Pertanyaan:
I Korintus 14
14:22 Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman
artinya pak Stev,
Breakdance
Jawaban:
Shalom Breakdance,
Berikut ini adalah penjelasan dengan sumber utama dari penjelasan Rev. George Leo Haydock, Douay Rheims Holy Bible with a Comprehensive Catholic Commentary, (Duarte, California: Catholic Treasures, 1859, reprint 2006), p.1516-1517:
1 Kor 14:22 ini berkaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat 21, yang mengatakan demikian:
Dalam hukum Taurat ada tertulis: “Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan mendengarkan Aku, firman Tuhan.”
Ini mengacu kepada yang dikatakan dalam Kitab Yesaya, yaitu Yes 28:11-12. Di sini Rasul Paulus ingin menerangkan kepada jemaat akan apa yang terjadi pada saat Pentakosta, ketika karunia bahasa roh diberikan secara ajaib untuk membuat orang yang tidak percaya agar menjadi percaya, agar mereka dapat sampai kepada iman yang benar.
[Kita mengetahui bahwa pada saat Pentakosta, karunia bahasa roh diberikan kepada para rasul, sehingga mereka dapat berkata- kata dalam bahasa- bahasa lain, dan ini sungguh mencengangkan orang- orang yang pada saat itu belum mengimani Kristus (Kis 2:11-12). Mukjizat inilah yang membawa mereka menyadari akan adanya kuasa Roh Kudus yang turun atas para rasul, sehingga orang- orang yang mendengarkan mereka akhirnya mengimani Kristus, dan memberikan diri untuk dibaptis (lih. Kis 2: 41).]
Ketika Rasul Paulus menambahkan, “sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman,” ia tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa karunia bahasa roh, jika digunakan dengan bijaksana, tidak berguna untuk orang beriman, ataupun karunia nubuat itu tidak berguna untuk orang- orang yang tidak beriman. Sebab, pengertian yang demikian malah bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh rasul Paulus sendiri pada ayat 24, “Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua…” Jadi di sini kita mengetahui bahwa nubuat dapat berguna untuk semua orang.
Maka maksud Rasul Paulus menyampaikan perikop ini adalah untuk mendidik, baik kepada mereka yang sudah percaya ataupun mereka yang belum percaya untuk melakukan segala sesuatunya sesuai dengan prinsip keteraturan. Rasul Paulus mengatakan walaupun ia sendiri dapat berbahasa roh, melebihi para jemaat (lih. 1 Kor 14:18) namun ia lebih suka mengucapkan lima kata yang berarti dan dapat dimengerti oleh semua jemaat daripada beribu- ribu kata dalam bahasa roh (1 Kor 14: 19). Di sini Rasul Paulus ingin menekankan adanya keteraturan dalam pertemuan jemaat, sehingga dapat membangun semua umat yang hadir (lih. 1 Kor 14:26). Pertemuan ibadah dapat diisi dengan pembacaan Mazmur, pengajaran, karunia bahasa roh, dan tafsiran bahasa roh, dengan maksud agar dapat dimengerti oleh semua umat.
Akhirnya dia memberi kesimpulannya di ayat 39, yaitu:
“Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh.”
Maka di sini Rasul Paulus berpesan agar kita tidak melarang bahasa roh, namun mementingkan nubuat/ interpretasinya; agar dalam ibadah terdapat keteraturan yang tidak menimbulkan kesan kekacauan, tetapi damai sejahtera (lih. 1 Kor 14:33).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear katolisitas,..saya juga termasuk orang yang tergabung dalam persekutuan doa Karismatik..dan saya pernah menerima karunia bahasa roh sewaktu mengikuti retret SHBDR ( Seminar Hidup Baru Dalam Roh )namun, pertanyaan saya bagaimanakah seandainya bahasa roh kita menghilang..? bagaimanakah supaya kita bisa memiliki’nya kembali? apakah kita harus mengulang ikut Seminar Hidup Baru Dalam Roh lagi..?
Shalom Andika,
Pertama-tama, harap dipahami bahwa karunia Roh Kudus -apapun itu, entah karunia bahasa Roh, karunia menyembuhkan, mukjizat, dst-, itu adalah pemberian dari Allah. Dan karena merupakan pemberian, maka pertama-tama, karunia itu diberikan menurut kehendak Sang Pemberi, dan bukan menurut kehendak yang diberi. Dengan demikian, silakan membawa hal itu dalam doa, dan milikilah pertama-tama hati yang terbuka untuk menerima kehendak Tuhan, bukannya untuk menganggap karunia itu adalah sesuatu yang dapat kita tuntut/ kita minta menjadi milik kita. Tuhan yang melihat kesiapan hati kita akan memutuskan apakah Ia akan memberikan kepada kita karunia itu. Jika dipandanganya kita siap dan akan berguna bagi pertumbuhan rohani kita dan pertumbuhan iman jemaat yang akan kita layani, ya Tuhan dapat memberikannya.
Maka jika saya boleh mengusulkan, silakan berdoa hening di hadapan Sakramen Mahakudus, misalnya sesudah perayaan Ekaristi, dan dalam doa Adorasi. Silakan juga untuk tekun berdoa rosario. Ada sejumlah kesaksian, bahwa seseorang menerima karunia berdoa dalam bahasa roh dalam doa pribadi di hadapan sakramen Mahakudus, atau dalam doa rosario. Jika Anda terpanggil untuk mengikuti SHDR, silakan Anda mengikutinya, tetapi baiklah jika motivasinya bukan pertama-tama mengejar karunia, tetapi sebagai keinginan yang tulus dari hati Anda untuk bertobat, sepenuhnya meninggalkan kehidupan yang lama, untuk masuk dalam kehidupan yang baru bersama Yesus dalam tuntunan Roh Kudus.
