Pertanyaan:
Shalom,
Terimakasih atas perhatiannya. Disini yg paling ingin saya tanyakan (menurut saudara seberang) adalah:
Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1 – 12 dan Ulangan 31:27). Akibatnya, kitab suci ini menjadi bercampur-baur antara kebenaran ilahi dan kesalahan-kesalahan manusiawi yang ditulis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
1) Pertanyaan:Apakah kitab kitab suci kita (perjanjian lama) tidak cocok dgn kitab Yahudi & mengapa?
2) Mengapa ada ketidakcocokan (ayat kontradiksi) di kitab suci kita (misalnya: kis 9: 7 dan kis 22 : 9; dan ada beberapa ayat lain).
Mohon penerangannya. Terimakasih saya ucapkan sebelumnya
Salam , Sonya Natalia
Jawaban:
Shalom Sonya,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang beberapa ayat di Alkitab yang diragukan kebenarannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1) Dikatakan “Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1– 12 dan Ulangan 31:27)”
a) Dalam beberapa ayat di dalam Alkitab Perjanjian Lama, memang dikatakan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang jatuh ke dalam dosa berkali-kali, seperti: keras hati dan tegar tengkuk (lih. Kel 32:9), suka memberontak (lih. Ul 9:7, 24; Yes 1:2), suka perpaling (Yer 2:11-13, 8:5), dan dosa-dosa yang lain. Namun, di satu sisi, kita juga harus melihat bahwa bangsa Israel menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah, seperti: dipilih dan dikasihi oleh Allah (Ul 7:6, 7:7), yang dipisahkan dari bangsa lain (Kej 17:10; 17:1), yang disebut umat yang kudus (Ul 14:2), yang menjadi harta kesayangan Allah (Kel 19:5; Maz 135:4), umat yang kudus (Kel 7:6; 14:21), kerajaan imam dan bangsa yang kudus (Kel 19:6), dll.
b) Jadi, kalau mau menyimpulkan bahwa ayat-ayat di Alkitab tidak dapat dipercaya, dengan argumentasi bahwa bangsa Israel adalah sangat durhaka adalah kurang dapat dipertanggungjawabkan, karena di satu sisi, Alkitab juga menyebutkan bangsa Israel adalah bangsa yang kudus, yang dipilih oleh Allah sendiri, yang menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah. Dan terbukti, bahwa Allah berbicara melalui perantaraan nabi-nabi untuk menyampaikan kebenaran, yang mempersiapkan seluruh bangsa pada kebenaran sejati, yang terpenuhi pada diri Yesus.
c) Tentang Mikha 3:1-12 dan Ulangan 31:27: Kalau kita membaca secara teliti, maka Mikha menujukan bab ini kepada para pemimpin di Israel (3:1-4), kepada nabi-nabi palsu (3:5-8), dan hukuman yang akan dijatuhkan (3:9-12). Ulangan 31:27 mengatakan “Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.” Di bagian 1b, telah saya paparkan bahwa ada yang menjadi sisi negatif dan sisi positif. Oleh karena itu, hanya melihat sisi negatif bangsa Israel serta menggunakannya untuk menyerang Alkitab, tanpa melihat sisi positif mereka adalah tindakan yang tidak jujur.
d) Kenyataan bahwa hal negatif dari bangsa Israel adalah tetap menjadi bagian dari Alkitab justru menambah nilai kebenaran Alkitab. Kalau memang sering diubah-ubah, seharusnya Alkitab Perjanjian Lama hanya menampilkan semua hal yang bersifat positif dan mencoret yang bersifat negatif. Namun, ini tidak dilakukan oleh bangsa Israel, karena justru penghayatan mereka bahwa mereka tidak berhak untuk merubah satu titikpun. Untuk keterangan lebih jelas tentang bagaimana mereka menyalin Alkitab, dijelaskan sebagai berikut:
(diambil dari: H.S. Miller, M.A, General Biblical Introduction from God to us, (Houghton, N.Y: The Word-Bearer Press, 1950), hal 184-185) menjabarkan bagaimana di abad-abad awal melakukan salinan manuskrip. Ada dua kelas manuskrip, yaitu Synagogue rolls dan Privite or common. Untuk menuliskan manuskrip Synagogue rolls, yang dipakai dalam bait Allah, maka ada aturan-aturan ketat yang harus diikuti. Aturan-aturan ini dituliskan di dalam Talmud:
1) Media penulisan harus terbuat dari kulit binatang yang tidak najis, dan harus dipersiapkan oleh seorang Yahudi. Dan kulit binatang yang menjadi media penulisan harus diikat dengan tali yang diambil dari binatang yang tidak najis.
