Pertanyaan:

salam…….@admin
1. Bahwa Yesus tidak mencontohkan pada masa hidupnya tentang tanda salib. Bahkan pasca “kebangkitan”nya belum ada tanda salib yang dia contohkan. Yah, karena memang Yesus tidak mati disalib. Silahkan BACA DISINI

2. Para pengarang Kitab Suci tidak dapat membuat distorsi atas Wahyu Allah yang ditulisnya. Itulah sebabnya, walaupun ditulis oleh orang yang berbeda- beda, pada waktu dan tempat yang berbeda juga, namun dapat menyampaikan inti pengajaran yang sama. Fakta ini malah menjadi bukti nyata bagi keotentikan Kitab- kitab tersebut,,,,,
Jadi adakah termasuk LUPA pada LUKAS.Bagian tesebut = bagi saya adalah bukti tidak otentik=.

3. Sebab kedudukan Kitab Suci tidak lebih tinggi dari Gereja. Gereja (jemaat) adalah Tubuh Kristus, dan Kristus adalah Kepalanya
Gereja adalah rumah ibadah.
Kristus adalah imam/pemimpin.
Keduanya berjalan dengan tuntunan KITAB SUCI. Karena Kitab Suci adalah dari Tuhan baik dari sisi mana saja.
Kitab Suci = Gereja dan Kristus maka jika ada perbedaan pendapat dalam suatu perkara, mana yang akan digunakan?
1.Gereja
2.Kitab Suci
3.Gereja yang menafsirkan KS
4.KS berdasarkan tafsir Gereja?
5.Berpikir dalam kerangka KS?
Seperti kasus perceraian. Musa membolehkan, Yesus melarang. Jika saya berselingkuh, maka hukum KS/Gereja mana yang berlaku?
salam

Jawaban:

Shalom Abu Hanan,

1. Yesus tidak benar- benar mati?

Anda memberikan argumen bahwa Tanda Salib tidak diajarkan Yesus karena Yesus sendiri tidak mati di salib, namun Ia hanya ‘mati suri’/ koma. Dalam argumen anda, anda mengatakan hal yang menyebabkan Ia tidak mati adalah karena diberi minum anggur asam (Yoh 19:29), yang mempunyai efek narkotik dan menjadikan Dia koma. Ramuan ini (anda sebut juice tanaman Asclepias Acida) menurut anda adalah buatan kaum Essenes yang mahir dalam hal pengobatan. Selain ini anda juga menyebutkan bahwa orang yang dihukum salib biasanya meninggal perlahan, namun jika ingin dipercepat maka korban dipatahkan kakinya, dan hal ini tidak diperbuat atas Yesus. Prajurit hanya menikam lambungnya dan dari situ keluar air yang deras mengalir, yang menandakan bahwa Ia masih hidup. Maka menurut anda, pada saat Injil mengatakan Yesus ‘kelihatan’ sudah mati, namun sebenarnya belum mati. Jenazah kemudian diturunkan dan diberi rempah- rempah oleh Yusuf Arimatea, Nikodemus dan Magdalena yang sebenarnya adalah obat, sehingga dapat membuatnya bangun/ siuman.

Namun argumen ini sesungguhnya merupakan hipotesa, yang tidak sejalan dengan fakta-fakta berikut ini:

1. Injil Yohanes mengatakan, “Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. (Now there was a vessel (σκεῦος, skeúos) set there, full of vinegar (Douay Rheims Bible). Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.”

Pertanyaannya, mengapa sampai ada bejana anggur asam di tempat para prajurit itu yang menyalibkan Yesus, sehingga mereka mencucukkan bunga karang pada hisop untuk mengunjukkannya ke mulut Yesus? Walau tidak tertulis dalam Injil, sehingga dapat saja orang menduga banyak hal (seperti bahwa minuman itu dibuat dan dibawa ke sana oleh orang- orang Essenes), namun hipotesa yang lebih kuat adalah karena minuman anggur asam (Posca) tersebut merupakan minuman populer bagi para orang Romawi dan Yunani kuno. Minuman itu adalah campuran antara anggur asam/ cuka dengan air dan sari tumbuh- tumbuhan. Sumber yang netral Wikipedia juga mengatakan demikian, bahwa posca yang berasal dari Yunani aslinya adalah campuran untuk obat, namun kemudian menjadi mimuman sehari- hari bagi prajurit Romawi dan orang- orang kelas bawah, sejak abad 2 SM sampai sepanjang sejarah Romawi dan Byzantin. Dalam campuran ini, digunakan kembali anggur yang sudah rusak karena penyimpanan yang kurang baik. Dengan sifatnya yang asam, anggur ini mengandung vitamin C, dapat membunuh bakteri dan aromanya mengatasi bau air bersih lokal. Maka hipotesa bahwa anggur asam ini mempunyai efek membuat orang koma, nampaknya berlebihan. Mengingat bahwa cara memasukkan minuman ke dalam tubuh Yesus juga hanya melalui cucukan bunga karang, sehingga praktis hanya membasahi mulut, nampaknya tidak banyak efek yang bisa diharapkan dari cairan tersebut.

2. Mengapa air dan darah mengalir dengan kuatnya dari lambung Yesus yang ditikam?

Dikatakan dalam Injil Yohanes, “tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan. Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.” (Yoh 19:33-37)

Maka prajurit tersebut menikam lambung Yesus (kemungkinan untuk menikam jantungnya), untuk memastikan agar Dia benar- benar mati. Dari sanalah segera mengalir air dan darah. Fenomena ini memang tidak biasa pada orang- orang yang sudah meninggal, dan ini juga dicatat oleh saksi mata yang melihat sendiri dan memberikan kesaksian itu (lih. Yoh 19:35). A Catholic Commentary on Holy Scripture, Dom Orchard, ed., menjelaskan tentang hal ini sebagai berikut: “Ada banyak pandangan untuk menjelaskan hal itu, dan kebanyakan mengatakan bahwa air tersebut merupakan serum tubuh yang terkumpul di pericardium, karena penderitaan yang sangat intens yang diterima Yesus [akibat cambukan, siksa dan aniaya hukuman salib]. Namun apakah alirannya yang keras merupakan mukjizat ataupun dapat dijelaskan secara alami, sebagaimana dikatakan para ahli fisiologis, tidak menjadi penting. Sebab kenyataannya demikian, dan ini dicatat di kitab Injil. Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa kedua cairan itu melambangkan Baptisan dan Ekaristi, dan melihat adanya rahmat Tuhan yang mengalir melalui kedua aliran yang dan menghidupkan kembali dan memberi hidup ini, yang melahirkan Hawa yang baru (yaitu Gereja) dari rusuk/ lambung Adam yang baru, yang ‘tertidur’ [sleep of death] di kayu salib.”

3. Rempah- rempah adalah obat dari kaum Essenes yang membangunkan Yesus dari koma?

Wikipedia, mengutip Kittle Gerhardt, mengatakan bahwa ritual pemurnian adalah praktek yang umum dilakukan oleh bangsa- bangsa di Palestina pada abad- abad awal, dan bukan hanya menjadi kebiasaan orang Essenes. (Kittle, Gerhardt. Theological Dictionary of the New Testament, Volume 7. pp. 814, note 99).

Menurut adat orang Yahudi, orang yang wafat harus segera dikubur. Orang Yahudi umumnya menguburkan jenazah dalam kubur batu. Umumnya jenazah dimandikan dan dibungkus dengan kain pengikat. Minyak wangi dan rempah- rempah dapat dikenakan pada jenazah. Injil Yohanes mengatakan bahwa Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan minyak gaharu (myrrh and aloes, lih. Yoh 19:39). Khasiat minyak mur pertama tama adalah sebagai pewangi, sedangkan gaharu adalah untuk mengobati luka. Walaupun ada pula efek medisinalnya, namun adalah suatu hipotesa yang masih harus dibuktikan untuk mengatakan bahwa minyak tersebut dapat membangunkan orang dari koma/ mati suri, apalagi jika diandaikan harus memberi efek relatif segera.

4. Kitab Suci jelas menyatakan bahwa Yesus mati.

Kami umat Kristiani menerima apa yang disampaikan oleh keseluruhan Kitab Suci, dan tidak hanya menerima sebagian ayat dan menolak ayat yang lain. Hal kematian Yesus dicatat di dalam Injil dengan jelas. Sebab walaupun di ayat Mrk 15: 39 memang dikatakan bahwa kepala pasukan “melihat” mati-Nya Yesus, namun ayat sebelumnya mengatakan, “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Mrk 15:37, lih. Mat 27:50, Luk 23:46, Yoh 19:30). ‘Menyerahkan nyawa’ adalah perkataan lain (sinonim) dari kata ‘mati’. Injil Lukas mencatat bahwa sebelum menyerahkan nyawa-Nya, Yesus berkata, “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk 23:46).

Banyak Bapa Gereja yang mengartikan teriakan nyaring ini pada saat kematian-Nya sebagai indikasi bahwa Ia adalah Tuhan dan bahwa Ia wafat atas kehendak bebas-Nya sendiri. Perkataan yang diucapkan sedemikian menunjukkan bahwa Ia tetap mempunyai kesadaran penuh dan pengendalian diri yang sempurna sampai pada akhir hidup-Nya. Kematian Kristus adalah kematian yang dikehendaki oleh Diri-Nya sendiri: Ia mempunyai kuasa untuk menyerahkan nyawa-Nya dan memperoleh-Nya kembali (lih. Yoh 10:17-), namun Ia memberikannya demi menyelesaikan rencana Ilahi untuk keselamatan manusia. Kata- kata terakhir-Nya merupakan pernyataan kehendak bebas-Nya untuk menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia. Pada saat jam tiga petang, pada saat anak domba paska dikorbankan di bait Allah (yang hanya beberapa yard dari tenpat penyaliban Yesus) menurut ritual Perjanjian Lama, Anak Domba Allah telah wafat (lih. 1 Kor 5:7).

Maka hipotesa yang menyatakan Yesus hanya mati suri ataupun pingsan (tidak sungguh- sungguh wafat) tidak cocok dengan banyak ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa Kristus sungguh wafat/ menyerahkan nyawa-Nya.

“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci…” (1Kor 15:3)

“Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.” (1Kor 15:20)

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan…” (1Ptr 1:3)

“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh…” (1 Ptr 3:18)

Di atas semua itu, hal kematian Yesus telah berkali- kali dikatakan oleh Yesus sendiri (lih. Mat 17: 22; Mat 20:19; Mat 26:2; Mrk 9:30; Mrk 10:33-34; Luk 18:32).

“Ia [Yesus] berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Mat 17:22)

“Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” (Mrk 9:30)

… kata-Nya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.” (Mrk 10:33-34)

“Sebab Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi, dan mereka menyesah dan membunuh Dia, dan pada hari ketiga Ia akan bangkit.”

Maka seseorang yang mengatakan bahwa Yesus hanya mati suri, sama saja ia menuduh Yesus berdusta. Bagi kami umat Kristiani, argumen tersebut tidak berdasar, justru karena bertentangan dengan perkataan Yesus yang adalah Sang Kebenaran. Sebab yang mempunyai hipotesa tersebut adalah manusia yang tak luput dari kesalahan, sedangkan yang mengatakan bahwa Yesus wafat dibunuh adalah Tuhan Yesus sendiri, yang tidak mungkin salah. Maka argumen yang mengatakan bahwa Yesus pingsan (yang biasanya didahului gejala berangsur kehilangan kesadaran), juga tidak sesuai dengan kenyataan, karena justru sampai akhirnya, Yesus dengan sadar berseru, bahkan dengan suara lantang, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk 23:46).

