Pertanyaan:

Sdr, Stefanus Tay yang kami banggakan.
Saya mohon penjelasannya khususnya Matius 10:34 karena ayat ini dipakai perbandingan oleh banyak orang untuk melegalkan perbuatannya karena Yesus sendiri memberi contoh. Dan ayat ini sebagai bahan cemooh di banyak tulisan kepada orang Kristen.
* Matius 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. 10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
10:34 “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Terima kasih atas penjelasannya. – Julius

Jawaban:

Shalom Julius,

Terima kasih atas pertanyaannya. Mat 10:34 mengatakan “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Bagaimana kita mengartikan ayat ini? Apakah dengan ini Yesus mengajarkan kekerasan? Mari kita menganalisanya bersama-sama:

  1. Yesus tidak pernah mengajarkan kekerasan. Di dalam keseluruhan Alkitab, dari nubuat di Perjanjian Lama dan juga di dalam Perjanjian baru, Sang Mesias yang terpenuhi dalam diri Yesus tidak pernah mengajarkan kekerasan, namun kasih. Kasih inilah yang membawa-Nya kepada kematian-Nya di kayu salib. Kematian-Nya di kayu Salib untuk menebus dosa manusia adalah bukti yang nyata bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk menghakimi, namun untuk menyelamatkan manusia (Yoh 3:17; Yoh 12:47). Ketika Petrus memotong telinga dengan pedangnya pada waktu serdadu hendak menangkap Yesus, maka Yesus yang sama mengatakan kepada Petrus “Masukkan pedang itu kembali kepada sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirimkan lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu aku?” (Mat 26:52-53)
  2. Perkataan pedang dari Mat 10:34 mengingatkan kita akan Ibr 4:12 yang mengatakan “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Jadi pedang di Mat 10:34 bukan merujuk kepada kekerasan, namun ingin mengatakan bahwa doktrin atau ajaran Kristus seringkali tidak dapat diterima oleh banyak orang, seperti pengajaran tentang Salib. Rasul Paulus mengatakan bahwa dia memberitakan Kristus yang disalibkan, yang bagi orang Yahudi merupakan batu sandungan dan bagi orang Yunani adalah suatu kebodohan (1 kor 1:23).
    • Berapa banyak orang yang tidak dapat menerima bahwa Yesus adalah Immanuel, Allah yang beserta kita?
    • Atau berapa banyak orang yang mengalami kesulitan karena ingin menerapkan prinsip-prinsip ajaran Kristus di tempat kita bekerja, di masyarakat?
    • Berapa banyak orang yang dianggap sok suci, kalau dia berusaha untuk hidup sesuai dengan Firman Tuhan?
    • Berapa banyak para pastor dan suster yang menyalibkan kedagingan mereka untuk mengikuti jejak Kristus secara lebih sempurna? Dan sering orang menganggap bahwa ini adalah suatu kebodohan tanpa menyadari bahwa dengan melakukan hal itu para pastor dan suster telah memilih bagian yang terbaik.
  3. Jadi Yesus datang ke dunia ini bukan dengan pedang di tangan yang dapat menoreh daging, namun Dia datang ke dunia ini, dengan kasih yang dapat menoreh hati manusia, sehingga manusia dapat bertobat dan memperoleh keselamatan.
  4. Akhirnya, kita harus belajar dari Kristus, bahwa memang kadang kita harus berdiri teguh, namun dengan penuh kasih untuk mewartakan kebenaran, walaupun tentu saja mempunyai resiko. Namun diperlukan suatu sikap yang bijak untuk mewartakan kebenaran. Cara yang paling efektif adalah mewartakan kebenaran dengan kehidupan kita yang memancarkan kasih Kristus, atau dengan hidup kudus.

Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Julius. Mari kita sama-sama berbangga akan Kristus dan juga Gereja-Nya, dan terlebih lagi, mari kita sama-sama mengasihi Kristus dan Gereja-Nya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef –  https://katolisitas.org

Previous articleBagaimanakah sikap dan waktu doa?
Next articleDari seorang Atheis menjadi seorang Katolik
Stefanus Tay
Stefanus Tay telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.

5 COMMENTS

  1. Saya mau bertanya dari Mat 20:1-16

    Apa yang menjadi penekanan sabda Tuhan?
    Apakah kalau kita berbuat baik, kita akan dibenci?
    Di kantor, bos saya berbuat seperti itu, dia sangat baik, tapi akhirnya dia harus tersingkir karena pekerja-pekerja lama protes terhadap kebijakannya. Kalau demikian apa yang harus kita buat? Bagaimana sabda Tuhan diterapkan dalam kehidupan? Kita berbuat baik, tetapi orang lain iri dan kita akhirnya tersingkir. Terima kasih.

