Pertanyaan:
Dear Tim Katolisitas dan rekan-rekan lain. artikel berikut mungkin menarik. saya sertakan linknya. :
http://www.mirifica.net/artDetail.php?aid=6247
Copernicus dimakamkan ulang sebagai pahlawan
31 Mei 2010 14:16
(25/5/2010)Jenazah Nicolaus Copernicus, astronom abad ke-16, yang penemuannya dikutuk oleh Gereja Katolik Roma sebagai bidah, dimakamkan ulang oleh imam Polandia. Dalam pemakaman kali keduanya akhir pekan lalu tersebut, Copernicus dinobatkan sebagai pahlawan.
Penyebutannya sebagai pahlawan berbeda dengan kondisi sebelumnya saat ia dimakamkan tanpa batu nisan yang menunjukkan namanya di lantai bawah tanah sebuah katedral di pantai Baltik, Polandia. Diyakini pula hal tersebut juga sebagai tanda telah berdamainya pihak gereja Polandia dengan ilmuwan yang terkenal dengan teori revolusioner pertama kali karena menegaskan Bumi berputar mengelilingi matahari.
Copernicus hidup dari 1473 hingga 1543. Ia wafat sebagai astronom yang tidak populer dan bekerja di pedalaman sebelah utara Polandia. Ia menghabiskan waktu bertahun-tahun di saat senggangnya untuk mengembangkan teorinya yang belakangan dikutuk Gereja Katolik Roma karena dianggap menggeser status Bumi dan kehidupan manusianya sebagai pusat tata surya.
Teorinya tersebut ditemukan melalui model yang didasarkan pada perhitungan matematika yang rumit. Ia pun belum bisa melakukan pengamatan langsung ke langit karena belum ditemukan teleskop di zamannya.
Akhir pekan lalu, Copernicus akhirnya dimakamkan ulang dan diberkati menggunakan air suci oleh beberapa petinggi rohaniawan Polandia. Seorang penjaga kehormatan membawa peti matinya untuk dimakamkan di sebuah katedral yang sama dengan tempat letak makam Copernicus sebelumnya ditemukan pada 2005.
Namun kini di atas makam Copernicus tampak sebuah batu nisan yang terbuat dari granit hitam. Nisan itu mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang kanon gereja, ulama satu tingkat di bawah tingkatan imam. Bahkan, ia juga sebagai pendiri teori heliosentris. (media indonesia.com)
Viewed: 168 ; Printed: 25
Kris
Jawaban:
Shalom Kris,
1. Teori Heliosentris- Copernicus
Ya artikel di atas menarik, tetapi sesungguhnya ada yang nampaknya tidak tepat. Sebab menurut pengamatan saya, berdasarkan data sejarah, sesungguhnya Copernicus itu tidak pernah dikutuk oleh Gereja Katolik, ataupun disebut sebagai bidat, walaupun memang teori yang diajarkannya – yaitu heliosentris- tidak sesuai dengan ajaran yang umumnya diterima pada saat itu. Gereja Katolik memiliki sikap terbuka terhadap ilmu pengetahuan, hanya saja, memang Gereja Katolik selalu menghendaki bukti- bukti yang otentik sebelum dapat menyatakan suatu teori sebagai kebenaran. Penghadiran bukti- bukti inilah yang nampaknya tidak memadai pada saat Copernicus meluncurkan teori heliosentrisnya (matahari sebagai pusat tata surya), yang kemudian diteruskan/ dipopulerkan oleh Galileo Galilei.
Sedangkan pada awal teori heliosentris ini dicetuskan oleh Copernicus, sesungguhnya Gereja Katolik membuka diri untuk mempelajari lebih lanjut. Hal ini terlihat pada fakta bahwa pada tahun 1533 Johann Widmanstetter, yang adalah sekretaris Paus Clement VII menjelaskan teori heliosentris tersebut kepada Paus dan dua orang kardinal, dan Paus memberikan penghargaan kepada Widmanstetter (lihat Repcheck, Jack, Copernicus’ Secret. (New York, NY: Simon & Schuster, 2007). pp. 79, 78, 184, 186). Cardinal Nikolaus von Schonberg, Uskup Agung Capua, malah pernah meminta kepada Copernicus untuk mengirimkan laporan hasil penemuannya kepada beliau. Cardinal Schonberg menulis demikian kepada Copernicus pada tahun 1536:
“Some years ago word reached me concerning your proficiency, of which everybody constantly spoke. At that time I began to have a very high regard for you… For I had learned that you had not merely mastered the discoveries of the ancient astronomers uncommonly well but had also formulated a new cosmology. In it you maintain that the earth moves; that the sun occupies the lowest, and thus the central, place in the universe… Therefore with the utmost earnestness I entreat you, most learned sir, unless I inconvenience you, to communicate this discovery of yours to scholars, and at the earliest possible moment to send me your writings on the sphere of the universe together with the tables and whatever else you have that is relevant to this subject … “(Schonberg, Nicholas, Letter to Copernicus, diterjemahkan oleh Edward Rosen).
