Pertanyaan:
Bagaimana Penghibur, yaitu Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu dan akan mengingatkan pada setiap orang Katholik ? (Yoh 14:26). Apakah setiap orang Katholik itu selalu diajarkan dan diingatkan oleh Roh Kudus dalam setiap usaha dan persoalannya ? Machmud
Jawaban:
Shalom Machmud,
Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Dominum et Vivificantem/ DeV 27 (Roh Kudus di dalam hidup Gereja dan dunia) mengajarkan bahwa peran Roh Kudus yang terutama, menurut Alkitab adalah, “menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.” (Yoh 16:8). Sebenarnya, inilah yang terjadi sebelum seseorang dibaptis dan menerima Kristus: ia menyadari bahwa dirinya berdosa di hadapan Allah, dan hanya dengan demikian, ia dapat dipimpin oleh Allah menuju kebenaran yaitu dengan menerima Kristus, Sang Kebenaran itu sendiri (lihat Yoh 14:6). Roh Kudus-lah yang memampukan seseorang untuk dengan jujur melihat ke dalam hati nuraninya sendiri, untuk melihat apakah ia dalam posisi yang benar/ salah di hadapan Allah. Sebab di dalam hati nurani setiap orang, sesungguhnya Allah telah menanamkan suatu hukum yang tidak dibuat oleh orang itu sendiri, dan hukum ini mendorong orang tersebut untuk mentaatinya (DeV 43). Jadi sesungguhnya hati nurani manusia tidak sepenuhnya berdiri sendiri dalam menentukan hal yang baik dan buruk. Di sinilah peran Roh Kudus untuk membentuk hati nurani seseorang. Jika orang itu membuka dirinya terhadap dorongan Roh Kudus, maka orang tersebut akan dapat dipimpin kepada integritas hati nurani yang dapat membedakan hal yang baik dan buruk yang sesuai dengan kehendak Tuhan (dan bukan atas kehendak sendiri). Dalam hal inilah Tuhan Yesus mengatakan, bahwa Roh Kudus, Sang Penghibur, “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 14:26)
Pada saat seseorang dibaptis, maka ia menerima Roh Kudus, dan dikatakan bahwa tubuhnya menjadi bait Allah Roh Kudus (lihat 1 Kor 3:16; KGK 1265). Melalui Pembaptisan, Allah Tritunggal memberikan rahmat pengudusan, 1) yang memampukan mereka untuk percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, mengasihi-Nya dengan melakukan kebajikan-kebajikan ilahi, 2 ) yang memberikan kuasa untuk hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan Roh Kudus melalui karunia-karunia Roh Kudus, 3) yang menjadikan mereka bertumbuh di dalam kebaikan melalui kebajikan moral (lihat KGK 1266).
Namun demikian, walaupun mereka yang telah dibaptis dan menerima Roh Kudus, seharusnya dapat mempunyai hati nurani yang baik, tetapi kenyataannya, tidak dapat dikatakan bahwa semua orang yang telah dibaptis pasti tidak pernah berbuat salah. Walaupun Roh Kudus berkarya di dalam hatinya, namun dalam memutuskan segala sesuatu, ada faktor kehendak bebas dari orang itu untuk mengikuti pimpinan Roh Kudus atau menolak-Nya. Dalam hal ini Gereja mengajarkan agar para umat beriman menimba kekuatan dari Tuhan Yesus sendiri melalui doa dan sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi, agar mereka dapat dikuatkan dan menjadi lebih peka dan lebih terbuka kepada pimpinan Roh Kudus untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, terutama adalah, perintah untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://katolisitas.org
Beberapa saat lalu saya mendengar khotbah dari seorang hamba tuhan dr amerika yg sgt terkenal di indonesia yang menyatakan bhw Yesus tidak bisa dikenal tanpa Roh Kudus ! Mohon penjelasannya apakah para rasul juga tdk kenal Yesus sebelum mendapat penghembusan Roh Kudus ? (Yoh 20:22) trima kasih sebelumnya. Tuhan memberkati.