Bahwa setelah wafat-Nya, ketika lambung Yesus ditusuk oleh tombak, lalu memancarlah air dan darah, juga tidak dapat dikatakan bahwa itu merupakan tanda bahwa Ia masih belum wafat. Sebab keadaan tersebut walaupun langka, dapat diterangkan secara medis, dan dapat pula merupakan tanda supernatural sebagai pemenuhan nubuat yang samar- samar digambarkan dalam Perjanjian Lama. Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa seperti Hawa terbentuk dari tulang rusuk Adam, maka Gereja (sebagai Hawa yang baru, Mempelai Kristus) terbentuk dari air dan darah yang keluar dari lambung Kristus (Adam yang baru), seperti dikatakan juga oleh Rasul Paulus dalam Ef 5: 24-27.

2. Lukas keliru sewaktu mengatakan bahwa ada nubuatan tentang kebangkitan Yesus di kitab Mazmur?

Tidak, St. Lukas tidak keliru. Ada ayat- ayat dalam kitab Mazmur yang memang menyampaikan nubuat tentang wafat dan kebangkitan Kristus Sang Mesias. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

3. Tentang kaitan Kitab Suci, Gereja dan Kristus

Nampaknya harus diketahui terlebih dahulu, bahwa ada perbedaan antara Gereja dan gereja. Sebab Gereja (dengan huruf besar) artinya adalah jemaat/ ekklesia, sedangkan gereja (dengan huruf kecil) adalah gedungnya. Maka dalam artian Gereja sebagai jemaatlah, kita mengatakan bahwa Kristus adalah Kepalanya. Dengan Kristus sebagai Kepala Gereja, maka tidak dapat dikatakan bahwa kedudukan Kitab Suci berada di atas Kristus dan Gereja, sebab Kristus sebagai Allah Putera itu sendiri lebih tinggi dari Kitab Suci dan tidak terbatas oleh Kitab Suci. Bahwa selama penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesus menaati ajaran yang tertulis dalam Kitab Suci, itu benar, tetapi secara keseluruhan, dalam kodrat-Nya sebagai Allah, Kristus tidak dibatasi atau terbatas dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Kitab Suci sendiri mengajarkan bahwa tiang penopang dan dasar kebenaran adalah Gereja (jemaat) dan bukan Kitab Suci itu sendiri, seperti diajarkan oleh Rasul Paulus, “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1 Tim 3:15).

Oleh karena itu, Gereja Katolik melestarikan semua Wahyu Ilahi yang disampaikan baik dalam Kitab Suci maupun yang diajarkan dalam Tradisi Gereja. Sebab dikatakan di dalam Injil Yohanes bahwa Kitab Suci tidak memuat semua ajaran Yesus, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25). Hal- hal lain/ ajaran yang tidak tertulis dalam Kitab Suci tersebut tetap diteruskan oleh para murid Kristus kepada para penerus mereka untuk dilestarikan. Sebab Rasul Paulus mengajarkan agar Gereja berpegang kepada ajaran- ajaran para rasul baik yang tertulis dalam Kitab Suci, maupun yang tidak tertulis/ lisan (dalam Tradisi Suci), “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15). Maka Sabda-Nya dipercayakan Kristus kepada Gereja, dan Gerejalah yang paling berhak untuk menginterpretasikan Sabda-Nya dengan benar. Keempat Injilpun ditulis berdasarkan ajaran lisan (Tradisi Suci) yang diberikan oleh Kristus kepada para murid-Nya (Gereja), yang kemudian dituliskan oleh Rasul Matius dan Rasul Yohanes, St. Lukas (murid Rasul Paulus) dan St. Markus (murid Rasul Petrus). Itulah sebabnya Gereja Katolik memegang baik Tradisi Suci maupun Kitab Suci, karena keduanya berasal dari sumber yang sama.

Kristus tidak menulis Kitab Suci, namun mendirikan Gereja di atas Rasul Petrus, demikian Sabda-Nya, “Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat (Gereja)-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:18); dan Ia berjanji menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:19-20). Dengan demikian, Kristus mempercayakan kepemimpinan umat-Nya kepada Petrus dan para penerusnya, yang kini disebut sebagai Magisterium Gereja, yang diberi kuasa untuk mengajar dan mengampuni dosa, yang disebut kitab suci “kuasa untuk mengikat dan melepaskan” (Mat 16:19, Mat 18:18). Kuasa mengajar dalam hal ini adalah dalam hal iman dan moral, sehingga jika terdapat perbedaan pandangan yang berhubungan dengan iman dan moral, yang menjadi acuan adalah ajaran yang berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi Suci, seperti yang telah ditentukan oleh Magisterium Gereja, yang diberi kuasa oleh Kristus untuk memimpin Gereja. Selanjutnya Magisterium mengeluarkan ketentuan/ peraturan/ hukum Gereja yang sifatnya lebih praktis untuk melaksanakan ajaran iman dan moral tersebut. Jadi di sini terlihat adanya tiga pilar dalam Gereja yang tidak terpisahkan: yaitu Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Keterangan tentang hal ini, silakan klik di sini.

Selanjutnya, dalam kehidupan menggereja, para penerus rasul itu adalah Paus dan para Uskup, dan mereka dibantu oleh para imam. Para Uskup memimpin wilayahnya yang disebut keuskupan. Dan untuk penyelesaian praktis yang menyangkut pelanggaran ataupun perkara hukum Gereja, hal itu dapat diputuskan oleh Tribunal keuskupan.

4. Dasar untuk menyikapi perceraian dan perselingkuhan

Dalam Gereja Katolik, tidak diperbolehkan adanya perceraian, (lih. Mat 19:6). Namun adakalanya, perkawinan diadakan padahal tidak memenuhi persyaratan perkawinan yang sah seperti yang disyaratkan oleh hukum Gereja. Jika ini kejadiannya, maka perkara tersebut dapat diajukan ke pihak Tribunal keuskupan, dan jika hal ini dapat dibuktikan, maka Tribunal dapat memberikan ijin pembatalan perkawinan, artinya menyatakan bahwa perkawinan tersebut batal, karena tidak memenuhi syarat sebagai perkawinan yang sah. Pembatalan perkawinan tidak sama artinya dengan perceraian, sebab pembatalan artinya perkawinan itu sudah tidak sah sejak awal (karena halangan/ cacat yang sudah ada sebelum atau sejak hari H perkawinan), dan bukannya sudah sah awalnya, tetapi cerai kemudian karena alasan yang baru terjadi setelah perkawinan. Tentang hal ini, prinsipnya sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik. Sedangkan jika perkawinan sudah sah diberikan, maka tidak dapat diceraikan. Jika toh ada pihak yang meninggalkan pasangannya yang sah, maka ketentuan yang berlaku adalah keduanya tidak dapat menikah lagi. Hal bahwa dikatakan dalam Kitab Suci bahwa Musa memperbolehkan perceraian, itu sudah dijelaskan oleh Tuhan Yesus, bahwa hal itu diberikan karena ketegaran hati umat Israel, sedangkan bukan demikian yang pada awalnya ditentukan Allah (lih. Mat 19:8). Dengan demikian, Gereja Katolik mengacu kepada ajaran yang dikehendaki oleh Allah sejak awal mula, seperti yang diajarkan oleh Yesus, yaitu, perkawinan adalah antara seorang laki- laki dan perempuan, dan setelah dipersatukan oleh Tuhan, tidak boleh diceraikan oleh manusia (lih. Mat 19:5-6).

Sedangkan untuk perselingkuhan, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Perselingkuhan adalah tindakan yang melanggar moral namun bukan yuridis, oleh karena itu tidak dikaitkan dengan Tribunal. Kitab Hukum Kanonik mengatur tindakan yuridis, bukan moral baik atau buruk. Pelanggaran moral diselesaikan antara sang peniten di hadapan Tuhan dalam sakramen Pengakuan dosa, dan tentu ia memiliki kewajiban moral untuk tidak mengulanginya lagi ataupun bertanggungjawab untuk perbuatannya jika perselingkuhan itu sampai melahirkan kehidupan yang baru. Dalam menyelesaikan perkara- perkara di atas, baik hal perkawinan, perselingkuhan atau perkara- perkara lainnya, acuan dasarnya tetap Kitab Suci, Tradisi Suci dan ajaran Magisterium Gereja.

Kata ‘Gereja’ memang mempunyai dua makna, yaitu jemaat (dengan huruf besar: Gereja) dan gedung gereja (dengan huruf kecil: gereja). Jika dikatakan Kristus adalah Kepala Gereja, ini adalah dalam pengertian bahwa Yesus adalah Kepala jemaat. ‘Gereja’ yang menafsirkan Kitab Suci juga adalah jemaat, dan bukan bangunan. Gereja Katolik adalah Gereja (jemaat) yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri, dan karena Gereja diberi kuasa oleh Kristus untuk mengajar, maka apa yang diajarkan oleh Gereja tidak mungkin bertentangan dengan Kitab Suci.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

24 COMMENTS

  1. Maaf bu admin jawaban mengenai masalah ini sangat belum memuaskan hati saya entah kenapa?

    Yang pertama adalah mengapa Maria Magdalena seperti begitu merawat jenazah Yesus seperti merawat orang sakit dan mengapa Maria Magdelana yang setia menemani apakah beliau istri dari Tuhan Yesus?

    Yang kedua adalah malaikat yang menanyakan buat apa mencari orang yang hidup diantara yang mati, apakah benar-benar ada orang yang belum mati dipekuburan itu?

    Yang ketiga adalah Yesus selalu meyakinkan bahwa Beliau belum mati dengan mempersilahkan memegang tubuhnya dan memperlihatkan kaki dan tangan bekas luka disalib serta Beliupun makan ikan goreng dan minum layaknya orang hidup?

    Jawaban dari katolisitas sudah banyak namun tidak seperti memberikan jawaban, ayat-ayat Yesus mati disalib dalam kitab-kitab PB pun pengarangnya orang yang samasekali tidak mengetahui persis kejadian penyaliban, penurunan sampai menggeser batu untuk keluar dari kubur.

    • Shalom Yohanes,

      Artikel di atas ditulis untuk menanggapi pertanyaan dari pembaca yang menganggap bahwa Yesus tidak sungguh-sungguh mati. Ia merujuk kepada sebuah situs non-Kristen, yang memberikan argumen bahwa Yesus hanya mati suri/ koma, karena sudah diberi minum anggur asam yang mempunyai efek narkotika.Tulisan di atas kami sampaikan sebagai tanggapan atas argumen tersebut. Yaitu bahwa Yesus tidak mungkin hanya mati suri/ koma di kayu salib, sebab Injil jelas/ secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus “menyerahkan nyawa”-Nya (Mrk 15:37, lih. Mat 27:50, Luk 23:46, Yoh 19:30), yaitu kata sinonim/ persamaan kata dari Yesus wafat. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk 23:46). Perkataan Yesus ini menjadi tidak masuk akal, jika Yesus itu hanya koma.