Silakan, untuk selanjutnya membaca tentang Bahasa Roh, di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam.
saya cuma membagii tentang bahasa roh yang saya ketahui.
untuk kita yang mendengar maka:
bahasa yang digunakan kadang menggunakan bahasa yang sama sekali tidak kita tahu artinya, tapi kadang juga di campur dengan yang kita mengerti, kadang juga banyak menggunkan bahasa yang kita mengerti misal bahasa indonesia.
tapi untuk yang berbicara:
apapun bahasa yang keluar dari mulutnya sesungguhnya dia mengerti,
untuk pesan pesan tertentu yang bersifat rahasia, maka kebanyakan menggunkan bahasa roh, sedangkan pesan yang bisa kita dengar kadang menggunkan bahasa yang kita mengerti, misal bahasa indonesia
bentuk bahasa roh bukan seperti kata kata berulang tetapi bentuk bahasa yang mengalir dengan baik dan bernada.
kita yang awam pun bisa tahu bahwa itu adalah bentuk bahasa, bukan pengulangan kata kata.
sampai sekarang tahun 2013 Roh Kudus sering datang ke orang tertentu untuk berbicara, berbicang menggunkan bahasa roh.
saya bicara karena saya punya buktinya.
kita tidak bisa membatasi Roh Kudus untuk datang dan berkata kata dengan bahasa roh kepada orang yang beriman atau yang tidak.
trims..
[dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]
Shalom pak Stev dan bu Inggrid.
Saya tergabung dengan komunitas katolik karismatik.
Saya ingin bertanya mengenai karunia bahasa roh.
Saya pernah mengikuti retret rohani dan di sana ada pencurahan roh kudus. Waktu pencurahan roh kudus saya tdk merasakan apapun tetapi mulut saya ingin sekali menirukan bahasa roh dari si pendoa. Saya ragu apa itu benar karunia yg turun atas saya. Saya takut bila itu bukan karunia roh kudus dan saya mendoakannya saya berdosa. Banyak org yg bilang itu memang bahasa roh tetapi saya masih tetap ragu mungkin karena iman saya yg lemah atau saya memang belum mendapatkan karunia tsb. Mohon penjelasannya, terima kasih.
[Dari Katolisitas: Silakan terlebih dahulu membaca artikel Tentang Bahasa Roh, silakan klik. Bahasa roh adalah salah satu karunia karismatik Roh Kudus, yang jika sungguh otentik dari Tuhan, maka akan menghasilkan buah Roh, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (lih. Gal 5:22-23). Silakan memeriksanya, adakah buah-buah ini ada pada Anda setelah Anda memperoleh pengalaman rohani tersebut?]
apakah bahasa roh ada kamusnya? di alkitab di sebutkan akan kamus bahasa roh? allah tritunggal allah bapa allah anak allah roh kudus. apakah bahasa indonesia, inggris, german, korea ,chinese, dab berbagai macam jenis bahasa ini bukan termasuk bahasa roh? menurut saya bahasa roh itu bahasa yg bisa di mengerti oleh kita sndiri dan orang di sebelah kita.sehingga kita bisa menjadi terang di dalam lingkungan kita.bukan dengan berbahasa aneh sehingga org di sekitar kita menilai hall aneh tentang kita.
[Dari Katolisitas: Tentang bahasa Roh, silakan membaca di sini, silakan klik.]
Shalom…
saya mau tanya bagaimana ya cara mendapatkan bahasa roh itu..
saya sudah mencoba nya tapi belum bisa. Terimakasih
[Dari Katolisitas: Karunia berdoa dalam bahasa roh adalah salah satu karunia karismatik Roh Kudus. Karena merupakan karunia, maka bahasa roh itu merupakan pemberian Allah dan bukan sesuatu yang dapat dilatih sendiri untuk mendapatkannya. Silakan membaca sekilas tentang apa itu bahasa roh, silakan klik di sini.]
Syaloom Pak Stef atau Bu Ingrid,
Dari membaca artikel ttg karunia-karunia Roh Kudus baik 7 karunia yang kita terima pas pembaptisan (Yes 11:2-3) maupun Karunia Karismatik Roh Kudus.
Saya mengambil kesimpulan kalau karunia karismatik tidak perlu-perlu amat. Hanya karunia tambahan sehingga saya berdoa intinya seperti ini:
” Tuhan, aku ingin punya karunia karismatik. Tapi aku takut, takut akan tanggung jawabnya. Kalau diberikan talenta itu saya tidak bisa melipat gandakan, ataupun saya jadi sombong. Karena saya tahu saya orang yang mudah sombong. Jadi Tuhan berikan karunia itu kalau itu membuatku lebih baik.”
Saya jadi takut kalau saya salah doa, karena karunia adalah sesuatu yang diberikan tp orang yg diberikan itu tidak pantas utk mendapatkannya. Saya mao di kasih malah nolak. Karena di Mat 7:7-11. Tuhan Yesus bilang minta Roh Kudus pasti Tuhan kasih. Dan kalau tidak salah Ibu Ingrid atau Pak Stef bilang, Roh Kudus adalah pemberian terbaik dari Tuhan.
Eh saya malah ngomong gitu, akhirnya saya jd merasa sok tahu dan bingung sendiri.
1.Apakah kita harus punya Bahasa Roh? Kadang doa saya suka merasa salah doa. Sperti yang ditulis di Rom 8:26.
2. Apakah pemikiran saya salah kalau saya menomorduakan karunia Karismatik. Padahal itu karunia. Dan dr Roh Kudus pula. Mohon diberikan pengertian supaya mindset saya benar.
3. Apakah saya salah dalam beriman? Pake mindset begini?
Terima Kasih.
