Pendahuluan
Salah satu pandangan yang menolak keutamaan Paus mengatakan bahwa Petrus tidak pernah ke Roma dan karenanya tidak mungkin mendirikan Gereja di Roma. Alasannya, karena di Kitab Suci tidak tertulis eksplisit demikian. Artikel ini memaparkan kenyataan yang sebaliknya. Bahwa meskipun tidak secara tertulis dengan detail di Kitab Suci, fakta sejarah dan bukti tulisan para Bapa Gereja menyatakan bahwa Petrus pernah beberapa kali ke Roma, dan akhirnya wafat di sana sebagai martir.
Pertama- tama kita harus menyadari bahwa Kitab Suci bukanlah merupakan buku sejarah di mana segala fakta harus lengkap tersusun secara kronologis. Namun apa yang tidak tercatat di Kitab Suci bukannya berarti tidak terjadi. Untuk mengetahui hal ini, maka di samping membaca Kitab Suci, kita perlu melihat bukti-bukti yang lain yaitu bukti sejarah dan tulisan para Bapa Gereja. Berikut ini saya sertakan tulisan yang mengambil sumber utama dari Stephen K. Ray, Upon This Rock, (San Francisco: Ignatius, 1999).
Pelayanan Rasul Petrus setelah Pentakosta
Rasul Petrus memulai karya Apostoliknya di Yerusalem, untuk memberitakan Injil kepada umat Yahudi. Iapun mengadakan perjalanan ke Samaria, untuk memperkenalkan Keselamatan kepada orang-orang Samaria (Kis 8:4-25), Yoppa (Kis 32-43), dan Kaisarea. Ia lalu membaptis Kornelius, seorang pemimpin prajurit Roma. Kemudian ia kembali ke Yerusalem untuk memberitakan bahwa bangsa- bangsa lain (non- Yahudi) telah menerima Injil dan menerima Roh Kudus seperti mereka para murid yang adalah bangsa Yahudi (Kis 10:40; 11:18).
Kemudian kita ketahui terjadi penganiayaan di Yerusalem, dan Rasul Yakobus dipenggal oleh Kaisar Herodes Agrippa (42-44AD) (Kis 12:2). Petrus lalu dipenjara dan secara ajaib dibebaskan oleh seorang malaikat (Kis 12:7), Petrus kemudian ke Yerusalem (sekitar 44), dan kemudian berangkat ke tempat lain (Kis 12:7), maka kita mengetahui bahwa Petrus memang terus menerus mengadakan perjalanan untuk menyebarkan Injil di daerah Timur, dan tinggal cukup lama di Antiokhia (Gal 2:11-21). Selama masa ini juga Petrus mengadakan perjalanan ke Roma, seperti yang nanti akan dijabarkan lebih lanjut. Ia juga menjelajahi daerah Asia Kecil: Pontus, Galatia, Kapadosia, Asia dan Bitinia (1 Pet 1:1), juga Korintus.
Sejarah juga mencatat Petrus sebagai pemimpin Gereja di Antiokhia. ((Eusebius, Church History 3, 36, NPNF2, 1:166 dan Origen, In Lucam, Homily 6, 938A: Petrus menunjuk Evodius untuk menggantikannya sebagai Uskup di Antiokhia, Evodius digantikan oleh Ignatius yang kemudian menjadi martir di Roma tahun 106)) Selanjutnya, Rasul Petrus kembali ke Yerusalem untuk menghadiri Konsili Yerusalem pertama (49-51). Konsili ini diadakan sekitar 8 tahun setelah wafatnya Yakobus Rasul saudara Rasul Yohanes (St. James the Greater) yang wafat sebagai martir sekitar tahun 44, di masa pemerintahan raja Herodes Agrippa I. Rasul Yakobus yang berbicara dalam Konsili Yerusalem adalah kerabat Yesus, anak Alfeus, yang menjadi uskup Yerusalem (St. James the Less), yang menutup sidang Yerusalem berdasarkan arahan Rasul Petrus (lih. Kis 15: 6-20).
Setelah Konsili Yerusalem, memang tak banyak ayat Kitab Suci yang menuliskan keterangan tentang Rasul Petrus dan perjalanannya, kecuali suratnya sendiri yang dikatakannya ditulis dari Babilonia, yang menjadi sebutan kota Roma pada saat itu (1 Pet 5:13). Meskipun tahun-tahun akhir hidupnya tidak ditulis di kitab PB, namun tulisan-tulisan para Bapa Gereja dan bukti sejarah sangat jelas mengacu kepada fakta bahwa Rasul Petrus memang pernah tinggal di Roma, mendirikan Gereja di Roma, dan akhirnya wafat di sana sebagai martir.
Berikut ini adalah daftar perjalanan Rasul Petrus, menurut para ahli sejarah, dan juga berdasarkan Alkitab: ((sumber: Warren Carroll, The Founding of Christendom, A History of Christendom, vol.1., Front Royal, Va: Christendom College Press, 1985, p. 422))
Pelayanan Apostolik St. Petrus (30-67)
Tahun 30 Kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus, Pentakosta
30-37 Petrus memimpin Gereja di Yerusalem.
38-39 Perjalanan Petrus di Samaria dan di pantai Palestina.
40-41 Petrus di Antiokhia
42 Dipenjara di Yerusalem, dibebaskan, dan keberangkatan ke tempat lain
42-49 Persinggahan yang pertama di Roma
49 Diusir dari Roma oleh edict Claudius yang menentang kaum Yahudi
49-50 Di Yerusalem, dalam Konsili Apostolik [seperti tertulis dalam Kis 15].
50-54 Di Antiokhia, Bitinia, Pontus, Asia dan Kapadokia
54-57 Persinggahan yang kedua di Roma: Injil Markus ditulis di bawah pengarahan Petrus
57-62 Di Bitinia, Pontus dan Kapadokia, Markus di Alexandria, Mesir
62-67 Persinggahan yang ketiga di Roma, menuliskan surat 1 Pet dan 2 Pet Markus ada bersama Petrus di Roma.
67 Dibunuh sebagai martir di Roma, dikuburkan dekat Nekropolis di Vatikan.
Bagaimana Kitab Suci menuliskan keberadaan Petrus di Roma dan kematiannya di sana
1. Surat Petrus yang pertama mengatakan,
“Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang…. Dengan perantaraan Silwanus, yang kuanggap sebagai seorang saudara yang dapat dipercayai, aku menulis dengan singkat kepada kamu untuk menasihati dan meyakinkan kamu,… Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku. (1 Pet 1:1, 5:12-13)
Babilon di sini merupakan istilah/ sebutan bagi kota Roma. Sebab Roma telah menganiaya Gereja, sebagaimana Babilon telah menganiaya umat Allah di jaman PL (2 Raj 24). Umat Yahudi saat itu menyebut kota Roma sebagai Babilon ((lihat Orac, Sybil.5, 159-; 4 Esdras 3:1; Apoc. Baruch, vis. 2,1; Why 14:8; 16:19; 17:5; 18:2,10,21)), karena melihat kesamaan ciri- ciri antara Babilon [kota dunia yang tak bermoral, sombong, tak ber-Tuhan] yang disebut oleh para nabi (Yes 13; 43:14; Yer 50:29; 51:1-58) dengan kota Roma pada saat itu.
Menjelang kematiannya, Rasul Petrus menulis demikian, “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (2 Pet 1: 14)
2. Injil Yohanes menuliskan bahwa Tuhan Yesus sudah menubuatkan kematian Petrus, demikian:
“Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki. Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.” (Yoh 21:18-19).
Injil Yohanes ditulis tahun 90-100, sekitar 30 tahun setelah Petrus wafat sebagai martir. Pada saat Yesus mengucapkan nubuat itu, tentu Rasul Yohanes belum sepenuhnya memahami, tetapi ketika sudah digenapi, ia menyadari bahwa perkataan itu mengisahkan bagaimana Petrus akan mati. Tradisi mengatakan Petrus mati disalib terbalik, pada jaman Kaisar Nero (64-67). Jadi perkataan Yesus, “Ikutlah Aku” tidak saja berupa ajakan untuk mengikuti-Nya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kematian-Nya, yaitu dengan cara disalibkan. Di sini, Petrus sesungguhnya memenuhi janjinya kepada Yesus untuk memberikan nyawanya bagi-Nya (Yoh 13:37).
