Banyak orang yang bingung tentang apakah Yesus membatalkan atau menggenapi Hukum Taurat. Mat 5:17 menuliskan “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Mat 5:17 menuliskan bahwa Yesus tidak membatalkan Hukum Taurat namun Ef 2:15 menyatakan bahwa Yesus membatalkan Hukum Taurat, dengan menuliskan “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.” Untuk mengerti tentang hal ini, maka kita melihat terlebih dahulu 3 macam hukum di dalam Perjanjian Lama. St. Thomas Aquinas (ST, I-II, q. 98-108) mengatakan bahwa ada 3 macam hukum di dalam Perjanjian Lama, yaitu:

  1. Hukum moral
    Hukum moral adalah bagian dari hukum kodrati, hukum yang menjadi bagian dari kodrat manusia, sehingga Rasul Paulus mengatakan “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rom 2:15). Contoh dari hukum ini adalah  10 Perintah Allah. Hukum tersebut mencerminkan kasih kepada Allah (perintah 1-3) dan juga kasih kepada sesama (perintah 4-10). Hukum kodrati ini adalah hukum yang tetap mengikat (bahkan sampai sekarang) dan digenapi dengan kedatangan Kristus, karena hukum kodrati ini adalah merupakan partisipasi di dalam hukum Tuhan.
    Dalam pengertian inilah maka memang Tuhan Yesus tidak mengubah satu titikpun.
  2. Hukum seremonial
    Hukum seremonial merupakan suatu ekspresi untuk memisahkan sesuatu yang sakral dari yang duniawi, berdasarkan prinsip hukum kodrat. Contoh penerapannya adalah: hukum persembahan kurban (Im 1-12), sunat (Kel 17:10, Im 12:3), perpuluhan (Mal 3:6-12), ketentuan penyucian persembahan, tentang makanan, pakaian, dll.Dengan kedatangan Kristus, hukum seremonial tidak diberlakukan sama dengan ketentuan di zaman Musa, karena sudah digenapi di dalam Kristus. Maka yang masih tetap sama adalah jiwa atau  maksud utama diadakannya hukum tersebut, namun cara melakukannya diperbaharui oleh Kristus. Sebab Kristus sendiri adalah persembahan yang sempurna, Kurban Anak Domba Allah bagi keselamatan umat manusia. Karena itu, persembahan yang paling berkenan kepada Allah adalah kurban Kristus dan kurban kita yang dipersatukan dengan kurban Kristus itu,  sebagaimana dinyatakan dalam sakramen- sakramen Gereja, terutama Ekaristi kudus.

    Demikian pula, ketentuan sunat jasmani diperbaharui oleh Kristus, menjadi sunat rohani (Rm 2:29) yaitu sakramen Baptis. Persembahan perpuluhan dalam Perjanjian Lama disempurnakan oleh perintah untuk memberi persembahan kepada Allah dengan sukacita sesuai dengan kerelaan (lih. 2 Kor 9:7), dengan demikian tidak lagi dengan patokan mutlak sepuluh persen. Sebab  “kerelaan hati dan sukacita” ini malah dapat melebihi dari sepuluh persen, seperti pada hidup para orang kudus, para imam, biarawan dan biarawati, yang mempersembahkan segala yang mereka miliki untuk Tuhan. Mereka mengikuti teladan hidup Kristus yang memberikan Diri-Nya secara total kepada Allah Bapa dan manusia. Demikianlah, hukum seremonial digenapi oleh Kristus dan Gereja-Nya.Jadi, hukum seremonial itu tidak dibatalkan, namun dipenuhi dengan cara yang berbeda, seturut dengan kehendak Kristus yang menurunkannya kepada Gereja. Demikianlah Gereja yang menentukan aturan-aturan sakramen, hal pantang dan puasa, tata tertib liturgi dst. Gereja Katolik sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus dan juga para rasul (Petrus dan Paulus) juga tidak mempermasalahkan makanan-makanan persembahan, karena bukan yang masuk yang najis, namun yang keluar. Ulasan ini dapat melihat di jawaban ini (silakan klik ini, dan juga klik ini).
  3. Hukum yudisial
    Hukum yudisial adalah peraturan yang menetapkan hukuman/ sanksi agar peraturan lainnya dapat dijalankan dengan baik. Contohnya: sanksi jika hukum perpuluhan dilanggar (lih. Bil 18:26,32), pencuri domba harus mengembalikan empat kali lipat (Kel 22:1); hukum cambuk tidak boleh lebih dari empat puluh kali (Ul 25:3); mata ganti mata, gigi ganti gigi (Kel 21:24, Im 24:20, Ul 19:21), dst.

    Setelah kedatangan Kristus, hukum yudisial ini tidak berlaku lagi. Demikianlah maka hukuman rajam,  cambuk yang tertulis dalam hukum Lama tidak diberlakukan. Yesus tidak mengajarkan hukum yudisial, karena hal itu telah diserahkan kepada kewenangan otoritas pada saat itu. Yesus sendiri tunduk kepada kewenangan otoritas pemerintahan di zaman-Nya, yang akhirnya memutuskan untuk menyalibkan Dia.

    Di masa sekarang, hukum yudisial ditetapkan oleh penguasa/ pemerintah negara yang bersangkutan sebagai perwakilan dari Tuhan. Penggenapan Perjanjian Lama oleh Kristus mengakibatkan dikenalnya nilai-nilai Injil secara universal di seluruh dunia. Oleh nilai-nilai Injil, prinsip martabat hak-hak azasi manusia ditegakkan di negara manapun, oleh pihak otoritas pemerintahan setempat.

    Sedangkan kewenangan disiplin di dalam kawanan Kristus diserahkan kepada Gereja, sebab Kristus telah memberikan kuasa untuk mengatur Gereja kepada para rasul (lih. Mat 18:18). Disiplin Gereja ini dapat berubah sejalan dengan perkembangan waktu dan keadaan, contohnya Kitab Hukum Kanonik yang diperbaharui, edisi tahun 1917 ke 1983. Dengan Kristus menggenapi hukum Taurat, tidak lagi dikenal denda, “mata ganti mata dan gigi ganti gigi” (Kel 21:24, Mat 5:58) namun “kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39), bahkan, “kasihilah musuhmu” (Mat 5:44). Perintah kasih ini akan dapat lebih kita hayati setelah kita melakukan prinsip keadilan, yang ditekankan dalam Perjanjian Lama. Baru setelah kita menerapkan prinsip keadilan itu, kita ketahui bahwa ajaran Kristus tentang kasih di Perjanjian Baru  ternyata jauh melampaui prinsip keadilan Perjanjian Lama.

Penjabaran di atas menunjukkan bahwa Kristus datang untuk memperbaharui hukum Taurat dalam arti mempertahankan hukum moralnya (yaitu Sepuluh Perintah Allah), namun tidak lagi memberlakukan hukum seremonial dan yudisial-nya. Atau lebih tepatnya, Yesus menggenapi hukum-hukum tersebut secara berbeda, karena hukum-hukum itu hanya merupakan ‘persiapan’ bagi kesempurnaan yang diberikan oleh Kristus. Namun jiwa yang melatarbelakangi segala ketentuan hukum Taurat, yaitu hukum kasih, tetap berlaku. Bahkan hukum kasih diberlakukan dengan lebih tepat dan ketat, sehingga dapat dikatakan dalam ungkapan metafor bahwa apa yang ditetapkan sebelumnya dalam hukum Taurat, yang merupakan gambaran samar-samar akan kesempurnaan Kristus, tetap berlaku sampai sekecil-kecilnya, bahkan tak ada satu iota (titik pun), yang diubah (lih. Mat 5:18).

Mari kita bersama membaca Kitab Suci dengan selalu memperhatikan kesatuan antara Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Jangan lupa, sekitar 2/3 Kitab Suci terdiri dari Perjanjian Lama; maka terdapat pengajaran-pengajaran di PL yang memang masih sangat relevan bagi kita untuk dikaitkan dengan PB, sehingga kita dapat semakin lebih menghargai dan menghayati penggenapannya di dalam diri Kristus Yesus Tuhan kita. Yesus memang tidak menghendaki siapapun untuk menghilangkan satu titikpun dari hukum Taurat (lih. Mat 5:17-19), sebab Ia ingin agar kita dapat melihat secara utuh penggenapan dan penyempurnaan hukum Taurat itu dalam diri-Nya.

88 COMMENTS

  1. Pak Stef dan bu Ingrid yang saya hormati,
    Berulang-ulang saya membaca tulisan di atas, tentang Penggenapan / Pembatalan hukum Taurat. Terus terang masih ada kesulitan saya untuk memahaminya.
    Apakah pengertian Penggenapan / Pembatalan hukum Taurat yang diringkas menjadi 3 macam hukum ( Hukum Moral, Hukum Seremonial dan Hukum Yudisial) justru membuat Gereja terpecah menjadi bermacam-macam denominasi? Contoh : Pengertian tentang persembahan perpuluhan, menjaga hari Sabat, tentang makanan haram dan halal dan lain sebagainya.
    Mohon kalau bisa lebih diperjelas lagi uraian tentang Hukum Moral, Hukum Seremonial dan Hukum Yudisial.

    • Shalom Martinus,

      Perpecahan gereja bukan disebabkan karena tiga macam hukum yang ada di dalam Perjanjian Lama, melainkan karena otoritas. Ketika manusia membuang otoritas, maka sungguh sulit mengetahui pokok-pokok iman yang sungguh-sungguh benar, karena ada begitu banyak subyektifitas dalam menginterpretasikan Kitab Suci. Mohon dijelaskan di bagian mana yang masih membingungkan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Pak Stef, terima kasih atas tanggapannya.
        Bagian yg masih membuat saya bingung adalah dalam penjelasan Hukum Moral. Dalam Hukum Moral dikatakan sebagai hukum kodrati dan tetap mengikat, diantaranya adalah menghormati hari sabat dan perpuluhan.
        Namun di gereja kita tidak mewajibkan perpuluhan dan menghormati hari sabat layaknya orang yahudi. Hal ini bisa saya mengerti karena ada penjelasannya di situs katolisitas.org. Pdahal penjelasan tentang Hukum Moral ini ditulis oleh St. Thomas Aquinas, dan dikatakan sebagai hukum kodrati dan tetap mengikat. Inilah yg membuat saya bingung.
        Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas perhatian pak Stef terhadap pertanyaan-pertanyaan saya.

        • Shalom Martinus,

          Hukum moral memang hukum yang mengikat, karena dituliskan di dalam hati nurani manusia. (lih. Rom 2:15), yang dapat disarikan sebagai mengasihi Allah dan sesama. Bentuk mengasihi Allah dalam PL adalah beribadah hari Sabat dan pada PB adalah beribadah pada hari Minggu – hari Kebangkitan Kristus. Dengan kata lain, hukum moral tetap mengikat, yaitu kuduskanlah hari Tuhan. Demikian juga dengan perpuluhan. Hukum moralnya adalah mengasihi sesama, yang diwujudkan dengan pemberian harta kita, yang kalau memang diperlukan Gereja Katolik dapat menentukan besarannya. Jadi, hukum moralnya adalah sama, yaitu kita ingin mengasihi sesama, dengan cara berbagi. Diskusi tentang perpuluhan dapat dilihat di sini – silakan klik. Semoga keterangan singkat ini dapat memperjelas.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

      • Diskusi Lanjutan Tentang Tiga Jenis Hukum Versi Thomas Aquinas
        1. Ada benarnya bahwa perpecahan dalam gereja merupakan akibat dari “pembuangan” otoritas. Namun di lain pihak dari sejarah objektif , nampaknya perpecahan gereja juga disebabkan oleh karena gereja mengutamakan hukum seremonial yang temporer pada abad ke 16, misalnya soal simoni.
        Apakah kesan ini benar?
        2. Apakah dapat dikatakan bahwa gereja katolik mempunyai juga hukum seremonial yang merupakan aplikasi dari hukum seremonial perjanjian lama? Hal ini terlihat dalam berbagai berbagai pernak pernik aturan liturgi, yang diambil dari kitab suci? Contoh konkrit : pendupaan yang oleh saudara seiman non katolik mungkin dianggap aneh dan menjadi semacam “penyembahan berhala” oleh mereka?
        3. Dalam kaitan dengan hukum judisial, bagaimana memosisikan KUH Pidana, KUH Acara Pidana, KUH Perdata yang berlaku di Indonesia?
        4. Apakah ada studi khusus yang dilakukan gereja dalam mengevaluasi berbagai isi KUH-KUH yang dimaksud di atas dengan berdasarkan sinar hukum moral kitab suci?
        5. Di lain pihak , pernah ada seorang Romo dalam diskusi siaran langsung lewat radio, yang mengatakan hukum moral (sepuluh perintah Allah) tidak cukup bagi umat katolik. Bagaimana memahami pernyataan Romo tersebut?

        • Shalom Herman Jay,

          1. Apakah Gereja mengutamakan hukum seremonial maka terjadi perpecahan di abad ke-16?

          Anda menyebutkan simoni sebagai salah satu contoh hukum seremonial tersebut. Sejujurnya saya tidak sepaham dengan penggunaan istilah ‘simoni’ sebagai contoh hukum seremonial. Sebab menurut Katekismus, simoni mempunyai konotasi negatif, sebab berkaitan dengan jual beli barang-barang/ hal-hal yang bersifat rohani:

          KGK 2121    Simoni terdiri dari penjualan atau pembelian barang-barang rohani. Kepada Simon tukang sihir, yang hendak membeli kekuasaan rohani yang menurut penglihatannya bekerja di dalam para Rasul, santo Petrus berkata: “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang” (Kis 8:20). Ia berpegang pada kata-kata Yesus: “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Mat 10:8, Bdk. Yes 55:1). Orang tidak dapat mencaplok barang-barang rohani dan berbuat seakan-akan ialah pemilik dan tuannya, karena mereka berasal dari Allah. Orang hanya dapat menerimanya sebagai hadiah dari Allah.

          Maka, tidak benar jika Gereja Katolik mengajarkan simoni. Gereja tidak memperkenankan adanya jual beli holy oil, ataupun rosario yang sudah diberkati, misalnya. Demikian juga perayaan Ekaristi tidak boleh diadakan demi uang. Namun bahwa umat diperkenankan untuk turut berbuat amal kasih dengan menyumbang demi keperluan Gereja, itu sudah nyata sejak zaman Gereja awal. Kristus sendiri memuji janda miskin yang menyumbangkan nafkahnya di bait Allah (Mk 12:41-44; Lk 21:1-4). Dengan demikian, memberi sumbangan adalah salah satu jenis perbuatan amal kasih yang diperbolehkan dan bahkan diajarkan oleh Kristus dan para rasul (lih. 2Kor 9:7). Selanjutnya, kita juga mengetahui bahwa adalah hak para pelayan Allah untuk dapat hidup dari pelayanannya itu (lih. 1Kor 9: 13-14). Maka praktek memberikan stipendium kepada imam, yang kira-kira bernilai satu kali makan malam, adalah sesuatu yang wajar untuk diberikan kepada imam setiap kali ia memimpin perayaan Ekaristi. Ini bukan praktek simoni, tetapi hanya memberikan apa yang memang menjadi hak dari pelayan Tuhan, sebagaimana diizinkan dalam Kitab Suci.

          Nah, maka nampaknya yang dipermasalahkan oleh sejumlah orang mungkin adalah tentang indulgensi. Memang saat itu (tahun 1517) gencar dikhotbahkan tentang indulgensi di Jerman, yang konon dimaksudkan untuk memperoleh dana bagi pembangunan basilika St. Petrus di Roma. Tentang dasar pengajaran tentang Indulgensi, silakan klik di sini. Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa indulgensi dapat dibeli ataupun diperoleh dengan uang. Namun Gereja mengajarkan bahwa seorang umat beriman mendapatkan indulgensi dengan: 1) perbuatan kasih, 2) perbuatan baik: doa, berpuasa, dan memberikan sedekah/ derma, yang semuanya harus dilakukan dengan disposisi hati yang benar. Maka, hanya dengan memberi sejumlah uang, seseorang tidak dapat memperoleh indulgensi. Namun jika ia memberi uang atas dasar kasih, ia dapat memperoleh indulgensi. Sebab derma (almsgiving) menjadi salah satu ungkapan perbuatan kasih (lih. Mat 6:2). Sebagaimana telah disebut di atas, Yesus sendiri memuji persembahan janda miskin, bukan karena janda itu memberikan uang, namun karena disposisi hatinya. Maka persyaratan perolehan indulgensi yang disyaratkan oleh Gereja adalah “disposisi hati yang benar”.

          Sayangnya, sepertinya penekanan kepada disposisi hati yang benar ini kurang ditekankan. Ini nampak dari kesalahpahaman Luther tentang indulgensi, yang nampak dalam ke- 95 theses yang ditulisnya. Sesaat sebelum Luther protes, pengkhotbah Dominikan, Johann Tetzel yang diutus berkhotbah di Juterbog, Jerman, membuat pantun yang memang dapat membuat orang salah paham, yang intinya seperti ini, “Begitu terdengar bunyi koin di kotak sumbangan, bangkitlah jiwa menuju surga.” Maka kesannya seolah-olah orang didorong untuk menyumbang supaya dapat masuk surga. Padahal, jika kita membaca tentang ajaran indulgensi, terlihat bahwa yang dihapuskan dengan indulgensi itu adalah siksa dosa temporal dari dosa-dosa yang sudah diampuni (melalui Sakramen Tobat) dan bukan membebaskan seseorang dari siksa dosa dari dosa yang belum terjadi. Juga, ajaran indulgensi tidak mengajarkan bahwa dengan hanya menyumbang, tanpa sikap batin yang baik, maka jiwa orang yang telah meninggal yang didoakan otomatis langsung masuk ke surga. Maka, di sini yang mungkin kurang tepat adalah penggunaan pantun itu dalam khotbah Tetzel, namun ajaran tentang Indulgensi-nya tidak salah. Gereja Katolik tetap mengajarkan bahwa Yang mengampuni dosa tetaplah Kristus, melalui para imam-Nya, dan perbuatan apapun tidak dapat menggantikan peran Kristus itu untuk mengampuni dan menyelamatkan seseorang. Yang diperoleh dari indulgensi ‘hanyalah’ penghapusan siksa dosa yang harus ditanggung seseorang, dari dosa yang sudah diampuni oleh Tuhan Yesus. 

          Dari kesalahpahaman terhadap khotbah Tetzel ini, dan kemungkinan juga adanya penyimpangan di lapangan sehubungan dengan penerapan ajaran indulgensi inilah, Martin Luther mengeluarkan protesnya. Dalam 95 thesis yang diletakkan di pintu gereja tersebut tak lama setelah Tetzel datang, thesis no.27 Luther memprotes pantun Tetzel, dan thesis no. 50 dan 86 memprotes pembangunan basilika St. Petrus. Namun Luther sendiri sebenarnya tidak menolak prinsip pengajaran tentang indulgensi; ia hanya menentang penerapannya. Thesis no. 49 membuktikan hal ini di mana Luther mengatakan bahwa indulgensi sebenarnya “berguna”. (Sumber: Martin Luther, Disputation of Doctor Martin Luther on the Power and Efficacy of Indulgences, 1517, Project Wittenberg, 2 July 2008). Dan kemudian beberapa konsili, the Councils of Fourth Lateran [1215], Lyons [1245 and 1274] and Vienne [1311-1312]. Kemungkinan untuk menghapuskan kesalahpahaman serupa, maka di Konsili Trente [1545-1563], Paus Pius V membatalkan segala peraturan indulgensi yang melibatkan transaksi keuangan. Maka sampai sekarang, derma tidak termasuk dalam perbuatan yang disyaratkan untuk memperoleh indulgensi. Namun demikian, Gereja tetap mempunyai kuasa untuk melepaskan umat dari siksa dosa temporal akibat dari dosa-dosa yang sudah diakui dalam Sakramen Pengakuan Dosa.

          Jadi indulgensi tidak pernah diperjualbelikan/ “for sale” seperti yang dituduhkan. Meskipun indulgensi pada jaman Paus Leo X dapat diperoleh dengan menyumbang, namun jangan lupa bahwa hati yang bertobat, dan segala persyaratan religius lainnya harus ditepati agar indulgensi tersebut dapat sah diberikan. Jadi bukan semacam membeli surat dan setelah itu dosa diampuni. Sebab sebelum menerima indulgensi, seseorang harus tetap mengaku dosa dan menerima sakramen Tobat, dan juga memenuhi persyaratan religius lainnya. Maka, indulgensi bukan untuk menggantikan peran sakramen Pengakuan Dosa maupun silih dosa/ penance yang diberikan kepada umat pada sakramen tersebut oleh imam.

          Selanjutnya tentang bagaimana untuk memperoleh Indulgensi, silakan klik di sini. Dan sekilas tentang bagaimana sampai Luther memisahkan diri dari Gereja Katolik, silakan klik di sini.

          2. Apakah hukum seremonial Perjanjian Lama ada dalam Gereja Katolik?

          Telah disampaikan di atas, bahwa Kristus telah menggenapi Perjanjian Lama, dan bahwa penggenapan-Nya tetap hidup di sepanjang segala abad melibatkan Gereja-Nya. Maka prinsip seremonial dalam Perjanjian Lama tetap ada walaupun digenapi dalam Perjanjian Baru dengan cara yang berbeda, yaitu melalui sakramen-sakramen Gereja. Dalam sakramen itu, khususnya dalam Ekaristi, Kristus bertindak sebagai Imam dan Kurban bagi keselamatan umat manusia. Tentang penggambaran Ekaristi dalam Perjanjian Lama, silakan klik. Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa perayaan sakramen telah mempunyai gambarannya dalam Perjanjian Lama.

          Nah, tentang penggunaan ukupan sebagai salah satu ungkapan penyembahan ataupun doa kepada Allah, itu disebutkan tidak hanya dalam kitab Perjanjian Lama, tetapi juga dalam Kitab Wahyu, yang menggambarkan tentang bagaimana para orang kudus di Surga juga berdoa dengan menggunakan ukupan. Maka berdoa dengan menggunakan ukupan tidak berkonotasi menyembah berhala, sebab jika demikian tentu hal ini tidak dicatat sebagai cara doa para orang kudus di di hadapan tahta Allah. Selanjutnya tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.

          3&4. Berkaitan dengan hukum yudisial, bagaimana memposisikan KUH yang berlaku di Indonesia? Apakah ada studi khusus tentang evaluasi hukum-hukum tersebut berdasarkan hukum moral Kitab Suci?

          Seperti telah disampaikan di atas, Kristus melalui teladan hidup-Nya menunjukkan ketaatan-Nya kepada pihak penguasa negeri. Demikianlah Rasul Paulus mengajarkan agar kita taat kepada tuan/ pemerintah kita di dunia dan mendoakan mereka (lih. Rom 13:1-7; Ef 6:5, 1Tim 2:1-2). St. Thomas Aquinas kemudian mengajarkan prinsip bahwa sejauh peraturan hukum dibuat oleh pihak otoritas yang sah dan peraturan itu sesuai dengan ajaran iman kita, maka kita wajib taat terhadap peraturan-peraturan tersebut.

          Nah, saya bukan ahli hukum, sehingga saya tidak bisa memberikan review tentang isi KUH di Indonesia jika dibandingkan dengan Kitab Suci. Namun mari kita pegang prinsipnya, yaitu bahwa hukum moral yang tercantum dalam kesepuluh perintah Allah merupakan hukum kodrat yang sebenarnya telah diukir Allah dalam hati manusia. Maka adalah wajar, jika prinsip keadilan dan perlindungan terhadap martabat manusia, yang diajarkan oleh hukum moral Kesepuluh Perintah Allah itu melandasi penetapan aturan-aturan- aturan KUH.

          Namun untuk studi detail perbandingan tentang satu-persatu butir hukum KUH terhadap hukum moral (Kesepuluh perintah Allah), saya belum pernah mengetahuinya. Silakan bertanya kepada pihak yang lebih memahami tentang hal ini.

          5. Hukum moral (sepuluh perintah Allah) tidak cukup bagi umat Katolik?

          Hukum moral dalam Sepuluh Perintah Allah merupakan hukum kodrat yang kemudian dirangkum oleh Kristus menjadi dua perintah utama, yaitu kasihilah Allah dan kasihilah sesamamu manusia (lih. Mat 22: 37-39; Mrk 12:30-31; Luk 10:27). Kedua hukum kasih ini digenapi secara sempurna oleh Tuhan Yesus di kayu salib. Maka kita umat Katolik melihatnya begini: yaitu bahwa sepuluh perintah Allah adalah dasar bagi hukum moral, namun dengan digenapinya hukum moral itu secara sempurna oleh Kristus maka kita tetap harus mengacu kepada teladan Kristus untuk dapat melaksanakan perintah Allah tersebut. Dalam artian inilah, menurut hemat saya, Romo tersebut mengatakan bahwa hukum moral (Sepuluh Perintah Allah) tidak cukup. Sebab toh pada kenyataannya, sesudah memberikan Sabda-Nya di atas loh batu itu, Allah sendiri memutuskan agar Sang Sabda itu menjadi manusia, di dalam diri Kristus. Ini adalah suatu fakta bahwa Allah sendiri menganggap bahwa Kesepuluh Perintah Allah itu merupakan suatu Sabda yang masih harus digenapi, agar dapat semakin dapat dipahami dan dilaksanakan oleh kita umat-Nya. Dan agar Sabda Allah bukan hanya tinggal sebagai huruf- huruf untuk ditaati tetapi agar Sang Sabda itu dapat menjelma menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Dan setelah wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, oleh kuasa Roh Kudus yang sama, Sang Sabda itu dapat selalu hadir dalam rupa roti dan anggur, sebagai santapan rohani bagi kita umat-Nya. Dan dengan menyambut Sang Sabda dan Roti Hidup ini, kita dapat beroleh hidup yang kekal sebagaimana dijanjikan-Nya (lih Yoh 6: 54).

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Selamat siang, Admin Katolisitas.
    Saya ingin menanggapi artikel ini.

    1. Pembagian hukum taurat menjadi 3 jenis ini merupakan hasil pemikiran St. Aquinas, seseorang dari abad ke-13. Apakah memang pada awalnya hukum taurat dibagi menjadi tiga jenis seperti itu? Bisa tolong tunjukkan ayat-ayat Alkitab perjanjian lama yang menunjukkan hal itu?

    2. Apakah Yesus sendiri juga mengajarkan hukum taurat terbagi-bagi? Sepertinya saya tidak menemukan satu ayat pun perkataan Yesus yang membagi-bagi hukum taurat menjadi tiga bagian seperti di atas.

    3. Pada Matius 5: 19 Yesus berkata; “Siapa yang meniadakan salah satu hukum Taurat sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian, ia akan menduduki tempat paling rendah di Sorga.” saya rasa ayat ini mengatakan bahwa hukum taurat tidak boleh dikurang-kurangi satu pun. Lebih lanjut lagi, ketika Yesus menegur para ahli farisi pada Matius 23: 23, Yesus berkata “yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.” Bagaimana tanggapan anda?

    4. Kontraskan dengan pernyataan Paulus pada Efesus 2: 15; “sebab dengan mati-Nya di salib, Dia telah membatalkan hukum taurat dan segala ketentuannya”. Pada ayat ini Paulus mengatakan segala ketentuannya. Dia tidak bicara soal pembagian hukum taurat sebagaimana ditulis di atas. Bagaimana tanggapan anda?

    Terima kasih sebelumnya.

    • Shalom Bogoro,

      1. Pembagian hukum taurat menjadi 3 jenis ini adalah hasil pemikiran St. Thomas di abad ke 13? Apakah sejak awalnya memang terbagi sedemikian? Mana bukti ayatnya?

      Pembagian hukum Taurat menjadi tiga kelompok ini memang adalah pemikiran dari St. Thomas Aquinas, namun pemikiran ini bukannya tanpa dasar. Sebab pada saat diberikannya dalam Kitab Suci, memang sudah terdapat adanya pengelompokan ini, walaupun tidak disebutkan secara eksplisit. St. Thomas hanya memperjelas pengelompokan ini, sehingga Gereja dapat semakin melihat korelasinya dengan penggenapan hukum Taurat di dalam Yesus Kristus yang menjadi benang merah dari segala ketentuan yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Sebab apapun yang diajarkan oleh para nabi semuanya mengarah kepada Kristus (Kis 10:43), sebagai penggenapannya.

      Kitab Suci menunjukkan bahwa hukum moral tidak pernah berubah, yaitu Sepuluh Perintah Allah. Hukum Sepuluh Perintah Allah yang mendasari hukum Taurat, ini diberikan dalam kelompok yang tersendiri (lih. Kel 20; dan Ul 5), yang terpisah dengan aturan-aturan lainnya. Kitab Suci juga menuliskan Kesepuluh Perintah Allah ini dalam suatu perikop tersendiri, yang diberi judul “Kesepuluh Firman”, sebagaimana disebutkan dalam Kel 34:28. Walaupun pembagian ayat dan perikop Kitab Suci baru diadakan di sekitar abad 16, hal ini tidak mengubah fakta bahwa sang pengarang Kitab Suci sejak awalnya telah mengelompokkan hukum Taurat ini dengan menggunakan istilah “firman” yang mengacu kepada Sepuluh Perintah Allah; dan istilah “peraturan-peraturan”, yang mengacu kepada peraturan-peraturan lain yang mengikuti kesepuluh firman itu. Peraturan-peraturan lain itu merupakan: 1) penjabaran dari prinsip yang sudah disebutkan dalam kesepuluh firman, ataupun 2) aturan tentang sanksi, jika ketentuan itu dilanggar (lih. Kel 21-23:1-13) ataupun 3) penjabaran tentang bagaimana penyembahan/ penghormatan kepada Allah ditunjukkan dalam ibadat (hal-hal seremonial) (lih. Kel 23:14-33; Kel 24- 31; Im 1-12).

      Maka Gereja sejak awal sudah mengenali adanya pembedaan kesepuluh perintah Allah ini dari berbagai ketentuan lainnya. Memang, adalah fakta bahwa dalam Kitab Suci tidak disebutkan secara eksplisit penomoran Kesepuluh Firman itu, sehingga para Bapa Gereja mempunyai cara pengelompokan yang berbeda. Gereja Katolik dan Lutheran mengikuti pengelompokan yang diajarkan oleh St. Agustinus, sedangkan gereja-gereja non-Katolik lainnya mengikuti rumusan Origen. Gereja Katolik berpegang kepada prinsip ajaran St. Agustinus, karena lebih konsisten dengan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci.

      Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Terlepas dari apapun rumusan yang dijadikan sebagai acuan, dalam kesepuluh hukum moral ini, tidak disebutkan adanya detail persyaratan ibadat (yang kemudian disebut oleh St. Thomas sebagai hukum seremonial) maupun detail persyaratan sanksi/ hukuman atas pelanggaran (yang kemudian disebut oleh St. Thomas sebagai hukum yudisial). Kesepuluh Firman inilah yang kemudian dirangkum oleh Yesus sendiri menjadi hanya dua perintah utama, yaitu: Kasihilah Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia (lih. Mat 22:37; Mrk 12:30; Luk 10:27).

      2. Apakah Yesus mengajarkan hukum Taurat terbagi-bagi, menjadi tiga bagian?

      Yesus itu adalah Sang Firman Allah yang menjadi manusia (lih. Yoh 1:14), oleh karena itu, Yesus itu mengatasi hukum Taurat, dan kedatangan-Nya bukan untuk menjabarkan ulang hukum Taurat secara rinci, melainkan untuk menggenapinya. Penggenapan ini ditunjukkan dengan bahwa Yesus sendiri menaati hukum Taurat, namun juga dengan Ia merangkumnya, menjadi dua perintah utama, yaitu perintah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama (lih. Mat 22:37; Mrk 12:30; Luk 10:27); ataupun dengan menjabarkannya dalam rumusan yang berbeda, seperti dalam Delapan Sabda Bahagia (lih. Mat 5). Maka, selain menjelaskan inti utama dari hukum Taurat (yaitu hukum kasih), Yesus juga mengajarkan kesempurnaan penerapannya, yaitu dengan pemberian diri seutuhnya, sebagaimana diajarkannya kepada orang muda yang kaya (Mat 19:21), ajaran tentang persembahan janda miskin (Mrk 12:44), dan terutama dengan teladan pemberian diri-Nya di kayu salib. Jadi yang diajarkan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru, memang bukan semata mengulangi pengajaran sepuluh perintah Allah ataupun menekankan aturan-aturan selanjutnya, melainkan menyampaikan inti yang menjiwai seluruh perintah Allah, yaitu hukum kasih dalam kesempurnaannya.

