Perbedaan takdir dan nasib

Pertanyaan:

Shalom Bu Ingrid,
mungkin perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian “takdir” ini. Apa yang dimaksud dengan “takdir”? Seseorang kapan lahir atau mati atau dia dilahirkan sebagai lelaki atau perempuan atau siapa orang tuanya atau kakak/adiknya, bukankah dia tidak bisa memilih dan sudah ditentukan oleh Tuhan. Pengertian “takdir” ini mungkin perlu dibedakan dengan “nasib”. Untuk “nasib” memang kita sendiri yang menentukan, namun “takdir” (seperti contoh diatas) adalah Tuhan yang menentukan. Kita memang sering mencampuradukkan (salah kaprah) pengertian “takdir” dengan “nasib”.
Mohon penjelasan. Terima kasih. – Chandra

Jawaban:

Shalom Chandra,
Memang penjelasan tentang takdir ini tidak sederhana, dan sangat tergantung dari definisi dan pengertian kata ‘takdir’ itu sendiri. Saya sendiri cenderung untuk mengikuti apa yang tertulis di Alkitab dan pengajaran Gereja Katolik tentang hal ini, daripada mengikuti pengertian yang berbeda-beda yang ada dalam masyarakat. Umumnya memang takdir dan nasib diartikan sama, bahkan dalam bahasa Inggris juga demikian. Takdir dan nasib umumnya diterjemahkan sebagai ‘destiny, fate’, yang artinya mengarah kepada ’segala sesuatunya sudah ditentukan dari ‘Atas’ (yaitu Tuhan) dan manusia tidak ada andil/ kehendak bebas untuk mengubahnya. Dalam pengertian yang demikianlah Gereja Katolik tidak mengajarkan ‘takdir’, justru karena Gereja mengajarkan adanya kehendak bebas pada manusia yang dapat memilih hendak bekerjasama dengan kehendak Allah atau tidak. Juga, kita dapat melihat perkataan ‘takdir’ tidak muncul di dalam Alkitab. Ayat-ayat  yang sering dikatakan menyebutkan tentang konsep ‘predestination’ yang sering diartikan sebagai takdir, adalah Rom 8:29-30 dan Ef 1:5, 11. Namun di sana yang dituliskan adalah ‘ditentukan’ oleh Allah, bukan ‘ditakdirkan’.

Sekarang, mungkin kita perlu menelaah, apa bedanya, arti ‘ditentukan’ dengan ‘ditakdirkan’? ‘Ditentukan’ di sini adalah berkaitan dengan kehendak Tuhan. Nah, dengan melihat uraian St. Thomas Aquinas (lihat ST, I, q.19), tentang dua macam kehendak Allah (the Will of God) secara umum, maka kita dapat lebih memahami tentang kehendak Allah ini:

1. Antecedent Will: Kehendak Allah yang universal terhadap semua manusia, yaitu agar semua manusia di selamatkan. Inilah yang dikenal dengan ajaran ‘predestination’, yaitu bahwa Allah menghendaki semua manusia diselamatkan dan memiliki pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Maka kita mengetahui bahwa Gereja Katolik, berpegang pada pengertian ini, mengajarkan konsep ‘predestination‘, yaitu bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Yang tidak diajarkan oleh Gereja Katolik adalah ‘double predestination‘ yaitu bahwa Allah dari sejak awal sudah menentukan orang-orang yang akan masuk ke surga (diselamatkan) dan orang-orang yang masuk neraka (tidak diselamatkan), seperti yang diajarkan oleh Calvinism.
Gereja Katolik tidak mengajarkan konsep double predestination, sebab ini bertentangan dengan hakekat Allah sendiri yang adalah Maha Kasih dan Maha Adil. Sebab Kasih selalu menginginkan kebaikan terjadi pada orang yang dikasihi, dan Keadilan selalu mengacu pada sesuatu yang layak sesuai dengan yang seharusnya. Menentukan seseorang yang tidak bersalah langsung ke neraka, itu bertentangan dengan sifat Keadilan, karena itu tidak mungkin dilakukan oleh Tuhan, sebab Tuhan tidak mungkin menyangkal DiriNya sendiri (lih. 2 Tim 2:13).