      Orang yang membaca Kitab Suci dengan hati tulus dan jujur, akan dapat menerima bahwa Yesus benar-benar wafat di salib. Pemahaman yang sebaliknya menunjukkan bahwa si pembaca menganggap bahwa Yesus tidak mengatakan hal yang sebenarnya; namun ini tidak mungkin, sebab Yesus adalah Sang Kebenaran (Yoh 14:6).

      berikut ini adalah tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan Anda:

      1. Tentang Maria Magdalena, mengapa demikian akrab dengan Yesus?

      Nah, maka pertanyaan Anda tentang Maria Magdalena, memang tidak dibahas di artikel itu, karena tidak langsung ditanyakan oleh pembaca tersebut. Maria Magdalena, dan sejumlah perempuan lainnya (termasuk juga Maria ibu Yakobus, lih. Mrk 16:1, Luk 23:55-24:1) memang mengunjungi kubur Yesus di hari pertama minggu itu untuk mengurapi jenazah Yesus dengan minyak, menurut adat penguburan orang Yahudi. Maka tidak ada yang aneh di sini. Para wanita itu telah melihat Yesus dibaringkan di kubur itu (lih. Mat 27:61; Mrk 15:47) pada hari Jumat menjelang matahari terbenam, saat akan dimulainya hari Sabat Yahudi. Mereka mengetahui bahwa Nikodemus telah membawa campuran mur dan minyak gaharu  untuk menguburkan Yesus. Namun mereka melihat bahwa ritus penguburan dilakukan terburu-buru/ tergesa-gesa karena persiapan hari Sabat, maka mereka datang lagi pada hari pertama minggu itu untuk menyelesaikan/ menuntaskan ritus pengurapan jenazah Yesus itu.

      Bahwa Injil Yohanes hanya menuliskan nama Maria Magdalena, dan tidak mencatat nama perempuan-perempuan lain yang datang ke kubur untuk mengurapi Yesus, tidak menihilkan kenyataan bahwa Maria Magdalena datang bersama-sama dengan sejumlah wanita yang lain ke kubur itu. Dengan menuliskan nama Maria Magdalena sebagai saksi pertama yang melihat Yesus menampakkan diri setelah wafat-Nya, itu dapat saja disebabkan karena Rasul Yohanes mau menekankan betapa Yesus menghargai pertobatan orang berdosa, sehingga Ia memilih seorang wanita pendosa untuk dicatat dalam Kitab Suci menjadi saksi yang melihat bahwa Ia hidup setelah kematian-Nya, dan dengan demikian menjadi saksi kebangkitan-Nya.

      Selanjutnya tentang Maria Magdalena, silakan klik di sini.

      Sedangkan tentang topik Apakah Yesus menikah?, klik di sini dan klik di sini.

      2. Tentang makna pertanyaan malaikat, “… “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?” (Luk 24:5)

      Silakan Anda melihat Kitab Suci Anda. Teksnya bukan seperti yang Anda tulis, “buat apa mencari orang hidup di antara yang mati?” Tetapi malaikat itu sudah menyatakan bahwa Kristus itu hidup, maka ia mengatakan, “Mengapa kamu mencari “Dia yang hidup”, di antara orang mati?” (Luk 24:5). Konteks yang dibicarakan di sini adalah Kristus dan bukan orang lain.

      Maka kalau Anda menyimpulkan bahwa Yesus belum mati dari pernyataan malaikat itu, nampaknya itu adalah prasangka Anda yang sudah membatasi pengertian Anda sendiri, bahwa kalau disebut ‘hidup’ pasti artinya ‘belum mati’. Padahal yang terjadi di sini adalah sesuai dengan apa yang sudah disampaikan dengan jelas dalam perikop-perikop sebelumnya, yaitu bahwa Yesus telah wafat (menyerahkan nyawa-Nya), lalu dikuburkan, namun kemudian Ia hidup kembali dan menampakkan diri-Nya kepada banyak orang.

      3. Yesus selalu meyakinkan bahwa Ia belum mati?

      Anda mengatakan: “Yesus selalu meyakinkan bahwa Beliau belum mati dengan mempersilahkan memegang tubuhnya dan memperlihatkan kaki dan tangan bekas luka disalib serta Beliaupun makan ikan goreng dan minum layaknya orang hidup?

      Dengan memperlihatkan bekas luka kepada para murid-Nya, Yesus bukan menyatakan “belum mati”, melainkan Yesus menyatakan diri-Nya “tetap hidup, walaupun Ia telah mati”. Sebab penyaliban Yesus sampai Ia wafat, merupakan hal yang sungguh-sungguh terjadi, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, dan disaksikan oleh banyak orang.

      4. Pengarang kitab-kitab PB adalah orang yang sama sekali tidak mengetahui persis kejadian penyaliban?

      Ini adalah tanggapan yang keliru. Dua orang pengarang Injil adalah Rasul Yesus sendiri, yaitu Rasul Matius dan Yohanes. Mereka adalah saksi-saksi penyaliban Yesus. Rasul Yohanes malah menyebutkan dengan jelas bahwa ia berdiri dekat salib Yesus, bersama dengan Maria, ibu Yesus, yang kemudian diberikan oleh Yesus menjadi ibunya (lih. Yoh 19:25-27). Dengan demikian, mereka mengetahui kejadian penyaliban Yesus. Terhadap kejadian penikaman Yesus dengan tombak, setelah wafat-Nya, itu sendiri disaksikan oleh Rasul Yohanes, sehingga ia berkata, “Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya” (Yoh 19:35).

      Demikian pula, kedua pengarang Injil lainnya, juga terhubung dengan para Rasul. Markus adalah penerjemah/ juru tulis Rasul Petrus, sedangkan Lukas adalah rekan sekerja Rasul Paulus. Juga, jangan lupa bahwa mereka yang menulis Kitab Suci, itu menuliskannya atas inspirasi Roh Kudus. Maka segala yang ditulis tersebut mereka tulis atas dorongan Allah sendiri. Para rasul itu memang tidak melihat sendiri penggeseran batu penutup kubur Yesus, tetapi mereka memperoleh pengetahuan itu dari Roh Kudus, dan juga dari kesaksian para wanita yang mengunjungi kubur itu (lih. Mat 28:2).

      Jadi pernyataan Anda, “dalam kitab-kitab PB pun pengarangnya orang yang samasekali tidak mengetahui persis kejadian penyaliban, penurunan sampai menggeser batu untuk keluar dari kubur” ini tidak benar. Para rasul itu mengetahui kejadian penyaliban Yesus, demikian juga dengan kematian-Nya dan penguburan-Nya. Sejujurnya bukan hanya mereka yang mengetahui tentang hal ini. Semua orang yang di Yerusalem mengetahui tentang kejadian penyaliban dan kematian Yesus itu, sebagaimana dikatakan oleh kedua murid Yesus kepada Yesus di perjalanan ke Emaus, pada saat mereka belum mengenali bahwa Orang yang mereka ajak bicara itu adalah Yesus itu sendiri, yang sudah bangkit (lih. Luk 24:18).

      Sedangkan tentang saat persisnya kebangkitan Yesus memang tidak ada yang melihat, tetapi para murid-Nymelihat kubur-Nya yang kosong dan mereka melihat bahwa Yesus hidup kembali, menampakkan diri kepada lebih dari 500 orang, sebagaimana dikatakan dalam 1 Kor 15:5-8. Fakta ini tidak mungkin dapat dijelaskan, jika Yesus tidak sungguh-sungguh bangkit dari kematian.

      Memang dewasa ini, ada sejumlah orang yang skeptis dan tidak percaya akan kebangkitan Yesus. Namun mereka juga tidak dapat menjelaskan bagaimana menghubungkan ke-4 fakta ini, jika Yesus tidak sungguh bangkit dari kematian, yaitu: 1) Yesus benar-benar dikubur oleh sahabat-Nya, Yusuf dari Arimathea, 2) Pada hari ketiga, kubur Yesus itu ditemukan kosong oleh para wanita yang mengunjunginya, demikian pula oleh Petrus dan Yohanes; 3) Yesus kemudian menampakkan diri kepada para murid-Nya setelah kematian-Nya; 4) Itulah asal mulanya para murid mewartakan ajaran Kristiani.

      Fakta bahwa belum ada seorangpun yang pernah bangkit dari mati, tidak dapat dijadikan dasar bahwa Yesus tidak mungkin bangkit dari kematian-Nya. Sebab segala sesuatu yang berhubungan dengan Yesus adalah khusus dan istimewa. Tidak ada seorangpun dalam sejarah manusia, yang pernah menyatakan dengan perkataan dan perbuatan-nya bahwa Ia adalah Allah, seperti yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus. Sehingga dengan kekhususan Kristus itu, kebangkitan Kristus bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sebab Allah sendiri melatarbelakangi segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan oleh Kristus. Sebab Kristus itu sendiri, adalah sungguh Allah, dan sungguh manusia, pada saat inkarnasi-Nya di dunia.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Buonasera a Tutti,

    Syalom,
    Sy barusan baca berita aneh tapi nyata

    detikislam.com/tsaqofah/paskah-bukan-ajaran-yesus/

    Di link itu mgtakan bhw nubuat 3 hari 3 malam di Matius 12:40 tidak sesuai dgn jumlah hari kematian Yesus menjelang bangkit yg hanya 2 malam 1 hari.

    Di link lain, kalangan Kristen membantah prnyataan itu dgn alasan bhw perhitungan waktu Yahudi saat itu berbeda dgn saat ini.

    Bagaimana tggpn dari Katolisitas ?
    Dan jika mmg ada perbedaan waktu, waktu seperti apakah itu ?

    Kalau boleh disatukan juga (sesuai prnytaan link diatas), apakah benar Paus Benediktus XVI pernah mgatakan bhw kelahiran Yesus bukan tanggal 25 Desember ?

    Grazie Katolisitas.

    • Shalom Wenang,

      Silakan membaca terlebih dahulu artikel yang baru saja kami tayangkan, Tentang Hari Wafat dan Kebangkitan Kristus, silakan klik.

      Sedangkan tentang pernyataan Paus Benediktus tentang Hari Natal, itu bukan bahwa Paus mengatakan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, tetapi bahwa tahunnya kemungkinan bukan terjadi pada tahun 0, tetapi pada tahun 7-6 sebelum Masehi. Paus Benediktus XVI menuliskannya dalam bukunya, Jesus of Nazareth: The Infancy Narrative. Tentang hal ini sudah pernah saya ulas, di jawaban saya kepada Putra, klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

      • Oh yoi bu Ingrid.

        Ternyata hebat juga ilmu pelintir ajaran tetangga sebelah hehehe

        Terima kasih bu ….

        [Dari Katolisitas: Karena itu ada baiknya, kita memeriksa sumber aslinya, untuk menyikapi berbagai tuduhan dan informasi-informasi yang beredar di sekitar kita, yang tidak semuanya benar].

  3. Isa Al Masih Meninggal di kayu salib?

    Tepat giliran Isa Al Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya. Sebab, mereka menyangka Isa Al Masih telah mati. (lih. Yoh 19:33; Mrk 15:44)

    Benarkah Isa Al Masih telah mati di kayu salib? Itulah pertanyaan kritis, yang saat itu juga sempat membuat Pilatus terheran-heran. Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan sains, umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya, minimal 2 hari.
    Kematian pada kayu salib baru bisa terjadi oleh dua hal:
    Pertama, oleh infeksi. Dipakunya tangan dan kaki pada kayu salib membuka peluang masuknya kuman ke dalam tubuh. Tanpa perlindungan antibiotika, kuman tersebut akan berkembang dan menyebar ke seluruh tubuh. Proses kematian karena infekasi seperti ini, biasanya berlangsung 2-3 hari.
    Kedua, Kematian disalib terjadi karena kelaparan dan dahaga. Dengan tidak masuknya bahan makanan yang diperlukan untuk kehidupan normal, maka hal tersebut akan mengganggu metabolisme dalam tubuh. Karena tidak adanya suplai makanan, tubuh memobilisasi bahan simpanan yang ada dalam tubuh. Bila simpanan karbohidrat dalam bentuk glikogen yang ada habis, maka protein yang ada di otot digunakan sebagai pembentukan energi yaitu pembentukan ATP ATP merupakan energi “siap pakai”. Bila protein yang ada di otot berkurang sedemikian rupa, maka fungsi sel akan terganggu dan diakhiri dengan kematian. Proses ini biasanya berlangsung 6-7 hari.
    Dengan tinjauan medis seperti itu, terbukti bahwa waktu 1 hari (saat itu hari Jum’at) belum cukup untuk membuat Isa Al Masih meninggal di kayu salib.