Bukti- bukti bahwa Rasul Petrus mendirikan gereja Roma dan akhirnya mati di sana
1. St. Klemens dari Roma, dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus (96): ((1 Klemens 5: 1-6. Klemens adalah murid rasul Petrus dan ditahbiskan oleh Petrus, mengisahkan peran Petrus dan kematiannya))
“…. Perhatikanlah teladan yang luhur dari generasi kita sendiri… Pilar yang terbaik [yaitu Gereja Roma] telah dianiaya…. Mari memusatkan mata hati kita kepada Rasul-rasul yang baik itu: Petrus, yang menderita… tidak hanya mengalami satu atau dua kali tetapi banyak kesulitan, dan karenanya pergi ke tempat kemuliaan yang sesuai…. Paulus menunjukkan jalan kepada penghargaan atas ketahanan [iman]… telah beralih dari dunia ini ke tempat yang suci… Terhadap kedua orang ini yang telah hidup dalam kekudusan harus ditambahkan banyak sekali orang yang menderita penganiayaan… yang menjadi contoh yang bersinar di tengah-tengah kita.”
Kesaksian St. Klemens ini penting, karena St. Klemens adalah Paus yang ketiga setelah Rasul Petrus. Urutan Paus: Petrus (sampai 67), Linus (67-79, lih. 2 Tim 4:21), Anacletus (79-85) dan Klemens (85-96). ((Urutan ini diketahui dari tulisan St. Irenaeus, dalam Against Heresies, 3,3,3, ANF, 1:416))
2. St. Ignatius dari Antiokhia (35-107), Uskup Antiokhia, yang adalah murid Rasul Yohanes, dan kemungkinan juga adalah murid rasul Petrus, karena Petruspun pernah tinggal di Antiokhia. Sebelum wafatnya sebagai martir di Roma, ia menulis 7 surat yaitu kepada gereja- gereja di Ephesus, Magnesia, Tralles, Philadelphia, Smyrna, kepada Polycarpus, dan juga gereja Roma. Topik suratnya antara lain mengenai kelahiran Yesus, hirarki, Ekaristi, Kehadiran Yesus yang nyata dalam Ekaristi. St Ignatius adalah Bapa Gereja pertama yang menggunakan istilah “katolik” untuk menjelaskan Gereja universal untuk membedakannya dari gereja heretik yang bersifat lokal. Kepada semua gereja itu, ia memerintahkan kesatuan dan harmoni, kecuali kepada gereja di Roma, karena ia mengetahui bahwa gereja Roma telah mempunyai otoritas dari para Rasul:
“Ignatius, yang juga disebut Theoforus, kepada Gereja yang telah menerima belas kasihan di dalam Kemuliaan yang transenden… yang juga memimpin di tempat utama di daerah kekuasaan Roma… Tidak seperti Petrus dan Paulus, saya tidak mengeluarkan perintah kepadamu….”
3. St. Papias (60-130) murid Rasul Yohanes yang menjadi Uskup Hieropolis, dan St. Klemens dalam bukunya Hypotyposes, seperti dikutip oleh Eusebius (325), menyetujui bahwa Markus disebut dalam surat Rasul Petrus yang pertama, yang ditulis di Roma, yang disebut sebagai Babilon. ((Church History 2, 15, NPNF 2, 1:116))
4. Phlegon (117-138 masa Kaisar Hadrian) seperti dikutip oleh Origen.
“Phlegon, (Kaisar Hadrian diperkirakan menulis dengan nama budak yang dikasihinya ini) dikatakan oleh Origen sebagai “salah sangka/ mencampur adukkan” antara Yesus dengan Petrus di dalam tulisannya. Ini adalah sangat penting karena itu membuktikan bahwa Petrus pada saat itu telah dikenal luas di Roma, sampai kaisarpun menyangka bahwa Petrus adalah yang mendirikan iman Kristiani. ((lih. Origen, Against Celsus 2, 14, ANF 4:437, lih. NPNF 2, 1:129, n.7)).
5. St. Dionisius (166-174) Uskup Korintus, menulis kepada Paus Soter di Roma, seperti yang dikutip oleh Eusebius:
“Bahwa keduanya baik Petrus dan Paulus sama-sama wafat sebagai martir … ditegaskan kembali oleh Uskup Dionisius, kepada suratnya kepada gereja Roma, “Kamu juga telah, dengan teguranmu, menghasilkan tanaman yang telah ditaburkan oleh Petrus dan Paulus di Roma dan Korintus, sebab mereka berdua telah menanam di Korintus dan mengajar kami, dan keduanya juga mengajar di Italia, dan wafat sebagai martir pada saat yang sama.” ((The Letter of Dionysius of Corinth to Soter of Rome, yang dikutip oleh Eusebius, History of the Church, 2, 25, 8 in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:45))
6. Gaius (Caius, 198-217) seorang Imam Roma:
“…Ia (Nero) membantai para rasul. Oleh karena itu, tertulis bahwa Paulus dipenggal kepalanya di Roma dan demikian juga Petrus disalibkan di bawah kepemimpinan Nero. Tentang Petrus dan Paulus ini sesuai dengan fakta bahwa nama mereka tetap ada di kuburan sampai saat ini. Ini juga dikonfirmasikan oleh Caius, anggota gereja Roma, di bawah kepemimpinan Zephyrinus, Uskup Roma (198-217)…..Saya dapat menunjukkan kubur para rasul itu, sebab jika kamu ke Vatikan atau ke jalan Ostian, kamu akan menemukan kubur mereka yang meletakkan dasar Gereja ini.” ((Bagian dari tulisan Disputation with Proclus, yang dikutip Eusebius, Church History 2, 25,5, NPNF2, 1:129-30))
Dari tulisan ini kita ketahui bahwa lokasi kuburan dua rasul tersebut telah dihormati dan dikenal cukup luas di Roma. Ia tidak mungkin mengatakan hal ini dengan begitu yakin jika fakta yang sesungguhnya tidak demikian.
7. St. Irenaeus (130-200), murid Polikarpus yang adalah murid Rasul Yohanes, Uskup Gaul:
“….Tradisi diperoleh dari para rasul, dari Gereja yang sangat besar, sangat ancient, sangat luas dikenal, yang didirikan dan diatur di Roma oleh kedua rasul yang sangat mulia, Petrus dan Paulus …. Para rasul yang terberkati ini, setelah mendirikan dan membangun Gereja, mempercayakannya ke tangan Linus jabatan episkopat….” ((St. Irenaeus, Against Heresies, 3,3,2-3, dalam ANF 1:415-16))
8. Tertullian (160-225). ((Sebelum Tertullian bergabung dengan bidaah Montanist, ia adalah seorang apologis Kristen yang handal. Maka Gereja Katolik memperhitungkan juga tulisan-tulisannya sebelum ia memisahkan diri dari kesatuan dengan Gereja Katolik)).
“Bergabunglah dengan Gereja- gereja para rasul, di mana kursi (cathedrae) Rasul masih ada; di mana tulisan-tulisan mereka yang otentik dibacakan…. Jika kamu ada di dekat Italia, kamu mempunyai Roma, yang dari mana otoritas kami berasal. Betapa bahagianya Gereja itu, yang kepadanya para Rasul menumpahkan darah mereka, Petrus menjalani kisah sengsara seperti Tuhan kita [disalibkan] dan Paulus dimahkotai dengan mati dipenggal seperti Yohanes Pembaptis.” ((Tertullian, The Demurrer against the Heretics 32, 1, in Jurgens, Faith of the Early Fathers 1: 122)).
“Di Roma Nero adalah yang pertama untuk menodai iman yang berkembang dengan darah. Petrus diikat oleh orang lain (Yoh 21:18), ketika ia dipaku di kayu salib. Paulus memperoleh kelahiran yang sesuai dengan kewarganegaraan Roma, ketika di kota itu ia dilahirkan kembali dengan kemartiran yang luhur.” ((Tertullian, Antidote against the Scorpion 15, 3, in Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1:152.))
