Pendahuluan

Pada waktu saya SMP dan sedang belajar pelajaran agama Katolik, saya diberitahu bahwa di altar gereja, yaitu di bawah kotak marmer ada relikwi, yaitu bagian tubuh atau benda yang bersentuhan dengan santa atau santo. Waktu itu saya terbengong-bengong dan tidak tahu mengapa Gereja Katolik menempatkan relikwi tersebut di altar. Saya yakin, banyak pertanyaan dari para pembaca tentang hal ini. Dan sering, umat yang tidak terlalu tahu mengatakan bahwa relikwi ini adalah sama seperti jimat, yang dapat mendatangkan keuntungan.

Apakah sebenarnya relikwi?

Relikwi dapat didefinisikan sebagai suatu material, baik berupa bagian tubuh dari para santa-santo atau para kudus yang telah meninggal, dan juga benda-benda yang bersentuhan dengan mereka. Relikwi dibagi menjadi tigakelas. Relikwi kelas pertama adalah semua bagian tubuh dari orang kudus tersebut; kelas kedua adalah pakaian dan segala sesuatu yang penting yang dipunyai oleh santa-santo, serta alat-alat penyiksaan yang membunuh santa-santo; kelas ketiga adalah benda-benda yang disentuhkan kepada orang kudus atau ke makam orang kudus. Salah satu contoh relikwi di Indonesia adalah yang baru-baru ini ditempatkan di Paroki Stella Maris, Pluit – Jakarta. Di sana ditempatkan relikwi dari Santa Maria Faustina Kowalska.

Namun pertanyaan yang mendasar adalah, mengapa Gereja Katolik menganggap relikwi sebagai sesuatu yang istimewa dan perlu dihormati?

Relikwi adalah tanda kasih dari para kudus untuk mendekatkan kita kepada Tuhan

Para santa dan santo adalah mereka yang dipercaya dan dinyatakan bahwa mereka telah bersatu dengan Tuhan. Oleh sebab itu, tubuh mereka juga akan dimuliakan di surga. Kita adalah bait Allah (1 Kor 3:16; 2 Kor 6:16), dimana pada saat kita dibaptis kita menjadi tempat kediaman Allah Tritunggal Maha Kudus. Dan pada orang-orang yang benar-benar bertumbuh dalam Kristus dan menerapkan kekudusan, Tuhan berdiam secara khusus menjadi para terkasih Allah atau “the beloved“. Orang-orang Kudus adalah orang yang benar-benar dengan segala hati, pikiran, dan kekuatannya mengasihi Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, seluruh umat beriman menghormati jiwa-jiwa orang kudus yang berada di Surga. Dan penghormatan ini juga dilakukan terhadap tubuh mereka yang berada di dunia ini yang nantinya akan dibangkitkan pada pengadilan terakhir dan bersatu dengan jiwa mereka.

Oleh karena itu, kita sebagai umat beriman harus mensyukuri akan anugerah para orang Kudus yang membangun Tubuh Mistik Kristus atau Gereja dengan hidup mereka yang mencerminkan kasih Kristus dan yang telah menerapkan kasih mengikuti jejak Kristus. Mereka juga menyadarkan kita bahwa kita yang telah dibaptis sebenarnya tergabung dalam kekuarga kudus, keluarga Allah, yang terikat dalam satu Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

Mungkin kita dapat menghubungkan konsep relikwi ini dengan peninggalan orang tua atau orang yang kita kasihi yang telah meninggal. Kita menghormati peninggalan mereka, seperti album foto, pakaian, dll. Dalam pengertian yang sama dan lebih mendalam, kita menghormat relikwi, karena mengingatkan kita tentang bagaimana para santa dan santo berjuang untuk hidup kudus, sehingga kita juga terpacu untuk hidup kudus, dalam kapasitas kita masing-masing. Teladan mereka membuat kita berbesar hati, sebab mereka yang adalah manusia biasa seperti kita, namun dapat benar-benar mencurahkan seluruh keberadaan mereka untuk memuliakan Tuhan. Maka, kitapun dapat memohon rahmat Allah untuk berbuat serupa dengan mereka.

Dan secara lebih mendalam dan terpenting, relikwi juga mengingatkan kita akan Tuhan sendiri. Pada saat kita melihat patung Pieta – Bunda Maria menggendong jenasah Yesus – karya maestro Michael Angelo, maka kita mengagumi karya tersebut, namun terutama kita mengagumi sang maestro yang begitu hebat. Demikian juga, pada saat kita menghormati relikwi, kita mengagumi santa atau santo tersebut yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun terutama kita terpesona akan karya Tuhan yang memberikan kekuatan dan berkat kepada para santa dan santo, sehingga mereka dapat bertahan sampai akhir hidup mereka dalam kasih. Jadi, mengagumi ‘pieta’ tanpa mengenal maestronya adalah tidak lengkap dan mengagumi relikwi dari orang kudus tanpa mengagumi Tuhan yang menciptakan dan memberikan berkat kepada orang kudus tersebut adalah keliru.

Penghormatan terhadap relikwi yang hanya berhenti pada relikwi itu sendiri atau santa dan santo itu sendiri, atau keuntungan material semata tanpa sampai kepada penyembahan kepada Tuhan bukanlah suatu hal yang benar. Sebagai contoh, kalau kita ke gereja tempat St. Padre Pio di Giovanni – Rotondo, Italia, kita dapat menghormati relikwi – tubuh St. Padre Pio yang pada waktu hidupnya mengalami luka-luka Yesus (stigmata). Namun penghormatan tersebut harus membawa kita kepada Tuhan, seperti: bagaimana kita dapat mencontoh St. Padre Pio, sehingga kita menyadari bahwa di dalam setiap penderitaan kita sehari-hari, kita harus senantiasa menghadapinya bersama dengan Yesus dan menyatukan setiap penderitaan kita dengan penderitaan Yesus di kayu salib. Tentu saja kita dapat meminta hal-hal yang lain, namun yang paling utama adalah agar kita diberikan rahmat Tuhan seperti orang kudus tersebut untuk menerima Roh Kudus dan menghasilkan buah-buah Roh yang berlimpah.

Dasar Alkitab

Penghormatan terhadap relikwi ini bukanlah karangan dari Gereja Katolik semata, namun mempunyai dasar Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru. Kita tahu bahwa Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang ajaib dan sering dengan menggunakan perantaraan manusia atau material yang lain. Di dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa Musa membawa tulang-tulang Yusuf sebagai pemenuhan akan permintaan Yusuf (Kel 13:19; Yos 24:32). Dan yang lebih eksplisit adalah bagaimana Elisa membawa jubah Elia dan memukulkannya di sungai Yordan, sehingga air terbelah, sehingga Elisa dapat menyeberangi sungai Yordan (2 Raj 2:9-14). Di kitab yang sama, diceritakan bagaimana mayat yang terkena tulang-tulang dari Elisa, dapat hidup kembali (2 Raj 13:20-21).

Di dalam Perjanjian Baru diceritakan bahwa sapu tangan dan kain yang pernah dipakai oleh Paulus dapat menyembuhkan penyakit-penyakit (Kis 19:11-12). Kisah Para Rasul juga menceritakan bagaimana orang-orang membawa orang-orang sakit, sehingga minimal mereka dapat terkena bayangan dari rasul Petrus, dan kemudian disembuhkan (Kis 5:15).

Dari beberapa ayat di atas, kita melihat bahwa kesembuhan dan mukjijat yang terjadi karena bersentuhan dengan relikwi dari para kudus adalah disebabkan oleh kuasa Allah. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa relikwi adalah seperti jimat yang mempunyai kuasa secara terpisah dari kuasa Allah. Allah mempunyai kebebasan untuk menyatakan kuasa-Nya, dan salah satunya dengan menggunakan relikwi. Dan memang begitu banyak mukjijat, baik yang bersifat jasmani maupun rohani, lewat relikwi di dalam sejarah Gereja dari awal sampai saat ini.

Perkembangan dari relikwi

Perkembangan penghormatan terhadap relikwi ini dapat ditelusuri mulai dari pertengahan abad ke dua, dimana kita dapat melihat surat dari jemaat di Symria yang menginginkan jenazah yang tertinggal dari St. Polikarpus yang dihukum bakar di tiang (156 – 157). Di surat tersebut dikatakan “Kami mengambil tulang-tulangnya, yang jauh lebih berharga daripada batu-batu mulia dan lebih murni daripada emas murni, dan meletakkannya di sebuah tempat yang pantas, dimana Tuhan akan mengijinkan kami untuk berkumpul bersama, sesering yang kami dapat, dalam kebahagiaan dan sukacita, dan untuk merayakan hari kemartirannya.” Dan masih begitu banyak surat-surat di abad-abad awal kekristenan yang menyatakan penghormatan mereka akan relikwi.

Dan tradisi penghormatan terhadap relikwi ini terus berkembang dengan pesat sejalan dengan ditemukannya begitu banyak mukjijat yang juga disaksikan sendiri oleh St. Augustinus. Namun pada saat yang bersamaan St. Augustinus juga mengecam penipu-penipu yang memperdagangkan relikwi, yang seringkali diragukan keaslian dari relikwi tersebut. Konsili Trente, sesi ke-25, juga mengeluarkan peraturan untuk menghindari penipuan-penipuan relikwi. Kitab Hukum Gereja 1190 dikatakan:

Kan. 1190 – § 1. Sama sekali tidak dibenarkan menjual relikwi-relikwi suci.

§ 2. Relikwi-relikwi yang bernilai tinggi dan relikwi lain, yang sangat dihormati oleh umat, tidak bisa dengan sah dialih-milikkan dengan cara apapun atau dipindahkan untuk selamanya tanpa izin Takhta Apostolik.

§ 3. Ketentuan § 2 itu berlaku juga untuk gambar atau patung suci yang dalam suatu gereja sangat dihormati oleh umat.

Namun tentu saja penipuan-penipuan ini tidak menghilangkan kebenaran bahwa secara teologis, penghormatan kepada relikwi ini mempunyai dasar yang kuat, seperti yang dilakukan oleh konsili trente, sesi ke-25 tentang permohonan, penghormatan, dan relikwi dari para kudus dan gambar-gambar yang suci “Tubuh sakral para martir yang kudus maupun para kudus lainnya yang hidup dalam Kristus, yang adalah anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup dan bait Roh Kudus, dan yang dimaksudkan untuk dibangkitkan serta dimuliakan oleh-Nya dalam kehidupan kekal, hendaknya juga dihormati oleh umat beriman. Daripadanya, banyak manfaat dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia.” Dan ini diteguhkan dalam Kitab Hukum Kanonik no. 1237 – § 2. “Hendaknya tradisi kuno untuk meletakkan relikwi-relikwi para Martir atau orang-orang Kudus lain di bawah altar-tetap, dipertahankan menurut norma-norma yang diberikan dalam buku-buku liturgi.

Bapa Gereja

Kita juga melihat tulisan beberapa para kudus, seperti St. Jerome (340-420) yang mengatakan “Kita tidak menyembah (non colimus, non adoramus), karena takut bahwa kami harus bersembah sujud kepada ciptaan daripada kepada Sang Pencipta, tetapi kita menghormati (honoramus) relikwi dari para martir sehingga kita dapat menyembah Dia, yang empunya para martir” (Ad Riparium”, i, P. L., XXII, 907).

Kemudian Cyril dari Alexandria (378-444) mengatakan “Kita, bukanlah menganggap bahwa para martir kudus sebagai tuhan, atau bersembah sujud menyembah mereka, tetapi hanya secara relatif dan secara hormat [ou latreutikos alla schetikos kai timetikos].” (Adv. Julian.”, vi, P. G. LXXVI, 812).

Dan masih begitu banyak tulisan dari para santa dan santo yang menyatakan bahwa sudah semestinya umat beriman menghormati relikwi, sehingga umat beriman dapat lebih memuji dan menyembah Tuhan yang memberikan inspirasi dan berkat kepada para kudus dan para martir.

