Ada sejumlah orang mempertanyakan mengapa Gereja Katolik tidak membedakan antara Baptisan air dan Baptisan Roh Kudus. Umumnya mereka berpegang bahwa sepertinya dalam Injil, Yohanes Pembaptis membedakan antara keduanya, atas dasar Yoh 1:32-33. Bagaimana tanggapan Gereja Katolik tentang hal ini?
Gereja Katolik, berpegang pada ajaran Kristus dalam Injil Yohanes, mengajarkan bahwa kelahiran baru dalam air dan Roh Kudus, itulah Baptisan (lih. Yoh 3:5); dan Baptisan ini hanya dapat diberikan sekali saja seumur hidup, sebab Sabda Tuhan mengatakan bahwa hanya ada satu Baptisan (Ef 4:5).
Nah, sekarang mengapa Rasul Yohanes membedakan antara Baptisan air dan Baptisan Roh Kudus? Jawabnya adalah karena pada saat Yohanes membaptis, Tuhan Yesus belum menggenapkan makna Baptisan dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Tuhan Yesus sendirilah yang memberikan makna sedemikian terhadap Baptisan, yaitu ketika menyatakan betapa Ia menantikan saatnya Ia menyerahkan nyawa-Nya, sebagai tanda kasih-Nya yang berkobar bagaikan api kepada dunia (lih. Luk 12:49-50). Sebab melalui wafat dan kebangkitan Kristus itulah, Baptisan memperoleh maknanya yang sempurna, yaitu bagaimana seseorang yang dibaptis itu digabungkan dengan kematian Kristus, untuk kemudian dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Demikian yang diajarkan oleh Firman Tuhan dalam surat Rasul Paulus:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya…. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Rom 6:3-5,11)
Maka, Baptisan Yohanes Pembaptis memang diadakan sebagai persiapan penggenapan makna Baptisan oleh wafat dan kebangkitan Kristus. Dengan demikian, makna Baptisan bukan hanya pertobatan seperti yang diajarkan oleh Yohanes Pembaptis, tetapi pertobatan dan kehidupan baru di dalam Kristus. Dan kedua makna ini memang baru tergenapi setelah Kristus wafat, bangkit, naik ke Surga dan mengutus Roh Kudusnya, sehingga orang-orang yang dibaptis dapat menerima pengampunan dosanya dan menerima Roh Kudus (lih. Kis 2:38). Demikianlah sejak Pentakosta/ turunnya Roh Kudus, maka Baptisan diadakan hanya sekali, yang mempunyai arti: pertobatan (mati terhadap dosa- menanggalkan manusia lama), dan bangkit sebagai manusia baru di dalam Kristus, oleh kuasa Roh Kudus.
Demikianlah yang diajarkan oleh Katekismus Gereja Katolik:
KGK 1262 ….Pencelupan ke dalam air adalah lambang kematian dan pembersihan, tetapi juga kelahiran kembali dan pembaharuan. Jadi, kedua akibat pokok adalah pembersihan dari dosa dan kelahiran kembali dalam Roh Kudus (Bdk. Kis 2:38; Yoh 3:5).
KGK 1272 Orang yang dibaptis menjadi serupa dengan Kristus, karena melalui Pembaptisan ia digabungkan bersama Kristus (Bdk. Rm 8:29). Pembaptisan menandai warga Kristen dengan satu meterai [character] rohani yang tidak dapat dihapuskan, satu tanda, bahwa ia termasuk bilangan Kristus. Tanda ini tidak dihapuskan oleh dosa mana pun, meskipun dosa menghalang-halangi Pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan (Bdk. DS 1609-1619). Karena Pembaptisan diterimakan satu kali untuk selamanya, maka ia tidak dapat diulangi.
Atas prinsip ini maka Gereja Katolik mengajarkan bahwa hanya ada satu Baptisan, karena penghomatan kepada Kristus yang menghendakinya demikian. Maka Gereja Katolik tidak membaptis ulang mereka yang pernah dibaptis secara sah di gereja lain. Dibaptis secara sah, maksudnya, dibaptis sesuai dengan maksud Gereja Katolik (yaitu pertobatan dan kelahiran kembali), dengan forma dan materia yang sah, yaitu dalam nama Allah, Bapa, Putera dan Roh Kudus, dengan air. Maka jika ada umat Kristen non-Katolik yang ingin menjadi Katolik, mereka tidak perlu dibaptis ulang, hanya perlu diteguhkan menjadi Katolik. Umumnya patokannya adalah sejauh mana gereja tempat ia berasal termasuk dalam daftar PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia).
Dear Stef
Apakah babtisan yang dilakukan di sungai Yordan pada waktu seseorang melakukan perjalanan ziarah tanpa melalui pelajaran yang disyaratkan oleh gereja bisa disah kan atau diakui gereja katolik? Mohon pencerahannya terima kasih GBU.
