2) menghubungkan rupa Yesus dengan wajah yang tertera pada kain kafan Turin, maupun pada gambar-gambar yang dibuat atas dasar penglihatan para kudus, seperti penglihatan St. Maria Faustina yang memperkenalkan devosi Kerahiman Ilahi; 3) walaupun menurut budaya Yunani maupun Romawi kaum laki-laki berambut pendek, namun kaum laki-laki Yahudi di Galilea di zaman itu banyak yang berambut panjang, 4) tulisan para Bapa Gereja, atas dasar Yesaya 52-53 ataupun Mzm 22, yang berpandangan bahwa Yesus tidaklah memiliki penampilan yang menarik. Tertullian, (Against Marcion 3.17) mengungkapkan bahwa walaupun secara rohani Yesus berada jauh melebihi anak-anak manusia, namun secara fisik Ia tidak mulia (inglorious). Kemudian ini dihubungkan dengan kemungkinan bahwa Kristus berambut panjang, dan dengan demikian menjadi tidak menarik bagi orang-orang pada umumnya.
Sedangkan mereka yang menganggap bahwa Yesus berambut pendek berpegang kepada pandangan bahwa: 1) para imam Yahudi di masa itu memotong rambutnya secara berkala (lih. Yeh 44:20)- walaupun ayat ini juga tidak dapat dijadikan patokan yang pasti, sebab Yesus juga bukan dari golongan imam Yahudi (Lewi); 2) Yesus tidak mengambil kaul kaum Nazarite dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan dalam kitab Bil 6:1-21, sebab ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci menyebutkan bahwa Kristus tidak pantang minum anggur, dan tidak pantang mendekati jenazah dan kuburan. Namun sesungguhnya, dari ayat ini juga dapat dibuktikan bahwa ada dari kalangan pria Yahudi yang mempunyai rambut panjang, sehingga rambut panjang tidak selalu berkonotasi sebagai sesuatu yang buruk menurut tradisi Yahudi. Sebab seperti telah dikatakan, Samson juga berambut panjang dan malah melalui rambut panjangnya itu Tuhan memberikan kekuatan (Hak 13:5,16:19); demikian juga dengan Samuel (1 Sam 1:11).
Bagi kita umat Katolik, seperti apa rupa jasmani Yesus, apakah Ia berambut panjang atau pendek, tidaklah menjadi sesuatu hal yang esensial. Yang lebih utama adalah siapakah Dia bagi kita, ajaran-Nya dan perintah-Nya. Sebab Tuhan tidak melihat penampilan luar melainkan melihat ke dalam hati (lih. 1 Sam 16:7). Sejauh ini, memang lebih banyak gambar/ ikon yang menggambarkan Yesus dengan berambut panjang, dan juga nampaknya sesuai dengan wahyu pribadi yang diterima oleh sejumlah orang kudus. Namun semua ini sifatnya tidaklah mengikat dan bukan merupakan bagian yang esensial dari ajaran iman Kristiani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya seorang katolik, mengapa doa Bapa Kami versi Katolik bentuk kalimatnya tidak sama dengan kalimat doa bapa kami yang ada di dalam Injil Katolik sendiri. Padahal di akhir Wahyu, sangat tegas dilarang untuk merubah sebagian atau seluruh teks Injil.
Mohon penjelasannya
[dari Katolisitas: silakan membaca penjelasannya di artikel “Mengapa “Berilah kami rezeki”, silakan klik, dan “Dua versi doa Bapa Kami”, silakan klik ]
salam………
sya mau tanya apa kedudukan bunda maria di surga?
dan juga hal hal yang berkaitan dengan Allah (Allah bapa,Tuhan Allah,Putra Allah,Bunda Allah) dan pengertian Allah itu sendiri
mohon pencerahannya…..
[dari katolisitas: Kedudukan Maria di Sorga – silakan klik, dan tentang syahadat – silakan klik]
setelah saya membaca ayat2 dibawah ini, saya berkesimpulan kenapa Tuhan suka berfirman dengan kata2 cabul? tidakkah Tuhan bisa memakai kata2 yg lebih pantas?
mohon tanggapan’nya,,, shalom..
Amsal 7:18-19
(18) Marilah kita memuaskan berahi hingga pagi hari, dan bersama-sama menikmati asmara. (19) Karena suamiku tidak di rumah, ia sedang dalam perjalanan jauh,
Yehezkiel 23:1-3
(1) Datanglah firman Tuhan kepadaku : (2) “Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu. (3) Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; disana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang.
Yehezkiel 23:18-21
(18). Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya, maka Aku menjauhkan diri karena jijik dari padanya, seperti Aku menjauhkan diri dari adiknya. (19) Ia melakukan lebih banyak lagi persundalannya sambil teringat kepada masa mudanya, waktu ia bersundal di tanah Mesir. (20) Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda. (21) Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu.
Kidung Agung 7:6-8
(6) Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.
(7) Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya.
(8) Kataku: “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel.
Shalom Stefany,
Kitab Suci terdiri dari 73 buku di Kitab Suci yang terdiri dari 1,334 bab dan terbagi menjadi 35,526 ayat. Kalau kita mau membaca Kitab Suci secara lebih terbuka dan tidak hanya terpaku kepada ayat-ayat yang terlihat vulgar, maka kita akan menemukan ada begitu banyak ajaran moral yang begitu benar, baik dan indah. Namun, karena anda mau berfokus pada beberapa ayat yang terlihat cabul, maka berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
Di dalam Kitab Suci, kita melihat ada banyak gaya bahasa penulisan, seperti: naratif, puisi, perumpamaan, surat-surat, nubuat. Dengan demikian, kalau kita mengetahui beberapa gaya bahasa penulisan, maka kita akan semakin mengetahui apa yang dimaksud oleh penulis. Dalam beberapa ayat yang anda berikan dari Amsal, Kidung Agung, kita dapat melihat bahwa ayat-ayat tersebut menggunakan gaya penulisan puisi. Dalam gaya penulisan puisi, maka tujuannya adalah untuk menunjukan emosi dan rasa. Sebagai contoh:
a. Amsal 7:18-19: Kita tidak dapat mengutip ayat-ayat tanpa mengetahui konteksnya. Kalau kita membaca Amsal 7 secara keseluruhan, maka kita tahu bahwa sesungguhnya pengajaran yang ingin disampaikan adalah begitu dalam. Raja Salomo menuliskan Amsal 7 untuk mengajarkan orang-orang agar mengasihi hikmat (kebijaksanaan), yang digambarkan bahwa seseorang harus menyebut hikmat adalah saudara dan pengertian adalah sanak. Dari sini kita tahu bahwa gaya bahasa yang digunakan adalah puisi, karena memang secara literal bagaimana kita menyebutkan hikmat sebagai saudara dan pengertian adalah sanak? Lebih lanjut, dalam bab ini digambarkan nasehat agar tidak terjerat pada godaan-godaan kedagingan, yang digambarkan secara puitis sebagai perempuan , berpakaian sundal dengan hati licik (ay. 10). Bagi orang-orang yang menuruti godaan-godaan kedagingan, maka maut menantinya (ay.27). Dengan bahasa yang terlihat vulgar ini, maka kita akan dapat merasakan bobot dan beratnya godaan kedagingan secara lebih gamblang.
b. Yeh 23:1-3, 18-21: Silakan melihat pembahasan di atas – silakan klik.
c. Kid 7:6-8: Silakan melihat prinsip untuk menginterpretasikan kitab Kidung Agung di sini – silakan klik, dan sebagai contoh silakan melihat eksposisi dari kitab Kidung Agung 8:1-3 di sini – silakan klik.
