Selibat, bentuk solidaritas orang yang terpinggirkan

Pengantar

Selibat adalah sebuah bentuk panggilan hidup. Dalam konteks ini selibat memiliki makna penyerahan hidup, pembaktian hidup yang murni dan total kepada Tuhan demi Kerajaan Allah. Pembaktian hidup yang murni dan total terwujud dalam hidup tidak menikah demi Kerajaan Allah. Hal tersebut menegaskan pada makna kanon 599 yang berbunyi: “Nasihat Injili kemurnian yang diterima demi Kerajaan Allah, yang menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi, membawa serta kewajiban bertarak sempurna dalam selibat”. Apakah selibat masih relevan di jaman ini? Dengan kata lain apakah panggilan hidup membiara atau panggilan hidup menjadi imam di jaman ini masih memiliki daya tarik bagi kaum muda? Apa makna selibat bagi orang yang terpinggirkan yang merupakan opsi pilihan Gereja Katolik?

Selibat dan hidup yang dibaktikan

Merujuk pada kanon pembuka bagian III tentang Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan dari KHK 1983, yakni kanon 573 § 1, yang berbicara tentang apa itu tarekat hidup bakti (La Vita Consecrata), kita dapat menelusuri makna selibat dalam kaitannya dengan Hidup yang dibaktikan. Kanon 573 § 1 menyatakan bahwa “hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat Injil adalah bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang atas dorongan Roh Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai…”. Dari pernyataan itu dapatlah ditarik makna selibat pada umumnya merupakan pilihan hidup yang dibaktikan demi Kerajaan Allah (bdk. Mat. 19:12). Kata dibaktikan (consecrare) mempunyai arti luas bisa menguduskan, menakdiskan, menarik diri dari dunia dan secara khusus diperuntukan bagi Allah (bdk. LG, 44; VC, 30). Tujuan dari hidup selibat dalam kaitannya dengan pilihan hidup yang dibaktikan adalah mengikuti Kristus secara lebih dekat (pressius), semuanya itu karena motivasi yang didorong oleh kuasa Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, kehidupan selibat tidak akan tercapai dengan sempurna. Selain itu tujuan hidup selibat dalam konteks hidup yang dibaktikan adalah persembahan diri secara total kepada Allah yang dicintainya. Jadi selibat adalah sebuah karunia rahmat istimewa yang diberikan kepada seseorang yang terpanggil mengikuti Kristus secara lebih dekat.

Selibat bentuk solidaritas

Nasihat Injil tentang kemurnian yang tidak lain adalah selibat diterima demi kerajaan Allah, menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi…(bdk. kan. 599). Karunia rahmat istimewa yang diberikan kepada orang selibater secara istimewa pula membebaskan hati manusia (bdk. 1 Kor 7:32-35), supaya hatinya berkobar mencintai Allah dan semua orang. Maka pilihan hidup yang demikian itu merupakan tanda yang amat khas, harta surgawi bagi kaum selibater yang membaktikan hidupnya bagi Allah dan kerasulan Gereja (bdk. PC, 12). Kebebasan hati tidak terikat oleh siapapun dan apapun karena hidupnya diserahbaktikan kepada Allah menjadi bentuk solidaritas bagi mereka yang bernasib kurang beruntung. Tanda solidaritas dari orang selibater itu nyata dalam sikap lepas bebas pada hal-hal duniawi dan melulu perhatian hidupnya bagi Allah dan sesama. Di bumi Indonesia ini banyak orang yang terpinggirkan, baik oleh karena hidupnya yang kurang beruntung maupun secara struktural terpinggirkan oleh kekuasaan. Mereka adalah kaum anawim seperti keluarga kudus di Nazareth: Maria, Yusuf dan Yesus sendiri. Hidup keluarga kudus di Nazareth selalu di bawah bayang-bayang tekanan penguasa sehingga berkali-kali harus mengungsi dan terpinggirkan. Mereka yang tergolong orang terpinggirkan adalah orang miskin, gelandangan, pemulung, kaum buruh dengan gaji rendah dan lainnya. Mereka terpinggirkan karena tekanan ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan hidup keagamaan.

