1. Roh Kudus: Pribadi Allah yang nyata sekaligus misterius
Mungkin banyak umat Katolik dapat menjelaskan dengan baik tentang dua Pribadi dalam Trinitas, yaitu Allah Bapa dan Allah Putera. Namun, tentang Allah Roh Kudus, ada banyak orang yang mungkin mengalami kesulitan untuk menjelaskannya. Roh Kudus sering hanya dihubungkan dengan kelompok-kelompok tertentu saja, seperti kelompok karismatik, karena di kelompok ini manifestasi Roh Kudus dianggap lebih nyata terjadi. Sementara sejumlah umat yang lain sering memandang Roh Kudus sebagai Pribadi yang misterius dan tidak dapat dimengerti. Namun, sebenarnya semua umat beriman yang telah dibaptis telah mempunyai Roh Kudus dan ketujuh karunia Roh Kudus. Yang menjadi masalah adalah, apakah karunia Roh Kudus ini disadari dan mewarnai kehidupan umat beriman, sehingga dapat dikatakan bahwa Roh Kudus sungguh nyata di dalam kehidupan mereka.
Dalam menyambut Pentakosta, yaitu perayaan turunnya Roh Kudus atas para rasul, mari bersama merenungkan ke- tujuh karunia Roh Kudus, seperti yang disebutkan dalam Yesaya 11:2-3 ” (1) kebijaksanaan (2) pengertian, (3) nasihat (4) keperkasaan, (5) kesalehan, yaitu kesenangannya adalah takut akan Tuhan/ piety, (6) pengenalan akan Tuhan, (7) takut akan Tuhan”. Harapannya adalah, agar dengan merenungkan bahwa karunia Roh Kudus ini telah diberikan kepada kita pada saat Pembaptisan dan dikuatkan dalam Krisma, kita dapat bekerja sama dengan ketujuh karunia Roh Kudus ini, agar membawa buah-buahnya dalam kehidupan kita.
2. Hubungan antara kebajikan ilahi, kebajikan pokok dan karunia Roh Kudus
Untuk lebih memahami tentang karunia Roh Kudus, maka kita perlu melihatnya dalam hubungannya dengan kebajikan ilahi maupun dalam hubungannya dengan kebajikan pokok. Kebajikan pokok adalah kebajikan manusia, yang merupakan pokok kehidupan moral, yang terdiri dari: kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan penguasaan diri. Kebijaksanaan membuat seseorang memahami tentang kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya (KGK, 1835); keadilan memberikan apa yang menjadi hak Allah dan sesama (KGK, 1836); keberanian, mengejar kebaikan dengan teguh dan tidak takut menghadapi kesulitan (KGK, 1837); penguasaan diri dapat mengekang kenikmatan jasmani dan melakukannnya dalam batas-batas kewajaran (KGK, 1838). Untuk mencapai kesempurnaan dalam kebajikan ini, diperlukan latihan dan kerja keras. Namun, latihan dan kerja keras ini menjadi lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih sempurna, kalau kita membiarkan Tuhan mengubah kita, baik melalui kebajikan ilahi maupun melalui karunia-karunia Roh Kudus.
Kebajikan-kebajikan manusia di atas berakar dalam kebajikan ilahi. Kebajikan ilahi, terdiri dari iman, pengharapan dan kasih. Kebajikan ilahi memungkinkan seseorang untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi (lih. 2 Ptr 1:4), karena Allah menjadi asal, sebab, dan tujuan (lih. KGK, 1812). Ini adalah cara yang dilakukan Allah untuk ‘membekali’ manusia agar manusia dapat mencapai tujuan akhir, Sorga, yang melebihi kodrat manusia. Iman memberikan penerangan kepada akal budi kita dengan kebenaran ilahi; pengharapan mengarahkan keinginan kita untuk mencapai tujuan akhir; kasih mempersatukan keinginan kita dengan Tuhan, yang menjadi tujuan akhir dan sasaran. ((lih. ST, I-II, q.62, a.3))
Dengan kata lain, kebajikan ilahi memungkinkan kita untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah yang tidak mungkin dicapai oleh kebajikan moral. Kebajikan moral dapat mengarahkan seseorang untuk membentuk masyarakat yang baik, namun tidak dapat membuat seseorang mengambil bagian dalam kehidupan Allah, karena kehidupan Allah adalah di luar kodrat manusia. Dengan kebajikan ilahi, Tuhan sendiri menanamkan iman, pengharapan dan kasih dalam diri manusia, sehingga manusia dapat mencapai Sorga. Dengan perkataan lain, kebajikan moral mempunyai materai manusia, namun kebajikan ilahi mempunyai materai Allah sendiri.
Namun demikian, ada begitu banyak hal terjadi di dalam kehidupan kita, baik penderitaan, pencobaan dan berbagai macam kemewahan dunia ini yang dapat menjauhkan kita dari tujuan akhir, yaitu Sorga. Ditambah lagi dengan kelemahan-kelemahan kita karena dosa asal. Oleh karena itu, walaupun Tuhan telah memberikan kebajikan ilahi serta rahmat pengudusan, yang menjadi modal utama dan syarat utama untuk mencapai keselamatan, manusia memerlukan Penolong lain, yaitu Roh Kudus, sehingga manusia dapat bertahan dalam kehidupan ini untuk mencapai Sorga. ((lih. ST, I-II, q.68. a.2.)) Maka Roh Kudus diperlukan oleh kita manusia, bukan hanya untuk bertahan, namun untuk selanjutnya membawa kita mencapai kesempurnaan kehidupan kristiani. Inilah yang dijanjikan oleh Kristus, ketika Ia mengatakan akan mengutus Roh Kudus, yang akan terus menyertai seluruh umat beriman (lih. Yoh 14:16). Kristus memberikan Roh Kudus, yaitu Roh-Nya sendiri yang akan tinggal di tengah- tengah kita semua yang percaya kepada-Nya. Roh Kudus yang tinggal di dalam hati manusia mewarnai dan mengubah jiwa manusia menjadi semakin bertumbuh dalam kekudusan, sehingga menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus.
