Melantur ketika berdoa?

Pertanyaan:

Dear bu Ingrid;

Dalam berdoa saya juga sangat banyak mengalami distraction / pikiran melantur kemana-mana… Juga selama saya Adorasi di depan Sakramen Mahakudus.

Dari pengalaman saya berdoa, berdoa saya anggap seperti Tuan yg membawa anjing kecil kesayanganNya ke dalam kamar tertutup. Anjing itu bermain dan berlari keliling kamar, tetapi anjing itu tidak bisa keluar kamar. Anjing itu pikiran saya. Pikiran saya berlari kesana-kemari, tetapi hati saya tahu saya sedang berdua dengan Tuhan di tempat tertutup yg sangat privat dan intim. Daripada saya sibuk mengikat anjing agar tidak bermain dan berlari, saya lebih konsentrasi pada kesadaran hati bahwa saya sedang bersama Tuhan dalam ruangan yang sudah tertutup itu.

Juga saat berdoa Rosari, waktu melewati bulir2 10 Salam Maria, walaupun saya berusaha fokus pada peristiwa yg sedang direnungkan (biasanya hanya tahan sebentar), setelah itu pikiran melantur kemana-mana…. Saya biarkan saja pikiran berlari sana-sini, tapi saya menjaga kesadaran hati bahwa selama jari-jari saya masih menggulirkan biji-biji Rosari, saya masih bersama Tuhan yang menggandeng saya lewat Bunda Maria.

Atau seperti sepasang kekasih yg pacaran sambil menyetir mobil. Ketika jalanan ramai, macet, pikiran saya ada pada kondisi jalan, haluan kemudi, pada kendaraan yang baru menyalib dan mememotong jalan saya, dll…. Daripada saya sibuk mencari jalan sepi agar saya tidak repot, saya biarkan pikiran bekerja semestinya tapi hati menyadari bahwa Sang Kekasih menemani saya duduk di kursi samping saya.

Hal spt ini cukup membuat saya happy dan tidak risau karena ngelantur.
Sambil tetap menjaga ngelanturnya ngga sampe keterlaluan.

Bagaimana menurut Anda sikap doa seperti ini…? Terima kasih.

Fxe

Jawaban:

Shalom Fxe,

Distraction/ pelanturan dalam doa memang merupakan sesuatu yang sering terjadi, dan oleh karena itu kita harus berjuang sedapat mungkin untuk memusatkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Perumpamaan yang anda sampaikan tentang doa seperti membawa anjing kesayangan ke dalam suatu renungan yang tertutup, itu merupakan perumpamaan yang menarik (saya baru pernah mendengarnya). Namun ada satu hal yang menurut saya agak kurang tepat. Sebab kalau kita mengandaikan doa sedemikian, ada resikonya; seolah kita cenderung menerima saja bahwa wajar kalau kita melantur dalam berdoa, sehingga kurang ada usaha untuk meningkatkan kualitas doa/ relasi kita dengan Tuhan. Maka mungkin lebih baik, jika kita belajar dari dari para orang kudus, terutama St. Teresa dari Avila:

1. St. Teresa menggambarkan doa bagi seorang pemula sebagai seorang yang mau mengairi kebun.

Orang yang berdoa seumpama seorang yang mau mengairi kebunnya; di mana ia harus menimba air, memasukkannya ke dalam ember, kemudian memikulnya, membawanya ke kebun, dan baru di sana mengairi tanamannya, demikian seterusnya. Pada tahap awal ini, diperlukan usaha keras dari yang berdoa untuk memusatkan hati dan pikiran, seperti halnya orang yang berkebun tersebut. Ia harus mengeluarkan tenaga dan keringat untuk menimba air, memikul dan mengairi kebunnya.