[dari katolisitas: Sebenarnya kalau dalam ziarah, sebenarnya tidak ada Romo yang membaptis. Yang dilakukan biasanya adalah pembaharuan janji baptis. Kalau ada yang merasa tanpa persiapan pelajaran agama dan langsung dibaptis di Sungai Yordan, maka silakan menghadap pastor paroki setempat, dan kemudian menceritakan semuanya. Gereja Katolik menginginkan agar sebelum seseorang masuk dalam Gereja Katolik, maka dia telah mempunyai kemantapan hati untuk dibaptis.]
Salam untuk pengasuh
Mungkin saya sudah pernah bercerita bahwa sy diberkati di gereja Katolik walau saya Protestan dan dalam peneguhan nikah pastor membacakan janji orang tua bahwa anak harus dididik dan dibaptis secara katolik.
Awal cerita ade ipar saya kebetulan lagi nemenin saya di mobil dalam perjalanan pulang saya mau berbagi kebenaran dengan ad saya lalu saya bertanya soal baptisan kepada dia saya menanyakan pendapat pribadi dia sampai mana pengenalan kamu tentang baptisan? Dan percaya ngak kalau baptisan menjadi bagian utama untuk keselamatan. Ade ipar saya bingung tidak tahu jawabannya … dan kesempatan itu saya bertanya dalam hati jadi selama ini orang tua dia atau mertua saya tidak mengajarkan apa2 atau melakukan janji di hadapan Tuhan utk mengajar dan mendidik anak, lalu ada jawaban ke dua bahwa baptisan tidak menyelamatkan tetapi dalam menjawab ini seperti yang sabun tdk mengerti apa2.
Saya berjanji dalam hati saya utk menyampaikan kebenaran kepada ad ipar saya yang tidak disampaikan orang tuanya sendiri. Nah saya melihat bahwa sebenarnya banyak umat Katolik tidak mengerti banyak hal yang mereka tahu karena apa kata gereja, saya ambil positifnya bahwa saya diberi celah oleh Tuhan utk menyampaikan pengenalan kebenaran Firman Tuhan.
Shalom Riswan,
Tentu saja memang harus diakui bahwa ada sebagian umat Katolik yang tidak sungguh-sungguh mengenal iman Katolik dengan baik. Dan ini menjadi tantangan bagi Gereja Katolik untuk membenahi hal ini. Kalau Anda ingin tahu pengajaran Gereja Katolik tentang Baptisan, silakan melihat artikel ini – silakan klik dan juga tanya jawab panjang berikut ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Sdr stev
Saya setuju pada kenyataannya tidak banyak yang mengerti baptisan karena yang saya perhatikan kebanyakan orang tua berjanji di hadapan jemaat tetapi pada kenyataannya tidak bisa melaksanakan janji itu dan lebih kepada menyerahkan urusan ini pada gereja dan yang menjadi akar permasalahan adalah orang tuanya sendiri tidak mengerti apa2 dalam keluarga saya Permasalahannya adalah keluarga mertua saya adalah katolik yang setia dan taat dan aktif sehingga meminta saya utk menjadi katolik demikian juga dengan kakak dari bapa mertua saya orang penting gereja di daerah tomang jakarta.
Soal baptisan saya sudah paham dan saya siap mempertanggung jawabkannya dan dan baptisan bukan syarat utk jaminan keselamatan sekarang hanya perlu bergeliriya mendidik anak saya dlm kebenaran.
[dari katolisitas: Mari kita bersama-sama berjuang untuk dapat mendidik anak-anak kita dalam iman. Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya.]
Amiiinn
Salam kasih sdr. Riswan,
Kalo boleh diperjelas, apakah yang dimaksud saudara dengan ‘orang penting gereja’? Terima Kasih sebelum dan sesudahnya.
Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela
saya tidak tahu posisi apa yg mereka pegang karena hal2 ini tidak penting buat saya, maksud saya mereka sangat di hormati di gereja mungkin mereka rajin aktif baik bisa mengayomi itu saja mengapa saya bilang orang penting
Salam kasih sdr. Riswan,
Bila demikian yang saudara maksudkan, bukankah hal itu sudah layak dan sepantasnya menjadi tanggung jawab bagi orang-orang yang berkarya dalam pelayanan Gereja seturut kerelaan hatinya sehingga hal itu sudah menjadi wajar-wajar saja? Orang-orang berhati mulia seperti itu banyak juga dapat kita jumpai dalam Gereja Katolik lainnya, termasuk dalam Gereja paroki kami, namun tidak dikatakan sebagai ‘orang penting gereja’.