Roh Kudus memberikan inspirasi kepada umat manusia lewat karunia-karunia Roh Kudus. Nabi Yesaya telah menulis tentang ketujuh karunia Roh Kudus tersebut. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Ketujuh karunia Roh Kudus yang diberi kepada orang Kristen adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada Allah.” (KGK, 1845). Mengapa umat Allah memerlukan tujuh karunia Roh Kudus? Jawabannya sederhana, yaitu karena karunia Roh Kudus ini diperlukan supaya kita dapat mencapai tujuan akhir kita, yaitu Sorga. ((ibid)) Karena Sorga yang ilahi itu berada di luar kodrat manusia, maka kita memerlukan bantuan ilahi, yaitu Roh Kudus, untuk mencapai tujuan akhir ini. Sama seperti bayi tidak bisa pergi ke suatu tempat tanpa bantuan orang tuanya, maka kita tidak dapat mencapai Sorga tanpa bantuan dari Allah sendiri, yaitu Roh Kudus.
St. Thomas Aquinas menjelaskan lebih lanjut bahwa akal budi dan tentu saja kebajikan ilahi (iman, pengarapan dan kasih) diperlukan untuk mencapai tujuan akhir. Namun, karunia Roh Kudus inilah yang membuat jiwa kita siap mengikuti gerakan rahmat Allah. ((lih. ST, I-II, q.68. a.1.)) Dapat diibaratkan bahwa karunia Roh Kudus merupakan layar dari sebuah kapal, yang memungkinkan kapal bergerak di laut lepas menuju tujuan akhir tanpa adanya usaha yang begitu besar dari awak kapal. Dengan layar yang berkembang secara bebas, maka kapal tersebut dapat mencapai tujuan akhir dengan selamat.
Jika dikatakan bahwa kebajikan moral mempunyai materai manusia, maka dapat pula dikatakan bahwa karunia-karunia Roh Kudus mempunyai materai Allah. Rahmat pengudusan dan kebajikan ilahi memberikan gambaran akan Kristus. Ibaratnya, kebajikan moral adalah seumpama kuas di tangan manusia. Manusia dengan tangannya sendiri dapat menorehkan garis atau coretan untuk membentuk lukisan, namun tidaklah terlalu sempurna. Namun dengan karunia Roh Kudus, coretan tersebut menjadi sempurna. Sebab di sini kebajikan moral yang diumpamakan sebagai kuas, ada di tangan Allah, dengan karunia Roh Kudus-Nya, sehingga kuas itu dapat menorehkan garis atau coretan untuk melukiskan gambar Yesus dengan sempurna. Inilah sebabnya, karunia Roh Kudus diperlukan oleh umat beriman dalam mencapai kesempurnaan kehidupan Kristiani.
3. Tentang karunia Roh Kudus secara umum
Seperti yang telah disebutkan dalam Kitab Yesaya 11:2-3, tujuh karunia Roh Kudus adalah kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, rasa takut akan Allah, dan kesalehan -yaitu yang kesukaannya adalah takut akan Allah (lih. Yes 11:2-3). Empat dari karunia ini adalah karunia yang menyempurnakan akal budi, yaitu: kebijaksanaan, pengertian, nasihat dan pengenalan akan Allah. Pengertian memberikan kedalaman pemahaman akan kebenaran Allah dan ketiga hal lainnya memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Karunia kebijaksanaan membantu kita menimbang hal-hal yang berkaitan dengan Allah; pengenalan akan Allah membantu kita menimbang ataupun menilai hal- hal sehubungan dengan ciptaan; nasihat mengarahkan tindakan kita. Sedangkan tiga dari karunia ini adalah karunia yang menopang keinginan (will) dan indera (senses) kita untuk menginginkan segala yang baik. Kesempurnaan keinginan (will) ditopang dengan kesalehan, membimbing kita dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama. Sedangkan untuk menopang indera (senses), Roh Kudus memberikan keperkasaan dan rasa takut akan Tuhan. Keperkasaan memberikan kekuatan sehingga kita tidak menghindar dari kesulitan untuk mencapai kesempurnaan rohani; sedangkan rasa takut akan Tuhan memampukan indera kita untuk mengusahakan hubungan yang seharusnya antara Tuhan Sang Pencipta dan kita ciptaan-Nya, serta membatasi keinginan kita akan hal-hal yang bersifat duniawi.
Di antara semua karunia Roh Kudus, karunia yang tertinggi adalah kebijaksanaan. Kalau kita melihat tingkatannya, maka urutan karunia dari yang paling tinggi sampai yang paling mendasar adalah: kebijaksanaan, pengertian, pengenalan, nasihat, kesalehan, keperkasaan dan takut akan Tuhan. Sekarang, marilah kita lihat karunia-karunia ini satu persatu, mulai dari yang paling mendasar.
4. Tentang tujuh karunia Roh Kudus
a. Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord)
Ada ketakutan yang baik dan ada ketakutan yang tidak baik. Ketakutan yang bersumber pada keduniaan atau penderitaan fisik di atas segalanya tidaklah baik. ((St. Teresa Avilla, The Way of Perfection, 40,1)) Ketakutan seperti ini adalah ketakutan kehilangan kenyamanan fisik dan kenikmatan dunia melebihi ketakutan akan kehilangan iman. Jika seseorang menganggap iman dan Gereja sebagai penghalang baginya, ia siap meninggalkan iman maupun Gereja supaya kenyamanan akan hal-hal duniawi dapat dipertahankan olehnya. Ketakutan seperti ini bukanlah ketakutan yang baik, sebab bahkan dapat membawanya kepada penderitaan abadi di neraka, sebab ia rela meninggalkan iman akan Kristus yang sudah diketahuinya dapat membawanya kepada kehidupan kekal. Namun demikian, ada ketakutan yang baik, yaitu takut akan Tuhan (fear of the Lord). St. Teresa mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan kasih. Takut akan Tuhan adalah takut akan penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan untuk selamanya di neraka. Ketakutan seperti ini disebut “servile fear“. Ketakutan pada tahap ini membantu seseorang untuk membawanya kepada pertobatan awal. Namun, bukankah Rasul Yohanes mengatakan bahwa dalam kasih tidak ada ketakutan? (lih. 1Yoh 4:18) Ya, dengan bertumbuhnya iman, maka takut akan penghukuman Tuhan akan berubah menjadi takut menyedihkan hati Tuhan, yang didasarkan atas kasih. Inilah yang disebut takut karena kasih (filial fear), seperti anak yang takut menyedihkan hati bapanya.