[Dari Katolisitas: Tentu saja para rasul mengenal Kristus -seperti layaknya kita akan mengenal seseorang yang hidup bersama kita selama 3 tahun. Namun pengenalan mereka akan Kristus masih terbatas dan tidak sempurna, sehingga pengenalan mereka akan Kristus sebagai Mesias tidak sesuai dengan pengertian Mesias sebagaimana yang Allah kehendaki. Mereka baru memperoleh pengertian yang benar tentang Kristus sebagaimana dikehendaki Allah, setelah mereka menerima Roh Kudus di hari Pentakosta.]
Shalom dalam kasih Kristus…
Terima kasih atas petunjuk dari katolisitas.org, benar-benar lengkap dan jelas. Apa yang telah dituliskan ini akan menjadi referensi dan pegangan saya. Situs ini seolah menjadi suatu perpustakaan Katolik Online. Semoga dengan demikian, iman percaya kita semakin tumbuh menuju kekudusan dalam terang dan bimbingan Tuhan melalui perpustakaan ini.
Untuk admin terkasih, bapak Stefanus dan ibu Ingrid, kiranya Tuhan Yesus senantiasa memberkati bapak/ibu dalam setiap pelayanannya. Amin
Shalom dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus…
Kalau diperkenankan, ada hal yang ingin saya tanyakan. Hal ini berhubungan dengan eksistensi Alkitab…
Bagaimana kredibilitas dari Roh Kudus dalam penulisan Alkitab?
Bagaimana kita meyakini bahwa isi dari Alkitab itu adalah karya yang dilatar belakangi oleh ilham dari Roh Kudus?
Bagaimana saya menjelaskan dan meyakinkan saudara dari kalangan non-Kristiani apabila ada di antara mereka yang menanyakan hal tersebut?
Mohon petunjuk, terima kasih.
(Yanuanri)
Shalom Yanuanri,
Gereja Katolik mengajarkan bahwa dalam penulisan Alkitab, ada dua pihak yang terlibat, yaitu Allah Roh Kudus yang memberikan inspirasi, dan sang penulis sebagai orang yang dipilih untuk menuliskan kitab tersebut.
1. Bagaimana kredibilitas Roh Kudus dalam penulisan Alkitab?
Karena yang memberikan inspirasi dalam penulisan Kitab Suci adalah Roh Kudus, maka kita dapat mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh Kitab Suci adalah kebenaran, dan tidak mungkin salah. Stefan Leks, dalam bukunya, Inspirasi dan Kanon Kitab Suci (Lembaga Biblika Indonesia: Kanisius, 1992), hl. 65-96, mengatakan bahwa karena diinspirasikan oleh Allah sendiri,
“Kitab Suci berisikan sabda yang hidup, berdaya guna dan suci…. akibat inspirasi tampak dalam kesatuan dan kesinambungan Kitab Suci yang melampaui kemampuan manusiawi, serta dalam kebenarannya…”
Atas pengertian ini Stefan Leks menjabarkan ada tiga ciri khas dari Kitab Suci, yang menunjukkan bahwa Kitab Suci ditulis atas ilham Roh Kudus, yaitu karena:
a) Kitab Suci berisikan Sabda yang hidup, menyelamatkan dan menguduskan
Karena Allah adalah hidup, maka Sabda-Nya juga adalah perkataan- perkataan yang hidup; maksudnya bukan hanya pengajaran tentang cara hidup, tetapi hidup itu sendiri yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Hidup ilahi yang terkandung dalam Kitab Suci mampu membawa manusia ke dalam persekutuan dengan Allah. Maka, penting di sini untuk menangkap kisah- kisah dalam Kitab Suci bukan semata secara lahiriah [apa yang tertulis secara literal di sana], tetapi menurut makna religiusnya. Dengan demikian manusia terhubungkan dengan realitas ilahi, dan dari sinilah datangnya kehidupan bagi manusia.
