Berikut ini adalah terjemahan dari “Saint Joseph Catholic Manual” (copyright 1956)

Masa Sengsara Yesus:

Masa Sengsara Yesus dimulai pada Minggu ke- 5 Masa Prapaska, yang dikenal sebagai Minggu Sengsara, dan dari hari itu sampai Paska, Gereja masuk lebih dalam lagi ke dalam Kisah Sengsara Tuhan Yesus dan membawa sengsara-Nya lebih dan lebih dalam lagi ke hadapan umat-Nya. Liturgi mengesampingkan semua lambang suka cita dan menampilkan dalam kata dan perbuatan, kesedihan dan penitensi yang harus mengisi setiap jiwa orang Kristen pada saat merenungkan peristiwa- peristiwa akhir dalam kehidupan Penyelamat kita di dunia ini.

Sebelum Vespers pada hari Sabtu sebelum Minggu Sengsara, crucifix (salib Yesus), patung-patung dan gambar-gambar di altar dan di sekitar gereja ditutup dengan kain ungu polos, kecuali gambar-gambar Jalan Salib. Salib Tuhan Yesus ditutupi kain ungu sampai hari Jumat Agung, sedangkan patung- patung dan gambar- gambar lainnya tetap ditutup sampai pada saat Gloria pada Sabtu Suci. Patung-patung dan gambar- gambar para malaikat dan santa-santo ditutup, untuk menunjukkan bahwa Gereja membungkus dirinya sendiri dan berkabung saat Tuhannya sedang mempersiapkan Diri untuk mengalami kesengsaraan dan kematian untuk menebus dunia. Dengan semua tanda-tanda lahiriah dan upacara Masa Sengsara, umat beriman diingatkan bagaimana Tuhan dalam keilahian-Nya di sepanjang masa sengsara-Nya, dan dengan penglihatan dan pendengaran, para pendosa diingatkan agar bertobat dan menarik diri semakin jauh dari kesenangan- kesenangan duniawi, dengan mendevosikan diri semakin dalam kepada doa- doa Masa Prapaska dan merenungkan kisah sengsara Kristus yang telah wafat demi kasih-Nya kepada mereka.

21 COMMENTS

  1. Maaf saya mau bertanya, waktu yang tepat untuk mengadakan Misa Kamis Putih sebaiknya sore hari atau malam hari? mungkin ini sepele namun.saya masih ingin tahu kejelasannya.

    [Dari Katolisitas: Sepengetahuan kami tidak ada aturan baku tentang hal ini, jadi bisa saja sore atau malam hari, namun bukan pagi atau siang hari. (Pada pagi hari yang ada adalah Misa Krisma di katedral, untuk memberkati minyak Krisma, minyak pengurapan orang sakit, dan minyak katekumen]. Karena yang diperingati pada Misa Kamis Putih adalah Perjamuan Terakhir Kristus dengan para murid-Nya yang terjadi di malam sebelum sengsara-Nya (di hari Jumat Agung). Bahwa di banyak paroki diadakan dua kali, sore dan malam hari, dapat terjadi karena faktor kebutuhan, banyaknya umat mengharuskan diadakan perayaan lebih dari satu kali. Jamnya ditentukan sedemikian, sehingga setelah misa terakhir masih dimungkinkan diadakan Tuguran, yaitu doa di hadapan sakramen Maha Kudus, untuk memperingati saat berjaga-jaga dan berdoa bersama Yesus, minimal satu jam lamanya, sebagaimana dikehendaki oleh Kristus.]

  2. Para pengurus katolisitas yang baik, saya mau bertanya kapan sebenarnya salib dan patung di gereja ditutup? Benarkah pada waktu Minggu Palma atau ada kemungkinan di waktu lain? Mohon penjelasan. Terima kasih.

    [dari Katolisitas: silakan membaca artikel di atas, silakan klik ]

    • Salam Chrisanctus,

      Ada kemungkinan di waktu lain juga, yaitu mulai pada hari Minggu ke V Prapaskah, terutama kalau sudah kebiasaan seperti itu, karena hari Minggu ke V Prapaskah pernah disebut Hari Minggu Sengsara pertama dan hari Minggu Palma disebut hari Minggu Sengsara kedua. Dengan membungkus/menutup salib dan patung, kita dibantu untuk semakin menyelami makna misteri sengsara atau penderitaan Tuhan Yesus Kristus bagi kita manusia.