    Di sisi lain, karena mengira Yesus sudah mati itulah seorang dari prajurit menikam lambungnya dengan tombak dan segera mengalir keluar darah dan air (Yoh 19:34).
    Pertanyaan kritis selanjutnya adalah mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan darah jika terkena tikaman?

    Keluarnya darah dari organ tubuh yang ditikam menandakan masih aktifnya aliran darah dalam sistem peredaran orang tersebut dan itu berarti jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh masih berfungsi. Masih berfungsinya jantung tersebut, menandakan bahwa seseorang masih hidup.
    Penelaahan yang cermat dan objektif terhadap ayat-ayat Bibel di atas membuktikan bahwa saat itu Isa Al Masih belum meninggal. Ia hanya pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilihat para serdadu sebagai kondisi mati (ingat, pada kejadian tersebut para serdadu hanya melihat bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati).

    • Shalom Roqimuqorrobin,

      Sesungguhnya sebagian dari argumen Anda, sudah pernah disampaikan oleh pembaca yang lain, dan telah pula kami tanggapi. Mohon membaca terlebih dahulu, artikel di atas yang berjudul Apakah Yesus tidak benar-benar mati di salib?, silakan klik, beserta tanya jawab di bawahnya.

      1. Yesus tidak mungkin wafat pada hari yang sama dengan hari penyaliban-Nya?

      Anda berargumen bahwa Yesus tidak mungkin wafat pada hari yang sama ketika Ia disalibkan, dengan alasan bahwa kematian pada kayu salib baru bisa terjadi karena infeksi, biasanya setelah 2-3 hari, atau karena kelaparan dan dahaga, setelah 6-7 hari.

      Namun argumen ini tidak dapat diterapkan pada Yesus, justru karena Yesus tidak hanya menjalani hukuman salib pada hari itu. Sebelum Yesus disalibkan, Ia sudah disiksa sedemikian rupa dengan hukuman cambuk, yang menyebabkan Ia sudah kehilangan banyak sekali darah. Hukuman cambuk sendiri dikenal sudah ada dalam hukum Taurat (lih. Ul 25:2-3) dan juga diterapkan oleh para penguasa Romawi pada zaman Yesus. Menurut hukum tersebut seseorang yang disesah tidak dicambuk lebih dari empat puluh kali, sehingga umumnya dilakukan empat puluh kurang sekali pukulan, yaitu 39 kali. Nah orang yang dicambuk sedemikian rupa dapat langsung wafat. Rasul Paulus juga pernah mengalami hukuman cambuk ini (lih. 2 Kor 11:24), yang menyebabkan ia mengatakan bahwa ia kerap kali dalam bahaya maut (lih. 2 Kor 11:23).

      Injil mencatat bahwa Yesus dihukum cambuk/ disesah (Mat 27:26, Mrk 15:15) sebelum disalibkan, dan di atas kepala-Nya dikenakan mahkota duri (Mat 27:29, Mrk 15:17, Yoh 19:2); dan para prajurit itu memukulkannya ke kepala-Nya (lih. Mat 27:30). Jika orang dapat mati hanya dengan sekali pukulan keras di kepala, apalagi dengan kepala yang sudah diberi mahkota duri. Pukulan itu bukan hanya merupakan hentakan barang yang keras di kepala, tetapi juga tusukan dari berpuluh/ beratus duri yang menembus kepala Yesus. Bahwa Yesus tidak mati seketika setelah dicambuk 39 kali, dipukuli kepala-Nya, memikul salib-Nya (lih. Yoh 19:17), itu adalah karena penyelenggaraan Ilahi. Namun semua siksa ini menjelaskan mengapa tidak ada yang aneh dari kematian Yesus pada hari yang sama, pada saat Ia disalibkan.

      Maka kematian Yesus di kayu salib, bukan pertama-tama karena Ia kelaparan atau kehausan, namun karena begitu hebatnya siksa yang harus ditanggung-Nya. Memang studi kedokteran menunjukkan rata-rata manusia dapat bertahan tanpa air minum dan makan sampai sekitar 3-7 hari. Namun ada catatannya, tergantung dari kondisi iklim dan kesehatan tubuh orang yang bersangkutan (silakan dibaca kembali laporan studi tersebut secara lengkap, jika membaca sumber dari internet/ artikel medis lainnya). Maksudnya adalah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, yaitu seberapa banyak cairan yang keluar dari tubuh. Ada faktor iklim, aktivitas, atau keadaan kesehatan orang tersebut, yang dapat mempengaruhi ketahanannya hidup tanpa air. Jika orangnya sehat, hanya melakukan aktivitas minimal, (misalnya hanya tidur) di tempat yang sejuk sehingga tidak berkeringat, tentu ia dapat bertahan lebih lama. Namun lihatlah keadaan Yesus, yang semuanya serba memprihatinkan. Ia disiksa sedemikian, dipukuli, membawa beban salib, mendaki ke bukit, dipaku pada kayu salib, di tengah hari dengan panas terik, ditelanjangi….. semua ini adalah keadaan yang secara ekstrim menguras cairan (darah dan keringat) keluar dari Tubuh-Nya. Dengan demikian, kita tidak dapat menggunakan patokan umum (sebagaimana dialami oleh banyak orang) untuk mengukur ketahanan-Nya hidup tanpa air, karena kasus yang dialami Yesus sangat tidak umum dialami oleh orang kebanyakan.

      2. Mungkinkah orang yang sudah mati mengalirkan darah jika terkena tikaman?

      Hal ini sudah pernah dibahas di artikel di atas, silakan membaca di sana, point 1 silakan klik, dengan sub-judul: 2. Mengapa air dan darah mengalir dengan kuatnya dari lambung Yesus yang ditikam?

      Umat Kristiani percaya bahwa Kristus sungguh telah wafat di salib, karena Kitab Suci menyatakan demikian. Injil Yohanes mengatakan dengan jelas bahwa “mereka [para prajurit] melihat bahwa Ia telah mati” (Yoh 19:33). “Melihat” di sini kata aslinya adalah ὁράω/ horáō; artinya, melihat dengan seksama, tidak hanya semata melihat, tetapi mengenali/ mengidentifikasikan dengan indera/ menyadari suatu persepsi aktual dari obyek yang diamati. Jadi kata horáō yang digunakan di sini berbeda dengan blépō, yang juga berarti melihat, namun tidak berkonotasi mengidentifikasikan.

      Jadi dugaan Anda bahwa para prajurit itu hanya asal melihat namun tidak memeriksa, tidak benar. Sebab jika dilihat dari kata aslinya dalam bahasa Yunani, artinya justru sebaliknya, yaitu melihat dengan seksama/ mengidentifikasikannya berdasarkan pengamatan.

      Namun di atas semua itu, kami umat Kristiani percaya bahwa Yesus benar-benar wafat di kayu salib pada saat itu, karena demikianlah yang dikatakan oleh Kristus sendiri yang sudah pernah memberitahukan kepada para murid-Nya tentang kematian dan kebangkitan-Nya, dan yang dikatakan oleh banyak ayat lain dalam Kitab Suci. Mempercayai bahwa Yesus hanya pingsan, sama saja dengan mengatakan Yesus (dan semua ayat lainnya) berdusta tentang kematian-Nya, dan ini sangatlah tidak mungkin, sebab Kristus adalah Sang Kebenaran (lih. Yoh 14:6) yang tidak mungkin berbohong.

      Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjadi masukan bagi Anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

       

    • Menarik sekali pendapat dari Pak roqimuqorrobin terutama mengenai kesimpulan tentang kemungkinan penyebab kematian bagi korban penyaliban yaitu karena infeksi (2-3 hari) atau kelaparan (6-7 hari). Mungkinkah ada penyebab lain selain kedua hal tersebut?

      National Geographic pernah melakukan percobaan simulasi penyaliban untuk mengetahui apa yang paling mungkin menjadi penyebab kematian seorang korban penyaliban secara medis. Percobaan dibatasi hanya pada simulasi penyaliban tanpa pemberian bentuk stress/siksaan tambahan seperti cambukan atau yang lainnya.

      Perocabaan itu memberikan kesimpulan bahwa secara medis, beragam sebab bisa menimbulkan kematian bagi korban penyaliban. Mulai dari gagal jantung, drop tekanan darah, sesak napas, shock, rasa sakit, atau gagal mempertahankan kesadaran dan gejala2 itu sudah terlihat bahkan dalam hitungan jam, bukan hari.

      Saya kira dengan adanya simulasi itu, kemungkinan kematian karena infeksi atau kelaparan bukan penyebab dominan bagi korban penyaliban. Sebelum kedua hal itu terjadi, penyebab yang disebutkan di atas sudah lebih dulu terjadi.

      Menurut saya :
      Yesus memang mati disalib. Alasannya :
      1. Dicambuk (Ibu Inggrid sudah menjelaskan prosesnya)
      2. Disalib (Sudah jelas)
      3. Ditombak (Memastikan bahwa Yesus sudah mati). (Yesus tidak minum sebelumnya, hanya sececap Anggur, kenapa keluarnya air? Saya pernah baca penjelasan medisnya, tapi buat yang berminat mohon cari sendiri saja ya)
      [Dari Katolisitas: Penjelasan sekilas tentang Mengapa air dan darah mengalir dengan kuatnya dari lambung Yesus yang ditikam? telah disampaikan di atas, lihat point 1.2]

      Tidak ada orang yang bisa lewat dari ketiga sequence diatas dan tetap hidup.

      Terimakasih dan Shalom.

  4. YESUS TIDAK MATI DISALIB
    Fakta
    εἷς στρατιωτῶν ἔνυξεν πλευρὰν λόγχῃ εὐθὺς αἷμα ὕδωρ ἐξῆλθεν (Greek)
    eis stratiōtōn enuxen pleuran lonchē euthus aima udōr exēlthen (Translit)
    But one of the soldiers pierced His side with a spear, and immediately blood and water came out. (NASB ©)
    tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. (Yohanes 19:34)
    Keluarnya darah pada ‘mayat’ Yesus ini membingungkan semua penafsir, karena kalau orang hidup ditusuk maka akan keluar darah, dan kalau orang mati ditusuk maka tidak akan keluar apa-apa.
    Ingat! dia menurut keyakinan kristen adalah 100% manusia juga.

    Bagaimana cara saya menjawab mereka (Muslim) yang menanyakan pertanyaan ini kepada saya ?, saya belum pernah mendengar ada kajian pertanyaan untuk yang ini.