Relevansinya di zaman sekarang

Tentang hidup selibat, tantangan pertama datang dari kebudayaan hedonisme yang meceraikan seksualitas dari norma moral obyektif, yang menempatkan seksualitas sebagai kesenangan atau kenikmatan semata-mata tanpa melihat aspek rohaninya. Hidup selibat di jaman sekarang justru memiliki sifat profetis bagi kebudayaan hedonisme. Hidup selibat menyajikan kepada masyarakat zaman sekarang bahwa teladan hidup murni demi kerajaan Allah itu menampakan: (1) keseimbangan dan penguasaan diri, (2) bentuk solidaritas bagi orang yang terpinggirkan, (3) kematangan psikologis dan afektif. Maka di zaman sekarang hidup selibat menjadi kesaksian tunggal kehadiran Allah di dunia yang dibelenggu oleh kenikmatan seksual (bdk. PC, 12; VC, 88). Oleh karena itu, kehidupan selibat (kemurnian) yang diperuntukan bagi Allah tetap relevan dan memiliki daya tarik bagi kaum muda yang mendambakan kebebasan hati untuk mengabdi kepada Allah dan sesama manusia secara total dan utuh.

Penutup

Di dunia sekarang yang sering menimbulkan kesan bahwa orang sudah tidak melihat lagi tanda-tanda kehadiran Allah lagi, kesaksian hidup selibat semakin diperlukan untuk menegaskan Allah hidup di tengah-tengah umatnya terutama mereka yang mendambakan pembebasan hati, terlebih mereka yang terpinggirkan. Dengan hidup selibat, mereka menjadi tanda hidup masa depan langit baru dan bumi yang baru (bdk. Wahyu 21:1). Hidup selibat yang dijiwai oleh semangat lepas bebas dari ikatan dan pembaktian hidup secara murni kepada Allah menjadi dorongan yang berharga bagi kaum selibater untuk selalu solider dengan orang yang terpinggirkan yakni kaum miskin dan tertindas.

5 1 vote
Article Rating
38 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
yohanes akoit
yohanes akoit
10 years ago

salam kenal…
mohan maaf bila pertanyaan ini tidak pada waktu dan tempatnya…
mohon pencerahan tentang keterlibatan imam katolik dalam politik dan adakah norma hukum gereja yang mengaturnya? terimakasi

[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban Romo Wanta di sini, silakan klik]

john
john
10 years ago

saya ingin bertanya apakah gereja melarang seseorang yang sudah mempunyai tato untuk menjadi seorang biarawan?

terima kasih

[dari Katolisitas:  Anda dapat membaca jawaban Rm Wanta di tanya jawab link ini, karena prinsipnya sama, silakan klik di sini]

johanes
johanes
10 years ago

Team katolisitas, saya ingin bertanya. Saya mempunyai tato, apakah masih memungkinkan untuk masuk seminari?

RD. Bagus Kusumawanta
RD. Bagus Kusumawanta
Reply to  johanes
10 years ago

Johanes yth

Untuk masuk seminari memang dibutuhkan kesehatan lahir dan batin. Jika anda bertato tentu akan menjadi bahan untuk dilihat dan ditest apakah selama ini anda memiliki penyakit tertentu? Jika tato itu hanya mode dan anda sehat lahir dan batin, lulus test wawancara dll, anda bisa diterima masuk seminari. Ada imam yang bertato juga.

salam
Rm Wanta

Anastasia Rafaela
Anastasia Rafaela
10 years ago

Salam kasih semuanya, Syukur kepada Allah karena pagi ini saya mendapat kesempatan untuk mendengarkan penjelasan tentang Misteri Panggilan Imamat atau Keindahan Sakramen Tahbisan yang bersumber dari: http://www.news.va/en/news/questions-of-faith-why-dont-priests-marry Penjelasan tersebut disampaikan oleh Monsignor John Kennedy dari Kongregasi untuk Ajaran Iman, yang secara resmi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dikirim ke Program Iman – Vatican Radio, tentang Kenapa imam tidak menikah? Apakah selibat merupakan pengenaan atau karunia? Apa perbedaan antara panggilan menjadi imam dan panggilan untuk hidup religius? Apa yang membuat Sakramen Tahbisan unik? Bagaimana imam mengatasi tekanan pelayanan di dunia modern? Apa bedanya jika seorang imam memakai kerah Romawi-nya (roman collar) atau tidak?… Read more »