Tahap berikutnya adalah jika ada sumber air yang lebih dekat di kebun tersebut, sehingga orang itu tidak perlu menimba di sumur. Tahap berikutnya adalah jika ada pipa irigasi yang melintasi kebun sehingga untuk mengairi kebun menjadi lebih mudah. Demikian seterusnya, sampai pada akhirnya tahap puncaknya adalah jika ia tidak lagi perlu berusaha menimba air atau mengairi air, karena Allah sendiri yang akan menurunkan hujan dengan lebatnya untuk mengairi kebun itu.

Dengan perumpamaan ini, kita diajarkan bahwa memang pada saat kita berdoa, terdapat kemungkinan kita harus bekerja keras untuk memusatkan hati dan pikiran kita pada awalnya. Namun jika kita terus berusaha melakukannya, dan dengan rahmat Tuhan, maka akan ada saatnya bahwa usaha mengalahkan ‘distractions‘ tersebut menjadi lebih mudah, dan kita akan dapat semakin menikmati saat- saat doa sebagai saat menerima curahan rahmat Allah.

2. St. Teresa dari Avila juga menggambarkan keadaan kita berdoa seperti halnya proses melangkah dalam puri batin kita.

Perjalanan doa seumpama perjalanan di dalam puri batin kita, yang terbagi menjadi banyak lapisan ruangan yang terbuat dari kristal tembus pandang. Tuhan Yesus berada di tengah- tengah puri tersebut dan pada saat kita mulai berdoa, kita yang masih berada di luar berjuang untuk masuk lebih dalam untuk bersatu dengan-Nya. Di lapisan terluar ini kita berjuang melawan pelanturan- pelanturan, yang diumpamakan oleh St. Teresa sebagai adanya binatang melata yang berseliweran untuk mengacaukan langkah kita menuju ke pusat puri tersebut di mana Kristus bertahta. Silakan membaca buku “Interior Castle” (Puri Batin) karangan St. Teresa dari Avila ini, jika anda tertarik untuk mempelajarinya.

3. Dengan demikian, selalu saja ada yang dapat kita lakukan untuk dapat lebih meningkatkan kualitas komunikasi kita dengan Tuhan.

Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat anda coba:

a. Sediakan tempat khusus dalam rumah/ kamar anda untuk berdoa. Letakkan di sana semacam meja kecil, Kitab Suci, crucifix, ataupun gambar Tuhan Yesus dan Bunda Maria, dan tempat berlutut. Jadikan tempat ini sebagai tempat anda berdoa.

b. Sebelum anda berdoa, pada saat anda mulai menutup mata, jangan terlalu tergesa- gesa membuat tanda salib. Heninglah dahulu di hadapan Tuhan, pada saat anda menutup mata, bayangkanlah anda berada di hadapan Tuhan sendiri. Ia ada di pusat puri batin anda dengan sinar-Nya yang kudus. Baru setelah anda menghayatinya, buatlah tanda salib dan mulailah berdoa.

c. Katakan doa anda (jika doa itu doa vokal) dengan perlahan, dan hayati setiap perkataan yang anda ucapkan. Bayangkanlah bahwa pada saat anda mengucapkannya, Tuhan memandang anda dengan penuh kasih; dan usahakanlah agar andapun dapat mengungkapkan doa anda dengan penuh kasih kepada Tuhan.

Jika anda lebih terbantu dengan menyanyi/ bersenandung, anda dapat melakukannya juga. Atau anda dapat pula mengucapkan doa Ibadah harian (The Liturgy of the Hours/ Divine Office) atau anda dapat juga membaca Kitab Suci dan merenungkannya, seperti yang pernah dituliskan dalam artikel Lectio Divina, di sini, silakan klik. Atau jika anda ingin memuja Tuhan dengan senandung bahasa Roh, dapat pula dilakukan, diakhiri dengan keheningan batin, anda memandang Allah.

d. Jika anda mendoakan doa Rosario, renungkanlah setiap peristiwa Rosario tersebut sebelum mendoakan Bapa Kami, dan kemudian pada setiap butir Salam Maria; seperti yang diajarkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Jadi misalnya, pada saat merenungkan Peristiwa- peristiwa Sedih:

Setiap peristiwa diucapkan, kita berhenti sejenak, merenungkannya, seolah kita hadir menyaksikan peristiwa itu. Baru kemudian kita lanjutkan dengan Doa Bapa Kami dan Salam Maria. Pada tiap butir Salam Maria, tambahkanlah renungan berikut ini [dalam tanda kurung] setiap kali anda mengucapkan kata “Yesus”:

– Peristiwa Sedih I: Yesus berdoa di Taman Getsemani.