Shalom Leonard,
Nampaknya, anda tidak perlu menjadi gundah ataupun bingung dalam hal ini. Mari kita datang ke hadapan Tuhan dengan kepasrahan dan ketulusan hati seorang anak kecil. Umumnya anak kecil tidak mengharapkan hal- hal yang muluk- muluk, dan memiliki kepercayaan yang penuh kepada orang tuanya, bahwa orang tuanya hanya akan memberikan yang terbaik baginya. Dengan demikian, kita tidak terjebak dalam pikiran yang memilah- milah apakah suatu karunia Roh Kudus itu sebenarnya perlu atau tidak. Sebab sapta karunia Roh Kudus seperti disebutkan dalam Yes 11:2-3 itu sungguh kita perlukan agar kita dapat bertumbuh dalam kasih/kekudusan; dan selanjutnya karunia karismatik Roh Kudus, jika dianugerahkan kepada kita ataupun juga kepada anggota jemaat lainnya, juga diperlukan untuk membangun Gereja sebagai Tubuh Kristus di dalam Kasih.
Dengan prinsip ini saya menanggapi pertanyaan anda:
1. Haruskah punya bahasa roh?
Kristus tidak pernah mengharuskan kita mempunyai bahasa Roh. Tidak ada ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan demikian. Yang diajarkannya adalah hidup di dalam Roh Kudus; yaitu hidup sebagai murid- murid Kristus dan melaksanakan perintah- perintah-Nya, terutama hukum kasih.
2. Salahkah kalau menomorduakan karunia Karismatik?
Nampaknya pertanyaan ini tidak akan timbul jika kita memahami bahwa Tuhanlah yang paling memahami apakah yang terbaik bagi kita dan Gereja-Nya. Jangan lupa bahwa hakekat karunia adalah pemberian dari Tuhan, jadi bukan bagian kita untuk memilah- milah apakah suatu karunia itu berguna atau tidak. Semua karunia itu berguna dan harus diterima dengan ucapan syukur. Namun jika kita menginginkan karunia yang terutama, mohonlah karunia kasih agar kita dapat mengasihi Tuhan dan sesama seperti disebutkan dalam 1 Kor 13. Sebab kemungkinan itulah sebabnya perikop tentang Kasih (1 Kor 13) ditempatkan di antara perikop yang membahas tentang bermacam karunia- karunia karismatik Roh Kudus (1 Kor 12 dan 14); agar jangan sampai kita lupa bahwa pada akhirnya, hal yang terutama adalah kasih (1 Kor 13:13).
3. Apakah mindset menomorduakan karunia Karismatik menjadikan saya salah dalam beriman?
Yang menjadi fokus iman menurut ajaran Kristiani adalah Allah Tritunggal; sehingga sepanjang anda memusatkan perhatian anda kepada Allah, menerima dan menaati segala yang diwahyukan-Nya kepada umat-Nya melalui Kristus dan Gereja-Nya, maka anda tidak akan salah dalam beriman. Nah, di sini Gereja Katolik tidak menomorduakan karunia Karismatik (dengan konotasi ‘tidak perlu’), namun juga tidak menempatkannya di tempat yang paling utama, sebab jelas disebutkan dalam Kitab Suci, bahwa yang terutama dan terbesar adalah kasih. Maka yang terutama adalah bagaimana agar kita dapat hidup di dalam Kristus yang adalah Sang Kasih itu sendiri, agar kita dapat melaksanakan hukum kasih. Selanjutnya jika Allah berkenan memberikan karunia karismatik Roh Kudus kepada kita, kitapun harus melihatnya dalam perspektif kasih; yaitu bagaimana membagikan karunia ini agar dapat berguna untuk membangun Gereja, membangun iman sesama umat agar sebanyak mungkin orang mengalami kasih Tuhan.
Konsili Vatikan II mengajarkan demikian mengenai karunia- karunia karismatik Roh Kudus:
“Selain itu Roh Kudus juga tidak hanya menyucikan dan membimbing Umat Allah melalui sakramen-sakramen serta pelayanan-pelayanan, dan menghiasnya dengan keutamaan-keutamaan saja. Melainkan Ia juga “membagi-bagikan” kurnia-kurnia-Nya “kepada masing-masing menurut kehendak-Nya” (1Kor 12:11). Di kalangan umat dari segala lapisan Ia membagi-bagikan rahmat istimewa pula, yang menjadikan mereka cakap dan bersedia untuk menerima pelbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunannya, menurut ayat berikut : “Kepada setiap orang dianugerahkan pernyataan Roh demi kepentingan bersama” (1Kor 12:7). Karisma-karisma itu, entah yang amat menyolok, entah yang lebih sederhana dan tersebar lebih luas, sangat sesuai dan berguna untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan Gereja; maka hendaknya diterima dengan rasa syukur dan gembira. Namun kurnia-kurnia yang luar biasa janganlah dikejar-kejar begitu saja; jangan pula terlalu banyak hasil yang pasti diharapkan daripadanya untuk karya kerasulan. Adapun keputusan tentang tulennya karisma-karisma itu, begitu pula tentang penggunaannya yang sepantasnya, termasuk wewenang mereka yang bertugas memimpin dalam Gereja. (… but judgment as to their genuinity and proper use belongs to those who are appointed leaders in the Church). Terutama mereka itulah yang berfungsi, bukan untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji segalanya dan mempertahankan apa yang baik (lih. 1Tes 5:12 dan 19-21).” (Lumen Gentium 12)
Maka selayaknya kita menyerahkan saja keseluruhan diri kita kepada Tuhan, dan mungkin doa yang dapat kita naikkan adalah seperti ini, “Terjadilah padaku Tuhan seturut kehendak-Mu. Aku menerima dengan tangan terbuka dan dengan rasa syukur akan apapun yang akan Engkau berikan kepadaku. Namun jika aku dapat memohon, pertama- tama kumohon agar aku beroleh karunia iman, pengharapan dan kasih, agar aku dapat menjadi semakin mengasihi Engkau. Selebihnya, Kuserahkan kepada kehendak-Mu ya Tuhan, akan apa yang Kau pandang baik, demi pertumbuhan imanku dan sesamaku dalam kesatuan dengan Gereja kudus-Mu.”