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, kita melihat bahwa relikwi mempunyai dasar teologis yang kuat, baik ditinjau dari Alkitab, perkembangan historis, dan juga perkembangan teologis. Relikwi dapat membawa umat kepada Tuhan yang memberikan inspirasi dan berkat kepada para kudus. Pada akhirnya ini dapat memberikan inspirasi kepada kita untuk mengikuti jejak para kudus yang bekerja sama dengan rahmat Tuhan, sehingga seperti mereka, kita bisa tetap setia beriman dan berbuat kasih sampai akhir hayat kita. Akhirnya, kita tidak dapat memperlakukan relikwi sebagai sebuah jimat yang mendatangkan keuntungan bagi kita. Sebab, kalaupun terjadi mukjijat, kita harus senantiasa mengingat bahwa itu semua adalah karena kebesaran Tuhan yang bekerja melalui relikwi.


New Catholic Encyclopedia, Vol. 12 QAT-SCR, 2nd ed. (Gacl, 1981), p.234

52 COMMENTS

  1. Dear stef.
    Mohon penjelasan, apakah kubur Yesus, tempat kelahiran Yesus dan tempat dimana Yesus dipenjarakan merupakan relekui klas 3? Kemudian apakah gunanya kita pergi ke holy land? Adakah manfaatnya? Hal hal apakah yang perlu kita perhatikan jika seseorang pergi ke holy land?
    Terima kasih, ditunggu penjelasannya.

    • Shalom Heru,

      1. Klasifikasi relikwi

      Secara umum klasifikasi relikwi adalah sebagai berikut: 1) relikwi tingkat satu, adalah yang menjadi bagian tubuh dari martir/ orang kudus tersebut; 2) relikwi tingkat dua, adalah benda-benda yang pernah bersentuhan ataupun dikenakan secara langsung oleh martir/ orang kudus tersebut; 3) relikwi tingkat tiga, adalah benda-benda yang disentuhkan kepada relikwi tingkat satu dan tingkat kedua.

      Dengan pengertian tersebut di atas, maka kubur Yesus nampaknya termasuk relikwi tingkat ke-2.

      2. Apa gunanya berziarah ke Holy Land?

      Silakan Anda membaca artikel ini yang baru kami tayangkan untuk menanggapi pertanyaan Anda, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Dear Katolisitas,

    meskipun bertujuan baik tapi agak sadis dan kurang hormat bila jasad relikwi para kudus di pisah-pisah (mutilasi).
    Bagaimana dengan “kebangkitan badan” pada akhir zaman, bila jasad nya terpisah-pisah?

    Satu lagi, bagaimana hukumnya apa boleh jasad orang Kristen di-kremasi?

    Terima kasih atas penjelasannya.

    • Shalom Roberts,

      Larangan untuk memutilasi tubuh yang ditulis dalam Katekismus, itu berhubungan dengan perintah Tuhan yang ke-5, yaitu jangan membunuh/ ‘jangan mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tak bersalah’ (KHK 2258). Artinya adalah jangan mematikan tubuh, baik tubuh sendiri atau tubuh orang lain, tanpa alasan terapi yang kuat; sebab ini melawan martabat manusia.

      KGK 2297    Penculikan dan penyanderaan menyebarluaskan rasa takut dan melakukan tekanan tidak halal melalui ancaman atas kurban; mereka tidak dapat dibenarkan menurut moral. Terorisme, yang mengancam, melukai, dan membunuh secara sewenang-wenang merupakan pelanggaran besar terhadap keadilan dan cinta kasih Kristen. Siksaan yang memakai kekerasan fisik atau psikis untuk memeras pengakuan, untuk menyiksa yang bersalah, untuk menakut-nakuti penentang atau untuk memuaskan kedengkian, melawan penghormatan terhadap manusia dan martabatnya. Kecuali kalau ada alasan-alasan terapi yang kuat, amputasi, pengudungan [mutilasi] atau sterilisasi dari orang-orang yang tidak bersalah, merupakan pelanggaran terhadap hukum susila (Bdk. DS 3722).    

      Sedangkan pada umumnya, kasus orang-orang yang sudah meninggal, tubuh mereka itu sendiri sudah mati, dan bukan dimutilasi dulu baru mereka wafat. Oleh karena itu, untuk alasan yang kuat, jika diperlukan, mutilasi dapat dibenarkan, misalnya untuk alasan otopsi, untuk donor organ, (lih. KHK 2301) ataupun dalam kasus para Santo Santa, agar relikwi mereka dapat dihormati oleh banyak umat beriman di seluruh dunia. Hal ini diperbolehkan, asalkan jasad mereka itu tetap diperlakukan dengan hormat (lih. KGK 2300).

      Allah yang menciptakan tubuh dan jiwa manusia dari ketiadaan (dari sesuatu yang tidak ada) tidak akan menjumpai kesulitan untuk membangkitkan tubuh pada akhir zaman (dari tubuh yang sudah ada, walaupun tercerai berai) dan untuk mempersatukannya kembali dengan jiwa manusia itu.

      Sedangkan tentang kremasi, Gereja mengizinkannya, sepanjang tetap diyakini adanya kebangkitan badan. Katekismus mengajarkan:

      KGK 2301    Otopsi jenazah demi pemeriksaan pengadilan atau demi penyelidikan ilmiah diperbolehkan secara moral. Penyerahan organ tubuh secara cuma-cuma sesudah kematian, diperbolehkan dan dapat sangat berjasa. Gereja mengizinkan pembakaran mayat, sejauh ini tidak ingin menyangkal kepercayaan akan kebangkitan badan (Bdk. XIC, can. 1176, 3).

      Namun Gereja menyarankan agar abu dari hasil kremasi tidak dibuang ke laut, tetapi dikuburkan atau disimpan di kolumbarium. Selanjutnya tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Selanjutnya jika Anda ingin bertanya akan suatu topik, silakan terlebih dulu menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage, ketik kata kuncinya lalu enter. Semoga Anda sudah menemukan ulasan/ artikel tentang topik yang ingin Anda ketahui. Baru kalau tidak ada, silakan bertanya, dan kami akan berusaha menjawabnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. dear admin, beberapa hari ini saya terkejut dengan posting seorang sahabat, ternyata dia bisa mendapatkan sebuah 1st class relic beata anna maria taigi padahal dia tidak memiliki kapel pribadi . relik ini dipergunakan secara pribadi di dalam kamarnya. pertanyaan saya, relik manakah yang layak di simpan oleh umat awam? Sebab pada kesempatan WYD2011, saya menerima 3rd class relic dari Misionaris Cinta Kasih dan pemberiannya pun seperti membagi-bagi brosur di jalanan. secara jujur saya memiliki ketertarikan untuk menghimpun relik dari bberapa santo yang sangat saya hormati, apakah baik bila saya mengusahakan pengumpulan relik ini yang di tujukan untuk penggunaan pribadi? relik kelas manakah yang sebaiknya saya mintakan? terima kasih

    • Shalom Kev,

      Relikui kelas 3 memang cukup mudah didapatkan. Namun untuk kelas 2 dan apalagi kelas 1 memang cukup sulit didapatkan. Hunting relikui tidak diperlukan, karena yang terpenting adalah mendapatkan inspirasi dari teladan hidup santo/a yang bersangkutan dan bukan memperlakukan relikui seperti mempunyai kekuatan khusus. Hunting relikui secara pribadi ini juga dapat menyebabkan dosa simoni, yang memperjual belikan barang-barang yang dianggap suci. Jadi, kalau Anda telah punya relikui kelas 3, bersyukurlah dan cobalah meniru teladan santo-santa tersebut, dan tidak perlu mencari-cari lagi relikui yang lain.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. Shalom Pak Stef & Bu Ingrid yg b’bahagia…

    1. Boleh jelas’n relik ‘The True Cross’ yg dpkai oleh tntera Salib dlm Crusades?

    2. Alang2 b’cerita ttng Crusade, boleh dberi p’cerahan knapa umat Kristian gagal m’pertahan’n Jerusalem? Adakah b’kaitan dgn dosa, krn scara logik, sbgai umat plihan Tuhan, kta x mugkin gagal m’pertahan’n kota suci kelahiran Jesus…

    Sya sdh m’nelusuri topik Crusades ni d ruangan – Perang salib, sejarah kelam gereja. – yg dsedia’n oleh tim katolisitas jg. Nmun spt gagal m’jwab p’soalan sya ini. B’bekal’n iman & k’kuatan demi agama, kita msh jg tewas. Di mana silapnya, mugkin dr sudut pandang agama?

    Mohon p’cerahan.
    Thanx in advance…
    God bless… Hallelujah!

    [Dari Katolisitas: Tentang Kayu Salib Kristus, sudah pernah dibahas sekilas di sini, silakan klik.
    Sedangkan mengapa umat Kristiani gagal mempertahankan kota Yerusalem, itu adalah misteri, yang tak dapat kami jawab. Namun kita percaya bahwa jika Tuhan mengizinkan hal itu terjadi, tentulah untuk maksud yang positif, yang mungkin baru dapat kita pahami sepenuhnya pada akhir zaman nanti. Tetapi tentang Betlehem, di lokasi kelahiran Yesus tersebut dibangun sebuah gereja sejak abad ke-4, dan sampai sekarang gereja itu tetap merupakan gedung gereja, disebut sebagai Church of Nativity, di Betlehem.]

  5. Salam Damai,
    Mengenai relikwi, saya punya pertanyaan. Apakah monstran, patena, atau piala yang pernah digunakan saat misa dan pada suatu waktu digunakan lagi bisa disebut relikwi?? Mengingat YESUS sendiri pernah berada di dalam benda-benda tersebut.
    Trims

    [dari katolisitas: Saya pikir, monstran, patena, piala bukanlah relikwi. Namun, Gereja Katolik memisahkan sesuatu yang kudus dengan profan. Dengan demikian, maka segala peralatan Misa memang tidak boleh diperlakukan dengan sembarangan.]

    • Tapi kan YESUS sendiri yang bersentuhan dengan peralatan misa tersebut. Apa tidak bisa di katakan Relikwi tingkat 3?

      • Shalom Bambang,
        Relikwi tingkat satu memang dapat berupa tubuh atau fragmen/ bagian tubuh dari para Santa/santo. Sedangkan definisi relikwi tingkat tiga adalah: obyek-obyek lain, yang telah bersentuhan dengan relikwi kelas 1. Kata relikwi berasal dari kata Latin ‘reliquiae’, artinya “sisa” atau “sesuatu yang ditinggalkan”, sehingga mengacu kepada sisa tubuh fisik yang ditinggalkan sebagai bukti historis.

        Maka yang dimaksud dari tubuh ataupun fragmen ini adalah benar-benar tubuh fisik historis dari para orang kudus itu. Para orang kudus itu telah mati, dan tubuh mereka tidak pernah lagi hadir secara sakramental di masa sekarang ini, yang ada adalah sisa tubuh/ jenazah secara historis. Sedangkan kasusnya berbeda dengan Kristus. Kristus pernah hidup juga secara historis di dalam sejarah manusia, namun wafat dan bangkit, sehingga Ia tidak meninggalkan sisa tubuh-Nya secara historis. Oleh kuasa Roh Kudusnya, Tubuh dan Darah-Nya itu dihadirkan kembali secara sakramental. Artinya, Tubuh dan Darah-Nya itu tidak hadir secara historis (artinya dengan cara yang sama yaitu tubuh dari inkarnasi sampai penyaliban yang berdarah 2000 tahun yang lalu) namun dengan cara yang sakramental, sebab Ia telah menang mengatasi dosa dan maut.

        Maka jika ada benda-benda itu pernah bersentuhan dengan tubuh Kristus di masa hidup-Nya secara historis, maka benda-benda itu dapat disebut sebagai relikwi tingkat tiga, namun benda-benda yang bersentuhan dengan Tubuh dan Darah-Nya secara sakramental tidak termasuk katagori relikwi tingkat tiga.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. Dijelaskan termasuk Relikwi tingkat 1 adalah darah dan rambut, pertanyaan kapan darah diambil ? Terima kasih.