9. Origen dari Alexandria (185-254)
“Sementara itu para rasul yang kudus dan para murid Penyelamat kita tersebar ke seluruh dunia…. Parthia… ditentukan untuk Thomas, …Scythia untuk Andreas, Asia untuk Yohanes… Petrus…telah berkthotbah di Pontus, Galatia, Bitinia, Kapadosia, dan Asia kepada umat Yahudi yang tercerai berai. Dan akhirnya, setelah datang ke Roma, ia [Petrus] disalibkan terbalik, sebab ia memohon untuk disalibkan dengan cara demikian…. Paulus,[juga] menjadi martir di Roma, di bawah kekuasaan Nero. Fakta- fakta ini dikumpulkan oleh Origen…” ((Origen, Commentary on Genesis, seperti dijabarkan oleh Eusebius, Church History 3, 1, NPNF 2, 1:132-33)).
10. Eusebius, (260- 340) Uskup Caesarea dan Bapa Sejarah Gereja.
“Tahun kedua dari duaratus lima olympiad: Rasul Petrus, setelah mendirikan Gereja di Antiokhia, dikirim ke Roma, di mana ia tinggal sebagai uskup di kota tersebut, berkhotbah selama dua puluh lima tahun… Tahun ketiga dari duaratus lima olympiad: Markus Penginjil, interpreter Rasul Petrus mengabarkan Kristus ke Mesir dan Alexandria…. Tahun keempat dari duaratus sebelas olympiad: Nero adalah yang pertama… mengadakan penganiayaan umat Kristen, yang karenanya Petrus dan Paulus wafat dengan mulia di Roma.” ((Eusebius, The Chronicle 42, 43, 68, Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 291))
“Di jaman Claudius [Kaisar Roma, 41-54 AD], penyelenggaraan alam semesta…. membawa kepada Roma seorang rasul yang terkuat dan terbesar, yang dipilih untuk menjadi juru bicara dari rasul-rasul yang lain, yaitu Rasul Petrus… ” ((Eusebius, History of the Church, 2, 14, 6, Williamson trans, 49))
“Para pendengar Petrus di Roma yang yakin akan terang agama yang sejati, tidak puas dengan mendengarkan ajaran lisan tentang pesan ilahi, mereka memohon dengan secala cara untuk mempengaruhi Markus (yang Injilnya kita punyai sekarang), kerena ia adalah murid Petrus, untuk meninggalkan kepada mereka ringkasan tertulis tentang perintah-perintah yang telah mereka terima secara lisan,……dan oleh karena itu [ia] bertanggungjawab menuliskan apa yang kita kenal sebagai Injil Markus….. Klemens mengutip kisah ini dalam Outline buku VI, dan dikonfirmasi oleh Uskup Papias dari Hierapolis…, bahwa Markus disebut oleh Petrus di suratnya yang pertama, yang dikatakannya ditulis di Roma itu sendiri, seperti yang diindikasikan olehnya ketika ia menyebutkan kota itu secara figuratif sebagai Babilon.” ((Eusebius, History of the Church, 2, 15, Williamson trans, 49))
11. Petrus dari Alexandria (d. 311)
“Petrus, Rasul yang dipilih pertama dari antara para rasul, setelah sering ditangkap dan dibuang di penjara, dan diperlakukan denga kejam, akhirnya disalibkan di Roma. Dan Paulus…, yang tahan dalam menghadapi berbagai kejahatan,…diserahkan kepada pedang dan dipenggal di kota yang sama.” ((Peter of Alexandria, Penance, canon.9, dalam Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1:259))
12. Lactantius dari Afrika (240-320)
“Ketika Nero memerintah, Petrus datang ke Roma, melakukan banyak mukjizat yang dikerjakan oleh kuasa Tuhan yang diberikan kepadanya, mempertobatkan banyak orang kepada kebenaran dan mendirikan bait Allah yang kokoh dan teguh. Ketika hal ini dilaporkan kepada Nero, ia melihat bahwa tak hanya di Roma, tetapi dimana-mana sejumlah besar orang telah mencampakkan penyembahan berhala, dan… memeluk agama yang baru tersebut…. Ia [Nero] menugaskan untuk menghancurkan bait Allah dan kebenarannya. Ialah yang pertama-tama menganiaya para pelayan Tuhan. Petrus disalibkannya, dan Paulus dipancungnya.” ((Lactantius, The Deaths of the Persecutors 2, 5, ditulis 316 dan 320, dalam Jurgen, Faith of the Early Fathers, 1: 272)).
13. St. Cyril dari Yerusalem (315- 386)
“[Simon Magus], setelah diusir oleh para rasul, datang ke Roma …. Ia menipu kota Roma sehingga Claudius mendirikan patungnya yang bertuliskan, “Simoni Deo Sancto” (kepada Simon Tuhan yang kudus). Ketika penipuan meluas, Petrus dan Paulus, pasangan yang luhur, pemimpin Gereja, tiba [di Roma] dan meluruskan kesalahan …. Sebab Petrus ada di sana, yang membawa kunci-kunci Kerajaan Surga.” ((Catechetical Lectures 6, 14-15, NPNF 2, 7:37-38))
14. Paus St. Damasus I ( 304- 384)
“Rasul Paulus yang terberkati… dimahkotai dengan kematian yang agung bersama dengan Petrus di kota Roma pada jaman Kaisar Nero… keduanya sama-sama mengkonsekrasikan Gereja Roma kepada Kristus Tuhan; dan dengan kehadiran mereka dan dengan kemenangan yang mereka capai di barisan terdepan mengatasi semua yang lain di semua kota di dunia. Oleh karena itu, keuskupan/ tahta suci yang utama adalah yang dipimpin Rasul Petrus di Gereja Roma, yang tidak mempunyai noda, atau cacat atau apapun yang sejenisnya.” ((St. Damasus I, Decree of Damasus, 3, 382, dalam Jurgens, Faith of the Early Fathers 1:406))
15. Doktrin Addai (Dokumen gereja Siria 400).
“[…. Aggai yang mentahbiskan imam-imam di Siria, dibunuh sebagai martir pada saat mengajar di gereja oleh anak Abgar. Penerusnya, Palut, diharuskan ke Antiokhia untuk menerima konsekrasi episkopal, yang diterimanya dari Uskup Serapion, Uskup Antiokhia] yang juga menerima penumpangan tangan dari Zephyrinus, Uskup dari kota Roma dari penerusan penumpangan tangan dari imamat Simon Petrus (Kepha), yang diterimanya dari Tuhan kita, ia [Petrus] yang menjadi Uskup di Roma selama 25 tahun pada masa Kaisar Nero yang bertahta di sana selama 13 tahun lamanya.” ((Doctrine of Addai di Actholic Encyclopedia (New York: Robert Appleton Co., 1909), 5:88.))
Di sini terlihat bahwa sejak awal Gereja Siria mempunyai garis apostolik, dan pemimpinnya tidak saja menerima penumpangan tangan dari keuskupan Antiokhia, tetapi juga Roma.
16. Liber Pontificalis (abad 4, disusun sekitar abad 6,7) memuat kisah Kepausan
“Pada saat yang sama Kaisar Konstantin Agustus membangun, atas permohonan Uskup Silvester, sebuah basilika bagi Rasul Petrus yang terberkati…dibaringkan di sana jenazah Petrus… Peti mati ditutup di semua sisinya dengan tembaga…. Dan di atasnya ia membangun tiang-tiang porphyry… Ia membuat atap kubah di basilika, yang dilapis emas, dan di atas jenazah Petrus yang terberkati, di atas tembaga yang menutupinya, ia memasang sebuah salib dari emas murni, dengan berat 50 lbs…”
Adalah sangat tidak mungkin untuk meragukan bahwa pada abad ke- 4 Kaisar Konstantin memang telah membangun basilika bagi Rasul Petrus. Sebab pada saat abad 15-16, ketika basilika ini dirubuhkan untuk dibangun kembali menjadi basilika yang kita kenal sekarang, terlihat bahwa batu- batu bata yang digunakan memiliki cap Kaisar Konstantin abad ke-4. Pada tahun 1594, saat sedang menggali untuk pondasi untuk altar, para penggali menemukan lubang yang dalam, dan ketika disinari, terlihatlah sebuah salib emas [seperti deskripsi di atas] yang terletak di dasar lantai yang gelap. Paus Klemens VIII, yang dipanggil untuk menyaksikannya, memerintahkan agar lubang ditutup kembali …. Penemuan itu menunjukkan bahwa basilika tersebut memang telah dibangun di abad ke-4, untuk menghormati tempat Petrus dibunuh sebagai martir. ((lihat James Shotwell and Louise Ropes Loomis, The See of Peter, (1927, reprint, New York: Columbia Univ. Press, 1991), 102-3)).