Selanjutnya tentang karunia bahasa roh, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Inggrit & Pak Stefanus,
Mengenai bahasa Roh, saya pernah membuka Website tapi lupa namanya, bahwa disitu ada pesan dari Lady of Roses (Bunda Maria) untuk Karismatik yg mengatakan :
“Anakku Bahasa Roh itu adalah Karunia Allah dan diberikan hanya pada orang-orang yg dipilih Allah, jadi jangan kalian mencari dan mempelajarinya karena nanti yang datang adalah roh-roh yang lain/kuasa kegelapan”.
Pertanyaan saya :
1. Didalam Karismatik, saat pencurahan Roh kita disuruh berdoa dan mengucapkan Haleluya terus menerus, apakah hal semacam ini bukan mempelajari ?.
2. Kadang yg bisa berbahasa Roh itu, bahasanya seperti suara ular “ssssssst, ssssssst “, atau ada yg bisa bicara bahasa Mandarin Kuno dan banyak lagi dan mereka tdk bisa mengendalikan diri, Apakah hal ini benar dan dapat dijamin bahwa mereka memperoleh Karunia Roh Kudus yang BENAR ?, bagaimana menurut anda dengan pesan Lady of Roses tersebut sehubungan dengan Karismatik.
Terima kasih.
Syalom,
Stefana
Shalom Stefana,
1. Menurut hemat saya, menyanyikan Alleluia yang diulang- ulang, bukan merupakan tanda seseorang ‘mempelajari’ bahasa Roh. Karena “Alleluia” sendiri merupakan ungkapan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Kalau Tuhan berkenan memberikan, melalui ungkapan pujian tersebut seseorang dapat menerima karunia berdoa dalam bahasa Roh; tetapi harus diakui juga bahwa tidak semua orang yang mendoakan “Alleluia” tersebut mendapatkan karunia bahasa Roh tersebut. Tuhan memberikan menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya.
Memang yang perlu diwaspadai adalah adanya fenomena bahwa adanya orang- orang yang membuat bunyi- bunyian sendiri, yang tidak dari kuasa Tuhan. Kemungkinan, hal inilah yang diperingatkan oleh Bunda Maria, agar diwaspadai.
2. Jika bahasa yang keluar adalah bahasa tertentu, yang sebelumnya tidak dikuasai oleh orang yang bersangkutan, dan kemudian ada orang lain dalam jemaat yang dapat menerjemahkan kata- kata pujian/ penyembahan/ nubuat tersebut ke dalam bahasa Indonesia, maka dapat dikatakan itu adalah dari Roh Kudus. Ini menyerupai apa yang terjadi pada jaman para rasul, di mana para rasul mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak mereka ketahui, namun dapat dipahami oleh orang yang mendengarkan mereka.
Namun kalau manifestasinya tidak dapat dikendalikan, dengan berteriak- teriak dan seterusnya, silakan saja para pendoa yang bertugas untuk membawanya ke luar kelompok umat yang lain, dan mendoakannya di tempat terpisah agar ia kembali tenang. Manifestasi sedemikian bisa timbul dari kepahitan luka batin, ataupun dari kuasa jahat di dalam diri orang tersebut, misalnya jika ia pernah ‘bermain- main’ dengan kuasa kegelapan. Namun kuasa Roh Kudus mampu menyembuhkan dan memulihkan keadaan rohani orang tersebut, melalui dukungan doa- doa dari imam-Nya dan saudara/i seiman.
Maka memang harus diwaspadai, keadaan ‘tak terkendali’ tersebut; sebab itu bukan kejadian yang umum. Harap kita mengingat bahwa termasuk dalam buah Roh Kudus adalah kelemahlembutan dan pengendalian diri, sehingga memang kedua hal itu harus menjadi salah satu tolok ukur tentang manifestasi karunia Roh Kudus. Jika karunia bahasa Roh itu benar dari Roh Kudus, maka yang menerimanya harus tetap dapat mengendalikan karunia tersebut (yaitu untuk menghentikannya atau meneruskannya).
Di atas semua itu, yang terpenting bukanlah ‘menerima karunia bahasa Roh’, melainkan bagaimana hidup kita dapat diubah oleh kuasa Roh Kudus, untuk menampakkan buah Roh Kudus itu yaitu: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan pengendalian diri (Gal 5:22-23), di dalam kehidupan sehari- hari. Karena buah- buah Roh itu berbicara lebih lantang daripada pengakuan ‘saya telah menerima karunia bahasa Roh’; atau tepatnya, bukti bahwa seseorang telah benar- benar menerima karunia bahasa Roh yang sejati, ialah kalau dalam hidupnya ia menampakkan buah Roh Kudus tersebut, dalam perbuatan dan perkataannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom bu Ingrid
Saya pernah mengikuti SHDR kharismatik. sewaktu pencurahan roh seorang pastor berdoa dalam bahasa Roh dan menaikkan puji-pujian sambil berdoa..di barengi dengan pemberitahuan tentang pengurapan segera terjadi.. kemudian 3 orang pendoa mengelilingi saya menumpangkan tanggan sambil berdoa dalam bahasa Roh, semua teman2 saya terjatuh tidak sadarkan diri, banyak teman yang jatuh dan terdiam, ada yang berteriak-teriak, berkata-kata tak terkontrol sehingga para pendoa banyak yang sibuk sekali. saya sendiri memusatkan pikiran dan hati saya sambil berdoa secara terus menerus.. secara tak sadar airmata perlahan-lahan mengalir membasahi muka saya, air mata itu mengalir tanpa henti yang makin lama makin deras, keadaan ini cukup berlangsung lama dan para pendoa makin gencar denga bahasa Roh mereka dengan suara yang makin lantang… perlahan-lahan seluruh tubuh saya seperti dibuai oleh hawa dingin yang sejuk dari atas kepala hingga kaki, terlebih lagi di bagian dada saya terasa ada sebuah hawa kekuatan dibagian dada yang mendesak/mendorong. dan mendadak tubuh seperti melayang (terhembus angin) dan saya hanya merasakan tubuh saya terjatuh dan dipapah ke atas lantai oleh pendoa yang ada di sekitar saya yang terus mendoakan saya.. ini pengalaman saya.