2) Setiap kolom harus tidak boleh kurang dari 48 dan tidak boleh lebih dari 60 baris. Seluruh salinan harus ada di dalam garis yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jika ada tiga kata yang ditulis tidak di dalam garis, maka salinan tersebut tidaklah berharga apapun.
3) Tinta yang digunakan harus menggunakan warna hitam, yang dibuat dengan bahan-bahan yang telah ditetapkan.
4) Tidak boleh ada kata maupun huruf yang ditulis berdasarkan ingatan; Penyalin harus mempunyai otentik salinan di depannya dan dia harus membaca dan menyerukan dengan keras setiap kata sebelum menuliskannya.
5) Penyalin harus secara hormat mengelap alat tulis yang dipakainya sebelum menuliskan kata “Tuhan” dan dia harus membersihkan seluruh tubuhnya sebelum menuliskan kata “Yahweh”, karena takut nama yang kudus tercemari.
6) Aturan-aturan yang keras diberikan mengenai bentuk dari huruf, spasi antar huruf-huruf, kata-kata, dan bagian-bagian, penggunaan alat penulis, dan juga warna dari media penulisan, dll.
7) Revisi dari sebuah gulungan yang disalin harus dibuat dalam 30 hari setelah pekerjaan selesai; kalau tidak maka salinan tersebut dianggap tidak berharga. Satu kesalahan di satu lembaran, membuat lembaran tersebut tak berguna. Jika ada tiga kesalahan ditemukan di dalam halaman manapun, seluruh salinan tidak berharga.
8) Setiap kata dan setiap huruf dihitung, dan jika sebuah huruf dihilangkan, atau sebuah huruf ditambahkan, atau jika satu huruf bersinggungan dengan huruf yang lain, manuskrip tersebut tidak berharga dan dihancurkan saat itu juga.
9) Dan masih begitu banyak lagi peraturan-peraturan ketat yang harus mereka jalankan dalam menyalin manuskrip, yang kadang di telinga kita terdengar tidak masuk akal.
Dari sini, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa dengan peraturan-peraturan yang ketat, maka kita dapat dengan yakin mengatakan bahwa Alkitab yang kita kenal sekarang adalah sama dengan Alkitab yang ditulis pada masa lampau.
e) Untuk mengatakan bahwa Alkitab yang kita kenal sekarang telah dirubah-rubah, maka perlu dipertanyakan parameter yang digunakan. Kalau demikian, apakah semua Alkitab tidak dapat dipercaya, atau sebagian saja yang dapat dipercaya? Bagian mana yang dapat dipercaya dan bagian mana yang tidak dapat dipercaya? Apalah paramenter yang digunakan dalam menentukakan hal ini?
f) Silakan melihat tanya jawab tentang kebenaran Alkitab beserta dengan diskusi di bagian bawahnya (silakan klik).
2) Dikatakan “Mengapa ada ketidakcocokan (ayat kontradiksi) di kitab suci kita(misalnya: kis 9: 7 dan kis 22 : 9; dan ada beberapa ayat lain).”
Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.” (Kis 9:7)
Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.” (Kis 22:9)
a) Untuk melihat ketidakcocokan ayat-ayat tersebut, kita harus melihat bahasa asli dan arti dari kata-kata tersebut. Dalam bahasa Yunani, perkataan “mendengar” dibedakan antara 1) mendengar sesuatu yang berisik tanpa makna (dalam hal ini “mendengar” adalah dalam bentuk genetive case) dan 2) mendengar dalam artian mengerti maknanya (dalam hal ini “mendengar” adalah dalam bentuk accusative). Dalam Kis 9:7 perkataan mendengar yang sama digunakan juga di Yoh 12:28-29, dimana orang yang berkumpul mendengar, namun mendengar suara seperti bunyi guntur. Di dua ayat ini, “mendengar” bukanlah dalam bentuk “accusitive case“, sehingga dapat diterjemahkan mendengar dalam pengertian mendengar sesuatu namun tidak mereka mengerti. Namun, di dalam Kis 22:9, perkataan tidak mendengar mengambil bentuk “accusative case“, sehingga dapat diterjemahkan “tidak mengerti“.
Dengan demikian, di Kis 9:7 mereka mendengar namun tidak mengerti apa maknanya, karena mungkin hanya mendengar suara seperti guntur seperti yang juga dialami oleh orang-orang di Yoh 12:18-19. Oleh karena itu, Kis 9:7 tidaklah bertentangan, karena walaupun mereka mendengar, namun mereka tidaklah mengerti, yang diungkapkan di Kis 22:9, dengan perkataan “tidak mereka dengar“
b) Atau penjelasan yang mungkin lebih mudah adalah, dalam setiap bahasa, satu kata mempunyai beberapa arti tergantung dari konteksnya. Dalam kasus ini, mendengar (akouo) dalam bahasa Yunani berarti mendengar atau mengerti. Kita melihat di 1 Kor 14:2 “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti (akouo) bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.” Jadi, di dalam ayat ini, perkataan yang sama – akouo – diterjemahkan “mengerti” dan bukan “mendengar”. Jadi, kalau diterapkan pada ayat Kis 22:9, maka “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. (tidak mereka mengerti)“
Dengan demikian, maka kita melihat bahwa tidak ada pertentangan apapun di dalam Alkitab. Yang harus kita lakukan adalah melihat satu-persatu ayat yang kelihatannya bertentangan dan kemudian menganalisa dan menjabarkannya satu-persatu. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Alkitab Masih Asli atau Sudah Diubah-ubah?
Keaslian KItab Suci Nasrani tidak diterima oleh para ahli dari Islam. Sebagai pembuktian antara lain diambil beberapa teks kitab suci yang berasal dari beberapa terjemahan Indonesia dan Inggeris .
1. Sumber-sumber yang dijadikan pembanding ialah :
a. Alkitab terjemahan Indonesia versi lama
b. Alkitab terjemahan Indonesia versi baru
c. Domey Rheims Bible (DR) 1582 M
d. King James 1611 M
e. Domey-Rheims 1899 American Edition ( DR 1899 M )
2. Berdasarkan kelima sumber tersebut maka diambil dua contoh teks yang mengandung beberapa kata yang berbeda di dalam kelima sumber di atas.
a. Kata : “Guru yang baik, perbuatan ……” atau “Guru, perbuatan baik …..” pada Matius 19:16
b. Kata jumlah pada Samuel I , 6:19
– Tujuh puluh orang ( terjemahan lama)
– lima puluh ribu tujuh puluh orang ( terjemahan baru )
– seventy men, and fifty thousand of the common (DR 1582 M )
– fifty thousand and these score and ten men ( KJ 1611M)
– seventy men, and fifty thousand ( DR 1899 M )
3. Berdasarkan kedua contoh kutipan teks Alkitab, maka umat Islam meyakini bahwa firman Allah diubah-ubah manusia.
4. Di lain pihak : ada pandangan bahwa Al Qur’an menjiplak kitab suci Nasrani. Apakah pandangan tersebut mitos atau punya bukti ilmiah ?
Shalom Herman Jay,
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kitab Suci tidak mengandung kesalahan dalam hal ajaran iman (lih. KGK 136). Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Wahyu Ilahi, juga menyampaikan hal yang serupa, “Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita…” (Dei Verbum, 11).