17. Catalogus Liberianus (ditulis 354)
“….setelah kenaikan-Nya Petrus yang terberkati mendirikan episkopat…. Petrus, 25 tahun, 1 bulan, 9 hari, adalah Uskup dalam pemerintahan Kaisar Tiberius, dan Gaius, dan Tiberius Claudius dan Nero…. Ia [ Petrus] menderita bersama Paulus, 29 Juni, dalam pemerintahan Nero.” ((Catalogus Liberianus, dalam Shotwell and Loomis, The See of Peter, 107, ini cukup sesuai dengan kerangka tahun yang dibuat oleh Warren Carroll dalam bukunya, Founding of Christendom. Selanjutnya Catalogus Liberianus juga menyebutkan tanggal dan tempat kemartiran Petrus dan Paulus, yaitu 29 Juni, Petrus di Katakombe dan Paulus di Jalan Ostian, menurut Feriale Ecclesiae Romanae))
18. Optatus dari Milevis (370)
“Kita harus mengetahui siapa yang mendirikan tahta suci dan di mana. Kalau kamu tidak tahu, akuilah… Tetapi kamu tidak dapat memungkiri bahwa tahta suci keuskupan didirikan pertama kali di kota Roma oleh Petrus dan bahwa di sana duduklah Petrus, pemimpin dari semua rasul, yang mana ia disebut sebagai Kepha.” ((Optatus Milevis ditulis oleh Uskup Milevis dari Afrika, yang menuliskan Against Parmenian the Donatist, yang merupakan karya tulis yang menentang bidaah Donatism dan menjadi titik permulaan bagi karya St. Agustinus melawan bidaah yang sama)).
19. St. Agustinus dari Hippo (400)
“Jika urutan episkopal secara turun temurun adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan, adalah lebih lagi dalam hal kepastian, kebenaran dan keamanan, kita mengurutkannya dari Petrus sendiri, yang kepadanya, sebagai seorang yang mewakili seluruh Gereja, Tuhan Yesus berkata, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Petrus digantikan oleh Linus, Linus oleh Klemens, Klemens oleh Anacletus, Anacletus oleh Evaristus, Evaristus oleh Sixtus, Sixtus oleh Telesforus, Telesforus oleh Hyginus, Hyginus oleh Anicetus, Anicetus oleh Pius, Pius oleh Soter. Soter oleh, Alexander, Alexander oleh Victor, Victor oleh Zephyrinus oleh Callistus, Callistus oleh Urban, Urban oleh Pontianus, Pontianus oleh Anterus, Anterus oleh Fabian, Fabian oleh Cornelius, Cornelius oleh Lucius, Lucius oleh Stephen, Stephen oleh Sixtus, Sixtus oleh Dionisius, Dionisius oleh Felix, Felix oleh Eutychian, Eutychian oleh Caius, Caius oleh Marcellus, Marcellus oleh Eusebius, Eusebius oleh Melchiades, Melchiades oleh Sylvester oleh Markus, Markus oleh Julius, Julius oleh Liberius, Liberius oleh Damasus, Damasus oleh Siricius, Siricius oleh Anastasius. Dalam urutan ini tidak ada satupun uskup Donatist ditemukan.” ((St. Augustinus, To Generosus, Letter 53, 2 Jurgens, Faith of the Early Fathers, 3:2))
Fakta bahwa Rasul Petrus pernah ke Roma tidak pernah dipertanyakan oleh St. Agustinus. Ia malah menggunakan fakta ini untuk mendukung argumennya melawan bidaah Donatism. Suatu pertanyaan mengapa Luther dan Calvin yang sama- sama merupakan ‘murid’ St. Agustinus dan mempelajari tulisan-tulisannya, dapat mempunyai pandangan berbeda dengan St. Agustinus ini.
20. St. Hieronimus /Jerome (342- 420) yang disebut sebagai Doctor of the Church, dan ahli Kitab Suci yang terbaik di masa Gereja awal.
“Simon Petrus,… saudara Andreas Rasul, dan ia sendiri adalah pemimpin para rasul, setelah menjadi uskup di Antiokhia dan pemberitaan kepada kaum Yahudi yang tersebar… di Pontus, Galatia, Kapadosia, Asia dan Bitinia, di tahun kedua pemerintahan Kaisar Claudius, pergi ke Roma untuk mengusir Simon Magus, dan mendirikan di sana tahta suci selama dua puluh lima tahun sampai tahun terakhir Nero, yaitu ke-empat belas. Oleh Nero ia dipaku di kayu salib dan dimahkotai dengan kemartiran, kepalanya di bawah terarah pada tanah, sedangkan kakinya terangkat tinggi, sebab ia berkeras bahwa ia tidak layak untuk disalibkan dengan cara yang sama dengan Tuhan-nya….Ia dikuburkan di Roma di Vatikan, dekat Via Triumphalis, dan dirayakan dengan penghormatan seluruh dunia.” ((St. Jerome, De Viris Illustribus 1 dan 5, dalam Shotwell and Loomis, See of Peter, 115- 116))
Tidak ada seorangpun saat itu yang menantang/ menolak pernyataan historis St. Jerome. St. Jerome adalah seorang terpelajar yang sempurna (par excellence) yang belajar di Roma dan menjelajahi dunia Kristen. Ia mempunyai akses kepada dokumen-dokumen sejarah dan keterangan yang sekarang sudah punah. Maka masa 25 tahun masa kepemimpinan Petrus di Roma tidaklah dipermasalahkan oleh para ahli sejarah, yang dipersoalkan hanya kapan tepatnya masa tersebut dimulai, dan berkaitan dengan kejadian apa. ((lihat. Philip Hughes, History of the Church, 1, New York: Sheed & Ward, 1947) 64)) Nampaknya Rasul Petrus berada di Roma secara sporadis antara tahun 42 sampai 62; ia memimpin Gereja bahkan saat ia aktif melakukan perjalanan untuk menyebarkan Injil, dan melakukan tugasnya sebagai pengurus rumah tangga dari Kerajaan Allah.
Mengapa menentang fakta keberadaan Rasul Petrus di Roma?
Jelaslah dari bukti-bukti di atas ini, bahwa kenyataan bahwa Petrus memimpin Gereja Roma hanya diragukan pada jaman modern saja, yang disebabkan oleh ide “Sola Scriptura“. (Sola Scriptura sendiri sesungguhnya malah tidak Alkitabiah, karena Kitab Suci tak pernah mengajarkan tentang sola/ hanya Kitab Suci satu-satunya sebagai sumber kebenaran, selanjutnya tentang Sola Scriptura, klik di sini). “Sola Scriptura” adalah doktrin yang baru lahir di jaman Reformasi Protestan, di abad ke 16, walaupun dikatakan bahwa cikal bakalnya sudah ada di jaman John Wycliffe (1329- 1384) dan Jan Hus (1373- 1415), yang mengatakan bahwa ajaran yang tidak tertulis secara eksplisit di Kitab Suci tidak dapat dikatakan sebagai “mengikat” bagi semua umat beriman. Jadi mereka berpendapat bahwa karena Petrus tidak pernah mengatakan secara eksplisit bahwa ia ada di Roma (bagi mereka Babilon bukan Roma) maka Petrus tidak pernah ke Roma, atau umat tidak dapat yakin akan fakta tersebut. Mereka mengabaikan semua bukti-bukti di luar kitab Perjanjian Baru, walaupun bukti- bukti itu begitu kuat.