APS
APS
11 years ago

Shalom,
Bangga dengan adanya katolisitas.org dengan segala artikel dan isinya.
Adakah bahasan lengkap tentang bruder termasuk kongregasi yang ada di Indonesia serta misi-misinya?
Saya mencoba browsing di situs ini namun tidak menemukannya.
Ketika gogling pun tidak banyak yg bisa didapatkan.
Terimakasih.
Tuhan Memberkati.

RD Yohanes Dwi Harsanto
RD Yohanes Dwi Harsanto
Reply to  APS
11 years ago

Salam APS,
Silahkan membaca Majalah Hidup edisi 2 tahun 2013 yang membahas mengenai panggilan menjadi bruder. Link nya ada di sini http://www.hidupkatolik.com/edisi/2013/2 . Para pemimpin bruder (biarawan Katolik) dari berbagai kongregasi di Indonesia membentuk MABRI (Musyawarah Antar Bruder Indonesia). Kongregasi bruder (ada yang menyebut diri frater) yang ada di Indonesia ialah FC, BM, CSA, FIC, MTB, HHK, BHK, CMM, BTD, dan FICP. Masih ada pula bruder dari ordo atau kongregasi imam, seperti SJ, MSF, dll.

Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto

RD. Yohanes Dwi Harsanto
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Reply to  RD Yohanes Dwi Harsanto
11 years ago

Tambahan, setelah mengetahui nama kongregasi, Anda tinggal mengetik kata kunci “bruder” ditambah nama kongregasi pada mesin pencari, maka akan muncul informasi. Misalnya “bruder CMM” akan muncul link http://www.cmmbrothers.org/id/garis-besar-sejarah-frater-cmm/sejarah-para-frater-3
Bruder FIC ada di http://bruderfic.or.id/home Dan seterusnya.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto

gabriel
gabriel
11 years ago

Maaf saya mau bertanya tentang kanon. Sejauh saya tahu kanon itu hukum. Jadi kalau imam sedang kanonik berarti penyelidikan calon mempelai yang beberapa tahap. Akan tetapi, kalau saya melihat para biarawan Ordo Salib Suci, dikatakan bahwa mereka ordo kanonik regulir? Apakah maksudnya kanonik di sini? Apakah perbedaan dengan imam dan/atau biarawan lain? Apakah perbedaannya dengan ordo mendikan? Apakah yang menjadi kekhasan hidup mereka. Kalau ordo monastik seperti di Rawaseneng jelas hidup yang kontemplatif murni. Ordo mendikan seperti para karmelit hidup yang vita mixta. Jesuit yang sangat aktif. Mohon pencerahan dari tim katolisitas. Juga bagaimana penggolongan ordo2 untuk imam. Terima kasih.… Read more »

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  gabriel
11 years ago

Salam Gabriel, “Kanon” (bahasa Yunani) berarti tanaman “gelagah” yang batangnya sering dipakai sebagai alat pengukur. Potongan batang gelagah itu menjadi alat untuk mengukur panjang suatu benda, misalnya panjangnya dua kanon dan lebarnya satu kanon. Maka, kata kanon menjadi istilah teknis untuk menunjuk ukuran, kepastian, yang lalu menjadi istilah untuk hukum khususnya Hukum Gereja Katolik dan aturan mengenai Ordo-Ordo biara dalam Gereja Katolik. Menjawab pertanyaan Anda, “Canons of Sovereign Law” kan. 6531 menyatakan: “Ordo (ordo-ordo) secara umum dapat digolongkan dalam 5 kelompok sesuai dengan peran umum mereka dalam hidup Gerejawi yaitu Sekulir, Kanonik, Monastik, Mendikan, dan Klerikal. (i) Ordo-ordo sekulir ialah… Read more »

Valerius
Valerius
11 years ago

Shalom dan selamat malam

1. Betulkah Ordo Fransiskan Sekuler/Sekular (maaf saya kurang tahu penulisan yang tepat), diperuntukkan untuk orang awam?
2. Jika ada ketertarikan untuk bergabung dengan OFS tersebut, adakah syarat tertentu yang harus saya penuhi selain tentu saja sebagai orang Katholik? Dan siapakah yang bisa saya hubungi jika saya berdomilisi di kota Medan?