Karunia Roh Kudus ini menyadarkan bahwa satu-satunya yang memisahkan seseorang dari Tuhan adalah dosa. Oleh karena itu, manifestasi dari karunia ini adalah kesedihan karena dosa, yang diikuti dengan kebencian akan dosa. Orang yang membenci dosa tidak hanya menghindari dosa berat, namun juga ia tidak mau melakukan dosa ringan. Ia akan lari dari peluang dan kondisi yang dapat membuat dia berbuat dosa. Ia akan sadar bahwa meskipun ia sudah berusaha menghindari dosa, ia kerap tetap jatuh di dalam dosa, termasuk dosa ringan. Dengan demikian, ia menjadi sadar akan dirinya yang tidak berarti apa-apa, dan pada saat yang bersamaan ia sadar bahwa Tuhan adalah segalanya. Sikap seperti inilah yang menuntunnya kepada kerendahan hati. Jika kita belajar dari kesalahan kita bahwa yang sering memisahkan diri kita dari Tuhan adalah godaan duniawi, maka kita belajar untuk membatasi diri dari kenikmatan duniawi. Inilah yang disebut sebagai kebajikan penguasaan diri (temperance). Marilah kita menilik ke dalam hati kita, sudahkah kita memiliki rasa takut akan Tuhan: sudahkah kita membenci dosa, dan berusaha untuk menjauhinya.
b. Karunia keperkasaan (fortitude)
Kebajikan keperkasaan adalah keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan tersebut. Karunia keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada kekuatan Tuhan. Dengan kebajikan keperkasaan, kita dapat berkata seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13). Juga, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom 8:31) Melalui karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin, percaya dan bersandar kepada kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan, dan agar tidak ada orang yang bermegah di hadapan-Nya (lih. 1Kor 1:27-29).
Orang yang dipenuhi dengan karunia keperkasaan bukannya tidak pernah merasa takut, namun mereka dapat mengatasi ketakutannya karena mereka percaya pada Allah yang dapat melakukan segalanya. Bunda Teresa yang berani melaksanakan kehendak Allah untuk melayani orang-orang yang miskin di tengah-tengah pelayanannya sebagai biarawati yang menjadi guru, adalah contoh bagaimana karunia keperkasaan menjadi nyata. Dan dalam derajat yang sempurna, karunia Roh Kudus ini dinyatakan oleh para martir. Sekilas mungkin saja kita berpikir, “tetapi aku tidak mempunyai tingkat keberanian seperti para martir dan pan para orang kudus itu…”. Tetapi, benarkah bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mempunyai kesempatan untuk menerapkan karunia keperkasaan ini?
Dalam keseharian kita, kita juga dituntut untuk mati terhadap keinginan diri sendiri, dan berjuang dalam kekudusan. Dan orang yang secara sadar berjuang dalam kekudusan akan merasakan bahwa ini adalah tantangan yang sungguh berat. Keinginan dan perjuangan untuk hidup dalam kekudusan adalah karunia Roh Kudus. Roh Kudus memberikan kekuatan sehingga dapat memberikan keberanian untuk terus melakukan karya kerasulan walaupun ada banyak kekurangan, keberanian untuk menanggung sakit penyakit dan penderitaan, keberanian untuk mengutamakan orang lain dibandingkan diri sendiri, ataupun keberanian untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan pandangan relativisme dan keacuhan terhadap hal- hal rohani. Karunia keperkasaan diperoleh dengan kerendahan hati, yaitu dengan bertekun dalam doa dan sakramen. Sakramen Penguatan memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi tentara Kristus; Sakramen Ekaristi memberikan makanan spiritual yang akan menguatkan kita dalam perjuangan rohani; Sakramen Tobat memberikan kekuatan pada kita untuk melawan godaan; Sakramen Perminyakan memberikan kekuatan kepada kita dalam perlawanan terakhir.
c. Karunia kesalehan (piety)
Karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang membentuk hubungan kita dengan Allah seperti hubungan seorang anak dengan bapanya; dan pada saat yang bersamaan, membentuk hubungan persaudaraan yang baik dengan sesama. Karunia ini menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu keadilan kepada Allah – yang diwujudkan dengan agama – dan keadilan kepada sesama. Karunia kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak percaya kepada bapanya. Hal ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah, sehingga kita dapat berseru “Abba, Bapa!” (lih. Rom 8:15). Dengan hubungan kasih seperti ini, seseorang dapat mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Dalam doa, orang ini menaruh kepercayaan yang besar kepada Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik, sama seperti seorang bapa akan memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. St. Theresia Kanak-kanak Yesus mempunyai karunia ini secara nyata, karena dia menempatkan dirinya sebagai seorang anak yang mau melakukan apa saja untuk Bapa-nya. Ia mengumpamakan kehidupan rohaninya sebagai seseorang yang naik dengan lift menuju Tuhan, yaitu dengan tangan Tuhan sendiri yang menopangnya dan mengangkatnya. Kuncinya sederhana: melakukan hal-hal yang kecil dan sederhana, dengan kasih yang besar kepada Allah.
Orang-orang yang menerima karunia kesalehan akan memberikan penghormatan kepada Bunda Maria, para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua itu berkaitan dengan Allah. Juga, orang-orang yang diberi karunia ini, juga akan membaca Kitab Suci dengan penuh hormat dan kasih, karena Kitab Suci merupakan surat cinta dari Allah kepada manusia. Dalam hubungannya dengan sesama, karunia kesalehan dapat menempatkan sesama sebagai saudara/i di dalam Kristus, karena Allah mengasihi seluruh umat manusia dan menginginkan agar mereka juga mendapatkan keselamatan. Mereka yang saleh ini akan menjadi lebih bermurah hati kepada sesama. Dan dalam derajat yang lebih tinggi, mereka bersedia memberikan dirinya demi kebaikan bersama.
d. Karunia nasihat (Counsel)
Mazmur 32:8 mengatakan, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.” Allah menunjukkan jalan kepada kita melalui karunia Roh Kudus-Nya, yaitu karunia nasihat. Karunia adi kodrati ini adalah karunia yang memberikan petunjuk jalan mana yang harus ditempuh untuk dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia nasihat menerangi kebajikan kebijaksanaan (prudence), agar kita dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan tertentu. Dengan demikian, karunia nasihat senantiasa menerangi jalan orang- orang yang dengan sungguh- sungguh mendengarkan Roh Kudus.