Mereka mengatakan hal Petrus memimpin Gereja Roma dan wafat sebagai martir sebagai cerita dongeng/ legenda, seperti yang dikatakan oleh Loraine Boettner dalam bukunya Roman Catholicism. ((Lihat Loraine Boettner, Roman Catholicism (Philadelphia: Presbyterian and Reformed Pub. Co., 1962), 117)). Padahal, jika benar Rasul Petrus tidak pernah ke Roma, tentulah banyak tulisan pada jaman itu yang menyangkalnya, mengingat tulisan yang menuliskan fakta ini begitu banyaknya. Tetapi mengapa tak ada satupun tulisan pada jaman itu yang menyanggahnya? Mengapa tak ada yang menyanggah tulisan Klemens, Ignatius, Dionisius, Gaius, St. Agustinus dan St. Jerome? Jika Petrus wafat di tempat lain, mengapa tidak ada tempat/ kota lain yang mengklaim tulang- tulangnya atau dikenal sebagai tempat wafatnya Rasul Petrus? Bahkan tulisan para heretik dari Gnostics dan Ebionites di abad awal tidak pernah menempatkan lokasi lain bagi kemartiran Petrus maupun tahta suci, selain di Roma. Perlu kita mengingat bahwa meskipun penganiayaan umat Kristen di bawah pemerintahan Nero juga tidak secara eksplisit tertulis di PB, tetapi kita juga tidak dapat mengabaikan bukti/ data sejarah yang menyatakan bahwa penganiayaan yang mengerikan itu memang pernah terjadi.
Maka jika keberadaan Petrus di Roma ditolak oleh sebagian orang, umumnya karena pandangan mereka yang menentang ajaran dan otoritas Gereja Katolik. Dengan menganggap Petrus tidak pernah ke Roma, maka mereka seolah dapat beranggapan bahwa tidak pernah ada keutamaan Petrus dan tahta suci/ keuskupan Roma. Anggapan ini memaksa banyak orang untuk menentang begitu banyaknya fakta sejarah, demi mendukung tradisi baru “Sola Scriptura” itu.
Selanjutnya tentang oposisi dari pihak Protestan akan disampaikan dalam artikel selanjutnya. Namun sebagai penutup artikel bagian ke- 2 ini, mari kita membaca tulisan Oscar Cullman, seorang Protestant scholar, tentang hal ini,
“Kita tidak mempunyai bahkan sedikitpun jejak yang menunjukkan ke tempat yang lain yang dapat dianggap sebagai tempat kematian-nya [Petrus]…. Adalah hal lain yang penting di sini, bahwa di abad-abad kedua dan ketiga, ketika beberapa gereja berada dalam persaingan dengan Gereja Roma, tidak pernah terjadi satupun dari antara mereka yang menentang klaim bahwa Roma adalah tempat wafatnya Petrus sebagai martir.” ((Oscar Cullmann, Peter: Disciple, Apostle, Martyr, trans. Floyd V. Filson (Philadelphia: Westminter Press, 1953), p. 114-15))
[bersambung ke artikel Keutamaan Paus (3): Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma]
Saya bingung dengan ayat ini, tentang Konsili 1 Yerusalem:
“Konsili ini diadakan sekitar 8 tahun setelah wafatnya Yakobus Rasul.”
Di Kis 15 jelas2 tertulis bahwa Yakobus berbicara setelah Petrus.
Shalom Robert,
Terima kasih atas pertanyaan Anda. Saya telah menambahkan keterangan di artikel di atas, semoga memperjelas:
Selanjutnya, Rasul Petrus kembali ke Yerusalem untuk menghadiri Konsili Yerusalem pertama (49-51). Konsili ini diadakan sekitar 8 tahun setelah wafatnya Yakobus Rasul saudara Rasul Yohanes (St. James the Greater) yang wafat sebagai martir di sekitar tahun 44, di masa pemerintahan raja Herodes Agrippa I. Rasul Yakobus yang berbicara dalam Konsili Yerusalem adalah kerabat Yesus, anak Alfeus, yang menjadi uskup Yerusalem (St. James the Less), yang menutup sidang Yerusalem berdasarkan arahan Rasul Petrus (lih. Kis 15: 6-20).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dikatakan di atas bahwa Babylonia adalah sebutan untuk Roma,berarti babylonia yg dinubuatkan di Wahyu adalah Roma itu sendiri,apakah benar?
Shalom Theo,
Pada zaman abad awal, kita mengetahui bahwa kota Roma, yang dianggap sebagai pusat dunia pada saat itu memang sering digambarkan sebagai kota yang penuh dengan berhala, karena pada abad-abad awal, terutama sebelum Rasul Petrus dan Paulus mendirikan Gereja di sana, kota Roma memang dipenuhi dengan pemujaan kepada bermacam dewa-dewa Yunani dan Romawi. Kitab Wahyu memang melukiskan tentang hal kota Roma ini, sehubungan dengan keadaan saat kitab tersebut dituliskan. Namun kemudian, ada sebagian orang (umumnya kaum fundamentalis) menafsirkannya bahwa kota Roma yang dilukiskan itu adalah Gereja Katolik yang berpusat di Vatikan (Roma). Tafsiran ini tentu tidak benar, dan hal ini sudah pernah dibahas di artikel-artikel berikut (klik di judul berikut):
Apakah Binatang Pertama dalam Why 13 adalah Gereja Katolik
Apakah Gereja Katolik adalah ‘the Whore of Babylon’?
Tanggapan terhadap “The World’s Last Chance”
Satanisme di Gereja Katolik?
Tentang 666
Tentang Paus= Vicarius Filii Dei
Silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel-artikel di atas, dan jika masih ada pertanyaan, silakan disampaikan, dan kami akan menanggapinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom … katolisitas
Bagaimanakah caranya orang awam dapat memahami Kerajaan Allah di bumi seperti di sorga, hanya melalui gereja Katolik.
Apakah perpecahan antara negara german barat dan german timur dapat dikatakan bahwa negara yang berpisah adalah tidak benar.
mohon pencerahan
salam damai
[Dari Katolisitas: Perpecahan terjadi antara negara tertentu merupakah permasalahan politik dari negara yang bersangkutan, dan ini tidak berkaitan dengan ajaran iman Katolik.
Tentang Kerajaan Allah, silakan klik di sini.
Tentang kepenuhan kebenaran yang ada di dalam Gereja Katolik, silakan klik di sini dan di sini]
Tim katolisitas,
Saya baca di site ini http://senjatarohani.wordpress.com/2008/07/29/kuburan-rasul-petrus-telah-ditemukan/
dikatakan bahwa ditemukan kuburan St Petrus di Yerusalem.
Mohon tanggapannya.
Syalom
Yosafat
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan dijawab di sini, silakan klik. Sedangkan tentang bukti bahwa makan St. Petrus ada di Roma, silakan klik di sini]
Shalom,
ada satu hal yang ingin saya tanyakan mengenai suksesi apostolik St. Petrus. Sepengetahuan saya, Gereja Ortodoks juga percaya memiliki suksesi apostolik dari St. Petrus, yaitu di Gereja Antiokhia, dimulai dari St. Petrus, St. Evodius, St. Ignatius, hingga ke Patriark saat ini. Sama dengan Katolik Roma, Ortodoks Timur juga menyatakan diri sbgai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Seperti apakah suksesi St. Petrus di Gereja Antiokhia, apakah sama dg di Katolik Roma? Jika suksesi St. Petrus di Roma adalah sah, bagaimana dg suksesinya di Antiokhia? Apakah gereja di Antiokhia juga sama dg Katolik dimana kduanya sama2 didirikan di atas ‘Sang Batu Karang’ Petrus? Sblumnya mohon maaf jika agak keluar dari topik.
Terima kasih,
Salam kasih dalam Kristus.
Shalom Erfan,
Ya, benar, bahwa Gereja Orthodox di Antiokhia juga memiliki jalur apostolik dari St. Petrus. Namun sejak abad- abad awal, Gereja universal telah mengakui adanya kepemimpinan Rasul Petrus dan para penerusnya di Gereja Roma, yang oleh para patriarkh Gereja Timur dikatakan sebagai ‘the first among equal‘.
Hal ini nyata dalam tulisan Paus Damasus I, demikian:
Paus St. Damasus I (304- 384)
Paus Damasus I adalah Uskup Roma dari 366 sampai 384. Ia menulis demikian:
Mohon doa bagi saya yang sedang mempersiapkan artikel Keutamaan Petrus bagian 5, yang menyampaikan bukti- bukti tertulis tentang keutamaan Petrus dan para penerusnya sebagai pemimpin Gereja Roma, pada lima abad pertama. Bukti- bukti tersebut secara obyektif menunjukkan keutamaan kepemimpinan Uskup Roma (Paus) atas seluruh Gereja (Barat dan Timur) sejak abad- abad awal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom team Katolisitas
Tidak ada fakta sejarah bahwa :
• Petrus mengaku bahwa ia adalah Paus atau Vicar of CHRIST
• Di Alkitab ada serah terima kerasulan dari Petrus kepada apa yang disebut dengan Paus berikutnya
• Jaman Rasul sudah ada sistim kepausan ?