Terima kasih.
Tuhan Yesus selalu menyertai para admin sekalian.

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Valerius
11 years ago

Salam Valerius,

Ordo Ketiga dari Ordo Fransiskan disebut Fransiskan Awam atau Fransiskan Sekular untuk membedakannya dari Fransiskan Regular (Suster, Bruder). Fransiskan Regular yang ialah Bruder dan Suster merupakan ordo kedua. Sedangkan ordo pertama beranggotakan para imam. Siapapun yang terpanggil untuk menghayati hidup spiritualitas Fransiskus Asisi namun tetap dalam keadaan status awam, bisa mencoba untuk menjadi anggota Ordo Fransiskan Sekular.

Di kota Medan, Anda bisa menanyakan lebih lanjut pada Pater (Romo) John Rufinus OFMCap, sekretaris Keuskupan Agung Medan di kantor 061 – 4516647 / 061 – 4519768, 061 – 4145745 atau ke website keuskupan di http://www.keuskupanagungmedan.com.

Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

erwin
erwin
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
11 years ago

Saudaraku Valerius, mengoreksi sedikit dari yang disampaikan oleh Romo Santo Pr sbb. Para pengikut St. Fransiskus Assisi terdiri dari 3 : Ordo I : terdiri dari: OFM, OFM Konventual, OFM Kapusin. Ordo II: terdiri dari para suster kontemplatif Klaris (Ordo Santa Clara) Ordo III: dibagi lagi menjadi 2: Regular dan Sekular. Ordo III regular (artinya memiliki regula/peraturan hidup khusus membiara) terdiri dari para biarawan/wati yang selengkapnya bisa dibaca di sini: http://ofm.or.id/pengikut-st-fransiskus-asisi-di-indonesia/ Ordo III sekular (artinya mengikuti semangat hidup fransiskan tapi tidak hidup di biara melainkan di “dunia” – berkeluarga atau selibat) yang disebut dengan OFS (Ordo Fransiskan Sekular). Di Regio/wilayah… Read more »

gabriel dibya
gabriel dibya
12 years ago

Selamat pagi,saya mau bertanya mengenai ordo santo Benediktus (OSB), apakah yang membedakan OSB, OCist (ordo cisterciensis, dan OCSO (trapis) karena ketiganya bds regula St. Benediktus.

Kemudian tentang misa tahbisan diakon, sebetulnya yang diterimakan ke tiap diakon itu evangeliarium atau Kitab Suci? Karena sy pernah menghadiri yg dibagikan Kitab Suci, sedangkan evangeliarium hanya sbg hiasan saja, bhkn tidak digunakan untuk membaca Injil. Mohon pencerahannya. terima kasih

Kemudian, kalau di Keuskupan Agung Jakarta apakah ada diakon permanen?
terima kasih
-gabriel dibya-

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  gabriel dibya
12 years ago

Salam Gabriel Dibya, Tentang Ordo St Benedictus silahkan klik http://www.osb.org/ Sedangkan mengenai OCSO silahkan klik http://www.ocso.org/ Semoga dengan meneliti keduanya Anda dapat menemukan alur perkembangannya regula St Benediktus. Sebenarnya, tak diketahui apakah St Benediktus berkehendak mendirikan ordo atau tidak. Namun kenyataannya, regula yang beliau buat dipakai dan dihayati orang dari abad ke abad untuk kekudusan oleh berbagai kelompok termasuk OSB dan OCSO. Tentang tahbisan diakon, dalam liturgi tahbisan diakon, para diakon tertahbis menerima Kitab Suci dari uskup. Penerimaan kitab suci ini bukan merupakan inti liturgi tahbisan diakonat, hanya tambahan. Inti tahbisan diakonat ialah penumpangan tangan uskup ke atas kepala tiap… Read more »