Yang terpenting sehubungan dengan karunia nasihat adalah kesediaan dan kerjasama kita dalam melaksanakan dorongan Roh Kudus. Kita tidak boleh menempatkan penghalang sehingga Roh Kudus tidak dapat bekerja secara bebas. Penghalang karunia Roh Kudus ini dapat berasal dari diri kita sendiri, seperti keterikatan pada pertimbangan kita sendiri, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan juga kurangnya kerendahan hati. Kita perlu belajar dari teladan Bunda Maria yang memiliki kesediaan penuh untuk bekerjasama mewujudkan karya Allah dalam hidupnya, dengan mengatakan, “Terjadilah padaku, Tuhan, menurut perkataan-Mu” (lih. Luk 1:38).
Dengan terus membiarkan Roh Kudus memimpin jalan kita secara bebas, kita terus dimurnikan oleh Roh Kudus, sehingga lama kelamaan, kita mempunyai intuisi akan jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. Karunia ini diperlukan bagi orang-orang yang memberikan bimbingan rohani, sehingga mereka dapat memberikan petunjuk sesuai dengan apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka.
e. Karunia pengenalan (knowledge)
Karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan Sang Pencipta. Kebijaksanaan 13:1-3 menggambarkan karunia ini dengan indahnya: “Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya. Sebaliknya, mereka mengganggap sebagai allah yang menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang yang ada di langit. Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya.” Dengan kata lain, karunia pengenalan akan Allah memberikan kepada kita, pengertian akan makna dari ciptaan dengan mengacu kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan.
Dengan karunia pengenalan akan Allah, seseorang dapat memberikan makna akan hal-hal sederhana yang dilakukannya setiap hari, dengan mengangkatnya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu sebagai jalan pengudusannya. Artinya, semua pekerjaan, jika dilakukan dengan jujur, bersungguh-sungguh dan dengan motivasi untuk mengasihi Allah, dapat menjadi cara bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal di dunia ini dapat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah menghargai tiap-tiap ciptaan-Nya itu.
f. Karunia pengertian (understanding)
Karunia pengertian adalah adalah karunia yang memungkinkan seseorang untuk mengerti kedalaman misteri iman. Karunia pengertian adalah seumpama sinar yang menerangi akal budi kita, sehingga kita dapat mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang harus kita percayai. Raja Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh pengharapan ia berkata, “Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.” (Mzm 119:34) Karunia pengertian memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat, pertumbuhan dalam sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita, yaitu Surga.
Karunia pengertian ini memberikan gambaran yang jelas akan tujuan akhir kita yaitu Surga. Dengan karunia ini, kita dapat terdorong untuk mengarahkan seluruh hidup kita ke Surga. Kita akan mengusahakan segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita agar selaras dengan kehendak dan perintah Tuhan. Kita akan terdorong untuk terus mencari dan memahami apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup kita dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk melaksanakannya.
g. Karunia kebijaksanaan (wisdom)
Karunia kebijaksanaan adalah karunia yang memungkinkan manusia untuk mengalami pengetahuan akan Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Karunia kebijaksanaan ini berhubungan erat dengan kasih. Karunia ini bukan hanya merupakan pengetahuan belaka, namun merupakan satu pengalaman ilahi yang diperoleh melalui kasih. Roh Kudus mengisi jiwa orang- orang yang sederhana dan penuh kasih dengan karunia ini, sehingga seolah-olah mereka memakai kacamata ilahi dalam melihat segalanya. Seseorang dapat menjelaskan tentang rasa buah durian dengan berbagai macam kata dan susunan kalimat. Namun, tidak ada yang dapat menjelaskan dengan baik rasa buah durian selain dengan mencobanya sendiri. Atau sama seperti seorang ibu yang mengenal anaknya bukan dari buku, namun dari kasihnya kepada anaknya. Demikian juga, karunia ini akan menjadi semakin nyata dalam kehidupan seseorang, sesuai dengan besarnya kasih yang dinyatakan olehnya, kepada Tuhan. Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa adalah lebih baik bagi kita untuk hanya mengenal sesuatu (ciptaan) yang lebih rendah dari kita daripada mencintainya, tapi adalah lebih baik bagi kita untuk mencintai sesuatu yang lebih tinggi dari kita daripada hanya mengenalnya ((lih. ST, I, q.82, a.3)). Karena Tuhan lebih tinggi secara tak terbatas daripada diri kita, maka adalah lebih baik kita untuk memperoleh pengetahuan akan Tuhan dengan cara mengasihi-Nya secara tak terbatas. Dengan demikian, seseorang dapat mengalami kemanisan akan Tuhan ((lih. ST, I-II, q.113, a.5)).
Karena karunia kebijaksanaan memungkinkan seseorang melihat segala sesuatunya dari kacamata Tuhan, maka orang ini dapat menimbang segala sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupannya dengan baik tanpa adanya kepahitan, dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. Karunia ini memungkinkan seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia ini membuat seseorang dapat mencerminkan Kristus, seperti yang dituliskan oleh Rasul Paulus, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (1Kor 3:8)
5. Mempersiapkan diri menjelang Pentakosta
Ketujuh karunia Roh Kudus yang telah kita terima dalam baptisan adalah karunia-karunia yang begitu penting dalam kehidupan kita untuk mengemban misi yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, yang mengantar kita kepada keselamatan. Oleh karena itu, di hari-hari menjelang Pentakosta kita berdoa dan semakin memberikan kesempatan kepada Roh Kudus yang telah ada di dalam hati kita untuk berkarya secara bebas, sehingga karunia-Nya akan semakin nyata dalam kehidupan kita.
Semoga seluruh akal budi, keinginan dan perasaan kita dikuasai dengan karunia Roh Kudus: kebijaksanaan, pengertian, pengenalan, nasihat yang menyempurnakan akal budi; kesalehan yang menyempurnakan keinginan/ kehendak; dan keperkasaan dan takut akan Tuhan yang menyempurnakan indera. Dengan demikian, kita dapat menuju kepada kesempurnaan hidup Kristiani, yang dengan bebas menyediakan keseluruhan diri kita untuk mengemban misi yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Untuk itu, mari kita memohon kepada Tuhan agar memberikan kepada kita kerendahan hati, dan agar kita dapat terus bertumbuh dalam kasih, sehingga kita semakin dapat menanggapi inspirasi Roh Kudus yang terjadi dalam kehidupan kita. Semoga kita semua mengalami Pentakosta yang baru.
“Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu, dan nyalakanlah di dalamnya Api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu, maka semua akan dijadikan baru….”
Doa Mohon Tujuh Karunia Roh Kudus (Puji Syukur, no.93)
Datanglah, ya Roh Hikmat, turunlah atas diri kami, ajarlah kami menjadi orang bijak, terutama agar kami dapat menghargai, mencintai, dan mengutamakan cita-cita surgawi. Semoga kami Kau lepaskan dari belenggu dosa dunia ini.
Datanglah, ya Roh Pengertian, turunlah atas diri kami. Terangilah budi kami, agar dapat memahami ajaran Yesus, Sang Putra, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.
Datanglah, ya Roh Nasihat, dampingilah kami dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak ini. Semoga kami melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat.
Datanglah, ya Roh Keperkasaan, kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini, agar tabah menghadapi segala kesulitan dan derita. Semoga kami Kau kuatkan dengan memegang tangan-Mu yang senantiasa menuntun kami.
Datanglah, ya Roh Pengenalan akan Allah. Ajarlah kami mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini sifatnya sementara saja. Bimbinglah kami agar dapat menggunakan hal-hal duniawi untuk kemulian-Mu.
Datanglah, ya Roh Kesalehan, bimbinglah kami untuk terus berbakti kepada-Mu. Ajarlah kami untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih atas segala kebaikan-Mu dan berani menjadi teladan kesalehan bagi orang-orang di sekitar kami.
Datanglah, ya Roh Takut akan Allah, ajarlah kami untuk takut dan tunduk kepada-Mu dimana pun kami berada. Tegakkanlah kami agar selalu berusaha melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Mu. Amin.
Kepada Tim katolisitas.org
saya ingin menanyakan,
1. Apakah leluhur kita yang dapat komunikasi dan masih bisa berkoneksi dengan kita bisa disebut roh kudus?
2. Selanjutnya mereka berkomunikasi dengan kita membahas dan memberikan kita penjelasan tentang ke tujuh karunia roh kudus tersebut, dan membantu kita dikehidupan sehari-hari dan juga mengingatkan akan Tuhan ?
mohon tanggapannya by email
Salam Valtinapit,
Konteks pertanyaan Anda tidak saya tangkap dengan baik. Namun sementara ini jawaban saya sebagai berikut:
1. Tidak. Roh Kudus ialah pribadi dan daya kekuatan Ilahi sendiri, bukan roh manusia.
2. Dalam beberapa kali penampakannya, Bunda Maria dan santo santa memberikan penerangan akan suatu hal. Namun roh mereka tetaplah roh orang kudus, bukan Roh Kudus.
Salam
Rm Yohanes Dwi Harsanto Pr
Makasih romo, pertanyaan saya selanjutnya apakah tanggapan romo mengenai roh orang kudus?
apakah mereka memang ada?
bagaimana bisa menjadi dikatakan roh orang kudus?
mengapa dikatakan roh orang kudus?
Salam Valtinapit,
Bedakanlah antara Roh Kudus dan roh orang. Roh Kudus ialah pribadi ketiga dari Allah Tritunggal Mahakudus. Roh orang atau jiwa orang ialah ciptaan Allah. Anda punya badan dan roh sebagai kesatuan. Badan anda bisa mati membusuk dan hancur, namun roh Anda tidak bisa mati.
Anda sudah dibaptis? Jika sudah, maka Anda masuk dalam persekutuan para kudus atau berproses menjadi kudus sepenuhnya. Anda ialah orang kudus. Roh anda pun sudah harus berproses makin kudus menuju kesempurnaan kekudusan. Namun, ada banyak orang Katolik yang secara formal dinyatakan kudus oleh Gereja Katolik. Misalnya, Santo Yosef, St. Yohanes Paulus II, dan banyak lagi. Roh mereka jelas-jelas kudus. Namun roh mereka tetaplah roh manusia, roh orang. Beda dari Roh Kudus yang adalah Allah sendiri. Roh mereka bisa berkontak secara rohani dengan roh kita, dalam doa. Namun, mereka bukanlah Allah Roh Kudus. Mereka tetap manusia dalam keadaan roh. Hanya Bunda Maria, jiwa/roh dan badannya sudah mulia di surga. Namun, para kudus lainnya dan kita, jika badan kita mati, maka badan kita membusuk.
Kelak pada saat Yesus Kristus datang kembali, badan kita yang hancur akan dibangkitkan dan disatukan kembali bersama roh kita, dalam keadaan kemuliaan sempurna surgawi, menjadi badan dan roh yang mulia abadi.
Jadi, yang saya maksud “roh orang kudus” ialah roh dari manusia yang sudah pernah dibaptis dan hidup suci sepanjang hidupnya di dunia.
Salam
Rm Y. Dwi Harsanto Pr
parah. Neraka lagi. Anda tak mengerti semangat INJIL. Lagi Karunia “Pengenalan Akan Tuhan” yg anda terangkan adalah salah. Kalau orang megenal Tuhan mulai dari Iman. dalam Hidup adalah megenali Kehendak Tuhan dan Pribadi Tuhan. dalam hal ini Juga megenali Roh Tuhan adalah hasil dari pegenalan-nya terhadap kehendak dan Pribadi Tuhan. sama seperti anda mengenal teman atau orang2 di sekitar anda. “Pengertian Akan Tuhan” juga salah. Pegertian di sini lebih mengerti segala sesuatu yang Tuhan lakukan kepada Kita di dalam hidup. seperti dorongan tiba2 melakukan sesuatu. mungkin anda tak mengenali hal itu adalah kehendak tuhan. tapi lambat laun mungkin anda sadar bahwa ternyata dorongan itu berasal dari Tuhan. Jadi Pengertian akan Tuhan membawa ke Pengenalan Akan Tuhan. sedang Kebijaksanaan adalah buah dari Pengertiaan dan Pengenalan akan Tuhan. Jadi Pengenalan akan Tuhan (YESUS) lebih berhaga dari semua karunia roh termasuk Kebijaksanaan. coba lihat Salomo yang tak mengenal Tuhan, ia menjadi pendosa bukan?