    [dari katolisitas: Sebagai contoh adalah darah dari yang terberkati Paus Yohanes Paulus II, yang disimpan ketika darahnya diambil untuk tes darah.]

    • Shalom Stefanus Freydy,
      Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, sungguh sulit untuk membuktikan otentisitas beberapa relikui. Namun, di satu sisi, iman kita tidak tergantung pada relikui. Relikui hanya membantu agar kita dapat menghayati kehidupan para orang kudus, sehingga memberikan inspirasi kepada kita tentang kehidupan orang kudus yang bersangkutan. Namun demikian, Tuhan juga dengan bebas dapat memberikan rahmat dan juga kesembuhan lewat relikui-relikui tersebut sejauh dipandang baik oleh Tuhan. Jadi, terhadap pertanyaan anda, maka sungguh sulit membuktikan apakah Frederick sungguh memiliki otentik relikui seperti yang anda maksudkan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  7. Syalom admin,

    Saya mau bertanya, apa umat beriman tidak diperkenankan memiliki relikui2 tersebut, baik yg kelas 1 maupun kelas 2?
    Jika umat beriman diizinkan memiliki benda-benda tersebut (yang memang tujuannya untuk berdoa dan berdevosi), di mana bisa kita dapatkan?
    Saya pernah melihat banyak contoh relikui2 kelas 2 (di sana mereka tulis kelas 3) yang ditaruh di rosario maupun di dalam salib. Nah di mana saya bisa mendapatkan barang-barang seperi itu?

    Terima kasih banyak, Tuhan memberkati selalu

    • Shalom B. Diptyarsa,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang relikwi. Secara prinsip, tidaklah diperkenankan untuk menjual relikwi-relikwi. Namun, mungkin saja, seorang awam mendapatkan beberapa relikwi (terutama kelas tiga), seperti yang terdapat di bagian rosario, dll. Sebenarnya, kita harus menghindari godaan untuk mengumpulkan relikwi untuk penghormatan pribadi. “Direktorium tentang kesalehan umat dan liturgi asas-asas dan pedoman” memberikan penjelasan sebagai berikut: Gereja memang menghormati orang kudus, relikui dan gambar/patung (art. 236). Namun, ditegaskan bahwa godaan untuk mengumpulkan relikui harus dilawan dan kemungkinan penipuan, komersialisasi atau penyembahan berhala harus dicegah (art. 237; bdk. Kan. 1190 – § 1). Namun, untuk penghormatan secara umum, maka paroki dapat saja mempunyai relikui, yang keasliannya tidak boleh diragukan. Jika keasliannya diragukan, maka relikui tersebut harus ditarik dengan cara bijaksana (art. 237). Akhirnya, seluruh umat beriman seharusnya menyadari bahwa dalam setiap perayaan Ekaristi, kita tidak hanya mempunyai relikui kelas satu, namun lebih dari pada itu, kita menyantap Tubuh Kristus yang asli. Kita tidak hanya melihat dan memegang, namun Tubuh Kristus bersatu dengan kita setiap kali kita menyambut Ekaristi. Jadi, mari kita memfokuskan kehidupan spiritual kita pada Ekaristi.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  8. salam !

    saya barusan membaca sebuah berita di situs berita yahoo, ada berita tentang “Darah paus Yohanes Paulus II yang dipamerkan” . yang membuat saya cukup terganggu karena banyak komentar miring mengenai berita isi tersebut terutama pada pada bagian yang menyebutkan ( kutipan = Darah dan rambut ini berasal dari tubuh Paus, jadi merupakan bagian benda suci derajat tertinggi,” kata Kardinal Dziwisz. (MI/DOR))
    pernyataan diatas dianggap seolah pihak gereja (kardinal Dziwisz, entah secar pribadi atau lembaga) dianggap telah mengkultuskan darah & rambut tersebut.
    saya ingin penjelasan lebih mengenai hal ini, apa kah boleh saja bagian dari tubuh seseorang yang memang pernah di anggap suci seperti Bapa Paus Yohanes Paulus II di “kultus”kan demikian.
    semoga jawabanya dapat menjadi pencerahan bagi saya dan pembaca lainnya.
    Terima kasih..

    salam !

    • Shalom Mungil,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Agar tidak salah paham tentang relikwi, maka sebaiknya anda membaca dasar-dasarnya terlebih dahulu di artikel di atas – silakan klik. Dari situ, maka anda dapat mengerti bahwa, karena Paus Yohanes Paulus II akan dibeatifikasi pada tanggal 1 Mei 2011, maka relikwi yang berupa rambut dan darah Paus Yohanes Paulus II menjadi penting. Beatifikasi adalah satu step sebelum seseorang menjadi Santo. Kalau dia bukan martir, maka harus ada satu mukjizat lagi sebelum dinyatakan sebagai Santo. Relikwi rambut dan darah yang merupakan bagian tubuh dari santo tersebut dapat dikategorikan sebagai kelas 1, yang oleh Kardinal Stanislaw Dziwisz dikatakan sebagai benda suci derajat tertinggi. Derajat benda suci (relikwi) di bawahnya adalah apa yang dipunyai oleh orang suci tersebut dan derajat yang ketiga adalah yang bersentuhan dengan orang suci tersebut.

      Apakah penghormatan relikwi tersebut berarti mengkultuskan santa-santo? Jawabannya adalah tidak dan penjelasannya adalah seperti yang telah dijabarkan dalam artikel di atas. Kalau setelah membaca artikel tersebut, anda masih mempunyai pertanyaan, maka silakan bertanya kembali. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Syalom Rekan Katolisitas,
      Terima kasih atas info ttg rekliwi ini.
      Yg sy mo tanyakan, apakah semua Gereja katolik di Indonesia menggunakan rekliwi Santa/ Santo?
      Apakah Indonesia memiliki santo/santa? setau saya hanya martir yang berasal dr Indonesia. Benarkah? Klo belum, kenapa kita belum memiliki santo/ santa dr sini. apakah karena kurang terekspos?
      Kemudian apakah boleh beata/ beato digunakan untuk rekliwi? juga jika orang kudus yang masih ‘hamba Tuhan’ ato beato/beata kita mintakan berdoa bagi kita?
      Terima kasih sebelumnya atas tanggapan Rekan.’
      Semoga pelayanan anda selalu diberkati oleh Tuhan kita Yesus kristus.

      Salam kasih,

      Yosafat

      • Shalom Yosafat,

        Terima kasih atas pertanyaan anda. Tidak semua Gereja Katolik di Indonesia maupun di dunia mempunyai relikwi santa-santo pada altarnya, walaupun Gereja menganjurkan agar tradisi ini tetap dipertahankan. Dikatakan di dalam Kitab Hukum Kanonik

        Kan. 1237 § 2    Hendaknya tradisi kuno untuk meletakkan relikwi-relikwi para Martir atau orang-orang Kudus lain di bawah altar-tetap, dipertahankan menurut norma-norma yang diberikan dalam buku-buku liturgi.

        Dengan demikian, memang sebaiknya altar mempunyai relikwi seperti tradisi kuno, yang awalnya menggunakan relikwi para martir, yang mati di dalam Kristus atas dasar kasih kepada Kristus.

        Memang kita belum mempunyai santa/o dari Indonesia. Usulan ini harus dimulai dari keuskupan di Indonesia. Uskup (atau ordinaris) bukan menentukan, tetapi membuka kesempatan penyelidikan ‘calon’ para kudus itu, yaitu  dalam hal kebajikannya, sebagai respons dari permohonan kaum beriman. Penyelidikan umumnya dilakukan setelah lima tahun orang tersebut meninggal dunia, walaupun untuk kasus tertentu, Paus dapat mempercepat proses ini, seperti dalam kasus Ibu Teresa dan Paus Yohanes Paulus II. Setelah informasi lengkap, uskup mempresentasikannya kepada Roman Curia, lalu kemudian ditunjuk seorang postulator (umumnya dari kongregasi- jika itu dari kalangan religius) untuk sungguh-sungguh menyelidiki informasi selanjutnya tentang kehidupan sang “Servant of God” ini.

        Kita dapat saja meminta doa dari orang-orang yang masih berada dalam tahap “hamba Tuhan” atau “Servant of God”, terutama kalau orang tersebut telah berstatus servant of God, karena dengan status ini, Gereja mempercayai bahwa orang tersebut telah berkumpul bersama Tuhan di Sorga. Semoga jawaban ini dapat membantu.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

  9. Yth. Ibu Inggrid dkk

    Mohon informasi apakah ada relikwi, & makam dari St. Joseph di dunia ini..? klo ada mohon petunjuknya, krn saya sgt berdevosi pada Santo ini..setelah kemaren saya melihat relikwi St Yohanes Bisco di gereja Sunter, sy ingin sekali melihat relikwi St. Joseph

    Joseph C

    • Shalom Sdr Joseph,

      Terimakasih untuk pertanyaannya. Saya membantu Pak Stef dan Bu Ingrid untuk mencari di internet informasi mengenai keberadaan makam dan relikwi Santo Yosef, namun pencarian saya tidak berhasil menemukan jawaban yang kita cari. Berbagai informasi mengenai Santo Yosef tidak mencatat di mana makamnya berada, demikian juga relikwinya. Mohon maaf jika kami belum dapat membantu Anda dalam hal ini. Informasi yang menurut saya cukup baik untuk saya bagikan juga kepada Anda adalah bahwa St Yosef dikenal dalam Gereja sebagai model dari orang beriman yang percaya penuh kepada penyelenggaraan Tuhan. Dan karena dipercaya bahwa beliau wafat dengan didampingi Yesus dan Bunda Maria, maka St Yosef adalah pendoa untuk kematian yang berbahagia. Beliau mendoakan umat beriman untuk mendapatkan curahan rahmat Tuhan di saat kematian. Selain itu beliau juga adalah santo pelindung keluarga, pelindung para ayah, para ibu yang sedang mengandung, orang-orang yang sedang dalam perjalanan, para imigran, para penjual dan pembeli rumah, para pengrajin, para ahli teknik, dan para pekerja secara umum. Doa devosi kepada St Yosef saya cantumkan juga di sini. Semoga semua info ini dapat menambah hangat devosi Anda kepada St Yosef yang berbahagia, walaupun keberadaan makam dan relikiwnya tidak / belum kita ketahui. Semoga jawaban ini berguna bagi Anda. Tuhan memberkati dan salam kasih, Uti.

      Ya St Yosef, yang pertolongannya begitu nyata,
      begitu kuat, begitu segera di hadapan tahta Allah,
      aku menempatkan ke dalam tangan-tanganmu yang kudus
      segala hasrat dan kerinduanku.

      Ya St Yosef, tolonglah aku dengan perantaraanmu yang penuh daya kuasa dan perolehkanlah bagiku segala rahmat dan berkat rohani melalui Putra asuhmu, Yesus Kristus, Tuhan kami,
      sehingga dengan bertaut di dunia ini pada kuasa surgawimu,
      aku dapat menyampaikan segala puji syukur dan sembah sujudku kepada Allah.

      Ya St Yosef, tak pernah bosan aku merenungkan engkau
      dengan Kanak-Kanak Yesus tertidur pulas dalam pelukanmu.
      Tak berani aku mendekat, sementara Ia beristirahat begitu lelap di dadamu.

      Dekaplah Ia untukku, kecuplah kepala-Nya yang kudus untukku,
      dan mohonkanlah kepada-Nya untuk membalas kecupanku
      kelak saat aku menghembuskan napas terakhirku.

      St Yosef, pelindung jiwa-jiwa yang berpulang, doakanlah aku.
      Amin.

      sumber : “An Ancient Prayer to St Joseph”; http://www.catholictradition.org
      “diterjemahkan oleh YESAYA: http://www.indocell.net/yesaya atas ijin Catholic Tradition.”

      Tambahan dari Ingrid:

      Shalom Joseph,
      Mohon maaf kami tidak berhasil menemukan informasi tentang keberadaan kubur maupun relikwi St. Yusuf/ Yosef, bapa angkat Yesus. Sebenarnya hal ini dapat dimaklumi karena kebiasaan menyimpan relikwi baru muncul pada jemaat perdana di mana mereka ingin mengenang jasa para martir yang dibunuh demi iman mereka. Kebiasaan ini berlangsung sampai sekarang, di mana orang menyimpan relikwi orang- orang kudus (Santa/o), untuk mengenang mereka, dan memohon dukungan doa dari mereka.