broto
broto
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
11 years ago

mungkin ini bisa menjadi acuan tentang ocso dan osb…Ordo Cisterciensis/Trappist Pada tahun 1098, sejumlah rahib dari biara Benediktin di Molesme, Perancis, dipimpin oleh St. Robertus, Alberikus dan Stefanus Harding, meninggalkan biara mereka dan membuka hutan Citeaux (dekat kota Dijon) sebagai tempat untuk biara mereka yang baru. Di Citeaux ini mereka menjalankan hidup bertapa secara keras, yang mereka anggap lebih sesuai dengan semangat asli St. Benediktus. Mereka khususnya menekankan kesederhanaan dan kerja tangan, yang menurut hemat mereka sudah kurang mendapat perhatian di biara Molesme. Dan nama Citeaux inilah muncul nama Ordo Cisterciensis. Beberapa waktu lamanya tak seorangpun mau menggabungkan diri dengan… Read more »

Edwin
Edwin
Reply to  gabriel dibya
12 years ago

Shalom Gabriel Dibya,
Sepengetahuan saya Diakon Permanen di Indonesia cuma ada di Papua dan di Kalimantan. Menurut KHK, penahbisan diakon permanen itu pilihan dari Uskup Diosesan setempat.

Salam,
Edwin ST

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Edwin
11 years ago

Salam Gabriel Dibya dan Edwin ST, diakon permanen juga ada di keuskupan Surabaya. Benar, bahwa uskup memiliki kewenangan untuk menahbiskan seorang pria menjadi diakon hanya sebagai diakon saja selamanya, tidak ditingkatkan menjadi tahbisan imamat. Hal itu melulu kebijakan uskup mengingat situasi pastoral dan keadaan diakon yang bersangkutan.

Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
11 years ago

Romo Santo,
Saya ada sedikit pertanyaan lagi, apakah memungkinkan seseorang mengirimkan lamaran ke Bapa Uskup untuk menjadi diakon permanen dengan kata lain mengambil inisiatif? Ataukah Keuskupan mengumumkan bahwa sedang dicari orang yang berminat menjadi diakon?

Salam,
Edwin ST

Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Reply to  Edwin ST
11 years ago

Salam Edwin ST, Para diakon permanen menjalani pendidikan di seminari (menengah – tinggi) dan menjalani kuliah di Fakultas/Sekolah Tinggi/ Institut Filsafat dan Teologi seperti calon-calon imam lainnya. Pada kelas terakhir, boleh saja mereka mengajukan inisiatif untuk melamar menjadi diakon permanen, bukan imam. Namun keputusan ada pada uskup dengan mempertimbangkan pendapat para staf seminari atas diri yang calon bersangkutan dan kebutuhan pastoral/ missi keuskupan. Tak kan pernah uskup mengumumkan membutuhkan sekian diakon dan imam. Yesus sendirilah yang selalu mengumumkan “Panenan memang banyak, namun pekerja sedikit, mintalah pada yang empunya panenan agar Ia mengirimkan para pekerja untuk panenan”. Sebanyak-banyaknya dibutuhkan orang muda… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr
11 years ago

Romo Santo yang baik, Saya memiliki pengalaman sedikit berbeda dari yang romo jabarkan di atas. Karena menurut KHK, Pria yang sudah menikah, berumur minimal 35 tahun, memegang jabatan lektor dan akolit dapat ditahbiskan menjadi diakon permanen. Di Stockholm, Swedia diakon permanen yang saya kenal memang menikah dan memiliki pekerjaan profesional lain. Dia hadir di paroki hanya 2-3 hari per minggu. Dari ceritanya, beliau mengajukan diri ke Uskup dan memang menjalani studi filsafat-teologi juga selama 3 tahun jadi tidak sebanyak imam. Perlu diketahui Katolik merupakan minoritas di Swedia hanya 2% dari jumlah penduduk dan untuk 1 Swedia hanya ada satu Uskup… Read more »

Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Rm Yohanes Dwi Harsanto, Pr
Reply to  Edwin ST
11 years ago

Salam Edwin ST, Terimakasih atas informasi dari Stockholm Swedia mengenai penunjukan diakon permanen di sana. Di Indonesia memang agak lain. Namun kesamaannya tetap yaitu ada pada hak prerogatif uskup setempat. Di Surabaya diakon permanen juga dipilih oleh uskup dari pria yang menikah. Kebutuhan akan diakon juga dianalisis oleh kuria serta para penasehatnya. Keberadaan diakon pada umumnya di Indonesia memang tidak permanen, hanya satu semester, sebagai bagian dari syarat menuju imamat. Setelah satu semester kemudian ditahbiskan tingkat selanjutnya menjadi imam. Bisa saja diusulkan ke keuskupan khususnya pada para uskup (di Indonesia) agar sesuai ketentuan KHK, mengajukan penawaran diakon permanen dengan studi… Read more »

Fransiskus W
Fransiskus W
12 years ago

Saya seorang pria Katolik, usia 25 tahun, sedang akan menempuh semester akhir di Jurusan Fisika Fakultas MIPA disebuah PTN. Perkiraan lulus dari sana bulan Februari tahun depan, wisuda semester ganjil biasanya Maret. Saya merasa terpanggil masuk seminari, pertanyaan saya : 1) Apakah imam projo bisa dekat dengan keluarga ? (karena kondisi keluarga saya kedua ortu salah satu pindah agama sehingga bisa bercerai dan hanya dua bersaudara kandung) 2) Bagaimana nanti biaya selama di seminari termasuk ketika liburan pulang ke rumah ortu ? (karena bila saya masuk seminari tentu saya tidak bisa bekerja menjadi karyawan mencari nafkah, dan saya sungguh tidak… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Fransiskus W
12 years ago

Fransiskus yth Secara umum panggilan dimulai di Seminari Menengah, maka jika umur telah lebih dari 24 tahun termasuk late vocation apalagi sudah bekerja. Kalau mau melamar imam diosesan harus kepada Uskup di mana anda melamar. Nanti soal kebijakan masuk ke seminari menengah KPA atau tidak langsung ke Seminari tinggi (TOR) itu hak prerogatif Uskup yang anda lamar. Pada umumnya masuk seminari dari SMA-atau KPA lulus SMA kalau late vocation ke Postulat umum di Malang lalu masuk TOR dan Seminari tinggi. Liburan ke rumah orang tua apakah dibiayai tergantung keuskupan masing masing, tapi kalau di Tarekat religius umumnya biaya ditanggung, hanya… Read more »

Edwin ST
Edwin ST
Reply to  Fransiskus W
11 years ago

SHALOM Fransiskus W,
Satu tahun sudah berselang dari Anda terakhir mengirimkan komentar. Apakah Anda jadi masuk seminari? Atau sudah bekerja?

AMDG
Edwin ST

Flotamar
Flotamar
12 years ago

Salamku untuk Katolisitas! Saya menyampaikan banyak terima kasih untuk artikel tersebut di atas dan juga semua yang berpartisipasi memberikan argumentasi dalam diskusi hangat di atas. Hidup ini adalah suatu proses untuk menjadi. Sebagai manusia dan apapun status kita, semuanya masih berproses. Kaum selibater bukanlah kaum tanpa cela. Mereka juga masih manusia yang sedang dalam proses, yang mungkin arahnya bisa saja menjadi lebih baik dan juga bisa menjadi lebih buruk. Kita semua bisa saja mengalami pengalaman yang sama (menyimpang dan salah). Oleh karena itu, mari kita melihat diri kita, apakah kita memerlukan orang lain supaya tetap di jalur yang benar? Kalau… Read more »

imelda waruna
imelda waruna
12 years ago

Salam damai Kristus….saya seorang Legioner dan sangat menghormati kehidupan selibat pastor dan suster di Gereja Katolik…Hanya saya pernah dipojokkan oleh tetua protestan tentang skandal seks dalam gereja katolik, yang banyak menjadi pedofilia…saya tidak bisa menjawab apapun karena tidak mengerti masalah itu…benarkah ada yg seperti itu? bagaimana menjawabnya dalam damai dan kasih?
salam, Imelda