2. Consequent Will: Kehendak Allah yang melibatkan pihak kehendak bebas manusia; sehingga meskipun Allah menghendaki semua manusia diselamatkan, namun karena Allah menghormati keputusan kehendak bebas manusia yang menolak-Nya, maka tidak semua dari yang ditentukan Allah sejak semula untuk diselamatkan, dapat diselamatkan.
Dengan prinsip yang sama,  maka bukan Tuhan yang menghendaki kejahatan terjadi, sebab yang terjadi sesungguhnya manusia dengan kehendak bebasnya yang berbuat jahat. Dalam hal ini, Tuhan mengizinkan hal kejahatan itu terjadi,  karena Ia menghormati kehendak bebas manusia yang diciptakan-Nya. Inilah yang dikenal sebagai penderitaan yang disebabkan oleh dosa manusia. Namun kenyataannya, ada pula penderitaan yang tidak disebabkan oleh dosa, yang dikenal sebagai ‘the suffering of the innocent‘. Pada kedua jenis penderitaan ini hal ini, meskipun hal yang jahat/ buruk terjadi dalam hidup manusia, itu tidak mengejutkan Tuhan, karena Tuhan sudah mengetahui segala sesuatunya sejak awal mula, dan Ia dengan kuasa-Nya pula tetap dapat memasukkan keadaaan yang negatif tersebut ke dalam rancangan-Nya yang mendatangkan kebaikan. Dalam hal ini kebaikan yang dirancangkan Tuhan adalah untuk membawa seseorang kepada pertobatan, membentuk karakter orang yang bersangkutan, dan mendatangkan kasih, atau agar orang tersebut mengalami pengalaman dikasihi, baik oleh Tuhan maupun oleh orang lain. (Lebih lanjut mengenai hal ini, silakan baca Surat Apostolik Bapa Paus Yohanes Paulus II, Salvifici Doloris, atau beberapa point ringkasannya yang saya tuliskan di sini (silakan klik).

Soal kita dilahirkan tidak dapat memilih sendiri, itu memang benar. Namun dalam hal kita dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, kita lebih baik menyebutkannya sebagai ‘diciptakan’ (bukan ‘ditakdirkan’) sebagai laki-laki atau perempuan. Pertama-tama, karena Alkitab menyebutkannya demikian. “Maka Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya; …laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Allah- lah yang menciptakan jiwa manusia, sebagai laki-laki atau perempuan. Kedua, kita melihat hal penciptaan Allah ini melibatkan juga kehendak bebas dari orang tua kita, karena kita dilahirkan sebagai buah kasih mereka sebagai suami istri. Dengan demikian, dalam hal ini, penciptaan manusia tidak semata-mata ‘takdir’ yang seolah-olah hanya dari ‘Atas’, sebab kenyataannya ada campur tangan manusia juga walaupun itu bukan campur tangan dari janin-nya, tapi dari orang tuanya. Peran orang tua itulah yang menyebabkan seseorang lahir dalam keluarga tertentu, punya kakak dan adik tertentu. Walaupun, tentu saja, Allah mengetahui semuanya ini sejak awal mula.