      Maka Anda benar, memang Yesus tidak menyebutkan  secara eksplisit pengelompokan hukum Taurat menjadi tiga bagian. Namun demikian, Yesus sekilas menyebutkan sejumlah perintah taurat yang utama (lih. Mat 19:18-19). Di ayat-ayat itu, Yesus kurang lebih mengacu kepada sejumlah perintah dalam kesepuluh perintah Allah. Sedangkan tentang peraturan- peraturan lain di luar sepuluh perintah Allah, seperti tentang hal seremonial (tentang kurban penyembahan di bait Allah dst) maupun hal sanksi pelanggaran hukum seperti yang tertulis dalam Perjanjian Lama, memang tidak diajarkan secara eksplisit oleh Yesus. Yesus tidak berkhotbah tentang persyaratan kurban di bait Allah, yang secara rinci sekali disebutkan dalam kitab Imamat, misalnya. Sebaliknya, malah Yesus mengecam penerapan persembahan perpuluhan selasih dan berbagai sayuran, jika azas keadilan dan belas kasih Allah yang lebih penting, malah diabaikan (lih. Mat 23:23; Luk 11:42). Dari sini kita mengetahui bahwa Yesus sendiri mengelompokkan hukum Taurat: ada hukum yang prinsip/ terpenting, yaitu keadilan, belas kasihan dan kesetiaan, dan ada hukum turunannya, yang mengalir dari prinsip itu, (seperti perpuluhan, larangan bekerja pada hari Sabat, ketentuan merayakan hari raya Yahudi, dst.), yang tidak setara tingkatannya dengan hukum prinsip tersebut.

      Demikian juga mengenai sanksi/ hukuman atas pelanggaran. Dapat dikatakan bahwa Yesus tidak mengajarkan kembali aturan sanksi/ hukuman seperti yang berlaku dalam Perjanjian Lama. Yesus tidak mengajarkan “mata ganti mata, gigi ganti gigi” (Kel 21:24, Mat 5:38), melainkan agar kita memberikan pipi kiri jika ditampar pipi kanan. Maksudnya, agar kita tidak membalas orang yang berbuat jahat kepada kita, namun agar kita mengasihi orang-orang yang membenci kita (Mat 5:44). Juga atas prinsip belas kasihan, Yesus tidak mengajarkan agar perempuan yang kedapatan berzinah untuk dihukum rajam, namun Yesus mengampuninya, dengan memperingati agar ia tidak berbuat dosa lagi (lih. Yoh 8:11). Dengan ayat-ayat ini, Kristus mengajarkan bagaimana Ia memperbaharui peraturan-peraturan tentang sanksi/ hukuman yang berlaku dalam Perjanjian Lama. Yesus menghendaki kita pertama-tama mengutamakan belas kasihan, walaupun juga terus mengusahakan keadilan. Yesus mengajarkan tentang jiwa yang menghidupi sebuah peraturan dan bukan semata apa yang tertulis secara hurufiah dalam peraturan. Sebab jika jiwanya dipahami, maka apa yang hurufiah tertulis menjadi dapat dilakukan.

      3 & 4. Bagaimana menjelaskan perkataan Yesus, “Siapa yang meniadakan salah satu hukum Taurat sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian, ia akan menduduki tempat paling rendah di Sorga” (Mat 5:19). Dan juga, “yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.” (Mat 23:23) Sedangkan dalam suratnya Rasul Paulus mengajarkan, “sebab dengan mati-Nya di salib, Dia telah membatalkan hukum taurat dan segala ketentuannya.” (Ef 2:19).

      Silakan membaca tanggapan terhadap pertanyaan ini, di artikel ini yang baru saja ditayangkan, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih sudah menanggapi, Bu. Namun saya masih kurang puas dengan tanggapan Ibu. Maka dari itu, saya ingin menanggapi sebagai berikut:

        1. Penjelasan mengenai penggenapan hukum taurat dan pembagian hukum taurat menjadi 3 jenis sudah sangat jelas bagi saya. Namun Ibu belum menjelaskan maksud dari nats Matius 23:23 yang menyatakan “yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan”. Menurut pemahaman saya, frasa “yang satu” dari ayat itu merujuk pada hukum seremonial, sedangkan frasa “yang lain” merujuk pada hukum kodrati. Saya berpikir demikian karena pada ayat tersebut Yesus mengkritik orang Farisi yang cuma menerapkan persepuluhan (hukum seremonial) tetapi tidak melakukan keadilan (hukum kodrati). Memang dari sini dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara hukum kodrati dengan hukum seremonial. Tetapi atas hukum seremonial itu Yesus berkata “yang satu harus dilakukan”. Bukankah itu artinya Yesus sendiri memerintahkan pengikutnya untuk tetap melakukan hukum seremonial?

        2. Ibu juga belum secara rinci menjelaskan makna nats Matius 5:19. Apakah dapat dipastikan frasa “yang paling kecil” pada nats tersebut adalah salah satu dari dekalog dan bukan merujuk pada hukum seremonial atau yudisial? Kalau memang frasa “yang paling kecil” tersebut merujuk pada salah satu dekalog, hukum mana dari dekalog tersebut yang paling kecil? Mohon sambil ditunjukkan bukti ayatnya.

        3. Ibu menyimpulkan bahwa pada Efesus 2:15 Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa Yesus berniat membatalkan seluruh hukum taurat, tetapi hanya hukum seremonial dan yudisial saja. Apakah ibu bisa menunjukkan pada saya ayat-ayat tulisan Paulus yang menyatakan bahwa dia masih mengakui adanya hukum kodrati? Apakah Paulus juga mengajarkan secara rinci mengenai hukum seremonial dan hukum yudisial?

        Demikan dulu tanggapan dari saya. Saya juga memohon agar Ibu dapat menjelaskan sedetil-detilnya agar saya dapat merasa jelas dengan topik ini dan dapat melanjutkan dengan topik lainnya. Tidak masalah apabila Ibu menjawab dengan sangat panjang. Saya pasti akan mempelajarinya.

        Terima kasih.

        • Shalom Bogoro,

          1. Mat 23:23 menyatakan: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”

          Dalam bahasa Inggris (RSV), dikatakan demikian: “Woe to you, scribes and Pharisees, hypocrites! for you tithe mint and dill and cummin, and have neglected the weightier matters of the law, justice and mercy and faith; these you ought to have done, without neglecting the others.

          Dalam A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, dijelaskan, bahwa maksud dari ayat ini adalah, bahwa Tuhan Yesus mengharuskan hal-hal yang lebih penting dari hukum Taurat, yaitu keadilan, belas kasih dan kesetiaan, tanpa mengabaikan hukum lainnya. (Sebab kata ‘these‘ itu mengacu kepada hal yang baru saja disebutkan sebelumnya, yaitu, ‘the weightier matters of the law, justice and mercy and faith‘). Maka dalam hal ini, Yesus mengajarkan bahwa yang harus dilakukan pertama-tama adalah hukum moral -yang berdasarkan prinsip keadilan, belas kasih dan kesetiaan- namun tanpa mengabaikan hukum seremonial.

          Nah, setelah wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga, hukum Taurat Perjanjian Lama (PL) diperbaharui dalam hukum Perjanjian Baru (PB). Hukum moral atas dasar keadilan, belas kasih dan iman, tetap berlaku, namun hukum seremonial dan yudisial tidak lagi dipenuhi dengan cara yang sama dengan ketentuan PL. Sebab hukum seremonial PL dimaksudkan sebagai hukum yang mempersiapkan bangsa Israel untuk dapat menerima penggenapannya dalam diri Kristus, sebagai satu-satunya Kurban yang sempurna, dan Imam Agung yang Tertinggi, yang memperbaharui cara penyembahan yang sempurna kepada Allah. Sedangkan hukum yudisial PL dimaksudkan sebagai hukum yang mempersiapkan umat-Nya untuk menerima prinsip hukum yang adil yang kemudian dipercayakan Tuhan kepada para pemimpin negara – untuk masalah-masalah umum kemasyarakatan- dan kepada para pemimpin Gereja untuk masalah-masalah yang menyangkut hal internal Gereja.

          Dengan demikian, Yesus tidak mengajarkan untuk mengabaikan hukum seremonial. Pada saat Yesus belum memperbaharuinya dengan wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, memang hukum seremonial tetap berlaku seperti ketentuan PL. Itulah sebabnya, Yesus-pun tetap disunat, dan Yesus tetap turut merayakan hari-hari raya bangsa Israel dengan ketentuannya dan Ia tidak menentang orang-orang melakukan persembahan persepuluhan maupun kurban di bait Allah. Namun setelah wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga, hukum seremonial PL digenapi dengan cara yang lebih sempurna, sebab segala kurban PL telah disempurnakan di dalam Kristus. Kristus adalah Sang Korban yang sempurna, Sang Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Kristus juga adalah Sang Imam Agung yang Sempurna, yang tidak seperti imam-imam besar pada zaman PL.

          Surat kepada jemaat Ibrani mengatakan,

          “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. Sebab hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Besar, tetapi sumpah, yang diucapkan kemudian dari pada hukum Taurat, menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya.” (Ibr 7:26-28)

          Sebab pelayanan para imam PL hanyalah merupakan gambaran dan bayangan akan apa yang ada di Sorga, yang digenapi dalam Kristus:

          “…. kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.” Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi. Sebab, sekiranya perjanjian yang pertama itu tidak bercacat, tidak akan dicari lagi tempat untuk yang kedua… Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.” (Ibr 8:1-7,13)

          Demikianlah, maka sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga, menunjukkan bagaimana Kristus memperbaharui Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru; di mana Ia menjadi Korban Penebus dosa umat manusia, sekaligus sebagai Imam Besar yang mempersembahkan Korban tersebut. Setelah kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke Surga, Kristus menggenapi peran perantaraan para imam PL, sebab Kristus adalah Pengantara satu-satu-Nya kepada Allah Bapa (1 Tim 2:5). Penggenapan hukum seremonial dalam PB, yang berkaitan dengan korban dan imam, secara nyata terlihat dalam perayaan Ekaristi, di mana Kristus sebagai Kepala melaksanakan peran Pengantaraan yang satu-satu-nya itu, dalam kesatuan dengan anggota- anggota-Nya. Oleh kuasa Roh Kudus, Korban Kristus yang satu-satunya itu dihadirkan kembali, melalui perkataan Sabda Allah yang diucapkan oleh imam-Nya; untuk mendatangkan buah-buahnya demi keselamatan umat manusia. Di dalam korban Kristuslah, segala korban Perjanjian Lama – baik korban hewan, maupun korban selasih dan jintan-memperoleh penggenapan makna yang sesungguhnya. Sebab Kristus menghendaki bahwa umat-Nya mempersembahkan kurban -sebagaimana dulu mereka mempersembahkan kurban, termasuk persembahan selasih dan jintan- untuk dipersatukan dengan Korban Diri-Nya, dalam Korban Ekaristi, agar mereka memperoleh buah-buahnya demi keselamatan.

          2. Mat 5:18-19: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”

          Ayat Mat 5:19, seyogyanya dibaca dalam kesatuan dengan ayat sebelumnya, yaitu Mat 5:18. Memang tidak dikatakan di ayat-ayat tersebut, bahwa ‘perintah hukum Taurat yang paling kecil’ itu mengacu kepada hukum moral, seremonial ataupun yudisial. Menurut St. Thomas Aquinas, Rabanus yang Terberkati mengajarkan bahwa dengan menyebutkan ‘iota’, Yesus secara samar-samar mengacu kepada Dekalog (Sepuluh perintah Allah), sebab iota dalam bahasa Yunani mewakili angka sepuluh. Silakan membaca kembali artikel ini, silakan klik. Namun meskipun diartikan demikian, tidak dapat dikatakan bahwa bagian terkecil dari perintah hukum Taurat (ay. 19), itu hanya terbatas kepada hukum moral/ Dekalog. Sebab Kristus memang tidak meniadakan hukum seremonial maupun yudisial, namun dengan wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga, Ia menggenapi hukum tersebut dengan cara yang berbeda dengan ketentuan PL. Hukum seremonial yang tadinya memisahkan bangsa Yahudi dari bangsa lainnya, kini diubah menjadi hukum yang menyatukan bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain. Maka Rasul Paulus berkata, “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.” (Ef 2:15).

          Maka kata kunci untuk memahami maksud Mat 5:18-19, nampaknya bukan hanya frasa “yang paling kecil”, namun juga “meniadakan”. Sebab Kristus memang tidak meniadakan hukum Taurat namun menggenapi semua hukum Taurat itu, walaupun dengan cara yang berbeda dengan ketentuan PL. Dengan kurban salib-Nya, Kristus menggenapi ketentuan yang terpenting yang mendasari seluruh hukum Taurat, yaitu “keadilan, belas kasih dan kesetiaan” (Mat 23:23). Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kristus menggenapi seluruh hukum Taurat sampai sekecil-kecilnya, dan bahwa satu iotapun dari hukum Taurat itu tidak ditiadakan.

          3. Ef 2:15 tidak terpisahkan dari ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, yang mengisahkan adanya hukum Taurat yang memisahkan antara bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa lain, secara khusus adalah hukum sunat (lih. Ef 2:11). Nah, hukum sunat jasmani ini kemudian diperbaharui dalam PB dengan Baptisan, yang bermakna sebagai sunat rohani, sebab makna sunat yang sesungguhnya adalah bukan hanya penanggalan kulit jasmani, melainkan penanggalan keseluruhan manusia lama dengan dosa-dosanya, agar dapat turut dibangkitkan di dalam Kristus:

          “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati…” (Kol 2:11-12)

          Berikut ini adalah tanggapan saya terhadap pertanyaan Anda:

          Apakah ibu bisa menunjukkan pada saya ayat-ayat tulisan Paulus yang menyatakan bahwa dia masih mengakui adanya hukum kodrati?

          Rasul Paulus tetap mengajarkan hukum kodrati/ hukum moral sebagaimana tertulis dalam Dekalog, walaupun ia tidak merumuskannya dengan cara dan urutan yang sama, contohnya:

          1. Gal 5:19-24: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -seperti yang telah kubuat dahulu- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” 

          1 Kor 6:9-10:

          “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

          Ef 4:25:”Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.”

          Ef 4:28: “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi….”

          Di ayat-ayat di atas, disebutkan beberapa prinsip dari Dekalog: perintah ke-1, ke-5, ke-6, ke-7, ke-8, ke-9, ke-10.

          2. Ef 6:1-2:

          “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -ini adalah suatu perintah yang penting…” 

          Ini menyebutkan perintah ke-4 dalam Dekalog.

          3. Kis 20:7:

          “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ …”

          Ini mengacu kepada perintah ke-3 dalam Dekalog, di mana jemaat berkumpul di hari pertama dalam minggu (yaitu hari Minggu) untuk menguduskan hari Tuhan dengan memecah-mecahkan roti.

          4. 2 Kor 1:23:

          “Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku -Ia mengenal aku- bahwa sebabnya aku tidak datang ke Korintus ialah untuk menyayangkan kamu.”

          Gal 1:20:

          “Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta.”

          Ini mengacu kepada perintah ke-2 dalam Dekalog, yang melarang orang menyebut nama Allah/ bersumpah (memanggil Allah sebagai saksi) dengan sembarangan. Namun dalam hal ini, untuk meneguhkan apa yang dituliskan dalam surat-suratnya sebagai kebenaran, Rasul Paulus memanggil Allah sebagai saksi, untuk memberikan contoh kepada jemaat, bahwa dalam perkara tertentu yang benar dan legitim, sumpah menggarisbawahi hubungan antara perkataan manusia dengan kebenaran Tuhan.

          Apakah Paulus juga mengajarkan secara rinci mengenai hukum seremonial dan hukum yudisial?

          Telah diuraikan di atas, bahwa hukum seremonial dan yudisial telah diperbaharui oleh wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga. Kuasa untuk menentukan bagaimana menerapkan hukum ini telah diberikan Kristus kepada para Rasul-Nya (lih. Mat 16:18-20; 18:18). Ini nyata dari keputusan Sidang para Rasul (Konsili) di Yerusalem yang membahas tentang perlu atau tidaknya sunat bagi orang-orang bukan Yahudi yang mau menjadi Kristen. Para Rasul dalam Konsili tersebut, yang diwakili oleh Rasul Petrus, akhirnya memutuskan bahwa sunat tidak menjadi keharusan/ syarat bagi orang-orang non-Yahudi tersebut yang ingin menjadi Kristen (lih. Kis 15).

          Sedangkan untuk hukum yudisial, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kita harus taat kepada para pemimpin, “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.” (Ibr 13:17) Sebab pemberian sangsi/ hukum yudisial merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dari pihak para pemimpin untuk menjaga keadilan dan ketertiban dalam keseluruhan anggota yang dipercayakan kepada mereka.

          Demikianlah maka pemimpin Gereja yang merupakan penerus dari para Rasul itu, diberi kuasa oleh Kristus untuk memutuskan hal-hal seremonial dan yudisial, berdasarkan prinsip-prinsip hukum moral. Ini terlihat dalam perayaan sakramen-sakramen, maupun dalam hukum Gereja, yang semuanya mengalir dari prinsip utama yang diajarkan oleh Kristus, yaitu prinsip keadilan, belas kasih dan kesetiaan. Sedangkan hukum moral sendiri, memang tetap berlaku, sebagaimana tertulis dalam Dekalog, dan juga dalam banyak ayat-ayat dalam PB.

          Semoga penjelasan ini menjawab pertanyaan Anda.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Terima kasih atas tanggapannya, Bu Ingrid. Tanggapan Ibu benar-benar telah membuat saya mengerti. Namun sebelum melangkah ke topik selanjutnya, ijinkan saya bertanya beberapa hal demi memastikan bahwa jawaban Ibu punya dasar yang kuat. Dalam penjelasan di atas, Ibu mengatakan:

            “Sebab hukum seremonial PL dimaksudkan sebagai hukum yang mempersiapkan bangsa Israel untuk dapat menerima penggenapannya dalam diri Kristus, sebagai satu-satunya Kurban yang sempurna, dan Imam Agung yang Tertinggi, yang memperbaharui cara penyembahan yang sempurna kepada Allah.”
            Bisa tolong berikan dasar ayat perjanjian lama atas pernyataan ini? Karena apabila pernyataan ini hanya didasarkan pada perjanjian baru, bisa saja itu hanya akal-akalan para Rasul.

            “Sedangkan hukum yudisial PL dimaksudkan sebagai hukum yang mempersiapkan umat-Nya untuk menerima prinsip hukum yang adil yang kemudian dipercayakan Tuhan kepada para pemimpin negara – untuk masalah-masalah umum kemasyarakatan- dan kepada para pemimpin Gereja untuk masalah-masalah yang menyangkut hal internal Gereja.”
            Begitu juga dengan pernyataan ini. Bisa tolong berikan dasar ayat perjanjian lamanya?
            Terima kasih, sebelumnya.

          • Shalom Bogoro,

            Ayat Perjanjian Lama yang samar-samar menyampaikan nubuatan tentang Kristus, sebagai Kurban yang kudus yang akan dipersembahkan oleh bangsa-bangsa (artinya termasuk bangsa- bangsa non Yahudi), adalah dari Kitab Maleakhi, demikian:

            “Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.” (Mal 1:11)

            Di sini dikatakan/ dinubuatkan bahwa setiap hari dari terbitnya matahari sampai terbenamnya (artinya selamanya, sampai akhir zaman, selama matahari masih terbit dan terbenam) akan dipersembahkan kurban yang tahir bagi nama Tuhan, sebab nama-Nya besar di antara bangsa- bangsa, artinya tidak saja bagi bangsa Yahudi. Dan Kurban yang tahir itu sempurna tergenapi di dalam Kristus Sang Anak Domba Allah yang tiada bernoda dan tiada bercacat (lih. 1Ptr 1:19). Gambaran ini digenapi dalam kurban Ekaristi yang dipersembahkan oleh Gereja Katolik di seluruh dunia, sejak terbitnya matahari sampai terbenamnya. Oleh kuasa Roh Kudus, Gereja menghadirkan kembali kurban Kristus yang satu-satunya itu untuk mendatangkan buah keselamatan bagi umat-Nya.

            Selanjutnya tentang gambaran mengenai Ekaristi yang telah samar-samar dinyatakan dalam Perjanjian Lama, silakan membaca artikel ini, silakan klik.

            Dalam Perjanjian Lama, memang hukum yudisial diberlakukan, untuk mengatur sangsi bagi pelanggaran hukum moral sebagaimana dikenal sebagai hukum Taurat. Penegakan hukum, termasuk hukum sangsi dilaksanakan oleh para pemimpin. Dalam prakteknya, peran kepemimpinan bangsa Israel dilakukan oleh Nabi Musa dan ketujuhpuluh tua-tua Israel (Bil 11:24-30), Yosua, dan kemudian oleh hakim-hakim (1Taw 17:10) dan para nabi, sebagaimana dikehendaki Allah, seperti Eli, Samuel (1 Sam 7:15), dan seterusnya. Peran imamat dilaksanakan oleh Harun dan keturunannya (Kel 29), dan suku Lewi dikhususkan oleh Allah untuk melayani di bait Allah (Bil 1:50-51). Peran imamat ini tergenapi sempurna di dalam Yesus Kristus, yang disebut, ‘Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek’ (Mzm 110:4). Sedangkan kepemimpinan Yesus atas bangsa-bangsa, dan bahwa para raja dan pembesar/penguasa akan menghormati Dia,

            “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi. Beginilah firman TUHAN, Penebus Israel, Allahnya yang Mahakudus, kepada dia yang dihinakan orang, kepada dia yang dijijikkan bangsa-bangsa, kepada hamba penguasa-penguasa: “Raja-raja akan melihat perbuatan-Ku, lalu bangkit memberi hormat, dan pembesar-pembesar akan sujud menyembah, oleh karena TUHAN yang setia oleh karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang memilih engkau.” (Yes 49:6-7)

            Demikianlah bahwa dari ayat ini, tergambar secara samar- samar akan Sang Hamba Allah yang kemudian menjadi Terang bagi bangsa-bangsa. Ia akan dihormati oleh para raja dan penguasa bangsa-bangsa. Raja-raja dan penguasa akan melihat perbuatan Allah dan menghormati-Nya oleh karena Ia telah memilih Hamba-Nya (yaitu Kristus). Artinya, nilai-nilai ajaran Kristus dapat diterima oleh bangsa-bangsa. Dengan demikian tergenapilah sabda Allah yang menyatakan bahwa Allah akan menanamkan hukum-Nya, atau sabda-Nya ke dalam hati manusia. “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.” (Yeh 31:33) Dengan demikian, hukum Taurat (nilai-nilai hukum moral dalam ke10 perintah Allah) itu tidak semata menjadi hukum yang tertulis di loh batu, namun terpatri di dalam hati manusia sebagai hukum kodrat, yang dapat dimiliki setiap manusia. Itulah sebabnya, hati nurani manusia secara umum dapat mengenali Sang Pencipta dan terdorong untuk berbakti kepada-Nya; di manapun manusia terdorong untuk menghormati orang tua, dan mengetahui bahwa membunuh, mencuri ataupun berzinah adalah perbuatan yang salah.

            Demikianlah, memang kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada Kristus (Mat 28:18). Dan kemudian kuasa kepemimpinan Kristus itu, yaitu kuasa untuk mengajar, untuk ‘melepaskan dan mengikat’ memang diberikan oleh Kristus kepada para Rasul, sebagaimana dikatakan oleh Kristus sendiri (lih. Mat 16:18-19, 18:18). Sebab apa yang dikatakan para Rasul itu Kristus berasal dari Kristus, dan kalau kita tidak mendengarkan para Rasul, artinya kita tidak mendengarkan Kristus. Bukankah Kristus mengatakan, “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku”? (Luk 10:16). Maka, jika kita percaya kepada Kristus, seharusnya kita tidak dapat mencurigai para Rasul untuk mengajarkan apa-apa yang hanya menjadi “akal-akalan” para Rasul, seperti yang Anda katakan. Perjanjian Baru ada sebagai penggenapan Perjanjian Lama. Kitab Perjanjian Baru memang berasal dari para Rasul, dan kita menerima keseluruhan Kitab Suci dari penerus Rasul (Kanon Kitab Suci ditetapkan oleh Paus Damasus di tahun 382). Maka adalah tidak logis sebenarnya, jika kita menerima Kitab Suci-nya, tetapi tidak mau menerima otoritas yang oleh-nya kita menerima keseluruhan Kitab Suci. Sebab kepemimpinan Gereja memang telah diberikan Kristus kepada para Rasul, dan para penerus mereka, sebab penyertaan Kristus kepada Gereja-Nya tidak berakhir sampai zaman para Rasul saja, tetapi sampai kepada akhir zaman (lih Mat 28:18-20). Maka mari kita menerima juga segala sesuatu yang diajarkan oleh para Rasul, baik lisan maupun tertulis (lih. 2Tes 2:15), sebab dengan demikian kita menerima keseluruhan pengajaran Kristus.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Terima kasih atas jawaban dari Bu Inggrid.

            Saya sudah mendapatkan gambaran bahwa hukum seremonial bertujuan untuk mempersiapkan diri agar setiap orang dapat menerima penggenapan dari Kristus.
            Namun saya rasa kalimat Ibu yang menyatakan “Sedangkan hukum yudisial PL dimaksudkan sebagai hukum yang mempersiapkan umat-Nya untuk menerima prinsip hukum yang adil …” belum memiliki dasar yang kuat.
            Saya mengatakan ini karena Yesus sendiri malah mengubah beberapa hukum yudisial. Yesus membatalkan hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi, Yesus membatalkan hukum lempar batu terhadap orang yang berzinah. Jadi, bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa hukum yudisial mempersiapkan umat menerima prinsip yang adil dari Yesus? Yesus sendiri saja menganjurkan untuk tidak melakukan hukum-hukum itu.
            Nah, apa bila di Perjanjian Lama ada ayat yang mendukung pernyataan Ibu tersebut, tentunya akan lebih mudah untuk dimengerti.

            Demikian tanggapan dari saya.
            Terima kasih sebelumnya.

          • Shalom Bogoro,

            Kitab Perjanjian Lama memang tidak mengklasifikasikan secara eksplisit adanya ketiga jenis hukum pada hukum Taurat Musa. Sebagaimana telah disampaikan di atas, ketiga klasifikasi tersebut dijabarkan oleh St. Thomas Aquinas, agar kita lebih memahami kesinambungan hukum tersebut, dengan penggenapannya di dalam Kristus dalam Perjanjian Baru. Maka klasifikasi itu dimaksudkan untuk membantu pemahaman kita, tanpa mengubah apapun yang telah disampaikan dalam Perjanjian Lama.

            Dalam kitab Musa sendiri, Nabi Musa menubuatkan tentang Kristus sebagai Seseorang yang menyampaikan segala yang diperintahkan oleh Tuhan, dan dengan demikian menyatakan secara implisit bahwa kelak segala perintah Tuhan akan dinyatakan: “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan… Lalu berkatalah Tuhan kepadaku: … seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” (Ul 18:15,18)

            Nubuat nabi Musa ini, bersama-sama dengan nubuat dari kitab-kitab para nabi lainnya, menyampaikan gambaran akan Kristus. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.

            Nah, telah diuraikan di atas, bahwa hukum moral Perjanjian Lama (yaitu Sepuluh Perintah Allah) tetap berlaku dan digenapi secara sempurna dalam kedua hukum Kristus, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat 22:37-40; Mrk 12:30-31). Sedangkan hukum seremonial dan yudisial PL digenapi dengan cara yang berbeda dalam PB. Yesus menekankan keadilan yang didasarkan atas kasih, yang menjiwai hukum tersebut. Dengan memahami prinsip kasih, maka kita diajak oleh Yesus untuk tidak semata menilai segala sesuatu dari apa yang nampak, namun kepada maksud/ prinsip keadilan dan kasih yang melatarbelakangi suatu tindakan. Contohnya adalah ketika Ia menjelaskan mengapa jika Ia menyembuhkan pada hari Sabat, Ia sesungguhnya tidak melanggar hukum (lih. Yoh 7:22-24), sebab prinsip keadilan sejati yang ingin dicapai oleh hukum itulah yang justru sedang dilakukan oleh-Nya. Yaitu sebagai Putera Allah yang mempunyai kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, Kristus berkewajiban dan berhak untuk menyembuhkan mereka yang sangat membutuhkan kesembuhan.

            Nah, maka Kristus memang datang untuk memperbaharui hukum Taurat Musa (Perjanjian Lama). Itulah sebabnya ada Perjanjian Baru. Secara lebih rinci kita mengetahui bagaimana Kristus memperbaharui hukum tersebut saat khotbah di bukit, dalam Delapan Sabda Bahagia dan sejumlah ketentuan lainnya, yang didasari atas prinsip keadilan dan kasih (lih. Mat 5-7). Sejujurnya, apa yang diajarkan oleh Kristus lebih mendalam daripada yang secara literal tertulis dalam hukum Taurat. Contohnya, tentang zinah. Zinah menurut hukum Musa adalah jika seseorang telah melakukan perbuatan zinah (lih. Im 20:10). Namun Yesus mengajarkan bahwa zinah itu bahkan dimulai sejak di pikiran, yaitu pada saat seseorang menginginkan seorang perempuan di dalam hatinya (lih. Mat 5:27-28). Dengan demikian, ketentuan tentang zinah dalam PL diperbaharui oleh Yesus dalam PB. Ketentuan PL diperlukan, agar umat Allah mengetahui bahwa perzinahan adalah suatu pelanggaran yang berat dan serius. Namun ketentuan PB tentang perzinahan mengajarkan kepada kita maksud yang lebih sempurna dari ketentuan PL, yaitu bahwa perzinahan itu sudah dimulai di dalam hati/ di pikiran, sehingga untuk menghindarinya, diperlukan langkah yang lebih awal, yaitu mengusahakan agar keinginan itu tidak bertumbuh di pikiran/ hati. Karena itu, bahkan Yesus menyebutkan di ayat berikutnya agar jika mata kanan menyesatkan, lebih baik mata itu dicungkil, yang merupakan ungkapan kiasan, yang menyatakan bahwa kehendak yang jahat harus ditumpas sejak awal. St. Paus Yohanes Paulus II dalam penjelasannya tentang Teologi Tubuh menjelaskan bahwa larangan tentang zinah yang disampaikan oleh Yesus dalam Mat 5:27-28, dimaksudkan agar suami dapat mengasihi istrinya dengan kasih sejati, yaitu kasih yang tidak dibagikan kepada seorang wanita yang lain, atau bahkan jika ditujukan kepada istrinya sendiri, kasih sejati itu tidak boleh hanya demi menginginkan tubuh istrinya saja. Sebab kesatuan kasih suami istri itu bukan hanya jasmani namun melibatkan keseluruhan pribadi, termasuk kesatuan jiwa (rohani) dan seluruh aspirasi dan kehendak keduanya.

            Demikian pula selanjutnya dalam khotbah di bukit, Yesus menjelaskan maksud yang menjiwai suatu peraturan/ ketentuan, agar kita dapat memahami prinsip keadilan dan kasih yang sempurna yang dimaksudkan oleh Allah, dalam memberikan ketentuan itu. Prinsip keadilan atas dasar kasih inilah yang kemudian diterapkan oleh Gereja dalam prinsip hukumnya. Yaitu bahwa pihak yang kuat wajib menolong/ menopang yang lemah. Dan dalam pemberian sangsi berikutnya selalu diperhitungkan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang terkait, dan dengan sedapat mungkin memberikan kesempatan kepada pihak yang bersalah untuk memperbaiki diri. Kristus selanjutnya mempercayakan kepada Gereja pengaturan penerapan hukum ini, sebab kepada Gerejalah Kristus memberikan kuasa untuk mengikat dan melepaskan (lih. Mat 16:18-19), yang dapat diartikan sebagai kuasa mengajar, mengampuni dosa dan menentukan hukum mana yang mengikat atau tidak mengikat bagi jemaat. 

            Nah, maka semoga kita dapat melihat di sini, bahwa walaupun sangsi yang ditetapkan di zaman ini tidak sama dengan sangsi yang ditetapkan di zaman Nabi Musa, namun tidak berarti bahwa prinsip ketentuan PL diabaikan. Sebab hal perzinahan, hal perbuatan jahat, hal sumpah palsu dst, adalah pelanggaran hukum moral yang tetap berlaku. Selanjutnya, Tuhan Yesus bahkan menyempurnakan hukum PL hingga ke titik yang lebih sulit untuk dilaksanakan, seperti berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita, mengampuni dan mengasihi musuh dan mendoakan mereka, dan agar kita berbuat baik kepada semua orang tanpa pandang bulu, sebab dengan demikian kita menjadi semakin sempurna seperti Allah Bapa di Surga (lih. Mat 5:38-48).

            Kasih dan keadilan bagi semua orang ini menjadi prinsip ajaran sosial Gereja, yang dapat dibaca secara lebih rinci dalam banyak dokumen Gereja, secara khusus adalah Caritas in Veritate (Kasih dan Kebenaran), silakan klik.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Terima kasih atas jawabannya, Bu Inggrid.
            Saya masih memiliki beberapa tanggpan.

            Apabila Yesus memang menekankan keadilan, yaitu setiap orang harus menerima sanksi yang setimpal dengan perbuatannya, bagaimana mungkin Yesus mengganti “hukum mata ganti mata gigi ganti gigi” dengan “berilah pipi kananmu apabila pipi kirimu ditampar”?
            Mata ganti mata gigi ganti gigi jelas-jelas sangat adil. Tapi mengapa Yesus menghilangkan hukum yudisial itu?
            Lalu kalau Yesus memang menekankan keadilan, mengapa pula Yesus menghapuskan hukum melempari pezinah? Bukankah hukum di perjanjian lama memang sudah dianggap adil?