Kitab Suci adalah Sabda yang menyelamatkan, karena merupakan sarana yang menawarkan keselamatan dan menghantarkan seseorang kepada keselamatan kekal (lih. Kis 13:26; Ef 1:13)
Kitab Suci dikatakan kudus, dan menguduskan, karena Kitab Suci berasal dari Allah yang kudus; dan yang dapat memindahkan manusia ke pihak Allah melalui iman.
b) Isi Kitab Suci menunjukkan kesatuan dan kesinambungan
Walaupun Kitab Suci terdiri dari banyak bagian- bagian, dengan para penulis yang berbeda, zaman penulisanpun berbeda- beda, gaya bahasa/ sastra yang digunakan juga berbeda- beda, namun secara keseluruhan menunjukkan kesatuan dan kesinambungan yang menakjubkan. Kesatuan dalam hal ini ditunjukkan dengan dinyatakannya karya penyelamatan Allah sejak awal mula dunia sampai diwujudkannya rencana tersebut dalam sejarah manusia di dalam Yesus Kristus.
c) Isi Kitab Suci merupakan kebenaran yang menyelamatkan
Walaupun Kitab Suci yang ada di dunia merupakan teks- teks salinan, dan bukanlah teks Kitab Suci yang asli, kita dapat mengetahui bahwa para penyalin tersebut tidak mengkhianati apa yang mereka salin. Walaupun ada banyak orang yang menyalin teks Kitab Suci, namun mereka tidak mengubahnya dalam hal- hal pokok. Maka, walaupun kita ketahui bahwa Kitab Suci telah disalin berulang kali dalam sejarah manusia, namun isinya tetap konsisten. Mengenai hal keakuratan penyalinan Kitab Suci, silakan anda membaca di sini, silakan klik. Kebenaran yang disampaikan di sini mencakup kebenaran baik dari segi fakta, sejarah maupun dalam hal iman.
2. Bagaimana kita meyakini bahwa isi dari Alkitab itu adalah karya yang dilatar belakangi oleh ilham dari Roh Kudus?
Sebenarnya, ketiga ciri di atas sudah cukup kuat membuktikan bahwa isi Kitab Suci merupakan kitab yang ditulis oleh ilham Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang mengakibatkan bahwa apa yang ditulis di dalamnya adalah kebenaran.
Mengenai topik Kebenaran Kitab Suci, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik di sini, Dan topik apakah Injil itu dipalsukan Paulus, silakan klik di sini. Lihatlah tabel perbandingan di sana, antara Kitab Suci dengan karya- karya tulis lain pada abad- abad awal. Jika kita membandingkan Kitab Injil dan Perjanjian Baru dengan karya tulis apapun di abad pertama kita akan mengetahui bahwa walaupun Kitab Suci tidak pernah mengalami proses standarisasi, tetapi kenyataanya salinan Kitab Suci secara umum tetap konsisten. Ahli Kitab Suci Norman Geisler and William Nix menuliskan demikian, “The New Testament, then, has not only survived in more manuscripts that any other book from antiquity, but it has survived in a purer form than any other great book-a form that is 99.5 percent pure.“ Penemuan naskah Dead Sea Scrolls di tahun 1947 membuktikan juga keakuratan teks Kitab Suci, dalam hal ini teks Perjanjian Lama.
Kitab Suci kita tidak ditulis berdasarkan ilham Roh Kudus atas satu atau dua orang, melainkan atas banyak orang yang hidup di jaman yang berbeda- beda (selang ribuan tahun), namun secara konsisten menyampaikan maksud yang sama dalam kesatuan rencana keselamatan Allah, itulah yang menandai bahwa Kitab Suci merupakan karya Roh Kudus, dan untuk itulah kita layak untuk tertunduk kagum.
3. Bagaimana saya menjelaskan dan meyakinkan saudara dari kalangan non-Kristiani apabila ada di antara mereka yang menanyakan hal tersebut?
Ada baiknya kita membandingkan Kitab Suci dan karya tulis di jaman kuno, untuk melihat secara obyektif bahwa Kitab Suci mempunyai tingkat akurasi yang tinggi, walaupun tidak pernah mengalami proses standarisasi. Silakan membaca kembali link ini, dan lihat perbandingannya dalam tabel, silakan klik.
Demikian, semoga ulasan di atas dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom katolisitas,
Bisakah katolisitas mengajarkan ciri-ciri Roh Kudus?
Dan menjelaskan tanda-tanda yang membedakan orang yang telah menerima-Nya?
Terimakasih.
Shalom Tony,
Roh Kudus adalah Roh Allah sendiri, sehingga ciri- ciri-Nya sama dengan ciri- ciri Allah, yaitu Kasih, karena Allah adalah Roh (Yoh 4:24) dan Allah adalah Kasih (1 Yoh 4:8). Nah, Sabda Tuhan mengatakan bahwa salah satu tugas Roh Kudus adalah menginsyafkan seseorang akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh 16:8).