    • Shalom Feliz,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mat 20:1-16. Perikop ini menceritakan tentang belas kasih Allah, yang memberikan upah kepada yang siapa saja yang Dia pandang baik. Bahwa yang bekerja 12 jam (ay.1) menerima upah 1 dinar sama seperti upah yang bekerja satu jam (ay.9), maka hal ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan hanya masalah keadilan namun terutama kasih. Dengan memberikan upah yang sama antara yang bekerja 12 jam dan yang satu 1 jam, maka Tuhan tidak menyalahi keadilan, namun pada saat yang bersamaan memberikan belas kasih. Kita dapat mengaplikasikan perikop ini pada bangsa Israel, di mana Tuhan telah menyatakan karya keselamatan-Nya sejak awal mula, namun keselamatan ini juga ditawarkan kepada bangsa-bangsa lain. Bahkan Yesus mengatakan “Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.” (ay.16) Namun, kita juga dapat melihatnya bahwa Tuhan akan tetap memberikan keselamatan kepada orang-orang yang bertobat dan melayani Tuhan pada saat-saat akhir kehidupannya. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat dan melayani Tuhan.
      Jadi, perikop ini bukan menekankan pada perbuatan baik dan kemudian kita akan dibenci karena perbuatan baik kita. Dalam kasus yang anda berikan, maka sebetulnya, kita semua harus meneliti diri apakah benar karena perbuatan baik kita maka kemudian kita dibenci orang lain? Kalau memang apa yang kita buat tidak melanggar hukum Tuhan namun tetap dibenci orang lain, maka kita juga perlu memeriksa diri, apakah cara yang kita pakai untuk berbuat baik adalah telah dilakukan dengan bijaksana. Kalau memang kita telah melakukan semuanya secara bijaksana dan tidak melanggar hukum Tuhan, namun juga tetap dibenci orang lain, maka sudah seharusnya kita juga mengingat apa yang dikatakan oleh Yesus “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:10) Jadi, untuk menerapkan Sabda Tuhan dalam kehidupan, kita harus minta tujuh karunia Roh Kudus (dapat dibaca di sini – silakan klik), sehingga kita memperoleh pengertian yang mendalam akan Sabda Tuhan dan dapat menerapkan Sabda Tuhan dengan bijaksana. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Yesus : Pembawa Damai sekaligus Pedang
    Setiap Natal, tema yang diusung umat kirstiani di dunia ialah Yesus datang membawa damai di bumi. Namun bacaan hari ini ( 11 juli 2011 ) pada pesta Santo Benedictus, ditegaskan bahwa Yesus justru membawa pedang ke dunia.
    Dua tema kontroversial di atas ada di dalam diri Yesus yang satu dan juga harus ditanamkan dalam diri semua umat kristiani ( Katolik , Protestan dan lain-lain). Bagaimana memahami secara mendalam dan benar kedua tema yang bertentangan tersebut?

    [Dari Katolisitas: Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik]

  3. Shalom Bu Inggrid, Pak Stef & segenap tim pengasuh Katolisitas.org,

    Nama saya Briggita, Saya ingin bertanya mengenai ayat Lukas 22:36-38, yang berbunyi :
    ” Kata Yesus kepada mereka: “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku:
    Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak.
    Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi. Kata mereka: “Tuhan, ini dua pedang.” Jawab-Nya: “Sudah cukup.”

    Pertanyaan nya :
    1) Untuk apa Yesus meminta pedang??

    2) Berdasarkan ayat ini, apakah Yesus mengijinkan penggunaan pedang / kekerasan untuk membela diri?? Akan tetapi, para martir di abad 1 dan 2, tidak pernah menggunakan pedang/kekerasan untuk membela dirinya, bahkan hingga mereka mati secara mengenaskan….

    3) Kalau begitu apa makna/maksud dari ayat ini??

    Terima Kasih saya haturkan kepada segenap tim Katolisitas.org
    Tuhan Memberkati

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah kami tanggapi di jawaban berikut ini, silakan klik]

  4. Sdr, Stefanus Tay yang kami banggakan.
    Saya mohon penjelasannya khususnya Matius 10:34 karena ayat ini dipakai perbandingan oleh banyak orang untuk melegalkan perbuatannya karena Yesus sendiri memberi contoh. Dan ayat ini sebagai bahan cemooh di banyak tulisan kepada orang Kristen.
    * Matius 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. 10:33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
    10:34 “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
    Terima kasih atas penjelasannya.

    [dari katolisitas: telah dijawab di sini – silakan klik]

Comments are closed.