            Demikian tanggapan dari saya.

          • Shalom Bogoro,

            Fakta adanya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang tercatat dalam Kitab Suci menunjukkan adanya tahapan Wahyu ilahi yang dinyatakan Allah kepada manusia. Allah secara berangsur mempersiapkan umat-Nya yang berhati lamban dan keras, agar dapat menerima prinsip keadilan-Nya. Yaitu bahwa selalu ada konsekuensi dari segala perbuatan kita. Dalam Perjanjian Lama hal konsekuensi ini ditekankan kepada hal membayar ‘ganti rugi’ -yang diwujudkan secara lahiriah/ material- dan ini merupakan langkah awal untuk menumbuhkan rasa keadilan di tengah umat-Nya. Namun dalam Perjanjian Baru, Allah menyatakan bahwa keadilan-Nya sesungguhnya tak terpisahkan dengan kasih-Nya, dan mengarah kepada perwujudan kasih-Nya yang memuncak di dalam kurban Kristus di kayu salib, untuk menebus dosa -dosa kita. Hanya dengan memandang kepada cinta kasih Allah di dalam Kristus inilah, kita dapat sampai kepada pertobatan yang sejati dan mempunyai kekuatan untuk menolak/ membenci dosa.

            KGK 1432    Hati manusia itu lamban dan keras. Allah harus memberi kepada manusia satu hati baru (Bdk. Yeh 36:26-27). Pertobatan itu pertama-tama adalah karya rahmat Allah, yang membalikkan hati kita kembali kepada-Nya: “Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya Tuhan, maka kami akan kembali” (Rat 5:21). Allah memberi kita kekuatan untuk mulai baru. Kalau hati kita menemukan kebesaran dan cinta Allah, ia akan diguncangkan oleh kejijikan akan dosa dan oleh beban yang disebabkan dosa. Ia mulai merasa takut, untuk mempermalukan Allah dengan dosa dan dengan demikian dipisahkan dari-Nya. Hati manusia bertobat, apabila ia melihat kepada Dia yang ditembusi dosa-dosa kita (Bdk. Yoh 19:37;Za 12:10).
            “Marilah kita memandang darah Kristus dan mengakui, betapa bernilai itu untuk Bapa-Nya; karena dicurahkan demi keselamatan kita, ia membawa rahmat pertobatan untuk seluruh dunia” (Klemens dari Roma, Kor. 7,4).

            Maka dalam Perjanjian Baru, hal ‘ganti rugi’ diperbaharui dan disempurnakan dengan dimensi rohaniah, yaitu pertobatan, yang menjadi tujuan sejati dari maksud diberlakukannya sanksi dari perbuatan dosa. Sebab pada hakekatnya segala pelanggaran dan dosa itu mempunyai akibat merusak hubungan kita dengan Allah dan sesama. Dan untuk memperbaikinya, bukan semata denda lahiriah yang diperlukan, tetapi pertama-tama adalah perubahan hati, ‘metanoia‘, yaitu: berbalik arah kepada Tuhan. Atau dikenal sebagai rekonsiliasi dengan Allah. Kita memperolehnya dalam sakramen Pengakuan Dosa, yang memberikan kepada kita pengampunan (absolusi) dan silih/ penitensi.

            Nah, maka prinsip ‘mata ganti mata’ dan ‘gigi ganti gigi’ sesungguhnya hanya merupakan langkah yang mengarah kepada prinsip keadilan yang lebih sempurna, yaitu keadilan dengan maksud membuahkan pertobatan. Dengan kata lain, pertobatan hati menjadi yang utama, walaupun tanpa mengabaikan langkah perubahan yang harus diambil untuk kebaikan manusia, dengan kaidah-kaidah keadilan.

            KGK 1888    Karena itu kekuatan rohani dan susila manusia harus ditantang, dan perlu diingatkan, bahwa manusia secara terus-menerus harus memperbaharui diri secara batin, mendatangkan perubahan-perubahan kemasyarakatan yang benar-benar mengabdi kepada pribadi manusia. Pertobatan hati harus diutamakan. Namun itu tidak membatalkan, tetapi menguatkan kewajiban untuk menyehatkan lembaga dan situasi dunia yang merangsang perilaku ke arah dosa sedemikian rupa, sehingga semuanya disesuaikan dengan kaidah-kaidah keadilan dan lebih mengembangkangkan kebaikan daripada menghalang-halanginya (Bdk. LG 36).

            Atas dasar inilah kita melihat bahwa dalam Perjanjian Baru, yang ditekankan adalah ‘pertobatan’ yang menjadi maksud diberlakukannya sanksi bagi pelanggaran. Maka Gereja mendukung diberlakukannya sanksi baik menurut ketentuan hukum sipil maupun hukum gerejawi, asalkan itu diadakan seturut kaidah keadilan, dan demi mendorong pertobatan bagi yang melakukan pelanggaran, dan demi mengusahakan perubahan ke arah perbaikan dalam Gereja dan masyarakat.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Terima kasih atas jawabannya, Bu Inggrid.

            “Maka dalam Perjanjian Baru, hal ‘ganti rugi’ diperbaharui dan disempurnakan dengan dimensi rohaniah, yaitu pertobatan, yang menjadi tujuan sejati dari maksud diberlakukannya sanksi dari perbuatan dosa. ”

            Saya rasa jawaban ibu ini tidak cocok apabila dikaitkan dengan perkataan Yesus. Yesus berkata “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Apabila Yesus memang menekankan pertobatan, seharusnya kalimatnya bukan “berilah pipi kirimu.” Gimana orang yang berdosa bisa bertobat kalau kita cuma disuruh untuk rela disiksa terus menerus sama pendosa-pendosa yang menjahati kita? Kalau memang mau membuat orang bertobat, hukum taurat mata ganti mata itu sudah sangat tepat. Cuma hukuman yang dapat membuat orang dapat menyesal.

          • Shalom Bogoro,

            Kemungkinan Anda beranggapan demikian, sebab Anda hanya menaruh perhatian kepada kehidupan manusia di dunia, dan kecenderungan umum pada manusia. Tetapi Tuhan Yesus yang mengajarkan kesempurnaan, menaruh perhatian kepada kehidupan kekal yang dapat diberikan kepada manusia, jika manusia mengejar kesempurnaan sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

            Nah, maka hal mengampuni orang yang bersalah kepada kita, memang secara akal manusia mungkin sangat terlihat tidak adil, dan bahkan mustahil dilakukan, jika yang dijadikan dasar adalah perasaan pihak yang sudah disakiti. Dan, kalau hal perasaan dan kecenderungan manusia saja yang diikuti, maka memang yang terjadi adalah saling membalas tanpa akhir, seperti yang terjadi sampai sekarang di kawasan Yerusalem (Holy Land).

            Tuhan Yesus mengetahui kecenderungan ini, dan Ia yang adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup, mengajarkan hukum kasih yang mengatasi prinsip ‘mata ganti mata’ ini. Ia sendiri memberikan teladan penggenapannya, dengan tidak membalas dan mengampuni semua orang yang telah menyalibkan Dia, dan ini termasuk semua dosa- dosa kita yang membuat-Nya harus menanggung salib itu. Teladan Yesus inilah yang memampukan para murid-Nya, para martir, para orang kudus, dan sejumlah umat beriman lainnya, untuk berbuat serupa. Bukankah hal itu dilakukan juga oleh para martir yang mendoakan para penganiaya mereka, dan itu membuahkan pertobatan para penganiaya mereka? Paus Yohanes Paulus II juga mengampuni Mehmet Ali Agca, seorang yang telah mencoba membunuhnya. Walaupun tidak banyak dikisahkan bagaimana hidup Agca sekarang, namun kita ketahui ia sudah keluar dari penjara, dan konon -menurut Wikipedia- ia telah menjadi seorang pengikut Kristus.

            Kisah serupa juga kita dengar hari ini di acara Kick Andy, di Metro TV 23 Nov 2014, tentang beberapa orang yang berhasil mengampuni pembunuh ibunya dan juga seorang lainnya mengampuni pembunuh suaminya. Ini menunjukkan kebenaran hakiki akan makna pengampunan yang dapat menghantar orang yang telah berbuat jahat kepada pertobatan. Hal yang tidak mungkin terjadi jika kejahatan yang diterima dibalas lagi dengan kejahatan berikutnya. Kejahatan hanya bisa dihentikan oleh kasih dan jiwa besar, dan Kristus yang Maha Sempurna dan Maha mengetahui segalanya, mengajarkan hal ini kepada kita. Memang negara sebagai penegak otoritas hukum berhak menjatuhkan hukuman/ sanksi yang adil terhadap kejahatan yang telah dilakukan, namun itu tidak meniadakan kewajiban pihak yang disakiti ataupun yang dirugikan untuk memberikan pengampunan.

            Mari kita mohon agar Roh Allah memampukan kita melihat kebenaran yang diajarkan oleh Kristus, dan melaksanakannya, walaupun nampak sulit dan bertentangan dengan kecenderungan manusiawi: yaitu mengampuni semua orang yang telah berbuat jahat kepada kita, dan mendoakan mereka. Dengan bantuan rahmat Tuhan, semoga Tuhan memampukan kita.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. * Ayat2 dibawah ini, menunjukkan bahwa HUKUM TAURAT yang DIGENAPI adalah NUBUATAN tentang Yesus, yang SEMUANYA PASTI AKAN TERJADI.

    Matius 5:17-18 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan HUKUM TAURAT atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk MENGGENAPInya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari HUKUM TAURAT, SEBELUM SEMUANYA TERJADI

    Lukas 24:44 Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus DIGENAPI semua yang ada tertulis TENTANG AKU dalam kitab TAURAT MUSA dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.”

    * Hukum Taurat itu kudus,tetapi didalam daging manusia, KUASA DOSA menjajah HUKUM tersebut sehingga TIDAK MUNGKIN manusia melakukannya.

    Galatia 3:10-11 “Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.” Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: “Orang yang benar akan hidup oleh iman.”
    Galatia 5:4 Kamu LEPAS DARI KRISTUS, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh HUKUM TAURAT; kamu hidup di luar KASIH KARUNIA.

    *Yesus menyebut Ajaran Farisi (Hukum Taurat) dengan Ragi :
    Matius 16:6 Yesus berkata kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.”
    I Korintus 5:6-7 Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru,
    Lukas 12:1 ……Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. (hukum Taurat menyebabkan kemunafikan)

    * Mencampurkan RAGI Hukum Taurat kedalam Iman Kristen menyebabkan orang Kristen tidak mampu melakukan seluruh Kehendak Allah, karena KUASA DOSA tetap hadir di dalam hatinya.

    Roma 6:6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya TUBUH DOSA KITA HILANG KUASANYA, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.
    6:14 Sebab kamu TIDAK AKAN DIKUASAI lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah HUKUM TAURAT, tetapi di bawah KASIH KARUNIA.

    May GOD BLESS us

    • Shalom Mian,

      Ya, benar, bahwa Sabda Tuhan dalam Injil maupun surat-surat para Rasul mengatakan bahwa hukum Taurat itu digenapi di dalam Kristus. Kristus merupakan penggenapan nubuat-nubuat para nabi dan kitab Mazmur. Itulah sebabnya Rasul Paulus kerap kali mengkontraskan antara hukum Taurat dan iman akan Kristus, dengan mengatakan bahwa yang menyelamatkan kita adalah iman akan Kristus dan bukan karena perbuatan melakukan hukum Taurat (lih. Gal 2:16). Dengan demikian aturan sunat jasmaniah dalam hukum Taurat digenapi dengan sunat rohaniah (lih. Rm 2:29); dan makna sunat itu sendiri digenapi dalam Pembaptisan, sebab yang ditanggalkan bukan hanya kulit jasmani, namun keseluruhan manusia lama, untuk bangkit sebagai manusia baru dengan kehidupan ilahi di dalam Kristus (lih. Rom 6:1-11, Rom 8:10-11). Demikian pula makna hari Sabat digenapi dengan makna hari Tuhan pada hari Minggu untuk memperingati Kebangkitan Kristus, sebab melalui wafat dan kebangkitan Kristus tergenapilah rencana keselamatan Allah, di mana kita semua yang mengimani Dia, diciptakan secara baru di dalam Kristus, sehingga dapat hidup dalam tuntunan kasih karunia Allah.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. Syalom,

    Sebelumnya saya ingin berterima kasih atas artikel dalam website ini, karena telah banyak membantu membangun pemahaman saya yang lebih mendalam mengenai iman Katolik.
    Dalam kesempatan ini perkenankan saya juga memohon ijin untuk mengutip (sekalipun telah ditulis dalam pojok kanan bawah setiap halaman web ini) artikel – artikel dalam website ini untuk keperluan buletin bulanan Recharge yang diterbitkan komunitas muda – mudi kami untuk didistribusikan di area Keuskupan Surabaya.
    Sedikit koreksi dari saya, terkait penggunaan kata “sangsi”, akan lebih tepat untuk diganti dengan “sanksi”.
    Terima kasih dan semoga Saudara – Saudara semakin semangat dalam pelayanan ini. Tuhan memberkati.

    [Dari Katolisitas: Terima kasih atas masukan Anda. Ya, sudah kami perbaiki. Salam kami untuk adik-adik muda-mudi Keuskupan Surabaya.]

    Salam,

    Erwin

  5. Mat 5:17 menuliskan “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Mat 5:17 menuliskan bahwa Yesus tidak membatalkan Hukum Taurat namun Ef 2:15 menyatakan bahwa Yesus membatalkan Hukum Taurat, dengan menuliskan “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.”

    pertanyaannya :
    1. siapakah paulus?, koq berani mengajarkan berbeda dengan yang Yesus ajarkan?
    2. dari siapa ajaran paulus?, paulus bukan salah satu dari 12 rasul, karena paulus(saulus) menyatakan kepercayaanya setelah yesus wafat
    3. paulus mengajarkan pengertiannya sendiri, bukan ajaran Yesus?

    [dari katolisitas: Silakan melihat latar belakang Rasul Paulus di sini – silakan klik. Tidak ada perbedaan antara apa yang diajarkan Yesus dengan Rasul Paulus dalam hal hukum Taurat, selama kita dapat mengerti ada 3 jenis hukum Taurat.]

  6. Dear Katolisitas,

    mengapa Rasul Paulus tampak anti terhadap hukum Taurat? Bahkan dibilang dalam hukum Taurat tidak ada keselamatan (Gal 2:21).

    Terima kasih,
    Robert

    • Shalom Robert,

      Gal 2:21, dalam bahasa Inggrisnya berbunyi:

      I do not nullify the grace of God; for if justification were through the law, then Christ died to no purpose.” (Gal 2:21, RSV)

      Jadi lebih tepatnya maksudnya adalah: jika justifikasi/ pembenaran adalah melalui Hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus. Sebab memang kita dibenarkan/ memperoleh keselamatan oleh karena kasih karunia Allah, dan bukan karena melakukan perbuatan-perbuatan yang disyaratkan oleh hukum Taurat. Hukum Taurat itu memang diberikan Allah pada zaman Perjanjian Lama, untuk mempersiapkan umat pilihan-Nya menerima Kristus Sang Penyelamat dalam Perjanjian Baru. Melalui hukum Taurat ini, manusia mengenal adanya dosa, yaitu pelanggaran akan hukum Tuhan (kesepuluh perintah Allah). Dengan demikian, manusia semakin dapat menghargai betapa besar kasih Allah yang dinyatakan-Nya dengan mengutus Putera Tunggal-Nya untuk menjadi manusia, yang menderita sengsara, wafat dan bangkit, demi menyelamatkan kita dari belenggu dosa tersebut. Jadi memang keselamatan itu tidak diperoleh manusia atas jasanya sendiri melakukan hukum Taurat, namun karena kasih karunia Allah, oleh iman (Ef 2:8-9), yang bekerja oleh kasih (Gal 6:5).

      Maka ayat Gal 2:21 tidak untuk diartikan bahwa Kristus, melalui Rasul Paulus, membatalkan semua hukum Taurat (termasuk kesepuluh perintah Allah). Yang dimaksudkan Paulus di sini adalah, untuk mengajarkan kepada kita, keselamatan kita tidak kita peroleh sendiri melalui perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan tanpa iman. Iman akan Kristus yang kita peroleh dari kasih karunia Allah itu tetaplah yang menyelamatkan kita. Iman ini dinyatakan dengan Pembaptisan, pertobatan yang terus menerus di sepanjang hidup, dan perbuatan kasih sebagai bukti dari iman yang hidup (lih Yak 2:24,26).

      Jika Anda tertarik dengan topik ini, silakan membaca dokumen seri, sekilas tentang justifikasi, menurut Lutheran dan Katolik, di situs ini, silakan klik di judul berikut:

      Deklarasi bersama Lutheran dan Katolik tentang Doktrin Justifikasi
      Deklarasi Bersama Lutheran dan Katolik tentang Doktrin Justifikasi 25 Juni 1998
      Tanggapan Gereja Katolik terhadap Deklarasi Bersama Gereja Katolik dan Federasi Lutheran Sedunia tentang Doktrin Justifikasi

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      PS: Mohon maaf atas keterlambatan jawaban kami.

  7. Saya ingin menanggapi pernyataan dari sdr.budi darmawan
    ‘Sebuah agama yang baik bisa dilihat dari buah ajarannya’
    Memang benar seperti itu tp mari kita lihat sejarah ke belakang
    indonesia di jajah belanda berapa tahun?mayoritas agama apa bangsa belanda?katolik masuk indonesia lewat siapa?bagaimana penyebarannya?
    Mayoritas agama apa bangsa perancis,inggris,portugis yang sekarang menduduki negeri yang di katakan amerika?tanahnya siapa itu?ada surat jual belikah dengan bangsa indian?bagaimana bangsa indian waktu itu?
    australia yang mayoritas orang inggris,agama apakah mereka?mana surat jual beli dengan suku aborigin?
    kasihilah musuhmu”’masih ingatkah anda dengan nagasaki dan hiroshima?bangsa yang punya agamakah yang melakukan itu?
    Ingatkah anda irak tahun 2003 yang porak poranda sampai sekarang?dengan tuduhan yang tidak terbukti!siapakah yang melakukan itu,mayoritas agama apakah mereka?bagaimana dengan afghanistan?pakistan?
    Bagaimana perasaan bangsa palestina,?siapakah yang mendanai yahudi?agama apakah mayoritas bangsa itu?
    Iran yang mau hidup mandiri menjadi target selanjutnya dengan tuduhan yang macam macam,
    Bagaimana dengan penyakit aids yang tidak ada obatnya?
    Penembakan di sekolah?
    Bayi bayi yang lahir tanpa bapak(kendatipun ada bapak tapi tak mengakui)?
    Aborsi?
    Kecelakaan di jalan karena mabuk?
    Meninggal karena narkotika?
    Dll
    Kalau mereka melakukan itu dibilang karena individu saya kira tidak karena ini negara atau hukum negara yang tidak tegas,,bisa jadi,,terus bagaimana?
    Menurut hemat saya,,
    Adanya agama adalah aturan,mengatur manusia hidup damai,,bagaimana supaya hidup damai?apakah yang salah di maafkan,,memang tp kalau kesalahan terus terus?maafkan lagi,,bagaimana kalau mayoritas yang melakukan kesalahan?saya kira harus ada hukum yang tegas sehingga tatanan kehidupan bisa berjalan baik,hukum menurut manusia?saya kira hukum menurut tuhan yang paling baik,karena apa?manusia diliputi hawa nafsu kalau bikin hukum bisa jadi untuk melindungi nafsunya,cinta kasih bisa didapat kalau hukum jelas,kalau semua manusia sudah cinta kasih sebenarnya hukum tidak perlu,tapi hukum ada karena menuntun orang kepada cinta kasih,,kasihilah musuhmu itu sikap iman paling tinggi belum tentu semua orang bisa meraih iman seperti itu sehingga ada kiat kiat khusus agar orang bisa meraihnya,dengan aturan yang jelas,pelaksanaan yang jelas dan kepada siapa semua itu kembali.

    • Salam Bima,

      Apakah Anda bisa menyebutkan “hukum Tuhan” itu di dunia ini saat ini yang sungguh-sungguh berhasil membuat keadilan di dunia? Manakah “hukum Tuhan” yang secara efektif membuat manusia selama masih di dunia ini taat tunduk padanya tanpa merampas sedikitpum kebebasannya sebagai manusia?

      Menurut ajaran Katolik, Allah menganugerahi manusia dengan kebebasan atau kehendak bebas dan daya kesadaran diri. Inilah yang membuat manusia berbeda dari makhluk ciptaan lain. Manusia memiliki kebebasan untuk menolak 100 persen Allah dan ajaran agama maupun bebas untuk menerimanya 100 persen. Allah tidak represif. Memang, justeru dengan kesadaran akan kasih sayang Allah yang sedemikian besar itu, seharusnya manusia mengarahkan kebebasannya untuk mengabdi Allah. Namun Allah sendiri justru karena kasihNya yang agung, memberikan kebebasan kepada manusia juga jika ada kemungkinan manusia menyalahgunakan kebebasannya. Ia tidak memaksakan kehendakNya atas manusia. Ia menawarkan dengan kuat namun lembut penuh kasih melalui para nabi dan bahkan akhirnya melalui SabdaNya yang menjadi manusia: Yesus.

      Di antara rentang penolakan 100 persen dan penerimaan 100 persen itu, manusia bergulat dengan kebebasannya. Ada yang penerimaannya baru mencapai 25 persen, 50 persen, 60 persen dsb. Sering kali penerimaan kognitif atas ajaran agama tidak sinkron dengan perilakunya. Mengaku beragama namun perilaku tidak sesuai dengan ajaran agama sering terjadi dari zaman ke zaman. “Seharusnya” perilaku kaum beragama klop dengan penerimaan yang 100 persen atas ajaran agama misalnya perilaku kasih, suka cita, damai, pengampunan, kelemahlembutan, penguasaan diri, takut akan Allah, dan semacamnya. Namun de facto, kehendak manusia yang bebas sering tidak sejalan dengan maksud Allah dan peraturan agama. Hal ini bukan berarti Allah dan ajaran agamanya yang salah, melainkan orang-orangnya yang dengan kebebasannya memang mampu menolak kebenaran ilahi. Jika dilakukan rutin dan dalam rombongan besar, penyelewengan kebebasan itu bisa membentuk perilaku yang salah dan sistemik selama beberapa lama oleh sejumlah besar orang, dan biasanya yang menjadi penggeraknya ialah sejumlah orang yang punya kekuasaan politik dan ekonomi.
      Dalam proses sinkronisasi antara ajaran dan perilaku itulah manusia terbentur-terbentuk. Terbentur pada kenyataan bahwa perilakunya membuat susah orang atau bangsa lain, dan sebagainya. Benturan ini membentuk kesadaran baru.

      Gereja Katolik dengan pemimpin dan anggotanya dari berbagai bangsa semilyar lebih ini, dari abad I hingga tahun ini, mengalami pula proses pendewasaan dan pembelajaran agar perilaku menjadi makin mendekati 100 persen klop dengan ajaran yang bagus-bagus tertulis dalam dokumen-dokumen ajarannya itu. Ajarannya bagus, namun orang-orangnya jatuh, gagal, bahkan berdosa berat. Dalam alur sejarah, kegagalan pemimpin dan anggota Gereja Katolik dalam mengarahkan kebebasannya kepada kehendak Allah itu, membuat Gereja mawas diri, bertobat, belajar selalu merefleksikan diri agar selalu memperbaharui diri makin menyesuaikan diri dengan Allah yang adalah kasih. Hal ini terjadi dengan aneka kritik yang tajam.

      Seperti halnya yang terjadi pada Gereja Katolik, saya yakin bahwa para pemimpin agama-agama dan negara-negara pun mengalami pembelajaran. Dalam sejarah agama dan negara, proses belajar baik sebagai pribadi maupun sebagai agama dan negara tampak pada akhir-akhir ini. Bukankah di situ Allah sendiri membimbing dengan sabar sejarah dunia manusia ini? Lihatlah walau belum sempurna, muncul kesadaran atau “pertobatan”. Pemerintah Australia meminta maaf pada kaum Aborigin. Pemerintah Belanda pernah membentuk lembaga bantuan bagi Indonesia sebagai bentuk “ganti rugi” dan sebagainya.
      Bangsa kita pun belajar. Sebelum menjadi bangsa modern, kerajaan-kerajaan kita dulu merampas dan memerangi kerajaan lain sesama Nusantara, sebelum dan selama Pemerintah Hindia Belanda menjajah. Sisa-sisa watak kekerasan itu masih ada pula di bangsa kita apapun agama kita sebagai warga negara Indonesia. Maka kita belajar menjadi Indonesia yang makin bermartabat, bukan?

      Kini kesadaran mulai merata bahwa diperlukan hukum yang mengangkat martabat manusia, hukum internasional yang tegas atas pelanggaran kemanusiaan antar bangsa, dan hukum nasional yang tegas atas perilaku warganya. Namun Gereja Katolik yang mengatasi negara-negara, mengajarkan bahwa hukum sejati ialah hukum yag mendidik hati nurani manusia agar dengan kebebasannya akhirnya memutuskan dengan rela untuk menjadi lebih benar dan baik. Karena pribadi manusia dan masyarakat saling tergantung, maka jika hukum ditegakkan demi perbaikan martabat korban, dan demi keadilan bagi semua, maka hal itu akan mempengaruhi sikap pribadi seorang warga dalam memperlakukan sesamanya. Di sinilah hukum mesti mengatasi etika individualis. Hukum yang disarankan oleh Gereja Katolik ialah hukum yang mengormati martabat manusia, bukan hukum dendam. Kesesatan tetap kita tolak, namun orangnya yang sesat harus diberi hukuman yang setimpal dengan tujuan mendidik.

      “Adapun lembaga-lembaga manusiawi, hendaknya berusaha melayani martabat serta tujuan manusia, seraya sekaligus berjuang dengan gigih nelawan setiap perbudakan sosial maupun politik, setta mengabdi kepada hak-hak asasi manusia di bawah setiap pemerintahan. Bahkan lembaga-lembaga semacam itu lambat laun harus menanggapi kenyataan-kenyataan rohani, yg melampaui segala-galanya, juga kalau ada kalanya diperlukan waktu cukup lama untuk mencapai tujuan yang dimaksudkan” (Gaudium et Spes 29 alinea keempat).

      Namun Sdr Bima, saya setuju, bahwa akhirnya hanya hukum Tuhan yang memenangkan situasi kacau manusia ini. Namun Ia memerlukan kita untuk bekerjasama dengan Dia, yaitu dengan mengusahakan peraturan bersama dan ketegasan yang menghormati martabat manusia, sesuai kehendakNya. Mari kita laksanakan dengan bermartabat sebagaimana kita ini adalah citra- Nya yang menghargai kebebasan sesama.
      Kita berusaha dengan mohon kekuatan dan kesabaran dari Allah sendiri, juga jika “hukum Tuhan” itu baru terlaksana sepenuhnya di surga.

      Salam
      RD. Yohanes Dwi Harsanto

  8. Masalah judical law di dalam PL sudah digenapi Kristus maka nilai nilai Injil dikenal di penjuru dunia, kayaknya Injil dikenal lewat penjajahan, bukan cinta kasih

    Maka kasihilah musuhmu”, apa salah melawan penjajah?

    Lihat aja sejarah orang orang yang percaya Yesus rata rata penjajah dan penindas dengan mengambil tanah orang, kenapa ya?

    [pertanyaan ini digabungkan:]

    Kenapa banyak negara yang mengikuti ajaran cinta kasih Yesus namun dalam kenyataannya menjadi negara penjajah? Termasuk Indonesia kena imbas 350 tahun

    [dari Katolisitas: silakan Anda menyimak terlebih dahulu diskusi dengan Rm Santo dalam menjawab pertanyaan yang serupa yaitu di link ini, silakan klik]

  9. Shallom,

    Saya mempunyai seorang teman yang juga Katolik. Dia selalunya banyak persoalan dan persoalan itu telah terjawab, melalui pembacaannya didalam alkitab dan kuasa Tuhan.
    Namun ada satu persoalan yang masih tidak ditemukan jawapannya. Dia sangat runsing dan masih mencari jawapanya. walau bagaimanapun, dia masih berpegang teguh pada ajaran Katolik.

    Dalam ayat Mat 5: 17, Aku datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat melainkan untuk menggenapi.
    Apakah maksudnya perkataan ‘meniadakan’? adakah ia bererti menghapuskan, meghilangakan? Apakah maksud perkataan ‘menggenapi’? adakah ianya bererti ‘melengkapi’? ‘membuat lebih sempurna’?

    dan persoalannya ialah pada perjanjian lama sudah tertulis bahawa umat tidak boleh memakan binatang seperti babi etc. tetapi ianya bertentangan pada perjanjian baru.

    mohon pemurnian ya terima kasih.

    [dari katolisitas: Silakan membaca jawaban di atas – silakan klik]

  10. pro sdr Arfandi
    Silahkan jawab dulu pertanyaan katolisitas yang diajukan pada anda dengan huruf merah, saya ingin sekali mengetahui pendapat anda. Trim, Tuhan memberkati

  11. Saya setuju bahwa hukum ceremonial dibatalkan tapi ada pengecualian juga. Misalnya : Persembahan Persepuluhan tidak berasal dari Hukum Taurat Musa. Jadi tidak tergolong yang ceremonial dibatalkan. Buktinya : sebelum Taurat Musa ada sudah ada persepuluhan, sebagai contoh Abraham memberikan persepuluhan.
    Gbu.

    • Shalom Aaron,

      Kalau kita menganalisa, sebenarnya persembahan persepuluhan dapat masuk ke tiga kategori hukum. Menjadi bagian dari hukum yudisial, karena dapat membantu sesama; menjadi bagian dari hukum seremonial, karena dapat membantu Gereja untuk melakukan liturgi; menjadi bagian dari hukum moral – bukan besarannya namun prinsipnya – karena prinsip keadilan, yaitu mengasihi Allah dan juga mengasihi sesama.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Shalom juga Pak Stef,
        Dari pembahasan yg ada (mempersembahkan seluruh kehidupan, memberi dengan sukacita dan sukarela, melakukan prinsip keadilan, dll), menurut Pak Stef, apakah orang percaya tidak diharuskan lagi mengembalikan persepuluhan (strictly =10%).
        Gbu.

        • Shalom Aaron,

          Gereja dapat menentukan besarannya. Seperti di Eropa, Gereja menentukan 10% untuk mendukung kegiatan Gereja dan juga untuk pemeliharaan bangunan-bangunan Gereja. Namun, kalau Gereja tidak menentukan, maka menurut saya, 10% adalah jumlah yang sesungguhnya cukup baik. Bagi yang memang hidup di bawah garis kemiskinan, maka 10% sebenarnya terlalu besar, karena dengan memberikan 10% maka mereka dapat mengorbankan keluarga. Namun bagi yang hidup sungguh berkecukupan, maka 10% bisa menjadi terlalu kecil. Pada akhirnya, semua umat beriman harus mulai memikirkan untuk membangun Gereja, membantu karya-karya evangelisasi. Bantuan finansial adalah salah satu cara untuk membantu Gereja dalam melakukan misi evangelisasi. Semoga dapat membantu dan mari kita bersama-sama membangun Gereja yang kita kasihi, sehingga semakin banyak orang dapat mengasihi Yesus.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  12. dear katolisitas
    sy dulu pemelihara hari minggu tapi setelah membaca kitab Daniel tentang siapa kuasa yang merubah hukum dan waktu dialah yang sebenarnya ANTIKRISTUS, dan siapa saya yang mengikuti perubahan itu berarti dia juga pendukung ANTIKRISTUS, akhirnya saya jadi memelihara sabat. saya sendiri bingung dulunya. tetapi setelah saya yakin dan saya imani itulah yang terbaik tentunya buat saya, dan tidak perlu kita salin menjelekkan satu dengan yang lain.

    hukum yang di hapus di salib Yesus adalah, Hukum upacara sembelih korban, sabat tahunan dan masih ada yang lainya……
    hukum yang tidak dihapus adalah 10 hukum, hukum kesehatan di PL…….

    saya juga setuju dengan teman yang ikut komentar… bahwa Yesus mendobrak Tradisi Yahudi, bahwa sabat itu adalah berkat bagi manusia… tetapi yahudi malah membuat aturan yang memperberat manusia itu sendiri dan Yesus ingin tunjukan bahwa memelihara hari sabat itu bukan harus diam tidak boleh jalan sekian kilo atau tidak nyalakan api…..sabat itu hari kesukaan, hari suka cita, hari kelepasan bebas dari tugas berat……
    soal memelihara atau tidak memelihara sabat itu memang pribadi demikian juga yang memelihara hari minggu dalam arti berbakti.

    tugas bagi kita semua yang mengakui YESUS sebagai juruselamat adalah memberitakan kepada yang lain yang belum mengenal siapa YESUS bila semua manusia di muka bumi ini sudah mendengar kabar tentang Yesus maka Kita harus siap untuk kedatangan YESUS yang ke dua kali. amin

    [dari katolisitas: Silakan membaca diskusi tentang Sabat di sini – silakan klik. Setelah membaca dan mengikuti diskusi di link tersebut, silakan memberikan komentar kembali.]