Semoga dengan penjelasan di atas, anda juga dapat melihat bahwa Kitab Suci harus dibaca menurut gaya penulisan dan Kitab Perjanjian Lama harus dibaca dalam terang Perjanjian Baru. Kalau anda tertarik dengan hal ini, anda dapat juga membaca artikel tentang bagaimana menginterpretasikan Kitab Suci di artikel ini – silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
salam
sy ada pertanyaan.setiap sy membaca PL sy bingung, knp Tuhan mengijinkan umatnya berperang atopun membunuh, contoh: Israel yg menyerang daerah sekitarnya ato spti Daud yg membunuh Goliath. Klo begitu apa bedanya dg ajaran agama lain yg berperang atas nama agama mereka (jihad)? Saya klo bc PL krg tertarik krn banyak peperangan, bunuh-membunuh yg sptinya diijinkan oleh Tuhan bahkan mmg ada yg diperintahkan oleh Tuhan. Apa maksudnya Tuhan itu pencemburu, apakah dg itu Tuhan mpy sifat buruk?
Terima kasih
[Dari Katolisitas: Silakan membaca tanggapan kami pada pertanyaan serupa, silakan klik di sini]
Saya mau ikut nimbrung soal perbedaan dalam Kitab Suci. Kali ini bukan Injil Lukas saja tapi semua Injil Sinoptik. Saya wakilkan dengan Injil Markus. Ada perbedaan antara Markus dan Yohanes berkaitan dengan kisah panggilan Petrus dan Andreas. Dalam Injil Markus 1: 16 – 18, tampak jelas Petrus dan Andreas lagi bersama-sama. Mereka adalah nelayan. Waktu itu mereka berada di tepi pantai.Dan Yesus langsung memanggil mereka berdua.
Sedangkan dalam Yohanes 1: 35 – 42, tampak jelas Petrus dan Andreas tidak lagi bersama-sama. Andreas adalah murid Yohanes Pembaptis dan Petrus tidak jelas. Petrus bertemu dengan Yesus setelah diperkenalkan oleh Andreas
Pertanyaan saya: kenapa berbeda? Apa maksud dari perbedaan ini?? Mana kisah yang mendekati kebenaran fakta???
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik.]
Salam, Brian
“Pada malam itu mereka (kedua anak perempuan Lot) memberi ayah mereka (Lot) minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih tua berhubungan seksual dengannya …”
Keesokan harinya berkatalah sang kakak kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; Sebaiknya malam ini kita beri dia minum anggur lagi; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, sehingga masing-masing kita akan mempunyai anak dari ayah kita. Demikianlah pada malam itu juga mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih muda berhubungan seksual juga dengan ayahnya; …
Dengan cara ini mengandung kedua anak Lot itu dari ayah mereka. ”
(Injil – Kejadian 19: 33-36)
‘Anak perempuan menggoda ayah mereka, bermalam- malam dan mendapatkan anak haram melalui ayah mereka.” (Kejadian 19: 30-36) atau “Seorang anak laki-laki berhubungan dengan ibunya.” (Kejadian 35: 22) atau juga “Seorang ayah berhubungan dengan menantunya sehingga memperoleh anak kembar dari menantunya tersebut.” (Kejadian 38: 15-18)
Apa ya maksud kitab di atas?
[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca jawaban ini, karena ayat- ayat yang anda tanyakan sudah dibahas di sana, silakan klik]
Shalom Bu Ingrid,
saya ingin bertanya mengenai injil matius pasal 19:29 versi Douay-Rheims Catholic Bible.
sumbernya = http://www.drbo.org/chapter/47019.htm
[29] And every one that hath left house, or brethren, or sisters, or father, or mother, or wife, or children, or lands for my name’s sake, shall receive an hundredfold, and shall possess life everlasting.
kenapa saya ambil dari versi Douay-Rheims Catholic Bible..karena dalam Alkitab saya tidak ada kata “wife/istri” di situ.
yang ingin saya tanyakan =
1. kenapa kata “wife” di hilangkan dalam Alkitab? adakah alasannya? padahal alkitab katolik bersumber dari versi Douay-Rheims..
2. jika kita memakai versi Douay-Rheims…apa maksud dari ayat matius pasal 19:29..sebenarnya?
terutama bagian “wife” dan “shall receive an hundredfold”…berarti upah kita mengikuti kristus, akan
mendapat 100 istri di surga?
3. apa definisi surga dalam agama katolik? apa yang kita lakukan didalam surga? apa kita akan kawin di surga? apakah ada sumbernya dalam alkitab?
4. kalau kita masuk surga, kapan itu terjadi: pada waktu mati..terus ke api penyucian..setelah itu baru masuk ke surga atau pada hari kebangkitan baru ke surga?
Saya menanyakan ini..karena ada seorang muslim yang bilang pada saya dalam suatu forum lintas agama di internet..dia bilang, kita umat kristen akan mendapat 100 istri di surga..rujukannya matius pasal 19:29..tapi setelah saya lihat di alkitab saya..tidak ada kata “wife/istri” di situ..seperti yg dia bilang. Saya menyangka dia berbohong dan fitnah..tapi dia menyangkalnya..dan dia bilang rujukannya dari versi Douay-Rheims dan King James version..yang katanya paling mendekati dengan versi alkitab yg asli..dan setelah saya crosscheck…ternyata benar kalau memang ada kata “wife” dalam matius 19:29 di ke dua versi tersebut..apakah ini artinya alkitab kita korup?..bagaimana pendapat bu inggrid?
Mohon Pencerahannya…
Damai Kristus Beserta Kita..
Salam: Fransisco
Saudara Fransisco yang baik,
Terjemahan Mat 19:29 versi Douay-Rheims Catholic Bible yang memasukkan “wife” dalam daftar yang ditinggalkan karena mengikuti Kristus, memang juga bertitik tolak pada beberapa manuskrip kuno yang mencantumkan hal itu (:istri:, Yun: gunaika). Namun dalam sebagian besar manuskrip kuno lainnya kata “istri” tidak ada. Para ahli menyimpulkan bahwa adanya kata “istri” pada beberapa manuskrip kuno itu agaknya disebabkan karena penulis manuskrip itu (penyalin teks kitab suci dalam sebuah perkamen/papirus) memasukkan kata “istri” dengan membandingkan teks paralelnya dalam Luk 18:29. Maka dalam hal ini Terjemahan LAI – TB mengikuti teks resmi yang direferensikan oleh para ahli, yakni yang lebih setia dengan teks aslinya.
Maka anggapan bahwa “meninggalkan istri” demi Kristus akan mendapatkan 100 kali lipat, tidak bisa kita terima. Teks dalam Luk 18:29 hanya menyebut “akan menerima lipat ganda pada masa ini juga…”, jadi lebih merujuk dunia sekarang ini, sedangkan pada zaman yang akan datang akan menerima hidup yang kekal. Tentu pernyataan Tuhan Yesus mengenai daftar yang ditinggalkan itu mau menegaskan segala sesuatu ditinggalkan untuk mengikuti Yesus. Apakah dengan demikian istri juga ditinggalkan? Agaknya justru praktek sebaliknya yang terjadi, ada banyak suami-istri yang menjadi misionaris bersama. St. Paulus menulis mengenai hak para pewarta Injil, “Tidakkah kami mempunyai hak untuk membawa seorang istri Kristen, seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas?” (1 Kor 9:5). Maka tak mengherankan bila kemudian ada yang menafsirkan dua murid dalam perjalanan di Emaus itu sebagai suami istri.
Sementara untuk mengerti gambaran surga, kita bisa mengacu pada dua teks berikut ini: “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Mat 22:30);
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rom 14:17).