      Doa dan Gbu.
      Rm B.Boli, SVD.

      • Makasih pastor, saya mau tanya lagi beberapa hal:

        1. Soal penerimaan abu, apakah hanya pada Rabu Abu saja, atau boleh sampai hari Minggu Prapaskah pertama?
        2. Pada Kamis Putih kain warna apakah yang dipakai untuk membungkus salib Yesus?

        • Salam Chrisanctus,

          1. Sebaiknya pada hari Rabu Abu karena ada perayaan dengan doa-doa dan tatalaksana khusus pada hari ini sehingga mendapat nama Rabu Abu. Bila ada alasan pastoral yang kuat untuk memberikan abu pada hari Kamis, Jumat, atau Sabtu sesudah Rabu Abu, sebaiknya ditanyakan ke keuskupan bersangkutan.

          2. Pada Kamis Putih tetap dipakai kain ungu untuk membungkus salib Yesus, bila ada kebiasaan menggunakan kain putih boleh mengganti kain ungu dengan putih tetapi pada hari Jumat Agung kembali gunakanlah warna ungu.

          Salam dan doa. Gbu.
          Rm B.Boli Ujan, SVD.

  3. Mohon penjelasan Tri hari suci dimulai kapan dan Tri hari Paskah dimulai kapan ?
    Untuk Hari Raya Kamis Putih patung dan salib Yesus ditutup kain ungu atau putih ? mohon penjelasan
    Pujaka

    • Shalom Pujaka,

      1. Tri hari Suci atau Tri hari Paskah dimulai dari hari Kamis Putih (misa malam) sampai hari Raya Paskah. Dimulai pada perayaan Perjamuan Terakhir pada Misa Kamis Putih, dan berakhir pada misa sore di hari Minggu Paskah. Selanjutnya tentang Tri hari suci, klik di sini.

      2. Menurut keterangan dari the Catholic Encyclopedia:

      “Sejak Vesper pada hari Minggu Sengsara (Minggu ke-5 Masa Prapaska) sampai kepada hari Jumat Agung, maka crucifix yang ada di altar ditutupi oleh kain violet (Cong. Sac. Rit., 16 Nov 1649), kecuali pada Misa Agung pada Hari Kamis Putih, ketika kain penutupnya adalah warna putih (Cong. Sac. Rit., 20 Dec 1783) ….”

      Dengan demikian, memang pada hari Kamis Putih crucifix dapat ditutupi dengan kain putih.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Terima kasih untuk forum ini, yang telah menjawab banyak pertanyaan saya tentang ajaran iman Katolik. Namun masih ada beberapa fenomena liturgi yang menurut saya patut dipertanyakan. antara lain :
    1. Dalam perayaan Jumat Agung kemarin, 2 April 2010 di Paroki saya. Ada prosesi komuni, padahal tidak ada Doa Syukur Agung. Bukankah Jumat Agung bukan Misa?
    2. Jika tidak ada Doa Syukur Agung, berarti tidak ada “transubstansi” pada hosti dan anggur. Apakah hosti yang diterima sungguh Tubuh Kristus? bukan untuk menyangsikan, tetapi bukankah puncak konsekrasi ada pada transubstansi tersebut?
    Besar harapan saya tim katolisitas dapat menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak saya…. Terima kasih sebelumnya

    • Shalom Putra dan Endro Wibowo,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Kamis Putih dan Jumat Agung:

      1) Kamis Putih. Pada hari Kamis Putih, maka Hosti yang telah dikonsekrasi di arak ke suatu tempat, bisa di sebelah kiri dari tabernakel (masih di dalam bangunan gereja yang sama) atau di kapel. Hosti yang telah dikonsekrasi ini kemudian harus dimasukkan ke dalam tabernakel tertutup.Dan kemudian umat berdoa di depan tabernakel yang tertutup sebagai suatu sikap untuk menemani Yesus yang mulai menjalani sengsara-Nya. Kita mengingat permintaan Yesus “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Mt 26:38) dan “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mt 26:41). Dokumen berikut ini dapat membantu kita:

      54. After the postcommunion prayer, the procession forms with the crossbearer at its head. The Blessed Sacrament, accompanied by lighted candles and incense, is carried through the church to the place of reservation, to the singing of the hymn “Pange lingua” or some other eucharistic song. [60] This rite of transfer of the Blessed Sacrament may not be carried out if the liturgy of the Lord’s passion will not be celebrated in that same church on the following day. [61]

      55. The Blessed Sacrament should be reserved in a closed tabernacle or pyx. Under no circumstances may it be exposed in a monstrance.