Seringkali umat non-Kristen mempertanyakan ke-absahan Kitab Suci dengan mencari perbandingan ayat-ayat tertentu yang menunjukkan perbedaan angka-angka antara suatu ayat dengan lainnya, atau suatu terjemahan yang satu dengan terjemahan lainnya, dan kemudian atas dasar ini mereka menganggap bahwa ada kesalahan dalam Kitab Suci, sehingga mereka tidak mempercayai keseluruhan ajaran yang disampaikan dalam Kitab Suci. Sepertinya ini yang nampak dalam pertanyaan Anda.
Nah, sedangkan prinsip yang diajarkan oleh Gereja adalah bahwa Wahyu Allah yang dinyatakan kepada kita dalam Kitab Suci itu tidak mungkin salah dalam menyampaikan kebenaran yang dituliskan demi keselamatan kita. Perihal bahwa ada kemungkinan satu atau dua ayat yang diterjemahkan secara berbeda oleh beberapa versi Kitab Suci, itu tidak mengubah kenyataan bahwa Kitab Suci tidak mungkin keliru dalam menyampaikan ajaran iman.
Secara umum, Gereja Katolik mengambil patokan terjemahan dari teks Vulgata, atau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yang dikenal dengan sebutan Douay Rheims Bible (bukan Domey Rheims). Teks Vulgata sendiri merupakan terjemahan Latin yang mengambil dasar dari terjemahan Yunani Septuaginta. Terjemahan Vulgata ini dikerjakan oleh St. Hieronimus (St. Jerome) di abad ke-4.
Nah, untuk ayat-ayat yang Anda tanyakan itu:
1. Mat 19:6
Teks Vulgata-nya adalah: et ecce unus accedens ait illi magister bone quid boni faciam ut habeam vitam aeternam
atau yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, menurut Douay Rheims:
“And behold one came and said to him: Good master, what good shall I do that I may have life everlasting?“
maka kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, “Guru yang baik, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Teks tersebut mengacu kepada apa yang tertera dalam manuskrip Codex Vaticanus (ποιησω ινα), sedangkan terjemahan LAI tentang ayat tersebut, yang mengatakan “Guru, perbuatan baik apakah….” mengacu kepada Codex Sinaiticus (ποιησας).
Kedua manuskrip tersebut sama-sama diterima oleh Gereja, dan tidak dipertentangkan ataupun dipermasalahkan. Sebab kedua frasa itu tidak mengubah kebenaran ajaran iman Kristiani.
2. 1 Sam 6:19
Sejumlah orang mempertanyakan, berapakah sebenarnya jumlah orang yang wafat akibat mereka melihat ke tabut Tuhan. Sebab beberapa versi Kitab Suci menyatakannya berbeda. Terjemahan LAI menyatakan ‘tujuh puluh’, sedang konon menurut klaim yang Anda kutip, ada Terjemahan Baru yang mengatakan ‘limapuluh ribu tujuh puluh orang’. (Sebab Kitab Suci Terjemahan Baru LAI 1974 yang kami miliki tetap menyatakan hanya “tujuh puluh”)
Keterangan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard mengatakan bahwa manuskrip yang lebih awal, yaitu Septuaginta menunjukkan angka “tujuh puluh” orang wafat. Angka 50,000 merupakan tambahan berdasarkan acuan kepada manuskrip yang kemudian. Versi Douay Rheims menyatakan, “… He slew of the people seventy men, and fifty thousand of the common people.” (et percussit de populo septuaginta viros et quinquaginta milia plebis luxitque populus quod) yang menurut tata bahasa Ibrani dapat diartikan “70 orang dari 50,000 orang rakyat itu” (“and he slew of the people 70 men, 50,000 men“, terjemahan bebasnya: “dan Ia membunuh 70 orang dari rakyat itu, 50,000 orang”).
Di kitab Douay Rheims yang kami miliki di sini (edisi tahun 2006) juga tertulis demikian.