Jadi, di sorga orang tidak lagi kawin-dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat dan berbahagia bersama Tuhan. Demikian juga praktek hidup selibat demi Kerajaan Allah dalam Gereja Katolik, salah satu alasannya adalah sebagai tanda bahwa kelak di surga kita tidak akan kawin atau dikawinkan. Di surga kita tidak lagi perlu makan-minum! Kita akan hidup seperti malaikat dan berbahagia karena boleh memandang Tuhan “muka dengan muka”.
Lantas apa definisi surga, berikut saya Kompendium KGK no, 209 “Surga berarti suatu keadaan bahagia yang tertinggi dan definitif. Mereka yang mati dalam keadaan rahmat Allah dan tidak membutuhkan pemurnian lebih jauh berkumpul bersama Yesus dan Maria, para malaikat, dan para kudus. Mereka merupakan Gereja surga, tempat mereka melihat Allah “muka dengan muka” (1Kor 13:12). Mereka hidup dalam kesatuan cinta dengan Tritunggal dan menjadi pengantara kita”.
Wassalam,
Rm. F.X. Didik Bagiyowinadi Pr .
saya ingin bertanya mengenai terjemahan alkitab versi bahasa Inggris yang ada pada :
http://alkitab.otak.info/index.php?hal=lihatPasal&injil=23&pasal=40&ayat=22#22
It is God Who sits above the –circle– (the horizon) of the earth, and its inhabitants are like grasshoppers; it is He Who stretches out the heavens like [gauze] curtains and spreads them out like a tent to dwell in, {Yesaya 40:22}
mengapa pada ayat terjemahan bahasa Inggris tersebut dituliskan Circle (lingkaran)? bukankah seharusnya Round/sphere(bulatan)?
Shalom Tryas,
Tentang Yes 40:22, kita dapat melihat beberapa perbandingan dari beberapa versi Kitab Suci sebagai berikut:
Dalam terjemahan bahasa Indonesia dikatakan “Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!” Tidak menjadi masalah, kalau di ayat tersebut diterjemahkan sebagai “circle”, karena memang kata “chûg” dapat berarti circle, a vault, the horizon (circular). Kita harus mengingat bahwa Kitab Suci bukanlah buku ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kita tidak perlu membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan dari Kitab Suci. Kita dapat menjumpai persamaan dengan seseorang yang mengatakan “Matahari terbit dari Timur“. Kita tidak berkeberatan dengan kalimat tersebut, walaupun secara ilmu pengetahuan salah, karena justru sebenarnya bumilah yang mengelilingi matahari dan matahari juga mengelilingi galaksi. Kita tahu bahwa kalimat tersebut adalah merupakan suatu pengamatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, dan kita menerimanya dalam percakapan tanpa perlu membahas bahwa sebenarnya secara ilmu pengetahuan, pernyataan tersebut adalah salah. Dengan konsep yang sama, Kitab Suci hendak menyampaikan di ayat tersebut bahwa Allah menciptakan segalanya, baik bumi, langit dan seluruh isinya. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
halo katolisitas.. aku mau tanya ttg sejarah pada jaman kelahiran Yesus.. Yesus disunatkan pada hari ke-8 dan tinggal di Nazaret. tapi kenapa mereka mengungsi ke mesir juga sampai herodes mati? Mohon penjelasan.. Tq Gbu
bagaimana dg penjelasan ini??
Menyingkir ke Mesir dan kembali dari Mesir, bagian ini seringkali, diserang dan dianggap dongeng yang ditulis untuk menunjukkan bahwa lambang, dan nubuat Alkitab sudah digenapi. Sekali lagi sikap kita terhadapnya akan ditentukan oleh apa yang menurut pendapat kita hendak disampaikan oleh Matius, dan juga oleh dapat tidaknya kita menerima campur tangan Allah secara langsung atas sejarah.
MATIUS 2:13-23 PENYINGKIRAN KE MESIR
2:13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.”
2:14 Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”
Ayat 13-14. Adalah suatu ironi bahwa Mesir tempat perbudakan itu (Keluaran 20:2), sekarang menjadi tempat penyelamatan. Kesitulah Yesus dibawa untuk menghindar dari amarah Herodes (bandingkan dengan Ibrani 11:27) di tanah yang dijanjikan.
Ayat 15. Kutipan dalam Hosea 11:1 menunjuk kepada umat Israel anak Allah (bandingkan dengan Keluaran 4:22). Matius memakai kutipan itu disini sebab ia melihat bahwa Yesus bukan saja Anak Allah secara unik, tetapi juga bahwa dalam diriNya tercakup (terjelma) seluruh umat Allah. Dia akan segera melewati air dan padang gurun, sama seperti umat Israel waktu keluar dari Mesir (Matius 3:13 s/d Matius 4:11).
Ayat 16 Anak: bahasa Yunani pais, anak laki-laki (male children); tindakan Herodes cocok dengan sifatnya yang dikenal. Tindakan ini sama dengan tindakan Firaun (Keluaran 1: 15-22) dan dalam ayat ini jelas Yesus dibandingkan dengan Musa (juga dengan Israel seluruhnya).
Hosea 11:1, ayat ini menekankan bahwa Allah mengasihi si anak sebelum Israel mengetahui bagaimana menjawab (lihat 1 Yohanes 4:7-11). ketika Matius melihat pemenuhan kalimat ini dalam masa kanak-kanak Yesus, nubuat Hosea memungkinkan kita mengenal rahasia Paskah dalam Yesus : melalui Laut Merah, lewat padang gurun, menuju hidup baru (Matius 2:15). “Israel anakKu yang sulung” pernah diwahyukan kepada Musa (Keluaran 4:22-23); disini diteguhkan dengan hubungan lebih pribadi.
Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, sehingga dalam beberapa peristiwa, Matius menuliskannya dengan lebih detail. Namun ke-4 Kitab Injil menyatakan bahwa masa kecil Yesus adalah di Nazaret. Penulisan tentang masa kecil Yesus pernah tinggal di Mesir ini adalah sangat penting; sebab ini menggenapi Nubuat yang tertulis dalam Hosea 11: 1 dan penggenapannya di kitab Matius 2: 15.
Sekalipun demikian, Injil Matius ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi saja. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh umat manusia serta dengan seksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20). Disinilah mengapa ada 4 Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohaned), Karena masing-masing Injil mempunyai maksud tujuan yang berbeda, masing-masing melengkapi, dan mempertajam isi Injil itu sendiri dan memperkaya pemahaman kita tentang Yesus.
Shalom Dian,
Penjelasan yang anda berikan adalah berdasarkan makna spiritual. Namun alasan ini tidak menjawab pertentangan antara Mt 2:13-23 dan Lk 2:21-40. Kalau kita mau menganalisa mengapa Yesus pergi ke Mesir, maka kita dapat mengatakan bahwa hal ini memang telah dinubuatkan terlebih dahulu dalam kitab Hosea (lih. Hos 11:1). Dalam arti spiritual, kita dapat menghubungkan bagaimana Musa membebaskan bangsa Mesir. Ayat ini merupakan penyempurnaan dari keselamatan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Yesus sebagai penyelamat umat manusia datang untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa, yang pada akhirnya mengantar manusia pada tanah terjanji – yaitu Kanaan yang baru, Sorga. Atau dapat juga, hal ini untuk menekankan arti sebenarnya dari kata “Anak”, yaitu “God the Son” atau Anak Manusia, yang adalah sungguh Allah dan sungguh manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Dian,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kondisi yang terlihat kontradiksi, yaitu ayat Mt 2:13-23 dan Lk 2:21-40.
“Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” (Mt 2:13)
Dari ayat ini, terlihat bahwa mereka terancam karena Herodes mencari Anak itu untuk membunuh Dia. Namun, kalau melihat di Lk 2:21-40, terlihat bahwa mereka justru pergi ke Bait Allah untuk mempersembahkan Yesus.
“Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Lk 2:21)
Kejadian yang terlihat bertentangan ini sebenarnya melengkapi satu sama lain. Ada kemungkinan bahwa dibutuhkan waktu beberapa hari bagi raja Herodes untuk menyadari bahwa para majus ternyata telah pergi tanpa menghadap dia. Menurut Injil Matius, keluarga kudus pergi ke negeri asalnya, yaitu Nazaret (lih. Mt 2:12). Setelah mereka sampai ke Nazareth, maka pada hari ke delapan mereka pergi ke Yerusalem untuk mempersembahkan Yesus di Bait Allah (lih. Lk 2:21). Dan setelah mereka pulang ke Nazaret, maka Yusuf bermimpi untuk membawa Yesus dan Maria untuk menyingkir ke Mesir (Mt 2:13-14), karena terjadi pembunuhan anak-anak dua tahun ke bawah di Betlehem (Mt. 2:16). Dengan demikian, tidak ada pertentangan dari narasi Matius dan Lukas, namun justru keduanya saling melengkapi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
tapi di injil Lukas disebutkan bahwa : setelah disunat Yesus tinggal di Nasaret sampai Ia besar..??
dan di Matius, setelah dari Mesir baru mereka ke Nasaret??
Dimana saya bisa melihat sejarah Penulisan Injil?
Saya pernah baca bahwa yang menulis Injil itu bukan selalu Matius, Markus, Lukas atau Yohanes, tapi juga murid2 mereka.
Trimakasih atas penjelasannya.
Shalom Dian,
Dikatakan di dalam Injil Lukas “Lk 2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Lk 2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.“
Dari sini kita melihat bahwa setelah Yesus dibawa ke Bait Allah, maka Yesus kemudian dibawa pulang ke kota Nazaret di Galilea. Memang di ayat 40 dikatakan bahwa anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, yang mempunyai konotasi Yesus tinggal di kota Nazaret. Namun, tidaklah bertentangan, kalau setelah Yesus dipersembahkan di bait Allah, kemudian di bawa ke Mesir untuk menghindari pembunuhan dari raja Herodes dan setelah itu, kemudian kembali lagi ke kota Nazaret dan kemudian tinggal di sana, tumbuh dan bertambah besar. Tiga kejadian yang kita pegang sebagai suatu kebenaran adalah: (1) Yesus dibawa ke Bait Allah pada hari ke-8 dan (2) Yesus dibawa ke Mesir, (3) Pembantaian anak-anak dibawah 2 tahun oleh raja Herodes. Dan penjelasan di atas dapat menjelaskan ketiga kejadian tersebut.
Sejarah penulisan Injil dapat anda lihat dalam berbagai buku, baik dari Navarre Bible, A Catholic Commentary on Holy Scripture, dll. Namun, sayangnya dua buku tersebut tidak ada di Indonesia. Tentang penulis Injil, maka kesaksian dari Bapa Gereja dapat membantu kita:
Kesaksian para Bapa Gereja mengenai penulisan kitab Injil memberikan kredibilitas atas ke-otentikan Injil. Menurut kesaksian St. Irenaeus (180 AD), yang menjadi murid dari St. Polycarpus, yang adalah murid Rasul Yohanes, dan murid St. Ignatius Martir yang adalah murid langsung dari Rasul Petrus dan Rasul Yohanes. Dengan demikian, kesaksian St. Irenaeus menjadi sangat penting tentang para penulis Injil. Dalam bukunya yang terkenal Against the Heresies, Buku III, bab 1,1 ia menggarisbawahi asal usul apostolik dari kitab Injil,
“Kita telah mengetahui bukan dari siapapun tentang rencana keselamatan kita kecuali dari mereka yang melaluinya Injil telah diturunkan kepada kita, yang pada suatu saat mereka ajarkan di hadapan publik, dan yang kemudian, sesuai dengan kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak dari iman kita…. Sebab setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] diberikan kuasa dari atas, ketika Roh Kudus turun [atas mereka] dan dipenuhi oleh semua karunia-Nya, dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka berangkat menuju ujung-ujung bumi, mengajarkan kabar gembira yang diberikan oleh Tuhan kepada kita…. Matius... menuliskan Injil untuk diterbitkan di antara orang Yahudi di dalam bahasa mereka, sementara Petrus dan Paulus berkhotbah dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah Petrus, juga memmeneruskan kepada kita secara tertulis, apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, rekan sekerja Paulus, juga menyusun Injil yang biasanya dikhotbahkan Paulus. Selanjutnya, Yohanes, murid Tuhan Yesus ….juga menyusun Injil ketika tinggal di Efesus, Asia Minor.”
Hal serupa dituliskan juga oleh Origen (185-254) tentang asal usul Injil, dalam In Matthew. I apud Eusebius, His eccl 6.25.3-6:
“[Injil] yang pertama dituliskan oleh Matius, yang adalah seorang publikan tetapi kemudian menjadi rasul Yesus Kristus, yang menerbitkannya untuk umat Yahudi, dituliskan dalam bahasa Ibrani. [Injil] kedua oleh Markus, yang disusun di bawah bimbingan St. Petrus, yang telah mengangkatnya sebagai anak… (1 Pet 5:17). Dan ketiga, menurut Lukas, yang menyusunnya untuk umat non-Yahudi, Injil yang dibawakan oleh Rasul Paulus; dan setelah semuanya itu, [Injil] menurut Yohanes.
Semoga keterangan di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Zaman Kelahiran Yesus.
Menurut Matius 2:1-8, Yesus dilahirkan pada zaman raja Herodes, tetapi menurut Lukas 2:1-20, Yesus dilahirkan pada zaman kaisar Agustus (sesudah zaman Herodes), …yakni ketika diadakan sensus penduduk di
Yedea.
Masa Kecil Yesus.
Menurut Matius 2:1-15, sesudah Yesus dilahirkan maka ia langsung dilarikan bersama ibunya oleh Yusuf ke Mesir sampai raja Herodes mati. Tetapi menurut Lukas 2:6-46, sesudah Yesus dilahirkan, ia dibawa
ke Yerusalem kemudian ke Nazareth dan tinggal di sana selama 12 tahun.
Mohon penjelasan Tq GBU
Shalom Didi,
Terima kasih atas pertanyaan anda tentang ayat-ayat yang terlihat bertentangan. Tentang Mt 2:-15 dan Lk 2:6-46 (tentang Yesus dibawa ke Mesir) telah saya jawab di sini – silakan klik. Tentang Mt 2:1-8 dan Lk 2:1-20 yang menyatakan bahwa Yesus lahir di zaman Raja Herodes dan pada saat yang bersamaan lahir pada zaman kaisar Agustus, sebenarnya tidaklah bertentangan. Gaius Julius Caesar Augustus berkuasa dari 27 BC sampai 14 AD. Dia disebutkan sebagai kaisar Roma yang pertama. Pada jaman tersebut, kekaisaran Roma mempunyai kekuasaan yang luas, yang termasuk adalah daerah Yudea, Galilea, Samaria. Raja dari ketiga daerah tersebut adalah Raja Herodes (Herod I / Herod the Great), yang kekuasaannya berada di bawah kekuasaan kerajaan Roma, dengan kaisarnya adalah Kaisar Agustus. Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dua ayat di atas, karena Yesus lahir di bawah pemerintahan raja Herodes, yang kekuasaannya di bawah Kaisar Agustus. Sama seperti Indonesia mempunyai presiden SBY dengan gubernur Jakarta adalah Bapak Fauzi Bowo. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,stef – katolisitas.org
syalom,,
sy mau brtanya,
sy pernah mendengar dari sebuah video yang menunjukkan bahwa alkitab dari masa ke masa adalah berbeda,,
orang yg ada dalam video tersebut kemudian membandingkan alkitab tahun 1928 dengan alkitab masa sekarang, ternyata ada perbedaan dalam kitab 1 raja-raja, di mana pada pada alkitab tahun 1928 dikisahkan bahwa jumlah kandang nabi sulaiman (kebetulan yg membuat video itu adalah orang muslim) adalah 4000 sedangkan dalam alkitab sekarang jumlahnya adalah 40.000,,
saya memang belum pernah melihat langsung di alkitab karena saya lupa ayatnya, maka sy mencoba bertanya kepada bapak / ibu, apakah memang benar banyak terjadi perubahan pada alkitab..??
dan kalau memang ada perubahan, maka siapakah yang membuat perubahan itu..?
apakah magisterium..?