• Petrus memakai mahkota kepausan
GRK mengingkari sejarah bahwa :
• Petrus pernah mendirikan gereja RK di Roma,bukannya di Antiokhia Turki ?
• Kepausan tidak dimulai sejak awal gereja. Mulainya sistim kepausan yaitu sejak bishop Roma diakui sebagai kepala semua bishop ?
• Bukankah Linus hanya sebagai bishop Roma saja sampai ia meninggal tahun 76 ?
• Apakah jabatan Petrus terakhir bukan hanya sbg Uskup Anthiokia saja sampai ia meninggal tahun 67 ?
Salam
Shalom Tristan,
1. Petrus tidak pernah mengatakan secara eksplisit bahwa ia adalah Paus atau Vicar of Christ, sama seperti Yesus juga tidak pernah mengatakan secara eksplisit bahwa Ia adalah Tuhan. Tetapi ada banyak ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Yesus itu sungguh Tuhan. Demikian pula, terdapat banyak ayat dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci yang membuktikan keutamaan Petrus. Silakan baca artikel Keutamaan Petrus bagian 1 s/d 4 di situs ini.
2. Serah terima kepemimpinan Petrus terbukti tertulis dalam Tradisi Suci para rasul.
3. Jaman Rasul sudah ada sistem kepemimpinan Petrus, seperti dikatakan sendiri oleh Yesus dalam Mat 16:18, Yoh 21: 15-17, Luk 22:32. Kepemimpinan Petrus juga dicatat pada Kisah Para Rasul pada saat Pentakosta Kis 2:14-40, dan di sidang Yerusalem Kis 15:7-12.
4. Hal Petrus memakai mahkota kepausan memang bukan hal yang penting, dan setahu saya, Gereja Katolkik juga tidak menyatakannya demikian. Yang terpenting adalah bahwa sejak awal Kitab Suci dan Tradisi Suci sudah mencatat hal kepemimpinan Petrus atas para rasul lainnya. Dan mahkota yang diterima Petrus adalah dibunuhnya ia sebagai martir dengan disalib terbalik di Roma.
Tentang tuduhan anda bahwa Gereja Katolik mengingkari sejarah, perlu anda dukung dengan data yang dapat dipercaya. Sebab menurut pengetahuan saya, Gereja Katolik juga mengakui bahwa Rasul Petrus mendirikan Gereja di Antiokhia, sebelum menuju Roma. Perkataan “Paus” memang tidak berasal sejak jaman para rasul, namun hal kepemimpinan Rasul Petrus itu sudah ada sejak jaman para rasul, dan ini menjadi dasar kepemimpinan para penerus Rasul Petrus, karena Gereja didirikan oleh Kristus untuk terus bertahan sampai akhir jaman dan bukan hanya sampai jaman para rasul saja. Linus memang adalah Uskup Roma sampai ia meninggal tahun 76, namun semasa hidupnya ia mewarisi kepemimpinan Petrus selaku pemimpin seluruh Gereja. Jabatan terakhir Rasul Petrus adalah Uskup Roma, pada saat ia meninggal tahun 67. Silakan membaca kembali bukti- bukti yang sudah dijabarkan dalam artikel Keutamaan Petrus bagian (2) di atas. Kalau anda ingin menyangkal silakan sampaikan buktinya, kalau tidak ada, selayaknya anda tidak menyangkalnya.
Akhirnya, Tristan, mohon maaf, saya tidak dapat melanjutkan diskusi dengan anda, jika anda hanya memberikan tuduhan tanpa bukti yang jelas, dan tanpa mau membaca terlebih dahulu bukti- bukti yang sudah jelas dituliskan dalam artikel- artikel tentang topik keutamaan Petrus ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Ibu Ingrid, Bpk Steve dan Team Katolistas yang terkasih. Saya mohon tanggapan atas artikel ini:
[dari Katolisitas: link kami hapus]
Anggaplah bahwa Kristus memberikan posisi yang utama kepada Petrus untuk ia teruskan kepada yang lainnya, lalu atas dasar apa dapat dikatakan bahwa kepemimpinan itu ditegakkan di Roma sehingga mengepalai semua tempat lain? Atas dasar apa kehormatan itu diberikan kepada suatu tempat, padahal itu tidak pernah disinggung oleh Kristus. Ketika mereka mengatakan, karena Petrus tinggal di Roma dan mati di sana, maka kita akan bertanya, apakah karena Kristus melaksanakan pelayanan-Nya di Yerusalem dan mati di sana, maka kehormatan demikian diberikan kepada Yerusalem? Atau orang Israel memberikan kehormatan pada padang gurun, karena di sanalah Musa guru agung mereka dan nabi segala nabi itu melaksanakan pelayanannya.
Menurut mereka karena Petrus adalah kepala para rasul, maka gereja di mana keuskupannya berada, memiliki hak istimewa. Pada mulanya ia memimpin di Anthiokia, tapi kemudian atas perintah Tuhan ia pindah ke Roma, sehingga kehormatan itu dialihkan ke Roma. Tetapi apa buktinya bahwa itu adalah perintah Allah? Coba mereka jawab, hak istimewa itu sesuatu yang personal, riil, atau gabungan keduanya? Jika personal, yaitu pada Petrus, berarti kehormatan itu tidak ditentukan oleh tempat; jika ditentukan oleh tempat, maka sekali keistimewaan itu diberikan pada suatu tempat tertentu ia tidak akan dialihkan ke tempat lain, baik karena kematian atau perpindahan. Sebaliknya, jika gabungan, maka baik orang maupun tempatnya harus selalu dipertimbangkan. Dengan demikian keutamaan tidak harus terletak pada Roma.
Anggaplah, seperti kata mereka, bahwa keutamaan Anthiokia telah dialihkan kepada Roma. Lalu mengapa Anthiokia tidak menjadi tempat kedua, karena bukankah sebelumnya Petrus memimpin di sana? Mengapa justru Alexandria yang didirikan oleh Markus, yang hanya seorang murid, menjadi yang lebih utama daripada Anthiokia? Jika kehormatan setiap gereja didasarkan pada keagungan pendirinya, bagaimana dengan gereja yang dipimpin oleh Yakobus dan Yohanes yang bersama Petrus disebut soko guru jemaat (Gal. 2:9). Jika kehormatan pertama diberikan kepada keuskupan Roma, tidakkah Efesus dan Yerusalem harus menempati urutan kedua dan ketiga. Tetapi di antara para bapa-bapa gereja pada masa itu, Yerusalem justru menjadi yang terakhir.
Selain itu, kita tidak melihat adanya bukti bahwa Petrus memimpin jemaat di Roma. Perkataan Eusebius bahwa Petrus memimpin di sana selama 25 tahun dapat dengan mudah disangkal. Menurut Surat Galatia, setelah kematian Kristus, Petrus berada di Yerusalem (Gal. 1:18; 2:1 dst), lalu ke Anthiokia (bdk. 2:11). Perhitungan waktu berdasarkan fakta historis menunjukkan bahwa Petrus tidak pernah lama di Roma. Surat Roma yang ditulis Rasul Paulus sekitar empat tahun sebelum ia datang ke Roma, sama sekali tidak menyinggung nama Petrus, bahkan nama Petrus tidak terdapat dalam daftar panjang nama orang-orang kudus di sana, padahal dia dikatakan menjadi uskup di sana selama 25 tahun.
Ketika di kemudian hari, Paulus dibawa ke Roma sebagai seorang tawanan, Lukas mencatat dia diterima oleh saudara-saudara di sana (Kis. 28:15-16), dan sedikit pun tidak ada petunjuk keberadaan Petrus di kota tersebut. Dan ketika Paulus menulis surat-suratnya, ia mengatakan tidak ada seorang pun yang memperjuangkan pekerjaan Tuhan dengan setia, selain Timotius, karena setiap orang mencari kepentingannya sendiri (Flp. 2:20-21; bdk. 2Tim. 4:16). Di manakah Petrus pada saat itu? Manakah yang dapat lebih diterima, mengatakan dia termasuk orang yang dituding Paulus telah mengabaikan perjuangan bagi Injil atau dia tidak berada di kota Roma. Kita tidak mempermasalahkan bahwa Petrus mati sahid di Roma, tetapi yang kita permasalahkan ialah bahwa anggapan yang tidak berdasar bahwa ia lama memimpin sebagai uskup di Roma.