Salam Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu.
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus, [yang telah meneteskan keringat darah bagi kami]

Santa Maria….. dst

– Peristiwa Sedih II: Yesus didera.

Salam Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu.
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus, [yang tubuh-Nya hancur karena didera bagi kami]

Santa Maria….. dst

– Peristiwa Sedih III: Yesus dimahkotai duri.

Salam Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu.
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus, [yang telah dihina dan dimahkotai duri bagi kami]

Santa Maria….. dst

– Peristiwa Sedih IV: Yesus memikul salib-Nya ke bukit Golgota.

Salam Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu.
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus, [yang telah memikul kayu salib yang berat bagi kami]

Santa Maria….. dst

– Peristiwa Sedih V: Yesus disalibkan dan wafat di kayu salib.

Salam Maria, penuh rahmat Tuhan sertamu.
Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu Yesus, [yang telah disalibkan dan wafat bagi kami]

Santa Maria….. dst

e. Entah apa cara doa yang dipilih, jangan lupa untuk hening di hadapan Tuhan; karena Allah dapat memberikan inspirasi kepada kita di dalam keheningan ini. Tuhan dapat menegur kita jika kita telah berbuat salah, atau dapat pula mendorong kita untuk melakukan sesuatu perbuatan baik; atau dalam keheningan ini Tuhan dapat menghibur dan memberikan kekuatan kepada kita.

f. Setelah selesai berdoa, sepanjang hari sampai di akhir hari, usahakanlah untuk selalu mengingat Tuhan dan menyadari kehadiran-Nya. Doa- doa kecil yang sederhana, dapat membantu, seperti, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku”, atau “Tuhan Yesus, aku memuji kebaikan-Mu”, atau “Tuhan Yesus, terima kasih”. Dengan demikian kita melatih pikiran kita untuk berpusat kepada Tuhan.

Demikian, Fxe, yang dapat saya tuliskan tentang pertanyaan anda. Sesungguhnya apa yang saya tuliskan ini tidak hanya berlaku buat anda, namun juga buat semua pembaca yang lain, dan juga saya sendiri. Semoga Tuhan membantu kita semua untuk terus bertumbuh dalam membina komunikasi kita dengan Tuhan. Perlu kita ingat bersama bahwa keinginan kita untuk berdoa itu sendiri adalah karunia Tuhan (the desire to pray is in itself a gift). Semoga Tuhan memampukan kita untuk dapat bekerjasama dengan rahmat -Nya ini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

4.3 4 votes
Article Rating
14 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
maria
maria
12 years ago

salam Kalau saya beda lagi bu Ingrid, setelah berhenti di peristiwa saya hening sejenak merenungkan kemudian saya fokus berdoa Salam Maria dg penekanan pada Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami yg berdosa ini sekarang dan waktu kami mati dan saya bisa konsen hingga ngga sadar sudah selesai dan setelah selesai malah mendatangkan kerinduan utk berdoa rosario lagi. Namun setelah coba berdoa seperti yg dituliskan di artikel2 ttg rosario malah saya tidak bisa fokus lagi. Otak saya malah error karena saat saya akan fokus kepada doa Salam Maria harus didouble dg merenungkn peristiwa2, yang akhirnya saya tidak hanya tdk bisa konsen… Read more »