Shalom Lian,
Jika kita mengamati teks Kitab Suci, terutama pada Perjanjian Lama, maka memang kita dapat menemukan adanya ketidaksesuaian dalam hal penyebutan angka- angka, misalnya angka- angka yang disebutkan dalam kitab Ezra tidak sepenuhnya cocok dengan yang disebutkan dalam Kitab Nehemia. Demikian juga pada kitab- kitab lainnya, seperti contohnya yang anda sebutkan perihal jumlah kandang kuda yang dimiliki oleh Raja Salomo. Kitab Tawarikh menyebutkan empat ribu (2 Taw 9:25) sedangkan kitab Raja- raja menyebutkan empat puluh ribu (1 Raj 4:26). Ketidak-sesuaian matematis ini sejenis dengan yang pernah ditanyakan dan dijawab di sini, silakan klik.
Gereja Katolik melalui surat ensiklik Providentissimus Deus, Paus Leo XIII (1893) mengajarkan, “Adalah mutlak keliru dan dilarang, baik untuk membatasi inspirasi ilahi hanya kepada bagian- bagian tertentu saja dalam Kitab Suci, atau untuk menganggap bahwa para penulis yang kudus tersebut telah salah menulis… Prinsip yang membatasi inspirasi ilahi hanya kepada hal iman dan moral saja, juga tidak dapat ditolerir. Semua kitab yang diterima Gereja sebagai kudus dan kanonikal, ditulis seluruhnya dan semuanya, dengan semua bagian- bagiannya, atas perintah Roh Kudus.” (Providentissimus Deus 20)
Hal serupa diajarkan oleh Paus Pius XII (1943) dalam Divino Afflante Spiritu 1. Konsili Vatikan II (1965) kembali menegaskan ajaran ini, demikian:
“Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita” (Dei Verbum 11)
Maka kita harus meyakini bahwa pada awalnya para pengarang suci tersebut menuliskan Kitab Suci atas inspirasi Roh Kudus, sehingga apa yang dituliskan mereka tidak mungkin salah. Jika kemudian kita menemukan adanya ketidaksesuaian penulisan matematis di dalam Alkitab yang kita miliki sekarang, kemungkinan terjadi bukan karena kesalahan pengarang suci yang menerima inspirasi Roh Kudus, namun kepada hal- hal yang terjadi sesudahnya, misalnya penyalinan teks berikutnya, atau terjemahan yang kurang akurat. Ketidak- sesuaian ini bukan disebabkan karena Magisterium mengubahnya, namun karena dalam proses penyalinan teks kitab suci, terdapat kemungkinan adanya kekeliruan dari pihak- pihak yang menyalin teks, mengingat pada jaman dahulu, teks Kitab Suci diturunkan dengan disalin di atas naskah- naskah kuno oleh para rahib sepanjang sekitar 2000 tahun dan tidak pernah melalui proses standarisasi.
Sebelum penemuan penemuan Dead Sea Scroll (1947-1956), teks Perjanjian Lama yang tertua adalah teks Masoretik yang disusun sekitar tahun 800, sedangkan teks Septuagint (terjemahan Yunani dari Perjanjian Lama) dibuat sekitar abad ke-2 sebelum Masehi. Perbandingan antara teks-teks ini yang berselang antara 800-1000 tahun malah memberikan fakta yang sangat kuat, karena ternyata teks-teks tersebut 95% identik, dan hanya mempunyai variasi yang minor, dan hanya sedikit ketidakcocokan. Fakta ini menunjukkan bahwa Kitab Suci dapat dikatakan sebagai karya tulis yang paling akurat, jika dibandingkan dengan semua karya tulis lain pada jamannya, silakan anda melihat tabel perbandingannya di jawaban ini, silakan klik.
Maka, menyikapi adanya ketidakcocokan penulisan dalam Kitab Suci, kita berpegang kepada prinsip yang diajarkan oleh St. Agustinus:
“I have learned to hold those books alone of the Scriptures that are now called canonical in such reverence and honor that I do most firmly believe that none of their authors has erred in anything that he has written therein. If in these books I meet anything which seems contrary to truth, I shall not hesitate to conclude either that the text [the Codex] is innacurate, or that the translator has not expressed the meaning of the passage, or that I myself do not understand it.” (St. Augustine, Letter to St. Jerome, 82, 1,3, as found in William A Jurgen, ed. The Faith of the Early Fathers, vol.3 (Collegeville, MN, the Liturgical Press, 1979), 4.)
Terjemahannya:
“Saya telah belajar memegang kitab- kitab suci tersebut yang disebut sebagai kanon Kitab Suci, dengan penghormatan dan penghargaan sehingga saya sangat percaya dengan teguh bahwa tak seorangpun dari pengarangnya yang telah salah tentang apa yang telah dituliskan oleh mereka. Jika di dalam kitab- kitab tersebut saya menemukan apapun yang kelihatannya bertentangan dengan kebenaran, saya tidak akan ragu menyimpulkan, entah penyalinan teks yang tidak akurat, atau penerjemah yang tidak mengekspresikan arti dari perikop tersebut, atau bahwa saya sendiri yang tidak memahami akan hal itu.”
Kesulitan ataupun ketidakcocokan yang ada dalam Kitab Suci tersebut seharusnya membuat kita menjadi semakin rendah hati, dan mengakui keterbatasan kita dalam usaha kita memahami Kita Suci. Demkian yang dituliskan oleh Paus Pius XII:
“God wished difficulties to be scattered through the Sacred Books inspired by Him, in order that we might be urged to read and scrutinize them more intently, and, experiencing in a salutary manner our own limitations, we might be exercised in due submission of mind.” (Divino Afflante Spiritu 45)
Semoga kita semua dapat menyikapi adanya ketidakcocokan dan kesulitan- kesulitan dalam Kitab Suci tersebut dengan sikap yang arif, sebab kita percaya bahwa hal itu tidak mengubah keyakinan kita bahwa sejak awalnya Allah telah memberikan inspirasi kepada para penulis kudus agar mereka hanya menuliskan apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk dituliskan. Hal-hal tersebut dimaksudkan Tuhan agar kita semakin menyelidiki maksud yang ingin disampaikan oleh-Nya, dengan sikap kerendahan hati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom,
saya mau melanjutkan pertanyaan saya, jika memang ada terjadi kesalahan yg bersifat teknis, seperti dalam penyalinan yg tdk sesuai dgn teks asli, maka bagaimana kita tahu yang mana yg benar? Seperti dalam kasus jumlah kandang kuda Raja Salomo, ada yg menulis 4000 dan ada yg menulis 40.000, maka sebenarnya yg manakah jumlah kandang yg benar? Jika salah satunya benar (misalkan 4.000 yang benar) maka otomatis yang 40.000 merupakan jumlah yg salah. Nah, ini baru kesalahan yg bersifat matematis, bagaimana kalau kesalahannya bersifat doktrinal? Apakah ada kesalahan yg bersifat doktrinal dlm kitab suci selain daripada kesalahan matematis??