    Syalom…

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan kami tanggapi di artikel di atas, silakan klik. Silakan membaca artikel di atas terlebih dahulu.
    Jika Anda pengunjung baru Katolisitas, silakan klik di sini]

  5. berdasar injil Yohanes

    Yoh 19:34 tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera MENGALIR KELUAR DARAH dan air.

    maka SECARA MEDIS …. Yesus tidak mati ketika disalib .

    semua darah akan mengalami pembekuan dalam hitungan menit setelah jantung tidak bekerja , Orang mati tidak akan mengalirkan darah ketika ditusuk atau disembelih sekalipun …..

    mengalirnya darah dari luka menunjukkan Jantung Yesus masih bekerja memompa darahnya …. lagipula tiga jam di tiang salib tidak akan membunuh siapapun …. penyaliban didesain Romawi untuk membunuh secara perlahan lahan , kematian akan terjadi pada hitungan hari , bukan jam …..

    • Shalom Cisko Kid,

      Jika Anda membaca informasi medis tentang apa yang terjadi setelah kematian (lihat Wikipedia), maka dikatakan bahwa beberapa ciri kematian adalah jika tubuh berhenti bernafas, jantung berhenti berdetak, pucat, kaku, darah akan menuju ke bagian tubuh yang rendah (pengaruh gravitasi) dan tubuh terdekomposisi.

      Hal yang berkaitan dengan darah, sebagaimana dibicarakan di sini adalah bahwa darah akan menuju ke bagian tubuh yang rendah/ terdekat dengan bumi, dan proses ‘pergerakan’ darah ini disebut livor mortis. Seiring dengan livor mortis ini maka bagian tubuh yang terendah akan berubah warnanya menjadi seperti memar/ kemerahan.

      Tentang livor mortis pada orang meninggal dikatakan demikian:

      “Livor mortis dimulai dua puluh menit sampai tiga jam setelah kematian dan membeku di pembuluh kapiler di dalam empat atau lima jam. Jangka waktu maksimum dari proses ‘memar’ (lividity) ini terjadi dalam waktu 6-12 jam….”

      Menurut kesaksian Injil Lukas, Yesus wafat di pukul tiga petang (lih. Luk 23:44-47). Sedangkan waktu persisnya prajurit menikam lambung Yesus, tidak disebutkan. Namun kita mengetahui bahwa hal tersebut terjadi setelah pukul 3 siang sampai pukul 6 sore, karena setelah pukul 6 sore sudah dimulai hari Sabat, dan sesungguhnya untuk alasan persiapan hari Sabatlah maka prajurit itu menikam Yesus, untuk memastikan bahwa Ia benar- benar sudah wafat. Mengingat bahwa setelah ditikam, dibutuhkan waktu untuk menurunkan Yesus dari salib dan memakamkannya sebelum hari Sabat dimulai, maka kemungkinan Yesus ditikam di sekitar pukul 5 sore (atau bahkan dapat pula sebelumnya), sekitar 2 jam setelah kematian-Nya. Dalam dua jam itu darah tidak langsung membeku, dan masih ada efek akumulasi serum akibat penyiksaan yang hebat atas diri Yesus, sebagaimana dijabarkan di atas; maka pada saat Ia ditikam keluarlah darah dan air. Darah itu mengalir terutama justru karena proses livor mortis, mengingat posisi Yesus disalibkan itu berdiri, sehingga memang darah-Nya mengalir ke bawah oleh karena efek gravitasi. Maka hal darah Yesus yang mengalir ketika lambungnya ditikam tidaklah menyalahi proses ini, sebab penikaman Yesus dilakukan sekitar 2 jam (atau mungkin kurang) setelah kematian-Nya, dan saat itu darah-Nya belum membeku.

      Terlepas dari apapun penjelasannya secara medis, kami umat Kristiani percaya bahwa Yesus sungguh- sungguh telah wafat di salib, dan kemudian bangkit pada hari ketiga, sebab Kitab Suci mengatakan demikian. [Kitab Suci jelas mengatakan bahwa Yesus telah mati (Yoh 19:33), sehingga kami umat Kristiani percaya akan apa yang tertulis di sana]. Jika Anda tidak percaya, kami tidak memaksa Anda, namun Anda juga tidak dapat memaksa kami percaya kepada pandangan Anda. Sebab semakin kami membaca yang tertulis di Kitab Suci, dan membaca adanya penjelasan secara medis yang dapat memperkuat kesaksian tersebut, maka tidaklah ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayainya. Di samping itu, segala yang terjadi pada Tuhan Yesus tidaklah sama dengan para terhukum lainnya, sebab Ia sudah mengalami siksaan yang sangat hebat sebelum disalibkan, sehingga tidak mengherankan jika Ia wafat lebih cepat daripada para terhukum lainnya. [Kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus juga wafat dalam hitungan jam/ bukan hari, karena kaki mereka dipatahkan (lih. Yoh 19:31-33). Justru karena melihat Yesus sudah mati, maka para prajurit itu tidak mematahkan kaki Yesus, namun ‘hanya’ menikam-Nya]. Dengan keadaan Yesus yang sedemikian luar biasa menderita, maka tidaklah dapat kita paksakan bahwa yang terjadi pada-Nya di saat wafat-Nya harus sama seperti apa yang umumnya terjadi pada manusia di saat wafat, sebab memang tak ada manusia lain yang pernah mengalami segala siksa yang sedemikian sebagaimana dialami oleh Kristus. Hal sengsara-Nya ini sudah dinubuatkan para nabi (lih. Yes 42;49;50;53; 53:5; Mzm 22, Mzm 34:21; Zak 12:10), dan menjadi salah satu tanda-Nya sebagai Sang Mesias.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • syalom katolisitas,,

        bagaimana jika ada pertanyaan tentang siapa yang sebenarnya berada di kayu salib? atau YESUS YANG MANA yang ada di kayu salib?

        sebab dalam Matius 27:16-17 ada pula orang lain yang bernama Yesus.
        darimana kita yakin itu adalah Yesus Kristus selain dari kitab suci? dukungan dari catatan sejarah ada tidak?

        bagaimana dengan argumen ini:

        Bapa-bapa Rasuli acap kali mencatat bahwa ada banyak kelompok yang tidak sepakat dengan dogma tertentu yang didukung oleh Bapa Rasuli,yang mengajarkan bahwa “kasih” atau penderitaan Yesus di tiang salib adalah tidak benar dan atau hanya ilusi belaka ,dalam hal ini rujukan-rujukan semacam ini bisa ditemukan dalam tulisan-tulisan Ignatius,Polycarpus,Justinus,irenaues,Tertulian,dan Hippolytus secara bersama-sama Bapa-Bapa rasuli ini membentuk Who’s who yang sebenarnya dari Gereja awal.

        Contoh berikut mungkin menarik untuk diperhatikan .
        Dalam Traliians-nya Ignatius,uskup Antiokia (yang meninggal sekitar 110M ) ,secara fasih menyerang Kaum Kristen awal yang menyangkal bahwa penyaliban Yesus tidak lebih dari sekedar Ilusi.

        Kita tidak bisa menyerang sebuah kepercayaan atau ajaran yang belum benar-benar eksis.

        Teologi Ignatius tidak bisa bertahan,serangan melawan orang-orang Kristen awal yang percaya bahwa penyaliban Yesus hanyalah Ilusi ,menunjukan adanya kepercayaan tersebut di kalangan orang-orang Kristen awal(!!!),lebih jauh fakta bahwa Ignatius bahkan mati-matian menyerang ajaran ini mengisyaratkan bahwa kepercayaan terhadap Penyaliban sebagai Ilusi diterima oleh Ignatius sebagai ancaman terhadap apa yang jauh di kemudian hari menjadi pandangan ortodoks gereja Kristen tentang Penyaliban.

        Sebagaimana diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menyebar luaskan kepercayaan ini disebagian besar kekaisaran Roma,bisa disimpulkan bahwa asal muasal ajaran mengenai penyaliban sebagai Ilusi ini harus mungkin benar-benar dirunut pada masa penyaliban itu sendiri.
        Ketika mempertimbangkan hal diatas,harus diingat bahwa Ignatius menyerang orang Kristen bukan orang non Kristen .

        mohon jawabannya

        • Shalom Xells,

          1. Yesus yang mana yang disalibkan?

          Orang yang meragukan bahwa Yesus Kristus tidak sungguh disalibkan, atau bertanya ‘Yesus yang mana yang disalibkan?’ dengan mengacu kepada Mat 27:17, adalah orang yang kurang cermat membaca Kitab Suci. Sebab jika ia membaca Kitab Suci dengan teliti, tidak mungkin ia bertanya demikian. Mari kita melihat ayat yang diacu tersebut, dan ayat yang tak jauh sesudahnya, yang menjelaskan siapakah yang akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan.

          Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” (Mat 27:17)….. Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati. Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Kata mereka: “Barabas.” Kata Pilatus kepada mereka: “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” Mereka semua berseru: “Ia harus disalibkan!” ….. Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.” (Mat 27:17-26)

          Di sini jelas Kitab Suci menjabarkan bahwa yang diserahkan untuk disalibkan adalah Yesus Kristus, sedangkan Yesus Barabas yang disebut Barabas dibebaskan.

          2. Catatan sejarah di luar Kitab Suci yang mencatat kematian Yesus Kristus

          Flavius Josephus, seorang sejarahwan Yahudi (37-107), menjabarkan identitas Yesus yang dijatuhi hukuman mati sebagai “seorang yang bijak, yang melakukan perbuatan-perbauatan yang menakjubkan, guru yang mengajarkan kebenaran” dan ciri ini sama sekali tidak cocok dengan ciri Yesus Barabas. Josephus menuliskan demikian dalam bukunya Jewish Antiquities, 18.63-64:

          At this time there appeared Jesus, a wise man. For he was a doer of startling deeds, a teacher of the people who receive the truth with pleasure. And he gained a following both among many Jews and among many of Greek origin. And when Pilate, because of an accusation made by the leading men among us, condemned him to the cross, those who had loved him previously did not cease to do so. For he appeared to them on the third day, living again, just as the divine prophets had spoken of these and countless other wondrous things about him. And up until this very day the tribe of Christians, named after him, has not died out.

          Kesaksian Josephus menjadi penting, justru karena ia sendiri adalah seorang Yahudi, sehingga kesaksiannya dapat dikatakan sebagai kesaksian yang netral (tidak dibuat untuk membela umat Kristen). Tulisan Josephus ini memang merupakan referensi yang menjadi acuan, mengingat ia menuliskannya pada zaman yang tak jauh dari kejadian yang sesungguhnya di abad pertama, di mana ia masih dapat memeproleh sumber yang akurat, berdasarkan kesaksian para saksi mata yang masih hidup pada saat ia menuliskannya.

          Demikian pula, catatan sejarah dapat dibaca dalam tulisan seorang sejarahwan di abad ke-2, Eusebius, selengkapnya dapat dibaca di link ini, silakan klik, yaitu di dalam karyanya yang berjudul Church History, Book 1, secara khusus, chapter 11.

          3. Apakah kematian Yesus merupakan ilusi/ bayangan semata?

          Pandangan yang mengatakan demikian adalah pandangan kaum Docetae (penganut aliran Docetisme maupun Gnosticisme). Para pengikut sekte ini mengaku Kristen, walaupun sesungguhnya mereka bukan sungguh pengikut Kristus, sebab pengajaran mereka tidak berasal dari para rasul yang dengan setia mengajarkan ajaran Kristus. Merekalah yang disebut oleh para rasul sebagai orang-orang yang mengikuti injil-injil lain (lih. 2 Kor 11:4; Gal 1:6) yang tidak mengajarkan kepenuhan ajaran Kristus sebagaimana yang disampaikan-Nya kepada para rasul-Nya.

          Selanjutnya silakan membaca di jawaban ini, silakan klik.