      Sedangkan menurut catatan Maria Agreda yang terberkati, St. Yusuf wafat di usianya sekitar 60 tahun,(di usia perkawinannya yang ke-27). Ketika itu Yesus berusia sekitar 26 tahun, dan belum memulai tugas pewartaan-Nya. Maka dapat dimengerti, jika belum ada siapapun yang pada waktu itu menyimpan relikwi St. Yusuf. Juga, janganlah kita lupa, bahwa St. Yusuf semasa hidupnya adalah tukang kayu yang miskin sehingga besar kemungkinan kuburnya tidak diingat oleh orang- orang pada jaman itu, sehingga sulit ditemukan lagi pada generasi- generasi berikutnya.

      Namun demikian, hal kubur St. Yusuf tidaklah sepenting teladan-nya. Sebab St. Yusuf adalah seorang yang benar/ tulus hati (Mat 1:19) dan kudus, dan karenanya kita berdoa semoga kitapun dapat mengikuti teladan imannya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih atas share mengenai St. Yosef. Baru-baru ini pada saat saya menyaksikan tablo kisah sengsara Yesus, pikiran saya seperti ter-usik, kemana St. Yosef pada saat Yesus memanggul kayu salib ataupun pada saat Yesus disalib sampai wafat. Kenapa yang ada hanya Bunda Maria. Melalui share ini saya jadi mengerti bahwa St. Yosef meninggal dunia di usia Yesus 26 tahun. Sedangkan Yesus mengalami sengsara dan mati di kayu salib di usia 33 tahun.

        Salam
        Daniel Rudi Sianturi

  10. Shalom katolisitas.org
    Saya sedikit kesulitan mencari gereja2 mana yg menyimpan relikwi 12 Rasul. Bisakah katolisitas membantu saya mencari gereja2 trsebut, foto, dan legendanya?

    Trims. Gbu.

    • Shalom Sdr. Nando,

      Pertanyaan Saudara sangat menarik. Saya mencoba mencari di internet, dan dari Wikipedia saya menemukan artikel yang di dalamnya terdapat nama gereja dan situs beserta foto-foto gereja-gereja itu, dimana jenazah dan relikwi dari tujuh dari duabelas rasul Yesus diletakkan. Sedangkan makam dan relikwi dari rasul-rasul lainnya tidak diketahui dengan pasti keberadaannya dan diperkirakan juga tersebar di berbagai tempat di dunia.

      Ketujuh rasul yang makam serta relikwinya disebutkan di dalam sumber di Wikipedia itu adalah St Petrus di Basilika St Petrus, Vatikan, makam dan relikwi St. Andreas di Basilika St Andreas di Patras, Achaea, Yunani. Kemudian makam St. Yakobus anak Zebedeus, di Katedral Santiago de Compostela di Galicia, A Coruna, Spanyol. Makam St Yohanes rasul di Selcuk, Efesus, Turki. Kemudian makam St. Thomas di Basilika Santhome, Mylapore, Chennai, India. Makam St. Filipus di Martyrium St. Filipus di Hierapolis, dekat Denizli, Turki. Dan lalu makam St Bartolomeus di Monastery St. Bartolomeus di dekat Baskale, Turki. Selengkapnya dapat dilihat di sini:
      http://en.wikipedia.org/wiki/Apostle_(Christian)#Tombs_of_the_Apostles

      Sekalipun demikian, kebanyakan para ahli teologi di dunia masih berdebat dan belum mendapatkan kesimpulan yang meyakinkan semua pihak, mengenai keberadaan makam dan relikwi keduabelas rasul Yesus. Sebagian kalangan juga menyatakan bahwa informasi dari Wikipedia akhir-akhir ini sudah tidak lagi bisa diandalkan seperti dulu. Enam tahun terakhir, infomasi di Wikipedia tidak hanya ditulis oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya tetapi juga oleh pihak pihak yang kadang tidak terlalu menguasai materi yang dibahas, karena kepentingan-kepentingan tertentu mereka. Salah satu keraguan yang nyata adalah mengenai St Bartolomeus yang masih diperdebatkan di mana sebenarnya beliau wafat sebagai martir dan di mana makamnya diletakkan. Demikian juga dengan rasul-rasul yang lainnya.

      Sementara para ahli masih belum mencapai kesepakatan, marilah dengan semangat kasih dan iman yang tidak berkurang, kita terus mengusahakan hidup penuh kekudusan dan cinta yang penuh kepada Allah seperti yang telah diteladankan oleh para rasul Yesus dan para kudus lainnya melalui hidup dan pengorbananan mereka yang murni demi kasih dan imannya kepada Tuhan. Semoga informasi ini berguna bagi Anda.

      Salam dalam kasihNya,
      Uti.

    • Relikwi sang pengkotbah ulung pada masanya , Santo Yohanes Don Bosco; berupa tangan kanan dari St Don Bosco akan tiba di Jakarta dari 9 Maret-11 Maret 2011 dan disemayamkan di Paroki ST Yohanes Bosco jl Taman Sunter Indah blok A3 no 13-21 Telp 021-6530 0109 atau info di http://www.st-yohanesbosco.org

      Kejadian ini sangat langka, bahkan mungkin tidak akan terulang lagi dalam kehidupan kita, luangkan waktu anda untuk mengunjungi relikwi dan mengalami rahmat Tuhan lewat hambaNya St.Don Bosco.
      Setiap hari diadakan MIsa Kudus dari tanggal tersebut pada jam 06;jam09;jam 19. Khusus setiap jam 19 dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta(9 Maret),Uskup Purwokerto(10 maret) dan Uskup Surabaya (11 Maret). Selain Misa Kudus juga diadakan pameran, pemutaran film, oratori.

      Sebelum tiba di Jakarta, Relikwi ini sudah mengunjungi Timor Leste, bahkan Timor Leste menetapkan hari kedatangan Relikwi Suci ini sebagai hari libur nasional!. Siapkan diri kita menuju Paroki St. Yohanes Bosco Sunter.

  11. Saya baca di basilika St Nicholas, Bari, Italia ada oil extracted from the body of St. Nicholas. It is sold in church store next to Basilika. Saya mau tanya kenapa di toko Katolik atau di katedral kita tidak dapat membeli oil of the Saints bahkan air Lourdes? Padahal tour pilgrim ke Eropa sering diadakan. Setahu saya oil of Saints yg didapat dari Shrine of The Saints dapat dipakai utk mengurap orang sakit dan dibolehkan di banyak gereja Katolik kecuali di Indonesia.

    Toh tidak ada salahnya kita berdoa dgn perantaraan Saints dan mengurap org sakit dgn oil from the body of the Saints terutama utk penyakit yg tdk ada pengobatannya.

    • Jane yth,
      Minyak urapan orang sakit yang digunakan dalam sakramen Pengurapan Orang Sakit (sakramen Perminyakan) harus diambil dari minyak yang diberkati saat misa Krisma dan janji Imamat yang diadakan hari Kamis Putih pagi hari bersama Bapa Uskup. Di luar itu tidak boleh ada minyak jenis lain. Maka, meskipun dari minyak Santo itu bukan untuk digunakan dalam ibadat untuk orang sakit oleh imam. Kalau hanya dioles oleh awam bagi orang sakit, itu bisa saja dilakukan. Air Lourdes tidak dijual di Katedral karena itu menyalahi aturan, sebab hal- hal kudus tidak boleh dikomersialisasi-kan. Maka, jika ingin menggunakan air suci, cukup minta air berkat atau air suci di Katedral atau di paroki tanpa perlu membayar.

      Salam,
      rm wanta

    • THE MIRACLES

      The first miracle attributed by the church to prayers to Katharine Drexel was the 1974 healing of then-Bensalem resident Robert Gutherman. In March 1974, when he was 14, Gutherman had a severe ear infection that destroyed the three bones in his ear that are needed for hearing and perforated his eardrum. Doctors determined that Gutherman would be permanently deaf in that ear.

      His family and several members of the Sisters of the Blessed Sacrament prayed daily to Drexel for Gutherman’s recovery. In September 1974, Gutherman went for a checkup. That’s when the doctor realized that Gutherman’s bones had been restored to normal, his eardrum had healed and he was able to hear with his right ear.

      Pope John Paul II beatified Drexel as a result of Gutherman’s cure.

      The second miracle was curing the nerve deafness of a Bucks County child, Amy Wall. Amy was born in 1992 with the condition, which was considered incurable. In November 1993, Amy’s mother obtained a relic from the Sisters of the Blessed Sacrament and placed it on Amy’s ears. The Wall family began praying to Drexel.

      In March 1994, a preschool teacher at Katzenbach School for the Deaf in Trenton saw dramatic changes in Amy’s responses to sound. Tests showed that Amy was able to hear normally.

      On Jan. 27, the pope accepted Amy’s cure as attributable to Drexel, paving the way for her canonization.

  12. KIRANYA TUHAN YESUS KRISTUS MEMBERKATI YANG MEMBERI INFORMASI YANG BERGUNA INI DEMI NAMA BAPA,PUTRA DAN ROH KUDUS ,AMIN.

  13. Shalom kepada Warga Katholisitas,

    Soalan 1. Saya ingin bertanya mengenai barangan kudus misalnya rantai rosari yang terputus atau salib yang mungkin sudah rosak. Bagaimana caranya supaya pemberkatan atas barangan kudus ini dapat di batalkan untuk tujuan menyimpan sebagai barangan terbuang?

    Soalan 2. Perlukah mohon pemberkatan kedua ke atas makanan yang sudah diberkati sebelumnya. Misalnya sisa makan yang masih baik disimpan dan akan dimakan kemudiannya?

    • Ebner Eugene Yth

      Barang barang kudus yang sudah diberkati meski rusak sebaiknya disimpan tidak dibuang, seperti salib gambar kudus, patung dll. Pemberkatan tidak bisa dibatalkan karena berkat Tuhan tidak bisa ditarik kembali; karena itu disimpan saja tidak dibuang. Pasti masih ada manfaat bagi orang yang bisa memperbaiki barang yang sudah rusak. Tidak perlu pemberkatan dua kali makanan yang disimpan dan dimakan lagi. Prinsipnya pemberkatan sekali cukup, namun jika tidak yakin bisa minta diberkati lagi asalkan tidak menjadi kurang percaya pada sekali pemberkatan.

      Salam
      Rm Wanta

  14. Shalom Pak Stef dan Bu Ingrid,

    Kita meyakini bahwa Bunda Maria Diangkat ke Surga (jiwa dan raga). Sampai saat ini juga tidak diketemukan kuburannya dibumi (setahu saya). Apakah para Rasul (Murid Kristus) dari Petrus sampai Matias semuanya diketahui dimana kuburannya? Termasuk pengarang Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) serta para Rasul yang lainnya? Maaf pertanyaan ini agak aneh. Terima kasih.

    GBU,

    • Shalom Simon,

      1. Ya benar, jika kita mempelajari sejarah, maka kita akan mengetahui bahwa tiap rasul wafat dan kuburnya masih ada, dan dapat dikunjungi sekarang. Silakan anda klik di link ini, ini, ini dan ini, untuk mengetahuinya.

      Rasul Petrus: kuburnya terletak di bawah altar Basilica of St. Petrus, Vatikan
      Relikwi Rasul Yudas Tadeus dan Simon orang Zealot, juga terletak di Vatikan.
      Rasul Paulus: relikwi tubuhnya terletak di bawah altar Basilica of St. Paul outside the wall, sedangkan kepalanya di basilica of St. John Lateran

      Rasul Filipus: dibunuh sebagai martir di Hieropolis, dan jenazahnya dikubur di bawah basilica of the Holy Apostle (Santi Apotoli), demikian pula relikwi dari St. Yakobus, saudara Yesus.
      Rasul Bartolomeus: relikwinya disemayamkan di gereja San Bartolomeo all’sola.
      Rasul Matias: relikwinya dibawa oleh St. Helena dari Yerusalem ke Roma, sekarang tersimpan di basilica of Santa Maggiore.