  13. Shalom buat pak Stef dan team katolisitas,
    Sy baru masuk web ini dan meliat2 isinya ternyata ada perdebatan seru .. Salut buat pak Stef, yg melayani org2 model arfandi, ian lie..spt Yesus dl menghadapi imam2 dan ahli taurat yg merasa paling benar dan melakukan segala sesuatunya untuk Allah, yg padahal dlm kenyataan merekalah yg menolak Allah sendiri. Segala sesuatunya akan terbukti pada saatnya..sebentar lagi..tetap semangat. Tuhan Yesus memberkati..

  14. Tim katolisitas, kenapa pertanyaan saya yang ini tidak ditanggapi?? Padahal saya ingin sekali tau tanggapan tim katolisitas dari pertanyaan saya berikut:

    Yesus berkata dlm Matius 5:
    “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat….Aku datang bukan untuk meniadakannya…” (Matius 5:17)

    Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat….(Matius 5:18)

    Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:19)

    Apa yg dimaksud hukum taurat itu? Kalau bukan hukum2 yg sama dalam PL, lalu apa dasarnya anda menafsirkannya?

    Dan ini tentang revisi alkitab

    Terjemahan lama:

    SABDAweb Yoh 12:37
    Maka sungguh pun bagitu banyak ‘alamat yang diadakan Isa dihadapannya, tiada juga orang-orang itu perchaya akan dia:
    Melayu BABA (1913)

    SABDAweb Yoh 12:37
    Ttapi mski pun dia sudah buat bgitu banyak tanda-tanda di dpan dia-orang, t’ada juga dia-orang perchaya sama dia:
    Klinkert 1879 (1879)

    SABDAweb Yoh 12:37
    Maka soenggoehpon diperboewat Isa beberapa-berapa moedjizat dihadapannja, tidak djoega mareka-itoe pertjaja akan dia: FAYH (1989)

    ———-

    terjemahan baru

    SABDAweb Yoh 12:37
    Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat g di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,
    BIS (1985)

    SABDAweb Yoh 12:37
    Walaupun sudah banyak keajaiban yang dibuat Yesus di depan mereka, mereka tidak percaya kepada-Nya.
    TL (1954)

    SABDAweb Yoh 12:37
    Sungguhpun banyak tanda ajaib diperbuat oleh Yesus di hadapan mereka itu, tetapi tiada juga mereka itu percaya akan Dia.

    Kok dari -nya/dia berubah jadi -Nya/Dia(merujuk pd Tuhan) ya?? Bagaimana bisa?

    Saya berharap komentar saya tidak diabaikan lagi. Thanks

    [dari katolisitas: Silakan membaca tanya jawab di atas – silakan klik]

      • Shalom NW,

        Ke-Allahan Yesus tidak bergantung dari pemakaian huruf besar. Jadi, tidak menjadi masalah kalau Terjemahan Lama dan Terjemahan Baru ada perbedaan penulisan huruf, di mana yang satu memakai huruf besar dan yang lain memakai huruf kecil. Hal ini adalah masalah bahasa. Kita dapat melihat perbandingan dalam beberapa versi Kitab Suci di ayat yang sama sebagai berikut:

        (ASV)  But though he had done so many signs before them, yet they believed not on him:
        (BBE)  But though he had done such a number of signs before them, they still had no belief in him:
        (Bishops)  But though he had done so many miracles before them, yet beleued not they on hym,
        (CEV)  He had worked a lot of miracles among the people, but they were still not willing to have faith in him.
        (Darby)  But though he had done so many signs before them, they believed not on him,
        (DRB)  And whereas he had done so many miracles before them, they believed not in him:
        (EMTV)  But even though He had done so many signs in their presence, they did not believe in Him,
        (ESV)  Though he had done so many signs before them, they still did not believe in him,
        (Geneva)  And though he had done so many miracles before them, yet beleeued they not on him,
        (GW)  Although they had seen Jesus perform so many miracles, they wouldn’t believe in him.
        (IBIS)  Walaupun sudah banyak keajaiban yang dibuat Yesus di depan mereka, mereka tidak percaya kepada-Nya.
        (ISV)  Although he had performed numerous signs in their presence, they did not believe in him,
        (ITB)  Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya,
        (KJV+TVM)  ButG1161 though heG846 had doneG4160 [G5761] so manyG5118 miraclesG4592 beforeG1715 themG846, yet they believedG4100 [G5707] notG3756 onG1519 himG846:
        (KJV)  But though he had done so many miracles before them, yet they believed not on him:
        (KJV+)  ButG1161 though heG846 had doneG4160 so manyG5118 miraclesG4592 beforeG1715 them,G846 yet they believedG4100 notG3756 onG1519 him:G846
        (KJV-1611)  But though he had done so many miracles before them, yet they beleeued not on him:
        (KJVA)  But though he had done so many miracles before them, yet they believed not on him:
        (LITV)  But though He had done so many miraculous signs before them, they did not believe into Him,
        (MKJV)  But though He had done so many miracles before them, yet they did not believe on Him,
        (Murdock)  And although he wrought all these signs before them, they believed him not;
        (NAS77)  But though He had performed so many signs before them, yet they were not believing in Him;
        (NASB)  But though He had performed so many signs before them, yet they were not believing in Him.
        (NASB+)  But though He had performedG4160 soG5118 manyG5118 signsG4592 beforeG1715 them, yet they were not believingG4100 in Him.
        (RV)  But though he had done so many signs before them, yet they believed not on him:
        (Vulgate)  cum autem tanta signa fecisset coram eis non credebant in eum
        (Webster)  But though he had done so many miracles before them, yet they believed not on him:
        (WNT)  But though He had performed such great miracles in their presence, they did not believe in Him–
        (YLT)  yet he having done so many signs before them, they were not believing in him,

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

        Tambahan dari Ingrid:

        Shalom Nw,

        Contoh yang Anda sebut sebagai revisi adalah revisi terjemahan Kitab Suci, namun sesungguhnya Kitab Suci-nya itu sendiri dalam bahasa aslinya (dalam hal ini Injil Matius dalam bahasa Yunani), tidak pernah direvisi. Maka segala yang tertulis di Kitab Suci memang tidak diubah ataupun direvisi.

        Maka jika terdapat perbedaan kata “dia” yang tadinya ditulis dengan huruf kecil lalu kemudian dalam edisi tahun-tahun berikutnya ditulis dengan kata “Dia” itu kemungkinan berkaitan dengan perkembangan bahasa lokal yang mulai menggunakan huruf besar pada Pribadi yang Ilahi yaitu Tuhan. Harap dipahami bahwa dalam bahasa aslinya huruf Yunani tidak tertulis dalam alfabet yang kita kenal sekarang, yang mengenal adanya huruf kecil dan huruf besar. Tetapi hal ini tidak pernah menjadi masalah yang berarti, sebab hal keTuhanan Yesus tidak ditentukan dengan apakah kata ganti yang mengacu pada diri-Nya itu ditulis dengan huruf kecil atau huruf besar. Dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Tuhan Yesus telah menyatakan kodrat-Nya sebagai Tuhan dan sebagai manusia, sehingga huruf kecil ataupun huruf besar dalam penulisan kata ganti bagi-Nya, tidaklah menjadi hal yang patut dipersoalkan.

        Hal ke-Tuhanan Yesus sudah pernah dibahas di artikel-artikel berikut ini:

        Mengapa orang Kristen percaya bahwa Kristus adalah Tuhan
        Diskusi tentang Ke-Allahan Yesus Kristus
        Kristus yang Kita Imani = Yesus menurut Sejarah
        Yesus sungguh Allah sungguh Manusia
        Yesus Tuhan yang dinubuatkan oleh para Nabi
        Aku Percaya akan Yesus Kristus Putera Allah yang Tunggal

        dan itu tidak ada masalah, apakah kata ganti yang mengacu kepada Yesus ditulis dengan huruf kecil atau besar, sebab meskipun ditulis dalam huruf kecil sekalipun, tidak mengurangi ataupun mengubah esensi segala perbuatan dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya, yang hanya mungkin dilakukan jika Ia adalah Allah.

        Selanjutnya tentang apakah Kitab Suci pernah diedit, silakan membaca jawaban ini, silakan klik.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

  15. Selamat malam pak Stef dan bu Inggrid, di misa hari ini saya mendengarkan bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat Efesus 2:15, dikatakan sbb: ‘ sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya’, hal ini membuat kaget saya, pernah dikatakan dlm injil, saya lupa injil apa, kata Yesus, Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat tetapi untuk menggenapinya…..kok bertentangan ya? Terima kasih atas penjelasan bapak dan ibu, Tuhan Yesus memberkati

    • Shalom Stephanus Roy,

      Ef 2:15 “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.” Yesus membatalkan hukum taurat dengan segala perintahnya dalam pengertian dengan kematian-Nya, maka keselamatan tidak lagi diperuntukkan untuk bangsa Yahudi dan tidak didapatkan dengan ritual persembahan, namun keselamatan ada di dalam Kristus, yang menyatukan seluruh umat, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Tentang apakah Yesus membatalkan atau menggenapi hukum taurat, silakan melihat tanya jawab ini  – silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  16. Pak Stef, Bu Ingrid, dan tim Katolisitas lainnya,
    Saya punya satu pertanyaan, kalian ini makan, minum, atau doa apa sih koq bisa – bisanya sabar menghadapi orang – orang macam Arfandi itu?

    Saya yang baca saja panas luar biasa. Koq kalian masih bisa meladeni panjang lebar.

    Kalau ada orang bodoh dan tahu dia bodoh lalu mau menjadi pintar saya dengan senang hati membantu walaupun memakan waktu yang lama. Tetapi kalau ada orang bodoh tidak tahu dia bodoh dan sok pintar, saya lebih baik tidak komunikasi langsung, saya akan berdoa dulu mohon kesabaran yang panjang sekali untuk menghadapi dia.

    Mohon bimbingan karena dalam kehidupan sehari-hari saya juga sering menemui orang – orang seperti Arfandi.

    Salam,
    Edwin

    [dari katolisitas: Kita hanya minta belas kasih Allah untuk memberikan kita Roh kesabaran. Mohon doanya.]

  17. Dear staff Katolisitas,
    Mohon bantuan untuk menjelaskan penafsiran dari Matius 5 : 19-20
    Apakah umat Kristiani sudah banyak meniadakan perintah hukum Taurat ?.
    Lantas kalau ya, bagaimana menghubungkan ayat ini dengan hanya melalui Yesus kita bisa masuk surga ?.
    Terimakasih atas bantuannya.

    Pax Christy.

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

  18. Hukum Taurat dan Kristianitas

    Yesus menyatakan tidak menghapus hukum Taurat tetapi menyempurnakannya. Sebaliknya Paulus dalam Efesus 2: 15 menulis : ” sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya”.

    Kedua pernyataan tersebut membingungkan.

    • Shalom Herman Jay,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang hukum taurat. Secara prinsip, ada 3 hukum di dalam Perjanjian Lama, yaitu: Ceremonial Law, Judicial Law dan Moral Law. Dengan pemenuhan PL di dalam diri Kristus, maka Kristus adalah merupakan sumber dari Perjanjian Baru. Dengan kedatangan Kristus, maka Kristus telah membatalkan Ceremonial Law dan Judicial Law, namun Dia sendiri melengkapi Moral Law dengan Diri-Nya sendiri. Berikut ini adalah definisi dari ketiga hukum di PL:

      Ceremonial law atau hukum seremonial: sebagai suatu ekpresi untuk memisahkan sesuatu yang sakral dari yang duniawi yang juga berdasarkan prinsip hukum kodrat, seperti: hukum persembahan termasuk sunat (Kel 17:10, Im 12:3), perpuluhan (Mal 3:6-12), tentang kesakralan, proses penyucian untuk persembahan, tentang makanan, pakaian, sikap, dll. Hukum ini tidak lagi berlaku lagi dengan kedatangan Kristus, karena Kristus sendiri adalah persembahan yang sempurna, Kristus menjadi Anak Domba yang dikurbankan. Maka persembahan yang paling berkenan kepada Allah adalah kurban kita yang dipersatukan dengan korban Kristus dalam Ekaristi kudus.

      Itulah sebabnya di Gereja Katolik sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus dan juga para rasul (Petrus dan Paulus) juga tidak mempermasalahkan makanan-makanan persembahan, karena bukan yang masuk yang najis, namun yang keluar. Ulasan ini dapat melihat di jawaban ini (silakan klik ini, dan juga klik ini). Kalau kita mau terus menjalankan hukum seremonial secara konsisten, maka kita harus juga menjalankan peraturan tentang makanan yang lain, seperti larangan untuk makan babi hutan, jenis binatang di air yang tidak bersisik (ikan lele), katak, dll. (Lih Im 11).

      Judicial law atau hukum yudisial: Ini adalah merupakan suatu peraturan yang menetapkan hukuman/ sangsi sehingga peraturan dapat dijalankan dengan baik. Oleh karena itu, maka peraturan ini sangat rinci, terutama untuk mengatur hubungan dengan sesama, seperti: peraturan untuk penguasa, bagaimana memperlakukan orang asing, dll. Contoh dari hukum yudisial: kalau mencuri domba harus dikembalikan empat kali lipat (Kel 22:1); hukum cambuk tidak boleh lebih dari empat puluh kali (Ul 25:3); mata ganti mata, gigi ganti gigi (Kel 21:24, Im 24:20, Ul 19:21); sangsi jika hukum perpuluhan dilanggar (lih. Bil 18:26,32). Setelah kedatangan Kristus, maka judicial law ini tidak berlaku lagi. Kalau kita mau konsisten, kita juga harus menjalankan hukuman rajam, hukum cambuk, dll. Di masa sekarang, hukum yudisial ditetapkan oleh penguasa/ pemerintah sebagai perwakilan dari Tuhan, sehingga hukum dapat ditegakkan untuk kepentingan bersama. Menarik bahwa Yesus tidak mengajarkan hukum yudisial, karena hal itu telah diserahkan kepada kewenangan otoritas pada saat itu. Dan kewenangan disiplin di dalam kawanan Kristus diserahkan kepada Gereja, di mana disiplin ini dapat berubah sejalan dengan perkembangan waktu dan keadaan. Ini juga yang mendasari perubahan Kitab Hukum Gereja 1917 ke 1983.

      Sebagai pelengkap, hukum yang masih terus berlaku adalah moral law.

      Moral Law atau hukum moral: Hukum moral adalah bagian dari hukum kodrati, hukum yang menjadi bagian dari kodrat manusia, sehingga Rasul Paulus mengatakan “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rom 2:15). Contoh dari hukum ini adalah yang tertulis di 10 perintah Allah, dimana terdiri dari dua loh batu, yang mencerminkan kasih kepada Allah (perintah 1-3) dan juga kasih kepada sesama (perintah 4-10). Hukum kodrati ini adalah hukum yang tetap mengikat (bahkan sampai sekarang) dan digenapi dengan kedatangan Kristus, karena hukum kodrati ini adalah merupakan partisipasi di dalam hukum Tuhan.
      Dalam pengertian inilah maka memang Tuhan Yesus tidak mengubah satu titikpun, sebab segala yang tertulis dalam hukum moral ini (sepuluh perintah Allah) masih berlaku sampai sekarang. Dengan prinsip ini kita melihat bahwa menguduskan hari Sabat dan memberikan persembahan perpuluhan, sesungguhnya adalah bagian dari hukum moral/ kodrat, di mana umat mempersembahkan waktu khusus (Sabat) dan hasil jerih payah (perpuluhan) kepada Allah.

      Semoga dengan pengertian ketiga hukum PL yang diberikan oleh St. Thomas Aquinas, maka kita akan dapat memperoleh pengertian yang benar, akan mana hukum yang diganti – Ceremonial Law dan Judicial Law, dan mana hukum yang terus berjalan dengan pembaharuan – yaitu Moral Law. Moral Law diperbaharui di dalam Kristus, yaitu dengan memberikan Diri-Nya sendiri, yang menuntut bukan saja manifestasi luar, namun juga intensi hati, sehingga manusia dapat mengasihi secara adi-kodrati, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Allah. Semoga jawaban di atas dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  19. puji tuhan… setelah saya cerna aragument arfandi dan mencari disetiap artikel tentang kebenaran ketuhanan yesus telah membuka mata saya…….

    dan saya mendapat informasi bahwa kronologinya murid murid yesus terpecah.. yang separuh kukuh mengikuti ajaran murni yesus.. dan yang separuh lagi menambah bahkan mengubah kesaksian yesus..
    pasti bapak lebih tahu… menurut saya bpk arfandi tidak kasar.. dan saya lihat tidak ada kata yang kotor beliau ucapkan…

    dan telah saya kutip dari artikel bapak arfandi yang saya dapat kan di pencarian google..

    2.YESUS ADALAH TUHAN….. ALLAH ADALAH TUHAN….. bila yesus adalah anak tuhan atau pribadi tuhan.?mengapa harus menyembah wujud palsu tuhan….
    3.TUHAN TUHAN mengapa engkau neninggalkan hamba…….. suara yesus meminta tolong kepada tuhan KETIKA DISALIB….. mungkinkah TUHAN MINTA TOLONG KEPADA TUHAN..?
    4.YESUS PERNAH BERKATA….IKUTILAH AKU……… semasa hidup yesus ia selalu menyembah ALLAH dan memuliakan ALLAH… tapi mengapa kita menyembah yesus……. ? apa kita tidak tahu kalau yesus pernah berkata… TIADA TUHAN LAIN YANG BISA DISEMBAH SELAIN ALLAH….
    Kenapa harus menyembunyikan perbuatan paulus dan sahabat sahabatnya….. kenapa harus menjadi penerus mereka… HUKUM TAURAT DIBATALKAN….. TERUS APA ARTI perkataan yesus aku datang bukan untuk merombak hukum taurat tapi menggenapinya….

    Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Matius 10:5-6)

    Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Matius 15:24)

    Aku (Yesus) tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 11:42)

    Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. (Yohanes 17:3)

    Aku (Yesus) berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya….Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia (Bapa) yang mengutus Aku. (Yohanes 13:16,20)

    Kamu telah mendengar, bahwa Aku (Yesus) telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. (Yohanes 14:28)

    saya ingin tahu argument bapak tentang artikel ini.

    dan yang paling saya tidak habis pikir ternyata rasul itu adalah yesus.. dan itu tahta tertinggi untuk manusia yang diberikan tuhan… tapi mengapa murid2 yesus mengangkat diri mereka sebagai tuhan,
    bukan kah rasul itu wahyu dari tuhan?
    dan telah saya ketahui bahwa mengapa sebagian murid2 yesus mengangkat yesus menjadi tuhan,
    sebabnya mereka juga ingin menjasi rasul seperti yesus…

    • Shalom Samsul,

      Terima kasih atas komentarnya. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:

      1. Anda mengatakan “dan saya mendapat informasi bahwa kronologinya murid murid yesus terpecah.. yang separuh kukuh mengikuti ajaran murni yesus.. dan yang separuh lagi menambah bahkan mengubah kesaksian yesus..Bolehkan saya tahu argumentasi anda mengapa anda mengatakan bahwa kronologi murid-murid Yesus terpecah? Apakah yang disebut mengikuti ajaran murni Yesus? dan apakah anda mempunyai bukti bahwa ada yang menambahkan bahkan mengubah kesaksian Yesus?

      Anda mengatakan “pasti bapak lebih tahu… menurut saya bpk arfandi tidak kasar.. dan saya lihat tidak ada kata yang kotor beliau ucapkan…” Supaya tidak terjadi salah paham, silakan anda memberikan argumentasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya beri warna merah di atas. Untuk argumentarsi Arfandi, memang setiap orang mempunyai penilaian sendiri-sendiri. Tidak menjadi masalah bagi saya kalau anda menilai argumentasi Arfandi tidak kasar, dan biarlah pembaca yang lain juga dapat menilai. Kita tidak usah mempermasalahkan tentang Arfandi, yang penting kita berdiskusi berdasarkan argumentasi yang dikemukakan.

      2. Anda mengatakan “YESUS ADALAH TUHAN….. ALLAH ADALAH TUHAN….. bila yesus adalah anak tuhan atau pribadi tuhan.?mengapa harus menyembah wujud palsu tuhan….Menurut anda siapakah Yesus? Menurut anda apakah kesalahan umat Kristen yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan? dan apakah yang dimaksud dengan menyembah wujud palsu tuhan? Untuk menjawab pertanyaan anda, maka kita harus berdiskusi terlebih dahulu, mengapa umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Untuk itu, anda dapat membaca beberapa artikel Kristologi di bawah ini:

      Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

      Setelah membaca beberapa link tersebut, anda dapat memberikan argumentasi maupun pertanyaan tentang ke-Allahan Yesus Kristus.

      3. Anda mengatakan “TUHAN TUHAN mengapa engkau neninggalkan hamba…….. suara yesus meminta tolong kepada tuhan KETIKA DISALIB….. mungkinkah TUHAN MINTA TOLONG KEPADA TUHAN..?” Anda dapat melihat jawaban lengkapnya di sini (silakan klik).

      4. Anda mengatakan “YESUS PERNAH BERKATA….IKUTILAH AKU……… semasa hidup yesus ia selalu menyembah ALLAH dan memuliakan ALLAH… tapi mengapa kita menyembah yesus……. ? apa kita tidak tahu kalau yesus pernah berkata… TIADA TUHAN LAIN YANG BISA DISEMBAH SELAIN ALLAH….

      Cobalah anda juga melihat ayat-ayat berikut ini, yang membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan:

      1) Pertama-tama, ketika berusia 12 tahun dan Ia diketemukan di Bait Allah, Yesus mengatakan bahwa bait Allah adalah Rumah Bapa-Nya (lih. Luk 2:49). Dengan demikian, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Putera Allah.

      2) Pernyataan ini ditegaskan kembali oleh Allah Bapa pada saat Pembaptisan Yesus, saat terdengar suara dari langit, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.”(Luk 3:22).

      3) Yesus adalah Tuhan yang mengatasi para malaikat. Setelah Dia mengatasi cobaan Iblis di padang gurun, para malaikat- pun datang melayani Dia (lih. Mat 3:11).

      4) Pada saat Yesus memulai pengajaranNya, terutama dalam Khotbah di Bukit (Delapan Sabda Bahagia), Ia berbicara di dalam nama-Nya sendiri, untuk menyatakan otoritas yang dimiliki-Nya (Mat 5:1-dst). Ini membuktikan bahwa Ia lebih tinggi dari Musa dan para nabi[6], sebab Musa berbicara dalam nama Tuhan (lih. Kel 19:7) ketika Ia memberikan hukum Sepuluh Perintah Allah; tetapi Yesus memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri, “Aku berkata kepadamu….” Hal ini tertera sedikitnya 12 kali di dalam pengajaran Yesus di Mat 5 dan 6, dan dengan demikian Ia menegaskan DiriNya sebagai Pemberi Hukum Ilahi (the Divine Legislator) itu sendiri, yaitu Allah. Demikian pula dengan perkataan “Amen, amen…”, pada awal ajaranNya, Yesus menegaskan segala yang akan diucapkan-Nya sebagai perintah; bukan seperti orang biasa yang mengatakan ‘amen’ diakhir doanya sebagai tanda ‘setuju’.

      5) Jadi dengan demikian Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Taurat Allah yang hidup, suatu peran yang sangat tinggi dan ilahi, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi untuk mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias. Hal ini dipegang oleh banyak orang Yahudi yang diceriterakan dengan begitu indah dalam buku Jesus of Nazareth, yaitu dalam percakapan imajiner seorang Rabi Yahudi dengan Rabi Neusner,[7] mengenai bagaimana mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Ia berbicara dengan orang muda yang kaya, “Jika engkau mau sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mat 19:21). “Aku” di sini hanya mungkin berarti Tuhan sendiri.

      6) Yesus menyatakan DiriNya sebagai Seorang yang dinantikan oleh para Nabi sepanjang abad (lih. Mat 13:17). Ia juga berkata,“…supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, … sampai Zakharia… semuanya ini akan ditanggungkan pada angkatan ini!” (Mat 23:34-36). Secara tidak langsung Ia mengatakan bahwa darah-Nya yang akan tertumpah dalam beberapa hari berikutnya merupakan rangkuman dari penumpahan darah orang yang tidak bersalah sepanjang segala abad.

      7) Yesus sebagai Tuhan juga terlihat dengan jelas dari segala mukjizat yang dilakukan dalam nama-Nya sendiri, yang menunjukkan bahwa kebesaran-Nya mengatasi segala sesuatu. Yesus menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41) menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), mengampuni dosa (Luk5:24; 7:48), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19).

      8) Pada saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh, Yesus menyatakan bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (Mat 9:2-8; Luk5:24), sehingga dengan demikian Ia menyatakan DiriNya sebagai Tuhan sebab hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa.

      9) Pada beberapa kesempatan, Yesus menyembuhkan para orang sakit pada hari Sabat, yang menimbulkan kedengkian orang-orang Yahudi. Namun dengan demikian, Yesus bermaksud untuk menyatakan bahwa Ia adalah lebih tinggi daripada hari Sabat (lih. Mat 12:8; Mrk 3:1-6).

      10) Yesus juga menyatakan Diri-Nya lebih tinggi dari nabi Yunus, Raja Salomo dan Bait Allah (lih. Mt 12:41-42; 12:6). Ini hanya dapat berarti bahwa Yesus adalah Allah, kepada siapa hari Sabat diadakan, dan untuk siapa Bait Allah dibangun.

      11) Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan, dengan berkata “Aku adalah… (I am)” yang mengacu pada perkataan Allah kepada nabi Musa pada semak yang berapi, “Aku adalah Aku, I am who I am” (lih. Kel 3:14):

      a) Pada Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku adalah….” sebanyak tujuh kali: Yesus menyatakan Dirinya sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga (Yoh 6:35), Terang Dunia (Yoh 8:12), Pintu yang melaluinya orang diselamatkan (Yoh 10:9), Gembala yang Baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh 10:10), Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25), Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6), Pokok Anggur yang benar (Yoh 15:1).

      b) Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber air hidup yang akan menjadi mata air di dalam diri manusia, yang terus memancar sampai ke hidup yang kekal (Yoh 4:14). Dengan demikian Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber rahmat; hal ini tidak mungkin jika Yesus bukan Tuhan, sebab manusia biasa tidak mungkin dapat menyatakan diri sebagai sumber rahmat bagi semua orang.

      c) Yesus menyatakan, “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6); dan dengan demikian Ia menempatkan diri sebagai Pengantara yang mutlak bagi seseorang untuk sampai kepada Allah Bapa.

      d) Ia menyatakan bahwa “… kamu akan mati dalam dosamu… jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia” (Yoh 8:24) yang datang dari Bapa di surga (lih. Yoh 21-29).

      e) Yesus mengatakan, “Aku ini (It is I)…”, pada saat Ia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan meredakan badai.

      f) Ketika Yesus diadili di hadapan orang Farisi, dan mereka mempertanyakan apakah Ia adalah Mesias Putera Allah, Yesus mengatakan, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.”[8] h) Mungkin yang paling jelas adalah pada saat Yesus menyatakan keberadaan DiriNya sebelum Abraham, “…sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)

      12) Dengan demikian, Yesus menyatakan DiriNya sudah ada sebelum segala sesuatunya dijadikan. Dan ini hanya mungkin jika Yesus sungguh-sungguh Tuhan. Mengenai keberadaan Yesus sejak awal mula dunia dinyatakan oleh Yesus sendiri di dalam doa-Nya sebelum sengsara-Nya, “Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yoh 17:5)

      13) Dengan keberadaan Yesus yang mengatasi segala sesuatu, dan atas semua manusia, maka Ia mensyaratkan kesetiaan agar diberikan kepadaNya dari semua orang. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat 10:37). Ia kemudian berkata bahwa apa yang kita lakukan terhadap saudara kita yang paling hina, itu kita lakukan terhadap Dia (lih. 25:40). Ini hanya dapat terjadi kalau Yesus adalah Tuhan yang mengatasi semua orang, sehingga Dia dapat hadir di dalam diri setiap orang, dan Ia layak dihormati di atas semua orang, bahkan di atas orang tua kita sendiri.

      14) Yesus menghendaki kita percaya kepada-Nya seperti kita percaya kepada Allah (lih. Yoh 14:1), dan Ia menjanjikan tempat di surga bagi kita yang percaya. Dengan demikian Ia menyatakan diriNya sebagai yang setara dengan Allah Bapa, “Siapa yang melihat Aku, melihat Bapa, (Yoh 14:9), Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh 10:38). Tidak ada seorangpun yang mengenal Anak selain Bapa, dan mengenal Bapa selain Anak (lih. Mat 11:27). Yesus juga menyatakan DiriNya di dalam kesatuan dengan Allah Bapa saat mendoakan para muridNya dan semua orang percaya, ”… agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” (Yoh 17:21). Ini hanya mungkin jika Ia sungguh-sungguh Tuhan. Pernyataan Yesus ini berbeda dengan para pemimpin agama lain, seperti Muhammad dan Buddha, sebab mereka tidak pernah menyatakan diri mereka sendiri sebagai Tuhan.

      15) Ketika Yesus menampakkan diri kepada para murid setelah kebangkitan-Nya, Thomas, Rasul yang awalnya tidak percaya menyaksikan sendiri bahwa Yesus sungguh hidup dan ia berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Mendengar hal ini, Yesus tidak menyanggahnya (ini menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah), melainkan Ia menegaskan pernyataan ini dengan seruanNya agar kita percaya kepadaNya meskipun kita tidak melihat Dia (Yoh 20: 28-29).

      16) Yesus menyatakan Diri sebagai Tuhan, dengan menyatakan diriNya sebagai Anak Manusia, yang akan menghakimi semua manusia pada akhir jaman (lih. Mat 24:30-31), sebab segala kuasa di Surga dan di dunia telah diberikan kepada-Nya, seperti yang dikatakanNya sebelum Ia naik ke surga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus…” (Mat 28:18). Dengan demikian, Yesus menyatakan diriNya sebagai Pribadi Kedua di dalam Allah Tritunggal Maha Kudus, dan dengan kuasaNya sebagai Allah ini maka ia akan menghakimi semua manusia di akhir dunia nanti, seperti yang dinubuatkan oleh nabi Daniel (Dan 7:13-14). Yesus tidak mungkin membuat pernyataan sedemikian, jika Ia bukan sungguh-sungguh Tuhan.

      Anda melanjutkan dengan perkataan “Kenapa harus menyembunyikan perbuatan paulus dan sahabat sahabatnya….. kenapa harus menjadi penerus mereka… HUKUM TAURAT DIBATALKAN….. TERUS APA ARTI perkataan yesus aku datang bukan untuk merombak hukum taurat tapi menggenapinya….” Tanya jawab apakah Injil dipalsukan oleh Paulus dapat dilihat di sini (silakan klik). Darimanakah anda mendapatkan kesimpulan bahwa umat Kristen menyembunyikan perbuatan Paulus dan darimanakah anda mendapatkan kesimpulan bahwa umat Kristen mengikuti Paulus dan bukan Kristus? Bagaimanakan kita mengartikan bahwa Yesus menggenapi hukum taurat, dapat dilihat di link ini (silakan klik).

      5. Anda mengatakan “Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. (Matius 10:5-6)” Anda dapat melihat jawaban lengkapnya di sini (silakan klik).

      a. Anda melanjutkan dengan mengutip Yoh 11:42; Yoh 17:3; Yoh 13:16,20; Yoh 14:28. Anda ingin memberikan argumentasi bahwa Yesus hanya sekedar utusan, dan oleh kerena itu lebih rendah dari yang mengutusnya. Jadi, Yesus bukanlah Allah. Saya telah menjawab pertanyaan yang sama di sini (silakan klik), di mana membuktikan bahwa Yesus bukanlah sekedar utusan, karena Dia dapat bertindak melakukan mukjizat dan mengampuni dosa dalam nama-Nya sendiri dan bukan dalam nama yang mengutus-Nya.

      b. Jadi, kembali pada akhirnya anda ingin membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Untuk itu, coba anda lihat beberapa artikel Kristologi di atas dan beberapa ayat-ayat di point 4 di atas. Dan manusia tidak perlu mengangkat Yesus sebagai Tuhan, namun Yesus telah membuktikan bahwa Diri-Nya Tuhan. Dia telah dinubuatkan sebelumnya beribu-ribu tahun sebelumnya, dan telah membuktikan Diri-Nya Tuhan dengan perkataan dan perbuatan serta ajaran moral yang diberikan.

      6. Anda memberikan kesimpulan “bukan kah rasul itu wahyu dari tuhan?
      dan telah saya ketahui bahwa mengapa sebagian murid2 yesus mengangkat yesus menjadi tuhan, sebabnya mereka juga ingin menjasi rasul seperti yesus…
      ” Saya rasa ini merupakan kesimpulan yang harus dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, silakan memberikan argumentasi pada point ini. Rasul bukanlah wahyu, namun para rasul dipilih Tuhan untuk menyampaikan Wahyu Alllah. Dan kalau anda mengatakan bahwa Yesus hanyalah rasul, maka kita mempunyai perbedaan pendapat, karena umat Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, karena Yesus sendiri dalam berbagai kesempatan membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan. Dapatkan anda memberikan argumentasi akan pernyataan “telah saya ketahui bahwa mengapa sebagian murid2 yesus mengangkat yesus menjadi tuhan, sebabnya mereka juga ingin menjasi rasul seperti yesus…“? Darimanakah anda tahu bahwa sebagian murid Yesus mengangkat Yesus menjadi Tuhan? Para murid tidak perlu mengangkat Yesus sebagai Tuhan untuk menjadi rasul, karena mereka telah diangkat oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya.

      Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Semoga anda dapat membuka link-link yang saya berikan dan membacanya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  20. shalom..
    selamat natal dan tahun baru 2010.
    terima kasih.
    saya mau cerita pak tentang mimpi saya.mimpi saya ini udah lama sekali dan menjadi beban.
    memang ini cuma mimpi.. tapi mimpi saya ini seperti mustahil di percaya…

    ini tahun lalu. sepulang saya dari ibadah minggu. tepatnya malam jam 10 saya udah langsung tidur.
    saya bermimpi berada didalam gereja. saya berdoa kepada yesus , TUHAN YESUS.. BERIKANLAH SAYA BERKAH DAN REJEKIMU.. aku heran! karna yesus menjawab- AKU BUKANLAH ORANG YANG BERHARTA,BEGITUPUN SEMASA HIDUPKU. DAN BER ABAD-ABAD AKU DISALIB TANPA KAIN BAJU SE HELAI PUN. APA KAU TAK MELIHAT.. MINTALAH KEPADA ALLAH.. KARNA ALLAH MAHA PEMBERI DAN MAHA KAYA.

    lalu dimimpiku itu saya bertanya kembali, MAAFKAN SAYA TUHAN YESUS. AKU AKAN MEMINTA KEPADA ALLAH. LALU saya berdoa kembali.. TUHAN YESUS…. ENGKAULAH JURU SLAMATKU BERIKAN KASIHMU DAN BUKALAH SURGA BUAT KU.. yesus kembali menjawab- WAHAI ANAKKU DIWAKTU HIDUPKU AKU DISALIB.DAN AKU TAK TAK BERDAYA DENGAN PERBUATAN MANUSIA MANUSIA YANG JAHAT.. APA KAU TAK MELIHAT AKU SAJA TAK BISA MENYELAMATKAN DIRIKU SENDIRI. BAGAI MANA AKU BISA MENYELAMAT KAN MU DI DUNIA DAN DISURGA. WAHAI ANAKKU -BERBUATLAH SELALU KEBAIKAN DAN AMAL DALAM HIDUP MU..

    mohon bapak bantu saya. bukan mampi saya. tapi isinya. karna mimpi itu saya jadi ragu kepada tuhan yesus kalau tuhan yesus itu TUHAN.. dan saya sempat membaca coment arfandi-
    KALAU YESUS MEMANG ALLAH-KENAPA MENYEMBAH WUJUD PALSU YESUS..
    DAN KALAU ALLAH ADALAH YESUS- KENAPA ALLAH MEMANGGIL MANGGIL NAMANYA..
    saya selalu membaca argument bapak. tapi entah kenapa semenjak saya membaca coment arfandi. saya merasa semua argument bapak ter patahkan. mohon bapak jangan tersinggung….
    tolong saya pak.. berikan jawaban yang jelas…
    TERIMA KASIH..

    • Shalom (Salam Damai) Serin,

      Terima kasih atas ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru. Selamat Tahun baru juga buat anda, semoga rahmat Tuhan senantiasa menyertai anda. Mari kita memulai dialog kita. Dari pesan anda, maka anda memberikan dua hal pokok argumentasi:

      1) Memberikan argumentasi dari mimpi, dimana: a) Yesus tidak mungkin memberi rejeki, karena Yesus juga miskin selama hidupnya, b) Yesus tidak mungkin menyelamatkan, karena waktu di kayu salib, Yesus juga tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri.

      2) Anda menggunakan kalimat dari Arfandi yang mengatakan “KALAU YESUS MEMANG ALLAH-KENAPA MENYEMBAH WUJUD PALSU YESUS..
      DAN KALAU ALLAH ADALAH YESUS- KENAPA ALLAH MEMANGGIL MANGGIL NAMANYA..
      ” dan mengklaim bahwa pertanyaan tersebut mematahkan argumentasi saya.

      Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

      1) Pertama, dalam berdiskusi, maka argumentasi menjadi kurang kuat jika berdasarkan mimpi, karena saya atau orang lain juga dapat memberikan mimpi yang berbeda. Kalau saya bermimpi bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan, apakah anda mau percaya kepada mimpi saya? Namun, baiklah, kita melihat isi dari mimpi tersebut (entah benar mimpi atau tidak).

      Dalam argumentasi dari mimpi tersebut, maka anda mencoba meminta sesuatu, yaitu rejeki dan keselamatan dari Yesus, yang logikanya tidak dapat dipenuhi oleh Yesus, karena Yesus sendiri tidak kaya dan tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri. Namun, kalau anda mau, anda dapat meminta kepada Yesus keselamatan kekal. Apakah yang lebih berarti dibandingkan dengan keselamatan kekal? Yesus memang tidak datang ke dunia untuk menjadikan semua orang kaya dan banyak rejeki, namun Dia datang untuk menjadikan semua orang menjadi anak-anak Allah, yaitu dengan beriman kepada-Nya, menerima Baptisan, dan hidup menurut perintah-Nya. Yesus tidak datang ke dunia untuk memberikan keselamatan jasmani, karena Yesus datang untuk memberikan keselamatan kekal. Apalah arti rejeki dan keselamatan rohani dibandingkan dengan keselamatan kekal?

      Namun, kalau anda meminta keselamatan di Sorga atau keselamatan kekal, maka Yesus sendiri yang telah membuktikan bahwa Dia adalah Allah akan dapat menyelamatkan umat manusia. Ke-Allah Yesus dapat dibuktikan dengan beberapa kesaksian:

      1. Kesaksian dari Rasul Yohanes, murid yang dikasihi Yesus secara istimewa, menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan. Justru karena kedekatannya dengan Yesus, maka kita selayaknya percaya kepada kebenaran kesaksian Rasul Yohanes tentang Yesus. Yoh 1:1 14: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah….. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”

      Rasul Yohanes memulai Injilnya dengan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Sesungguhnya, untuk membuktikan ke- Allahan Yesuslah maka Yohanes menuliskan Injilnya, yang merupakan kitab Injil yang terakhir. Dalam Yoh 20:31 dikatakan, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”

      Jadi, karena Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah sendiri, maka artinya, kebersamaan dengan Allah dalam kepenuhannya itu tidak terputuskan oleh penjelmaan-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus.

      2. Kesaksian Rasul Petrus: Mat 16:16, “Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Rasul Petrus adalah orang yang pertama mengakui dengan mulutnya tentang ke-Allahan Yesus semasa Yesus hidup di dunia. Dan Yesus membenarkan iman Petrus ini, dengan mengatakan bahwa Bapa di sorgalah yang menyatakan hal ini kepadanya (ay.17). Yesus kemudian mempercayakan Gereja-Nya ke dalam pimpinan Petrus (ay. 18) Gereja Katolik dengan setia mengajarkan pengakuan iman Petrus ini, bahwa Yesus Kristus, adalah sungguh Anak Allah yang hidup. Mesias Anak Allah yang hidup ini tidak bisa direduksi menjadi manusia biasa yang bukan Allah, sebab jika demikian, Ia bukan sungguh-sungguh Anak Allah.

      3. Kesaksian dari Malaikat Gabriel, yang berkata kepada Bunda Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk 1: 35). Maka kita ketahui bahwa oleh Roh Kudus yang turun atas Maria, maka Yesus bukanlah manusia biasa, namun Anak Allah.

      4. Perkataan Elisabet yang ditujukan kepada Bunda Maria, dalam Luk 1:42: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Jika Yesus hanya manusia biasa, tentu Elisabet tidak berkata demikian.

      5. Kesaksian Yesus sendiri tentang Diri-Nya Luk 2:49: Perkataan Yesus yang pertama yang dicatat di Alkitab adalah pernyataan-Nya tentang identitas-Nya sebagai Putera Allah, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Sedangkan kehidupan publik Yesus dimulai dengan pernyataan Allah Bapa kepada Yesus pada saat Pembaptisan di sungai Yordan, Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat 3:17). Jika yang memberi kesaksian tentang Yesus sebagai Putera Allah adalah Allah Bapa sendiri, maka selayaknya kita percaya bahwa Yesus adalah Allah.

      Yoh 8:58: Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah Allah dengan mengatakan bahwa Ia sudah ada sebelum Abraham, sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Jika Ia “hanya” manusia biasa, Ia tidak dapat berkata demikian, sebab sebagai manusia biasa Ia tidak mungkin ada sebelum Abraham. Perkataan-Nya ini hanya masuk di akal jika Ia adalah Allah yang keberadaan-Nya tak terbatas oleh waktu, dan kemudian menjadi manusia sehingga dapat mengatakan pernyataan tersebut dengan ucapan mulut manusia dalam diri Yesus.

      Yoh 13:13, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Ini adalah pernyataan yang sangat jelas, yang dikatakan Yesus dalam Perjamuan Terakhir, sebelum kebangkitan-Nya. Maka tidak mungkin bahwa Ia baru menjadi Tuhan setelah kebangkitan-Nya, sebab jika demikian, maka Ia tidak akan berkata demikian kepada para murid-Nya.

      Selanjutnya, kita harus dengan jeli melihat bahwa di seluruh Injil, dalam mengidentifikasikan diri-Nya sebagai Anak Allah, Yesus tidak menyamakan Diri-Nya secara persis dengan kita yang juga disebut anak-anak Allah. Kita yang percaya kepada-Nya adalah anak-anak angkat Allah, sedangkan Kristus adalah Anak Allah yang Tunggal yang sehakekat dengan Allah (istilahnya, homo-ousios, the only begotten Son). Maka tepatlah jika Yesus mengatakan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (Yoh 14:9, 11) Tidak ada satu nabipun yang dapat berkata demikian; tidak ada seorang manusiapun yang berhak berkata demikian, kalau Ia bukan sekaligus Allah.

      Dan lebih lanjut Alkitab telah memberikan banyak sekali bukti bahwa Yesus adalah Allah:

      1) Pertama-tama, ketika berusia 12 tahun dan Ia diketemukan di Bait Allah, Yesus mengatakan bahwa bait Allah adalah Rumah Bapa-Nya (lih. Luk 2:49). Dengan demikian, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Putera Allah.

      2) Pernyataan ini ditegaskan kembali oleh Allah Bapa pada saat Pembaptisan Yesus, saat terdengar suara dari langit, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan.”(Luk 3:22).

      3) Yesus adalah Tuhan yang mengatasi para malaikat. Setelah Dia mengatasi cobaan Iblis di padang gurun, para malaikat- pun datang melayani Dia (lih. Mat 3:11).

      4) Pada saat Yesus memulai pengajaranNya, terutama dalam Khotbah di Bukit (Delapan Sabda Bahagia), Ia berbicara di dalam nama-Nya sendiri, untuk menyatakan otoritas yang dimiliki-Nya (Mat 5:1-dst). Ini membuktikan bahwa Ia lebih tinggi dari Musa dan para nabi[6], sebab Musa berbicara dalam nama Tuhan (lih. Kel 19:7) ketika Ia memberikan hukum Sepuluh Perintah Allah; tetapi Yesus memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri, “Aku berkata kepadamu….” Hal ini tertera sedikitnya 12 kali di dalam pengajaran Yesus di Mat 5 dan 6, dan dengan demikian Ia menegaskan DiriNya sebagai Pemberi Hukum Ilahi (the Divine Legislator) itu sendiri, yaitu Allah. Demikian pula dengan perkataan “Amen, amen…”, pada awal ajaranNya, Yesus menegaskan segala yang akan diucapkan-Nya sebagai perintah; bukan seperti orang biasa yang mengatakan ‘amen’ diakhir doanya sebagai tanda ‘setuju’.

      5) Jadi dengan demikian Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Taurat Allah yang hidup, suatu peran yang sangat tinggi dan ilahi, sehingga menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi untuk mempercayai Yesus sebagai Sang Mesias. Hal ini dipegang oleh banyak orang Yahudi yang diceriterakan dengan begitu indah dalam buku Jesus of Nazareth, yaitu dalam percakapan imajiner seorang Rabi Yahudi dengan Rabi Neusner,[7] mengenai bagaimana mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus ketika Ia berbicara dengan orang muda yang kaya, “Jika engkau mau sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan bagikanlah kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Mat 19:21). “Aku” di sini hanya mungkin berarti Tuhan sendiri.

      6) Yesus menyatakan DiriNya sebagai Seorang yang dinantikan oleh para Nabi sepanjang abad (lih. Mat 13:17). Ia juga berkata,“…supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, … sampai Zakharia… semuanya ini akan ditanggungkan pada angkatan ini!” (Mat 23:34-36). Secara tidak langsung Ia mengatakan bahwa darah-Nya yang akan tertumpah dalam beberapa hari berikutnya merupakan rangkuman dari penumpahan darah orang yang tidak bersalah sepanjang segala abad.

      7) Yesus sebagai Tuhan juga terlihat dengan jelas dari segala mukjizat yang dilakukan dalam nama-Nya sendiri, yang menunjukkan bahwa kebesaran-Nya mengatasi segala sesuatu. Yesus menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41) menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), mengampuni dosa (Luk5:24; 7:48), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19).

      8) Pada saat Ia menyembuhkan orang yang lumpuh, Yesus menyatakan bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa (Mat 9:2-8; Luk5:24), sehingga dengan demikian Ia menyatakan DiriNya sebagai Tuhan sebab hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa.

      9) Pada beberapa kesempatan, Yesus menyembuhkan para orang sakit pada hari Sabat, yang menimbulkan kedengkian orang-orang Yahudi. Namun dengan demikian, Yesus bermaksud untuk menyatakan bahwa Ia adalah lebih tinggi daripada hari Sabat (lih. Mat 12:8; Mrk 3:1-6).

      10) Yesus juga menyatakan Diri-Nya lebih tinggi dari nabi Yunus, Raja Salomo dan Bait Allah (lih. Mt 12:41-42; 12:6). Ini hanya dapat berarti bahwa Yesus adalah Allah, kepada siapa hari Sabat diadakan, dan untuk siapa Bait Allah dibangun.

      11) Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan, dengan berkata “Aku adalah… (I am)” yang mengacu pada perkataan Allah kepada nabi Musa pada semak yang berapi, “Aku adalah Aku, I am who I am” (lih. Kel 3:14):

      a) Pada Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku adalah….” sebanyak tujuh kali: Yesus menyatakan Dirinya sebagai Roti Hidup yang turun dari Surga (Yoh 6:35), Terang Dunia (Yoh 8:12), Pintu yang melaluinya orang diselamatkan (Yoh 10:9), Gembala yang Baik yang menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh 10:10), Kebangkitan dan Hidup (Yoh 11:25), Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14:6), Pokok Anggur yang benar (Yoh 15:1).

      b) Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber air hidup yang akan menjadi mata air di dalam diri manusia, yang terus memancar sampai ke hidup yang kekal (Yoh 4:14). Dengan demikian Yesus menyatakan diri-Nya sebagai sumber rahmat; hal ini tidak mungkin jika Yesus bukan Tuhan, sebab manusia biasa tidak mungkin dapat menyatakan diri sebagai sumber rahmat bagi semua orang.

      c) Yesus menyatakan, “Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6); dan dengan demikian Ia menempatkan diri sebagai Pengantara yang mutlak bagi seseorang untuk sampai kepada Allah Bapa.

      d) Ia menyatakan bahwa “… kamu akan mati dalam dosamu… jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia” (Yoh 8:24) yang datang dari Bapa di surga (lih. Yoh 21-29).

      e) Yesus mengatakan, “Aku ini (It is I)…”, pada saat Ia berjalan di atas air (Yoh 6:20) dan meredakan badai.

      f) Yesus mengatakan, “Akulah Dia,” pada saat Ia ditangkap di Getsemani.

      g) Ketika Yesus diadili di hadapan orang Farisi, dan mereka mempertanyakan apakah Ia adalah Mesias Putera Allah, Yesus mengatakan, “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.”[8]

      h) Mungkin yang paling jelas adalah pada saat Yesus menyatakan keberadaan DiriNya sebelum Abraham, “…sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58)

        12) Dengan demikian, Yesus menyatakan DiriNya sudah ada sebelum segala sesuatunya dijadikan. Dan ini hanya mungkin jika Yesus sungguh-sungguh Tuhan. Mengenai keberadaan Yesus sejak awal mula dunia dinyatakan oleh Yesus sendiri di dalam doa-Nya sebelum sengsara-Nya, “Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yoh 17:5)

        13) Dengan keberadaan Yesus yang mengatasi segala sesuatu, dan atas semua manusia, maka Ia mensyaratkan kesetiaan agar diberikan kepadaNya dari semua orang. “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat 10:37). Ia kemudian berkata bahwa apa yang kita lakukan terhadap saudara kita yang paling hina, itu kita lakukan terhadap Dia (lih. 25:40). Ini hanya dapat terjadi kalau Yesus adalah Tuhan yang mengatasi semua orang, sehingga Dia dapat hadir di dalam diri setiap orang, dan Ia layak dihormati di atas semua orang, bahkan di atas orang tua kita sendiri.

        14) Yesus menghendaki kita percaya kepada-Nya seperti kita percaya kepada Allah (lih. Yoh 14:1), dan Ia menjanjikan tempat di surga bagi kita yang percaya. Dengan demikian Ia menyatakan diriNya sebagai yang setara dengan Allah Bapa, “Siapa yang melihat Aku, melihat Bapa, (Yoh 14:9), Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh 10:38). Tidak ada seorangpun yang mengenal Anak selain Bapa, dan mengenal Bapa selain Anak (lih. Mat 11:27). Yesus juga menyatakan DiriNya di dalam kesatuan dengan Allah Bapa saat mendoakan para muridNya dan semua orang percaya, ”… agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” (Yoh 17:21). Ini hanya mungkin jika Ia sungguh-sungguh Tuhan. Pernyataan Yesus ini berbeda dengan para pemimpin agama lain, seperti Muhammad dan Buddha, sebab mereka tidak pernah menyatakan diri mereka sendiri sebagai Tuhan.

        15) Ketika Yesus menampakkan diri kepada para murid setelah kebangkitan-Nya, Thomas, Rasul yang awalnya tidak percaya menyaksikan sendiri bahwa Yesus sungguh hidup dan ia berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Mendengar hal ini, Yesus tidak menyanggahnya (ini menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah), melainkan Ia menegaskan pernyataan ini dengan seruanNya agar kita percaya kepadaNya meskipun kita tidak melihat Dia (Yoh 20: 28-29).

        16) Yesus menyatakan Diri sebagai Tuhan, dengan menyatakan diriNya sebagai Anak Manusia, yang akan menghakimi semua manusia pada akhir jaman (lih. Mat 24:30-31), sebab segala kuasa di Surga dan di dunia telah diberikan kepada-Nya, seperti yang dikatakanNya sebelum Ia naik ke surga, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus…” (Mat 28:18). Dengan demikian, Yesus menyatakan diriNya sebagai Pribadi Kedua di dalam Allah Tritunggal Maha Kudus, dan dengan kuasaNya sebagai Allah ini maka ia akan menghakimi semua manusia di akhir dunia nanti, seperti yang dinubuatkan oleh nabi Daniel (Dan 7:13-14). Yesus tidak mungkin membuat pernyataan sedemikian, jika Ia bukan sungguh-sungguh Tuhan.

          Semoga keterangan di atas dapat memberikan bukti-bukti yang memadai bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Dan kalau kita mau melihat secara spiritual, maka Yesus yang adalah Allah, namun lahir dalam kemiskinan dan mati di kayu salib akan dapat membantu kehidupan spiritual kita. Yesus memilih lahir sebagai orang miskin, karena memang kemiskinan bukanlah suatu dosa. Dan Yesus ingin menunjukkan kepada semua orang di dunia ini, bahwa seseorang dapat mempunyai harkat yang tinggi walaupun dia miskin. Namun, yang senantiasa ditolak oleh Yesus adalah dosa. Dan dosa inilah yang membawa Yesus mati di kayu salib. Namun, Yesus menerimanya dengan rela dan penuh kasih, karena dengan penderitaan-Nya, maka Dia dapat membawa umat manusia kepada keselamatan kekal. Apakah susahnya bagi Yesus untuk menyelamatkan Diri-Nya? Dia tidak menyelamatkan Diri-Nya, karena ini menjadi bukti akan kasih-Nya kepada manusia dan pada saat yang bersamaan, ini menjadi bukti kekejaman dosa.

          2) Arfandi mengatakan “KALAU YESUS MEMANG ALLAH-KENAPA MENYEMBAH WUJUD PALSU YESUS..” Yang perlu dipertanyakan dari pertanyaan ini adalah siapa yang menyembah wujud palsu Yesus? Bagaimana seseorang dapat menyimpulkan bahwa umat Kristen menyembah wujud palsu Yesus? Apakah dasar dari pernyataan ini? Tentang wajah Yesus yang sekarang kita kenal, saya pernah menjawabnya demikian:

          a) Manusia mempunyai keinginan untuk menggambarkan apa yang dia percayai, karena manusia mempunyai senses. Di dalam Perjanjian Lama, umat Tuhan tidak dapat mempresentasikan Tuhan dengan benda-benda atau gambaran apapun, manun di dalam Perjanjian Baru, Tuhan telah menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus, seperti yang dikatakan bahwa Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (1 Kol 1:15). Dengan ini, maka manusia mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan Yesus dalam gambar atau seni yang lain.

          b) Sebenarnya, setiap orang, dapat menangkap universality dari sesuatu yang digambarkan dalam imaginasinya. Sebagai contoh, kalau kita bilang kata kucing, maka secara otomatis, kita menggambarkan kucing yang ada di dalam imaginasi kita. Kemampuan untuk menangkap universalitas, membuat manusia dapat berkata kucing, walaupun kucing itu kecil, besar, berbeda warna, dll. Contoh ini juga dapat diterapkan di semua agama. Pada waktu seseorang ditanya, apa yang tergambar pada waktu seseorang berdoa? Mungkin umat dari agama lain dapat mengatakan bahwa yang tergambar dalam pemikirannya adalah cahaya, atau huruf, atau yang lain. Namun bagi umat Kristen sebagian besar tergambar wajah Yesus, karena umat Kristen mempercayai bahwa Yesus, adalah Tuhan yang datang menjadi manusia. Itu adalah latar belakang dari seni atau gambar yang mempresentasikan Yesus.

          c) Nah, permasalahannya adalah bagaimana kita tahu bahwa Yesus yang ada sekarang adalah Yesus seperti yang ada pada gambar-gambar yang kita kenal? Namun sebelum kita melihat hal ini, kita perlu menganalisa bahwa ada hal-hal yang bersifat accidental dan essensi. Accidental dari manusia adalah berkumis, berjenggot, tinggi/pendek, kulit hitam atau putih, rambut panjang atau pendek, dll. Namun essensi dari manusia adalah mempunyai tubuh dan juga jiwa, dimana jiwanya adalah bersifat kekal dan juga spiritual. Spiritualnya karena manusia mempunyai akal budi (intellect dan juga keinginan/will). Dan kesempurnaan manusia ditunjukkan dengan bagaimana manusia dapat bersikap sebagaimana layaknya manusia, dimana tujuan akhirnya adalah Tuhan. Disinilah, Yesus sebagai Tuhan datang ke dunia ini untuk memberikan jalan kepada manusia dan menunjukkan bagaimana seharusnya manusia bersikap sebagaimana layaknya manusia menurut gambaran Allah (yaitu dengan kasih, baik terhadap Allah dan sesama), sehingga manusia pada akhirnya akan memperoleh persatuan dengan Allah. Jadi dari sini, tidaklah terlalu penting apakah Yesus berjenggot atau tidak, karena jenggot, warna kulit, dll adalah accidental, yang tidak menentukan kualitas dari orang tersebut. Yang menentukan kualitas dari orang adalah esensi, bagaimana seseorang menjadi gambaran Allah. Dan Yesus, bukan hanya kepenuhan dari gambaran Allah, namun Dia sendiri adalah Allah. Jadi dalam seni, yang paling penting adalah mempresentasikan dan mengekspresikan tentang sosok tersebut, misalkan Yesus akan terlihat: lemah lembut, penuh kasih, dll.

          d) Nah, kenapa kita sampai kepada gambar Yesus seperti yang digambarkan saat ini adalah melalui perkembangan yang panjang. Sumber-sumber yang paling penting adalah “shroud of Turin” dan gambar-gambar dari katakombe, yang menjadi tempat penguburan jemaat Kristen pada sekitar abad ke 2. Ditemukan gambar Yesus, seperti yang kita lihat saat ini di Katakombe Domitilla. Beberapa galeri dari katombe bisa dilihat di website ini. Beberapa dokumen bisa dibaca di website ini, dimana dikatakan bahwa Yesus yang kita lihat sekarang adalah perkembangan dari Gereja Kristen Timur sekitar abad ke 6.

            Dan kemudian ketika Arfan memberikan pernyataan ini “DAN KALAU ALLAH ADALAH YESUS- KENAPA ALLAH MEMANGGIL MANGGIL NAMANYA..” saya telah menjawabnya di sini (silakan klik). Namun, mungkin Arfan dan anda belum membaca link yang saya berikan. Oleh karen itu, saya akan copy and paste di sini:

            I. Beberapa prinsip:

            1) Untuk menelaah hal ini, kita perlu melihat bahwa sebagai Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, Yesus adalah Tuhan dan juga adalah manusia. Oleh karena itu, Yesus mempunyai dua keinginan dan juga dua akal budi. Untuk membuktikan hal ini, silakan membaca artikel-artikel Kristologi berikut ini:

            Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia.

            2) Jadi, pada waktu disalib Yesus tetap Tuhan dan juga manusia. Ini berarti bahwa Yesus tetap Tuhan dan manusia, walaupun Dia mengatakan “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?“. Dan keduanya tidaklah bertentangan dengan beberapa alasan berikut ini.

            II. Doa Yesus di Salib adalah doa berpengharapan:

            1) Ini adalah salah satu contoh bagaimana Alkitab dapat dipercaya, karena penulis Alkitab yang ditulis dalam terang Roh Kudus, tetap menuliskan sesuatu yang terjadi, yang mungkin dapat menjadi kesalahpahaman bagi banyak orang di masa yang akan datang.

            2) Doa yang dipanjatkan oleh Yesus dia Mt 27:46 bukanlah doa orang yang berputus asa, namun doa yang berpengharapan. Adalah jamak bagi orang Yahudi untuk dapat mengingat Mazmur. Dan pada waktu seseorang memulai sebuah Mazmur, ini berarti orang tersebut berniat untuk menyatakan Mazmur tersebut sampai selesai. Dan oleh karena keterbatasan fisik Yesus pada saat disalibkan (sebagai catatan: pada saat seorang disalibkan, maka setiap tarikan nafas adalah merupakan suatu siksaan), Dia hanya mengucapkan satu baris dari Mazmur 22. Dan oleh karena itu, umat Katolik percaya bahwa Yesus menyatakan Mazmur 22 secara keseluruhan, yang merupakan suatu pernyataan akan kemenangan Tuhan terhadap segala penderitaan dan juga termasuk kematian. Hal ini dapat dilihat bahwa Yesus mengutip Mazmur, dimana pada permulaan Mazmur dikatakan “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? …” (Mz 22:1) dan kemudian diakhiri dengan seruan pujian kepada Tuhan.

              III. Mengapa Yesus berdoa?

              1) Untuk menjawab hal ini, saya akan mencoba memaparkan mengapa Yesus berdoa walaupun Yesus adalah Tuhan. Dan ini tidak hanya terbatas pada waktu Yesus disalib, namun Yesus berdoa dalam berbagai kesempatan (lih. Mt 16:23; Mt 26:36; Mk 14:32; Lk 3:21; 6:12;Lk 9:18, 28; Lk 11:1-2; Lk 18:1).

              2) Untuk itu, kita harus melihat definisi dari doa. Thomas Aquinas, Summa Theology, q. II-II, 83, a.1-2 membahas tentang definisi doa, dimana dia mengatakan bahwa doa adalah “membuka keinginan kita kepada Tuhan, sehingga Dia dapat memenuhinya.” Karena di dalam Kristus (satu pribadi) ada dua keinginan, yaitu manusia dan Tuhan, maka menjadi hal yang wajar, kalau Yesus berdoa karena Dia mempunyai kodrat manusia. Sama seperti kita sebagai orang beriman, kita menyatakan keinginan kita di hadapan Allah.
              Kalau begitu apakah Yesus berdoa kepada diri-Nya sendiri, karena Dia Tuhan? Jawabannya, Ya – kalau kita melihatnya dalam konteks Tritunggal Maha Kudus (lihat artikel ini – silakan klik). Namun juga bisa tidak, di dalam konteks pribadi Yesus, sebagai pribadi dari Tuhan dan manusia.
              Namun di satu sisi, karena di dalam Yesus ada persatuan (hypostatic union) antara Tuhan dan manusia, maka pada akhirnya kehendak-Nya sebagai manusia senantiasa sama dengan kehendak-Nya sebagai Tuhan.
              Kalau demikian buat apa Yesus berdoa? Mari kita menelaahnya dalam point berikut ini:

              3) Yesus berdoa untuk kepentingan manusia. Yesus dapat saja berdoa dalam hati, namun Dia ingin menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya sebagai manusia kita berdoa, yaitu bahwa kita harus senantiasa tunduk kepada kehendak Allah Bapa, meskipun di dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

                Jadi dari keterangan di atas, Yesus berdoa karena a) kodratnya sebagai Tuhan dan juga sebagai manusia yang mempunyai dua keinginan, b) untuk kepentingan manusia, sehingga manusia dapat meniru apa yang telah dilakukan-Nya. Mungkin akan sulit untuk menerima argumentasi di atas tanpa percaya terlebih dahulu bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia, karena apapun yang dilakukan oleh Yesus senantiasa bersumber pada kodrat-Nya sebagai persatuan (hypostatic union) antara kodrat Tuhan dan kodrat manusia.

                3) Anda mengatakan “saya selalu membaca argument bapak. tapi entah kenapa semenjak saya membaca coment arfandi. saya merasa semua argument bapak ter patahkan. mohon bapak jangan tersinggung….
                tolong saya pak.. berikan jawaban yang jelas…

                a) Seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak menjadi masalah bagi saya kalau anda menilai komentar Arfandi yang benar. Namun, kalau anda mengatakan bahwa jawaban saya salah, di bagian manakah dari jawaban saya yang terpatahkan dan dirasa tidak logis bagi anda?

                b) Di bagian manakah dari argumentasi Arfandi yang menurut anda mematahkan argumentasi yang saya berikan? Apakah anda benar-benar telah membaca semua dialog dan semua jawaban serta artikel yang saya berikan? Di bagian manakah dari jawaban saya yang tidak menjawab pertanyaan Arfandi?

                Saya minta maaf, kalau saya tidak dapat memasukkan komentar anda lebih lanjut, kalau anda tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Saya telah mencoba menjawab keberatan-keberatan anda. Maka, sekarang anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Semoga dialog ini dapat bermanfaat.

                Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                stef – http://www.katolisitas.org

                • Salam Damai Kristus,
                  Sebelumnya saya ingin mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2010 kepada seluruh admin Katolisitas dan seluruh pembaca di Katolisitas.
                  Mengenai diskusi antara Pak Stefanus Tay dgn saudara/i Arfandisauf, Serin dan Ian Lie, saya berpendapat sudah selayaknya Bapak Stefanus (admin Katolisitas) sudahi saja sebab pertanyaan dan jawaban2 yang disampaikan penanya2 tersebut sudah tidak sehat dan bermanfaat lagi bagi yang lainnya.(terlalu emosional,tendensius dan tidak sopan).
                  Saya setuju dengan tanggapan saudara Johanes sehingga apapun jawaban dari Pak Stefanus tidak akan menyambung dengan logika mereka sebab mereka memang tidak berniat sungguh2 untuk mengetahui jawaban dari Pak Stefanus Tay tapi sekedar berkeras dengan persepsi dan jawaban mereka saja.
                  Dan bagi saudara/i Arfandisauf, Serin dan Ian Lie adalah lebih baik untuk tidak usah bertanya dan berargumen lagi di forum ini jika memang jawaban2 dari Pak Stefanus/Admin Katolistas tidak sesuai atau bertentangan dengan keyakinan anda. Tidak akan ada manfaatnya bagi anda juga.
                  Sekian tanggapan saya,mohon maaf jika ada kata2 yang tidak berkenan. Dan untuk Pak Stefanus dan seluruh Admin Katolisitas, semoga rahmat Roh Kudus selalu menyertai anda sekalian. Saya sungguh terbantu atas adanya wadah ini.
                  Terimakasih.

