Yesus tidak mempunyai saudara-saudari kandung. Kata ‘saudara- saudara-Nya’ dalam Mat 13:55 dan Mrk 6:3, tidak mengacu kepada saudara- saudara kandung Yesus, namun kepada kerabat Yesus.
Di dalam Kitab Suci, istilah “saudara” (adelphos- tunggal/ adelphoi- jamak) dipakai untuk menjelaskan banyak arti. Kata “adelphos/ saudara” memang dapat berarti saudara kandung, namun dapat juga berarti saudara seiman (Kis 1:12-15; 11:1; 15:3,23,32; 21:7), saudara sebangsa (Yer 34:9; Neh 5:7; Kis 7:26; 13:15,38; 22:1; 28:17,21; Rom 9:3), ataupun kerabat (1Taw 15:5-18, 2 Raj 10:13). Contohnya, Lot dikatakan sebagai saudara Abraham (Kej 13:8; 14:14,16), padahal Lot adalah keponakan Abraham. Demikian pula Laban memanggil Yakub ‘saudaranya’, padahal Yakub adalah keponakannya (lih. Kej 29:15). Atau, ‘saudara’ juga dapat mengacu kepada teman, tanpa ada hubungan darah, seperti Daud memanggil ‘saudara’ pada Yonatan (2 Sam 1:26). Juga, sewaktu Yesus berkata kepada Rasul Petrus, “jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara- saudaramu” (Luk 22:32), maksudnya di sini adalah para rasul lainnya, dan bukan saudara- saudara kandung Petrus.
Jadi untuk memeriksa apakah Yakobus dan Yusuf itu adalah saudara Yesus, kita melihat kepada ayat-ayat yang lain, yaitu ayat Matius 27:56 dan Markus 15:40, yang menuliskan nama-nama perempuan yang ‘melihat dari jauh’ ketika Yesus disalibkan. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus (Mat 27:56); atau Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome (Mrk 15:40). Kitab suci menunjukkan bahwa Maria ibu Yakobus ini tidak sama dengan Bunda Maria. Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf) dicatat dalam Injil sebagai salah satu perempuan yang menyaksikan penyaliban Kristus (Mat 27:56; Mrk 15:40) dan menyaksikan kubur Yesus yang kosong/ kebangkitan Yesus (Mrk 16:1; Luk 24:10)
Mungkin yang paling jelas adalah kutipan dari Injil Yohanes, yang menyebutkan bahwa para wanita yang hadir dekat salib Yesus adalah, Bunda Maria, saudara Bunda Maria yang juga bernama Maria, yang adalah istri dari Klopas, dan Maria Magdalena (Yoh 19:25). Jadi di sini jelaslah bahwa Maria saudara Bunda Maria ini adalah istri Klopas, yang adalah juga ibu dari Yakobus dan Yoses/Yusuf. Kesimpulannya, Yakobus dan Yoses ini bukanlah saudara kandung Yesus, tetapi kerabat Yesus (yaitu anak-anak dari saudara Bunda Maria, yang juga bernama Maria).
Dasar Kitab Suci
- Mat 13:55, Mrk 6:3: saudara- saudara Yesus
- Kis 1:12-15; 11:1; 15:3,23,32; 21:7: adelphos= saudara- saudara seiman
- Yer 34:9; Neh 5:7; Kis 7:26; 13:15,38; 22:1; 28:17,21; Rom 9:3: adelphos= saudara sebangsa
- 1Taw 15:5-18, 2 Raj 10:13: adelphos= kerabat
- Kej 13:8; 14:14,16: Lot, keponakan Abraham disebut sebagai ‘saudara’ Abraham
- Kej 29:15: Yakub keponakan Laban, disebut sebagai ‘saudara’ Laban
- 1Taw 23:21-22: Anak- anak perempuan Eleazar menikah dengan saudara- saudaranya, yaitu sepupu mereka.
- 2 Sam 1:26: Daud memanggil Yonatan sebagai ‘saudara’-nya.
- Luk 22:32: Saudara- saudara Petrus di sini adalah para rasul lainnya.
- Matius 27:56: Para wanita yang melihat salib dari jauh: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf dan ibu anak- anak Zebedeus
- Mrk 15:40: Para wanita yang melihat salib dari jauh: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, Yoses/Yusuf serta Salome.
- Yoh 19:25: Para wanita di dekat salib Yesus: Maria ibu Yesus, Maria istri Kleopas, dan Maria Magdalena.
- Mrk 16:1, Luk 24:10, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus ini pula yang mengunjungi kubur Yesus
Dasar Tradisi Suci
- Tertullian (213), “Dan sungguh, ada seorang perawan… yang melahirkan Kristus, supaya semua gelar kekudusan dapat dipenuhi di dalam diri orang tua Kristus, melalui seorang ibu yang adalah perawan dan istri dari satu orang suami.” (Tertullian, On Monogamy, 8).