Sebenarnya, salah satu orang pertama yang mengecam teori heliocentris dari Copernicus adalah Melanchton, murid Martin Luther, yang mengatakan bahwa teori heliosentris sebagai sesuatu yang ‘absurd‘. Ia berkata demikian:
“Some people believe that it is excellent and correct to work out a thing as absurd as did that Sarmatian [i.e., Polish] astronomer who moves the earth and stops the sun. Indeed, wise rulers should have curbed such light-mindedness.” (Czesław Miłosz, The History of Polish Literature, University of California Press, 1983, p. 38)
Namun demikian, pada tahun 1539, Melanchton akhirnya juga mempelajari teori heliosentris bersama seorang ahli matematika dari Jerman yang bernama Georg Rheticus. Atas pengaruh Rheticus, Copernicus akhirnya memberikan buku karyanya, De revolutionibus, kepada Tiedemann Giese, seorang temannya yang adalah uskup Chelmo (Kulm), dan untuk diberikan kepada Rheticus agar dicetak di Jerman. Tahun 1551, delapan tahun setelah kematian Copernicus, De revolutionibus dipulikasikan. Demikian maka teori heliosentris menjadi mulai dikenal orang.
2. Kematian Copernicus
Copernicus dimakamkan di Katedral Frombork, sebuah kota di Polandia Utara; namun selama dua abad para ahli arkeologis tidak berhasil menemukan sisa- sisa jenazahnya. Baru pada tanggal 3 November 2008 (setelah penelitian beberapa tahun), Jerzy Gassowski, kepala arkeologi dan antropologi institute Pultusk mengklaim telah menemukan sisa jasad Copernicus di ruang bawah tanah lantai gereja Katedral tersebut. DNA dari tulang- tulang yang ditemukan, sesuai dengan DNA pada rambut Copernicus yang ditemukan di salah satu buku milik Copernicus yang tersimpan di perpustakaan universitas Uppsala di Swiss.
Nisan asli Copernicus dari abad ke- 16 memang sudah tidak ada/ hancur karena perang, tetapi sebenarnya sudah ada batu nisan hitam bagi Copernicus di katedral Frambork tersebut yang dibuat tahun 1735. Silakan klik di Wikipedia, klik di sini, untuk melihat gambarnya. Lalu berkenaan dengan penemuan arkeologis tahun 2008 tersebut, maka pada tanggal 22 Mei 2010, Jozef Kowalczyk, papal nuncio di Polandia mempersembahkan Misa misa arwah kepadanya untuk menghormatinya sebagai pendiri teori heliosentris dan seorang canon (pejabat Gereja). Sisa- sisa jenazah Copernicus tersebut kemudian dimakamkan kembali di tempat yang sama di Katedral Frombork, yaitu di tempat di mana tulang- tulangnya ditemukan.
Jadi Gereja Katolik sesungguhnya tidak pernah mengutuk Copernicus sebagai bidat. Sebab jika ia bidat, tentu ia tidak dapat dimakamkan di bawah lantai gereja Katedral Frombork. Bahwa terjadi pemakaman ulang, saya pikir terlebih karena telah diadakan pencarian sisa jenazah, dan sebagai tanda penghormatan terhadap tubuh manusia (karena ajaran tentang kebangkitan badan) maka diadakan upacara pemakaman kembali. Ini serupa dengan upacara pemakaman kembali pada pemindahan makam jenazah, siapapun orang yang dimakamkan. Bahwa Copernicus kemudian terbukti berjasa menjadi pelopor penemu teori heliosentris, tentu menjadi kekhususan tersendiri, dan tentu wajar jika pada upacara pemakaman yang kedua kali ini, ia menerima penghargaan khusus, yang tidak diterimanya pada saat wafatnya, karena pada saat itu, teorinya tersebut belum terbukti.
3. Setelah kematian Copernicus
Bahwa sejarah juga mencatat bahwa sesudah kematian Copernicus, ada masa penolakan teori heliosentris, itu sudah pernah dibahas dalam topik “Apakah Galileo Galilei dibunuh Gereja Katolik?”, silakan klik.