          Sedangkan St. Ignatius dari Antiokhia mempunyai jalur apostolik dari Rasul Petrus, dan St. Irenaeus meneruskan ajaran St. Yohanes Rasul, karena ia adalah murid St. Polycarpus yang adalah murid St. Yohanes Rasul. Dengan demikian kita dapat yakin bahwa apa yang diajarkan oleh mereka berakar dari ajaran para rasul yang menyampaikan hikmat Allah, dan bukan berasal dari hikmat manusia belaka.

          Dengan demikian, jelaslah ajaran mana yang benar dan lengkap (sesuai dengan ajaran Kristus sebagaimana disampaikan oleh para rasul) dan ajaran mana yang bersifat heretik (yang hanya mengambil sebagian dari kebenaran Injil dan menggabungkannya sendiri dengan ajaran-ajaran pemimpin mereka sendiri yang tidak terhubung dengan para rasul). Dari ajaran yang bersifat heretik ini, terdapat juga ajaran yang baik, namun karena sifatnya adalah ajaran manusia, maka beberapa kebenaran ilahi yang mensyaratkan iman adikodrati digantikan dengan pemahaman sendiri untuk menjelaskan segala sesuatunya menurut logika mereka sendiri. Maka timbullah pandangan bahwa kematian Yesus hanya merupakan ilusi, karena sulit bagi mereka untuk menerima kebenaran bahwa Kristus yang adalah Putera Allah yang menjelma menjadi manusia harus benar-benar menderita dan wafat. [Atau karena sulit mereka menerima bahwa Allah dapat menjelma menjadi manusia, maka dikatakan saja bahwa semua itu adalah ilusi.] Tentu para rasul yang mengalami kontak langsung dengan Yesus selama tiga tahun, mengetahui bahwa Yesus yang mereka kenal itu bukan ilusi ataupun bayangan saja. Namun mereka yang tidak terhubung dengan para rasul itu menyodorkan teorinya sendiri. Secara obyektif kita dapat melihat di sini, manakah yang lebih dapat dipercaya, para rasul yang menjadi saksi kehidupan Kristus, ataukah mereka yang membuat teori sendiri terlepas dari para rasul?

          Perlu kita ingat bahwa sejak awalnya ketika Rasul Paulus mengajarkan tentang kematian Yesus, Rasul Paulus sudah menerima penolakan, baik dari kalangan Yahudi maupun Yunani (lih. 1Kor 1:18- 2:16). Namun justru Rasul Paulus tetap menegaskan bahwa kematian Yesus di kayu salib sungguh terjadi, dan ia memutuskan untuk tidak mengetahui apapun selain kebenaran tentang Yesus yang disalibkan itu (lih. 1Kis 2:2).

          Demikianlah, sampai sekarang masih banyak orang yang tidak dapat menerima kebenaran akan Yesus Putera Allah yang sungguh telah wafat di salib, namun kita umat Katolik percaya kepada apa yang diwahyukan oleh Allah sendiri, baik dalam kitab Perjanjian Lama yang telah menubuatkan wafat sang Kristus, dan penggenapannya dalam kitab Perjanjian Baru, yaitu di dalam keempat Injil dan surat-surat para rasul, yang dengan jelas mengatakan demikian.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. Salam,

    saya sangat menyadari jika saudara Abu Hanan mengajukan hipotesa klo Yesus tdk benar2 mati disalib krn di Al Qur’an dikatakan ‘Dan perkataan mereka “sesungguhnya kami telah membunuh Isa anak Maryam utusan Allah, sedangkan mereka tdk membunuhnya dan tdk menyalibnya, akan tetapi diserupakan (seseorang) bagi mereka dan sesungguhnya mereka yg berselisih mengenai dia dalam keraguan dari hal itu, tidaklah mereka itu mengetahui kecuali hanya mengikuti sangkaan.”(Q.S.An-Nisa’:157).

    Saya Katolik tapi sebelum mengetahui ttg ajaran katolik yang baik dan benar, saya banyak melakukan perbandingan dengan apa yang tertulis di kitab suci, dengan informasi- informasi dari pihak lain tentang ayat tersebut; dan dalam research saya untuk mencari kebenaran, di pikiran saya, saya bahkan tdk menutup kemungkinan apabila yang ada di injil salah (ini hanya untuk menggambarkan sikap kenetralan saya pada waktu itu). Namun hasilnya Injil lebih menyatakan kebenaran dengan penjelasan2 yang masuk akal dibanding teori/ informasi lainnya itu. Setelah membaca ayat tsb, saya malah muncul banyak pertanyaan, bagaimana akhir perjalanan Isa di dunia klo begitu? Jika Tuhan ‘menyerupakan’, berarti Allah menipu saksi2 mata di situ? Kalau begitu Allah penipu? Kalau Allah bisa ‘menipu’ dg kisah wafat Isa bagaimana dg kisah2 para nabi lain? Jika demikian, bukankah ada kemungkinan Allah jg ‘menipu’ dg kisah2 nabi yg lain. Kalau Allah ‘menipu’ siapa yg kita percayai? Tidakkah Allah cukup kuasa utk menolong Isa sehingga harus ‘menipu’ dg menyerupai seseorang utk menolong Isa dan jg sampai menimbulkan keraguan? Adakah pertanyaan2 ini terjawabkan? Saya hendak mempertanyakan isi Injil tp di situ ditulis banyak yg melihat, jadi bnyk saksi mata dan bukti2 sejarah (buku2 ato penemuan2 artifak) semakin menguatkan kisah di Injil. Saya tdk berniat utk membanding2kan suatu ajaran, hanya ingin mencari kebenaran krn 2 agama 2 kitab, kisah yg sama tapi beda akhir kisah. Tentang air dan darah yg keluar dr tubuh Yesus mmg jarang, seperti halnya yg terjadi saat Yesus mengeluarkan keringat darah saat di Taman Getsemani. Tidak biasa tapi bisa dijelaskan scr ilmiah. Seorang dokter mengatakan hal tsb bisa terjadi tp sangat langka. Kondisi tsb terjadi apabila seseorang dlm kondisi sangat amat stres atau depresi (bhs skrg). Apa yg terjadi pd Yesus bisa terjadi tp sangat jarang ato sangat langka.

  7. Jawaban yg ibu Ingrid sampaikan benar2 lugas, jelas dan sungguh membuat qt sebagai orang Katolik bangga. Mudah2an karya Roh Kudus selalu bekerja dalam diri bu Ingrid, pa Stef dan team Katolisitas semuanya…God bless all..:)

  8. Salut buat Tim Katolisitas, Semoga Karya Kerasulan ini menjadi berkat bagi banyak saudara yg rindu akan KEBENARAN dlm ajaran Gereja yang SATU, KUDUS, KATOLIK dan APOSTOLIK.
    2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
    2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
    2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
    2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
    2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
    2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
    2:11 dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!
    (Filipi 2 : 5 – 11)

  9. Bagus sekali jawaban dari Katolisitas.
    Yoh 20:29. Yesus berkata kepada Tomas, “Engkau percaya karena engkau melihat Aku. Betapa bahagianya orang yang tidak melihat, namun percaya.
    Tuhan Yesus memang Jalan, Kebenaran dan Hidup.

  10. @admin..
    Terima kasih telah menerbitkan pertanyaan saya. Tetapi ;
    1. Saya keberatan ketika LINK yang saya maksudkan tidak dapat diakses. [Dari Katolisitas: mungkin waktu itu ada kesalahan teknis, tetapi sekarang sudah dapat diakses]
    2. Namun argumen ini sesungguhnya merupakan hipotesa, yang tidak sejalan dengan fakta-fakta berikut
    Fakta yang anda sampaikan adalah berdasarkan ayat KS.
    Bagaimana anda mengatakan benda yang berisi anggur adalah bejana?
    3. Dari sanalah segera mengalir air dan darah. Fenomena ini memang tidak biasa pada orang- orang yang sudah meninggal, dan ini juga dicatat oleh saksi mata yang melihat sendiri dan memberikan kesaksian itu (lih. Yoh 19:35)
    Ada berapa saksi mata?
    Secara umum/normal, apakah bisa darah dan air mengalir deras dari jenazah?
    4. a.Minyak wangi dan rempah- rempah dapat dikenakan pada jenazah. Injil Yohanes mengatakan bahwa Nikodemus datang ke kubur dengan membawa campuran minyak mur dan minyak gaharu (myrrh and aloes, lih. Yoh 19:39).
    Apa tujuan yang mendorong Nikodemus mendatangi kuburan?
    4b. adalah suatu hipotesa yang masih harus dibuktikan untuk mengatakan bahwa minyak tersebut dapat membangunkan orang dari koma/ mati suri, apalagi jika diandaikan harus memberi efek relatif segera.
    Adakah keterangan ttg rentang waktu dari mengunjukkan ke mulut Yesus hingga penyaliban dimulai?

    5. Lukas telah keliru begitu pula Yohanes. Dalam PL (Taurat dan Mazmur) tidak ada tulisan seperti Lukas 24;46.

    6. Jika kedudukan Gereja setara dengan KS, maka hukuman mati di dalam Perjanjian Lama apakah masih berlaku?
    7. Perceraian menunjukkan hukum Taurat telah dihapus oleh tindakan Yesus dengan melarangnya sesuai dengan Matius 19;5-6.

    salam

    • Shalom Abu Hanan,

      1. Sudah dapat diakses.
      2. Fakta yang kami sampaikan memang mengambil dasar dari ayat Kitab Suci, sebab kami percaya bahwa yang tertulis dalam Kitab Suci adalah fakta.

      Pertanyaan anda: Bagaimana anda mengatakan benda yang berisi anggur adalah bejana?

      Kami mengacu kepada bahasa aslinya, yaitu kata Yunani  σκεῦος, skeúos pada Yoh 19:29, yang dapat diterjemahkan menjadi a vessel (Douay Rheims dan King James Version) atau a jar (New American Bible) atau a bowl (Revised Standard Version) full of vinegar; sehingga dapat diterjemahkan menjadi sebuah bejana, atau setoples, atau semangkuk penuh anggur asam. Tidak menjadi masalah apakah wadahnya, tetapi isinya adalah anggur asam, yang dicatat oleh sumber yang netral yaitu Wikipedia bahwa cairan itu adalah salah satu minuman popular di kalangan prajurit Roma sejak abad ke 2 sebelum Masehi. Anggur asam itu dibuat dari anggur biasa yang kurang baik penyimpanannya, lalu diberi campuran air dan sari tumbuh-tumbuhan.

      3. a. Anda bertanya, Ada berapa saksi mata?

      Tidak tertulis secara literal akan berapa orang yang menjadi saksi mata penyaliban Yesus; namun Injil menuliskan secara eksplisit bahwa ada banyak orang yang menyaksikan penyaliban Yesus, demikian:

      a. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: “Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.” Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota ….” (Yoh 19:19-20). Ayat ini secara implisit mengatakan bahwa ada banyak orang yang menyaksikan Yesus yang disalibkan, sebab orang- orang yang membaca tulisan di atas kayu salib Yesus, juga dapat dikatakan menyaksikan Kristus yang disalibkan tepat di bawah tulisan itu.

      b. Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena (Yoh 19:25).

      c. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!” Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia …. (Mat 27:39-41, Mrk 15: 29-31)

      d. Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia memanggil Elia.” (Mat 27:46-47, Mrk 15:34-35)

      e. Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Mrk 15:37- 39)

      f. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu (Luk 23:49).

      g. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. (Yoh 19:32-35)

      h. Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome….  Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus. (Mrk 15:40)

      Dengan demikian, walaupun Yohanes mencatat bahwa seorang prajurit yang menikam lambung Yesus dengan tombak-lah yang memberikan kesaksian tentang keluarnya darah dan air itu, namun kejadian itu bukannya tidak disaksikan oleh banyak orang, sebab ada banyak orang di sekitar tempat kejadian, dan dikatakan bahwa mereka ‘melihat semuanya itu’.