Kita menolak anggapan Roma Katolik bahwa kesatuan gereja hanya bisa dipertahankan jika terdapat seorang pemimpin tertinggi di bumi ini atas semua anggotanya untuk menaatinya. Memang Roma pernah memiliki kehormatan besar, tetapi bukan karena alasan sebagai pewaris keuskupan apostolik [Petrus], sehingga ia menjadi kepala semua gereja yang dipersatukan, tetapi karena pada waktu itu Roma sebagai ibu kota kekaisaran memiliki orang-orang yang lebih baik dalam pengajaran, hikmat, kemampuan, dan pengalaman; sehingga ketika gereja-gereja lain memiliki perselisihan pendapat tentang berbagai mereka akan berkonsultasi kepada Roma.
Tetapi jika dengan demikian mereka mengklaim keutamaan dan kuasa Roma atas semua gereja lain, ini adalah kesalahan besar. Jerome, seorang penatua di Roma, mengajarkan tentang kesatuan dalam tatanan gereja. Gereja-gereja purba tidak mengenal kesatuan gereja di bawah pimpinan seseorang secara hierarkhi yang dipegang oleh Roma. (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.6., disadur oleh syo)
Shalom Dela,
1. Tanggapan terhadap mereka yang menentang bahwa Petrus pernah ke Roma dan memimpin Gereja Roma
Silakan membaca artikel Keutamaan Petrus bagian ke 3: Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma, silakan klik
Sesungguhnya mereka yang menuduh bahwa Paus tidak pernah ke Roma, adalah mereka yang tidak mau menerima fakta sejarah yang begitu kuat menunjukkan bahwa Petrus sungguh berada di Roma. Umumnya mereka mengatakan hal ini, karena di Alkitab tidak ada secara eksplisit tertulis bahwa Petrus ada di Roma. Yang tertulis adalah bahwa Petrus menuliskan bahwa ia ada di Babilon (1 Pet 5:13), nama kiasan bagi kota Roma. Hal ini sesungguhnya dapat dimengerti, jika kita memahami konteks situasi pada saat itu. Pihak penguasa Roma memang mengejar- ngejar para murid Kristus, terutama pemimpinnya, Petrus dan Paulus, sehingga kehadiran Petrus sengaja tidak disebutkan dalam surat- surat rasul, yang mempunyai resiko jatuh ke tangan penguasa Roma. Hal ini juga sudah pernah dibahas di artikel Keutamaan Petrus (3) tersebut. Oleh karena itu, tentang keberadaan Petrus di Roma, kita melihat kepada fakta- fakta lainnya yang ditulis oleh para Bapa Gereja. Tulisan- tulisan ini sangat konsisten mengatakan bahwa Petrus ada di Roma, mendirikan Gereja di sana, dan akhirnya dibunuh sebagai martir di sana.
Eusebius (263–339) seorang ahli sejarah di abad- abad awal menuliskan,
“Tahun kedua dari duaratus lima olympiad: Rasul Petrus, setelah mendirikan Gereja di Antiokhia, dikirim ke Roma, di mana ia tinggal sebagai uskup di kota tersebut, berkhotbah selama dua puluh limatahun… Tahun ketiga dari duaratus lima olympiad: Markus Penginjil, interpreter Rasul Petrus mengabarkan Kristus ke Mesir dan Alexandria…. Tahun keempat dari duaratus sebelas olympiad: Nero adalah yang pertama… mengadakan penganiayaan umat Kristen, yang karenanya Petrus dan Paulus wafat dengan mulia di Roma.” (Eusebius, The Chronicle 42, 43, 68, Jurgens, Faith of the Early Fathers, 1: 291)
Kalau di tulisan yang anda kutip itu mengatakan bahwa pernyataan Eusebius yang mengatakan bahwa Petrus ada di Roma dapat dengan mudah disangkal, maka sang penulis itu harus menyediakan bukti- buktinya yang lebih akurat, daripada sekedar asumsinya sendiri dengan mengacu kepada ayat- ayat Kitab Suci. Bukan karena apa yang disampaikan dalam Kitab suci tidak benar, tetapi karena apa yang disampaikan di sana tidak menyampaikan secara mendetail semua kejadian. Sebab memang setelah kematian Kristus, Petrus ke Yerusalem (Gal. 1:18; 2:1 dst), lalu ke Anthiokia (bdk. 2:11), namun itu tidak mengubah fakta bahwa Rasul Paulus pernah ke Roma dan mendirikan Gereja di sana, walaupun kemudian tidak selalu menetap di Roma. Hal inilah yang secara obyektif kita ketahui dari Kitab Suci dan tulisan para Bapa Gereja dan ahli sejarah. Rasul Petrus, seperti halnya Rasul Paulus secara intensif terus melakukan perjalanan untuk mewartakan Injil. Kenyataan bahwa Rasul Petrus aktif melakukan perjalanan tidak menjadikannya bukan pemimpin Gereja Roma. Roma memang menjadi tujuan Rasul Petrus dan Paulus, mengingat Roma adalah kota yang dianggap sebagai pusat dunia pada saat itu, sebab mereka ingin memenuhi kehendak Kristus yang memerintahkan para murid untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia. Antiokhia atau Yerusalem bukanlah kota yang menjadi pusat dunia, maka kota- kota tersebut merupakan kota- kota awal yang penting bagi pertumbuhan jemaat awal, namun tidak dihubungkan dengan pewartaan Injil ke seluruh dunia.
Keutamaan Rasul Petrus dan para penerusnya itu sudah dibuktikan berabad- abad lamanya, sejak Gereja abad awal sampai abad ke 15. Hal ini jelas terlihat dari fakta sejarah yang disampaikan dalam artikel Keutamaan Petrus bagian ke 4, silakan klik, dan bagian ke 5, yang sedang disusun, namun karena banyaknya pertanyaan dan keterbatasan energi saya, maka saya belum dapat menyelesaikannya. Faktanya adalah terdapat banyak bukti yang menyatakan hal keutamaan Petrus dan para penerusnya ini sebagai pemimpin Gereja universal. Orang yang menentang hal ini adalah seseorang yang melepaskan diri dari fakta sejarah. Analoginya adalah seperti seseorang yang mengambil kesimpulan tentang hal yang terjadi pada nenak moyangnya dengan asumsinya sendiri (berdasarkan data tertentu), tanpa mau memperhatikan fakta yang sudah jelas dituliskan oleh mereka yang hidup sejaman/ lebih dekat dengan jaman nenek moyang tersebut. Tulisan- tulisan mereka yang sejaman/ lebih dekat dengan jaman nenek moyang mempunyai tingkat kredibilitas lebih besar, karena kalau mereka menuliskan hal yang keliru, maka akan ditemukan tulisan- tulisan lain yang menyangkalnya yang berasal pada jaman itu juga. Jika tidak ada yang menyangkal, atau orang yang menyangkal baru hidup berabad- abad sesudahnya, maka sesungguhnya, sangkalan itu sendiri yang harus dipertanyakan kredibilitasnya. Antara lain, dengan prinsip ini juga kita meyakini bahwa Tuhan Yesus sungguh bangkit, karena selain ditulis dalam Kitab Suci, juga tidak ditemukan tulisan- tulisan pada jaman itu yang menyangkal bahwa Tuhan Yesus sungguh bangkit dan menampakkan diri-Nya setelah kebangkitan-Nya.