      The place where the tabernacle or pyx is situated must not be made to resemble a tomb, and the expression tomb is to be avoided: for the chapel of repose is not prepared so as to represent the Lord’s burial but for the custody of the eucharistic bread that will be distributed in communion on Good Friday.

      56. After the Mass of the Lord’s Supper, the faithful should be encouraged to spend a suitable period of time during the night in the church in adoration before the Blessed Sacrament that has been solemnly reserved. Where appropriate, this prolonged eucharistic adoration may be accompanied by the reading of some part of the gospel of Saint John (ch. 13-17).

      From midnight onward, however, the adoration should be made without external solemnity, for the day of the Lord’s passion has begun. [62]

      57. After Mass, the altar should be stripped. It is fitting that any crosses in the church be covered with a red or purple veil, unless they have already been veiled on the Saturday before the fifth Sunday of Lent. Lamps should not be lit before the images of saints.

      2) Jumat Agung. Pada hari istimewa ini – yang merupakan bagian dari Hari Triduum – Gereja memperingati penyaliban dan wafat Tuhan Yesus. Biasanya pada jam 3 – waktu kematian Yesus – diadakan jalan salib di Gereja. Ada tiga bagian utama dalam liturgi Jumat Agung, yaitu: 1) pembacaan atau menyanyikan bagian dari sengsara Tuhan Yesus menurut Injil Yohanes (seperti: Yoh 18:1-19:42), 2) Penghormatan atau penciuman salib, 3) “Mass of the Pre-Sanctified“, yaitu menerima Tubuh Kristus yang telah dikonsekrasi pada Kamis Putih. Dengan demikian, Tubuh Kristus yang kita terima pada hari Jumat Agung adalah benar-benar Tubuh Kristus, karena telah dikonsekrasi sehari sebelumnya. Penciuman salib dilakukan setelah pembukaan salib yang disertai dengan doa “Venite, adoremus” atau “come, let us adore” tiga kali dengan berlutut. Setelah itu, imam dan semua umat secara bergiliran menyembah atau mencium Salib, karena dengan Salib Suci inilah Kristus telah menyelamatkan dunia. Pada hari Jumat Agung, Gereja Katolik di seluruh dunia tidak ada Misa (lengkap), karena pada hari itu, Yesus Kristus wafat. Misa yang lengkap akan dimulai kembali pada hari malam Paskah (Easter Vigil), yang menghadirkan liturgi yang begitu indah. Tentang Jumat Agung, dokumennya adalah sebagai berikut:

      61. All celebration of the sacraments on this day is strictly prohibited, except for the sacraments of penance and anointing of the sick. [66] Funerals are to be celebrated without singing, music, or the tolling of bells.

      63. The celebration of the Lord’s passion is to take place in the afternoon, at about three o’clock. For pastoral reasons, an appropriate time will be chosen in order to allow the people to assemble more easily, for example, shortly after midday or in the late evening, however not later than nine o’clock. [67]

      64. The order for the celebration of the Lord’s passion (the liturgy of the word, the adoration of the cross, and Holy Communion) that stems from an ancient tradition of the Church should be observed faithfully and religiously and may not be changed by anyone on his own initiative.

      Semoga dapat membantu dan selamat Paskah. Semoga kebangkitan Kristus juga memberikan kebangkitan spiritual kepada kita semua.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  5. Bu Inggrid dan Pak Stevan Yth: saya mau tanya tentang

    1. apa itu sakramen Maha Kudus yang diarak saat akhir misa kamis putih, dan apa maksudnya dibawa keluar gereja.