Emil
Emil
12 years ago

Syalom, saya remaja umur 19 thn
sudah beberapa bulan ini saya merasa terganggu jika berdoa, terkadang ada terlihat gambar-gambar menakutkan atau kata-kata kotor yang lewat begitu saja tanpa saya kehendaki sewaktu berdoa.
Hal ini membuat saya merasa takut untuk berdoa, saya sering merasa bersalah jika berdoa karena merasa doa saya tercemar. Hal ini sungguh mengganggu karena doa yang merupakan tempat supaya saya bisa merasa nyaman kontak dengan Tuhan malah membuat saya tertekan
Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi hal ini? Terima kasih sebelumnya

[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca terlebih dahulu artikel di atas, semoga dapat menjadi masukan bagi anda]

Ericco
Ericco
13 years ago

Gbu Bu Inggrid , Saya mau tanya, Setiap hari saya berdoa Rosario di goa Maria gereja saya, tetapi setiap saya berdoa Rosario pasti saya tidak konsen atau fokus pada peristiwa-peristiwa Rosario, Tiap kali pasti ada memikirkan masalah-masalah kehidupan saya, Yang saya mau tanyakan :
1.Apakah cara saya melaraskan Doa Rosario meskipun tidak fokus atau konsen itu salah ?
2. Bagaimana supaya cara saya bisa konsen atau fokus pada peristiwa-peristiwa Rosario tersebut?
Trims Bu Inggrid..Tuhan memberkati

[Dari Katolisitas: mohon membaca artikel di atas, silakan klik, karena nampaknya pertanyaan anda sudah terjawab di sana]

Linda Miriam
Linda Miriam
13 years ago

Salam semua,

saya berdoa tanpa menutup mata kerana saya mengarahkan mata ke arah salib di mana saya merenungkan akan keagungan kasih Allah yang dibuktikan lewat salib yang suci. Setiap kata kata yang keluar adalah luahan dan ungkapan ikhlas dan jujur tanpa terlalu bersikap emosional maupun sentimental dalam berdoa. Doa itu mungkin boleh jadi panjang dan boleh jadi pendek, namun keakraban bersama Tuhan itu juga turut di selit dengan rasa takzim dan hormat kepada Allah selaku Bapa yang maha mendengar dan mengabulkan doa anak anakNya.

Salam Kasih

Linda Miriam
Kuala Lumpur

Dewi
Dewi
13 years ago

bu inggrit : salam kenal, saya baru disni. saya juga sama… saya bahkan sempat berhenti berdoa malam selama setahun. padalah saya tidak pernah absen doa malam dari sejak kecil. (percaya tidak percaya, pada saat saya berumur 16 tahun, Tuhan dan Bunda Maria bahkan datang pada saya, sesaat sebelum saya tersadar dari bius operasi jantung.) <–bgmn mungkin org spt saya kembali pudar imannya, padahal itu adalah saat dimana akhirnya saya melepaskan status Katolik KTP. ….. saya berada di tokyo saat ini. sperti yang kita tahu, jepang ini negara yang bagaimana. tentu saja saya tidak ikut2an. saya masih tetap ke Gereja setiap… Read more »

Dewi
Dewi
Reply to  Ingrid Listiati
13 years ago

Bu Ingrid, terima kasih bu balasannya ^^
sampe sekarang, syukur pada Allah, belum ada putus doa malam ^^
plus pas pergi ke Gereja lebih konsen
mungkin karna doa dari ibu juga,
terima kasih ^^

memang benar, penghalang itu memang dari diri kita sendiri -__-
godaan dari negara maju memang lebih besar ya..
kadang kalau dipikir2 pas masih di indonesia, nga pernah iman ini sekering 2 tahun belakangan ini rasanya o.o;
saya akan berusaha utk jadi lebih baik lagi ^^
karcis surga udah di tangan, nga boleh disobek ^^