      Rasul Andreas: relikwinya ada di Amalfi Duomo, dan sebagian dari relikwinya dibawa kepada Gereja Othodox Yunani di Patras oleh Paus Paulus VI.

      Rasul Matius: kuburnya di Katedral Salerno
      St. Markus: relikwinya dipindahkan dari Alexandria ke Venesia.
      St. Lukas: relikwi tubuhnya disemayamkan di Katedral Padua.
      Rasul Yakobus Agung: setelah dipenggal kepalanya oleh Raja Herodes Agrippa I, maka jenazahnya dibawa ke Iberia, dan dikuburkan di Santiago de Compostela.

      Rasul Thomas: Relikwinya dipindahkan dari India ke Edessa, Mesopotamia, kemudian ke Ortona, Italia.

      Rasul Yohanes: Kuburnya ada di Basilika St. Yohanes di Efesus, dekat Selcuk, Turki.

      Ya, semua rasul ditemukan relikwinya/ kuburnya.

      Sedangkan menurut ajaran Gereja Katolik, Bunda Maria diangkat tubuh dan jiwanya ke surga (lih. Munificentissimus Deus). Walau Magisterium tidak menentukan secara definitif apakah Bunda Maria mengalami kematian tubuh seperti yang terjadi umumnya pada semua orang, sebagian besar teolog percaya bahwa Bunda Maria mengalami kematian sebelum diangkat ke surga (seperti Kristus Putera-Nya yang juga mengalami kematian, sebelum bangkit dan naik ke surga).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Lewat browsing di internet, telah ditemukan kuburan bundaMaria di Mount Olive, Jerusalem dan di makam tsb dibangun kapel kecil.Bahkan jasad atau relic ibunda bunda Maria yg bernama Saint Anne ada dikubur di Basilika St Anne de Beaupre, Quebec Canada. Makam nenek Tuhan Yesus tsb menyimpan tulang St Anne dan di tokonya ada dijual Blessed oil from St Anne. Banyak mukjizat penyembuhan yg terjadi dgn perantaraan relic oil of St Anne( adalah minyak zaitun yg sdh disentuhkan ke jasad St Anne dan diberkati di gereja tmpat makam tsb). Hari Selasa ditunjuk bunda Maria utk berdoa ke St Anne dgn menyebutkan 9 kali doa Santa perawan Maria pada hari tsb.

      Saya kebetulan browsing internet utk mencari oil of Saints utk mengurap anak saya yg kena maag akut padahal usianya baru lima tahun.

      • Shalom Jane,

        Gereja Katolik mengajarkan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, tubuh dan jiwanya (lihat Munificentissimus Deus); namun hal apakah sebelum diangkat ia mengalami kematian tubuh atau tidak, masih merupakan hal yang ‘terbuka’ untuk diskusi/ pembahasan lebih lanjut. Namun demikian, sebagian besar teolog berpegang pada keyakinan bahwa Maria, seperti juga Yesus Putera-Nya, juga mengalami kematian, sebelum ia diangkat ke surga oleh Allah. Dengan demikian, adanya kubur Bunda Maria di kaki Mount Olive, (gerejanya disebut Dormition Abby) tidak bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik. Namun, walaupun ditemukan kuburnya, jasad/ relikwi Maria tidak pernah ditemukan. Hal ini memang berbeda dengan ibunya St. Anne, para rasul, maupun para orang kudus lainnya, yang memang dapat ditemukan relikwinya.

        Tentang kondisi anak anda, kami juga turut prihatin. Jika kami boleh menyarankan, silakan anda bawa anak anda mengikuti Misa Kudus, dan ajarilah ia untuk berdoa bersama doa- doa sederhana. Berdoalah bersama dengan suami anda dan anak anda setiap hari, dan semoga Tuhan Yesus berbelas kasihan kepada anda sekeluarga dan memberikan kesembuhan kepada anak anda.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

  15. Saya masih ingin bertanya tentang kesucian atau kekudusan dalam Gereja Katolik:
    1. Apakah ada orang kudus yang dikanonisasi sekitar 1-2 abad terakhir yang berasal kalangan kaum awam? (maksud saya bukan dari kalangan hirarki dan religius)
    2. Kalau ada siapa namanya? Apakah pernah dimuat dalam Majalah Hidup riwayatnya, mengingat dalam majalah itu sering dimuat tentang orang kudus? (jika ada dan pernah dimuat dimalajah itu, tolong informasi edisi keberapa).
    3. Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih! salam damai!!!

    • Shalom Eman Zebua,
      Terima kasih atas pertanyaannya tentang santa-santo yang baru saja dikanonisasi di abad-abad terakhir. Anda dapat melihat dari site vatican, santa-santo yang dikanonisasi pada masa Paus Yohanes Paulus II di sini – silakan klik. Anda coba baca satu-persatu di link tersebut dan dapat menemukan beberapa santa-santo dari kaum awam, seperti: Marie Marguerite d’Youville (1701-1771). Anda juga dapat melihat biografinya di sana. Katharine Drexel (1858-1955) juga seorang awam yang menjadi santa – klik di sini. Namun, saya tidak tahu apakah majalah hidup pernah memuatnya. Semoga dapat membantu.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan

  16. Mat malam Pa Stef & Bu Inggrid,
    Dewasa ini sering beredar pesan berantai lewat sms, misalnya tentang pesan Bunda Maria atau Tuhan Yesus sendiri. Pengirim sms mengharapkan agar pesan yang disampaikan tersebut dilanjutkan ke orang-orang lain, agar tidak terputus. Jika hal tersebut dilakukan maka akan mendapat keberuntungan, berkat dll, sebaliknya jika tidak dilakukan maka akan medapat musibah. Bagaimana pendapat Pa Stef dan Bu Inggrid mengenai hal ini? Thanks atas penjelasannya..

    • Shalom Piony.

      Izinkanlan saya menyampaikan apa yang saya ketahui sehubungan dengan penuturan anda, memang banyak orang menggunakan sms berantai menyampaikan berita2 yang bernada rohani.

      Satahu saya memang ada sebagian umat Gereja fundamental yang menirukan pengalaman pendetanya atau mendengarkan kesaksian hidup saudara seiman di dalam komunitas bahwa dengan setelah membaca Alkitab kemudian berdoa akan menghasilkan penerangan dari Roh Kudus atau lebih dikanal dengan istilah “Roh Kudus telah berbicara kepada saya”. Nah itulah yang menjadi berita-berita yang mereka sampaikan secara berantai, kemudian berita itu diterima oleh (mungkin salah satunya adalah anda sendiri). Mereka melakukan ini dengan harapan setiap penyampaian berita suka cita nantinya Tuhan akan membalasnya dengan berkat yang berlimpah2, makin banyak sms yang mereka kirimkan akan makin besar pula berkat-berkat yang akan mereka terima nantinya…

      Memang motivasi mereka didasari oleh penyampaian berita suka cita, namun yang mereka sampaikan terkadang merupakan kesan maupun pendapat mereka berdasar emosi yang sesaat, apalagi dengan melampirkan sebuah ayat dari Kitab Suci. Hal ini akan menjadi “batu sandungan” bagi penerima sms dalam hal mengimani ayat yang terlampir tadi.

      Kemudian anda menuturkan bahwa berita tersebut hendaknya disampaikan pada sejumlah orang tertentu dan mempunyai konskwensi akibat musibah dsb… hal ini perlu dipertimbangkan dengan arif dan bijaksana, sebab “Tidak Mungkin” kalo Tuhan Yesus yang mengajari “mengasihi sesama kita” malah melalui penyampaian Injil-Nya (pesan-pesanNya) memberikan sangsi akan terancamnya keselamatan jiwa orang tertentu.. maka hal demikian sudah jelas-jelas “Tidak Benar dan Tidak Bertanggung Jawab”.

      Hemat menurut saya bahwa kita harus tetap teguh mengarahkan hati kepada Tuhan, menumbuhkan iman kita melalui komunitas resmi Gereja Katolik. Selalu mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Ekaristi pada setiap Misa Kudus, agar iman kita senantiasa berkembang sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus sendiri. (bukan melalui sms sebagainya seperti yang anda tuturkan)

      Demikian sekilas pandangan yang bisa sya sharingkan untuk anda juga para pembaca katoisitas.org

      Salam Sejahtera.
      Felix Sugiharto

    • Shalom Piony,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang pesan berantai. Kalau ada orang yang menggunakan pesan berantai dalam menyampaikan pesan dari Yesus atau Maria, serta menggunakan kata-kata keberuntungan kalau menyebarkan dan kemalangan kalau tidak menyampaikan, maka kita abaikan saja pesan tersebut. Pertama, kita tidak tahu kalau pesan itu benar-benar dari Yesus atau Maria, atau bisa juga dari yang jahat. Kedua, pesan tersebut tidak mempunyai nihil obstat maupun imprimatur yang menyatakan bahwa pesan tersebut tidaklah bertentangan dengan iman Katolik. Ketiga, segala ajaran untuk keselamatan kita telah terkandung di dalam Alkitab dan ajaran Gereja Katolik. Dan kalau pesan tersebut bertentangan dengan Alkitab dan ajaran Gereja Katolik, maka pesan tersebut bukanlah berasal dari Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin memberikan kontradiksi. Keempat, kalau kita mempercayai pesan-pesan SMS berantai seperti ini, kita dapat terjebak pada tahayul (superstition). Kelima, kalau kita menyebarkan pesan tersebut, dan pesan tersebut bertentangan dengan Alkitab dan Gereja Katolik, maka kita telah turut serta dalam menyebarkan pesan yang tidak benar, dan kita justru terlibat dalam perbuatan dosa. Mari kita berfokus pada pesan dan pengajaran yang telah pasti kebenarannya dan tidak perlu dibingungkan dengan pesan-pesan yang tidak jelas. Lihat juga beberapa diskusi tentang hal ini di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  17. Romo, saya adalah seorang ketua Komunitas Umat Basis (KUB), dalam doa (doa Rosario Bln Mei dan Oktober, serta doa mingguan) di KUB kami, setiap selesai renungan Injil kami sering syaring kemudian untuk penguatan iman saya lengkapi dengan membacakan riwayat hidup orang-orang kudus (bukunya saya pinjam dari pastor paroki katedral ende, berupa cerita komik perbuku-per orang kudus). Tapi belakangan ini minat umat saya sangat antusias sekali mengikuti kegiatan doa dan syaring macam ini sehingga saya berpikir untuk membeli buku RIWAYAT HIDUP ORANG KUDUS EDISI LENGKAP (riwayat hidup semua orang kudus dalam satu buku). Dapatkah romo membantu saya? Terima kasih
    Alamat rumah saya: Jln. Cendana No. 3 Ende-Flores NTT. Kode Pos: 86312. Tlp. (0381) 21407
    HP: 081353844565.

    • Shalom Herman Gedowolo,

      Terima kasih atas pesannya. Untuk membaca riwayat orang kudus, Herman dapat membeli buku riwayat orang Kudus karangan Mgr Nicolaus terbitan Obor Jakarta, yang bisa dibeli lewat obormedia.com. Cara yang lain, adalah Herman dapat melihat site ini (silakan klik), dan kemudian dapat diprint untuk kalangan terbatas. Semoga dapat membantu dan selamat berkarya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  18. Pak Stef/Bu Ingrid, tentang Roti Padre Pio pernah saya baca informasi tentang roti ini, saya copy kesini. Semoga bermanfaat.

    Diambil dari Website Paroki Regina Caeli (reginacaeli.org). Sudah didiskusikan disini: http://forum.wgaul.com/showthread.php?t=83305

    Akhir-akhir ini beredar di tengah kita SMS/surat/email tentang roti Padre Pio. Sebelumnya – malah masih berlangsung sampai sekarang – sering pula kita baca SMS/surat/email berantai tentang berbagai macam hal. Ujung-ujungnya minta diteruskan, yang diikuti dengan ‘janji’ dan/atau ‘ancaman’. Bagaimana seharusnya sikap kita?