    2. terus pada Jum’at Agung kenapa ada upacara penciuman salib? apakah maksudnya? apa yang hendak dicapai dalam upacara ini? apakah wajib menurut hukum gereja? apakah seluruh gereja katolik melaksanakannya?

    demikian pertanyaan saya bapak,dan ibu, semoga roh kudus selalu menyertai bapak dan ibu. situs ini sungguh membantu umat katolik dalam belajar. trimakasih

  6. makasih atas jawaban2 yang dimuat membuat wacana baru dan juga menambah pengetahuan iman dan agama. sukses dan jalan terus

  7. terimakasih atas jawaban ibu Inggrid terhadap pertanyaan saya, namun mohon izin juga untuk bertanya :
    1. kita memanggil ayah kita dg sebutan “bapa” karena memang beliau adalah ayah jasmani kita dan mengenal siapa diri kita dan ia pula yang wajib bertanggungjawab atas anak-anaknya.
    tanya : Apakah “Paus” mengenal setiap orang yg dianggap sebagai anak-anak rohaninya ? (karena setiap yg mengaku sbg “bapa” seharunya mengenal siapa anak-anaknya.
    juga “pastor” apakah mengenal umat di lingkungannya ? (bapa manakah yg tidak mengenal anaknya?).

    2. Tentang peran “Pelayan diatas semua pelayan Tuhan”
    tanya : sungguhkah demikian ?, sedangkan yang saya lihat saat ini sebagian besar justru mereka yang mengaku sebagai “pelayan-pelayan Tuhan” telah menjadi orang-orang yang selalu ingin dilayani oleh umat Tuhan.

    3. tentang Pengakuan dosa, jika umat mengaku dosa kepada pastur, lalu pastur mengaku dosa kepada uskup, uskup mengaku dosa kepada kardinal, kardinal mengaku dosa kepada Paus, dan Paus mengaku dosa kepada siapa ?

    Sedangkan kita semua tahu bahwa dosa itu sifatnya dilakukan secara pribadi, dan tentusaja kita telah berdosa kepada TUHAN ALLAH secara langsung karena telah melanggar larangan-Nya, juga kita telah melakukan kerugian kpd oranglain sehingga pertama-tama kita seharusnya mengaku dosa kepada :
    I. TUHAN Allah Bapa di sorga. (minta maaf secara langsung Vertikal)
    2. kepada orang yg telah kita rugikan. (minta maaf secara lansung Horisontal)

    sebagaimana telah diteladankan oleh Yesus Kristus sendiri ketika diatas kayu salib.

    terimakasih atas jawabannya. Tuhan Yesus Mengasihi kita semua. amin

    • Shalom Indah Yulianti,

      1. Kita tidak dapat memaksakan kriteria bapa jasmani untuk diterapkan kepada bapa rohani kita di dunia ini. Karena peran keduanya tidak sama. Walaupun bapa jasmani berperan juga dalam kerohanian, tetapi peran yang utama dan tak kalah penting juga adalah membesarkan anak secara jasmani. Sedangkan peran seorang bapa rohani tidaklah menyangkut kepada membesarkan anak secara jasmani, melainkan secara rohani.

      Kita mengetahui bahwa Bapak Presiden Suharto yang dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia (atau Tun, Abdul Razak sebagai Bapa Pembangunan Malaysia), juga tidak mungkin mengenal semua rakyatnya secara pribadi satu persatu. Namun itu tidak menggagalkan perannya sebagai bapak pembangunan, karena memang pada jaman pemerintahannya terdapat pembangunan yang pesat pada negara dan masyarakatnya. Maka seperti makna bapa pembangunan adalah sebagai figur yang menjadi pelopor pembangunan, maka peran bapa rohani di sini adalah sebagai figur yang menjadi teladan iman/ kerohanian.

      Bahwa idealnya bapa rohani mengenal semua anak- anak rohaninya tentu itu diakui. Ini sesungguhnya adalah tantangan bagi mereka yang menjadi bapa rohani (para pastor, uskup dan Paus). Mereka juga selayaknya membawa ‘anak-anak rohani’ mereka di dalam doa- doa mereka setiap hari. Namun perihal mengenal setiap dari anak- anak rohani secara pribadi, tidak dapat kita tuntut dari mereka (terutama kepada Bapa Paus dengan ‘anak rohani’ sebanyak kurang lebih 1 milyar orang), seperti halnya sebagai kriteria bapa jasmani. Kita harus juga secara realistis melihat keterbatasannya sebagai manusia. Namun kita melihat betapa Bapa Paus juga mengusahakan untuk membawa setiap anak dalam intensi doanya, terlihat dalam intensi doa Bapa Paus yang setiap hari, minggu dan bulannya berganti- ganti ditujukan kepada Gereja- gereja tertentu di belahan dunia yang berbeda- beda. Dengan demikian, Paus selalu mendoakan ‘anak- anak rohani’-nya yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan.