GBU~

fxe
fxe
Reply to  Dewi
13 years ago

Dear Dewi; Terima kasih atas sharing Anda yg indah. Memang, sulit mengembangkan hidup spiritual di Tokyo. Kalo Anda bekerja atau kuliah, tentu merasakan di hari-hari besar Kristen tidak ada libur, bahkan Paskah dan Natal pun tetap bekerja. Disamping tuntutan & kompetisi hidup sekular, juga hedonisme yg agak berlebihan. Siang bersaing & kerja keras, malam ke karaoke, mabuk , pulang ke apartment menjelang dini, sudah menjadi kebiasaan. Tetapi kalo kita renungkan apakah hasil-materi dan cara hidup seperti itu membuat kita “bahagia”? Berapa banyak keluarga di sana yg pecah (tidak mau saling ketemu lagi, tidak cerai karena biayanya mahal), berapa banyak keluarga… Read more »

C.Sigit S
C.Sigit S
Reply to  fxe
13 years ago

Dear fxe Syalom….. Ulasan anda cantik sekali……dan sangat dalam meski dgn gaya bahasa sederhana tapi runtut….saya punya pengalaman pribadi cara berdoa…..di tahun 1986….ketika sembuh dari penyakit telingga yg menjijikan…..penyakit itu saya derita sejak kecil..sampai saya STM..kelas 2….waktu itu sehari setelah natal….saya berdoa sampai meneteskan air mata bahkan bisa dikata menangis…..dan doa itu ternyata dikabulkan…..saya sembuh total..sampai sekarang…dan kesimpulan saya adalah ..ternyata kepasrahan kita yg mendekati titik nol…….hancur ..pasti Tuhan akan membentuk menjadi lebih indah lagi…..bahkan akan menuju pd kesempurnaan ….sehingga cara saya berdoa pada Tuhan saya terapkan sampai sekarang….meski kadang doa itu saya lakukan tdk setiap berdoa .hanya waktu2 yg… Read more »

shinto
shinto
13 years ago

Kalau yang saya pahami berdoa/sembahyang itu tidak membutuhkan konsentrasi, karena dengan konsentrasi malah justru tidak akan berkonsentrasi sebab berdoa itu bukan pikiran kita yang berkomunikasi tapi roh yang ada dalam diri tiap manusia. Berdoa yang pas kalau yang saya pahami itu pasrah, yakin dan penuh harapan dengan yang diyakininya. Jika didunia ini ada 5 juta orang maka cara berdoanyapun juga ada 5 juta cara. Tuhan tidak dibatasi oleh aturan manusia dalam berdoa dan Tuhan tidak pernah mengharuskan harus menggunakan cara yang A atau cara yang B untuk bisa bersamaNya. Jika masih ada anjing yang berputar-putar, menggonggong bahkan mencabik2 kursi sofa… Read more »

Yohanes Yudi Purnomo
Yohanes Yudi Purnomo
13 years ago

Walah, ternyata saya tidak sendirian mengalami doa yang ngelantur. Ini saya alami tiap kali berdoa, bahkan dalam misa kudus. Saya sering kecewa dan jengkel dengan ketidak-mampuan saya konsentrasi (selalu ngelantur.
Saya setuju dengan bu Inggrid, bahwa rahmat Tuhan sangat kita perlukan dalam doa. Semoga kebiasaan ini tidak terlampau lama akan segera berlalu dan berdoa menjadi sesuatu kebiasaan yang menyenangkan.

yang berdosa,
yohanes yp

fxe
fxe
13 years ago

Dear bu Ingrid; Dalam berdoa saya juga sangat banyak mengalami distraction / pikiran melantur kemana-mana… Juga selama saya Adorasi di depan Sakramen Mahakudus. Dari pengalaman saya berdoa, berdoa saya anggap seperti Tuan yg membawa anjing kecil kesayanganNya ke dalam kamar tertutup. Anjing itu bermain dan berlari keliling kamar, tetapi anjing itu tidak bisa keluar kamar. Anjing itu pikiran saya. Pikiran saya berlari kesana-kemari, tetapi hati saya tahu saya sedang berdua dengan Tuhan di tempat tertutup yg sangat privat dan intim. Daripada saya sibuk mengikat anjing agar tidak bermain dan berlari, saya lebih konsentrasi pada kesadaran hati bahwa saya sedang bersama… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
14
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x