      3. b. Anda lalu bertanya, Secara umum/normal, apakah bisa darah dan air mengalir deras dari jenazah?

      Nampaknya memang tidak umum, tetapi juga merupakan keadaan yang tidak umum bahwa seseorang disiksa dengan sedemikian hebatnya sampai wafat seperti yang dialami Yesus, sehingga memungkinkan adanya akumulasi serum di pericardium dalam tubuh-Nya. Harus diakui bahwa keadaan Yesus ini memang sangatlah khusus, sebab tak mungkin ada lagi di sepanjang sejarah manusia, seseorang yang menanggung derita sebesar penderitaan Kristus. Namun sekalipun penjelasan secara medis ini masih dipertanyakan, kami umat Kristen tidak mempermasalahkannya, sebab Tuhan dapat saja menjadikan peristiwa itu sebagai salah satu mukjizat-Nya, untuk menyatakan kepada Gereja-Nya bahwa darah dan air yang keluar dari lambung Yesus itu dalam kesatuan dengan Roh-Nya memberikan kesaksian di bumi (1 Yoh 5:6), bahwa Kristus adalah Putera Allah yang diutus oleh Allah Bapa menjadi manusia, untuk memberikan karunia hidup yang kekal kepada kita manusia. Atau darah dan air yang keluar dari lambung Yesus berhubungan dengan peran Kristus sebagai Adam yang baru, yang sudah pernah saya tuliskan di tanggapan saya sebelumnya.

      4. a. Anda bertanya: Apa tujuan yang mendorong Nikodemus mendatangi kuburan?

      Dari artikel anda, anda menyatakan suatu hipotesa, bahwa Nikodemus dan Yusuf dari Arimatea adalah golongan Essenes yang ahli obat- obatan, yang kemudian membawa rempah- rempah (100 Pounds) untuk mengurapi/ mengolesi tubuh Yesus yang koma/ pingsan, supaya bangun kembali; dan menyatakan bahwa ini adalah ‘rencana rahasia para sahabat Yesus untuk menyelamatkan Yesus’. Namun saya tidak setuju dengan anda karena:

      a. Kitab Suci menyatakan bahwa Nikodemus bukan orang Essene tetapi orang Farisi, anggota Sanhedrin. Dikatakan demikian:

      Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.” (Yoh 3:1)

      Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: “Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu: “Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: “Adakah kamu juga disesatkan?… Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka: “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” (Yoh 7:45-51)

      b. Nikodemus adalah seorang Farisi yang datang kepada Yesus pada waktu malam untuk mendengarkan pengajaran Yesus yang dihormatinya sebagai Guru/ Rabi, yang diyakininya sebagai utusan Allah, sebab Yesus telah melakukan begitu banyak tanda yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia biasa (lih. Yoh 3:1-21). Maka Nikodemus datang ke kaki salib Yesus, sebagai seorang sahabat-Nya, yang percaya akan nubuat Yesus bahwa seperti halnya ular yang ditinggikan Musa di padang gurun dapat mendatangkan penyembuhan bagi umat Israel yang sakit, maka Yesus ditinggikan di kayu salib untuk mendatangkan penyembuhan/ pengampunan bagi manusia dari dosa (lih. Yoh 3:14). Tidak ada yang mengherankan bagi seorang sahabat untuk mendatangi sahabatnya yang meninggal, dalam hal ini Nikodemus mengunjungi Yesus yang telah wafat, untuk memberikan penghormatan terakhir dan menunjukkan kasihnya kepada-Nya dengan membawa rempah- rempah bagi-Nya.

      b. Adakah keterangan tentang rentang waktu dari mengunjukkan ke mulut Yesus hingga penyaliban dimulai?

      Nampaknya pengertian anda terbalik. Sebab yang terjadi adalah Yesus dipaku pada kayu salib terlebih dahulu, baru setelah Ia sudah tergantung di salib, sesaat sebelum wafat-Nya, seorang prajurit mencucukkan bunga karang dengan anggur asam ke mulut-Nya. Memang tidak dikatakan secara persis rentang waktunya, namun mungkin sekitar 6 jam, seperti dikatakan dalam Injil Markus, “Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan.” (Mrk 15:25); lalu, “Pada jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum …” (Mrk 15:33-36)

      5. Tidak ada tulisan persis seperti dalam Luk 24:46 pada Perjanjian Lama?

      Jika dalam Perjanjian Baru tertulis kata, “Ada tertulis”, maka tidak harus yang ditulis itu sama persis dengan apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama. Sebagian besar kata ‘ada tertulis’ dalam Perjanjian Baru tidak menyampaikan kutipan persis dari Perjanjian Lama, namun hanya menyerupai/ mirip dengan apa yang tertulis dalam Perjanjian Lama, dan kemudian diberi penjelasan maksudnya, atau disampaikan lebih ringkas sesuai dengan maksudnya. Demikianlah Gereja mengartikan kata “ada tertulis” itu. Mari kita lihat contohnya:

       “Ada tertulis” dalam Perjanjian Baru

       Teks dalam Perjanjian Lama yang menjadi acuan

       1. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” (1 Kor 1:31)

      “tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.” (Yer 9:24).

       2. Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Kor 2:9)

      Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian. (Yer 64:4)

       3. Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan.” (1 Kor 1:19)

       “…. Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi.” (Yes 29:14)

       4. Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup”, tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan. (1 Kor 15:45)

      ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. (Kej 2:7)

       5. Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan. (1 Kor 15:54)

      Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya. (Yes 25:8)

       6. sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1 Ptr 1:16)

      Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, ….; jadilah kudus, sebab Aku ini kudus. (Im 11:44-45)

       7. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Gal 3:13)

      “…maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.” (Ul 21:23)

       8. Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” (Ibr 10:7)

      Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” (Mzm 40:8-9)

       9. seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah” (Luk 2:23)

      Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:”Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka.” (Kel 13:1-2)

      10. seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Luk 3:4)

      Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran… (Yes 40:3-4)

      11. Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Luk 4:8)

      Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah. (Ul 6:13)

      12. kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Luk 19:46)

       “sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa.” (Yes 56:7) “Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? ” (Yer 7:11)

      Contoh di atas itu hanya sebagian saja dari ayat- ayat Perjanjian Baru (dari sebagian surat- surat Rasul dan Injil Lukas saja) yang mengatakan “ada tertulis”; dan ayat acuannya di Perjanjian Lama tidak sama persis bunyinya. Oleh karena itu, jika dalam Luk 24:44-46, juga dikatakan “ada tertulis” namun acuan ayat-nya dalam Perjanjian Lama tidak persis sama bunyinya, maka itu tidak menjadi masalah.

      6. Jika kedudukan Gereja setara dengan Kitab Suci, maka hukuman mati dalam Perjanjian Lama apakah masih berlaku?

      Injil mengajarkan kepada kita bahwa Kristus menyempurnakan hukum Taurat dengan mengajarkan kepada umat tentang bagaimana perintah Tuhan seperti yang dikehendaki-Nya pada awalnya. Dalam hal ini kita perlu mengenali adanya prinsip ‘divine pedagogy‘  (“kebijaksanaan mendidik” ilahi) atau cara Tuhan mendidik manusia. Tentang hal ini Katekismus mengajarkan:

      KGK 53    Keputusan wahyu ilahi itu diwujudkan “dalam perbuatan dan perkataan yang bertalian batin satu sama lain” (Dei Verbum 2). Di dalamnya tercakup “kebijaksanaan mendidik” ilahi (divine pedagogy) yang khas: Allah menyatakan Diri secara bertahap kepada manusia; Ia mempersiapkan manusia secara bertahap untuk menerima wahyu diri-Nya yang adikodrati, yang mencapai puncaknya dalam pribadi dan perutusan Yesus Kristus, Sabda yang menjadi manusia…

      Analoginya, Allah mendidik manusia, seperti orang tua mendidik anaknya. Di masa kanak- kanak lebih digunakan disiplin (yang umumnya melibatkan hukuman- hukuman) berdasarkan prinsip keadilan: seperti “mata ganti mata, gigi ganti gigi” (Ul  19:21), sedangkan semakin anak bertumbuh dewasa, lebih ditekankan aspek pengertian dan tanggungjawab, yang berdasarkan kasih. Dan kasih inilah yang diajarkan oleh Kristus, pada saat Ia mengajarkan, “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Mat 5:38-39). Namun agar prinsip kasih ini dapat diterapkan dan dihargai, prinsip keadilan harus dipahami terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, hanya jika kita sudah menerima prinsip keadilan, maka kita akan dapat menghargai prinsip kasih, yang intinya melakukan perbuatan baik melebihi dari apa yang disyaratkan oleh keadilan.

      Nah segala perintah Tuhan dalam Perjanjian Lama dimaksudkan Allah untuk mempersiapkan umat-Nya untuk menerima hukum-Nya yang baru yaitu hukum kasih yang dinyatakan di dalam pengorbanan Kristus. Dalam hal ini, sebelum seseorang dapat menerapkan kasih dan menghargai nilai kasih pengorbanan Kristus, ia harus terlebih dahulu mengetahui prinsip keadilan bahwa konsekuensi dari dosa ialah maut. Dengan ini ia akan dapat menghargai betapa besarnya kasih Allah yang dinyatakan di dalam Kristus yang rela menyerahkan nyawa-Nya untuk menanggung konsekuensi dosa manusia yang seharusnya dipikul oleh manusia itu sendiri; dan dengan demikian ia terdorong untuk mensyukuri rahmat kasih Allah dengan mengasihi Allah dan sesama. Dalam artian ini maka dikatakan bahwa tidak ada suatupun dalam hukum Taurat yang batal, sebab hanya dengan mengakui keberadaan hukum Taurat, maka seseorang akan dapat lebih memahami penggenapannya di dalam diri Kristus. Maka dalam “kebijaksanaan mendidik” ilahi (divine pedagogy), hukum taurat yang didasari atas Firman yang tertulis di dua loh batu dibutuhkan, agar manusia dididik dan diarahkan untuk menerima kesempurnaannya di dalam Firman yang menjadi manusia (lih. Yoh 1:14). Hukum Taurat diperlukan agar manusia tahu bahwa selalu ada konsekuensi/ kurban yang harus ditanggung akibat dosa, dan karena itu kita dapat memahami mengapa keadilan Allah menghendaki adanya kurban untuk menebus dosa umat manusia, dan karena kasih-Nya kepada manusia Ia mengirimkan Putera-Nya sendiri untuk menjadi Sang Kurban itu, karena tak ada kurban apapun dari manusia sendiri yang dapat dengan adil ‘membayar’ dosa seluruh umat manusia.