      Pada akhirnya harus diakui bahwa peran bapa di dunia ini hanya merupakan partisipasi terhadap peran ke-Bapa-an Tuhan. Hanya Tuhan-lah yang pasti mengenal kita semua satu- persatu secara sempurna; sebab Ia adalah Bapa yang memelihara kita baik secara jasmani dan rohani.

      2. “Pelayan di atas semua pelayan” itu memang salah satu gelar Bapa Paus. Paus, para uskup dan para imam memang dipanggil Allah sebagai ‘pelayan’ umat. Ini diperingati umat Katolik secara khusus pada hari Kamis Putih, hari ini. Di setiap Misa Kudus hari ini, diadakan upacara pembasuhan kaki. Imam mengikuti teladan Kristus, membasuh/ mencuci kaki 12 orang wakil umat yang melambangkan ke-12 rasul. Maka panggilan setiap imam adalah untuk melayani umat Tuhan. Mereka sendiri umumnya memegang kaul kemiskinan, tidak mencari harta duniawi, dan memusatkan hati dan pikiran mereka hanya kepada Tuhan dan pelayanan kepada umat.

      3. Tentang Pengakuan Dosa, sudah pernah dibahas di serial artikel Pengakuan Dosa, di situs ini (Sakramen Tobat -bagian 1, 2, 3, 4 silakan klik di nomor tersebut, terutama bagian ke-2).

      Setiap imam mengakukan dosanya kepada sesama imam atau kepada uskup. Demikian juga uskup, mengaku dosanya kepada sesama imam atau uskup yang lain, atau kepada Paus (walau mungkin tidak banyak uskup yang dapat mengakukan dosanya kepada Paus). Demikian pula, Paus tetap dapat mengakukan dosanya kepada imam. Pemberian Sakramen Pengakuan Dosa tidak mengenal pangkat, seperti yang anda duga, bahwa imam harus mengaku dosanya kepada uskup, lalu uskup kepada paus. Tidak demikian. Setiap imam yang diberi fakulti oleh uskupnya untuk memberikan sakramen Pengakuan Dosa, dapat menerima pengakuan dosa dari setiap umat, termasuk sesama imam, uskup dan Paus sekalipun. Sebagai informasi anda, bapa Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa sebanyak seminggu sekali, demikian juga Bunda Teresa. Salah satu ciri bahwa seseorang dekat dengan Tuhan adalah ia akan semakin peka terhadap perbuatan dosa. Sebab semakin dekat seseorang kepada Allah Sang Sumber Terang, maka ia akan mampu melihat setitik debupun yang ada pada dirinya. Demikian yang terjadi pada orang- orang yang kudus: mereka mampu melihat sedikit ketidaksempurnaan dalam diri mereka, dan bergegas memperbaikinya, dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan dan memohon pengampunan-Nya.

      4. Walaupun dilakukan oleh diri sendiri, dosa tidak hanya bersifat pribadi, sebab akibatnya merusak orang lain dan merusak Tubuh Kristus (Gereja). Maka benar kita memohon ampun kepada Tuhan, memohon ampun kepada sesama yang kita sakiti, tetapi kita juga melakukannya melalui Gereja, sebab itulah yang dikehendaki oleh Kristus.

      Kristus memberikan kuasa kepada para rasulnya untuk mengampuni dosa, ini sangat jelas dikatakan-Nya dalam Yoh 20:22-23:

      Ia [Yesus] mengembusi mereka [para rasul] dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”

      Gereja Katolik melaksanakan firman Tuhan ini, dengan adanya sakramen Pengakuan Dosa/ Tobat, yang diberikan melalui para imam tertahbis, karena mereka adalah para penerus rasul yang telah diberi kuasa oleh Kristus untuk mengampuni dosa umat-Nya.