Maka tanda- tanda orang yang telah menerima Roh Kudus adalah orang tersebut harus insyaf akan dosa- dosanya, terbuka untuk terus mempelajari dan melaksanakan kebenaran, dan sadar akan adanya hari penghakiman, sehingga hidup sesuai dengan perintah- perintah Tuhan. Sedangkan tanda- tandanya orang yang sudah menerima Roh Kudus adalah: orang tersebut menampakkan buah- buah Roh Kudus, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).
Setiap orang yang sudah dibaptis, sudah menerima Roh Kudus, dan karena itu harus hidup sesuai dengan panggilan kekudusan sebagai murid- murid Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Trimakasih atas jawabannya..
Dan manifestasi Roh Kudus dinyatakan secara penuh pada hari Pentakosta, yang terjadi setelah Kristus menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga (misteri Paskah)
Apa yang dimaksud dengan “manifestasi Roh Kudus dinyatakan secara penuh” ?
Shalom Jerry,
Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, manifestasi Roh Kudus dinyatakan secara penuh setelah misteri Paskah Kristus. Berikut ini adalah beberapa kutipan dari Katekismus Gereja Katolik:
KGK, 702. Sejak awal sampai “genap waktunya” (Gal 4:4) kedua utusan Bapa, yakni Sabda dan Roh tinggal tersembunyi, tetapi bekerja. Roh Allah mempersiapkan Mesias. Tanpa diwahyukan secara penuh, kedua-duanya sudah dijanjikan, supaya mereka dinantikan dan diterima pada waktu penampakan-Nya. Karena itu, kalau Gereja membaca Perjanjian Lama Bdk. 2 Kor 3:14. ia mencari di dalamnya Bdk. Yoh 5:39.46. apa yang Roh, “yang bersabda melalui para nabi”, hendak mengatakan kepada kita mengenai Kristus. Iman Gereja mengartikan “para nabi” di sini sebagai semua mereka yang Roh Kudus ilhami dalam penyusunan buku suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tradisi Yahudi membedakan hukum (lima buku pertama, yang dinamakan Pentateukh), para nabi (buku-buku yang kita namakan buku sejarah dan profetis) dan kitab-kitab (terutama buku-buku kebijaksanaan dan teristimewa mazmur) Bdk. Luk 22:44.
KGK, 731. Pada hari Pentekosta (pada hari terakhir dari ketujuh minggu Paskah) selesailah Paskah Kristus dalam curahan Roh Kudus. Sekarang Ia nyata sebagai Pribadi ilahi. Sekarang Ia diberikan dan diumumkan secara terbuka sebagai Pribadi ilahi. Kristus Tuhan memberi Roh dalam kelimpahan Bdk. Kis 2:33.
KGK, 732. Pada hari itu Tritunggal Maha Kudus dinyatakan secara penuh dan utuh. Sejak hari itu Kerajaan yang diumumkan Kristus telah dibuka bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Meskipun mereka manusia lemah, namun dalam iman mereka sudah ikut ambil bagian dalam persekutuan Tritunggal Maha Kudus. Oleh kedatangan-Nya yang tidak terputus-putus, Roh Kudus membiarkan dunia masuk ke dalam “zaman terakhir”, zaman Gereja: Kerajaan Allah sudah diterima sebagai warisan, namun belum diselesaikan.
“Kami telah melihat terang yang benar, kami telah menerima Roh surgawi, kami telah mendapat iman yang benar. Kami menyembah Tritunggal yang tidak terbagi karena Ia telah menyelamatkan kita” (Liturgi Bisantin; Tropar dalam Ibadat Sore Pentekosta; diambil sebagai nyanyian sesudah komuni dalam perayaan Ekaristi).