      Selanjutnya tentang Apakah Hukum Taurat dibatalkan Yesus, silakan klik di sini.
      Dan selanjutnya tentang hukuman mati, klik di sini

      7. Perceraian menunjukkan hukum Taurat telah dihapus oleh tindakan Yesus dengan melarangnya sesuai dengan Matius 19:5-6?

      Yesus datang untuk menggenapi/ menyempurnakan hukum Taurat, sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah sejak awal mula. Sebab diijinkannya perceraian oleh Musa, itu disebabkan karena ketegaran hati bangsa Israel, namun itu bukanlah kehendak Allah sejak awal mula. Hal ini dijelaskan dalam Mat 19:8, “Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.” Sebab pada awal mulanya dalam Kitab Kejadian, Allah menghendaki perkawinan antara satu orang laki-laki dan satu orang perempuan, seperti dikatakan-Nya dalam Kej 2:24, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

      Demikianlah keterangan yangs aya peroleh dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed Dom Orchard:

      Maka perceraian bukanlah merupakan perintah tetapi merupakan suatu toleransi dari kebiasaan yang ada pada waktu itu yang disebabkan karena ketegaran hati bangsa Israel (lih. Ul 10:16; Yer 4:4, Sir 16:10) terhadap moralitas yang tidak dewasa dan tidak sesuai dengan kehendak Allah seperti dikatakan-Nya dalam Kej 1:27, 2:24. Maka pernyataan cerai yang disetujui oleh Musa adalah sesuatu yang terbaik dari keadaan yang ada saat itu, dengan memberikan formalitas untuk melindungi keselamatan istri yang diceraikan agar tidak memperoleh perlakuan semena- mena dari suami yang menceraikannya.

      Namun Tuhan Yesus mengembalikan perintah kepada yang dikehendaki Tuhan sejak awal mula dengan otoritasnya, dengan mengatakan, “Tetapi aku berkata kepadamu:…..” (seperti saat Ia menyampaikan pengajaran di bukit, lih. Mat 5: 21-44) “Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” Zinah yang menjadi alasan kekecualian di sini, maksudnya adalah perkawinan sesama saudara (incest) yang dalam tingkat yang dilarang oleh hukum Taurat (lih. Im 18:1-7) atau konkubinat. Dalam kasus- kasus ini, jika sang pria menceraikan ‘istrinya’, bukan saja ia tidak bersalah, namun memang seharusnya itulah yang dilakukan, karena ‘perkawinan’ itu sendiri sesungguhnya tidak sah dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

      Demikianlah tanggapan saya atas pertanyaan anda. Semoga berguna dan dapat menjadi masukan bagi anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Abu Hanan yang saya (lebih tepat: kami) kasihi. saya tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomentari teori obat anda

      hipotesis anda ttg ada senyawa kimia yang dapat menidurkan seseorang, membuatnya tidak merasakan nyeri, tak bergerak hingga ke titik yang tidak dapat dibedakan dengan mati kemudian “korban” diberikan senyawa yang dapat menetralkan semua efek tersebut sehingga memberikan sulapan kebangkitan. dengan penuh rasa hormat, saya ingin katakan hal tersebut tidak mungkin

      semua yang mempelajari ilmu pengobatan akan mengerti bahwa:
      1. Hukum utama obat, semakin poten (kuat) semakin beracun (memiliki efek samping). bahkan yang membedakan obat dan racun hanya dosis. pada dosis terlalu kecil, obat tidak bekerja. bila dosis ditingkatkan hingga melebihi batas tertentu, efek terapi muncul, awalnya efek terapi ini lemah tapi seiring dengan peningkatan dosis, efek terapi naik, tetapi ingat, disertai dengan efek samping yang kekuatannya juga meningkat seiring dosis.

      sekarang katakanlah saya berhasil menemukan suatu campuran rempah-rempah seperti yang anda katakan, rempah-rempah yang dapat membuat seseorang menahan rasa sakit hingga tidak bergerak meski ditikam dengan tombak. tetap diam meski ditikam merupakan hasil yang luar biasa termasuk bagi kedokteran modern. banyak pasien yang ter-bius dgn baik memberikan respon terhadap sayatan dokter bedah. respon ini minimal berupa, tetapi tidak terbatas hanya pada, peningkatan pola nafas, kedutan otot dll. ingat rempah-rempah bukanlah obat murni, hanya sepersekian dari jamu/rempah yang berkasiat obat, sementara pasien dibius dengan obat murni. dan ingat sayatan dokter bedah dilakukan dengan pisau kecil bernama skalpel, hanya sepanjang 5 cm) dan ini dilakukan oleh seorang profesional yang sengaja dilatih untuk itu dan si penikam tidak punya “tujuan baik” seperti dokter bedah. saya jamin efek tikaman itu akan beda dengan sayatan dokter bedah yang tersenyum dengan Anda sehari sebelum operasi dan semua tau tujuan dokter bedah adalah baik sehingga dia tidak akan mengiris pasien dengan “sepenuh hati”.

      seandainya rempah saya berhasil mencapai efek terapi hingga si korban tidak memberi respon sama sekali, pastilah dosis yang dipakai sangat tinggi dan saya dapat memperkirakan efek samping yang terjadi juga tinggi mungkin berupa kematian itu sendiri. jadi efek terapi membuat seperti mati (tidak memberi respon), efek sampingnya mati beneran. memang ini lah hukum obat terutama obat-obatan yang berhubungan dengan anesthesia (bius).

      Apakah Anda pernah melihat orang mati di depan Anda? orang yang sedetik yang lalu masih hidup meski bernafas dengan sangat lemah (kadang nafas orang sekarat sulit dideteksi, demikian pula dengan nadinya), tidak sadar, tidak bergerak, tidak buka mata, praktis koma lalu sedetik kemudian dia berlalu? “tidak ada bedanya”, kata Anda? bearti Anda tidak pernah melihat orang menjalani proses kematian. Anda hanya melihat orang yang sudah mati. saya dengan pengalaman saya (saya tekan sebelumnya saya bukan algojo) menyatakan seseorang dapat dikenali sudah mati atau belum hanya dengan melihat raut muka.

      oh iya, maaf sebelumnya, saya ingin bertanya ke ibu Inggrid, di mana yah sumber yang menyatakan aliran darah dan air lambung Yesus mengalir dengan deras? saya kok gak mendapatkan sumber info itu?

      [Dari Katolisitas: Sumber yang mengatakan bahwa dari lambung Yesus keluarlah aliran air dan darah, dan bahwa penderitaan-Nya yang sangat hebat kemungkinan mengakibatkan aliran air yang keras yang keluar dari serum yang terkumpul di pericardium, adalah pernyataan/ penjelasan dari A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard OSB, (New York: Thomas Nelson, 1953)  p. 1014-1015].

      Dan saudaraku, Abu Hanan, pernahkah Anda melihat dokter/perawat atau siapapun menyatakan bahwa si pasien berdarah dengan deras? ini tidak bearti aliran darahnya seperti kita membuka penuh keran air di kamar mandi lantai satu padahal bak penampungan air di lantai lima. darah mengalir dengan deras maksudnya darahnya mengalir lebih banyak daripada seharusnya/yang diperkirakan. Mungkin seperti ini bila anda jatuh lecet atau teriris pisau, darah keluar tetapi tidak deras. tapi bila anda ditikam oleh dokter bedah yang separuh teler, anda berdarah dengan deras meski tentu derasnya beda dengan aliran air ledeng pak tukang kebun yang menyiram rumput 3 meter di samping anda.

      kita kembali ke kelas imajinasi kita. sekarang saya minta Anda membayangkan bahwa saya juga punya rempah atau semacamnya yang dapat membalikkan efek dari rempah-rempah sebelumnya. obat yang membalik efek obat lain sering disebut reversal (dari kata reverse, balik). dan saya yakinkan Anda tidak ada obat reversal yang dapat membalikkan efek obat lain dengan 100% apalagi bila obat lain itu diberikan dengan dosis tinggi !!

      bila ada obat yang dapat membius orang dengan sedemikian hebat seperti teori anda dan ada reversal nya yang sama luar biasanya, maka saya pastikan semua peneliti yang pensiun karena tidak ada guna nya meneliti lagi. Obat ini sudah sempurna. Gak akan ada lagi dokter anestesi (dokter bius) karena tidak perlu takut overdosis, tenang ada reversal yang mak-nyesss. tidak akan ada lagi dilema “operasi atau tidak’, pasien pasti akan bangun. anak SD tidak perlu sekolah susah-suah, mereka langsung bisa menjadi “tukang bius”, para pengacara tidak akan menuntut malpraktik karena meski dokter memasukkan dosis terlalu banyak, tenang ada reversal nya. Para panelis hadiah Nobel Kedokteran bingung memberikan si penemu obat hadiah Nobel sebanyak satu kali atau 8325 kali?

      apa tujuan saya? saya ingin Anda, teman-teman anda dan semua orang yang sepikiran dengan anda untuk coba merenungkan kebenaran kata-kata salah satu senior saya. beliau pernah berkata: “kematian dan kebangkitan Yesus Kristus adalah salah satu fakta sejarah yang paling otentik”

      sebenarnya salah dua, bukan salah satu
      terima kasih

      • salam pak aleksander
        terima kasih atas perhatian dan kepedulian anda.
        Bahasa anda benar2 menunjukkan seseorang yg dekat dengan Tuhan.

        @admin katolisitas
        Terima kasih atas segala perhatian dan semoga admin/para pengunjung web selalu berada dalam kedamaian.

        salam

  11. Shalom..
    Karena di website ini tidak ada tombol “like” nya, two thumbs up dah buat katolisitas…^_^

  12. Syalom Ibu Inggrid.

    Saya senang sekali membaca Katolisitas, dan bagaimana cara Ibu dan pak Stef dalam memberikan jawaban tentang Katolik kepada umat agama lain. Katolisitas mampu memberikan jawaban yang sangat jelas dan dengan cara yang sangat santun dalam menjawab berbagai pertanyaan, yang sering kali disampaikan sangat jauh dari kesantunan.

    Dengan demikian Ibu dan Bapak telah memberikan bukti nyata, bagaimana seseorang yang telah mengenal Tuhan bersikap, tetap santun dan lembut, namun jelas dan tegas.

    Sekali lagi saya haturkan terima kasih dan salam damai selalu untuk Bapak dan Ibu.

  13. salam…….@admin
    1. Bahwa Yesus tidak mencontohkan pada masa hidupnya tentang tanda salib. Bahkan pasca “kebangkitan”nya belum ada tanda salib yang dia contohkan. Yah, karena memang Yesus tidak mati disalib. Silahkan BACA DISINI

    2. Para pengarang Kitab Suci tidak dapat membuat distorsi atas Wahyu Allah yang ditulisnya. Itulah sebabnya, walaupun ditulis oleh orang yang berbeda- beda, pada waktu dan tempat yang berbeda juga, namun dapat menyampaikan inti pengajaran yang sama. Fakta ini malah menjadi bukti nyata bagi keotentikan Kitab- kitab tersebut,,,,,
    Jadi adakah termasuk LUPA pada LUKAS.Bagian tesebut = bagi saya adalah bukti tidak otentik=.

    3. Sebab kedudukan Kitab Suci tidak lebih tinggi dari Gereja. Gereja (jemaat) adalah Tubuh Kristus, dan Kristus adalah Kepalanya
    Gereja adalah rumah ibadah.
    Kristus adalah imam/pemimpin.
    Keduanya berjalan dengan tuntunan KITAB SUCI. Karena Kitab Suci adalah dari Tuhan baik dari sisi mana saja.
    Kitab Suci = Gereja dan Kristus maka jika ada perbedaan pendapat dalam suatu perkara, mana yang akan digunakan?
    1.Gereja
    2.Kitab Suci
    3.Gereja yang menafsirkan KS
    4.KS berdasarkan tafsir Gereja?
    5.Berpikir dalam kerangka KS?
    Seperti kasus perceraian. Musa membolehkan, Yesus melarang. Jika saya berselingkuh, maka hukum KS/Gereja mana yang berlaku?
    salam

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.