      Demikian yang dapat saya tuliskan untuk pertanyaan anda, semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolik.org

  8. copas : Maka umat Katolik memanggil Paus sebagai “Holy Father” itu sebagai tanda hormat sebab kita mengakui bahwa ia telah dipanggil oleh Kristus untuk menjadi gambaran kekudusan dan kebapa-an dari Tuhan.

    Tanya :
    Bagaimanakah sebutan “Holy Father” itu bisa disematkan pada Paus, sedangkan kita tahu bahwa Rasul Petrus yg diangkat sbg Paus I tidak pernah menyatakan dirinya sbg “Holy Father”.

    Kita tahu bahwa satu-satunya yang Layak mendapat sebutan “Holy Father” Adalah Allah Bapa di sorga.
    Holy = Suci Father = Bapa .

    Paus dilahirkan oleh seorang wanita (ibu) karena adanya hubungan Intim suami dg Istri (ibu+ayah dari Paus). dengan demikian tidak ada seorangpun paus yg benar-benar suci (murni) baik sejak dari kandungan maupun setelah dilahirkan.

    Hanya Yesus Kristus saja yang pantas disebut sbg “Holy Father” karena Ia dikandung dari Roh Kudus Allah Bapa di sorga (IA dikandung tanpa adanya hubungan intim suami+istri).

    Trimakasih atas tanggapannya.

    • Shalom Indah Yulianti,

      Panggilan “Holy Father”/ Bapa Suci pada seorang Paus tidaklah dimaksudkan untuk menjadikan/ menganggap bahwa Paus itu setara dengan Allah Bapa, karena memang benar Allah Bapa itulah yang mempunyai kesempurnaan untuk dipanggil sebagai Bapa Suci. Namun panggilan Bapa Suci itu mengacu kepada jabatan/ peran yang diemban oleh Paus sebagai bapa rohani dari jemaat Allah.

      Gereja Katolik mengikuti ajaran Rasul Paulus yang berkata,

      “Karena akulah [Rasul Paulus] yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” (1 Kor 4:15)

      “Hal ini kutuliskan bukan untuk memalukan kamu, tetapi untuk menegor kamu sebagai anak-anakku yang kukasihi. Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” (1 Kor 4:14-15)

      Maka sebutan Bapa Suci/ “Holy Father” pada Paus itu tidak mengacu kepada pribadi Paus, tetapi kepada peran/ jabatannya sebagai bapa rohani umat beriman, sebagai penerus Rasul Petrus, yang memang telah dipercaya oleh Kristus untuk memimpin Gereja-Nya. Kita mengetahui bahwa kita memanggil bapa/ bapak atau ayah/ papa kepada orang- orang tertentu dalam kehidupan sehari- hari, maka panggilan Bapa Suci adalah untuk membedakan Paus dari para bapa/ bapak yang lain dalam kehidupan umat beriman.

      Kita harus juga menyadari bahwa dalam sebutan bapa/ bapak kepada ayah kita tidak dimaksudkan untuk menjadikan mereka sama dengan Allah Bapa. Inilah juga inti pesan dari Mat 23:9, yang maksudnya kita tidak boleh mensejajarkan siapapun dengan Allah Bapa. Namun Yesus sendiri tidak menghapuskan istilah ‘bapa/ ayah’, sebab dalam ayat- ayat yang lain Dia mengajarkan, “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (lih. Mat 15:4; 19:19; Mrk 7:10, 10:19; Luk 18:20). Maka panggilan ‘bapa’ kepada ayah kita itu merupakan suatu bentuk partisipasi terhadap kebapa-an Allah Bapa: Allah Bapa mengizinkan orang- orang tententu untuk mengambil bagian dalam peran kebapa-annya. Peran mereka tidak sama dengan Allah Bapa, tetapi dalam cara tertentu mereka turut bekerja sama dengan Allah Bapa dalam memelihara dan membimbing anak- anak-Nya.

      Jadi demikian juga dengan ucapan ‘bapa suci’/ holy father. Maka “Bapa Suci” tersebut berkaitan dengan peran yang diemban oleh Paus untuk membimbing dan menjadi teladan rohani bagi anak-anak Allah, yang memang dipanggil oleh Allah Bapa untuk menjadi kudus dan sempurna (Ul 19:2, 20:7; Mat 5:48).