Pada dasarnya, Gereja Katolik pada waktu itu, hanya meminta Galileo untuk menyertakan bukti teori heliosentris yang dianutnya menurut standar ilmu pengetahuan pada saat itu, sebelum ia mengajarkan kepada banyak orang. Sayangnya, Galileo tidak mengindahkan permintaan Gereja, dan malah menerbitkan karyanya pada tahun 1632. Untuk alasan inilah Galileo menjalani tananan rumah sampai ia wafat tahun 1642. Cardinal Ratzinger mengutip Paul Feyerabend, seorang filsuf dari Austria yang mengatakan, ”Pada jaman Galileo, Gereja lebih setia terhadap akal budi dibandingkan dengan Galileo sendiri“.
Demikian informasi yang dapat saya sampaikan tentang Copernicus. Semoga kita dapat dengan kritis menyikapi informasi yang kita dengar, sebab adakalanya dapat disalah-artikan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dalam artikel jawaban, dikatakan :
“Gereja Katolik memiliki sikap terbuka terhadap ilmu pengetahuan, hanya saja, memang Gereja Katolik selalu menghendaki bukti- bukti yang otentik sebelum dapat menyatakan suatu teori sebagai kebenaran. Penghadiran bukti- bukti inilah yang nampaknya tidak memadai pada saat Copernicus meluncurkan teori heliosentrisnya (matahari sebagai pusat tata surya), yang kemudian diteruskan/ dipopulerkan oleh Galileo Galilei.”
padahal kenyataannya, galileo galilei di kenai hukuman tahanan rumah seumur hidupnya. dan diwajibkan menarik kata2nya ttg teori tata surya berorbit pada matahari di dpn kalayak banyak. padahal galileo telah menemukan teleskop dgn pembesaran 33X, sya kira itu bukti paling real. namun tidak diakui juga oleh katholik roma saat itu, bagaimana???
Shalom Ghie,
Pada saat teleskop ditemukan sekitar 1608, sehingga Galileo menggunakannya (1610) untuk mengamati tata surya, maka ia melihat adanya 4 satelit/ bulan yang mengitari planet Yupiter, dan ini membuktikan bahwa tidak semua planet bergerak mengitari bumi. Namun penemuan teleskop itu tidak bisa secara meyakinkan menjelaskan secara empiris bahwa semua planet, termasuk bumi bergerak mengitari matahari. Inilah permasalahannya. Sebab ada juga teori lain saat itu- yang dipelopori oleh Tycho de Brahe, yang mengatakan bahwa semua planet bergerak mengitari matahari, dan bersama-sama dengan matahari, semuanya mengitari bumi.
Bukti yang diperlukan untuk membuktikan teori heliosentris (pergerakan planet- termasuk bumi- yang mengitari matahari), adalah data/ informasi mengenai jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergeseran orbit bumi mengelilingi matahari. Hal tidak dapat diamati dengan teknologi pada saat itu. Konfirmasi stellar parallax ini baru ditemukan di tahun 1838 oleh Friedrich Wilhelm Bessel.
Silakan selanjutnya Anda membaca di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Tim Katolisitas dan rekan-rekan lain. artikel berikut mungkin menarik. saya sertakan linknya. :
http://www.mirifica.net/artDetail.php?aid=6247
Copernicus dimakamkan ulang sebagai pahlawan
31 Mei 2010 14:16
(25/5/2010)Jenazah Nicolaus Copernicus, astronom abad ke-16, yang penemuannya dikutuk oleh Gereja Katolik Roma sebagai bidah, dimakamkan ulang oleh imam Polandia. Dalam pemakaman kali keduanya akhir pekan lalu tersebut, Copernicus dinobatkan sebagai pahlawan. ….
[Dari Katolisitas: Pertanyaan selengkapnya dan jawabannya telah ditayangkan di atas, silakan klik]
Terima kasih banyak atas informasi ini.
Sedikit tambahan, Uppsala adlh kota di Swedia yg universitasnya (Univ. Uppsala) sangat terkenal di Eropa. Menurut situs Univ. Uppsala (http://www.ub.uu.se/en/Collections/Early-imprints/Special-collections/Copernicus-Collection/), koleksi perpustakaan milik NC [Nicolaus Copernicus] mula2 disimpan di Perpustakaan Katedral Frombork yg diangkut ke Swedia sebagai rampasan Perang Tigapuluh Tahun (1618-1648). Sebagian besar disimpan di universitas tsb.
Shalom
[herman]
Comments are closed.