    Saya mendapat email dari seorang teman yang berisi tanggapan Romo M. Sriyanto, SJ, pastor Paroki St. Maria – Tangerang, tentang topik tersebut. Saya merasa tanggapan itu sungguh tepat dan perlu diketahui umat. Sebagai gembala yang bertanggung jawab dalam hal iman umatnya, Romo Sriyanto telah tanggap untuk memberikan semacam ‘suara dari gembala’ yang dapat menjadi pegangan umatnya.

    Membaca tanggapan Romo Sriyanto tersebut, saya pun kemudian tergerak untuk memunculkannya di Warta RC supaya umat kita tidak mengalami kebingungan berkepanjangan. Lalu saya berkonsultasi dengan Romo Felix Supranto, SS.CC, pastor paroki kita, dan sekaligus mohon Romo Felix (sebagai kolega yang pernah berkarya dalam paroki yang sama dengan Romo Sriyanto) untuk minta izin dari Romo Sriyanto supaya dapat memuat tanggapan tersebut dalam Warta RC. Jawaban yang didapat: “Bisa dimuat”.

    Berikut tanggapan Romo Sriyanto selengkapnya.

    Teror Psikologi

    Banyak umat yang menerima SMS berantai tentang Maria yang berair mata darah. Berita dari daerah Timur tersebut diminta untuk diteruskan ke orang-orang lain.

    Banyak surat berantai yang katanya berasal dari Vatikan yang berisi tentang keberuntungan karena telah mengedarkan selebaran tesebut. Si penerima diminta menyebarluaskan untuk memperoleh keberuntungan. Barang siapa tidak mengirimkan ke orang lain akan mendapat celaka atau mati.

    Ditemukan lembaran-lembaran doa di Gua Maria, di gereja, atau tempat lain tentang doa yang tak pernah gagal atau doa-doa lain yang tidak jelas sumbernya, yang berisi janji-janji kesuksesan sesaat.

    Juga ditemukan lembaran-lembaran devosi kepada seorang kudus yang tak jelas riwayat hidup orang kudus tersebut dan sumbernya.

    Berita-berita tentang penampakan, entah Bunda Maria atau Yesus, di suatu tempat tertentu yang membuat heboh sesaat.

    Yang menghebohkan umat sekarang ini adalah roti Padre Pio. Umat bingung karena menerima roti yang harus diolah dengan cara tertentu dan roti itu dianggap sakti dan membawa banyak mukjizat.

    Seluruh SMS/selebaran, roti di atas membuat resah dan bingung umat. Keadaan seperti ini jelas bukan berasal dari Roh yang baik tapi berasal dari roh kegelapan, lewat orang-orang tertentu.
    Sikap Gereja

    Gereja resmi tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang hal-hal di atas.

    Seluruh berita/pernyataan/ajaran yang berasal dari kepausan di Roma selalu dimuat dalam lembaran resmi kepausan, ditandatangani dan dibubuhi cap kepausan.

    Semua penerbitan selebaran umum, buku dll, yang diakui Gereja hanyalah bila ada Nihil Obstat dan Imprimatur dari pejabat Gereja.
    Sikap Kita

    Terhadap SMS/selebaran berantai, roti di atas bahkan tentang devosi dan ajaran-ajaran harus mengikuti ajaran Gereja resmi. Terhadap hal-hal di atas Gereja tidak pernah menganjurkan, apalagi mengajarkan. Maka kita perlu memperhatikan dan kita tolak, tanpa harus merasa salah. SMS/surat berantai, roti di atas merupakan pembodohan iman umat. Kita harus waspada!!! Sumber iman kita adalah Kitab Suci dan ajaran Gereja. Sumber tersebut juga bisa untuk menguji setiap masalah di atas. Roti yang menyelamatkan hanyalah Roti EKARISTI SUCI . Tidak ada yang lain. Ikutilah devosi yang resmi diakui Gereja: devosi kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, Ekaristi Suci, dan Kerahiman Ilahi.

    Romo M. Sriyanto, SJ

    Dalam tulisannya tersebut, Romo Sriyanto menyinggung soal Nihil Obstat dan Imprimatur. Yang dimaksud dengan Nihil Obstat adalah suatu persetujuan resmi dari ahli gerejani bahwa karya atau tulisan tersebut telah diteliti dan isinya tidak bertentangan dengan ajaran iman dan moral Gereja Katolik Roma. Sedangkan Imprimatur adalah pernyataan resmi dari hirarki Gereja Katolik Roma (uskup atau yang mewakilinya) bahwa karya atau tulisan tersebut tidak mengandung kesalahan dalam hal ajaran Gereja dan moral, dan karena itu dapat disebarluaskan dan dibaca oleh umat beriman.

    Patut pula disinggung di sini bahwa segala macam devosi harus dijauhkan dari segala praktek magis. Praktek seperti itu terjadi bila orang hanya melihat kekuatan dan daya pengudusan atau penyembuhan berasal dari barang, mantra, rumusan doa, hitungan angka (9 kali, 3 kali, dsb). Contoh: orang percaya bahwa rumusan doa Novena Tiga Salam Maria itu yang membuat doanya terkabul. Atau, orang beranggapan bahwa jumlah 9 kali doa itu yang membuat doanya terkabul. Kita harus sungguh menyadari bahwa daya atau kekuatan terkabulnya doa hanya dari rahmat Allah semata. Doa dikabulkan berkat iman kepada Allah.

    Dengan demikian jelas, bahwa beriman juga harus menggunakan akal budi (‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, … dengan segenap akal budimu” – Mat 22: 37) . Dengan begitu kita sungguh dapat mempertanggungjawabkan iman kita. Maka, dalam nama Yesus, tak perlu ragu untuk menghapus atau mengabaikan semua SMS/surat/selebaran dan roti seperti di atas, yang berisi ‘perintah’, ‘janji’ ataupun ‘ancaman’ yang menyesatkan tersebut. Setiap kali kita meneruskannya, kita juga telah menyebarkan ‘berita sesat’. Kepada Yesus dan segala ajaran-Nya sajalah kita bersandar dan bergantung. Berpeganglah pada Kitab Suci, Tradisi Suci, dan Magisterium Gereja. ***

    ——–
    btw namanya bisa mirip ya halo2 … chris dengan christ mirip tapi beda orang ya hehehehe
    ——–

      • Shalom Anton,
        Terima kasih atas kunjungannya ke katolisitas.org dan terima kasih juga untuk komentarnya. Mungkin Anton dapat memberikan keterangan tentang komentar tersebut secara lebih detail, dimana letak kesesatan dari artikel tersebut atau artikel-artikel dan tanya-jawab yang lain?
        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – http://www.katolisitas.org

  19. ada artikel tentang Padre Pio?
    di lingkungan say baru ‘musim’ bikin kue Padre Pio… minta tolong dicarikan sejarah Kue ini. terima kasih, berkah Dalem.

    • Shalom Christ,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang "kue Padre Pio". Saya sendiri tidak tahu darimana asal dari kue Padre Pio ini.

      1) Dikatakan bahwa roti tersebut disebut "Hamin". Kue dari Padre Pio dan khusus dari Vatican. Kue ini akan memberikan berkat melimpah bagi setiap keluarga yang memakannya." Lebih lanjut dikatakan bahwa selama 9 hari doa novena setelah itu harus membagikannya kepada orang lain. Kemudian disertai cara pembuatan dari hari 1-9. Setelah itu adonan dibagi 4, satu bagian untuk keluarga sendiri, dan tiga bagian diberikan kepada teman atau keluarga lain. Doa-doa novena juga dilampirkan bersama dengan kue ini.

      2) Bahwa surat tersebut menyatakan kue dari Padre Pio ini adalah khusus dari Vatican, maka tidak mungkin benar. Hal ini dikarenakan tidak ada "nihil obstat" (bahwa tidak ada kesalahan yang bertentangan dengan ajaran Katolik) dan "imprimatur" (boleh diprint) dari Vatican maupun keuskupan setempat. Pernyataan bahwa "kue ini akan memberikan berkat melimpah bagi setiap keluarga yang memakannya" perlu dipertanyakan. Kalau berkat dari berdoa novena kita dapat mempercayai, kalau berkat dari memakan kue, rasanya kurang dapat dipertanggungjawabkan.

      3) Oleh karena itu, saya pribadi ingin menganjurkan untuk tidak mempercayai hal-hal tersebut di atas, karena iman kita jadi tercampur dengan hal-hal yang bersifat tahyul (superstition). Kita dapat berdoa meminta Santo Padre Pio untuk membantu kita dalam pergumulan hidup, atau kita juga dapat berdoa novena. Namun doa-doa kita tidak usah tercampur dengan hal-hal seperti tersebut di atas.

      Semoga jawaban tersebut dapat membantu. Mari kita bersama-sama berfokus kepada Yesus dan juga Sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, sehingga kita dapat lebih mengasihi Yesus dan Gereja-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  20. Terima kasih ada penjelasan tentang Relikwi. syukur kalau ada kisah-kisah relikwi santo santa lainnya. Sekarang ada dimana? Santa-santo siapa saja yang relikwinya masih dapat dilihat/dikunjungi? dsb.
    Gbu

    • Shalom Antonius, Berikut ini adalah list dari relikwi yang saya temukan di internet: http://www.fisheaters.com/relics.html

      Semoga dapat membantu.
      Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
      stef


       

      Particular Relics 

       


      St. Bernadette Soubirous, d. 1879
       

      Blessed Imelda
      Blessed Imelda Lambertini, d. 1333


         
      St. Vincent de Paul, d. 1660
       

      St. Catherine Laboure
      St. Catherine Labouré, d. 1876
       

      St. Maria Mazzarello
      St. Maria Mazzarello, d. 1881
       
      St. John Vianney
      St. John Vianney, d. 1859

      I thought I’d list the locations of some of the major first class relics here so that you’ll know where to find them if you’re blessed to make a pilgrimage to these locations. The sites below house the greatest part of the given relic, but tinier pieces may be found throughout the world, especially in the Altars of Catholic churches.

      Note that some of the Saints are marked as “incorrupt”; this refers to the phenomenon whereby some Saints’ bodies do not corrupt after death. An example is St. Bernadette Soubirous, who saw Our Lady at Lourdes and who now lies in a glass coffin at her convent in Nevers, France. Though she died in A.D. 1879, she is as lovely as she ever was (first picture at right. For a larger view, click on it; the larger picture will open in a new browser window).

      Other examples are those of Blessed Imelda Lambertini, who died in ecstasy during her First Communion in A.D. 1333 at age 11 (I am uncertain how accurately the picture at right represents Imelda’s state of preservation! This may be a wax figure); of St. Catherine Labouré, who had the vision of Our Lady which led to the minting of the Miraculous Medal and who died in A.D. 1876; of St. Maria Mazzarello, the first Salesian Sister, who died in A.D. 1881; and of St. John Vianney, Curé d’Ars, who died in A.D. 1859 (see pictures at right). There are many more.

      Now, on to the list of relics…

       

      Where you can venerate some First Class Relics


      Austria

      Vienna

      Relic: St. Longinus’ Lance (lance of the Roman soldier who pierced Christ’s side)
      Where: Hofburg Treasure House, Vienna, Austria. The shaft of the lance is at St. Peter’s Basilica, Rome.

      Relic: St. Elizabeth of Hungary
      Where: Convent of St. Elizabeth, Vienna, Austria. Preserved here is St. Elizabeth’s skull, crowned with the crown she wore in life.

       
      Belgium

      Brussels

      Relic: St. Boniface of Brussels, Bishop of Lausanne
      Where: Notre Dame de la Chapelle, Brussels, Belgium

      Gheel

      Relic: St. Dymphna
      Where: Church of St. Dymphna, Gheel (province of Antwerp), Belgium

       
      Canada

      Midland

      Relic: St. Isaac Jogues, St. Jean de Brébeuf, and Companions
      Where: The Martyrs’ Shrine, Highway 12, Midland, Ontario, Canada

      Quebec

      Relic: Kateri Tekakwitha (awaiting canonization)
      Where: Saint Francis-Xavier Mission Church, Kahnawake, Quebec, Canada

      Relic: St. Anne
      Where: Church of Ste. Anne de Beaupré, Ste. Anne de Beaupré, Montmorency county, Quebec, Canada (the majority of St. Anne’s relics are in Apt, Bouches-du-Rhone, Provence, France).