                  Thomas Aquinas Windu Pawartajati

                  • Shalom Thomas,

                    Selamat natal dan Tahun Baru. Terima kasih atas dukungannya terhadap situs katolisitas.org. Dan saya juga mengucapkan terima kasih atas usulannya. Dalam jawaban saya terakhir kepada Serin, memang saya mengatakan bahwa saya tidak dapat mengepost komentar dia kalau dia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Tadinya saya berharap bahwa Arfandisauf, Ian Lie dan Serin dapat benar-benar berdialog, namun memang dialog tidak mungkin terjadi selama masing-masing pihak tidak memberikan argumentasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Kami juga masih belajar bagaimana untuk mengelola situs dengan baik. Oleh karena itu, kalau ada usulan-usulan yang lain, silakan menyampaikannya kepada kami. Mohon doanya agar kami dapat terus berkarya lewat website katolisitas.org.

                    Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                    stef – http://www.katolisitas.org

            1. Shalom Pak Stef & Bu Ingrid,

              Setelah saya membaca komentar (bukan dialog) di topik ini semakin membuka mata hati dan pikiran saya untuk bisa membedakan mana yang disebut KEBENARAN dan mana yang bukan. Sangat jelas perbedaannya.
              Seandainya pak Stef dalam menyampaikan tanggapan atau penjelasan menggunakan Kata-Kata Kasar atau Makian, kira-kira apa yang terlintas dalam pikiran pembaca dalam website ini? Itukah iman dan pengajaran yang benar?
              Perbuatan (termasuk dalam berkata-kata) sangat menentukan mutu dari iman yang dipercayai.
              Kalau saya mengatakan bahwa saya beriman dan mengakui bahawa agama saya adalah yang terbaik dan orang lain buruk semua, tetapi dalam kehidupan saya, tingkah laku saya, termasuk berkata-kata dengan kasar kepada sesama (seiman maupun tidak) apakah saya sudah menunjukkan iman yang benar?

              Pak Stef & Bu Ingrid, saya percaya bahwa KEBENARAN tidak memerlukan tipu muslihat untuk menyakinkannya. Maka dari itu jangan pernah takut dan menyerah untuk mewartakan kebenaran. Yakinlah Bahwa Tuhan Yang Maha Besar Selalu Menyertai Anda berdua.

              SELAMAT NATAL 25-12-2009 DAN TAHUN BARU 01-01-2010

              SIMON & FAM.

            2. shalom.
              argument arfandi sangat bisa di cerna otak saya. boleh bapak kirim alamat email bpk arfandi.
              terima kasih..

              • Shalom Serin,
                Terima kasih atas pertanyaannya. Maaf, saya tidak dapat mengirimkan e-mail pribadi (pengunjung katolisitas.org) kepada orang lain dengan alasan privacy. Semoga dapat dimengerti. Sebenarnya di dalam diskusi, yang harus dicari adalah kebenaran, baik yang mudah dicerna maupun yang sulit dicerna. Kalau Serin mau, kita dapat berdialog lebih lanjut tentang topik-topik yang ingin anda diskusikan. Dan mari kita berdiskusi sebagaimana layaknya umat beriman berdiskusi, yaitu dengan argumen yang baik, yang disampaikan dengan hormat dan lemah lembut.

                Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                stef – http://www.katolisitas.org

                • Shalom Bpk Stef beserta katolisitas.org

                  Saya setuju dengan bpk Stef ,-

                  1 Petrus 3 : 15 Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggung jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.-

                  Akhir kata saya mengucapkan : Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2010

                  Salam damai dan kasih
                  Adnilem. Sg

            3. Dear Bro Stef,

              Membaca email2 diatas sungguh menyedihkan ya. Saya jd bertanya-tanya sendiri, ini monolog apa dialog? Tapi ya sudah lah Bro Stef, kan Tuhan Yesus juga sudah berkata “Jangan kamu memberikan barang kudus kepada anjing, dan jangan kamu melemparkan mutiara kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu” (Mat. 7:6)”.

              Jangan terpengaruh & jangan ter-provokasi. Kita ambil positifnya, bahwa Katolisitas.org ternyata di-ikuti & dicermati oleh saudara-saudara kita Kristen non-Katolik & malah non-Kristen. Dan merupakan cambukan utk para pengurus Katolisitas.org secara khusus untuk terus merapat ke Tuhan & minta rahmat bimbingannya agar setiap tulisan maupun diskusi sungguh menjadi berkat bagi para pembacanya.
              Dan utk kita umat Katolik untuk lebih mewartakan iman Katolik kita dgn tidak saja melalui kata-kata atau tulisan, melainkan dalam wujud yang lebih nyata, yaitu kehidupan kita sehari-hari yang harus lebih mencerminkan manifestasi Tuhan Yesus di dalam diri setiap kita. That’s what Catholics are for.

              Akhir kata, seperti lagunya D’Massiv, “Jangan menyerah”. Maju terus and may God’s eternal grace be upon us all.

              • Shalom Thomas,
                Terima kasih atas dukungannya dan doanya. Kami, dari tim katolisitas.org tidak terpengaruh dengan kata-kata kasar yang dilontarkan oleh sebagian pembaca, karena rahmat Tuhan yang telah diberikan kepada kami. Bagi kami, kata-kata kasar yang tidak disertai argumentasi justru memperlemah posisi orang tersebut. Kalau seseorang mempunyai argumentasi yang kuat, dia tidak perlu menggunakan kata-kata kasar. Namun, kalau ada kata-kata kasar yang masuk, kami hanya menyadari bahwa ini adalah bagian dari karya kerasulan lewat website, karena ada banyak orang dari berbagai latar belakang yang ingin memberikan pemikirannya. Kata-kata kasar kepada kami tidaklah seberapa dibandingkan dengan penderitaan Kristus. Mohon doanya, agar kami dapat terus berkarya lewat website ini dan terus menyebarkan kebenaran Kristus dan Gereja-Nya.

                Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                stef & ingrid – http://www.katolisitas.org

            4. SHALOM…
              Sudah lama saya mengikuti blog ini. sebagai pengikut tuhan yang setia,saya selalu menjunjung tinggi ajaran agama kristen………. tapi saat saya membaca diskusi bapak dan ARFANDI SAUF. saya melihat coment ARFANDI yang ingin menentang ajaran tuhan yesus… tapi setelah saya lihat dari pesan ARFANDI ternyata ia hanya meneruskan ajaran yesus yang murni…. bahwa tuhan cuma 1.. dibalik komentnya tersimpan argumen yang begitu dalam. secara tidak langsung ARFANDI memberikan fakta yesus hanyalah rasul ALLAH.. TERIMA KASIH BUAT BAPAK ARFANDI..

              • Shalom Ian Lie,

                Terima kasih atas komentarnya. Menjadi suatu kehormatan bagi saya untuk dapat berdiskusi dengan saudara yang berbeda agama. Dan tentu saja saya mengerti bahwa Ian Lie akan menyetujui pendapat Arfan yang ingin membuktikan bahwa Yesus Kristus bukanlah Tuhan, karena mungkin anda berdua mempunyai agama yang sama. Sebaliknya, karena ini adalah website Katolik, maka saya mendasarkan semua tulisan sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik, yang beriman bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan Gereja Katolik juga percaya bahwa Tuhan adalah satu, namun terdiri dari 3 pribadi. Saya telah menunjukkan beberapa link:

                Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia. Dan Gereja Katolik percaya akan Trinitas, satu Tuhan dalam tiga Pribadi (silakan klik).

                Kalau memang Arfandi maupun anda ingin meneruskan ajaran Yesus yang murni, maka silakan memberikan argumentasi bahwa apa yang saya tuliskan bukanlah merupakan ajaran Yesus yang murni. Dan apakah parameternya bahwa tulisan saya bukanlah berdasarkan ajaran Yesus yang murni? Silakan menjawab pertanyaan tersebut, sehingga kita dapat berdialog dengan baik.

                Kalau anda mengatakan bahwa Arfandi, secara tidak langsung telah memberikan fakta bahwa Yesus hanyalah rasul Allah, tolong ditunjukkan di bagian manakah Arfandi telah memberikan fakta yang membuktikan bahwa Yesus hanyalah rasul Allah. Apakah anda juga telah membaca beberapa link tersebut dan jawaban-jawaban yang telah saya berikan? Apakah anda setuju atau tidak setuju dengan jawaban yang telah saya berikan?

                Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                stef – http://www.katolisitas.org

                NB: Saya minta maaf, pesan Ian yang lain tidak dapat saya masukkan, karena telah memberikan e-mail pribadi.

                • kenapa anda yang sibuk.? apa anda tau? anda kalah berdiskusi sama bapak arfand..
                  emang bapak punya agama. emang kristen agama.. saya sudah banyak mendapat ilmu dari bapak arfandi.
                  saya bersukur karna ternyata dulu saya kafir seperti anda akhirnya tersadar. dan saya tidak menyangka agama yang sesungguh nya adalah islam.. semua konsep ketuhanan yang mandasar kepada peng esa an. karna memang tuhan itu esa… tapi kenapa mau di bagi tiga…kalau yesus memang tuhan kenapa menyembah wujud palsunya..
                  btw kenapa anda yang sibuk? pake ngirim pesan ke email saya. emang siapa yang butuh koment bapak… jangan kirim sampah ke alamat e mail saya.. terima kasih

                  • Shalom Ian Lie,

                    Terima kasih atas tanggapannya. Bagi saya, tidak menjadi masalah kalau ada orang yang menganggap bahwa saya telah kalah diskusi dengan Arfan atau orang yang lain. Yang penting orang-orang yang terlibat di katolisitas.org telah mencoba dengan segala kemampuan kami untuk memberikan tulisan maupun jawaban tentang apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik. Anda telah memberikan komentar di situs ini, namun setelah saya jawab anda mengatakan “emang siapa yang butuh koment bapak“. Dari sini, saya tahu bahwa anda tidak berniat diskusi. Tentang e-mail yang dikirimkan oleh katolisitas.org kepada anda, itu bukanlah e-mail pribadi, namun merupakan “auto response” atau balasan otomatis, yang memberitahu orang yang memberikan pesan, bahwa pesannya telah disetujui atau pesannya telah mendapatkan balasan. Kalau anda tidak memberikan pesan, maka anda tidak akan pernah mendapatkan e-mail dari katolisitas.org.

                    Ian menuliskan “saya bersukur karna ternyata dulu saya kafir seperti anda akhirnya tersadar. dan saya tidak menyangka agama yang sesungguh nya adalah islam.. semua konsep ketuhanan yang mandasar kepada peng esa an. karna memang tuhan itu esa… tapi kenapa mau di bagi tiga…kalau yesus memang tuhan kenapa menyembah wujud palsunya..

                    a) Saya tidak mempermasalahkan apakah agama yang Ian anut. Namun, Ian telah menuliskan pesan atau memberikan komentar di situs katolisitas.org, situs yang berlandaskan pada pengajaran Gereja Katolik. Oleh karena itu, menjadi kewajiban saya untuk memberikan tanggapan atau menyanggah bagi komentar-komentar yang tidak sesuai dengan iman Gereja Katolik. Dan saya rasa hal ini adalah sesuatu yang wajar. Kalau saya memberikan tanggapan yang tidak sesuai dengan pengajaran agama Islam di situs Islam, maka adalah hak dari admin atau orang-orang yang di situs tersebut untuk memberikan tanggapan dari komentar saya.

                    Saya juga tidak tahu agama yang Ian anut sebelumnya. Dan apakah sebelum pindah agama Islam, Ian benar-benar telah mempelajari benar-benar iman yang dipercayai oleh Gereja Katolik atau gereja yang Ian ikuti sebelumnya. Kalau permasalahannya adalah konsep ke-Tuhanan, maka agama Katolik juga mempercayai Tuhan yang satu. Namun, Tuhan yang satu ini terdiri dari tiga Pribadi. Mengapa demikian? Kalau Ian bersedia berdialog, maka kita dapat mendiskusikan secara lebih jauh tentang Trinitas atau ke-Allahan Yesus Kristus. Trinitas bukanlah Tuhan yang berjumlah tiga maupun yang terbagi tiga, namun Tuhan yang satu dalam tiga Pribadi.

                    b) Agama Katolik memang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, karena memang 1) Dia telah dinubuatkan sebelumnya beratus-ratus tahun sebelumnya, 2) Selama hidupnya, Yesus telah menunjukkan dengan perkataan dan perbuatan bahwa Dia adalah Tuhan, seperti: Yesus mengampuni dosa, membangkitkan orang mati, dll. Kalau bukan Tuhan, bagaimana mungkin kedatangan-Nya telah dinubuatkan sebelumnya dan selama hidupnya Dia bertindak sebagai Tuhan?

                    c) Tentang pertanyaan Ian, apakah Kristen adalah agama, maka saya ingin bertanya dahulu kepada anda apakah definisi dari agama? Dan parameter apakah yang digunakan untuk menentukan bahwa sesuatu disebut agama? Dengan demikian, kita dapat berdiskusi dengan baik tentang apakah Kristen layak disebut agama atau tidak.

                    Kembali saya ingin mengajak Ian maupun teman-teman yang lain, untuk dapat berdiskusi dengan hormat dan lemah-lembut, sebagaimana layaknya umat beriman. Semoga jawaban ini dapat diterima dengan baik oleh Ian dan tidak menimbulkan amarah.

                    Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                    stef – http://www.katolisitas.org

                    • @team katolisitas,
                      Saya sarankan : untuk pesan 2 yang kasar, tidak beradab, mau menang sendiri tidak perlu di tampilkan di sini. Ini adalah tempat web Gereja Katolik yang disediakan bagi yang mendalami iman Katolik dan mau mengenal iman Katolik lebih dalam. untuk yang bertujuan mengajak berantem dan kasar [dari admin: di edit] tidak perlu ditampilkan. Apalagi sesudah di balas, dimaki2 dengan mengatakan mengirimkan sampah…benar2 tidak tahu aturan……

                      Masakan lebih galak orang yang bertamu ke rumah orang dari pada yang punya rumah?????? Aturan dari mana? [dari admin: di edit]?rasanya seperti memasuki peradaban bar -barian

                    • Shalom Johanes,
                      Terima kasih atas sarannya. Di kemudian hari, saya akan lebih memperhatikan hal ini. Semoga saja, orang-orang yang mempunyai agama yang berbeda dapat menyampaikan argumentasinya dengan lebih baik dan lemah lembut.

                      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                      stef – http://www.katolisitas.org

            5. Bapak bilang coment saya tidak lemah lembut….. bukankahsemua hanya coment saja?
              pendapat bapak itu yang saya tunggu…… TUHAN adalah esa….

              (Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.)

              pertanyaan saya adalah…. BGI BAPAK TUHAN ADALAH KOPI GULA DAN SUSU?????????

              1.BAGAIMANA YESUS BISA MENYELAMAT KAN KITA DARI API NERAKA SEDANG KAN DIA TIDAK MAMPU MENYELAMATKAN DIRINYA DARI KAYU SALIB..
              2.YESUS ADALAH TUHAN….. ALLAH ADALAH TUHAN….. TUHAN TELAH MENEBUS DOSA MANUSIA KEPADA TUHAN.?????????????????????????????????????????????????????????????????
              3.TUHAN TUHAN…….. suara yesus meminta tolong kepada tuhan KETIKA DISALIB….. TUHAN MINTA TOLONG KEPADA TUHAN..???????????????????????????????????????????????????????????????????????????
              4.YESUS PERNAH BERKATA….IKUTILAH AKU……… semasa hidup yesus ia selalu menyembah ALLAH dan memuliakan ALLAH… tapi kok kita menyembah yesus……. ? apa bapak tidak tahu kalau yesus pernah berkata… TIADA TUHAN LAIN YANG BISA DISAEMBAH SELAIN ALLAH….
              Kenapa bapak harus menyem
              bunyikan perbuatan paulus dan sahabat sahabatnya….. kenapa bapak harus menjadi penerus mereka… HUKUM TAURAT DIBATALKAN….. TERUS APA ARTI perkataan yesus aku datang bukan untuk merombak hukum taurat tapi menggenapinya….

              SEBAGAI MASTER FILSAFAT TEOLOGI KETUHANAN, MUNGKIN SAYA BELUM BEGITU BANYAK HAFAL TEOLOGI SELURUH KISAH NABI…. TAPI ALANGKAH BAIKNYA BAPAK TIDAK MENGAKUI ARTIKEL BAPAK ADALAH BUATAN BAPAK…… TAPI BAPAK HANYA MENGAMBIL SEBAGIAN2 DARI AJARAN ORANG ROMA SEBELUM BAPAK…. PASTI BAPAK TAHU. ADA AJARAN YESUS YANG DITAMBAH DALAM SATU ALKITAB… COBA BAPAK BERI TAHU….

              5.SEANDAINYA.. INI SEANDAINYA……….. AJARAN BAPAK SALAH…… APA YANG BAPAK KATAKAN KEPADA ALLAH DI HARI TERAKHIR NANTI….. = ANDA AKAN MENGAKUI KEPADA TUHAN BAHWA BAPAK MEMANG BODOH….. ATAU… BAPAK HANYA SEKEDAR MENJALANI HIDUP DAN BERKATA ORANG ORANG TERDAHULU TELAH MENGAJARKAN BAPAK AJARAN YANG KELIRU….

              MASIH BANYAK PERTANYAAN SAYA…… TAPI BAPAK PERNAH BILANG BERFOKUS PADA SATU MASALAH DULU….. DIALOG BERIKUTNYA AKAN MENCARI KEBENARAN BERDASARKAN SELURUH KITAB KITAB ALLAH……. TERIMA KASIH….

              • Shalom Arfandisauf,

                Terima kasih atas komentarnya. Saya memang mengatakan sebelumnya, memang komentar dari Arfan cenderung kasar, namun tidak memberikan argumentasi. Silakan Arfan membaca sekali lagi komentar-komentar Arfan. Komentar bukanlah hanya sekedar komentar, karena komentar adalah refleksi dari diri kita. Oleh karena itu, mari sebagai umat beriman, kita berdiskusi sebagaimana layaknya umat beriman, yaitu dengan penuh kasih dan hormat tanpa mengaburkan kebenaran.

                1) Tentang Trinitas: Menurut saya, diskusi akan lebih efektif, kalau Arfan membaca artikel Trinitas di sini (silakan klik). Kemudian, dari situ, silakan memberikan tanggapan. Di artikel tersebut saya mengatakan “Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.” Namun Arfan salah tanggap dan memberikan tanggapan “pertanyaan saya adalah…. BGI BAPAK TUHAN ADALAH KOPI GULA DAN SUSU?????????” Justru sebaliknya, kalau Arfan telah membaca tulisan tersebut, maka Arfan seharusnya dapat melihat bahwa saya mencoba untuk menerangkan Trinitas bukan hanya dengan logika kopi, gula dan susu, namun dari pendekatan Alkitab, Bapa Gereja dan filosofi.

                2) Arfan bertanya “YESUS ADALAH TUHAN….. ALLAH ADALAH TUHAN….. TUHAN TELAH MENEBUS DOSA MANUSIA KEPADA TUHAN.?????????????????????????????????????????????????????????????????

                a) Yesus adalah memang Tuhan (silakan klik). Dan Dia telah telah dinubuatkan oleh para nabi jauh sebelum kedatangan Kristus ke dunia (silakan klik). Yesus, yang adalah Allah memang datang ke dunia, karena itulah cara yang dipilih oleh Allah untuk menyelamatkan umatnya (silakan klik).

                b) Yesus adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia. Dengan penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke Sorga, Dia telah menebus dosa manusia. Namun, Yesus – yang adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia – tidak menebus diri-Nya sendiri, karena walaupun Yesus sungguh manusia, namun Dia tidak berdosa. Hanya manusia yang berdosalah yang membutuhkan penebusan. Kalau seseorang tidak berdosa, maka apanya yang harus ditebus? Dan Tuhan tidak mungkin berdosa, karena Dia adalah kudus. Oleh karena, Yesus adalah sungguh manusia dan sungguh Tuhan, maka Yesus mempunyai kodrat seperti manusia, namun tidak berdosa. Dan oleh karena itu, Dia dapat menebus dosa manusia, namun tidak perlu menebus Diri-Nya sendiri.

                3) Arfan mengatakan “TUHAN TUHAN…….. suara yesus meminta tolong kepada tuhan KETIKA DISALIB….. TUHAN MINTA TOLONG KEPADA TUHAN..?????????????????????????????????????????????” Saya pernah menjawab pertanyaan ini disini (silakan klik).

                4) Arfan mengatakan “YESUS PERNAH BERKATA….IKUTILAH AKU……… semasa hidup yesus ia selalu menyembah ALLAH dan memuliakan ALLAH… tapi kok kita menyembah yesus……. ? apa bapak tidak tahu kalau yesus pernah berkata… TIADA TUHAN LAIN YANG BISA DISAEMBAH SELAIN ALLAH….

                a) Umat Kristen menyembah Yesus, karena Dia adalah Tuhan. Kalau Dia bukan Tuhan, maka umat Kristen tidak akan menyembah Yesus. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar Arfan memiliki argumen yang kuat, maka Arfan harus mencoba untuk memberikan argumentasi bahwa Yesus bukan Tuhan. Dan sebaliknya, saya akan memberikan argumentasi bahwa Yesus adalah Tuhan, seperti yang telah saya tuliskan dalam beberapa artikel.

                b) Dibagian manakah Yesus pernah mengatakan “Tiada Tuhan lain yang bisa disembah selain Allah?” Dan saya setuju dengan pernyataan ini, bahwa kita harus menyembah Tuhan yang satu. Namun Tuhan yang satu terdiri dari Tiga Pribadi, seperti yang telah saya coba paparkan dalam artikel Trinitas.

                Dan kemudian Afran mengatakan “Kenapa bapak harus menyembunyikan perbuatan paulus dan sahabat sahabatnya….. kenapa bapak harus menjadi penerus mereka… HUKUM TAURAT DIBATALKAN….. TERUS APA ARTI perkataan yesus aku datang bukan untuk merombak hukum taurat tapi menggenapinya….

                a) Mungkin Arfan perlu memperjelas apakah yang dimaksudkan dengan menyembunyikan perbuatan Paulus dan sahabat-sahabatnya? Tidak perlu kita menyembunyikan kebenaran, karena kebenaran akan muncul dan terus bertahan. Di bagian manakah saya menyembunyikan kebenaran?

                b) Saya menjadi pengikut Kristus, karena Kristus adalah Tuhan dan Dia mengatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6). Kalau kita sering berdoa, tunjukkanlah jalan, maka Kristus mengatakan “Akulah jalan”. Saya menjadi pengikut Kristus karena ajaran-Nya begitu mulia, seperti yang dikatakannya di dalam Injil, sebagai contoh: kotbah di bukit, yang diceritakan di dalam Mt 5:3-10:

                3. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
                4. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
                5. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
                6. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
                7. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
                8. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
                9. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
                10. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

                Silakan membandingkan pengajaran dari Yesus dengan pengajaran-pengajaran dari agama lain. Yesus memberikan pengajaran dengan nilai-nilai moral yang begitu tinggi, yang begitu sulit bagi manusia untuk mencapainya. Namun, Dia mengirimkan Roh Kudus-Nya, sehingga manusia mempunyai kekuatan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya. Dan inilah yang dicontohkan oleh para santa-santo sepanjang sejarah Gereja.

                Arfan mengatakan “SEBAGAI MASTER FILSAFAT TEOLOGI KETUHANAN, MUNGKIN SAYA BELUM BEGITU BANYAK HAFAL TEOLOGI SELURUH KISAH NABI…. TAPI ALANGKAH BAIKNYA BAPAK TIDAK MENGAKUI ARTIKEL BAPAK ADALAH BUATAN BAPAK…… TAPI BAPAK HANYA MENGAMBIL SEBAGIAN2 DARI AJARAN ORANG ROMA SEBELUM BAPAK…. PASTI BAPAK TAHU. ADA AJARAN YESUS YANG DITAMBAH DALAM SATU ALKITAB… COBA BAPAK BERI TAHU….

                a) Saya tidak terlalu jelas dengan kalimat pertama. Oleh karena itu, saya tidak akan menanggapi kalimat pertama. Saya dapat mengakui bahwa artikel yang saya buat adalah artikel saya, karena memang itu yang saya tulis. Hal ini sama seperti Afran dapat mengatakan bahwa komentar yang Arfan tulis adalah tulisan dari Arfan.

                b) Dan saya juga menyertakan sumber-sumber yang saya kutip, kalau saya mengutipnya dari seseorang. Dan memang sumbernya dari Alkitab, Bapa Gereja, dan Magisterium Gereja. Dan hal ini bukanlah sesuatu yang salah, karena memang iman saya bersumber pada tiga pilar kebenaran. Hal ini sama seperti komentar Arfan, yang mungkin berdasarkan akan pengajaran-pengajaran yang diterima oleh Arfan.

                c) Arfan mengatakan, ada ajaran Yesus yang ditambahkan dalam satu Alkitab. Ada baiknya Afran langsung memberikan argumentasi, misalkan: “Saya tidak percaya akan keaslian Alkitab, karena ada bagian yang ditambah/dikurangi, seperti di ayat:…., yang dibuktikan dengan a)… b) … c)…., dll.” Setelah itu, saya akan mencoba untuk menjawabnya.

                5) Arfan mengatakan “5.SEANDAINYA.. INI SEANDAINYA……….. AJARAN BAPAK SALAH…… APA YANG BAPAK KATAKAN KEPADA ALLAH DI HARI TERAKHIR NANTI….. = ANDA AKAN MENGAKUI KEPADA TUHAN BAHWA BAPAK MEMANG BODOH….. ATAU… BAPAK HANYA SEKEDAR MENJALANI HIDUP DAN BERKATA ORANG ORANG TERDAHULU TELAH MENGAJARKAN BAPAK AJARAN YANG KELIRU….

                a) Kalau Arfan berpendapat bahwa ajaran yang saya anut salah, silakan memberikan argumentasi dan mencoba membuktikan bahwa ajaran yang saya anut adalah salah.

                b) Dan pada waktu pengadilan terakhir, saya hanya minta agar Yesus berbelas kasih kepada saya, karena ada begitu banyak hal yang saya tidak tahu serta ada begitu banyak dosa yang telah saya perbuat. Namun, saya telah mencoba untuk mengimani apa yang dikatakan oleh Kristus dan Gereja, dan saya mencoba dengan segala pikiran, segala kekuatan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, saya menaruh pengharapan besar kepada belas kasih Kristus agar saya dapat bersatu dengan-Nya di dalam Kerajaan Sorga.

                c) Karena ini hanya merupakan “pengandaian“, maka saya tidak perlu menjawab secara panjang lebar, karena yang namanya pengandaian belum tentu benar.

                d) Pertanyaan saya: bagaimana kalau seandainya iman yang Arfan yakini adalah yang salah?

                Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Semoga dapat menjawab keberatan Arfan.

                Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                stef – http://www.katolisitas.org

                Kalau Arfan, ingin memberikan tanggapan dari jawaban ini, silakan menekan tombol “REPLY”, dan jangan memulai pesan yang baru. Dengan demikian diskusi jadi lebih terstruktur.

                • Yes!…jawaban yang sangat tepat….Mari sdr Arfandisauf….belajarlah tentang kebenaran di sini. Semoga anda tidak melihat kebenaran dari satu sisi saja dari yang selama ini didoktrinkan kepada anda dari sumber yang justru berusaha menutupi kebenaran. Tapi anda menyingkronnya dengan satu sisi yang lain dari sumbernya langsung….

                • 1. ITU TILISAN APA? APA YANG MAU DI MENGERTI…. MAU BODOH SEPERTI ANDA?…….
                  JADI MENURUT BAPAK TUHAN ITU PLIN PLAN….. TUHAN TAK SEBODOK BAPAK….
                  2. SEBENARNYA YANG MANA DI BILANG ARGUMEN…. YANG PALING MENONJOL HANYA ARTIKEL YANG MEYAKINKAN BAHWA YESUS ITU TUHAN…. TIDAK ADA PENJELASAN YANG LOGIS DAN TIDAK ADA AYAT-AYAT YANG DI WAHYUKAN OLEH ALLAH… TERLEBIH AYAT-AYAT YANG BAPAK TUNJUKAN HANYA HASIL TULISAN MURID YESUS YANG MENGHIANATI YESUS..

                  APA BAPAK TIDAK TAHU AJARAN MURNI YESUS? JANGAN DI SEMBUNYIKAN DONG>>>>>

                  3. LUKAS:

                  1:15 Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;
                  1:16 ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka,

                  tapi KRISTEN MEMINUM MEMINUMAN KERAS KAN? KRISTEN MEMANG BUKAN AGAMA…, TAPI LEMBAGA YANG DIDIRIKAN DI ANTHIOKIA……..

                  BAPAK BUKAN PENGIKUT YESUS.. TAPAI PAULUS………………. SEBAB AJARAN YESUS BUKAN SEPERTI YANG BAPAK SEBARKAN DI KATOLISITAS INI………. BAPAK PURA PURA TAK TAHU AJARAN MURNI YESUS…………

                  BAPAK ORANG MUNAFIK………………….

                  PERTANYA AN SAYA JIKA SEANDAINYA AJARAN BAPAK SALAH……… (Karena ini hanya merupakan “pengandaian“, maka saya tidak perlu menjawab secara panjang lebar, karena yang namanya pengandaian belum tentu benar.) JADI BETUL KAN? BAPAK TIDAK BISA MENJAWAB………..
                  JADI BAPAK ITU ORANG YANG ANGKUH SEPERTI PAULUS………….. JADI SEKIAN TRIMA KASIH…….DIALOG TERAKHIR………..

                  • Shalom Arfandi,

                    Terima kasih atas komentar. Meskipun tetap terdengar kasar di telinga saya, namun tetap akan saya tanggapi. Kalau saja Arfan mau membaca beberapa artikel yang saya telah berikan dan kemudian mencoba menganalisanya perlahan-lahan, mungkin kita dapat berdialog dengan lebih baik. Saya minta maaf, kalau Arfan memberikan pesan dengan nada yang sama dan tidak memberikan argumentasi, maka dengan sangat menyesal, saya tidak dapat memasukkannya ke website katolisitas.org. Kalau kita tidak dapat berdialog yang bersifat membangun, maka akan lebih baik kalau kita tidak berdialog. Namun, kalau Arfan telah siap untuk berdialog dengan baik dan juga memberikan argumentasi dengan baik, maka kita dapat memulai lagi dialog kita lagi. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan. (catatan: saya tidak akan memberikan tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang tidak berhubungan dengan diskusi)

                    1) Arfan mengatakan “ITU TILISAN APA? APA YANG MAU DI MENGERTI…. MAU BODOH SEPERTI ANDA?…….
                    JADI MENURUT BAPAK TUHAN ITU PLIN PLAN….. TUHAN TAK SEBODOK BAPAK….

                    a) Anda bertanya tentang Trinitas. Dan kemudian saya memberikan artikel tentang Trinitas (silakan klik). Kemudian anda mengutip tulisan saya dari link tersebut, yang mengatakan “(Doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal Maha Kudus adalah pengajaran bahwa Tuhan adalah SATU, namun terdiri dari TIGA pribadi: 1) Allah Bapa (Pribadi pertama), 2) Allah Putera (Pribadi kedua), dan Allah Roh Kudus (Pribadi ketiga). Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.)” Dan kemudian anda bertanya “pertanyaan saya adalah…. BGI BAPAK TUHAN ADALAH KOPI GULA DAN SUSU?????????

                    b) Dari pertanyaan ini, saya berikan jawaban “Tentang Trinitas: Menurut saya, diskusi akan lebih efektif, kalau Arfan membaca artikel Trinitas di sini (silakan klik). Kemudian, dari situ, silakan memberikan tanggapan. Di artikel tersebut saya mengatakan “Karena ini adalah iman utama kita, maka kita harus dapat menjelaskannya lebih daripada hanya sekedar menggunakan analogi matahari, segitiga, maupun kopi susu.” Namun Arfan salah tanggap dan memberikan tanggapan “pertanyaan saya adalah…. BGI BAPAK TUHAN ADALAH KOPI GULA DAN SUSU?????????” Justru sebaliknya, kalau Arfan telah membaca tulisan tersebut, maka Arfan seharusnya dapat melihat bahwa saya mencoba untuk menerangkan Trinitas bukan hanya dengan logika kopi, gula dan susu, namun dari pendekatan Alkitab, Bapa Gereja dan filosofi.“

                    c) Dari jawaban saya, anda memberikan jawaban seperti ini “ITU TILISAN APA? APA YANG MAU DI MENGERTI…. MAU BODOH SEPERTI ANDA?…….
                    JADI MENURUT BAPAK TUHAN ITU PLIN PLAN….. TUHAN TAK SEBODOK BAPAK….

                    Bagi saya, jawaban tersebut tidak mempunyai argumentasi apapun. Akan lebih baik, kalau anda dapat memberikan keberatan-keberatan tentang Trinitas dan bukan dengan komentar-komentar yang tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan diskusi. Arfan dapat menuliskan argumen sebagai berikut “Menurut saya, Trinitas adalah tidak masuk akal, karena ….