- St. Athanasius (293-373) menyebutkan Maria sebagai Perawan selamanya/ ever Virgin. (St. Athanasius, Discourses Against the Arians, 2, 70, Jurgens, Vol.1, n. 767a).
- St. Gregorius Nissa (330-395): “Sebab jika Yusuf mengambilnya [Maria] untuk menjadi istrinya, demi maksud mempunyai anak-anak, mengapa Maria merasa heran pada saat pemberitaan kabar [oleh malaikat Tuhan], sebab jika demikian ia sendiri telah menerima bahwa akan menjadi ibu menurut hukum kodrat?” (St Gregory of Nyssa, On the Holy Generation of Christ, 5)
- St. Epifanus (374): Allah Putera …. telah lahir sempurna dari Maria yang suci dan tetap Perawan oleh Roh Kudus….” (St. Epiphanus, Well Anchored Man, 120).
- St. Hieronimus (347- 420) tidak hanya menyebutkan keperawanan Maria, tetapi juga keperawanan Yusuf (lih. St. Jerome, The Perpetual Virginity of Blessed Mary, Chap 21).
- St. Agustinus dan St. Ambrosius (415), mengajarkan keperawanan Maria sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Yesus Kristus, sehingga Maria adalah perawan selamanya (Lih. St. Augustine, Sermons, 186, Heresies, 56; Jurgens, vol.3, n. 1518 dan 1974d).
“Dengan kuasa Roh Kudus yang sama, Yesus lahir tanpa merusak keperawanan Bunda Maria, seperti halnya setelah kebangkitan-Nya, Dia dapat datang ke dalam ruang tempat para murid-Nya berdoa, tanpa merusak semua pintu yang terkunci (Lih. Yoh 20:26).” (St. Augustine, Letters no. 137)
Selanjutnya, St. Agustinus mengajarkan, “It is not right that He who came to heal corruption should by His advent violate integrity – Adalah tidak mungkin bahwa Ia yang datang untuk menyembuhkan korupsi/kerusakan, malah merusak keutuhan pada awal kedatangan-Nya.” (St. Agustinus, Sermon 189, n.2; PL 38, 1005)
- St. Petrus Kristologus (406- 450): “Sang Perawan mengandung, Sang Perawan melahirkan anaknya, dan ia tetap perawan” (St. Petrus Kristologus, Sermon 117).
- Paus St. Leo Agung (440-461) :“…a Virgin conceived, a Virgin bare and a Virgin she remained.- [Ia adalah seorang Perawan yang mengandung, Perawan melahirkan, dan ia tetap Perawan.” (Paus St. Leo Agung, On the Feast of the Nativity, Sermon 22:2).
- St. Yohanes Damaskinus (676- 749) juga mengatakan hal yang serupa: “Ia yang tetap Perawan, bahkan tetap perawan setelah kelahiran [Kristus] tak pernah sampai akhir hidupnya berhubungan dengan seorang pria… Sebab meskipun dikatakan Ia [Kristus] sebagai yang ‘sulung’…. arti kata ‘sulung’ adalah ia yang lahir pertama kali, dan tidak menunjuk kepada kelahiran anak- anak berikutnya.” (St. Yohanes Damaskinus, Orthodox Faith, 4:14 ).
Dasar Magisterium Gereja
- Konsili Konstantinopel II (553) dan Sinode Lateran (649) mengajarkan:
Maria adalah Perawan, sebelum pada saat dan sesudah kelahiran Yesus Kristus (De fide).
Konsili Konstantinopel II (553) menyebutkan Bunda Maria sebagai, “kudus, mulia, dan tetap-Perawan Maria”.
Sinode Lateran (649) di bawah Paus Martin I mengatakan:
“Ia [Maria] mengandung tanpa benih laki-laki, [melainkan] dari Roh Kudus, melahirkan tanpa merusak keperawanannya, dan keperawanannya tetap tidak terganggu setelah melahirkan.” (D256)
Yang dimaksud dengan keperawanan Maria adalah: 1) keperawanan hati, 2) kemerdekaan dari hasrat seksual yang tak teratur dan 3) integritas fisik. Doktrin Gereja Katolik secara prinsip mengacu kepada keperawanan tubuh/ fisik Maria. (lih. Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Ibid., p.204)
Sebelum melahirkan Yesus: Maria mengandung dari Roh Kudus, tanpa campur tangan manusia (De fide)
Ini sesuai dengan kabar gembira yang disampaikan oleh malaikat Gabriel (lih. Luk 1: 35). Maria mengandung dari Roh Kudus dinyatakan dalam Syahadat Aku Percaya, “Qui conceptus est de Spiritu Sancto.” (D 86, 256,993)
Pada saat melahirkan Yesus: Maria melahirkan Putera-Nya tanpa merusak keperawanannya (De fide)
Keperawanan Maria pada saat melahirkan Yesus termasuk dalam gelar, “tetap perawan” yang diberikan kepada Maria oleh Konsili Konstantinopel (553) (D214, 218, 227). Doktrin ini diajarkan oleh Paus Leo I dalam Epistola Dogmatica ad Flavianum (Ep 28,2), disetujui oleh Konsili Kalsedon (451), dan diajarkan dalam Sinode Lateran (649). Prinsipnya adalah ajaran dari St. Agustinus (Enchiridion 34) yang mengajarkan dengan analogi- Yesus keluar dari kubur tanpa merusaknya, Ia masuk ke dalam ruangan terkunci tanpa membukanya, menembusnya sinar matahari dari gelas, lahirnya Sabda dari pangkuan Allah Bapa, keluarnya pikiran manusia dari jiwanya.