[dari katolisitas: Apakah Anda telah membaca artikel di atas dengan sungguh-sungguh? Silakan memberikan definisi dari pengenalan dan pengertian dan silakan memberikan dasar dari Kitab Suci.]
Baca surat Santo Petrus…> pengenalan akan tuhan. Dan Santo Paulus “Semua adalah sampah karena pengenalanku akan Kristus”(kurang lebih)
Shalom Budi,
Seseorang yang sungguh mengenal Tuhan, tidak akan mempertentangkan Tuhan Yesus dengan ketujuh Karunia Roh Kudus, ataupun menilai dari ketujuh karunia itu, karunia mana yang terpenting dan yang lain sebagai tidak/ kurang penting. Ketujuh karunia Roh Kudus itu tak terpisahkan, dan terkait satu sama lain. Penjelasan tentang ketujuh karunia Roh Kudus di atas, adalah ajaran dari St. Thomas Aquinas, dan bukan dari pandangan kami pribadi.
Karunia pengenalan akan Allah tidak terpisah dari karunia kebijaksanaan dan juga dari karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord). Sebab dalam Perjanjian Lama, Kristus digambarkan sebagai Kebijaksanaan Allah. Kristus adalah Sabda Allah yang pada mulanya ada bersama-sama dengan Allah dan Sang Sabda itu adalah Allah (Yoh 1:1). Maka karunia pengenalan akan Allah (termasuk Kebijaksanaan-Nya) akan membawa kita kepada kebijaksanaan. Namun pengenalan ataupun pengetahuan akan Allah ini, dimulai dari rasa takut akan Allah. Sebab dikatakan, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan…. ” (Ams 1:7). Demikianlah, maka karunia-karunia itu berkaitan satu sama lain.
Nah, bahwa Salomo yang telah mengenal Tuhan dan dikaruniai kebijaksanaan namun tetap jatuh dalam dosa, itu disebabkan karena dalam menjalani kehidupan, orang tetap dapat mempergunakan kehendak bebasnya. Ia tetap mempunyai pilihan, akankah ia mau mempertahankan rahmat karunia Tuhan yang diberikan kepadanya atau tidak. Kalau kita tidak bekerjasama dengan rahmat Tuhan dan membiarkan diri jatuh dalam dosa, maka kita akan menerima konsekuensinya. Sebagaimana Raja Salomo, iapun menerima konsekuensinya; Allah mengoyakkan kerajaannya dan memberikannya kepada hambanya (lih. 1Raj 11:11-12). Maka yang salah pada Raja Salomo, bukan karena karunia kebijaksanaan yang ada padanya, atau karena karunia kebijaksanaan nilainya lebih rendah daripada karunia pengenalan akan Allah, tetapi bahwa Salomo memilih untuk tidak bekerjasama dengan rahmat Tuhan itu.
Dengan memahami bahwa ketujuh karunia Roh Kudus itu tidak dapat dipisahkan dengan Kristus, karena Roh Kudus itu adalah Roh Kristus, maka kita tidak dapat mempertentangkan karunia ‘pengenalan akan Allah’ dengan karunia- karunia Roh Kudus yang lain, dan menganggap bahwa karunia-karunia yang lain itu adalah sampah.
Flp 3:8 mengatakan, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus… ” Maksudnya ‘segala sesuatu kuanggap rugi’ adalah bahwa segala sesuatu yang bukan Kristus, sebab nilainya tidak dapat dibandingkan dengan Kristus. Namun segala sesuatu yang ada pada Kristus (yaitu ketujuh karunia Roh Kudus-Nya), tidak terpisahkan dari Kristus. Maka tak satupun dari karunia ini dapat dianggap kurang penting, apalagi dianggap sampah. Namanya saja ‘karunia’, maka itu adalah pemberian Allah yang berharga.
Semoga kita semua dapat menghargai dan mempertahankan rahmat karunia itu, yang dapat menghantarkan kita kepada Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Tim Katolisitas,
Saya ingin bertanya tentang roh kudus, apakah perbedaan roh kudus yang kita terima pada saat dibaptis dengan roh kudus pada saat kita menerima sakramen krisma?
Terima kasih, Tuhan memberkati
[Dari Katolisitas: Roh Kudus itu satu dan sama. Roh Kudus yang kita terima pada saat Pembaptisan adalah Roh Kudus yang sama yang dicurahkan kembali pada saat Sakramen Krisma/ Penguatan. Pada saat Pembaptisan kita menerima Roh Kudus yang memberikan kepada kita hidup ilahi sehingga kita menjadi anak-anak angkat Allah di dalam Kristus- dan kita menerima ketujuh karunia Roh Kudus. Sedangkan di saat Krisma kita menerima Roh Kudus kembali -dan ketujuh karunia-Nya itu dikuatkan di dalam kita- agar kita mampu mengemban misi menjadi saksi Kristus]
Ada kalangan Saksi Yehova yang menyatakan Roh Kudus Bukan Allah karena tidak ada di Alkitab disebutkan bahwa Roh Kudus itu Allah. Hanya disebut Roh Allah atau Roh Yesus, tetapi bukan Allah. Mohon penjelasan. Terimakasih
[dari katolisitas: Ada artikel yang membahas tentang Roh Kudus di sini – silakan klik]
jauh…semua itu masih jauh dari saya. Perlu sering-sering baca tulisan pak Stefanus supaya gak lupa diri selama hidup. Terima-kasih, pak Stefanus.
[dari katolisitas: Kita semua berjuang dalam kekudusan dengan mengandalkan rahmat Tuhan. Biarlah Roh Kudus senantiasa memberikan kekuatan kepada kita semua dalam perjuangan ini]
Roh Kudus adalah spirit terdalam manusia, di mana Roh Kudus memberikan daya saat-saat manusia mengalami suka cita maupun duka cita yang mendalam, Roh Kudus adalah Jiwa Manusia
[dari katolisitas: Ada perbedaaan mendasar antara jiwa manusia dan Roh Kudus yang adalah Tuhan, walaupun Roh Kudus dapat memberikan inspirasi kepada manusia.]
ALL :
TUHAN YESUS SAJA PERLU PENUH DENGAN ROH KUDUS SELAMA DIA DI BUMI APALAGI KITA.
SO, SEMUA KITA TANPA TERKECUALI MUSTI PENUH DENGAN ROH KUDUS.