Demikian pula jika kita melihat soal kematian. Kematian merupakan akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa. “Upah dosa adalah maut” (Rom 6:23). Sesungguhnya Allah tidak menginginkan kita mati, sebab kematian, penyakit, kecelakaan dan sebagainya bukan merupakan rancangan Tuhan. Yer 29:11 mengatakan, “Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukannya rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
St. Thomas mengatakan, “God therefore neither wills evil to be done, nor wills it not to be done, but wills to permit evil to be done; and this is a good.” (Tuhan tidak menghendaki hal yang jahat terjadi, atau menghendaki itu tidak terjadi, tetapi mengizinkan hal yang jahat itu terjadi, dan ini merupakan kebaikan). Jadi, jika ada hal yang buruk terjadi di dalam kehidupan kita, kita dapat melihatnya demikian: Allah mengizinkan hal buruk itu terjadi dalam kehidupan kita, sebab Ia melihat bahwa itu dapat mendatangkan kebaikan bagi kita. Maka oleh kuasa kasih Allah, segala bencana, penyakit, bahkan kematian, dapat mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Tuhan (lih. Rom 8:28). Dengan iman kita kepada Kristus, kematian bagi kita malah merupakan gerbang untuk menuju kehidupan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan kekal bersama Tuhan.
Dalam hal kematian, sama seperti kelahiran, terdapat banyak faktor yang terlibat, misalnya, meninggal karena kecelakaan lalu lintas, disebabkan karena kecerobohan pengendara; atau orang yang meninggal karena sakit tertentu, mungkin karena pola makan dan istirahat yang tidak teratur, dst, yang melibatkan kehendak bebas/ faktor manusia juga. Kenyataannya memang orang lahir dan mati di luar keinginan sendiri, namun ini menurut pengetahuan saya, tidak umum disebut ‘takdir’ oleh Gereja.  Atau tepatnya, Gereja tidak menyebutnya sebagai takdir. Namun jika ada orang yang tetap memakai istilah ini, ya silakan saja, hanya perlu diberi pengertian yang lebih rinci. Saya sendiri mengusulkan, agar kita tidak memakai istilah ‘takdir’ ini, justru karena artinya yang rancu, dan kalau tidak ada penjelasan yang lebih lanjut, dapat mengarah kepada kesalahpahaman.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – https://www.katolisitas.org

4.5 8 votes
Article Rating
19/12/2018
28 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
wib
wib
9 years ago

Shalom Pak Stefanus dan Bu Ingrid, damai dalam kasih Kristus. Ada beberapa hal yang selama ini membuat saya penasaran & dalam kesempatan ini ingin saya tanyakan pada Bu Ingrid/Pak Stefanus. 1) Apakah Allah mengatur kehidupan manusia seorang demi seorang, atau Allah menentukan dan mengatur kehidupan manusia secara umum melalui dalil/hukum alam. Misalnya, ketika seseorang jatuh dari ketinggian apakah orang itu secara personal ditentukan untuk jatuh atau ia jatuh karena hukum gravitasi yang diciptakan Allah bersama penciptaan dunia ini? 2) Dalam artikel tentang perbedaan takdir dan nasib https://katolisitas.org/perbedaan-takdir-dan-nasib, Bu Ingrid menulis salah satu yang bisa dipahami dari kehendak Allah ialah Consequent… Read more »

wib
wib
Reply to  Ingrid Listiati
9 years ago

Terima kasih untuk respon Bu Ingrid atas pertanyaan2 saya. Jawaban tersebut membuka pemahaman saya terhadap apa yang ingin saya ketahui tersebut. Namun demikian masih ada yang ingin saya tanyakan lagi tentang konsep kehedak bebas, karena pikiran awam saya masih belum sepenuhnya bisa memahami konsep itu. Sebagaimana yang Bu Ingrid sampaikan, bahwa terhadap hukum alam yang diciptakan Allah, manusia dengan kehendak bebasnya akan dapat memutuskan tentang apakah yang dikehendakinya, sehubungan dengan apa yang diketahuinya itu. Dalam hal ini manusia diberi kebebasan untuk memuaskan hasrat pikirannya untuk terus mengekplorasi alam dan kehidupan. Atau dalam kenyataan manusia juga diberi kebebasan untuk ‘menyalahgunakan’ hukum… Read more »

wib
wib
Reply to  Ingrid Listiati
9 years ago

Terimakasih, jawaban2 Bu Ingrid semakin mencerahkan saya. . Salam dalam Kasih Kristus Tuhan.

kezia
kezia
10 years ago

Shallom Ibu Ingrid

Saya senang sekali dapat membaca tulisan Ibu tentang takdir dan nasib.
karena 2 point ini saya ingin share di hari Minggu nanti di gereja.
Saya dari Kristen Pentakosta,
setuju sekali dengan Ibu, basic kita adalah apa yg tertulis di Alkitab.