Dari Katekismus Gereja Katolik di atas, maka kita tahu bahwa Sang Sabda (Kristus) dan Roh (Roh Kudus) ada sejak awal mula, sampai akhirnya perutusan mereka masuk ke dalam sejarah manusia: Kristus dalam peristiwa lahir, karya publik, kematian, kebangkitan dan kenaikan ke Sorga; dan Roh Kudus dalam peristiwa Pentekosta dan terus berlangsung sampai akhir zaman menyertai Gereja dan seluruh umat Allah. Manifestasi Roh Kudus ini dinyatakan secara penuh pada hari Pentekosta, di mana Roh Kudus mulai berkarya secara nyata dengan memampukan umat Allah untuk memberikan kesaksian bahwa Kristus adalah Tuhan kepada semua bangsa, sehingga keselamatan dapat terbuka bagi segala bangsa (lih. KGK ,732). Semoga keterangan tambahan ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Yohanes 14:26 “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus
yg akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yg akan mengajar segala
sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yg Kukatakan
kepadamu.SIAPA PENGHIBUR YANG DI MAKSUD AYAT TSB?
“Jikalau Aku tidak pergi, dia tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu “.
Padahal sudah dari zaman PL Roh Kudus selalu berkarya..
Mohon penjelasanya..Thx
Shalom Jerry,
Terima kasih atas pertanyaannya. Roh Penghibur yang dimaksud adalah Roh Kudus, seperti yang dinyatakan di ayat Yoh 14:16-17. Bagaimana Dengan ayat Yoh 16:7, yang mengatakan “…Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Ayat ini tidak berbicara tentang eksistensi Roh Kudus, namun tentang manifestasi Roh Kudus. Kita mengetahui bahwa Roh Kudus adalah pribadi ke-3 dari Trinitas yang keberadaan-Nya tidak mempunyai awal bersama-sama dengan Allah Bapa dan Allah Putera. Dan manifestasi Roh Kudus dinyatakan secara penuh pada hari Pentakosta, yang terjadi setelah Kristus menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga (misteri Paskah). Semoga keterangan singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Damai Kristus Pak Stefanus Tay,
Saya ingin menanyakan tentang asal ROH KUDUS. Jika saya mencermati Injil Yohanes maka saya bisa menarik kesimpulan bahwa ROH KUDUS bisa berasal dari PRIBADI BAPA dan PRIBADI PUTERA namun dengan fungsi yang berbeda.
1. ROH KUDUS dari BAPA
ROH KUDUS dari BAPA berdasarkan Injil Yoh 14:26 “tetapi Penghibur, yaitu ROH KUDUS, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
berdasarkan ayat tersebut ROH KUDUS dari BAPA ini fungsinya adalah mengajarkan kebenaran kepada murid-murid KRISTUS dan akan mengingatkan segala yang KRISTUS katakan. ROH KUDUS ini dipercaya akan diterima oleh mereka yang percaya akan KRISTUS YESUS.
2. ROH KUDUS dari PUTERA
ROH KUDUS dari PUTERA berdasarkan Injil Yoh 20:21-23 : Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah ROH KUDUS.
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
berdasarkan ayat tersebut ROH KUDUS dari PUTERA ini fungsinya adalah memberikan kuasa untuk mengampuni dosa. ROH KUDUS ini tidak sembarangan diterima oleh orang namun hanya kepada mereka yang sudah ditasbihkan dengan sakramen Imamat.
Mohon tanggapannya terhadap kesimpulan yang saya buat di atas Pak Stefanus sehingga memberikan pencerahan yang benar menurut iman Katolik kepada saya.
Terimakasih dan TUHAN memberkati.
Banyak-banyak salam,
Bernardus Aan
Shalom Bernardus Aan,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Roh Kudus. Kita tidak dapat memisahkan antara Roh Kudus yang berasal dari Bapa dan Roh Kudus yang berasal dari Putera, karena Roh Kudus adalah merupakan hasil pertukaran dari kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera. Hubungan kasih antara Allah Bapa dan Allah Putera adalah tak berawal dan kekal, sehingga hasil dari pertukaran kasih ini adalah kekal. Kasih Allah Putera kepada Allah Bapa diwujudkan oleh Kristus dengan rela menderita dan mati di kayu salib. Dan setelah peristiwa ini, maka Roh Kudus dimanifestasikan secara penuh pada hari Pentakosta. Dengan demikian, kita tidak dapat melihat Roh Kudus secara terpisah dari Allah Bapa dan Allah Putera, karena ke-tiga Pribadi ini ada dalam masing-masing Pribadi. Bahwa Allah Bapa adalah Pencipta, Allah Putera adalah Penebus dan Allah Roh Kudus adalah Pengudusan hanyalah merupakan penguntukan (appropriation), karena sebetulnya tugas-tugas tersebut dilakukan secara bersama-sama. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
Dengan demikian, kita tidak dapat membagi masing-masing Pribadi Allah dengan melupakan persatuan antar pribadi dalam satu hakekat, maupun sebaliknya menyatukan semua Pribadi dengan melupakan adanya perbedaan relasi antar ke-Tiganya. Semoga dapat memperjelas dan bukan membingungkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Keb 9:17 Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?