Pada waktu saya sebelum terjatuh, saya mengalami berbahasa Roh hanya sebentar (ini menurut saya) sebab saya tak henti-hentinya mengucapkan “halleluyah” dan diselingi dengan doa-doa seturut apa yang hendak saya sampaikan dan pada waktu sesaat itulah lidah seperti tak terkontrol dan kemudian saya terjatuh. ini yang saya ingat dalam alam sadar.
Pertanyaan saya;
1. Mengapa bahasa Roh itu tidak melekat pada saya?
2. sekarang, disaat doa pribadi kadang2 berbahasa Roh namun juga cuma sebentar saja..?
3. apakah keadaan saya ini harus melatih terus untuk berbahasa Roh agar tidak hilang, sedangkan beberapa waktu yang lalu di Lembah Carmel saya juga mengalami hal serupa?
4. hawa sejuk yang saya rasakan di dada mengapa pada saat itu dirasakan ada sebuah tenaga dorongan? apakah ini pertanda ada sesuatu yang tidak beres degan saya waktu itu..?
saya mohon petunjuk dan pengarahan untuk kondisi saya, sebab saya rindu dapatkan bahasa Roh yang bener2 merupakan sebuah karunia bagi saya. Terima kasih bu.
Salam sejahtera
Felix Sugiharto
Shalom Felix,
1 & 2. Tuhan mempunyai rencana tertentu atas setiap orang, demikian juga atas anda. Walaupun kita tidak mengetahui secara pasti akan rencana Tuhan itu, satu hal yang dapat kita yakini ialah bahwa rencana-Nya indah dan terbaik bagi kita. Maka tak perlu sedih, jika anda belum mendapatkan karunia berdoa dalam bahasa Roh, atau dapat melakukannya hanya sekejap saja. Tuhan melihat kesungguhan hati anda, dan itulah yang terpenting. Mari kita serahkan hal ini kepada kebijaksanaan Tuhan. Sebab jika dipandang-Nya baik bagi anda, Ia akan memberikannya.
Memang cara yang umum kita ketahui, karunia berdoa dalam bahasa Roh itu diberikan melalui retret SHBDR. Tetapi itu bukan satu- satunya cara; sebab saya juga mengenal orang- orang yang mendapatkan karunia bahasa Roh melalui doa Adorasi Sakramen Mahakudus, doa rosario, dan doa pribadi. Sebagai masukan bagi anda, bahkan pengkhotbah kepausan, Fr. Raniero Cantalamessa, memperoleh karunia bahasa Roh dalam doa pribadinya, sehari setelah ia mengikuti semacam SHBDR (jadi tidak di dalam SHBDR-nya itu sendiri). Demikian juga Mother Angelica, seorang biarawati Karmelit pendiri EWTN, salah satu stasiun TV Katolik terbesar di Amerika (dan dunia) juga memperoleh karunia berdoa dalam bahasa Roh pada saat mendoakan ibadah hariannya, yaitu pada saat ia membaca Kitab Suci.
3. Jadi saran saya, tekunlah berdoa, jika memang sudah menjadi kehendak Tuhan maka Ia dapat memberikan karunia itu kepada anda. Biarkan Tuhan memilih cara-Nya sendiri. Ingatlah bahwa karunia berdoa dalam bahasa Roh itu adalah karunia Allah, maka bukan bagian kita untuk mengatur Allah agar Ia memberikan-Nya kepada kita. Sebaliknya, saya rasa sikap yang benar adalah kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, walaupun kita dapat terus berharap. Saya kurang paham dengan istilah ‘melatih terus’. Sebab, jika anda sudah mendapatkannya (walau hanya sebentar) yang diperlukan adalah memusatkan hati dan pikiran anda kepada Tuhan; dan selanjutnya semoga anda dapat kembali mengalami karunia berdoa dalam bahasa Roh tersebut. Ingatlah bahwa dengan atau tanpa bahasa Roh, yang terpenting dalam doa adalah persekutuan yang akrab dengan Tuhan.
4. Hawa sejuk, rasa tenang atau bahkan perasaan- perasaan yang lain itu dapat merupakan tanda yang disampaikan Tuhan akan jamahan-Nya atas diri anda. Bersyukurlah kepada Tuhan.
Akhirnya, tetaplah mengucap syukur kepada Tuhan senantiasa. Dengan hati yang terangkat kepada Tuhan, yang dipenuhi ucapan syukur, maka anda akan menjadi semakin terbuka untuk menerima karunia Tuhan, sebab anda tidak lagi memusatkan doa anda kepada diri sendiri, melainkan kepada Tuhan. Saya percaya Tuhan mengetahui isi hati anda; dan Ia akan menjawab doa anda pada waktu-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom bu Ingrid
Terima kasih penjelasannya tentang apa yang telah saya alami. memang selama ini saya merindukan karunia dalam berbahasa Roh. saya sendiripun selalu ingat bahwa berbahasa Roh bukan menjadi tuntutan dari saya namun mutlak merupakan sebuah karunia yang datangnya dari Tuhan.