Tulisan Ibu sangat memberkati

Salam

spektor
spektor
10 years ago

Sebenarnya apakah Gereja Katolik memercayai predestinasi? Apakah predestinasi dan takdir berbeda? Bisakah admin menjelaskan pandangan Gereja mengenai predestinasi dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dimengerti? Saya sudah mencoba membaca di dan , tapi tidak paham sama sekali.

Terima kasih.

Javier Hasan D
Javier Hasan D
11 years ago

dalam pengertian di atas saya berkesimpulan bahwa “takdir” Katholik sebenarnya sama dengan Islam. Kupikir memang sepertinya benar orang-orang Katholik lebih “teduh” ketimbang “Calvinis” (dalam hal ini merujuk pada Kristen Indonesia ala Belanda).

[Dari Katolisitas: Perlu dipahami bahwa ajaran iman Katolik selalu melihat adanya elemen rahmat Allah dengan kehendak bebas, dalam kehidupan manusia. Nah kami tidak dalam posisi untuk membandingkannya dengan ajaran agama lain, namun silakan Anda menilainya sendiri, dari paya yang telah disampaikan di atas.]

J A Lebert
J A Lebert
11 years ago

Salam damai….
Saya mau sedikit bertanya, manakah ajaran Katholik sebenarnya :

1. Manusia yg merencanakan dan Tuhan yg menentukan.. atau..

2. Tuhan yg merencanakan dan manusia yg menentukan

terima kasih jika berkenan menjawabnya….

pardohar
11 years ago

Syalom …. ibu/bpk. narasumber, perkenankanlah saya sharing pengalaman ketika dahulu saya pernah berniat jahat terhadap seseorang, ternyata niat jahat saya tersebut tidak langsung dapat terlaksana, entah kenapa. tetapi karena kegigihan saya akhirnya niat jahat saya tersebut kesampaian juga. Ampuni saya Tuhan. Mungkin orang yang berhubungan suami istri dan melakukan hubungan intim juga tidak langsung terjadi pembuahan di dalam rahim. Mungkin setelah beberapa kali melakukan hubungan intim, baru terjadi pembuahan. Dapatkah dikatakan kegigihan seseorang dapat berakibat usahanya berhasil. Mohon tanggapannya. [dari katolisitas: Prinsip pertama adalah semua yang baik adalah datang Tuhan dan yang tidak baik adalah datang dari kita. Prinsip yang… Read more »

laizenly
laizenly
12 years ago

Shallom…
saya ingin bertanya… sebagai orang Katolik haruskah kita percaya kepada nasib dan takdir? Apa pandangan atau ajaran gereja Katolik berkenaan nasib dan takdir?

[dari Katolisitas: Penjelasan mengenai perbedaan nasib dan takdir menurut ajaran Gereja Katolik dapat Anda ikuti dalam artikel di atas, silakan klik, dan silakan bertanya lagi bila masih ada yang belum jelas]

leonard
leonard
12 years ago

Syaloom Katolisitas, Saya ada pertanyaan ttg takdir. Ketika itu teman saya tidak mau kuliah setelah lulus STM karena ketidakmampuan, dia memilih untuk memberikan kesempatan kuliah kepada adiknya yang perempuan. Waktu itu ada test utk beasiswa. Dia ikut ambil kesempatan itu, siapa tau. Dan saingannya adalah yang salah terbaik di kelas dia. Jadi dia agak ragu, tapi tetap dia bawa dalam doa dan berusaha sebaik mungkin. hasilnya dia mendapat beasiswa itu dan saingannya tidak mendapat (biasanya nilainya perfect selalu), karena hari ujian itu dia melakukan kesalahan kecil sehingga nilainya kalah oleh teman saya. Apakah campur tangan Tuhan yang menyebabkan saingannya melakukan… Read more »