Setelah melahirkan Yesus: Maria tetap perawan (De fide).
Konsili Konstantinopel (553) dan Sinode Lateran (649) menyebutkan gelar “tetap perawan”(D 214, 218, 227). St. Agustinus dan para Bapa Gereja mengartikan ayat yang disampaikan oleh Bunda Maria, “karena aku tidak bersuami (I know not man)” (Luk 1:34) (Douay Rheims Bible) adalah suatu ungkapan kaul Bunda Maria untuk hidup selibat sepanjang hidupnya.
- Konsili Vatikan II (1962-1965), Lumen Gentium 63 : Maria adalah Bunda dan Perawan:
“Seperti telah diajarkan oleh St. Ambrosius, Bunda Allah itu pola Gereja, yakni dalam hal iman, cinta kasih dan persatuan sempurna dengan Kristus. Sebab dalam misteri Gereja, yang tepat juga disebut Bunda dan perawan, Santa Perawan Maria mempunyai tempat utama, serta secara ulung dan istimewa memberi teladan perawan maupun ibu.” (LG 63)
Pengajaran para pendiri gereja Protestan:
- Martin Luther (1483-1546):
“Kristus Penyelamat kita, adalah buah yang nyata dan alami dari rahim Maria yang perawan …. Ini adalah tanpa kerjasama dari laki-laki, dan ia tetap perawan setelah itu. […] Kristus… adalah Anak laki-laki yang tunggal dari Maria dan Perawan Maria tidak melahirkan anak-anak lain selain Dia … Saya cenderung setuju dengan mereka yang menyatakan bahwa ‘saudara-saudara’ itu sesungguhnya berarti ‘saudara-saudara sepupu’ sebab Kitab suci dan orang-orang Yahudi selalu menyebut saudara sepupu sebagai saudara-saudara.” ((Martin Luther, Sermons on John)).
- John Calvin (1509-1564):
Calvin mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak. Calvin mengatakan, “Helvidius menunjukkan ketidaktahuan yang berlebihan dengan menyimpulkan bahwa Maria mempunyai banyak anak, sebab saudara-saudara Yesus kerap kali disebut.” ((John Calvin, Harmony of Matthew, Mark & Luke, sec. 39 (Geneva, 1562), vol. 2 / From Calvin’s Commentaries, tr. William Pringle, Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1949, p.215; on Matthew 13:55))
- Ulrich Zwingli ((1484-1531):
“Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (‘forever remained a pure, intact Virgin’).” (Zwingli Opera, Corpus Reformatorum, Berlin, 1905, v. 1, p. 424)
Bagaimana dengan ‘penemuan’ James Ossuary (kotak makam Yakobus) baru-baru ini?
Tahun 2003 yang lalu konon ditemukan penemuan arkeologis yang dikenal dengan sebutan “James Ossuary” (kotak makam Yakobus) yang mengatakan, “Yakobus, saudara Yesus.” Berita ini tertulis di majalah Newsweek, dan pers Evangelikal menjabarkan penemuan tersebut sebagai bukti bahwa Gereja Katolik keliru mengajar tentang Bunda Maria yang tetap perawan. Namun orang yang menemukan peti batu/kotak makam itu, Oded Golan, ditangkap pada tanggal 21 Juli 2003, dan esoknya muncul di pengadilan, di mana polisi telah menyingkapkan alat-alat pemalsuan — alat cetakan, batu, dan pemalsuan-pemalsuan yang sedang dalam proses pembuatan — semua ini ditemukan di rumahnya, menurut the Associated Press. The Israeli Antiquities Authority (IAA) menemukan Golan sebagai bagian dari jaringan pemalsuan ekstensif, yang telah menjual jutaan dolar benda-benda artifak kuno kepada museum-museum. Sejak berita ini, argumen peti batu makam Yakobus tidak pernah disebut lagi oleh para apologis Evangelikal.
Ringkasan kronologis kejadian, dari saat ditemukannya kotak makam itu di tahun 2002, saat Israel Antiquities Authority (IAA) menyatakan bahwa kotak dan inskripsi pada makam itu palsu (18 Juni 2003), saat polisi menangkap pelaku pemalsunya (21 Juli 2003 dan dilaporkan keesokan harinya), dan saat diadakan pengadilan kasus tersebut di Yerusalem (Maret/April 2005), dijabarkan di situs http://archive.archaeology.org/ossuary/