Terhadap ayat ini, penjelasan menurut Haydock Commentary adalah sebagai berikut:
“…karena melihat (rā’āh, melihat dengan rasa ingin tahu) ke dalam tabut Tuhan”…. Karena itulah terjadi wabah yang menjangkau semua daerah tersebut, termasuk kota Bet- Semes… Sebab hal itu dilarang, bahkan bagi kaum Lewi, untuk menyentuh ataupun melihat/ memandang Tabut tanpa selubung (lih. Bil 4:15,20)…. St. Gregorius menulis bahwa yang tertera wafat di sana adalah sejumlah laki-laki berpangkat (men of rank) wafat. Beberapa ahli Kitab Suci (termasuk ahli sejarah abad awal, Josephus) memperkirakan bahwa hanya 70 orang laki-laki yang wafat, namun seolah bernilai seperti 50,000 orang kebanyakan…. Dari sejumlah 50,000, 70 orang menjadi kurban keadilan ilahi. (Demikianlah terjemahan beberapa versi Kitab Suci, walaupun versi Syria dan Arab mengatakan 5070 orang laki-laki). Josephus menulis, “… sebab mereka berani menyentuh Tabut Allah dengan tangan mereka yang profan, sebab mereka bukan imam.” Sejumlah ahli Kitab Suci menduga bahwa angka 50,000 tersebut ditambahkan kemudian, yang artinya, 50,000 orang hadir di sana (aderant). Terlepas dari apakah angka 50,000 itu tambahan atau bukan, hal itu tidak mengubah hal prinsip yang ingin disampaikan, yaitu bahwa ada sejumlah orang yang dihukum oleh Tuhan, karena mereka telah menuruti rasa keingintahuan mereka, untuk melihat apakah orang-orang Filistin itu telah mengambil kedua loh batu kesepuluh perintah Allah… [yang tadinya ada di dalam Tabut itu. Namun dengan demikian, mereka melanggar kesucian yang disyaratkan Allah untuk memperlakukan Tabut Tuhan].
Dari penjelasan di atas, kita ketahui bahwa apapun versi Kitab Suci yang dijadikan acuan tidaklah mengubah ajaran iman yang ingin disampaikan, bahwa ada sejumlah orang yang dihukum oleh Tuhan, karena mereka telah melanggar ketentuan Tuhan tentang kesucian yang disyaratkan untuk memperlakukan Tabut Tuhan.
3. Firman Allah diubah-ubah?
Jika kita melihat kepada teks, sekalipun kita memasukkan angkanya, tidaklah mengubah pesan yang ingin disampaikan. Maka, menggunakan ayat itu untuk menuduh bahwa firman Allah diubah-ubah itu adalah tuduhan yang tidak benar.
4. Al Qur’an menjiplak Kitab Suci Kristiani?
Bukan fokus situs Katolisitas untuk mengadakan perbandingan Kitab Suci antara Kitab Suci Kristiani dan kitab suci agama lain. Namun dari fakta terbentuknya, memang Kitab Suci Kristiani telah terlebih dahulu ada sebelum agama Islam berdiri di sekitar abad ke-7.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom tim katolisitas,,
sempat saya membaca dalam sebuah situs di internet mengenai :
1. apakah benar Alkitab telah salah dalam menyebut Haman berada pada zaman setelah musa (dalam kitab Ester), sedangkan bukti sejarah dari prasasti batu rosetta menunjukan bahwa Haman berada pada masa Firaun?
2. dalam Alkitab online, beredar terjemahan baru dan terjemahan bahasa sehari-hari. Namun di dalam Matius 23:24 tertulis :
bahasa indonesia sehari-hari : Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! LALAT dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!
terjemahan baru: Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, NYAMUK kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
apakah ini membuktikan bahwa Alkitab dapat diubah? karena jelas sekali beda nyamuk dengan lalat.
3. apakah jawaban orang yahudi dalam :
Yohanes 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.”
merupakan bukti bahwa bagi orang yahudi dalam taurat tidak pernah disebutkan atau dinubuatkan tentang seorang manusia yang sama dengan Allah? sehingga penyebutan orang katolik bahwa yesus adalah Allah tidak memiliki dasar yang kuat dari Alkitab?
jawaban Yesus :
10:34 Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?
adalah suatu kesalahan karena di dalam kelima kitab musa (taurat) tidak pernah ada ayat tersebut?
terima kasih
Shalom Xells,
Tentang Historisitas Kitab Ester, klik di sini.