Mengenai istilah “melatih terus” itu merupakan komentar dan saran seorang teman dari umat Protestan Karismatik yang menganjurkan saya berlatih terus agar berbahasa Roh yang sebentar itu bisa melekat.
Saya sangat-sangat merasakan “kasih” Tuhan berikan kepada saya, urapan-urapan yang merupakan hembusan sejuk itu sudah saya alami beberapa kali, terakhir terjadi pada saat saya mengikuti sebuah Misa Adorasi Sakramen Mahakudus di kota Bandung beberapa bulan yang lalu, Misa yang dipimpin oleh seorang Uskup .. saya kembali merasakan suatu jamahan Kasih yang berasal dari Tuhan.. selesai Misa salah seorang petugas mendatangi saya yang langsung menunjuk kepada saya bahwa sayalah yang tadi mendapatkan urapan secara istimewa serta diajak ke depan altar untuk bersaksi bersama beberapa umat lainnya.
Saya tahu betul serta menyadarinya bahwa dari didalam seluruh perjalanan rohani yang saya alami Tuhan pasti mempunyai rencana lain secara khusus bagi saya. sebab selama ini apa yang telah saya alami sungguh sangat berbeda dengan yang ada pada umumnya, tuntunan Tuhan seolah-olah merupakan sebuah porses yang terus mendidik dan membimbing saya dengan urapan-urapan yang tak terduga.
Salam damai di dalam Yesus
Felix Sugiharto
Salam,
Saya pernah mengikuti ret-ret kharismatik. sewaktu pencurahan roh yang diawali penumpanggan tanggan oleh para pastor semua teman2 saya terjatuh tidak sadarkan diri, beberapa yang lain ada yang jatuh terkapar dan terdiam, beberapa yang lain terjatuh namun berkata-kata yang tidak saya mengerti. saya sendiri ketika pater menumpangkan tanggan tubuh saya terasa terangkat, saya merasakan angin sejuk disekeling saya terutama berhembus disekitar wajah saya, air mata saya mengalir tanpa henti seperti sungai yang tidak bisa saya hentikan. ketika saya mulai terangkat, dengan airmata yang terus mengalir dan hembusan angin saya merasa damai yang tidak pernah saya rasakan selama ini. Namun tiba-tiba kaki saya seperti tidak dapat bertahan untuk memikul beban tubuh itu dan saya jatuh tergeletak kehilangan keseimbangan.
Pertanyaan saya;
1. Tolong dijelaskan pengalaman yang teman saya alami?
2. Bagaimana dengan pengalaman saya?
3. Apakah pengalaman tersebut semacam pesan buat kami, apa maksud pengalaman ini buat saya?
Reply
Shalom Stev,
1 & 2. Tiap- tiap orang dapat mengalami pengalaman yang berbeda pada saat mengikuti retret karismatik. Jika anda mengikutinya dengan sungguh sejak awal, seharusnya anda telah dipersiapkan untuk memahami apa yang dialami pada saat pencurahan Roh Kudus. Misi Roh Kudus yang turun atas kita terutama adalah untuk menginsyafkan kita atas segala kesalahan dan dosa- dosa kita (Yoh 16:8); sehingga manifestasinya seringkali adalah berupa air mata. Karena oleh terang Roh Kudus, tiada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, dan Tuhan membantu jiwa kita untuk melihat keadaan diri kita yang sesungguhnya: yaitu sebagai manusia yang berdosa, namun sungguh dikasihi oleh Allah. Kesadaran akan kasih Allah yang begitu besar tak terbatas ini, yang melampaui segala dosa kita inilah yang membuat kita umumnya menangis/ meneteskan air mata. Maka, air mata yang keluar ini dapat bermakna pertobatan, namun juga dapat juga bermakna sebagai ucapan syukur tak terkira, atas besarnya kasih Allah yang kita terima di dalam Kristus.
Pengalaman teman anda yang jatuh tak sadarkan diri, itu yang sering dikatakan sebagai ‘resting in the spirit‘, juga merupakan pengalaman rohani pada saat pencurahan Roh Kudus itu. Tetapi keadaan ini bukan berarti menjadi mengucapkan sesuatu tanpa bisa dikendalikan, seolah menjadi kehilangan kendali. Roh Kudus dapat menunjukkan kuasa-Nya dengan cara sedemikian pada orang- orang tertentu, agar orang tersebut dapat percaya akan kuasa Allah, namun umumnya setelah resting in the spirit, maka segala sesuatunya akan menjadi tenang kembali. Umumnya sesudah itu hati dipenuhi rasa damai sukacita yang sukar dijelaskan dengan kata- kata.
Entah mengalami ‘resting in the spirit‘ atau tidak, umumnya pengalaman selanjutnya dalam retret Karismatik itu adalah karunia berdoa dalam bahasa Roh. Selanjutnya tentang bahasa Roh, klik di sini. Jika anda menerima karunia ini, maka anda dapat menggunakannya di dalam doa pribadi anda, maupun di dalam komunitas anda, jika memang sedang diadakan doa bersama dalam bahasa Roh, umumnya dengan iringan musik. Jika dilakukan dalam kesatuan dan keharmonisan, maka doa semacam ini dapat indah kedengarannya. Doa bahasa Roh ini merupakan doa yang dituliskan dalam Rom 8:26, di mana Roh Kudus membantu kita untuk berdoa dengan keluhan- keluhan yang tidak terucapkan. Bahkan keluhan yang tak terucapkan ini dapat anda lakukan (tentu dalam keheningan) pada saat anda berdoa setelah menerima Komuni.