Sedangkan Paus Fransiskus sendiri berpesan kepada para uskup, para imam, para seminaris, dan para kaum religius dalam homilinya [27-07-2013] di Rio de Janeiro sbb:
Let us think resolutely about pastoral needs, beginning on the outskirts, with those who are farthest away, with those who do not usually go to church. They are the VIPs who are invited. Go and search for them at the crossroads.
Yang bila diterjemahkan dapat dituliskan sbb:
Mari kita berpikir tegas tentang kebutuhan-kebutuhan pastoral, dimulai pada pinggiran, dengan mereka yang terjauh, dengan mereka yang tidak biasanya pergi ke gereja. Mereka adalah para VIP yang diundang. Pergi dan cari mereka di persimpangan-persimpangan jalan.
Demikian yang saya ketahui dan pahami. Semoga saudara dapat memaklumi pertanyaan saya sebelumnya. Terima Kasih.
Peace and Best Wishes
Anastasia Rafaela
dear Bapak/Ibu Terhormat,
saya mendengar tentang pembaptisan roh kudus, dimana pembaptisan itu tidak dilakukan oleh Romo.
apakah hal ini memang dibenarkan secara Gereja Katolik?
Terima kasih
Shalom Julius,
Seperti telah dipaparkan di atas, Gereja Katolik, berdasarkan Kitab Suci, hanya mengakui adanya satu Baptisan (lih. Ef 4:5). Baptisan yang dimaksud di sini adalah sakramen Baptis, dimana seseorang dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus (Yoh 3:5). Dengan demikian, Gereja Katolik tidak mengadakan pemisahan antara Baptisan air dengan Baptisan Roh Kudus, seolah itu adalah kedua hal yang terpisah.
Memang umumnya pelayan sakramen Baptis adalah Uskup, Romo (imam), atau diakon tertahbis. Sebab, setelah seseorang dibaptis, orang itu menjadi anggota keluarga besar Gereja Katolik di paroki/ keuskupan tersebut, di mana Romo/ Uskup itu adalah bapa rohaninya. Namun demikian, dalam keadaan mendesak seperti misalnya bahaya maut, sakramen Baptis dapat diberikan oleh seorang awam, asalkan tentu dilakukan sesuai dengan maksud Gereja membaptis, dan dilakukan dengan materia (air) dan forma yang benar (atas nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus) (lih. Katekismus KGK 1256).
Istilah ‘Baptisan Roh Kudus’ yang umum digunakan dalam acara Seminar Hidup dalam Roh Kudus, sebenarnya adalah ‘pencurahan Roh Kudus’. Acara pencurahan Roh Kudus dalam gerakan Karismatik Katolik dapat dipimpin oleh seorang awam, ataupun imam, namun tidak memberi efek sakramen, sebab efek sakramen (meterai rohani di jiwa) tersebut telah diberikan dalam sakramen Baptis dan sakramen Krisma. Seseorang yang telah menerima sakramen Baptis (artinya telah menerima Roh Kudus yang memberikan kehidupan ilahi) dan Krisma (telah menerima Roh Kudus yang menjadikannya saksi Kristus), tentu saja masih dapat menerima pencurahan Roh Kudus selama berkali-kali kemudian, seperti yang diterima dalam SHDR, dalam perayaan Misa Pentakosta setiap tahunnya, atau dalam doa-doa ataupun perayaan sakramen lainnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid dan Bp, saya mau bertanya,
bagaimana si sebenarnya sikap kita saat kosekrasi, apakah kita memejamkan mata atau melihat pastor saat konsekrasi ?
[Dari Katolisitas: Sepanjang pengetahuan kami, tidak ada aturan baku tentang hal ini. Silakan dipilih sikap yang paling baik untuk semakin dapat meresapkan maknanya. Mungkin bagi sejumlah orang memejamkan mata lebih mengarahkan hatinya, tapi ada juga yang memilih untuk memandang kepada pastor, terutama memandang dengan iman kepada hosti dan piala itu, saat diangkat, dan mengatakan seperti Rasul Thomas, “Ya, Tuhanku dan Allahku”; sambil menyatakan iman kita bahwa kita mengimani bahwa kuasa Roh Kudus telah mengubah hosti dan anggur itu menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Dan ketika pastor berlutut/ tunduk menghormati Tubuh dan Darah itu, kitapun dalam kesatuan dengannya, menghormati Tubuh dan Darah Kristus itu.]
Bu Ingrid dan Bp Stef
mohon pencerahan, mengapa di gereja katolik babtisan di lakukan dgn menuangkan air di dahi dan tidak mencelupkan diri ke dlm kolam (pertanyaan yg di tanyakan oleh sahabat sy kristen protestan, sedangkan Yesus sendiri di babtis dgn di celupkan ke sungai yordan)… Apakah tradisi tua dari gereja katolik babtisan di lakukan dgn mencelupkan diri ke kolam??/
Terima kasih atas pencerahan nya
salam kasih Nya
ignas
[dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik]
Comments are closed.