                    2) Arfan mengatakan “2. SEBENARNYA YANG MANA DI BILANG ARGUMEN…. YANG PALING MENONJOL HANYA ARTIKEL YANG MEYAKINKAN BAHWA YESUS ITU TUHAN…. TIDAK ADA PENJELASAN YANG LOGIS DAN TIDAK ADA AYAT-AYAT YANG DI WAHYUKAN OLEH ALLAH… TERLEBIH AYAT-AYAT YANG BAPAK TUNJUKAN HANYA HASIL TULISAN MURID YESUS YANG MENGHIANATI YESUS..

                    APA BAPAK TIDAK TAHU AJARAN MURNI YESUS? JANGAN DI SEMBUNYIKAN DONG>>>>>

                    a) Sebelumnya anda bertanya bagaimana mungkin Yesus yang adalah Tuhan menebus dosa manusia, sedangkan Yesus juga manusia. Kalau demikian, bagaimana mungkin Yesus menebus Dirinya sendiri. Dari pertanyaan ini, saya telah memberikan argumentasi:

                    1) Yesus adalah memang Tuhan (silakan klik). Dan Dia telah telah dinubuatkan oleh para nabi jauh sebelum kedatangan Kristus ke dunia (silakan klik). Yesus, yang adalah Allah memang datang ke dunia, karena itulah cara yang dipilih oleh Allah untuk menyelamatkan umatnya (silakan klik).

                    2) Yesus adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia. Dengan penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke Sorga, Dia telah menebus dosa manusia. Namun, Yesus – yang adalah sungguh Tuhan dan sungguh manusia – tidak menebus diri-Nya sendiri, karena walaupun Yesus sungguh manusia, namun Dia tidak berdosa. Hanya manusia yang berdosalah yang membutuhkan penebusan. Kalau seseorang tidak berdosa, maka apanya yang harus ditebus? Dan Tuhan tidak mungkin berdosa, karena Dia adalah kudus. Oleh karena, Yesus adalah sungguh manusia dan sungguh Tuhan, maka Yesus mempunyai kodrat seperti manusia, namun tidak berdosa. Dan oleh karena itu, Dia dapat menebus dosa manusia, namun tidak perlu menebus Diri-Nya sendiri.

                    b) Kemudian anda menyatakan bahwa saya tidak memberikan argumentasi. Kalau anda mengatakan tidak ada penjelasan yang logis, maka ada baiknya kalau anda menunjukkan kepada saya, sehingga saya dapat memberikan penjelasan yang lebih logis. Apakah anda telah membaca beberapa link yang saya berikan sebelumnya? Manakah dari tulisan tersebut yang tidak logis?

                    Anda senantiasa mengatakan bahwa ayat-ayat yang ditujukkan adalah hasil rekayasa murid-murid Yesus yang menghianati Yesus. Bagaimana anda sampai pada kesimpulan ini? Dapatkan anda memberikan kitab mana saja yang merupakan hasil pengkianatan terhadap Yesus? Dan apakah dasarnya? Apakah ada di Alkitab yang menurut anda, benar-benar merupakan perkataan Yesus? Bagian yang manakah dan mengapa anda mengatakan bagian tersebut adalah merupakan perkataan Yesus yang asli?

                    c) Arfan bertanya apakah saya tidak tahu ajaran murni Yesus. Saya telah menjawabnya dalam artikel-artikel yang saya tulis. Kalau anda merasa bahwa tulisan saya bukanlah merupakan ajaran Yesus yang murni, maka dapatkan anda menunjukkannya? Dan apakah yang dimaksud dengan ajaran murni Yesus? Dan bagaimana anda tahu bahwa ajaran yang dianggap oleh anda adalah ajaran murni Yesus adalah benar seperti itu? Dari manakah sumber kepastian itu? Kalau anda menuduh saya menyembunyikan ajaran Yesus yang murni, maka dibagian manakah saya menyembunyikan ajaran Yesus yang murni?

                    3) Arfan menuliskan “3. LUKAS: 1:15 Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;1:16 ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, tapi KRISTEN MEMINUM MEMINUMAN KERAS KAN? KRISTEN MEMANG BUKAN AGAMA…, TAPI LEMBAGA YANG DIDIRIKAN DI ANTHIOKIA……..”

                    a) Kalau anda teliti, konteks dari ayat tersebut (Lk 1:15-16) adalah berbicara bukan tentang Yesus Kristus, namun tentang Yohanes Pemandi. Ayat tersebut menyatakan bahwa Yohanes Pemandi telah dikonsekrasikan sebagai “Nazarites (nazir“. Kita dapat melihat Bil 6:2-3, yang mengatakan “2 Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila seseorang, laki-laki atau perempuan, mengucapkan nazar khusus, yakni nazar orang nazir, untuk mengkhususkan dirinya bagi TUHAN, 3 maka haruslah ia menjauhkan dirinya dari anggur dan minuman yang memabukkan, jangan meminum cuka anggur atau cuka minuman yang memabukkan dan jangan meminum sesuatu minuman yang dibuat dari buah anggur, dan jangan memakan buah anggur, baik yang segar maupun yang kering.

                    Dan kalau anda mengatakan bahwa ayat-ayat di Alkitab telah dipalsukan, maka mengapa anda mendasarkan argumentasi dari Alkitab (Lk 1:15-16)? Apakah ini adalah ayat-ayat yang asli? Apakah kalau ayat-ayat tersebut mendukung argumentasi anda maka ayat-ayat tersebut menjadi asli dan sebaliknya kalau tidak mendukung argumentasi anda, maka ayat tersebut menjadi palsu? Kalau mau konsisten, sebaiknya anda menerima Alkitab secara keseluruhan, atau menolaknya secara keseluruhan, dan tidak memilih sendiri bagian yang asli menurut parameter sendiri.

                    b) Kalau demikian, mengapa ada sebagian orang Kristen yang meminum anggur? Untuk menjawab hal ini, silakan melihat jawaban di sini tentang prinsipnya (silakan klik) dan juga jawaban ini (silakan klik). Secara prinsip, umat Katolik melihat bahwa minum anggur sendiri tidak berdosa, karena memang hanya sekedar minuman. Yang berdosa adalah kalau sampai terlepas kontrol, sehingga tidak mempunyai pengendalian diri lagi.

                    c) Kalau Kristen bukan agama, seperti yang anda sebutkan, maka dapatkan anda mendefinisikan apakah agama? dan apakah parameternya sehingga sesuatu dapat disebut agama? Kalau anda mau membaca tentang nama Katolik di Alkitab, silakan melihat artikel ini (silakan klik). Dari situ,

                    4) Arfan menuliskan “BAPAK BUKAN PENGIKUT YESUS.. TAPAI PAULUS………………. SEBAB AJARAN YESUS BUKAN SEPERTI YANG BAPAK SEBARKAN DI KATOLISITAS INI………. BAPAK PURA PURA TAK TAHU AJARAN MURNI YESUS…………

                    BAPAK ORANG MUNAFIK………………….

                    Apakah alasannya sehingga anda mengatakan bahwa saya bukanlah pengikut Yesus. Apakah parameter yang digunakan? Bagaimanakah ajaran Yesus yang sebenarnya menurut anda? Kalau memang ada tulisan di katolisitas.org yang menyimpang dari pengajaran Yesus yang murni, silakan menyebutkan tulisan yang mana, dan silakan juga memberikan argumentasi. Dan atas dasar apakah anda menuduh bahwa saya pura-pura dan munafik? Saya sangat senang, kalau anda dapat memberitahu kesalahan saya, sehingga saya dapat memperbaikinya.

                    5) Arfan menuliskan “PERTANYA AN SAYA JIKA SEANDAINYA AJARAN BAPAK SALAH……… (Karena ini hanya merupakan “pengandaian“, maka saya tidak perlu menjawab secara panjang lebar, karena yang namanya pengandaian belum tentu benar.) JADI BETUL KAN? BAPAK TIDAK BISA MENJAWAB………..
                    JADI BAPAK ITU ORANG YANG ANGKUH SEPERTI PAULUS………….. JADI SEKIAN TRIMA KASIH…….DIALOG TERAKHIR………..

                    Saya minta maaf kalau jawaban saya sebelumnya berkesan angkuh. Tidak ada niatan diri saya untuk menjadi angkuh, karena saya tahu bahwa tidak ada yang perlu disombongkan dari diri saya. Saya rasa, pertanyaan anda adalah pertanyaan pengandaian yang mempunyai asumsi yang salah. Sebelum kita setuju dengan pengandaian tersebut, kita harus mendiskusikan terlebih dahulu bahwa ajaran yang saya anut (agama Katolik) adalah salah. Tanpa bukti tersebut dan kemudian menjawab pengandaian tersebut, maka percuma saja. Hal ini sama seperti orang bertanya “Seandainya manusia bertelur, apakah anaknya dapat bertumbuh dengan baik?” Sebelum kita menjawab hal tersebut, maka kita harus setuju terlebih dahulu apakah manusia bertelur atau beranak.

                    Dan saya juga telah mencoba menjawab pertanyaan anda di point b, dimana saya mengatakan: “Dan pada waktu pengadilan terakhir, saya hanya minta agar Yesus berbelas kasih kepada saya, karena ada begitu banyak hal yang saya tidak tahu serta ada begitu banyak dosa yang telah saya perbuat. Namun, saya telah mencoba untuk mengimani apa yang dikatakan oleh Kristus dan Gereja, dan saya mencoba dengan segala pikiran, segala kekuatan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, saya menaruh pengharapan besar kepada belas kasih Kristus agar saya dapat bersatu dengan-Nya di dalam Kerajaan Sorga.

                    Apakah ada pertanyaan anda yang belum saya jawab? bagian manakah?

                    Cobalah Arfan membaca dialog kita sekali lagi dari awal. Dan mari, bersama-sama kita belajar untuk berdialog dengan lebih baik, yaitu menyadari perbedaan keyakinan yang kita anut dan menyampaikan pendapat dengan hormat dan lemah lembut, sebagaimana layaknya umat beriman berdialog. Semoga Tuhan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

                    Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                    stef – http://www.katolisitas.org

                  • Shalom saudaraku Arfandi.

                    Kalau dilihat nada – nada anda yang begitu kasar, apakah seperti ini orang – orang yang ada di agama anda ? kasar dan tidak ada kasih ? Ingat ! tingkah laku seseorang mencerminkan agama yang dianutnya.(bagi mereka yang taat pada agamanya lho, bukan yang suam – suam kuku ).

                    Sebuah agama yang baik bisa dilihat buah ajarannya.

                    [dari katolisitas: saya yakin, ini hanyalah individu-individu tertentu dan tidak diajarkan oleh agamanya.]

            6. Terima kasih atas perhatian bapak.. terus terang saya hanya penasaran umat kristen sebenar nya mengartikan tuhan itu APA? SIAPA? TAHTANYA? SIFATNYA? dan TINGKATAN ANTARA MANUSIA DAN TUHAN sebagaimana jauh nya antara BINATANG DAN MANUSIA? apakah orang terdahulu kita ahli syair atau orang jujur… apakah kita harus menjadi ahli bahasa sebelum membaca dan menghayati alkitab? mengapa kita menanggapi isi kitab harus melalui olah otak yang terlalu dibuat-buat? tidak harus menjawab dengan fikiran sehat… SESUNGGUHNYA IA TELAH MATI ATAS DOSA KITA… bukankah yesus tidak mati melainkan ia hidup kembali??? sebenarnya siapa yang mati? dimata umat kristen yesus mati atau abadi? siapa YANG MENGANGKAT YESUS SEBAGAI TUHAN…. yang di ajarkan yesus menyembah ALLAH atau DIA… TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA….

              • Shalom Arfandisauf,

                Terima kasih atas beberapa pertanyaan dari anda. Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut, saya ingin menganjurkan agar Arfandisauf dapat membaca beberapa artikel dan tanya jawab yang saya berikan di dalam jawaban:

                a) Tentang konsep Tuhan: Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia.

                Tingkatan antara manusia dan Tuhan adalah jauh tak terhingga, dan lebih jauh tak terhingga dibandingkan perbedaan manusia dan binatang, karena manusia dan binatang adalah sama-sama mahluk ciptaan, sedangkan Tuhan dan manusia adalah Pencipta dan ciptaan. Mungkin yang menjadi masalah bagi Arfandisauf adalah tentang keTuhanan dari Yesus Kristus. Silakan membaca beberapa artikel Kristologi di atas, dan kemudian bertanya kembali tentang topik ini.

                b) Konsep manusia dan binatang: Saya sedang menulis artikel tentang perbedaan antara tumbuhan, binatang dan manusia. Namun secara prinsip, binatang dan manusia berbeda sangat jauh karena manusia mempunyai akal budi (rasio) karena manusia diciptakan menurut gambaran Allah sendiri. Dengan akal budi inilah, manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi Allah.

                c) Mengerti Alkitab: Untuk mengerti Alkitab, umat Katolik senantiasa berpegang pada pengajaran Magisterium Gereja, sehingga dapat menangkap pesan Alkitab secara keseluruhan. Untuk mengerti sampai sedalam-dalamnya, tentu saja dibutuhkan begitu banyak usaha, seperti: mengerti bahasa aslinya, konteks budaya pada waktu itu, dll. Namun, bagi yang tidak mengerti bahasa asli, budaya, dll, tidak menjadi masalah, karena Magisterium Gereja akan membimbing mereka. Yang lebih penting adalah setiap umat Kristen harus membaca Alkitab dalam terang Roh Kudus, sehingga umat  Kristen dapat menerapkan apa yang diajarkan di dalam Alkitab dalam kehidupan sehari-hari.

                d) Yesus telah mati atas dosa kita: Yesus memang telah mati untuk menebus dosa umat manusia. Arfandisauf dapat membaca artikel "Kesempurnaan rancangan keselamatan Allah" di sini (silakan klik). Kalau Tuhan Yesus tidak mati, maka tidak mungkin Ia bangkit. Kalau Dia tidak bangkit, maka sia-sialah kepercayaan orang Kristen. Untuk menjawab siapa yang mati, maka kita harus mengerti tentang hakekat Yesus, yang sungguh Tuhan dan sungguh manusia. Silakan membaca artikel ini (silakan klik), dimana dikatakan:

                Gereja Katolik mengajarkan,  dalam satu Pribadi Yesus terdapat dua kodrat yaitu Allah dan manusia, sehingga terdapat predikat-predikat yang dapat ditujukan kepada kedua kodrat itu yang ditujukan pada satu Pribadi Yesus.  Predikat-predikat yang sesuai dengan kedua kodrat ini yang ditujukan pada satu Pribadi Yesus dalam Teologi disebut sebagai “Communicatio Idiomatum.” Ini kita lihat jelas dalam ayat-ayat Alkitab, sebagai berikut:

                1. Mi 5:1: Mesias adalah seorang yang akan lahir di Betlehem (kemanusiaan Kristus) yang permulaannya sudah sejak purbakala (ke-Allahan Kristus).

                2. Yes 9:5: Seorang anak laki-laki akan lahir (kemanusiaan Kristus) yang akan disebut sebagai Allah yang perkasa (ke-Allahan Kristus).

                3. Yoh 8:58: Yesus berkata (dalam kemanusiaannya), bahwa sebelum Abraham jadi, Aku ada (ke-Allahan Kristus).

                4. Yoh 14:6: Yesus berkata, “Aku adalah jalan (mengacu kepada kemanusiaan-Nya), Kebenaran dan Hidup” (mengacu kepada ke-Allahan-Nya).

                5. Fil 2:5-11: Allah mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia dan wafat di kayu salib (kemanusiaan dan ke-Allahan Kristus).

                6. 1 Kor 2:8, dikatakan “…kalau sekiranya mereka [penguasa dunia] mengenal-Nya, mereka tidak akan menyalibkan Tuhan yang mulia.” Kristus adalah Tuhan yang mulia dalam ke-Allahan-Nya, yang disalibkan dalam kemanusiaan-Nya. Jika dikatakan dalam Injil, “Yesus mati”, maka yang dikatakan mati di sini adalah Yesus dalam seluruh kepribadiaan-Nya, yang adalah Tuhan dan manusia. Memang secara hakekat, Tuhan tidak bisa mati, namun dalam Pribadi Yesus terdapat juga kodrat manusia selain dari kodrat Tuhan, maka Yesus dapat mati. Namun justru karena hakekat/ kodrat Yesus sebagai Allah, maka Ia dapat bangkit dari kematian-Nya, dan ini menjadi mukjizat yang terbesar yang dilakukan oleh-Nya (Mat 28:1-10; Mk 16:1-8; Luk 24:1-12; Yoh 20:1-10).

                e) Siapakah yang mengangkat Yesus sebagai Tuhan? Silakan melihat tanya jawab ini (silakan klik).

                f) Tentang menyembah Yesus: silakan melihat tanya jawab ini (silakan klik), pada point 3.

                Silakan membaca beberapa artikel dan tanya jawab tersebut satu-persatu. Kalau setelah membaca semua link tersebut dan Arfandisauf masih mempunyai pertanyaan, silakan mengajukannya lagi. Mungkin ada baiknya pertanyaannya satu dan mendalam, sehingga diskusi kita dapat lebih terfokus. Terima kasih atas partisipasinya.

                Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                stef – http://www.katolisitas.org

                • terima kasih pak…. informasi dari anda sangat membantu….
                  hanya ingin meringkas pertanyaan pak… tentang jawaban bapak tentang konsep TUHAN… Mengapa kita menyembah yesus.. padahal kita sudah mengetahui yesus itu ALLAH…….mengapa kita harus menyembah yesus, padahal yesus itu hanya wujud rencana ALLAH, mengapa kita menyembah wujud atau rupa palsu ALLAH… padahal sudah diketahui itu bukan rupa atau WUJUD ALLAH…. dan sudah diketahui penyembahan yang tidak terkonsep tidak akan membawa berkah…. atau malah lebih buruk…. mengabadikan, membesarkan,memuliakan, dan menyembah wujud asli ALLAH bagaimana hukumnya…
                  KONSEP TUHAN yang anda jawab firman ALLAH atau hasil karya manusia….
                  B. konsep manusia dan binatang…… jawaban bapak sangat membantu saya…….. AKAL BUDI RASIO. bicara tentang akal budi rasio,pasti bapak sudah faham jelas….dan pasti lebih tahu dari saya…..tetapi yang digaris bawahi senarnya pada pertanyaan saya ADALAH…………….. (APAKAH MANUSIA MAU DI BILANG DAN DIANGGAB BINATANG PADAHAL HANYA (BERBEDA AKAL BIDI ,RASIO)…. dan APAKAH ALLAH MAU DIANGGAP DAN DISEDERAJATKAN SEBAGAI MANUSIA SEDANGKAN TINGKATAN ANTARA ALLAH DAN manusia sangat jauh TAK TERHINGGA) dalam kurung adalah jawaban bapak..
                  C.mengerti ALKITAB…. bapak menjawb pengajarannya berpegang pada magestarium gereja… bapak pasti tahu,banyak yang salah mengertikan isi dari ALLKITAB….penyebabnya>>>>>> BANYAK PERBEDAAN KEYAKINAN……karna banyak juga AJARAN AJARAN hasil olah OTAK MANUSIA…….
                  Sebenarnya isi dari sluruh AL KITAB (SANGAT MUDAH DIMENGERTI). TAPI menurut saya yang harus di pegang adalah FIRMAN ALLAH…. tanpa harus berfikir melalui hasil olah otak manusia yang ahli syair dan bahasa.. PERTANYAAN saya mengapa banyak ALKITAB….. DAN MENGAPA DIDALAM NYA ADA SEBAGIAN HASIL OLAH OTAK MANUSIA DAN JUSTRU ITU YANG SEBAGIAN ORANG IMANI…
                  D.YESUS TELAH MATI ATAS DOSA KITA…….. (IA MATI KARNA PERBUATAN KITA) mengapa kita meng artikan yesus menebus dosa kita…. BETAPA ENAKNYA… PEMBUNUH,PEMERKOSA,PERAMPOK,DAN PENDOSA….BILA HANYA MEMPERCAYAI YESUS TUHAN MAKA IA MASUK SURGA… SIAPAKAH HASIL KARYA OLAH OTAK MANUSIA KALIMAT DIATAS????(JURU SLAMAT)

                  DALAM HIDUP KITA HARUS BERBAGI ILMU… NAMUN DALAM ILMU KEYAKINAN BUKANLAH ILMU YANG SEMUANYA RIL… APAKAH AJARAN BAPAK SUDAH PASTI BENAR???? BAGAIMANA BAPAK MENDEFINISIKAN NYA…

                  PRIBADI YESUS ADA DUA KODRAT….. MENGAPA ALLAH ZAT YANG DIBAGI DUA??? BUKANNYA ALLAH ITU MISTERI….. KITA SAJA TAK TAHU SEBERAPA JAUH TINGKATAN KECERDASAN ALLAH DENGAN MANUSIA. TAPI MENGAPA KITA MEMPREDIKSI SEOLAH_OLAH MELIHAT KEJADIAN ALLAH BERUBAH MENJADI MANUSIA…. BETAPA SEDERHANYA RENCANA ALLAH…..MEMBUAT DIRINYA SERUPA DENGAN MANUSIA DAN DISALIB KEMUDIAN MEMANGGIL NAMANYA SENDIRI…..
                  BISA DIJELASKAN SECARA BAIK…./?? Pertanyaan saya diatas….

                  bapak memperlihatkan saya ayat-AYAT… seakan akan saya tidak pernah membaca alkitab….trima kasih… TAPI PERTANYAANYA? APAKAH AYAT2 DIATAS FIRMAN ALLAH?

                  bagaimana asal usul paulus?…. ilmu apakah yang dipelajari paulus sejak kecil….

                  dianthiokia pada sebelum terbentuknya agama kristen? kepercayaan apa yang di anut oleh mereka…..
                  apakah ada ayat hasil tulis dan fikiran paulus? apa bedanya fans dan mengimani…..

                  • Shalom Arfandisauf,

                    Terima kasih atas komentar dan pertanyaannya. Mari kita melanjutkan diskusi kita.

                    1) Arfandisauf mengatakan "hanya ingin meringkas pertanyaan pak… tentang jawaban bapak tentang konsep TUHAN… Mengapa kita menyembah yesus.. padahal kita sudah mengetahui yesus itu ALLAH…….mengapa kita harus menyembah yesus, padahal yesus itu hanya wujud rencana ALLAH, mengapa kita menyembah wujud atau rupa palsu ALLAH… padahal sudah diketahui itu bukan rupa atau WUJUD ALLAH…. dan sudah diketahui penyembahan yang tidak terkonsep tidak akan membawa berkah…. atau malah lebih buruk…. mengabadikan, membesarkan,memuliakan, dan menyembah wujud asli ALLAH bagaimana hukumnya…"

                    a) Untuk sampai pada kesimpulan bahwa "Yesus hanya wujud rencana Allah" dan bukan Allah, maka anda harus memberikan argumentasi untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah. Argumentasi yang saya berikan untuk mengatakan bahwa Yesus Allah ada di beberapa artikel Kristologi berikut ini: "Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia." Silakan untuk membaca artikel-artikel tersebut. Kalau setelah membaca beberapa artikel tersebut dan anda tidak menyetujuinya atau berkeberatan, silakan untuk memberikan masukan.

                    b) Karena bagi umat Kristen, Yesus adalah Allah, maka tidak menjadi masalah kalau umat Kristen menyembah Yesus, karena memang penyembahan hanya dilakukan untuk Allah. Kalau Yesus bukan Allah, maka penyembahan kepada Yesus adalah berdosa. Namun, kalau Yesus adalah Allah, maka penyembahan kepada Yesus adalah sudah seharusnya. Oleh karena itu, apakah yang membuat anda menyimpulkan bahwa Yesus bukan Allah? Dari jawaban yang diberikan, maka kita dapat mendiskusikannya.

                    c) Afran mengatakan "KONSEP TUHAN yang anda jawab firman ALLAH atau hasil karya manusia…." Kalau anda mau membaca beberapa artikel yang saya sebutkan di atas, maka anda dapat menilai, bahwa jawaban yang saya berikan adalah dari Firman Allah (dalam hal ini: Alkitab) dan juga dari filosofi, serta pengajaran Gereja Katolik.

                    2) Arfan mengatakan "B. konsep manusia dan binatang…… jawaban bapak sangat membantu saya…….. AKAL BUDI RASIO. bicara tentang akal budi rasio,pasti bapak sudah faham jelas….dan pasti lebih tahu dari saya…..tetapi yang digaris bawahi senarnya pada pertanyaan saya ADALAH…………….. (APAKAH MANUSIA MAU DI BILANG DAN DIANGGAB BINATANG PADAHAL HANYA (BERBEDA AKAL BIDI ,RASIO)…. dan APAKAH ALLAH MAU DIANGGAP DAN DISEDERAJATKAN SEBAGAI MANUSIA SEDANGKAN TINGKATAN ANTARA ALLAH DAN manusia sangat jauh TAK TERHINGGA) dalam kurung adalah jawaban bapak.."

                    a) Untuk menjawab pertanyaan tentang binatang dan manusia, maka silakan anda membaca artikel yang baru saja saya tulis di sini (silakan klik). Manusia tidak mau dibilang binatang saja, karena binatang tidak mempunyai akal budi. Akal budi adalah bukan masalah "cuma atau hanya", namun sesuatu yang begitu besar. Akal budi inilah yang membedakan manusia dan binatang. Mengapa manusia disebut binatang yang berakal budi, silakan membaca link di atas.

                    b) Allah melakukan segalanya untuk menyelamatkan manusia, termasuk dengan merendahkan diri-Nya, yaitu dengan menjadi manusia, dalam diri Yesus. Yesus, adalah Firman yang menjadi manusia, yang menderita, mati, bangkit dan naik ke Sorga, untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian, maka sebenarnya Allah menunjukkan kepada manusia, bahwa Dia adalah Maha Besar dan sekaligus Maha Pengasih. Untuk itu, silakan membaca artikel tentang kesempurnaan rancangan keselamatan Allah (silakan klik) dan juga Inkarnasi (silakan klik).

                    3) Arfan mengatakan "C.mengerti ALKITAB…. bapak menjawb pengajarannya berpegang pada magestarium gereja… bapak pasti tahu,banyak yang salah mengertikan isi dari ALLKITAB….penyebabnya>>>>>> BANYAK PERBEDAAN KEYAKINAN……karna banyak juga AJARAN AJARAN hasil olah OTAK MANUSIA……."

                    a) Dalam mengartikan Alkitab, saya memang perpegang pada ajaran Magisterium Gereja Katolik. Dengan demikian, maka dapat terbebas dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Saya yakin, bahwa ada banyak saudara Muslim yang juga memerlukan tafsir Kitab Suci Islam. Perbedaannya adalah keputusan dari Magisterium Gereja mengikat seluruh umat Katolik di dunia. Dengan demikian, umat Katolik di seluruh dunia mempunyai ajaran yang sama.

                    b) Mungkin Arfan perlu memberikan argumentasi yang lebih akan apa yang dimaksud dengan "ajaran hasil olah otak manusia". Ajaran Katolik mana yang hanya merupakan hasil olah otak manusia? Dan apakah yang salah dengan otak manusia? Akal budi yang benar dan iman yang benar tidaklah saling bertentangan, karena keduanya datang dari Tuhan.

                    c) Kemudian Arfan mengatakan "Sebenarnya isi dari sluruh AL KITAB (SANGAT MUDAH DIMENGERTI). TAPI menurut saya yang harus di pegang adalah FIRMAN ALLAH…. tanpa harus berfikir melalui hasil olah otak manusia yang ahli syair dan bahasa.. PERTANYAAN saya mengapa banyak ALKITAB….. DAN MENGAPA DIDALAM NYA ADA SEBAGIAN HASIL OLAH OTAK MANUSIA DAN JUSTRU ITU YANG SEBAGIAN ORANG IMANI…" Saya menyimpulkan bahwa Alkitab di sini adalah Alkitab dari umat Kristen. Untuk mengatakan bahwa isi seluruh Alkitab sangat mudah dimengerti adalah terlalu menyederhanakan. Terus terang, setiap kali membaca Alkitab senantiasa ada hal baru yang muncul (seperti bagaimana untuk menerapkannya dalam kehidupan, kaitan dengan ayat-ayat yang lain, kaitan dengan budaya pada waktu itu, dll). Dan walaupun saya telah membaca Alkitab begitu lama, ada saja hal-hal yang tidak saya mengerti, sehingga memacu saya untuk belajar lagi. Oleh karena itu, saya tidak tahu apakah dasar anda mengatakan bahwa seluruh Alkitab sangat mudah dimengerti.

                    Mungkin ada baiknya Arfan memberikan argumentasi yang mendalam tentang apa yang dimaksud dengan hasil olah otak manusia. Apakah maksud dengan pernyataan tersebut dan dasarnya? Apakah maksudnya bahwa Alkitab merupakan hasil olah otak manusia? Kalau ya (semua atau sebagian), di bagian manakah yang merupakan Firman Allah dan di bagian manakah yang hanya merupakan hasil olah otak manusia? Dan apakah parameter yang digunakan untuk menentukan bahwa ayat yang satu adalah Firman Allah dan ayat yang lain adalah hasil olah otak manusia?

                    4) Arfan mengatakan "D.YESUS TELAH MATI ATAS DOSA KITA…….. (IA MATI KARNA PERBUATAN KITA) mengapa kita meng artikan yesus menebus dosa kita…. BETAPA ENAKNYA… PEMBUNUH,PEMERKOSA,PERAMPOK,DAN PENDOSA….BILA HANYA MEMPERCAYAI YESUS TUHAN MAKA IA MASUK SURGA… SIAPAKAH HASIL KARYA OLAH OTAK MANUSIA KALIMAT DIATAS????(JURU SLAMAT)"

                    a) Untuk menjawab keberatan ini, silakan Arfan membaca artikel kesempurnaan rancangan keselamatan Allah (silakan klik).

                    b) Walaupun Yesus telah menebus dosa manusia, bukan berarti bahwa manusia dapat berbuat sesukanya dan kemudian dapat masuk Sorga. Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa orang-orang yang telah dibaptis, tidak menyesali dosanya dan mati dalam keadaan berdosa (membunuh, memperkosa, merampok, dll) dapat masuk Sorga. Ini adalah kesalahan persepsi tentang penebusan Kristus. Penebusan Kristus membuka kemungkinan manusia untuk memperoleh keselamatan, yang tadinya tertutup sama sekali. Kalau Afran membaca artikel di atas, maka Arfan akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hal ini. Untuk memperoleh gambaran tentang konsep keselamatan Gereja Katolik, maka kita perlu melihat peran: rahmat Allah, iman, baptisan, kasih, melaksanakan perintah Allah sampai akhir hayat, senantiasa menghindari dosa, dll. Kita dapat berdiskusi tentang hal ini secara terpisah, kalau memang diinginkan diskusi yang lebih mendalam.

                    c) Karena pernyataan "hasil olah otak manusia" senantiasa muncul, maka silakan memberikan penjelasan lebih detail tentang pernyataan ini.

                    5) Arfan mengatakan "DALAM HIDUP KITA HARUS BERBAGI ILMU… NAMUN DALAM ILMU KEYAKINAN BUKANLAH ILMU YANG SEMUANYA RIL… APAKAH AJARAN BAPAK SUDAH PASTI BENAR???? BAGAIMANA BAPAK MENDEFINISIKAN NYA…"

                    a) Saya perpegang bahwa ajaran yang saya yakini adalah benar, karena apa yang saya yakini berdasarkan Wahyu Allah sendiri yang menjelma menjadi manusia, yaitu Yesus. Dan Yesus sendiri mengatakan bahwa "Akulah Jalan dan Kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6). Yesus tidak mengatakan "Aku mengatakan atau menunjukkan kebenaran", namun Dia mengatakan "Akulah Kebenaran". Oleh karena itu, saya meyakini akan hal ini. Hal ini juga menjadi tantangan bagi kita semua untuk mencoba mendalami ajaran yang kita yakini masing-masing, termasuk saya dan Arfan.

                    6) Arfan mengatakan "PRIBADI YESUS ADA DUA KODRAT….. MENGAPA ALLAH ZAT YANG DIBAGI DUA??? BUKANNYA ALLAH ITU MISTERI….. KITA SAJA TAK TAHU SEBERAPA JAUH TINGKATAN KECERDASAN ALLAH DENGAN MANUSIA. TAPI MENGAPA KITA MEMPREDIKSI SEOLAH_OLAH MELIHAT KEJADIAN ALLAH BERUBAH MENJADI MANUSIA…. BETAPA SEDERHANYA RENCANA ALLAH…..MEMBUAT DIRINYA SERUPA DENGAN MANUSIA DAN DISALIB KEMUDIAN MEMANGGIL NAMANYA SENDIRI…..
                    BISA DIJELASKAN SECARA BAIK…./?? Pertanyaan saya diatas…
                    ."

                    a) Saya mengatakan bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia, bukan setengah Allah dan setengah manusia. Oleh karena itu, pernyataan Afran yang mengatakan bahwa Allah zat yang dibagi dua adalah tidak tepat. Argumentasi bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia dapat dilihat di artikel ini (silakan klik).

                    b) Umat Kristen tidak memprediksikan seolah-olah melihat kejadian Allah berubah menjadi manusia, seperti yang dikatakan oleh Arfan. Silakan membaca diskusi saya dengan J1lan di sini (silakan klik). Dengan demikian, percaya akan Yesus sebagai Tuhan bukanlah suatu kepercayaan yang membabi buta, namun mempunyai dasar yang kuat.

                    c) Mengapa Yesus berdoa pada waktu disalibkan? Silakan melihat jawaban ini (silakan klik).