Dan mungkin dari yg Ibu terangkan di atas, saya bisa menyimpulkan bahwa memang di dalam Alkitab yang sekarang terdapat “Kesalahan”..???
dan juga sy ingin bertanya mengenai kata2 St. Agustinus yg seperti yg dikutip di atas:
“Jika di dalam kitab- kitab tersebut saya menemukan apapun yang kelihatannya bertentangan dengan kebenaran, saya tidak akan ragu menyimpulkan, entah penyalinan teks yang tidak akurat, atau penerjemah yang tidak mengekspresikan arti dari perikop tersebut, atau bahwa saya sendiri yang tidak memahami akan hal itu.”
Bagaimana beliau begitu yakin menarik kesimpulan seperti itu..?? Apakah kesimpulan yg beliau paparkan itu disertai dengan penelitian dan fakta ataukah hanya merupakan kesimpulan pribadi tanpa penelitian lebih lanjut??
Dan apakah Ibu bisa memberikan bukti bahwa kesalahan penulisan di Alkitab itu memang diakibatkan oleh kesalahan “teknis” pada saat penyalinan atau penerjemahan dan bukan merupakan kesalahan dari para penulis kitab itu sendiri..??
Mohon penjelasannya..
Terima Kasih…
Shalom Lian,
Memang ada orang- orang yang melihat adanya perbedaan angka yang ditulis dalam kitab yang satu dengan kitab lainnya dalam Kitab Suci, dan kemudian menjadi skeptis dan mempertanyakan keotentikan Kitab Suci, misalnya beberapa perbedaan seperti 1) jumlah prajurit di Yehuda dan Israel (lih. 2 Sam 24:9 dan 1 Taw 21:5); 2) jumlah kereta kuda Syria yang dikalahkan oleh Daud (2 Sam 10:18 dan 1 Taw 19:18); 3) jumlah kandang kuda Raja Salomo (lih. 1 Raj 4:26 dan 2 Taw 9:25); dan 4) jumlah “laut” tuangan (lih. 1 Raj 7:23,26 dan 2 Taw 4:5).
Perbedaan yang jelas ini sering diadakan sebagai bukti untuk mempertanyakan apakah benar Kitab Suci diinspirasikan oleh Roh Kudus. Namun sebenarnya perbedaan ini tidak dapat menjadi dasar, karena jika perbedaan ini sudah ada sejak Perjanjian Lama sendiri dituliskan, tentulah para penulis Kitab Suci tersebut akan mengetahuinya, karena jelasnya perbedaan tersebut. Seandainya saja tulisan mereka itu bukan Kitab Suci (tidak terinspirasi Roh Kudus) saja, jika mereka tahu ada kesalahan sedemikian, pasti akan mereka koreksi. Maka fakta bahwa terdapat suatu perbedaan yang menyolok tersebut dan ‘dibiarkan’, itu membuktikan bahwa perbedaan- perbedaan tersebut tidak ada pada saat Kitab Suci itu dituliskan, tetapi baru ada sesudahnya di abad- abad berikut, yang kemungkinan disebabkan karena kesalahan penyalinan.
Kita akan lebih mudah memahami tentang adanya perbedaan ini, jika kita mengetahui tentang sistem angka pada bangsa Yahudi. Untuk menuliskan jumlah, bangsa Yahudi tidak menuliskan dengan huruf tulis namun dengan huruf angka. Dan huruf- huruf angka ini mirip satu sama lain, dan perbedaannya sering hanya adalah detail yang sangat kecil, seperti titik atau variasi dari lebar atau tinggi suatu bagian dari huruf angka tersebut. Nah, kita mengimani bahwa Roh Kudus membimbing para penulis Kitab Suci tersebut sehingga pada waktu mereka menuliskan angka- angka itu mereka tidak salah, sehingga antara ayat- ayat yang paralel seperti empat contoh di atas semuanya sama persis. Namun dengan berlalunya waktu, manuskrip- manuskrip ini menjadi kabur karena termakan usia, dan simbol- simbol tertentu dapat menjadi kabur juga. Fakta ini, beserta dengan fakta bahwa para penyalin dan penerjemah Kitab Suci bukan orang yang secara khusus dan langsung mendapat inspirasi Roh Kudus untuk menyalin Kitab Suci, dapat mengakibatkan kemungkinkan terjadinya kesalahan penyalinan. Namun harus pula diakui, bahwa ketidakcocokan semacam ini juga sesungguhnya relatif sedikit, jika dibandingkan dengan literatur kuno lainnya. Di atas semua itu, ketidakcocokan ini -yang menyangkut hal numerik di ayat- ayat tersebut- tidak berkaitan dengan ajaran ataupun perintah apapun yang penting bagi pesan utama Kitab Suci yaitu keselamatan umat manusia.
Ketidakcocokan angka/ numerik dalam Kitab Suci tidak dapat dijadikan dasar untuk menganggap bahwa Kitab Suci tidak konsisten, dan kemungkinan terjadi juga ketidaksesuaian dalam hal- hal lain termasuk dalam hal pengajaran. Hal pengajaran tidak sama dengan penulisan angka, seperti yang telah disebutkan di atas; sehingga tidaklah mudah untuk terjadi kesalahan penyalinan, apalagi dengan persyaratan yang sangat ketat untuk penyalinan Kitab Suci, seperti yang pernah dibahas di sini, silakan klik. Jika ada pernyataan yang nampaknya bertentangan antara satu ayat dengan ayat yang lainnya dalam Kitab Suci, kita harus melihat kepada konteks keseluruhannya, dan dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa kedua pernyataan yang berbeda itu sama- sama benar. Berikut ini, silakan anda membaca akan adanya contoh- contoh tentang perbedaan pernyataan ayat- ayat di dalam Kitab Suci (ada 143 contoh perbedaan), yang walaupun berbeda dapat sama- sama menyampaikan kebenaran, silakan klik di link ini. Memang penjelasan tentang perbedaan ini bukan ajaran Magisterium, namun setidaknya kita dapat melihat bahwa terdapat penjelasan yang masuk akal terhadap perbedaan- perbedaan ini.
Dengan demikian tetaplah secara prinsip tetap dapat dikatakan bahwa Kitab Suci tidak mengandung kesalahan (Biblical inerrancy), seperti yang diajarkan oleh Paus Pius XIII dalam Providentissimus Deus (1893), Paus Benediktus XV dalam Spiritus Paraclitus (1920), Paus Pius XII dalam Divino Afflante Spiritu (1943), dan ditegaskan kembali dalam dokumen Konsili Vatikan II, Dei Verbum:
“Konsili suci mengakui bahwa “Allah, awal dan tujuan segala sesuatu, dapat diketahui dengan pasti dengan kodrati nalar manusia dari apa yang diciptakan” (lih. Rom1:20). Tetapi Konsili mengajarkan juga bahwa berkat wahyu Allah itulah segala kebenaran- kebenaran ilahi yang sesungguhnya dapat diketahui oleh akalbudi manusia, dapat diketahui oleh semua orang dengan mudah, dengan kepastian yang teguh dan tanpa tercampuri kekeliruan mana pun juga, bahkan di keadaan umat manusia pada saat ini.” (Dei Verbum, 6).