“Dunia tidak dapat menerima Dia sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu”.
CARANYA PENUH ROH KUDUS MUSTI LAHIR BARU DULU SEBAB semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah itulah roh.
kita manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
KALAU KITA MAU DIPENUHI DENGAN ROH KUDUS TERIMA YESUS SEBAGAI TUHAN DAN JURUSELAMAT SECARA PRIBADI DALAM HIDUP KITA. THEN, MOHON PADA TUHAN YESUS AGAR KITA DIPENUHI DENGAN ROH-NYA YANG KUDUS.
…
[dari katolisitas: Baptisan adalah pintu gerbang untuk menerima rahmat Allah, termasuk karunia Roh Kudus. Silakan membaca tentang Sakramen Baptis di sini – silakan klik]
..menyejukkan, trmksh …. :)
2. Kapan Roh Kudus itu ada?
Karena Roh Kudus itu sendiri adalah Roh Allah, maka Ia sudah ada sejak kekekalan, sejak awal mula dunia. Demikian dikatakan juga dalam Kitab Suci:
Yth katoliksitas
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” (Kej 1:1-2)
Kej 1:26 , Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”
kej 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
Yohanes 4:24
Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
————————–
Allah adalah ROH
Manusia diciptakan Tuhan menurut gambar dan Rupa Tuhan
adakah unsur roh dalam manusia ?
Shalom Kelly,
Tentu ada unsur roh dalam manusia, yaitu manusia mempunyai jiwa yang rohani; dan inilah yang membedakan manusia dengan tumbuhan dan hewan. Sebab tumbuhan dan hewan juga mempunyai jiwa, yaitu yang adalah prinsip utama kehidupan, sebab tanpa jiwa tak ada suatu mahluk dapat hidup (dapat makan, tumbuh, berkembangbiak, dst). Selanjutnya tentang perbedaan tumbuhan, hewan dan manusia, silakan klik di sini.
Namun bagi manusia, jiwa ini adalah bersifat rohani, sebagaimana disebutkan dalam Katekismus Gereja Katolik:
KGK 362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah.
Maka adanya perkataan ‘roh’ pada manusia bukan untuk diartikan bahwa ada tiga hal dalam diri manusia, yaitu tubuh, jiwa dan roh, namun kata ‘roh’ ini adalah untuk menunjukkan bahwa jiwa manusia bersifat rohani, dan dengan demikian jiwa manusia ini kelak dapat diangkat ke dalam persekutuan dengan Tuhan yang adalah Roh (Yoh 4:24). Tentang hal ini Katekismus mengajarkan:
KGK 363 Dalam Kitab Suci istilah jiwa sering berarti kehidupan manusia (Bdk. Mat 16:25-26; Yoh 15:13) atau seluruh pribadi manusia (Bdk. Kis 2:41). Tetapi ia berarti juga unsur terdalam pada manusia (Bdk. Mat 26:38; Yoh 12:27), yang paling bernilai padanya (Bdk. Mat 10:28; 2 Mak 6:30), yang paling mirip dengan citra Allah: “Jiwa” adalah prinsip hidup rohani dalam manusia.
KGK 364 Tubuh manusia mengambil bagian pada martabat keberadaan “menurut citra Allah”: ia adalah tubuh manusiawi karena ia dijiwai oleh jiwa rohani. Pribadi manusiawi secara menyeluruh sudah ditentukan menjadi kenisah Roh dalam Tubuh Kristus (Bdk. 1 Kor 6:19-20; 15:44-45).”Manusia, yang satu jiwa maupun raganya, melalui kondisi badaniahnya sendiri menghimpun unsur-unsur dunia jasmani dalam dirinya, sehingga melalui dia unsur-unsur itu mencapai tarafnya tertinggi, dan melambungkan suaranya untuk dengan bebas memuliakan Sang Pencipta. Oleh karena itu manusia tidak boleh meremehkan hidup jasmaninya; tetapi sebaliknya, ia wajib memandang baik serta layak dihormati badannya sendiri, yang diciptakan oleh Allah dan harus dibangkitkan pada hari terakhir” (GS 14, 1).
KGK 365 Kesatuan jiwa dan badan begitu mendalam, sehingga jiwa harus dipandang sebagai “bentuk” badan , artinya jiwa rohani menyebabkan, bahwa badan yang dibentuk dari materi menjadi badan manusiawi yang hidup. Dalam manusia, roh dan materi bukanlah dua kodrat yang bersatu, melainkan kesatuan mereka membentuk kodrat yang satu saja.
KGK 366 Gereja mengajarkan bahwa setiap jiwa rohani langsung diciptakan Allah (Bdk. Pius XII. Ens. “Humani generis” 1950: DS 3896; SPF 8) – ia tidak dihasilkan oleh orang-tua – dan bahwa ia tidak dapat mati (Bdk. Konsili Lateran V 1513: DS 1440) ia tidak binasa, apabila pada saat kematian ia berpisah dari badan, dan ia akan bersatu lagi dengan badan baru pada hari kebangkitan.
KGK 367 Kadang kata jiwa dibedakan dengan roh. Santo Paulus berdoa demikian: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus” (1 Tes 5:23). Gereja mengaiarkan bahwa perbedaan ini tidak membagi jiwa menjadi dua (Bdk. Konsili Konstantinopel IV, 870: DS 65). Dengan “roh” dimaksudkan bahwa manusia sejak penciptaannya diarahkan kepada tujuan adikodratinya (Bdk. Konsili Vatikan 1: DS 3005; GS 22,5) dan bahwa jiwanya dapat diangkat ke dalam persekutuan dengan Allah (Bdk. Pius XII, Ens. “Humani generis” 1950: DS 3891) karena rahmat.
Dengan ini, kita mengetahui bahwa Gereja Katolik mengajarkan bahwa manusia mempunyai tubuh dan jiwa yang bersifat rohani, dan kerohanian dalam jiwa inilah yang menjadikan manusia sebagai gambaran/ citra Allah. Perlu diketahui, bahwa gambaran atau citra itu tidak harus persis sama dengan yang digambarkannya. Artinya, manusia mempunyai kemiripan dengan Allah, tapi tidak akan menjadi sama persis dengan Allah, sebab ciptaan tidak mungkin menjadi sama dengan Sang Pencipta. Allah adalah Roh, yaitu Sosok rohani yang murni sempurna (tanpa terbatas oleh tubuh), namun tidak berarti bahwa manusia adalah mahluk rohani yang sedemikian, sebab manusia justru diciptakan sebagai mahluk rohani yang mempunyai tubuh, dan dengan tubuhnya sebagai laki-laki dan perempuan, manusia juga tetap menjadi gambaran Allah (lih. Kej 1:27).