1. Kitab Suci tidak mengandung kesalahan/ kekeliruan (lih. Konsili Vatikan, Dei Verbum, 6). Maka tidak benar jika Kitab Suci telah salah menyebut nama Haman dalam kitab Ester. Silakan membaca penjelasan selanjutnya pada artikel tentang Historisitas Kitab Ester tersebut.
2. Dalam Mat 23:24: yang benar ‘lalat’ atau ‘nyamuk’? Silakan klik di sini, dan membaca point yang pertama.
3. Anda bertanya:
Yohanes 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.”
merupakan bukti bahwa bagi orang yahudi dalam taurat tidak pernah disebutkan atau dinubuatkan tentang seorang manusia yang sama dengan Allah? sehingga penyebutan orang katolik bahwa yesus adalah Allah tidak memiliki dasar yang kuat dari Alkitab?
Tanggapan kami:
Ini adalah tuduhan yang ditujukan kepada Yesus, yaitu bahwa Yesus telah menyamakan diri-Nya dengan Allah. Ini sesungguhnya merupakan bukti yang jelas, bahwa dengan cara-Nya sendiri Kristus menunjukkan diri-Nya sebagai Allah, sehingga Ia dituduh menghujat Allah oleh orang-orang Yahudi yang hidup pada zaman Yesus. Justru ini adalah salah satu bukti yang jelas dalam Kitab Suci bahwa Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Allah, sesuatu yang kerap dipertanyakan oleh mereka yang menentang ke-Allah-an Yesus, dengan mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengatakan bahwa diri-Nya adalah Allah. Padahal sesungguhnya, orang-orang Yahudi saat itu mengetahui bahwa Yesus menyatakan diri-Nya sama dengan Allah, dan justru karena hal inilah, maka Yesus dituduh menghujat Allah, sebab mereka tidak mau menerima pewahyuan Allah yang dinyatakan oleh Kristus, yaitu bahwa Allah itu memang satu (esa), namun Ia menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus Putera-Nya, yang adalah Allah, walaupun Ia mengambil rupa manusia.
Justru klaim ini menguatkan ajaran Kristiani, bahwa memang Kristus telah menyatakan diri-Nya sama dengan Allah, namun kekerasan hati bangsa Yahudi menolak pewahyuan Allah ini.
jawaban Yesus :
10:34 Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?
adalah suatu kesalahan karena di dalam kelima kitab musa (taurat) tidak pernah ada ayat tersebut?
Tanggapan kami:
Firman yang mengatakan, “Kamu adalah allah” dikutip Yesus dari kitab Mazmur, yaitu Mzm 82: 6, “Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.” Tidak berarti bahwa ayat-ayat yang dikutip dalam Perjanjian Baru hanya terbatas pada Kitab Taurat Musa. Banyak ayat Perjanjian Baru (termasuk pengajaran Yesus) yang mengacu kepada hukum-hukum Tuhan (law) yang tertulis dalam kitab-kitab para nabi dan Mazmur, selain dari kitab Taurat Musa. Yoh 10:34 mengatakan, “Jesus answered them: Is it not written in your law (νόμος/nómos): I said, you are gods?” (DRB, KJV)
Di frasa ‘kamu adalah allah‘ ini, digunakan awalan כ ‘ke’ yaitu כאלהים keelohim, yaitu awalan yang jika diterjemahkan mengacu kepada arti “like God”/ seperti Tuhan. Maka artinya adalah, kamu adalah seperti Allah. “Kamu adalah para wakil-Ku yang dilengkapi dengan kuasa dan otoritas untuk melakukan keadilan”, sehingga umat manusia disebut sebagai anak-anak dari Yang Maha Tinggi. Ayat Mzm 82:6 juga harus dibaca dalam kaitannya dengan ayat berikutnya, yang mengatakan: “Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.” (ay. 7). Maksudnya adalah manusia memang diberi martabat sebagai anak-anak Allah, diciptakan menyerupai gambaran Allah (lih. Kej 1: 26), namun demikian, manusia diingatkan Allah akan ke-fana-annya, yaitu bahwa ia akan mengalami kematian.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
terimakasih bu ingrid atas jawabanya
dari pertanyaan nomor 3 yang jadi pertanyaan umum adalah : mengapa terjemahan yang beredar merujuk pada sesuatu yang khusus (taurat=kelima kitab musa) namun bahasa asli menunjukan arti yang umum/ berbeda. Jadi mengapa diterjemahkan Taurat jika yang dimaksud Mazmur?
mengingat masalah terjemahan ini juga sering menjadi pertanyaan saudara non katolik.