      Czech Republic

      Prague

      Relic: St. Wenceslaus, St. Vitus
      Where: Cathedral of St. Vitus, Prague, Czech Republic

      Relic: St. Ludmilla
      Where: St. George’s Basilica, Prague, Czech Republic

      Note:
      Though not a shrine in honor of canonized Saints, also of note in the Czech Republic is “Sedlec Ossuary” (“Kostnice”) of the Cistercian All Saints chapel in Sedlec, a suburb on the outskirts of the town of Kutna Hora, about 45 miles East of Prague. In A.D. 1278, the abbot there went on a pilgrimage to the Holy Land and brought back some soil, which he poured over the cemetery ground. Christians, then, wanted to be buried in that soil when they died, but after a time the graveyard became too crowded, especially in A.D. 1318, when 30,000 people were buried after dying from the Plague. An ossuary was built so that the older bones could be dug up and new bodies buried. A woodcarver was later hired to decorate the chapel, and he used the bones decoratively. The ossuary came to be adorned — literally — with the bones of around 40,000 Christians. You can see some pictures of this fascinating place at this website, and see this page for a Quicktime panoramic view of the place. (links will open in a new browser window)


      Ecuador

      Quito

      Relic: Mother Mariana de Jesus Torres (incorrupt), and the miraculous image of Our Lady of Good Success
      Where: Mother Mariana lies in a glass coffin at the cloistered Convent of the Immaculate Conception in Quito, Ecuador. The miraculous statue can be seen by the public at these times: during the novena anticipating the Feast of the Purification, from around January 24 to February 2; during the month of May; during the month of October.

       
      Egypt

      Alexandria

      Relic: St. Mark, Evangelist
      Where: St. Mark Church in Alexandria, Egypt. (Cenotaph in Church of San Marco Venice, Italy where his relics had been taken during the Crusades.)

       
      England

      London

      Relic: The Venerable Bede
      Where: Galilee Chapel, Durham Cathedral, County Durham, England

      Relic: St. Edward the Confessor (incorrupt)
      Where: Westminster Abbey, London, England

      Relic: St. John Southworth
      Where: Westminster Cathedral (Precious Blood Cathedral), London, England. St John was hanged, drawn, and quartered during the Protestant “Reformation” for celebrating the Traditional Mass. The quarters of his body and his head were recovered after the execution, reassembled and sent to the Catholic Seminary at Douai, where it was buried during the Napoleonic purges in France. The relic was re-discovered in the last century during construction work to build a new road, and is now contained within a silver effigy, dressed in red Mass Vestments and contained within a glass reliquary in the Chapel of Saint George and the English Martyrs.

      Relic: St. Thomas More and St. John Fisher
      Where: Church of St. Peter ad Vincula in the Tower of London (St. Thomas More’s head, after it was removed, was boiled and displayed, after which it was to be thrown into the Thames River. His daughter rescued it by bribing the guard and allegedly buried it in her husband’s family vault).

       
      France

      Annecy

      Relic: St. Francis de Sales
      Where: Church of the first Monastery of the Visitation, Annecy, France (his incorrupt heart is preserved at the Monastery of the Visitation, Treviso, Italy).

      Ars

      Relic: St. John Vianney (incorrupt)
      Where: Basilica at Ars, France

      Bordeaux

      Relic: St. Simon Stock
      Where: Carmelite monastery, Bordeaux, France (his skull is preserved at Aylesford, Kent, England)

      Champagne

      Relic: St.Helena
      Where: Abbey of Hautvillers, Champagne, France (diocese of Reims). Her relics were translated here from Constantinople in A.D. 849 (Note: it is in this abbey that the pirest, Dom Pierre Perignon, invented Champagne in the 17th century. He, too, is buried here).

      Lisieux

      Relic: St. Thérèse of Lisieux
      Where: Chapel of the Convent of Carmel, Lisieux, France

      Nevers

      Relic: St. Bernadatte (incorrupt)
      Where: Convent of St. Gildard in Nevers, France

      Paray-le-Monial

      Relic: St. Margaret Mary Alacoque (unsure as to whether or not she is incorrupt; I’ve read that her relics are not incorrupt, but are kept in a figurine of her which makes her appear incorrupt)
      Where: Shrine of St. Margaret Mary Alacoque, Paray-le-Monial, France

      Paris

      Relic: St. Genevieve
      Where: Saint Etienne-Du-Mont, Paris, France

      Relic: Crown of Thorns and a piece of the True Cross
      Where: Kept, starting with King St. Louis IX, at Ste. Chapelle, Paris, France (on the Ile de la Cité, near Notre Dame) — a chapel the sainted King built just for these relics. Removed during the French Revolution and placed in the Bibliotheque Nationale. They are now at Notre Dame Cathedral in Paris (but visit Ste. Chapelle anyway! It is stunning…).

      Relic: St. Catherine Labouré (incorrupt)
      Where: Chapel of the Sisters of Charity Convent, 140 Rue du Bac, Paris, France

      Relic: St. Vincent de Paul (incorrupt)
      Where: Church of St. Vincent de Paul, Rue de Sevres, Paris, France (his heart is at the Chapel of the Miraculous Medal)

      Seine et Marne

      Relic: St. Fiacre
      Where: Cathedrale de Meaux, Seine et Marne, France

      Saint Denis

      Relic: St. Louis IX
      Where: Basilica of St. Denis, St. Denis, France (now a northern suburb of Paris). You will find here almost all the remains of French monarchs from Dagobert I on. During the French Revolution, the contents of the tombs were emptied into a mass grave, but were later recovered and put into a large ossuary inside the Basilica.


      Toulouse

      Relic: St. Thomas Aquinas
      Where: Basilica of St. Sernin, Toulouse, France

      Vannes

      Relic: St. Vincent Ferrer
      Where: Cathedral of Vannes, Vannes, France

       
      Germany

      Cologne

      Relic: The Three Magi
      Where: Discovered in Persia, brought to Constantinople by St. Helena, transferred to Milan in the fifth century and then to the Cathedral of Cologne, Germany in A.D. 1163, where they’ve been ever since.

      Relic: St. Ursula
      Where: Ursalaplatz (Church of St. Ursula), Cologne, Germany

      Relic: St. Albert the Great
      Where: Komdienstraße (Church of Saint Andreas), Cologne, Germany

      Eibergen

      Relic: St. Hildegard von Bingen
      Where: Parish church of Eibergen, Eibergen, Germany (originally buried at the graveyard of the convent of Disibodenberg. Translated to present location in A.D. 1642).

      Eichstatt

      Relic: St. Walburga
      Where: Church of St. Walburga, Eichstätt, Bavaria, Germany. Her relics exude a healing “oil of Saints” between 12 October and 25 February, her Feast in the Benedictine Breviary.

      Fulda

      Relic: St. Boniface
      Where: Cathedral of Fulda, Fulda, Germany

      Munich

      Relic: St. Mundita
      Where: Peterskirche (St. Peter’s Church), Rindermarkt 1 (near the Rathaus), Munich, Germany. I have no idea who this Saint it, but her skeleton is gilded, bejeweled, and kept in a glass case. Fitted with glass eyes, she seems to stare at you from the beyond…

      Trier

      Relic: Christ’s Robe
      Where: Cathedral of St. Peter, Trier, Germany. The “tunica Christi” was brought to Trier by St. Helena.

       
      Hungary

      Buda

      Relic: the right hand King Saint Istvan (Stephen) (this relic is known as the “Holy Right”)
      Where: Saint Istvan’s Basilica, Buda (the western part of Budapest)

       
      India

      Chennai

      Relic: St. Thomas the Apostle
      Where: Santhome Cathedral, Chennai, India

      Goa

      Relic: St. Francis Xavier (incorrupt)
      Where: Basilica Bom Jesus, Goa, India

       

      Ireland (Republic of Ireland and Northern Ireland)

      Downpatrick

      Relic: SS. Patrick, Brigid, and Columba (a.k.a. “Columcille”)
      Where: Cathedral of Down, Downpatrick, Northern Ireland

      Dublin

      Relic: St. Valentine
      Where: The Carmelite Whitefriar Church, Dublin, Republic of Ireland. At least some of the greater relics of St. Valentine were retrieved from the Cemetery of St Hippolytus, on the Tiburtine Way in Rome, and given to Fr. John Spratt by Pope Gregory XVI in 1836.

       
      Italy

      Amalfi

      Relic: St. Andrew, Apostle
      Where: Cathedral of Amalfi, Italy

      Aquila

      Relic: St. Bernardine of Siena
      Where: Basilica di S.Bernardino, Aquila, Abruzzo, Italy

      Assisi

      Relic: St. Francis of Assisi
      Where: Lower Church of the Basilica of Saint Francis of Assisi, Assisi, Umbria, Italy

      Relic: St. Clare of Assisi, St. Agnes of Assisi, and their mother, Blessed Ortolana
      Where: Basilica of Santa Chiara, Assisi, Umbria, Italy

      Bari

      Relic: St. Nicholas of Myra
      Where: Translated from Myra to the Church of St. Stephen in Bari, Apulia, Italy in A.D. 1087 to save them from Muslim desecration.

      Bologna

      Relic: St. Dominic
      Where: Church of St. Dominic, Bologna, Italy

      Relic: Blessed Imelda Lambertini (incorrupt?)
      Where: San Sigismondo Church near the University of Bologna, Bologna, Italy. Blessed Imelda died in ecstasy while receiving her First Holy Communion. I am uncertain how accurately the picture above represents Imelda’s state of preservation; this may be a wax figure. The translation of the Latin inscription above her tomb reads:

      Imelda Lambertini

      A virgin of Bologna in ancient Coenobio

      St. Mary Magdalene in the Valley of Peter,
      Emulating the innocent angel
      When, long ago, she desired most passionately
      To approach the sacred altar,
      But did not reach it because of her tender youth.
      Jesus Himself, overcome by her great love,
      Four days before the Ides of May in the year 1333
      He descending from heaven, restored her in a new miracle with the divine bread,
      Embracing her as a spouse,
      He filled her with so much ecstatic joy
      That the bonds of her fragile body were broken
      And her most innocent spirit flew away from this earth
      To the eternal banquet of Christ.

      Oh blessed citizen of Bologna
      You whose bones protect this place with their religious power,
      Watch over the chaste line of children,

      Caposele

      Relic: St. Gerard Majella
      Where: Caposele, Italy

      Cascia

      Relic: St. Rita of Cascia (incorrupt)
      Where: Basilica of St Rita in Cascia, Italy

      Castello

      Relic: Blessed Margaret of Castello (incorrupt)
      Where: Church of St. Domenico, Castello, Italy

      Lanciano

      Relic: Eucharist whose accidents had turned also to Flesh in A.D. 700
      Where: Church of Lagontial, Lanciano, Italy. A Basilian monk who was offeriing Mass in the church of St. Legonziano in Lanciano began to doubt the real presence of Christ under the sacred species after the consecration. At that very moment, the priest saw how the sacred host was transformed into human flesh and the wine into blood, which later coagulated. These relics are kept in the cathedral. On Nov. 18, 1970, Dr. Edoardo Linoli analyzed the remains of “miraculous flesh and blood” and concluded that it was human myocardial tissue and genuine blood, respectively.

      Milan

      Relic: St. Ambrose
      Where: Basilica of Sant’Ambrogio, Milan, Italy (crypt open on his Feast Day)

      Relic: St. Charles Borromeo
      Where: Cathedral of Milan, Italy

      Monoppello

      Relic: St. Veronica’s Veil (?)
      Where: Carthusian Monastery, Monoppello, Italy. If this is the true Veil of Vernoica, the history goes like this: the veil had been kept at St. Peter’s Basilica, Rome, Italy (there is a niche for it near the statue of St. Veronica there), but was removed from there when St. Peter’s was being rebuilt, and taken to this monastery in A.D. 1608. There is either a copy of the veil at the Vatican today in the aforementioned niche, or the one at the Vatican is the original (all other copies of the Veil were prohibited by Pope Paul V in 1616).