                    Silakan membaca link-link yang saya berikan. Semoga dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik.

                    6) Arfan mengatakan "bapak memperlihatkan saya ayat-AYAT… seakan akan saya tidak pernah membaca alkitab….trima kasih… TAPI PERTANYAANYA? APAKAH AYAT2 DIATAS FIRMAN ALLAH?" Pada waktu saya memberikan ayat-ayat, maka saya berharap bahwa Arfan dapat melihat bahwa argumentasi yang saya berikan memang mempunyai dasar seperti yang dituliskan di dalam Alkitab. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa Arfan tidak pernah membaca Alkitab. Mari kita melanjutkan diskusi dengan berfokus pada argumentasi dan bukan pada hal-hal pribadi. Untuk menjawab apakah ayat-ayat tersebut adalah benar-benar merupakan Firman Allah, maka silakan membaca tanya jawab ini (silakan klik).

                    Kalau memang Arfan beranggapan bahwa ayat-ayat tersebut adalah bukan Firman Allah, maka apakah dasarnya dari pernyataan ini?

                    7) Arfan mengatakan "bagaimana asal usul paulus?…. ilmu apakah yang dipelajari paulus sejak kecil…." Paulus adalah seorang farisi (lihat tanya jawab ini – silakan klik), murid dari Gamaliel. Apakah Arfan meragukan kredibilitas Paulus? Kalau memang anda meragukan kredibilitas Paulus, bagaimana anda membuktikan bahwa Rasul Paulus perlu diragukan? Satu-satunya cara untuk membuktikan hal ini adalah kalau anda dapat memberikan data-data bahwa Paulus menyelewengkan ajaran Kristus. Kalau kita mempelajari secara lebih teliti, sebetulnya kita tidak perlu meragukan kredibilitas Paulus, karena:

                    a) Tidak ada ajaran Kristus yang diselewengkan oleh rasul Paulus, bahkan Tuhan memilih Paulus sendiri sebagai rasul non-Yahudi (Kis 22:14-21; Kis 26:16-18; Rom 1:1; 1 kor 1:1; 1 Kor 9:1-2; 1 Kor 15:9; Gal 1:1; Gal 1:15-16; Ef 1:1; Kol 1:1; 1Ti 1:1; 1Ti 2:7; 2Ti 1:1; 2Ti 1:11; Tit 1:1; Tit 1:3).

                    b) Rasul Paulus diterima dengan baik oleh para rasul, seperti yang ditunjukkan di konsili Yerusalem (Kis 9:26-29). Kalau apa yang diajarkan oleh rasul Paulus bertentangan dengan ajaran Kristus, pasti rasul-rasul yang lain akan menentang rasul Paulus. Namun hal ini tidaklah terjadi.

                    c) Pertobatan Paulus dapat dilihat dalam ayat-ayat berikut ini: Kis 9:3-22; Kis 22:4-19; Kis 26:9-15; 1 Kor 9:1; 1 Kor 15:8; Gal 1:13; 1Tim 1:12-13.

                    8) Arfan mengatakan "dianthiokia pada sebelum terbentuknya agama kristen? kepercayaan apa yang di anut oleh mereka…..
                    apakah ada ayat hasil tulis dan fikiran paulus? apa bedanya fans dan mengimani…..
                    "

                    a) Pertanyaan serupa pernah diajukan di sini (silakan klik), di point 1, dimana ditanyakan "Mana pengakuan Yesus di dalam Alkitab bahwa dia beragama Kristen?
                    Yesus tidak pernah berkata bahwa Dia beragama Kristen. Kristen mulai dipakai di Antiokia (Kis 11:23-26). Jadi yang membuat nama Kristen adalah adalah Barnabas dan Paulus. Kristen hanya disebut 6x (Kis 11:26, Kis 26:28, Rm 16:7, 1 Kor 9:5, 2 Kor 12:2 dan 1 Ptr 4:16)." Dan saya memberikan jawaban:

                    Yesus memang tidak pernah mengatakan bahwa Dia datang ke dunia ini untuk mendirikan agama Kristen. Namun Yesus mengatakan bahwa Dia datang ke dunia ini untuk menebus dosa dan menyelamatkan manusia dari belenggu dosa (Yoh 3:17; Yoh 12:47). Yesus juga mendirikan Gereja, seperti yang dikatakan-Nya di Mat 16:18, bahwa Dia mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus (batu karang) dan berjanji bahwa alam maut tidak akan menguasainya. Dan juga begitu banyak perkataan akan “kerajaan Allah”, yang sebenarnya merujuk kepada “Gereja”. Nah, sampai di sini, kita setuju bahwa Yesus mendirikan Gereja. Apakah nama Gereja-Nya? Dalam perkembangannya, memang betul bahwa nama Kristen mulai dipakai di Antiokia (Kis 11:23-26). Dan agama Kristen terus berkembang, yang mendasari ajarannya berdasarkan akan perkataan dan perbuatan Kristus.

                    Dan Gereja Katolik mulai dipakai pada tahun 110 AD oleh St. Ignasius, seperti yang tertulis dalam suratnya kepada Smyrnaeans (jemaat di Smyrna), dimana dia mengatakan bahwa dimana uskup ada, disitu juga umat berada, dan dimana Jesus ada, disitu juga ada Gereja Katolik. Dan ini terus diteguhkan dengan surat dari St. Polikarpus, dll, sampai saat ini. Dan begitu banyak surat-surat yang ada untuk membuktikan hal ini. Nama katolik sendiri sebenarnya juga disebutkan di dalam Alkitab, yang telah diterangkan di tanya jawab ini (silakan klik).

                    Jadi, sampai sini, kita tahu bahwa Yesus telah mendirikan Gereja, kemudian berkembang dengan nama Kristen, yang dimanifestasikan dalam Gereja Katolik. Nah, Yesus dalam banyak kesempatan mengatakan “ikutlah aku” (Mat 4:19; Mat 9:9; Mk 1:17; Lk 9:59; Yoh 1:43). Seseorang yang mengikuti Kristus disebut “Kristen” atau “Christian“. Jadi Yesus tidak mengakan Dia beragama Kristen, namun Dia mengatakan “Ikutlah Aku”. Jadi, Yesus Kristus memang bukan beragama Kristen, namun Dia adalah pendiri agama Kristen; karena Ia memberikan perintah untuk mengikuti Dia. Pengikut Kristus inilah yang disebut Kristen.

                    b) Untuk pertanyaan "apakah ada ayat hasil tulis dan fikiran paulus? apa bedanya fans dan mengimani….." saya tidak terlalu mengerti akan maksud dari pertanyaan ini. Apakah Arfan meragukan keaslian surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus? Kalau ya, apakah alasannya, dan kitab manakah dari yang ditulis oleh Paulus yang hanya merupakan fikiran Paulus dan bukan merupakan Firman Allah?

                    Namun saya akan coba menjawab pertanyaan tentang fans dan mengimani, walaupun tidak mempunyai hubungan dengan diskusi ini. Fans saya rasa kita mengetahui apa artinya. Saya akan menjawab tentang iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). dalam iman, akal budi dan kehendak manusia bekerja sama dengan rahmat Ilahi (KGK, 155). Lebih jauh St. Thomas mengatakan bahwa “Iman adalah satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakkan oleh Allah dengan perantaraan rahmat” (ST, II-II, q.2, a.9).Jadi iman adalah merupakan operasi intellect atau akal budi, dimana kita bekerja sama dengan rahmat Allah, sehingga kita dapat menjawab panggilan-Nya dan percaya akan apa yang difirmankan-Nya. Namun kepercayaan ini bukan hanya asal percaya, atau percaya berdasarkan perasaan saja. Iman dapat didefinisikan sebagai suatu persetujuan akal budi yang kokoh kepada kebenaran, yang bukan berdasarkan perasaan, namun berdasarkan kesaksian saksi. Artinya kalau seseorang masih ragu-ragu akan kebenaran tersebut, maka dapat dikatakan ia belum sungguh-sungguh beriman. Dan saksi di dalam kebajikan ilahi iman adalah Tuhan sendiri, yang bersaksi dengan perantaraan para nabi, dan akhirnya Tuhan sendiri menjelma menjadi manusia, yang selanjutnya karya-Nya diteruskan oleh Gereja Katolik. Jadi seseorang beriman dengan benar, kalau seseorang telah melihat imannya berdasarkan motive of credibility, yang keterangannya dapat di baca di artikel ini di bagian akhir.

                    Dari pertanyaan-pertanyaan Arfandisauf, saya melihat begitu banyak topik yang ingin dibahas, sehingga diskusi menjadi kurang terfokus. Saya mengusulkan agar diskusi dilanjutkan dengan satu topik saja, sehingga kita dapat membahas dengan lebih dalam. Saya juga melihat ada kesalahpahaman akan apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik, seperti konsep penebusan dan konsep keselamatan. Oleh karena itu, saya mohon Arfan dapat membaca beberapa artikel di link-link yang saya berikan, sehingga Arfan dapat menangkap secara persis apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik. Setelah membaca link-link tersebut, maka Arfan dapat mempertanyakan kembali sesuai dengan topik bahasan yang telah dibaca.

                    Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                    stef – http://www.katolisitas.org

                    NB: Kalau ingin menjawab pesan ini, silakan menekan tombol “REPLY

                    • terima ksih pak atas jawaban bapak…….
                      tapi tentang jawaban bapak tentang konsep tuhan sangat tidak spesefik…. dan pernyataan bapak tentang konsep tuhan belum dapat saya terima…. karna beberapa kali jawaban bapak tentang tuhan itu berbeda-beda…. sangat telihat kalau bapak baru tahu sangat-sangat sedikit tentang ilmu agama dan lainnya… TUHAN HANYA 1…. dan yesus adalah rasul ALLAH… paulus bukan rasul….. dan paulus hanya terobsesi oleh ajaran yesus dan ia mengangkat yesus jadi tuhannya…… YESUS IS MY RASUL……

                    • Shalom Arfandi,

                      Terima kasih atas tanggapannya. Mungkin ada baiknya diskusi kita berfokus pada satu topik saja, misalkan tentang Trinitas, atau ke-Allahan Yesus. Kemudian, silakan Arfandi memberikan keberatan beserta dengan argumentasi. Saya dapat mengerti kalau sulit bagi Arfandi menerima konsep Tuhan seperti yang dimengerti oleh umat Kristen. Kalau dikatakan bahwa jawaban saya tentang Tuhan adalah berbeda-beda, maka silakan anda memberitahu bagian mana yang tidak dapat diterima dan bagian mana yang tidak konsisten dalam jawaban yang telah saya berikan. Kalau dinilai bahwa ilmu agama saya masih kurang, maka hal tersebut tidaklah menjadi masalah bagi saya, malah sebaliknya semakin memacu saya untuk banyak belajar, termasuk dari anda.

                      Kalau dikatakan bahwa Tuhan hanya 1, maka saya setuju, karena itulah yang dipercayai oleh umat Kristen. Namun, pada saat yang bersamaan Tuhan juga mewahyukan diri-Nya, bahwa Dia adalah Tuhan yang satu di dalam tiga pribadi (Tritunggal Maha Kudus), dimana Yesus adalah pribadi yang ke-dua. Oleh karena itu, kalau anda mau membuktikan bahwa Tritunggal Maha Kudus adalah tidak benar, maka anda harus membuktikan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Dan di dalam beberapa artikel tentang Kristologi, kami mencoba membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan. Ada baiknya kalau Arfan membaca beberapa artikel tersebut, dan kemudian memberikan tanggapan berdasarkan artikel-artikel tersebut.

                      Kemudian, kalau Arfan meragukan kredibilitas Paulus, karena dia memberikan kesaksian bahwa Yesus adalah Tuhan, maka saya telah menjawabnya di sini (silakan klik). Kalau Arfan mengatakan bahwa Rasul Paulus yang mengangkat Yesus menjadi Tuhan, maka kita dapat berdiskusi tentang ke-Allahan Yesus hanya dari empat Injil dan juga ditambah dengan kitab-kitab yang lain, di luar surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus.

                      Tentu saja Arfan dapat tetap mempercayai bahwa Yesus adalah hanya sekedar nabi. Namun, bagi umat Kristen Yesus adalah Tuhan. Dan kami telah memberikan argumentasi dalam beberapa artikel Kristologi yang telah kami tuliskan. Oleh karena itu, silakan anda memberikan argumentasi bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Semoga diskusi kita dapat membawa kita kepada kebenaran.

                      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                      stef – http://www.katolisitas.org

                      NB: Kalau ingin menjawab pesan ini, silakan menekan tombol “REPLY

                    • MOHON DIBACA DENGAN CERMAT…
                      Sangat berat berdiskusi dengan seseorang yang berpegang artikel orang yang terdahulu….. Seolah2 ALLAH tidak memberikan otak kepada bapak…. jawaban bapak selalu berdasarkan hasil tulisan dan karya orang lain..
                      Terus sebenarnya untuk apa bapak diciptakan oleh ALLAH…… kalau hanya meneruskan bualan orang2 roma. seolah2 bapak tidak tau asal usul orang2 roma dan penganut agama kristen sebelum kristen didirikan… tentu bapak sudah tau ajaran murni yesus… tapi kenapa diajaran yesus harus ada paulus….???
                      bapak bilang mengerti isi alkitab dan firman ALLAH…. tentu susah karna bapak harus mencerna setiap kalimat melalui embel-embel orang kristen terdahulu…..
                      BAPAK PASTI TAHU CERITA NABI MUSA….. apa bapak tidak mengerti kenapa nabi musa diturunkan?
                      KARNA ADA ANAK MANUSIA YANG MENGANGGAP DIRINYA TUHAN….. F I R A U N.
                      tapi dengan sekonyong konyong nya kita mengangkat yesus menjadi tuhan….. YA ALLAH….
                      bila saya tanyakan pada bapak siapa tuhan BAPAK ? pasti bapak menjawab tuhan bapa.. tuhan allah dan tuhan ROHKUDUS… sow bapak ciptan siapa? APA pantas bapak masuk surga ALLAH sedangkan bapak menyembah tuhan lain? siapa sih yang menciptakan surga? yesus? ampun!!!!!!!!
                      bapak terdidik dari kecil dengan iman yang salah>>> dan bapak merasa iman bapak benar??? bila bapak terlahir kembali dan menganut agama yang lain, pasti bapak mengimani agama yang lain tersebut….. karna bapak hanya terobsesi berprestasi pada satu ilmu….. tidak berdasar atas semua ilmu pengetahuan…
                      pada intinya tidak ada gunanya kehidupan bagi bapak…. menyebarkan informasi dan iman yang bapak kuasai semua konsepnya… trus apa gunanya bapak punya otak….. maaf.. ini hanya pendapat sya tentang bapak.. TERIMA KASIH ATAS SEMUA JAWABAN2 BAPAK… DAN SAYA DOAKAN SELAMA BAPAK BERNAPAS,HIDAYAH DARI ALLAH AKAN DATANG PADA BAPAK…..SESUGUHNYA HIDUP HANYALAH KESEMPATAN,,,, DIMANA PADA MASA ADAM DAN HAWA KITA MANUSIA BERBUAT DOSA….JANGAN PERNAH MENGANGGAP ALLAH KEJAM…. KARNA BILA KITA TIDAK DISAYANGI PASTINYA KITA SUDAH DINERAKA,BUKAN DI DUNIA…. SEMBAHLAH ALLAH…… KARNA HANYA ITU TUJUAN KITA HIDUP…. BIARKAN SETAN SETAN YANG HINA ITU MENGANGGAP DIRINYA TUHAN…..GUNAKAN SEMUA INFORMASI TEORI LALU CERNA DAN GUNAKAN OTAK BAPAK….. TERIMA KASIH…

                    • Salam damai Arfandi,

                      Terima kasih atas komentarnya. Saya melihat bahwa komentar Arfandi cukup kasar, namun tidak memberikan argumentasi. Saya menghimbau, agar di dalam perbedaan pendapat, kita menyampaikannya dengan lemah lembut dan hormat. Inilah yang diajarkan dalam Alkitab (lih 1 Pet 3:15). Saya yakin, agama Arfandi juga mengajarkan yang sama, untuk dapat menyikapi perbedaan dengan bijaksana. Mari, sekarang kita melanjutkan diskusi kita. Saya minta maaf, kalau Arfandi memberikan komentar dengan nada yang kasar dan tidak ada argumentasi apapun setelah jawaban saya ini, maka komentar anda tidak dapat saya masukkan dalam situs ini.

                      1) Saya ingin memberikan klarifikasi. Saya senantiasa membaca dengan cermat terhadap setiap pertanyaan dan tanggapan yang masuk. Kemudian, pada waktu saya memberikan link-link di jawaban saya sebelumnya, maka saya merujuk kepada artikel-artikel yang saya tulis sendiri maupun yang ditulis oleh istri saya – Ingrid, yang biasanya sebelumnya kami diskusikan terlebih dahulu, terutama pada isu-isu yang cukup kontroversial. Karena artikel-artikel tersebut adalah tulisan saya sendiri, maka saya dapat saja copy and paste, namun hal tersebut tidak saya lakukan, karena terlalu panjang. Saya menganggap bahwa Arfandi mempunyai niat baik dan menginginkan suatu diskusi yang mendalam, sehingga saya hanya merujuk kepada beberapa artikel. Oleh karena itu, saya terus terang tidak tahu alasan Arfandi untuk mengatakan bahwa saya tidak mempunyai otak. Mari, kita yang sama-sama dikarunia akal budi menyampaikan argumentasi kita dengan baik sebagaimana layaknya orang beriman.

                      2) Arfandi terlalu banyak memberikan tuduhan-tuduhan yang tidak disertai bukti-bukti. Kalau anda mengatakan bahwa agama Kristen hanyalah merupakan bualan orang-orang Roma, mungkin ada baiknya anda memberikan argumentasi, misalkan: "Sebelum agama Kristen menjadi agama negara, dia mengajarkan A dan setelah menjadi agama negara, dia mengajarkan B. Bagaimana mungkin dari A menjadi B?" Dengan demikian, kita dapat berdiskusi berdasarkan bukti-bukti. Saya mencoba agar saya dapat menyampaikan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, yang bersumber pada pengajaran Kristus. Oleh karena itu, kalau anda mengatakan bahwa apa yang saya sampaikan tidak sesuai dengan pengajaran Kristus, silakan menunjukkannya kepada saya dan kita dapat mendiskusikannya.

                      3) Sebenarnya apakah yang dipermasalahkan Arfan terhadap Paulus? Kalau memang Arfan ingin mendiskusikan tentang ke-Allahan Yesus, maka kita dapat berdiskusi tanpa menggunakan kitab-kitab yang ditulis oleh Paulus. Dan saya telah mencoba untuk melakukannya dalam tulisan saya "Mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan" (silakan klik). Dan kemudian Arfan mengatakan "bapak bilang mengerti isi alkitab dan firman ALLAH…. tentu susah karna bapak harus mencerna setiap kalimat melalui embel-embel orang kristen terdahulu….." Apakah salahnya belajar Alkitab disertai dengan tulisan dari para Bapa Gereja? Bukankah di dalam setiap agama juga terdapat tulisan-tulisan para ahli, yang sering menjadi acuan? Dalam agama Katolik, yang menjadi acuan adalah pengajaran resmi dari Gereja Katolik, sehingga tidak terjadi interpretasi-interpretasi yang berbeda. Apakah mungkin dalam agama yang anda anut terjadi perbedaan interpretasi ayat-ayat di dalam Kitab Suci anda? Dan interpretasi manakah yang dipakai? Bagaimana menyelesaikan perbedaan-perbedaan ini?

                      4) Tentu saja saya tahu nabi Musa dari Alkitab dan bukan dari Kitab Suci anda. Nabi Musa adalah salah satu nabi, yang membimbing umat Israel sehingga sampai ke tanah terjanji. Melalui dia, Tuhan memberikan 10 perintah Allah atau hukum moral, yang terus berlaku sampai saat ini. Dan di dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus menjadi hukum yang baru, karena Dia adalah Tuhan. Hukum yang tadinya berupa 2 loh batu sekarang menjadi manusia, dalam rupa Yesus Kristus, dan dicurahkan kepada manusia dalam melalui Roh Kudus. Oleh karena itu, eksistensi nabi Musa bukan hanya masalah Firaun, namun kebih dalam dari itu. Dan kemudian, kalau anda mengatakan bahwa Yesus diangkat menjadi Tuhan, maka anda harus mencoba untuk memberikan argumentasi. Saya telah menjawabnya dalam tanya jawab ini (silakan klik). Agar tidak salah paham, tanya jawab tersebut adalah tulisan saya dan bukan tulisan orang lain.

                      3) Kalau ditanya, siapakah Tuhan saya? Saya akan menjawab bahwa Tuhan saya adalah Tuhan yang esa dalam tiga pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Permasalahannya adalah anda melihat Tuhan orang Kristen ada 3, sedangkan orang Kristen percaya bahwa Trinitas adalah satu Tuhan dalam tiga pribadi. Kalau anda mau melihat penjelasannya secara lebih dalam, silakan melihat tulisan Ingrid dan saya tentang Trinitas (silakan klik). Kemudian pertanyaan apakah saya pantas untuk masuk Sorga, maka saya serahkan kepada Allah. Kalau bicara pantas, tidak ada manusia yang pantas untuk masuk Sorga, karena setiap manusia pasti berbuat dosa. Oleh karena itu, saya beriman kepada Yesus, yang akan mengadili orang hidup dan mati. Karena anda beranggapan bahwa Yesus bukan Tuhan, maka saya mengusulkan bahwa anda memberikan bukti-bukti yang mendukung pernyataan anda. Saya telah memberikan argumentasi dalam beberapa artikel Kristologi.

                      4) Arfan mengatakan "Bapak terdidik dari kecil dengan iman yang salah >>> dan bapak merasa iman bapak benar???" Saya sebenarnya dari kecil memeluk agama Kong Hu Cu. Dan saya dengan setia senantiasa mengikuti sekolah minggu, sebelum akhirnya berpindah menjadi Katolik. Dan saya sungguh mensyukuri rahmat iman yang diberikan oleh Tuhan, sehingga saya dapat menjadi umat Katolik. Dan saya percaya bahwa agama yang saya imani mempunyai kepenuhan kebenaran. Kalau anda hendak berdiskusi tentang pokok-pokok iman Katolik, saya dengan senang hati berdialog dengan anda.

                      Anda perlu memberikan argumentasi akan pernyataan "karna bapak hanya terobsesi berprestasi pada satu ilmu….. tidak berdasar atas semua ilmu pengetahuan… pada intinya tidak ada gunanya kehidupan bagi bapak…." Mungkin anda perlu memberikan data-data dan argumentasi, misalkan "Bapak mengatakan A yang bertentangan dengan B, sehingga apa yang anda percayai tidaklah mempunyai dasar dan bertentangan dengan semua ilmu pengetahuan. Kemudian anda dapat memberikan definisi apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan." Saya juga tidak mengerti apa maksud dari pernyataan tidak ada gunanya kehidupan bagi saya.

                      Pernyataan yang anda buat, seperti ini: "menyebarkan informasi dan iman yang bapak kuasai semua konsepnya… trus apa gunanya bapak punya otak….. maaf." harus disertai dasar yang kuat. Tidak menjadi masalah kalau anda mengatakan bahwa saya tidak mempunyai otak, yang mungkin disebabkan karena apa yang saya percayai berbeda dengan apa yang anda percayai. Kalau parameternya adalah seperti itu, maka lebih dari 80% persen penduduk dunia akan dicap oleh anda "tidak mempunyai otak". Mari, kita yang sama-sama mempunyai otak / akal budi, berdiskusi dengan argumentasi-argumentasi yang baik untuk mencari kebenaran.

                      5) Akhirnya, terima kasih atas doa-doanya. Saya setuju dengan apa yang anda katakan bahwa hidup adalah kesempatan, yang harus dipergunakan sebaik-baiknya, termasuk adalah mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh. Bagi umat Kristen, kebenaran ada dalam diri Yesus Kristus. Dan dengan pengorbanan Kristus di kayu salib, umat Kristen akan senantiasa percaya bahwa Allah adalah maha kasih dan bukan Allah yang kejam. Namun, Allah juga adalah Allah yang adil. Dan Allah yang adil dan pengasih, dapat terlihat dari Allah Trinitas, yaitu Allah yang satu dalam tiga pribadi. Oleh karena itu, kalau saya menyembah Yesus, maka saya menyembah Allah. Terima kasih juga untuk mengingatkan saya untuk senantiasa belajar dan menggunakan otak. Dan memang inilah yang coba saya lakukan. Semoga Tuhan juga memberikan rahmat kepada anda, sehingga suatu saat anda juga dapat melihat kebenaran agama Kristen.

                      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                      stef – http://www.katolisitas.org

                      NB: Kalau ingin menjawab pesan ini, silakan menekan tombol  REPLY 

                    • BUKTI ATAS SETIAP KALIMAT SAYA ADALAH…
                      ANDA SEMUA TIDAK TAHU PASTI AKAN SIAPA TUHAN ANDA SEBENARNYA….
                      KALIMAT TERAKHIR SELAMAT MASUK NERAKA ALLAH…

                    • Salam damai Arfandi,

                      Terima kasih atas jawabannya. Saya merasa bahwa saya telah memberikan beberapa argumentasi terhadap apa yang disanggah dan ditanyakan oleh Arfandi. Namun, sebaliknya anda tidak mau memberikan dasar-dasar dari keberatan-keberatan yang dikemukakan. Bahkan lebih lanjut, anda mengatakan bahwa “Selamat masuk neraka Allah”. Saya mencoba mengerti, karena menurut agama anda menduakan Allah adalah dosa, maka agama Kristen yang dianggap mempunyai 3 Tuhan telah melakukan dosa berat dan layak dihukum di neraka. Namun, saya telah mencoba memberikan penjelasan kepada anda, bahwa Tuhan umat Kristen adalah satu namun dalam tiga pribadi. Kalau anda ingin benar-benar mengerti, cobalah untuk membaca beberapa link yang saya berikan dalam jawaban saya sebelumnya. Dan dengan artikel-artikel berikut ini, maka saya telah mencoba untuk menjabarkan siapakah sebenarnya Tuhan dari umat Kristen:

                      Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia. Meyakini bahwa Yesus adalah Allah membuka suatu misteri Allah yang mempunyai tiga pribadi atau Trinitas (silakan klik).

                      Namun, kalau anda menganggap bahwa saya masih tidak mengerti akan Allah Trinitas, silakan memberikan keberatan dan kita dapat mendiskusikannya dengan hormat dan lemah lembut, sebagaimana layaknya orang beriman berdiskusi, sebagaimana layaknya manusia yang mempunyai akal budi berdialog. Semoga Tuhan memberikan kepada kita semua rahmat-Nya, sehingga kita semua dapat mencari kebenaran di atas segalanya. Dan kebenaran bagi umat Kristen bukanlah sesuatu, namun seseorang, yaitu Yesus Kristus – yang adalah Tuhan.

                      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
                      stef – http://www.katolisitas.org

                    • @arfandi:
                      anda tidak fair mengjudge sdr Stef tidak mengerti ilmu agama dan ilmu lainnya…sementara anda sama sekali tidak memberikan komentar kenapa dan bagian mana Steff tidak mengerti ilmu agama dan lainnya….kalau mau mengerti ilmu agama dari sisi agama anda tentu Steff belum dalam kapasitasnya. Tapi kalau dalam ilmu agama Katolik, saya tidak meragukan sdr. Steff. Yang coba diuraikan oleh Steff disini adalah dalam sudut pandang gereja Katolik karena disini adlah forum Katolik dan anda yang tidak Katolik bertanya dan sudah dijawab dengan baik. anda tidak bisa memaksa argumen anda tentang konsep Tuhan anda dengan menuduh orang tidak kompeten bukan?Masalah anda mau terima atau tidak itu tergantung sama anda. Yang penting sdr Steff sudah melakukan perannya. Anda disini bertanya(bukan memaksakan pendapat bukan?) dan Steff sudah menjawab.
                      Tolong catat bahwa hanya Tuhan yang bisa mengampuni dosa manusia dan Yesus sudah lakukan itu berulang-ulang di Alkitab. Terakhir, sebelum kematianNYa pun dia mengampuni penjahat yang disalibkan bersamaNya . Semoga pun anda tidak terlambat dan tidak dilupakan untuk mendapatkan juga pengampunan dari Tuhan Yesus pada waktu kedatanganNya yang kedua. Amin

              • Shalom buat ARFANDISAUF. Jika Tuhan Yesus berkenan memanggil Anda menjadi pengikutNya, maka Anda tidak kan bisa mengelak. Seperti Paulus dan banyak orang Anti-Katolik lain yang sekarang justru menjadi pewarta Kristus. Jika Tuhan tidak memanggil Anda maka semoga keterangan Pak Stef mmembuat Anda suatu saat membuka hati untuk kebenaran Kristus. Bisakah Anda menerangkan pula arti TUHAN YANG SATU itu? Apakah satu itu artinya sama dengan bilangan satu???

            7. Saya sangat terbantu dalam memahami masalah ini. Kalo berbicara dengan romo untuk satu hal seperti ini saja maka seperti akan membuang waktu romo sehingga membuat segan bertanya.

              • saya bukan katolik, tetapi saya menilai dialog semacam ini terkhusus tentang agama tidak usah saling menyerang, saling menghina dsb. Kita tahu apa tentang Allah. Kita adalah makluk ciptaan, yang tentu tidak bisa melebihi dari penciptanya. Kalau kita percayanya bahwa Allah itu zat yang satu ( Yang Esa ), ya sudahlah sebatas itu pengertian kita tentang Allah.
                Kita tdk usah membandingkan kebenaran itu dengan kebenaran yang lain misalnya Allah itu Roh yang ada didalam Tritunggal ( Allah Bapa, Yesus Kristus, Roh Kudus ). Ini pasti tdk akan ketemu.
                Yang lainnya dikatakan bahwa Yesus itu Rasul dan yang lainnya mengatakan bahwa Yesus itu Tuhan. Ya biarkan toh masing2 punya alasan yang mendasar ( mungkin yang satu sumbernya dari Al Quran dan yg lain dari Al Kitab). Saya pikir sumber permasalahan itu terletak pada “Yesus” atau “Isa”. Dia itu Tuhan atau manusia. Manusia yg berdosa atau suci. Dia itu biasa2 atau lebih dari pada yg lain. Apa kata Al Quran dan apa kata Al Kitab tentang Yesus / Isa? Apakah ada kesamaan dan perbedaannya? Kalau misalnya ada perbedaan tak usah saling menyerang karena masing2 punya sumber dan alasan yang mendasar. Kita tdk bisa menjudge ini lho sepatu saya yang paling cocok, pas, baik dan benar sedangkan sepatu yang lain nya tidak. Itu tdk fair. Itu subyektif. Itu picik. That’s selfish.

                [dari katolisitas: Tujuan dari website katolisitas adalah untuk menerangkan iman Katolik. Menjadi hak Anda kalau anda tidak setuju, namun pada saat yang bersamaan menjadi hak kami untuk memaparkan pengajaran iman Katolik.]

                • Salam Katolisitas,

                  Terima kasih kepada Pak Stef dan tim Katolisitas, karena melalui tanya jawab dengan saudara Arfandi seperti diatas, justru iman saya akan Yesus kristus semakin dikuatkan.
                  Semoga Roh Kudus membimbing dalam kasih.

                  Salam Kasih dalam Kristus Tuhan

                  • Dear Katolisitas,

                    Saya sangat bangga dengan Team Katolisitas, mau melayani dan memberikan jawaban dari berbagai macam pertanyaan, sanggahan, dan apapun itu, dengan kelembutan dan kasih.

                    Seperti dialog katolisitas dengan sdr Arfandi, saya pribadi juga pernah mengalami menjawab pertanyaan dari umat agama lain, dan selalu SAMA pola dialognya, yaitu selalu berisi tuduhan-tuduhan dan pernyataan tanpa bukti, jika diminta, hanya balik bertanya, mengeluarkan pernyataan keras, dan terakhir mengutuki saya.

                    Dulu saya adalah muslim, dan jika saja sdr Arfandi mau mempelajari agama dengan komparasi adil dan lengkap, dari A sampai Z, maka buat saya tidak ada lagi yang tersisa untuk dipercaya. Mungkin kristiani “sulit” awalnya dipahami, namun sangat bisa dipahami pada akhirnya dan didukung juga oleh “buah-buah” nyata di dunia ini.

                    Saya sekarang sangat percaya bahwa kebenaran itu penuh, tidak setengah-benar setengah-salah. Demikian juga kesalahan penuh tidak setengah-salah setengah-benar. Grey area? hanya orang yang lemah iman berkata itu.

                    Buat saya itulah kebenaran agama, dari dua agama yang pernah saya anut dan yang sekarang saya anut.

                    Terimakasih team katolisitas, proviciat !

                    Salam Damai, Tuhan Yesus Memberkati

                    Mudin

            Comments are closed.