Stefanus Tay
Admin
Reply to  leonard
12 years ago

Shalom Leonard, Terima kasih atas pertanyaannya tentang takdir. Dalam kasus yang anda sebutkan, tidak mungkin ada yang yang tahu persis akan jawaban dari pertanyaan anda. Yang dapat kita pegang adalah, kita harus melakukan bagian kita sesuai dengan akal budi dan kebijaksanaan yang diberikan oleh Tuhan. Dan sisanya, Tuhan yang akan berkarya dan membukakan jalan. Lebih daripada ini, maka semuanya hanyalah perkiraan yang sulit dibuktikan kebenarannya. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil… Read more »

Leo
Leo
Reply to  Stefanus Tay
12 years ago

Shaloom Pak Stef,

Terima kasih atas jawabannya,, saya hanya berpikir apakah kesalahan2 yg kita perbuat adalah campur tgn Tuhan jg. Karena dr kasus itu seakan2 Tuhan campur tgn sehingga si saingan melakukan kesalahan sehingga tidak lulus.

Tapi harus nya tidak, karena kalau bgtu sama saja kita menyalahkann Tuhan kalau kita jatuh ke dalam dosa.

Terima kasih atas jawabannya Pak Stef.

Felix Sugiharto
Felix Sugiharto
12 years ago

Shalom Bu Ingrid Di sini saya ingin mendapatkan penjelasan arti sebenarnya tentang ‘karunia penglihatan’, dan bedanya apa karunia penglihatan dengan ramalan; konteknya adalah, saya pernah mendapatkan penjelasan tentang tingkatan roh di sekeliling kehidupan kita (maksudnya roh di udara dan penjelasan tsb bukan ajaran dari gereja), sehingga apabila seseorang memiliki tingkatan kebatinan yang lebih tinggi, orang tsb bisa melihat segala hal/kejadian dari pihak2 yg lebih rendah kebatinannya…. Sebagai contoh, saya penah tahu bahwa seorang anak kecil berusia 6 tahun bisa mempunyai penglihatan2 tertentu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata…mengapa demikian ? Juga ada seorang dukun yang tadinya mempunyai keahlian meramal… Read more »

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Felix Sugiharto
12 years ago

Salam Felix Sugiharto, Dalam 1 Kor 12:8-10 kita menemukan karunia-karunia Roh Kudus. Namun di situ tidak disebut karunia penglihatan. Dalam Gereja Katolik, alih-alih karunia penglihatan, yang sering terdengar adalah penampakan. Memang, karunia untuk mendapatkan penampakan fisik/kasat mata (vision) Yesus, Bunda Maria, atau pribadi-pribadi surgawi tidak mustahil dialami oleh manusia. Gereja sendiri pernah meneliti penampakan-penampakan oleh Bunda Maria yang terbukti otentik seperti yang dialami (dilihat secara kasat mata) oleh Bernadette Soubirous tahun 1858 di Massabielle, dekat Lourdes, dan penampakan-penampakan lainnya. Namun, jangan dilupakan, bahwa ada orang yang mengaku ditampaki setan. Nah, apakah karunia penglihatan yang Anda maksud adalah penglihatan dalam arti… Read more »

Felix Sugiharto
Felix Sugiharto
Reply to  Yohanes Dwi Harsanto Pr
12 years ago

Shalom Romo. Terima kasih tanggapan Romo.. Tentang karunia penglihatan yang saya tanyakan seperti 3 contoh yang saya berikan di bawah ini 1. Seorang umat Katolik yang anaknya masih berusia 6 tahun, ketika datang ke rumah kami.. dapat melihat roh yang mendiami di dalam rumah tsb, bagi saya, memang merasakan kurang nyaman jika mendatangi lokasi yang ditunjuk oleh si anak tsb, hal tsb disampaikan orang tuanya bahwa si anak mempunyai karunia penglihatan.. 2. Seorang Romo dikenal di kalangan umat PDKK, dikatakan mempunyai karunia penglihatan, namun konteks yang dibicarakan adalah Romo tersebut dapat memberikan gambaran seseorang yang berkonseling untuk keadaan beberapa waktu… Read more »

Yohanes Dwi Harsanto Pr
Yohanes Dwi Harsanto Pr
Reply to  Felix Sugiharto
12 years ago