Demikian tanggapan kami, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Bu Ingrid,
Setelah membaca penjelasan Bu Ingrid. Saya berpendapat dan saya MENGIMANI bahwa setiap kata atau angka – angka ( titik & koma, kalau perlu ) dari Kitab Suci itu benar – benar 100 % absolut benar. Terkadang ini justru yang membuat kita harus semakin tunduk bahwa kita adalah orang – orang yang sangat terbatas dalam memahami Kitab Suci yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Kita tidak tahu SITUASI, KONDISI atau bahkan MAKSUD PENGARANG ( ROH KUDUS ) sendiri pada saat itu.
Misalnya dalam tentang jumlah kandang salomo. Siapa tahu yang dimaksud oleh Roh Kudus, 4000 itu adalah kandang besar. sedangkan tiap kandang besar terdapat 10 kandang kecil di dalamnya. Sehingga 40.000 itu adalah kandang – kandang kecil di dalam kandang besar. Disini letak masalahnya kita sebagai umat beriman. Masihkah kita ‘meragukan’ Roh Kudus yang ALLAH TAK TERBATAS. Atau kita tunduk pada padaNYA dan PERCAYA / BERIMAN ? Magisterium Gereja dan ensiklik sudah ‘berbicara’ bahwa Kitab Suci adalah 100 % ABSOLUT BENAR.
Ingat Lian, Tuhan Yesus berkata SATU IOTA / SATU TITIKPUN TIDAK AKAN dihapuskan dari Kitab – Kitab Musa. Sehingga Sang Sabda sendiri yang menjamin KEBENARAN KITAB SUCI.
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA, Lian.
Shalom Budi,
Memang kita mengimani bahwa setiap kata yang tertulis dalam Kitab Suci, seperti yang dituliskan oleh para pengarang kitab tersebut adalah sepenuhnya benar, seperti yang juga diajarkan oleh Tuhan Yesus (lih. Mat 5:18). Namun kita tidak dapat mengingkari bahwa ada perbedaan pada ayat- ayat paralel, misalnya perbedaan angka-angka seperti telah disebutkan di atas. Menyikapi hal ini, St. Agustinus mengajarkan demikian:
“Saya telah mempelajari untuk berpegang bahwa kitab- kitab tersebut dalam Kitab Suci, yang sekarang disebut kitab-kitab kanonik, dengan sikap tunduk dan hormat sehingga saya dengan teguh percaya bahwa tidak seorangpun dari pengarang- pengarang itu yang telah salah di dalam apa yang ditulisnya. Jika di dalam kitab- kitab itu saya menemukan apapun yang nampaknya bertentangan dengan kebenaran, saya tidak ragu untuk menyimpulkan apakah teks dalam Codex tersebut yang tidak akurat, atau penerjemahnya yang telah keliru mengekspresikan arti dari perikop tersebut, atau saya sendiri yang belum memahaminya. (diterjemahkan dari tulisan St. Augustine, Letter to St. Jerome, 82, 1,3, as found in William A Jurgen, ed. The Faith of the Early Fathers, vol.3 (Collegeville, MN, the Liturgical Press, 1979), 4).
Maka yang diajarkan oleh St. Agustinus adalah: jika kita menemukan ayat- ayat yang sulit, ataupun perbedaan- perbedaan ayat yang nampaknya tidak sesuai dengan kebenaran, selayaknya kita menerima kemungkinan adanya kesalahan penyalinan yang menyebabkan teks Codex itu tidak akurat, atau kesalahan penerjemah, atau kita sendiri yang memang belum memahami tentang mengartikan ayat- ayat tersebut. Namun faktanya prosentase ayat- ayat yang sulit ini adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan ayat, yang dengan mudah kita yakini sebagai kebenaran.
Demikian, mari kita belajar dari St. Agustinus, untuk menyikapi adanya perbedaan- perbedaan ayat tersebut, dengan prinsip yang sama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya ingin bertanya mengenai siap penulis dalam injil Lukas karena di Lukas 1 : 1-4 seperti terlihat bahwa penulisnya bukan 12 murid Yesus langsung yaitu Lukas ?? mohon Pencerahannya..Trims..Shalom..
Shalom Jerry,
Penulis Injil Lukas adalah Lukas. Memang Lukas itu tidak termasuk dalam bilangan kedua belas Rasul, seperti halnya Markus. Maka kedua Injil yang ditulis oleh rasul Yesus adalah Injil Matius dan Injil Yohanes, sedangkan kedua Injil yang lain ditulis oleh 1) Lukas rekan sekerja Rasul Paulus (Flm 1:24), dan Markus, yang adalah anak angkat Rasul Petrus (1 Pet 5:13).
Dalam bukunya Against the Heresies, buku III, bab 1, 1, St. Irenaeus menulis asal usul Injil yang berasal dari para rasul (berikut ini saya terjemahkan): “Kita belajar tentang rencana keselamatan tidak dari siapapun kecuali dari mereka yang olehnya Injil diturunkan kepada kita, yang mereka umumkan pada suatu saat kepada publik, dan yang selanjutnya, oleh kehendak Tuhan, diturunkan kepada kita di dalam Kitab Suci, untuk menjadi dasar dan tonggak iman kita…. Sebab, setelah Tuhan kita bangkit dari mati [para rasul] dikaruniai kuasa dari atas ketika Roh Kudus turun [atas mereka], dan mereka dipenuhi oleh segala [karunia-Nya], dan mempunyai pengetahuan yang sempurna: mereka pergi ke seluruh dunia, mengabarkan/ mengajarkan tentang kabar gembira dari Allah kepada kita, dan mengabarkan damai dari surga kepada umat manusia… Matius juga menuliskan Injil di antara umat Yahudi di dalam bahasa mereka, sedangkan Petrus dan Paulus mengajarkan Injil dan mendirikan Gereja di Roma…. Markus, murid dan penerjemah dari Petrus juga meneruskan kepada kita secara tertulis tentang apa yang biasanya dikhotbahkan oleh Petrus. Dan Lukas, pembantu Paulus, juga meneruskan kepada kita Injil yang biasanya dikhotbahkan oleh Paulus. Selanjutnya, Yohanes, rasul Tuhan kita …juga menuliskan Injil ketika tinggal di Efesus, Asia kecil.”
Urutan ini, Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, juga disebutkan dalam dokumen Konsili Vatikan II, tentang Wahyu Ilahi, Dei Verbum, 18 [mengutip St. Irenaeus, Against Heretics, III, 11, 8: PG 7, 885 Sagnard Edition, p.194].
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Berkah dalem,
Mohon penjelasan tentang 10 perintah Allah, kenapa 10 perintah Allah yg ada sekarang ini beda dengan yg tertulis di Alkitab PL? Terima kasih.
[dari katolisitas: Terima kasih atas pertanyaannya tentang 10 perintah Allah. Tentang hal ini telah dibahas di sini (silakan klik). semoga dapat membantu.]
Terima kasih untuk penjelasannya. Dengan adanya web ini sangat membantu untuk saya dapat lebih memahami tentang ajaran iman katolik.
Berkah Dalem.
Shalom Bp. Stef,
Terima kasih atas jawaban yang diberikan. Saya sudah mengarahkan rekan diskusi saya di FB ke website ini. Sisanya nanti akan saya jawab sendiri secara bertahap dengan menggunakan referensi yang Bapak berikan.
Salam Kasih dalam Kristus,
Primadi W.