      Jangan dilupakan juga bahwa selain ‘Bapa Suci’, Paus juga mempunyai suatu sebutan yang lain yaitu ‘Pelayan dari semua pelayan Tuhan’/ ‘Servant of the servants of the Lord’/ ‘Servus servorum Dei’. Jadi sebutan/ panggilan di atas itu bermaksud untuk menjabarkan arti peran seorang Paus dalam hal kerohanian umat. Paus memang dipanggil menjadi bapa kaum beriman untuk menghantar kepada kekudusan, namun juga sebagai pelayan kaum beriman. Kedua gelar yang kelihatan sekilas bertentangan ini, menjabarkan arti kepemimpinan Paus, yang memang merupakan gambaran kepemimpinan Tuhan seperti yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Yth. Bu Inggrid,

        tdk setuju dlm konteks anda bhw paus dianggap setara dng Tuhan Yesus, itu kesalahan yg FATAL !!!
        paus hnylah seorang manusia yg pasti berdosa (smua manusia di bumi berdosa), tp Tuhan Yesus “TDK”, Dia Maha Kudus.

        masuk koran Kompas, saat paus benedixtus sembahyang di mesjid “MEMALUKAN KRISTEN”

        Holy Father bukan utk manusia tp Tuhan Yesus.

        Bu Inggrid, anda harus hati2 utk memberikan konteks pernyataan.

        anda mengatakan apa yg anda tuliskan, pasti Pendeta2 ketawa, hahhaaaaaa,
        bukan sembarang pendeta, tp pendeta yg dpt pengurapan dahsyat dr Tuhan Yesus : Pdt. Niko Notorahardjo (Gereja BetheL), Pdt. Yesaya Pariadji (Gereja Tiberias Indonesia), Pdt. AH. Mandey (Gereja Pantekosta).

        makanya katolik tidak pernah & tdk berani mengundang gereja aliran Pantekosta Karismatik (gereja aliran radikal), takut? malu? tdk sebanding? malah undang Nahdatul Ulama ….. ampunnnn …. tobat ….
        bnar-bnar tdk berbobot ya.

        JBU

        • Shalom Marry,

          Anda sungguh keliru, jika mengatakan kami umat Katolik menganggap Paus setara dengan Tuhan Yesus. Gereja Katolik tidak mengajarkan demikian. Paus itu hanya wakil Kristus (Vicarius Christi) dan pelayan dari semua pelayan Tuhan (Servus servorum Dei), sehingga tidak akan setara dengan Kristus ataupun Tuhan yang menjadi tuannya. Bahwa kami memanggil Paus salah satunya dengan istilah Holy Father/ bapa suci, bukan untuk dimaksudkan menyamakan dia dengan Yesus ataupun Allah Bapa. Hal itu sudah dijelaskan di tulisan di atas, tidak perlu diulangi lagi di sini.

          Yang kami sampaikan di situs Katolisitas itu bukan pandangan saya pribadi, tetapi ajaran Gereja Katolik. Anda dapat saja tidak setuju, tetapi tidak menjadikan bahwa apa yang kami imani tidak benar. Jika sampai ada acara dari pihak Gereja Katolik yang mengundang pemuka agama lain, itu tentu untuk maksud berdialog atas dasar kasih, sehingga janganlah disalahartikan macam- macam, seperti yang anda katakan sebagai “memalukan“.

          Dan selanjutnya, jika anda mempunyai niatan yang tulus untuk berdialog di situs ini, mohon menggunakan gaya bahwa yang santun, yang lebih mencerminkan anda sebagai murid Kristus.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  9. Terima kasih banyak Ibu Inggrid atas jawaban dan penjelasannya… Senang sekali saya boleh mengerti hal-hal ini,yang sudah cukup lama tidak bisa saya jawab… Sebenarnya saya juga tidak banyak tahu mengenai makna liturgi gereja dalam masa-masa prapaskah,jdi saya sgt bersyukur boleh mengerti sekarang.. Semoga dengan pengertian ini kami umat katolik bisa lebih menghayati masa prapaskah ini..

    Tuhan memberkati.

Comments are closed.