Salam Felix Sugiharto,   Penglihatan yang Anda maksud itu memang sering rancu, kabur dan sukar dipertanggungjawabkan perbedaannya dengan ramalan. Pengalaman “penglihatan” seperti itu pastilah subjektif. Menurut pengalaman, sering pula orang lain terjebak dalam tipuan dari orang yang mengaku mendapatkan penglihatan seperti itu. Sebenarnya, kita harus bertanya kepada orang yang mengaku mendapatkan penglihatan itu sehingga kita bisa menarik  “objektivasi” dari pengalamannya yang “subjektif” itu: yaitu sejauh mana penglihatan itu bisa dipertanggungjawabkan di luar soal “kepercayaan subjektif”. Ramalan sendiri jelas ditolak oleh Gereja Katolik. Berkonsultasi dengan “medium” atau cenayang yang  mengaku mampu meramal masa depan pun dilarang (KGK 2116).   Namun saya mencoba  untuk menjawab… Read more »

Felix Sugiharto
Felix Sugiharto
12 years ago

Shalom Bu Ingrid

Mohon pencerahannya ttg ayat 1 Timotius 5: 1-16. apakah yang dimaksudkan dgn ‘janda-janda yang benar-benar janda’ ? dan mengapa janda-janda didaftarkan pada masa itu seperti yg disinggung dalam ayat2 diatas..?
Terima kasih

Salam.
Felix Sugiharto

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Felix Sugiharto
12 years ago

Shalom Felix, Terima kasih atas pertanyaannya tentang 1 Tim 5:1-6. Janda-janda yang benar-benar janda (ay. 3) adalah janda yang ditinggal sendiri (ay.5) dan tidak mempunyai anak dan cucu (ay.4). Dalam bab 5 dan 6, rasul Paulus memberikan nasihat kepada Timotius bagaimana memperlakukan orang tua dan kaum muda, janda, tetua dan budak. Dan di bab 5 ditunjukkan bagaimana janda-janda membutuhkan bantuan dan dukungan: Janda yang memiliki anak dan cucu harus didukung oleh keluarga mereka sendiri (ay.4); Janda-janda yang masih muda dapat menikah kembali (ay.14); dan janda-janda yang telah tua yang tidak mempunyai anggota keluarga harus didukung oleh gereja lokal (ay.16) Mengapa… Read more »

billy
billy
12 years ago

Bu Ingrid ytk,
Sering kali pada waktu orang meninggal misalnya, ada orang yang mengatakan karena melihat kenyataan, orang mengatakan bahwa orang itu meninggal karena penanganan P3K yang sangat lambat. Tapi ada juga yang menyatakan “sudah waktunya”, maksud orang itu waktunya memang sudah ditentukan Tuhan kapan meninggalnya, namun cara meninggalnya itu karena kesalahan manusia.
Terima kasih, Bu.

Billy

hendra
hendra
13 years ago

trima kasih atas penjelasannya..dan penjelasan tersebut cukup membuat saya thu, akan tetapi kenapa anda tidak menjelaskan apa itu “takdir” yang dijelaskan hanya “nasib” jadi tolong dijelaskan pengertian takdir itu sendir.tq Gbu

Chandra
Chandra
15 years ago

Shalom Bu Ingrid,
mungkin perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian “takdir” ini. Apa yang dimaksud dengan “takdir”? Seseorang kapan lahir atau mati atau dia dilahirkan sebagai lelaki atau perempuan atau siapa orang tuanya atau kakak/adiknya, bukankah dia tidak bisa memilih dan sudah ditentukan oleh Tuhan. Pengertian “takdir” ini mungkin perlu dibedakan dengan “nasib”. Untuk “nasib” memang kita sendiri yang menentukan, namun “takdir” (seperti contoh diatas) adalah Tuhan yang menentukan. Kita memang sering mencampuradukkan (salah kaprah) pengertian “takdir” dengan “nasib”.
Mohon penjelasan. Terima kasih.

[dari katolisitas: sudah dijawab – silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
28
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x