      Naples

      Relic: St. Januarius (Genarro)
      Where: Cathedral of Naples, Naples, Campania, Italy. A vial of St. Genarro’s dried blood liquefies and “boils” when brought near his head 18 times a year.

      Monte Cassino

      Relic: St. Benedict and St. Scholastica
      Where: Abbey of Monte Cassino, on a hill overlooking Monte Cassino, Italy

      Montefalco

      Relic: St. Clare of Montefalco (incorrupt)
      Where: Church of the Holy Cross, Montefalco, Italy

      Nettuno

      Relic: St. Maria Goretti
      Where: Our Lady of Grace, Nettuno, Italy

      Padua

      Relic: St. Anthony of Padua
      Where: Basilica of St. Anthony, Padua, Italy. When St. Anthony’s coffin was opened 30 years after his disposition, most of his body was found to have returned to dust but for his tongue, which remained fresh as a sign of his gift of preaching. It is this that is kept at the Basilica.

      Relic: St. Luke
      Where: Basilica of St. Justina in Padua, Italy

      Pavia

      Relic: St. Augustine
      Where: San Pietro in Ciel D’Oro, in Pavia, Italy

      Rieti

      Relic: St. Barbara
      Where: Cathedral of Rieti, Italy

      Rome

      Relic: Titulus Crucis, a Crucifixion nail, relic of the True Cross, two thorns from the Crown of Thorns, the greater part of the sponge used to give Christ vinegar, a piece of the cross of the good thief (St. Dismas), finger of St. Thomas the Apostle
      Where: Santa Croce in Gerusalemme (Holy Cross in Jerusalem) 12 Piazza di Santa Croce in Gerusalemme, Rome, Italy. The church, whose floor was packed with soil from the Holy Land, was consecrated about A.D. 325, in an older building that was rebuilt to house the Passion Relics brought to Rome by St. Helena, Constantine’s mother. The “Titulus Crucis” is the sign that hung over Christ’s Head, naming Him as “King of the Jews.”

      Relic: St. Agnes
      Where: Sant’ Agnese fuori le mura (St Agnes Outside the Walls), 364 Via Nomentana, Rome, Italy. The church is built over St. Agnes’s tomb. Her head is preserved at the Sancta Sanctorum in the area.

      Relic: Many Popes, including: St. Peter; St. Leo the Great; St. Gregory the Great; St. Pius X (incorrupt). Many Saints, including St. Gregory Nazianzen.
      Where: San Pietro in Vaticano (St. Peter’s Basilica, Vatican City, Italy)

      Relic: St. Jerome and St. Pius V (incorrupt), part of the manger, the icon Salus Populi Romani
      Where: Santa Maria Maggiora (St. Mary Major) 42 Piazza di Santa Maria Maggiore, Rome, Italy

      Relic: St. Bartholomew, Apostle (?)
      Where: St. Bartholomew-in-the-Island, Rome, Italy

      Relic: St. Lawrence and St. Stephen
      Where: San Lorenzo fuori le Mura (St Lawrence outside the Walls, a.k.a. San Lorenzo in Campo Verano) 3 Piazzale del Verano, Rome, Italy. The church is built over the tomb of St. Lawrence. St. Stephen was brought from Constantinople by Pope Pelagius II. Another church, San Lorenzo in Panisperna, was built over the place of St. Lawrence’s martyrdom, and there one can see the gridiron upon which he was put to death.

      Relic: St. Paul
      Where: Some of St. Paul’s relics are kept at the Basilica of St. Paul’s Outside the Walls (San Paolo Fuori Le Mura). At the Church of the Decapitation (Church of San Paolo Alle Tre Fontane), built over the site he was beheaded, you can see the marble column to which St. Paul was bound, the table on which he died, and three springs that sprang up at the spot where he was killed (the springs are now operated mechanically).

      Relic: SS. Cosmas and Damian
      Where: Church of Saints Cosmas and Damian, Rome, Italy

      Relic: Hearts of Popes Sixtus V, Urban VII, Gregory XIV, Innocent IX, Clement VIII, Leo XI, Paul V, Gregory XV, Urban VIII, Innocent X, Alexander VII, Clement IX, Clement X, Bl. Innocent XI, Alexander VIII, Innocent XII, Clement XI, Innocent XIII, Benedict XIII, Clement XII, Benedict XIV, Clement XIII, Clement XIV, Pius VII, Leo XII, Pius VIII, Gregory XVI, Bl. Pius IX (all the Popes from Sixtus V, who died in 1590, to Pius IX, with the exception of Pius VI)
      Where: Santi Vincenzo e Anastasio (Church of SS. Vincent and Anastasius), in the Piazza di Trevi, Rome

      Relic: Steps of Pilate’s house that Christ ascended for His sentencing (moved from Jerusalem to Rome by St. Helena)
      Where: Basilica of St. John Lateran, Rome, Italy. Also in this basilica is a monument to Pope Sylvester II that is said to “cry” before a Pope dies (its marble becomes moist).

      Relic: St. Cecilia
      Where: Basilica of St. Cecilia, Rome, Italy. St. Cecilia was originally buried in the Catacombs of St. Callixtus (Catacombe di San Callisto), but in A.D. 821, Pope Paschal I collected some of the remains of the Saints to preserve them from raiders. Her relics were lost, though, but the Pope dreamed of where could be found. Her incorrupt body was located in what is now the Crypt of St Cecilia in those Catacombs.

      Relic: St. Sebastian
      Where: Church of St. Sebastian, Rome, Italy. (St. Sebastian’s head is at Church of the Four Crowned Martyrs — “Santi Quattro Incoronati)

      Relic: St. Monica
      Where: Church of St. Augustine in Campo Marzio, Rome, Italy

      Relic: St. Ignatius of Loyola  and St. Robert Bellarmine
      Where: Church of the Gesu, Rome, Italy

      Relic: St. Catherine of Siena and Fra Angelico
      Where: Altar at the Basilica of Santa Maria Sopra Minerva, Rome, Italy (St. Catherine’s head is in the Church of San Domenico, Siena, Italy)

      Note:
      Also of interest in Rome are two sites rather like Kostnice in the Czech Republic (see above). The first is the Cimitero dei Capuccini, the Capuchin catacombs near Piazza Barberini. This subterranean crypt underneath the Church of Santa Maria della Concezione contains the bones of monks and others arranged in artistic designs. The second is S.Maria dell’Orazione e Morte, located at via Giulia 262. This place contains the bones of unknown people who died and had no one to bury them, and who were buried by a Confraternity that had charge of such things and offered Masses for their souls.

      San Giovanni Rotondo

      Relic: St. Pio of Pietrelcina (Padre Pio)
      Where: Padre Pio Shrine, San Giovanni Rotondo, Italy

      Turin

      Relic: St. John Bosco (incorrupt), St. Dominic Savio, St. Maria Mazzarello (incorrupt)
      Where: Basilica di Maria Ausiliatrice (Mary Help of Christians), Turin, Piedmont, Italy. In Valsalice, Piedomont, you can see the room where St. John Bosco died, kept exactly as it was when he went to his Heavenly reward.

      Relic: The Holy Shroud
      Where: Royal Chapel of the Holy Shroud, Cathedral of San Giovanni, Turin, Piedmont, Italy (since A.D. 1578)

      Venice

      Relic: St. Lucy
      Where: Church of San Geremia Venice, Italy. Her remains, moved from Syracuse to Constantinople, were translated from Constantinople to Venice in A.D. 1204. Her head, however, may be venerated at the Cathedral of Bourges France (it was sent to Louis XII).

      Relic: St. Roch
      Where: Church of San Rocco, Venice, Italy.

       
       
      Peru

      Lima

      Relic: St. Martin de Porres
      Where: Convent of the Holy Rosary, Lima, Peru
       

       
      Poland

      Krakow

      Relic: SS. Hedwig (Jadwiga) and Stanislaus
      Where: Cathedral Basilica of St. Stanislaus and St. Wenceslaus. (“Wawel Cathedral”), Krakow, Poland

       
      Spain

      Agreda

      Relic: Venerable Mary of Agreda (incorrupt)
      Where:
      Convent of the Conception, Agreda, Spain

      Avila

      Relic: St. Teresa of Avila (incorrupt)
      Where: Convent of St. Teresa, Avila, Spain (St. Teresa’s heart is in the Carmelite Convent in Alba de Tormes, Spain)


      Compostela

      Relic: St. James the Greater
      Where: Cathedral of Santiago de Compostela, Compostela, Spain

      Granada

      Relic: St. John of God
      Where: Iglesia de San Juan de Dios, Granada, Spain. At the Museo de S. Juan de Dios. Calle Convalescencía, you can see the room in which he died, along with some of his belongings.

      Oviedo

      Relic: Sudarium of Oviedo (the second linen used to cover Jesus’ Face at His entombment)
      Where: Cathedral of Oviedo, Oviedo, Spain

      Segovia

      Relic: St. John of the Cross
      Where: Segovia, Spain

       
      Sweden

      Vadstena

      Relic: St. Birgitta
      Where: Vadstena Cloister, Vadstena, Ostergotlands Lan, Sweden

       
      United States

      Chicago, Illinois

      Relic: Over 2000 relics, including some of all 12 Apostles and 24 of the 33 Doctors of the Church
      Where: St. John Cantius Parish, 825 North Carpenter Street Chicago, Illinois 60622-5405, Phone: 312-243-7373

      St. Marys, Kansas

      Relic: Practically every Saint who’s ever lived
      Where: At St. Mary’s Academy, there’s a Relic Chapel that contains an incredible amount of first class relics (though no major tombs or shrines). The address is: St. Mary’s Academy & College, 200 E. Mission Street, St. Marys, KS 66536

      Louisville, Kentucky

      Relic: St. Bonosa and St. Magnus
      Where: At St. Martin of Tours parish church, 639 South Shelby Street, Louisville, Kentucky, 40202

      Emmitsburg, Maryland

      Relic: St. Elizabeth Ann Seton
      Where: Seton Shrine Chapel, Emmitsburg, Frederick County, Maryland

      Relic: St. Frances Cabrini
      Where: St. Frances Cabrini Shrine, 701 Fort Washington Avenue, New York City, New York

      Maria Stein, Ohio

      Relic: Practically every Saint who’s ever lived
      Where: Another Relic Chapel like that of St. Mary’s Academy in Kansas (no major tombs or shrines) is the Maria Stein Center. The address is: 2291 St. Johns Road, Maria Stein, Ohio 45860, (419) 925-4532

      Philadelphia, Pennsylvania

      Relic: St. John Neumann
      Where: National Shrine of Saint John Neumann, 1019 North Fifth Street, Philadelphia, Pennsylvania 19123

      Pittsburgh, Pennsylvania

      Relic: Practically every Saint who’s ever lived
      Where: Another Relic Chapel — the largest in the United States — is St. Anthony’s Chapel in the Most Holy Name of Jesus parish. The address is: 1700 Harpster St., Pittsburgh, Pennsylvania (Troy Hill).

  21. romo saya mau tanya
    1. Apa itu Relikwi dan skapulir?
    2. apakah relikwi sama dengan jimat?
    3. Apa dasar iman Katolik(alkitab, tradisi dan magisterium) atas relikwi?
    terima kasih

    • Shalom Ben,
      Terima kasih atas pertanyaannya. Romo Wanta sedang mengadakan ziarah ke Eropa selama dua minggu, jadi tidak dapat menjawab pertanyaan. Dan karena banyak orang yang mungkin ingin menanyakan hal yang sama, maka saya membuat artikel yang saya tulis di atas (silakan klik).
      Semoga artikel tersebut dapat menjawab pertanyaan Ben, dan dapat berguna.
      Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
      stef

Comments are closed.