3. Setelah anda dan teman anda mengalami pengalaman rohani dalam retret itu, maka sekarang yang terpenting adalah bagaimana sikap anda dan teman- teman anda selanjutnya. Tuhan mengizinkan kita mengecap pengalaman spiritual semacam ini, dengan maksud untuk membangun iman kita. Maka kita tidak boleh lekas berpuas diri dengan pengalaman rohani ini dan menganggap bahwa kita telah ‘mencapai level tertentu’ dalam kehidupan spiritual. Karunia berdoa dalam bahasa Roh ini hanyalah merupakan awal dari perjalanan spiritual kita untuk semakin menghayati penyertaan dan kasih Tuhan dalam hidup kita; dan kasih Tuhan inilah yang harusnya nampak dalam kehidupan kita sebagai buah- buah dari pengalaman rohani itu. Maka seharusnya, setelah anda dan teman anda mengalami pengalaman rohani dalam retret itu, anda harus menjadi semakin terdorong dalam melakukan perbuatan kasih, baik terhadap Tuhan maupun sesama anda.
Kasih kepada Tuhan, silakan ditunjukkan dengan komitmen anda dalam meluangkan waktu untuk berdoa kepada Tuhan, membaca dan merenungkan firman Tuhan, dan menerima sakramen- sakramen, terutama Ekaristi dan Pengakuan Dosa. Jika memungkinkan ikutilah misa harian, dan mengaku dosa rutin sebulan sekali. Doa bagi kita harus menjadi suatu kebutuhan dan nafas iman, yang kita lakukan dengan suka cita. Selanjutnya, kita akan menjadi orang- orang yang haus akan firman Tuhan, dan menerima rahmat-Nya lewat sakramen- sakramen.
Sedangkan kasih kepada sesama, kita tunjukkan dengan menyatakan buah Roh Kudus yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal 5:22-23); dalam perbuatan dan perkataan kita sehari- hari. Dan akhirnya untuk bertumbuh dalam iman, anda perlu untuk bergabung dalam komunitas yang mendukung; dan bergabunglah juga dalam kegiatan kerasulan awam di paroki/ keuskupan anda.
Jika kita telah mengusahakan untuk hidup dalam kasih ini, Tuhan akan lebih leluasa lagi mencurahkan rahmat dan berkat- Nya kepada kita. Sebab dengan hidup dalam kasih, maka Allah tinggal di dalam kita dan kita di dalam Allah (lih. Yoh 15); dan dalam persekutuan dengan Allah ini, maka Tuhan akan memberikan buah- buah limpah dalam setiap hal yang kita lakukan demi kemuliaan nama Tuhan.
Maka pesan Allah dari pengalaman anda tersebut mungkin cukup sederhana; yaitu anda telah menerima kasih Tuhan dengan cuma- cuma; dan bagikanlah itu juga dengan cuma- cuma (lih. Mat 10:8) kepada yang membutuhkannya. Semoga Tuhan membimbing anda dan kita semua dalam pertumbuhan iman, agar semakin disempurnakan di dalam iman, pengharapan dan kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pak Stefanus.
Saya mendapatkan karuania bahasa roh dalam sutu retret kitika saya sangat menyesali dosa besar saya.
Akan tetapi sampai sekarang saya tahan utk tidak menggunakan karunia itu karena bagi saya lebih damai jika berdoa dengan diam (meditatif), karena saya lebih dpt memahami apa yang Tuhan mau dari saya.
Apakah ini dikatogorikan saya menolak Karunia Roh Kudus, sehingga saya menjadi berdosa berat?
Terima kasih
Salam kasih
Shalom Adihanapi,
Doa dalam bahasa Roh sebenarnya bertujuan untuk membawa kita kepada penghayatan akan persekutuan kita yang mendalam dengan Tuhan, di mana Roh Kudus yang ada di dalam kita itulah yang berdoa untuk kita kepada Allah (lih. Rom 8: 26). Jadi umumnya, pada saat seseorang berdoa dalam bahasa Roh dan setelahnya, hatinya akan dipenuhi rasa damai sejahtera, pengalaman kedekatan dengan Allah. Maka berdoa dalam bahasa Roh juga harusnya tetap diakhiri dengan doa hening di hadapan Allah, untuk membiarkan Dia memberikan inspirasi Roh Kudus-Nya kepada kita; atau istilahnya “mendengarkan suara Tuhan.” Jika dengan meditasi anda lebih dapat mencapai tujuan ini, maka silakan saja anda melakukan meditasi, sebab pada dasarnya mengarah kepada tujuan yang sama.
Dengan demikian, anda tidak dapat dikatakan menolak karunia Roh Kudus. Karena karunia Roh Kudus itu tidak terbatas hanya bahasa Roh. Bahasa Roh hanya salah satu dari karunia karismatik Roh Kudus. Dengan persekutuan anda dengan Tuhan (melalui doa meditasi dan terutama melalui Ekaristi) maka Tuhan akan dapat membimbing anda untuk melakukan pekerjaan- pekerjaan-Nya dan menghasilkan buah yang limpah.
Jika anda ingin mengetahui tentang dosa menghujat Roh Kudus, silakan klik di sini.
Akhirnya, tak usah kuatir, jika anda tinggal di dalam Tuhan, menerima Ekaristi yang adalah Tuhan Yesus sendiri, anda sebenarnya berada di dalam persekutuan dengan Allah (Bapa, Putera dan Roh Kudus), maka anda sama sekali tidak menolak karunia Roh Kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dulu saya jg sering aneh dan risih kalau ada org yg berbahsa roh, bahkan takut kalau lihat ibu saya berdoa dgn bahasa roh, tapi malah akhirnya saya sendiri mendapat karunia itu. sungguh Tuhan luar biasa, saya merasakan damai sekali, setiap habis terima HOSTI, bahasa roh tdk pernah dapat saya tolak, dan memang kita tetap bisa mengontrolnya, krn saya jg tahu tdk semua org mendapat karunia itu, yg ada nanti malah bikin umat lain ketakutan (khususnya yg belum tahu bhs roh) BERKAH DALEM.