Shalom Xells,
Sebenarnya, untuk memahami hal ini kita perlu menerima terlebih dahulu bahwa memang tentang hukum-hukum Tuhan terdapat dua istilah, yaitu yang disebut law (tôrāh, ֹ תָּרה bahasa Ibrani) dan law (νόμος/nómos, bahasa Yunani) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘hukum Taurat’ atau ‘Taurat’. Nah, ‘Taurat’ ini tidak selalu mengacu kepada kelima kitab Musa yang disebut Pentateuch, karena hukum Taurat tidak hanya disampaikan di lima Kitab itu.
Pada saat kitab Mazmur menyebutkan dalam Mzm 1:1-2, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” “Taurat” yang termasuk di sini adalah juga kitab Mazmur. Dan memang benar demikian, umat Yahudi yang taat bahkan mempunyai kebiasaan menghafalkan seluruh kitab Mazmur, membacakan ayat-ayat Mazmur kepada anak-anak mereka, menuliskannya pada sebuah kitab kecil yang kemudian diikatkan di kepala. Maka nampaknya ini adalah masalah persepsi. Umat Yahudi tidak membatasi hukum-hukum Tuhan hanya pada kelima Kitab Musa saja, melainkan juga kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Lama, termasuk Mazmur. Oleh karena itu, ketika Yesus mengacu kepada kitab Mazmur sebagai salah satu kitab yang menuliskan hukum Taurat, itu adalah suatu pernyataan yang tidak asing bagi para pendengar-Nya.
Dalam mengartikan Kitab Suci kita mengacu kepada bagaimana Gereja mengartikannya, yaitu antara lain, dengan memperhatikan konteksnya. Kita tidak perlu mudah dibingungkan oleh komentar orang-orang di luar Gereja, yang sering membaca Kitab Suci kita dengan maksud ataupun motif tertentu (seolah ingin mencari ‘kesalahan’), dan tidak berfokus untuk memahami teks itu sendiri. Kita tidak perlu memakai kerangka pikir macam ini, karena malah tidak membantu kita untuk memahami apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh teks Kitab Suci.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom bu ingrid,
terimakasih atas jawabannya. Ya, saya setuju dengan jawaban ibu,namun seringkali pertanyaan sepele semacam ini seperti sebuah jarum, kecil, namun bisa mematikan.
[Dari Katolisitas: Kecuali dipahami sejak awal bahwa pertanyaan tersebut sesungguhnya bukan jarum.]
Baiklah saya ingin bertanya lagi…
Yesus berkata dlm Matius 5:
“Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat….Aku datang bukan untuk meniadakannya…” (Matius 5:17)
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat….(Matius 5:18)
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:19)
Apa yg dimaksud hukum taurat itu? Kalau bukan hukum2 yg sama dalam PL, lalu apa dasarnya anda menafsirkannya?
Dan ini tentang revisi alkitab
Terjemahan lama:
SABDAweb Yoh 12:37
Maka sungguh pun bagitu banyak ‘alamat yang diadakan Isa dihadapannya, tiada juga orang-orang itu perchaya akan dia:
Melayu BABA (1913)
SABDAweb Yoh 12:37
Ttapi mski pun dia sudah buat bgitu banyak tanda-tanda di dpan dia-orang, t’ada juga dia-orang perchaya sama dia:
Klinkert 1879 (1879)
SABDAweb Yoh 12:37
Maka soenggoehpon diperboewat Isa beberapa-berapa moedjizat dihadapannja, tidak djoega mareka-itoe pertjaja akan dia: FAYH (1989)
———-
terjemahan baru
SABDAweb Yoh 12:37
Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat g di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,
BIS (1985)
SABDAweb Yoh 12:37
Walaupun sudah banyak keajaiban yang dibuat Yesus di depan mereka, mereka tidak percaya kepada-Nya.