Stefanus Tay
Admin
Reply to  imelda waruna
12 years ago

Shalom Imelda, Terima kasih atas pertanyaannya. Kita jangan berkecil hati kalau ada orang yang melecehkan Gereja Katolik karena adanya pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pastor. Di satu sisi, kita juga harus prihatin dan semakin memacu kita untuk membangun Gereja Katolik yang kita kasihi dalam kapasitas kita masing-masing. Kita harus menyadari bahwa walaupun Gereja Katolik didirikan oleh Kristus sendiri, namun terdiri dari pendosa dan orang kudus. Orang kudus membangun Gereja dan sebaliknya para pendosa dapat menjadi batu sandungan. Namun, di tengah-tengah badai yang menerpa Gereja Katolik dari dalam maupun dari luar, Kristus berjanji akan melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman. Dan… Read more »

imelda waruna
imelda waruna
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

terima kasih, pak Stef…..

andin
andin
13 years ago

Salam dalam kasihNya
Romo akhir2 ini maraknya BB jg melanda kaum selibater, apa tidak ada kekuatiran dari pihak gereja ini akan mengganggu kaul kemurniannya. ada yang menggunakan sarana dunia maya untuk berpacaran dg umat, meskipun tidak ada kontak fisik bermesraan, tapi pikiran sudah dilibatkan untuk cumbuh rayu selayaknya sejoli yang kasmaran. Tetapi tidak menutup mata berkat dunia maya juga pelayanan juga sangat menyentuh bahkan hampir merambah lebih banyak sasaran khususnya kaum muda, banyak ilmu yang dulu seperti di awang-awang, sekarang umat setiap hari, setiap saat dapat berkomunikasi mell dunia maya tsb.
Terima kasih Romo, salam…

Romo Wanta, Pr.
Reply to  andin
13 years ago

Andin Yth Seperti seorang anak diberikan sebilah pisau, pasti orang tuanya akan merasa khawatir. Jangan jangan pisau itu akan melukainya atau membahayakan orang lain. Demikianlah kiranya anda dan banyak orang tentang dunia digital IT dan BB, Hp, Ipad dan sebagainya dapat mengkawatirkan bagi seorang selibater. Karena itu, jawaban saya tergantung dari siapa yang memegang alat komunikasi (BB Hp dll) menggunakannya secara bijak ataukah tidak? Kalau dia orang yang dewasa dan matang dalam kepribadian tahu menggunakan alat komunikasi tsb pasti tidak akan membahayakan dirinya dan orang lain. Namun jika sebaliknya maka dapat membahayakan panggilan dan mengganggu hidup orang lain. Tapi di… Read more »

Beslam
Beslam
13 years ago

Di lingkungan saya, hampir sama dengan di lingkungan saudara David Richardo, tetapi baru-baru ini datang sekelompok seminaris (sudah berjubah) berkunjung ke stasi kami yang tujuannya promosi panggilan, tetapi kesan pribadi saya mereka lebih condong pada permintaan dana atau biaya pendidikan, katanya sih dana pendidikan mereka kurang, sehingga mereka berkunjung dan meminta sumbangan, Aku mau nanya romo, bagaimana sebenarnya pembiayaan para seminaris atau para frater itu ? terimaksih.

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Beslam
13 years ago

Beslam Yth Pembiayaan seminaris calon imam dari SMA sampai dengan Seminari Tinggi (STF) dan tahbisan imam sekitar Rp. 800 juta sampai dengan 1 M rupiah. Mahal memang dan belum lagi lamanya pembinaan dari SMA sampai tahbisan imam menempuh pendidikan selama 12 tahun-14 tahun. Sekarang ini orang tua seminaris diminta ikut terlibat dalam pembiayaan pendidikan calon imam baik di seminari menengah maupun tinggi. Biaya pendidikan bervariasi dari Rp. 500.000 per bulan sampai Rp. 1.750.000 ,- per bulan untuk tingkat SMA belum di STFT lebih tinggi lagi untuk biaya pendidikan di sekolah. Oleh karena itu wajar kalau ada gerakan membantu mereka seperti… Read more »