Bahasa roh yang biasa didengar dalam pertemuan karismatik ( Katolik dan Non Katolik seperti Gereja Bethel dan Pantekosta ) apakah sebenarnya merupakan bahasa Ibrani atau Aram atau bahasa lainnya?
Kalau bahasa roh bukan salah satu dari bahasa-bahasa yang diakui dunia tersebut, bagaimana menerjemahkannya menjadi bahasa manusia biasa? Apakah selama ini sudah ada kamus dan gramatika bahasa roh?Bagaimana sebenarnya struktur kalimat dari bahasa roh?
Apakah rekaman bahasa roh sudah diusahakan untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris atau Indonesia, misalnya?
Bagaimana memastikan bahwa lafal bahasa roh yang sering muncul pada saat pertemuan karismatik, benar-benar bahasa roh atau bukan?
Saya sendiri bengong jika mendengarkan lafal-lafal yang sering muncul selama pertemuan yang diiringi dengan musik dan lagu, karena tidak bisa menghayatinya. Saya tetap menghormati kondisi ekstasi kepenuhan bahasa roh dalam pertemuan, namun saya sendiri tidak merasa menyatu. Saya tidak mau membohongi diri saya, kecuali saya munafik pura-pura menutup mata untuk mamaksakan diri menghayatinya.
Shalom Herman Jay,
Menurut pengetahuan saya, bahasa roh yang biasa didengar dalam persekutuan doa Karismatik bukanlah bahasa Ibrani atau bahasa Aram, melainkan bahasa yang disebutkan dalam Rom 8:26. Maka senandung doa dalam bahasa roh yang dilakukan secara pribadi memang tidak dapat diterjemahkan; sebab yang mengerti ucapan doa- doa tersebut adalah Roh Kudus di dalam diri kita. Namun adakalanya seseorang dapat menyampaikan sesuatu dalam bahasa roh kepada seluruh jemaat, yang sering dikatakan sebagai ‘berkata- kata dalam bahasa Roh’/ speaking in tongue, dan ini umumnya disertai dengan orang lain yang kemudian menginterpretasikannya. Orang yang menginterpretasikan perkataan dalam bahasa Roh ini memperoleh karunia tersebut pada saat itu saja untuk menginterpretasikannya. Dengan demikian, memang kemampuan ini tidak untuk dibukukan atau dapat dipelajari gramatikanya, seolah dapat dipelajari oleh orang- orang lain yang tidak secara khusus diberi karunia tersebut.
Karunia bahasa roh ini, diberikan kepada sang pendoa, namun tetap ada di dalam ‘kontrol’ orang tersebut. Jadi orang itu tetap dapat mengendalikan dirinya pada saat berdoa dalam bahasa roh, maksudnya, tetap dapat memulai atau menghentikannya sesuai dengan kehendaknya, dan bukannya seperti bentuk ‘kerasukan’ sehingga tak terkendali. Buah dari berdoa dalam bahasa roh umumnya adalah rasa damai dan suka cita yang mendalam, pengalaman kedekatan dengan Tuhan.
Walaupun senandung dalam roh tidak dapat diterjemahkan (bahkan oleh orang yang mendoakannya), jika dilakukan dalam kesatuan dan keharmonisan dalam komunitas, dan dengan musik pengiringnya, seharusnya dapat indah kedengarannya. Terus terang dahulu sebelum saya mengalami sendiri karunia bahasa roh ini, saya juga merasa ‘asing’ atau ‘aneh’ pada saat mendengar orang berdoa dalam bahasa roh ini. Namun saya terus berdoa kepada Tuhan, memohon agar dapat mempunyai pengertian yang lebih baik tentang bahasa roh ini, jika memang itu kehendak Tuhan. Setelah saya sendiri mengalaminya, maka saya dapat menikmati dan menghayatinya; namun bagi saya sekarang, yang terlebih penting lagi adalah bertumbuh di dalam penghayatan iman dan kasih, setelah mengalami pengalaman rohani tersebut.
Maka, tidak usah khawatir jika anda belum/ tidak dapat menghayati doa dalam bahasa roh ini. Lagipula bahasa roh juga bukan cara berdoa satu- satunya, untuk mengalami persekutuan yang erat dengan Allah. Doa setelah komuni dan doa di hadapan sakramen MahaKudus-pun dapat menghantar kita kepada pengalaman yang sama. Karunia bahasa roh adalah karunia yang diberikan cuma- cuma oleh Allah kepada kita, sehingga tidak dapat dipaksakan. Tuhan mengetahui yang terbaik bagi setiap umat-Nya. Jika dipandang-Nya baik bagi kita, Ia dapat memberikan-Nya kepada kita; namun jika kita diberikan karunia ini, juga bukan berarti kita menjadi lebih ‘tinggi’ dari mereka yang tidak/ belum memperolehnya. Umumnya karunia bahasa roh itu hanya merupakan awal saja, yang mengarahkan kepada langkah- langkah rohani yang lain; misalnya keinginan untuk mempelajari Firman Tuhan, atau keinginan untuk mendoakan sesama, atau untuk terlibat dalam pelayanan dan tugas kerasulan. Jadi karunia ini diberikan dengan maksud untuk membangun iman kita dan iman Gereja sebagai Tubuh Kristus. Dalam hal membangun iman ini, tentu hanya Tuhan yang paling mengetahui caranya pada tiap- tiap orang. Mari kita serahkan saja kepada kebijaksanaan Tuhan. Ia pasti memberikan segala sesuatunya yang terbaik bagi kita, pada waktunya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.