Shalom saudara Primadi
Memang saya punya pengalaman berdiskusi dengan agama Islam, kebetulan diskusi kita dengan penuh kasih dan saling menghargai, sehingga tidak ada unsur mengejek atau berusaha menyalahkan. Namun ada 3 hal yang perlu anda ketahui dalam membaca Injil
1. Kita harus membaca PL dengan terang PB, dan membaca PB dengan terang PL.
2.Dalam menafsirkan ayat – ayat, kita harus melihat Surat – Surat Para Bapa Gereja agar kita bisa mengerti maksud dari tiap – tiap ayat tersebut pada jaman Alkitab ditulis ( tanpa salah interpretasi ).
3. Dalam menafsirkan ayat – ayat, Anda perlu mengetahui kondisi sosial, politik, ekonomi, agama pada jaman dahulu.
4. Anda perlu berdoa biar Roh Kudus yang memberikan pengertian dan sabdaNYA sendiri.
Nah ke-4 hal inilah yang tidak dimiliki orang – orang Non-Kristiani. mungkin teman anda Agama Islam asal gradak ( tanpa mempertimbangkan & diterjemahkan mentah – mentah ) untuk memberikan pertanyaan – pertanyaan seperti itu.
Kalau anda lihat website http://www.faithfreedom.org, itu adalah situs yang tersedia untuk kalangan Non-Islam dalam “[edit: mendebat]” orang – orang Islam, dan yang ada disana mulai dari kelas orang biasa sampai professor yang [edit: berdialog]. Situs itu yang di Indonesia pernah ditutup. Jadi pada dasarnya apa yang dikatakan oleh saudara Stef itu benar, setiap agama kalau mau ditanyakan baik secara moral maupun sejarah itu bisa.
Saran saya :
Hindari perdebatan, doa’kan mereka, biar roh kudus yang akan membuka hatinya pada kebenaran JESUS
JESUS Bless You
Shalom ,
Saya adalah pembaca setia Katolisitas.org. Saya melihat bahwa katolisitas.org adalah website yang bisa dijadikan acuan untuk pertumbuhan iman Katolik.
Saat ini saya sedang berdiskusi dengan seorang beberapa saudara muslim di facebook. Saya sempat menjawab pertanyaan mereka yang meminta bukti bahwa Yesus adalah Tuhan, dengan menggunakan referensi dari Katolisitas.org. Namun ada seorang yang lain, menyerang dengan membeberkan puluhan ayat Alkitab yang kontradiktif dengan iman kristiani, misalnya: ayat-ayat yang merendahkan martabat wanita (1Kor 14:34-35), mengandung kalimat pornografi (Yeh 23:20-21), tentang saingan Yesus yang lebih hebat, yaitu Melkisedek (Ibrani 7:1-3), mengajarkan penipuan dengan sengaja berbicara dengan perumpaan supaya mereka tidak memahami dan bertobat (Mark 4:12) dan masih banyak lagi. [edit: link dihapus]
Terus terang, saya, yang bukan seorang Katolik yang mendalami ilmu apologetik dan kitab suci, mengalami kesulitan memberikan jawaban. Mungkin Bp. Stef dan Bu Ingrid bisa membantu, entah dengan menampilkannya di Katolisitas.org (Sehingga saya tinggal merefer ke sana nanti dalam jawaban saya), atau menjawab langsung di facebook.
Terima kasih sebelumnya.
God Bless You
Primadi Wirawan
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
saya mau kasih saran kepada bro primadi.
mungkin bro primadi diserang dengan begitu banyak isi dari alkitab yg bahkan kita sendiri hanya sekedar membaca dan memahaminya secara awam, bukan mempelajari secara khusus.
sedangkan kita sendiri mungkin belum pernah membaca keseluruhan atau bahkan sedikit isi dari buku yg mereka sebut dengan kitab suci mereka.
jelas di sini mereka memeiliki lebih banyak “bahan” daripada kita.
saran saya hindari perdebatan, apalagi di dunia online, toh tidak ada untungnya buat kita.
karena kebenran iman kita diperlihatkan dari perbuatan kita sehari-hari, bukan dari perang kata2 apalagi duduk diam di depan komputer sambil ngetik2 mikir kata2 yg bisa bisa dipake buat ngelawan.
mending waktu di depan komputer di pake kegiatan sosial di luar, atau pelayan gereja lainnya.
:D
semoga damai kristus bersama kita semua.
[Dari Katolisitas: Pelayanan sosial ataupun di Gereja memang merupakan sesuatu yang baik, namun mendalami Kitab Suci juga merupakan sesuatu yang baik. Sebab Sabda Tuhan memerintahkan juga kepada kita agar kita mempertanggungjawabkan apa yang kita percayai (lih. 1 Pet 3:15), oleh karena itu, kita perlu mengenal ajaran iman kita, agar dapat mempertanggungjawabkannya. Namun cara kita memberikan pertanggungan jawab itu harus lemah lembut dan hormat, dan itulah yang harus senantiasa kita usahakan, agar dengan demikian kita membuktikan iman kita lewat sikap perbuatan dan perkataan kita.]
Syalom…
Maaf saya hanya Mau tanggapi Comment dari Aditya
Sebetulnya Tidak ada salah nya Kita bersaksi di Media FACE BOOK.
Silahkan Anda MAsuk kesana dan Lihat, betapa Para USTAD Rajin Berdakwa dengan Begitu banyak sanggahan dan mengirim pesan kepada orang2 kristen dengan mengatakan berbagai Hal yang bisa Meruntuhkan IMAN kristen.
Apabila tidak ada Orang yang Bisa Menyanggah dan membiarkan mereka mendakwah dengan Materi yang bertentangan dengan AJaran Kristen, maka Siap-siap Gereja di Hadapi dengan Persoalan Besar apabila banyak yang Murtad.
Contohnya saya di dakwah dengan Penyaliban YESUS BERDOA KEPADA TUHAN SIAPA, saya terpacu untuk belajar lebih banyak lagi tentang BIBLE, karena saya di dakwa dengan AYAT2 BIble yang tidak kita pahami dengan Jelas.
Ketika Kita kalah Argument dengan Mereka karena kita tidak Paham, hal itu membuat Iman Kita GOYAH dan BIMBANG.
INILAH AKU UTUSLAH AKU ….. Inilah kata2 yang biasa di Sebutkan Oleh Pasteur maupun pendeta….. Kita sudah di Utus namun Tidak memahami apalah Gunanya anda di UTUS ????
Jadi saya sAmbil Kesimpulan, Bersaksi dan Berceramah menyampaikna Keselamatan di Media Face Book Sangat Wajar sekali.
Demikian dan TUHAN MEMBERKATI . AMIN
Shalom sdr nonaning,
Sebenarnya yang dikatakan sdr Aditya bukan anti terhadap dunia maya seperti Facebook. Yang disarankan sdr Aditya adalah JANGAN TERLIBAT DALAM PERDEBATAN dalam dunia maya atau dunia online. Menggunakan dunia maya untuk pewartaan bukanlah buruk, malah Gereja menganjurkannya.
Mengikuti perdebatan di dunia maya, dengan tidak ada persiapan, dapat mengancam kita. Persiapan di sini saya artikan persiapan ke dalam dan ke luar. Ke dalam, kita harus tahu lebih dahulu ajaran iman kita; dan ke luar berarti kita harus tahu juga ajaran iman mereka.
Pengalaman saya begini. Saya memang lemah dalam hal pengetahuan iman saya, tapi saya tahu soal pengetahuan agama islam. Karena itu, ketika debat, saya hanya melihat titik lemah mereka. Ingat, ini debat, bukan diskusi. Saya memang tidak menyerang mereka, tapi hanya mengungkapkan titik lemah mereka.
Soal mewartakan, saya selalu menggunakan media Fecebook. Hampir setiap hari saya kutip ayat kitab suci yang menjadi bacaan harian.
Comments are closed.