David Richardo
David Richardo
13 years ago

Salam Romo..
Mau komentar nih Romo tentang kaum selibater zaman sekarang di lingkungan saya.
Kaum selibater itu identik dengan kemewahan(misalnya, mobilnya mewuah, hp keren-keren, biara yang megah)…. Terus, bergaul pun lebih sering dengan orang mewuah.. Um..tak ada lagi yang seperti Romo Mangun.
Terimakasih dan Salam Kasih..

Romo Wanta, Pr.
Reply to  David Richardo
13 years ago

David Yth Perasaan dan pernyataanmu itu benar adanya, dan itu juga yang kadang melintas dalam pikiran saya dan banyak orang. Memang zaman telah berubah menjadi modern yang berciri materialistis hedonis maka tidak jarang kaum selibater terkena pengaruhnya, terkontaminasi dengan hal itu. Tidak disalahkan tapi bagaimana menyikapinya. Maka harapan saya dengan tulisan itu orang mulai memahami apa makna selibat itu? Semangat kemiskinan bukan hanya berarti tidak memiliki tapi juga tidak mengingini materi. Bisa saja memiliki banyak tapi semangat memiliki harus miskin, orang harus berani memberi dan bukan menyimpan, mendaku kuat kekeh, meraup sebanyak mungkin sementara orang lain menderita, itu tidak boleh… Read more »

Zita
Zita
Reply to  Romo Wanta, Pr.
13 years ago

Salam Damai … Saya setuju dengan pendapat Rm Wanta, akan tetapi kadang kala kaum selibater ini menjadi ‘terjebak’ oleh umatnya sendiri apabila di tugaskan pada tempat yang berkelimpahan. Sebagian umat ini mungkin merasa malu jika mempunyai pastor yang kurang gaul tadi. Jadi seyogyanya kita sebagai awam juga tidak terlalu ‘memanjakan’ para pastor yang bertugas di lingkup mereka. Saya juga merasa sedih bahwa saat ini masih ada gereja yang sangat megah dengan umat yang berjubel, tetapi hingga saat ini status gereja tersebut masih sebagai Stasi. Kadangkala saya berpikir apakah mungkin gereja tersebut belum direstui menjadi paroki karena ‘terlalu mewah/megah’ ini ?… Read more »

Romo Wanta, Pr.
Reply to  Zita
13 years ago

Zita Yth

Pendirian Paroki ada aturannya, secara umum dapat dikatakan bahwa sebuah Paroki akan dibentuk jika ada umat yang tetap minimal 1500 jiwa dan memiliki pastor yang tetap, adanya teritorial yang jelas dan secara mandiri bisa berjalan dan berkembang. Bukan karena gedung gerejanya yang megah tapi juga personal dan administratif bisa terpenuhi. Peran adanya pastor (personal) juga menentukan karena jika belum ada tenaga pastor sangat sulit untuk mendirikan Paroki sebagai badan hukum privat atas nama Gereja yang diakui oleh pemerintah.

salam
Rm wanta

Felix Dionesuis
Felix Dionesuis
Reply to  Romo Wanta, Pr.
13 years ago

Syalomm pembaca Katolisitas Buat kita umat yang awam hendaknya berpikir yang positif. dan kita sebagai umat yang selalu dilanyani tidakkah memiliki pemikiran bahwa begitu banyak yang telah dikorban kan oleh para Romo dan Para Suster. kita jangan hanya melihat dari sisi negatifnya saja tetapi coba kita gali nilai positifnya, karena apa apa yang di ungkapkan saudara kita di atas tadi adalah sikap mengadili, tanpa melihat kepentinganya. Coba anda merenungkan seandainya yang menjadi Romo atau Suster adalah anda sendiri, dan anda diperlakukan atau disudutkan dengan pernyataan seperti itu, apa yang anda rasakan? kita tidak perlu khawatir dengan romo yang memiliki fasilitas… Read more »

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
38
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x