TL (1954)
SABDAweb Yoh 12:37
Sungguhpun banyak tanda ajaib diperbuat oleh Yesus di hadapan mereka itu, tetapi tiada juga mereka itu percaya akan Dia.
Kok dari -nya/dia berubah jadi -Nya/Dia(merujuk pd Tuhan) ya?? Bagaimana bisa?
Shalom Nw,
Contoh yang Anda sebut sebagai revisi adalah revisi terjemahan Kitab Suci, namun sesungguhnya Kitab Suci-nya itu sendiri dalam bahasa aslinya (dalam hal ini Injil Matius dalam bahasa Yunani), tidak pernah direvisi. Maka segala yang tertulis di Kitab Suci memang tidak diubah ataupun direvisi.
Maka jika terdapat perbedaan kata “dia” yang tadinya ditulis dengan huruf kecil lalu kemudian dalam edisi tahun-tahun berikutnya ditulis dengan kata “Dia” itu kemungkinan berkaitan dengan perkembangan bahasa lokal yang mulai menggunakan huruf besar pada Pribadi yang Ilahi yaitu Tuhan. Harap dipahami bahwa dalam bahasa aslinya huruf Yunani tidak tertulis dalam alfabet yang kita kenal sekarang, yang mengenal adanya huruf kecil dan huruf besar. Tetapi hal ini tidak pernah menjadi masalah yang berarti, sebab hal keTuhanan Yesus tidak ditentukan dengan apakah kata ganti yang mengacu pada diri-Nya itu ditulis dengan huruf kecil atau huruf besar. Dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Tuhan Yesus telah menyatakan kodrat-Nya sebagai Tuhan dan sebagai manusia, sehingga huruf kecil ataupun huruf besar dalam penulisan kata ganti bagi-Nya, tidaklah menjadi hal yang patut dipersoalkan.
Hal ke-Tuhanan Yesus sudah pernah dibahas di artikel-artikel berikut ini:
Mengapa orang Kristen percaya bahwa Kristus adalah Tuhan
Diskusi tentang Ke-Allahan Yesus Kristus
Kristus yang Kita Imani = Yesus menurut Sejarah
Yesus sungguh Allah sungguh Manusia
Yesus Tuhan yang dinubuatkan oleh para Nabi
Aku Percaya akan Yesus Kristus Putera Allah yang Tunggal
dan itu tidak ada masalah, apakah kata ganti yang mengacu kepada Yesus ditulis dengan huruf kecil atau besar, sebab meskipun ditulis dalam huruf kecil sekalipun, tidak mengurangi ataupun mengubah esensi segala perbuatan dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, yang hanya mungkin dilakukan jika Ia adalah Allah.
Selanjutnya tentang apakah Kitab Suci pernah diedit, silakan membaca jawaban ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom,
Terimakasih atas perhatiannya. Disini yg paling ingin saya tanyakan (menurut saudara seberang) adalah:
Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1 – 12 dan Ulangan 31:27). Akibatnya, kitab suci ini menjadi bercampur-baur antara kebenaran ilahi dan kesalahan-kesalahan manusiawi yang ditulis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
1) Pertanyaan:Apakah kitab kitab suci kita (perjanjian lama) tidak cocok dgn kitab Yahudi & mengapa?
2) Mengapa ada ketidakcocokan (ayat kontradiksi) di kitab suci kita(misalnya: kis 9: 7 dan kis 22 : 9; dan ada beberapa ayat lain).
Mohon penerangannya ya. Terimakasih saya ucapkan sebelumnya
Salam , Sonya Natalia
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Shalom Stef,
Terimakasih atas penerangannya yg begitu baik dan dapat saya mengerti.
Saya akan bertanya lagi bila ada yg tidak saya fahami mengenai kitab suci.
Salam,
Sonya Natalia
Comments are closed.