Apakah Roh Kudus sudah ada (diturukan) sejak PL? Bukankah Roh Kudus baru diturunkan pada hari pantekosta?
Shalom Alexander Pontoh,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Roh Kudus di dalam Perjanjian Lama. Secara prinsip, kita tahu bahwa Tritunggal Maha Kudus – Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, melakukan penciptaan, penyelamatan dan pengudusan bersama-sama. Namun, masing-masing tugas tersebut ditujukan (appropriate) pada pribadi-pribadi Trinitas, seperti: penciptaan adalah Allah Bapa, penyelamatan adalah Allah Putera dan pengudusan adalah Allah Roh Kudus. Namun, karena masing-masing Pribadi adalah tak terpisahkan dan satu, maka Tritunggal Maha Kudus melakukan seluruh tugas tersebut secara bersama-sama dan tak terpisahkan.
Jadi, adalah hal yang wajar, kalau dalam Perjanjian Lama kita dapat melihat adanya Roh Kudus, walaupun belum dimanifestasikan secara penuh. Kita dapat melihat Roh Kudus dinyatakan dalam PL sebagai Roh Allah, seperti terlihat di dalam: Kej 1:2; Mzm 32:6; 50:13; 103:30; 138:7; 142:10; Yes 11:2; 42:1; 61:1; 63:10; Yeh 11:5; Keb 1:5,7. Namun, Roh Kudus dimanifestasikan secara penuh pada peristiwa Pentakosa dan terus menyertai Gereja dan umat Allah sampai pada akhirnya, yaitu Kerajaan Sorga. Semoga keterangan singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
halo, saya mau tanya apakah seorang katolik boleh menjadi pendeta???
dan jika sesorang memiliki karuni dari 7 karunia roh kudus, apakah harus dilakukan agar karunia itu dpt digunakan maksimal..mks
Shalom Danudoro,
Terima kasih atas pertanyaannya apakah seorang Katolik dapat menjadi pendeta. Ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, apakah orang tersebut mengerti akan konsep keselamatan dalam Gereja Katolik, di mana orang yang mengerti bahwa Gereja Katolik menjadi sakramen keselamatan, namun tidak mau masuk di dalamnya, dia tidak dapat diselamatkan. Hal ini dikarenakan, dia telah mengetahui kebenaran, namun tidak mengikuti kebenaran tersebut. Kedua, apakah tujuan dari seorang katolik menjadi pendeta? Apakah karena orang tersebut tidak yakin dengan ajaran dari Gereja Katolik atau dilatarbelakangi alasan yang bersifat pribadi, seperti: finansial, kenyamanan, dll. Kalau yang menjadi masalah adalah pencarian kebenaran, maka pertanyaannya adalah apakah orang tersebut telah benar-benar mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran dan kekuatannya. Kalau alasannya adalah meningkatkan tingkat kehidupan, maka orang tersebut telah menempatkan kepentingan pribadi di atas kebenaran, di mana tidak dapat dibenarkan. Silakan orang tersebut untuk mempertimbangkan dua hal di atas.
Kalau seseorang memiliki tujuh karunia Roh Kudus, maka hendaklah dia berdoa, agar dia dapat mempunyai 9 buah-buah Roh Kudus, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (lih Gal 5:22-23), karena tidak ada hukum yang menentang hal-hal ini. Rasul Paulus juga telah memperingatkan jemaat di Korintus, yang mempunyai begitu banyak karunia Roh Kudus, agar terhindar dari kesombongan dan juga perpecahan. Dengan demikian, tujuh karunia Roh Kudus, seharusnya tidak boleh sampai menimbulkan perpecahan dan melepaskan diri dari Gereja. Jadi, pergunakanlah karunia-karunia Roh Kudus untuk dapat melayani umat Allah dan membangun Gereja dari dalam. Semoga penjelasan ini dapat diterima dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.