2. St. Jerome menentang otoritas Paus?
Jika seseorang mengatakan demikian, silakan ia menyertakan sumbernya, dan membaca juga keseluruhan tulisan St. Jerome. Karena St. Jerome yang ia perkirakan menentang Paus, juga menuliskan demikian kepada Paus Damasus, ketika melihat banyaknya ajaran sesat/ bidaah yang timbul di Gereja Timur:
“Since the East, dashed against itself by the accustomed fury of its peoples, is tearing piecemeal the undivided tunic of Christ, woven from the top throughout, and foxes are destroying the vine of Christ, so that among the broken cisterns which have no water it is hard to know where is the sealed fountain and the garden enclosed, I have considered that I ought to consult the Chair of Peter and the faith praised by the mouth of the Apostle [Rom 1:8], asking now the food of my soul where of old I received the garment of Christ. Neither the vast expense of ocean nor all the breadth of land which separate us could preclude me from seeking the precious pearl. Wheresoever the body is, thither will the eagles be gathered together. Now that an evil progeny have dissipated their patrimony, with you alone is the inheritance of the Fathers preserved uncorrupt. There the fertile earth reproduces a hundredfold the purity of the seed of the Lord. Here the corn cast into the furrows degenerates into lolium and wild oats. It is now in the West that the sun of justice rises; whilst in the East, Lucifer, who fell, has set his seat above the stars. You are the light of the world, the salt of the earth. Here the vessels of clay or wood will be destroyed by the rod of iron and the fire everlasting.
“Therefore, though your greatness makes me fear, yet your kindness invites me. From the priest I ask the salvation of the victim; from the shepherd the safety of his sheep. Away with envy, away with all canvassing of the Roman power; it is but with the successor of the fisherman and the disciple of the Cross that I speak. Following none in the first place but Christ, I am in communion with your beatitude, that is, with the Chair of Peter. On that rock I know the Church is built. Whosoever shall eat the Lamb outside that house if profane. If any be not with Noah in the Ark, he shall perish beneath the sway of the deluge. And because for my sins I have migrated to this solitude, where Syria borders on the barbarians, and I cannot always at this great distance ask for the Holy One of the Lord from your holiness, therefore I follow here your colleagues the Egyptian confessors; and under these great ships my little vessel is unnoticed. Vitalis I know not, Meletius I reject; I know not Paulinus. Whoso gathereth not with thee scattereth; that is to say, whoso is not with Christ is of Antichrist. … (Ep 15 (al 57), vol I, 38[355], c. AD 376)
Ini hanya sedikit kutipan tulisan St. Jerome, yang sangat tajam menunjukkan bahwa ia sendiri mengakui keutamaan penerus Rasul Petrus, sebab di atas Petrus-lah Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya. Persekutuan dengan Paus diartikan oleh St. Jerome sebagai mengikut Kristus. Silakan anda membaca ulasan selengkapnya di link ini, silakan klik. Memang St. Jerome mengajarkan bahwa semua uskup adalah penerus para rasul, tetapi tidak berarti bahwa ia tidak mengakui keutamaan Paus sebagai pemimpinnya.
Jadi tidak benar bahwa Gereja- gereja purba tidak mengakui keutamaan Petrus dan para penerusnya. Sebab fakta menunjukkan sebaliknya. Mohon kesabarannya untuk artikel keutamaan Petrus (bagian 5) untuk melihat faktanya.
3. Gereja Katolik mengakui keutamaan Petrus karena mengikuti kehendak Kristus.
Di atas semua itu, Gereja Katolik mengakui keutamaan Petrus untuk memimpin Gereja-Nya, bukan karena semata- mata karena kesaksian para ahli sejarah, tetapi karena kehendak Kristus sendiri yang tercatat dalam Kitab Suci, seperti yang telah ditulis dalam Keutamaan Kristus bagian ke-1, silakan klik.
Jika seseorang menolak keutamaan rasul Petrus, sesungguhnya ia menolak apa yang ditentukan oleh Yesus sendiri, yang menginginkan agar Gereja-Nya menjadi satu (Yoh 17:20-21) yang dipimpin oleh Rasul Petrus (Mat 16:18). Tentu kesatuan ini mencakup kesatuan ajaran, dan bukan hanya “sepertinya satu” dengan ajaran beraneka ragam.
Demikian tanggapan saya tentang pertanyaan anda. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom katolisitas.org,
(bagi mereka Babilon bukan Roma) > jadi bagi mereka “Roma” itu apa menurut protestant? mohon dijawab bu/bpk/romo kalau anda bersedia..
Terima Kasih
Shalom Leonard,
Silakan anda membaca artikel Keutamaan Petrus (3), silakan klik, saya rasa pertanyaan anda akan terjawab di sana. Pada dasarnya, sebagian dari mereka menyangka bahwa Babilon yang disebut dalam 1 Pet 5:13 itu adalah kota Babilon yang ada di Mesopotamia.
Namun, hal ini tidak benar, seperti yang dijelaskan sendiri oleh Peter Davids, seorang ahli Kitab Suci Protestan, mengkoreksi Calvin, dengan mengatakan, “Secara natural memang mungkin saja ‘Babilon’ dapat berarti kota Babilon yang berada di Mesopotamia…. namun pada masa pemerintahan Claudius, komunitas Yahudi sudah meninggalkan Babilon untuk menuju ke Seleucia (Josephus, Antiquities of the Jews. 18.9.8-9), dan itu adalah kurang lebih waktu yang sama saat Petrus meninggalkan Yerusalem setelah penganiayaan yang diadakan atas perintah Kaisar Herodes Agrippa I. Selanjutnya, Babilon mulai punah/ menurun secara umum pada abad pertama sehingga pada tahun 115 bangsa Trajan menemuinya sebagai kota hantu (Dio Cassius, Roman History 68.30). Akhirnya, tidak ada tradisi Siria yang mengatakan bahwa Rasul Petrus pernah melakukan perjalanan/ tinggal di deareh Mesopotamia. Maka kemungkinan besar Rasul Petrus tidak ada di Babilon pada saat yang sama dengan Silwanus (yang kita ketahui melakukan perjalanan ke Asia kecil dan Yunani bersama dengan Paulus). Ini menyebabkan Roma sebagai satu-satunya kemungkinan. Bahwa Roma disebut sebagai Babilon telah dikenal oleh sumber- sumber kalangan Yahudi dan Kristen.” ((Peter Davids, The Epistle of Peter, The New International Commentary on the New Testament (Grand Rapids, Michigan: Eerdmans, 1990), p 202.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom,
Ibu/bpk/romo.. pada kata-kata “Sebab Roma telah menganiaya Gereja, sebagaimana Babilon telah menganiaya umat Allah di jaman PL (2 Raj 24). Yang mana yang dianiaya dan menganiaya, dan yang mana di pihak Roma?
Shalom Leonard,
Pada jaman Rasul Petrus berada di Roma, para penguasa kota Roma menganiaya Gereja (umat Kristiani), karena ajaran Kristiani mengajarkan untuk menyembah Allah yang satu yang telah mengutus Kristus Putera-Nya ke dunia, yang telah disalibkan danbangkit dari mati. Hal ini tidak disukai oleh para penguasa Roma, yang menganggap kaisar mereka sebagai tuhan, dan bahwa agama Roma juga mengenal ada banyak dewa- dewi. Maka ini serupa dengan penganiayaan terhadap bangsa Israel di Babilon pada jaman Perjanjian Lama, di mana mereka dianiaya karena juga menyembah Allah yang satu, sedangkan orang Babilon menyembah banyak allah/ dewa dan raja mereka.
Maka perkataan “Roma” sebagai Babilon pada jaman para rasul (1 Pet 5:13) itu mengacu kepada kota Roma yang diperintah oleh kaisar Romawi. Kata Babilon ini juga diartikan sebagai kota Roma, pada kitab Wahyu. Permasalahan dalam interpretasi timbul karena sekarang kerajaan Romawi sudah hancur dan tidak eksis lagi di dunia. Maka perkataan “Roma” sering dihubungkan dengan Tahta suci Paus; tetapi tentu konteksnya tidak sama dengan apa yang dituliskan di surat Rasul Petrus dan kitab Wahyu tersebut. Menyamakan Tahta Suci Paus dengan Babilon yang tertulis di surat Rasul Petrus dan kitab Wahyu merupakan kesalahan interpretasi karena melepaskan kata
“Babilon” tersebut dengan konteksnya pada saat kitab itu dituliskan. Lihat juga upaya pihak-pihak tertentu yang mengartikan Babilon di kitab Wahyu sebagai kota Roma/ kepausan Roma, tetapi tidak mengartikan Babilon di surat Rasul Petrus sebagai kota Roma. Di sini juga terlihat interpretasi yang tidak konsisten.
Mengenai penjelasan tentang mengapa Babilon dalam 1 Pet 5:13 adalah Roma selanjutnya sudah saya sertakan pada jawaban saya terhadap pertanyaan anda yang terakhir.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
HOW GREAT THOU ART..
Comments are closed.