Jika Anda Katolik, saya mengajak Anda untuk menerima ajaran Gereja Katolik sebagaimana diajarkan dalam Katekismus Gereja Katolik, yaitu bahwa manusia diciptakan “tubuh dan jiwa, namun sungguh satu adanya” (lih. KGK 362-368); dan tidak perlu memisahkan antara jiwa dan roh, sebab memang keduanya tidak untuk dipisahkan.
Selanjutnya untuk topik ini silakan klik di judul berikut:
Perbedaan antara tubuh, jiwa dan rohApakah Manusia terdiri dari Tubuh, Jiwa dan Roh, atau Tubuh dan Jiwa?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
terima kasih atas renungannya yg sangat membangun.
hmm saya mau tanya tentang Bahasa Roh…
waktu itu saya mengikuti camping dan didalam camping itu seringkali diadakan misa namun mode karismatik…
dan waktu itu saya mendengar suara2 suster dan frater yg berdoa dan bernyanyi dalam bahasa roh itu saya merasa terangkat dan waktu ada sesi pencurahan roh kudus, banyak teman2 saya yg resting in the spirit namun saya tidak. namun saya merasa mendapat 2 kata yg saya tdk tahu apa artinya.
apakah itu bahasa roh?
terima kasih atas jawabannya. Gbu :)
[Dari Katolisitas: Tentang Apakah itu Bahasa Roh, silakan membaca di sini, silakan klik. Terus terang kami tak dapat mengatakan apakah yang Anda terima tersebut bahasa roh atau bukan. Silakan dibawa terus di dalam doa, sebab jika perkataan tersebut datang kembali (tanpa Anda buat-buat sendiri) di dalam doa- doa Anda, dan membuahkan suka cita dan damai sejahtera, dapat saja itu merupakan bahasa roh. Namun jika perkataan itu tidak datang kembali, jangan bersedih, sebab Anda tetap dapat berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan walaupun tidak dengan bahasa roh. Allah tetap dapat memberikan Anda karunia untuk berdoa, walaupun tidak dengan bahasa roh. Yang terpenting adalah bahwa karunia berdoa tersebut harus digunakan demi membangun Gereja, artinya, untuk mendoakan orang lain dan membangun iman Anda sendiri agar Anda dapat bertumbuh dalam kasih, baik kepada Allah maupun sesama].
apa itu roh kudus??
kapan roh kudus itu ada??
apa bedanya roh kudus dengan Maha Kudus??
bagaimana dengan permasalah konsili nicea berkaitan dengan munculnya masalah roh kudus???
Shalom Ari,
1. Apa itu Roh Kudus?
Umat Kristiani percaya akan adanya Allah yang satu dalam Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maka Roh Kudus adalah Pribadi ketiga dari Allah yang satu. Roh Kudus itu adalah Roh Allah yang dapat membuat seseorang mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, demikian dikatakan dalam Kitab Suci:
2. Kapan Roh Kudus itu ada?
Karena Roh Kudus itu sendiri adalah Roh Allah, maka Ia sudah ada sejak kekekalan, sejak awal mula dunia. Demikian dikatakan juga dalam Kitab Suci:
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.” (Kej 1:1-2)
3. Bedanya Roh Kudus dengan Maha Kudus?
Seperti telah dikatakan di atas, Roh Kudus adalah Roh Allah/ Pribadi ketiga dari Allah Trinitas. Sedangkan Maha Kudus merupakan salah satu sifat/ atribut Allah, yang menunjukkan karakter Allah.
4. Bagaimana dengan permasalahan Konsili Nicea berkaitan dengan Roh Kudus?
Ajaran tentang Allah Trinitas ini sudah diajarkan oleh Kristus sejak awal mula, dan telah diimani oleh Gereja sejak Gereja perdana, di abad-abad awal, jauh sebelum Konsili Nicea. Prinsip ajaran tentang Allah Trinitas sudah diajarkan oleh St. Clement (88-89), St. Ignatius dari Antiokhia (50-117) di abad pertama, St. Policarpus (69-155), St. Athenagoras (133-190), St. Irenaeus (115-202) di abad kedua, dan St. Clement dari Alexandria (150-215), St. Hippolytus (170-236), Tertullian (160-240), Origen (185-254), Novatian (220-270), dan St. Cyprian dari Karthago (200-270) di abad ke-3, dan St. Lactantius (290-350) dan St. Athanasius (296-373) di abad ke-4, yang juga dikenal sebagai rasul yang membela dan mempertahankan ajaran Trinitas, yang secara khusus berhubungan dengan ajaran tentang ke-Tuhanan Yesus. Jika Anda tertarik untuk membaca apa yang diajarkan mereka, silakan membaca di jawaban ini, silakan klik.
Konsili Nicea (325) hanya secara khusus merumuskannya dengan lebih jelas, untuk meluruskan adanya ajaran yang sesat Arianisme, yang berkembang pada saat itu yang menentang ajaran Trinitas, karena ajaran itu menentang ke-Tuhan-an Yesus.
Demikian pula, sebagaimana dapat dibaca dari Kitab Suci dan tulisan para Bapa Gereja, ajaran tentang Pribadi ketiga dalam Allah Trinitas, yaitu Roh Kudus, juga berasal dari abad awal. Maka keliru jika dikatakan bahwa ajaran Roh Kudus baru muncul di abad ke-4 setelah Konsili Nicea.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pak Stef dan Ibu Inggrid, saya mau tanya ttg novena ekaristi, apa ini jenis novena baru? Di salah satu gereja akan mulai didoakan hr minggu ini, tp di paroki saya kok tidak ada kegiatan ini pdhl mereka satu ordo. Mohon penjelasannya, terimakasih.
Shalom Maria,
Menurut pengetahuan saya, novena merupakan salah satu bentuk devosi, dan karena sifatnya adalah ungkapan kasih (demikian arti dasar kata ‘devosi’), maka secara umum tidak ada ukuran yang baku. Asal usul doa novena adalah doa sembilan hari yang dilakukan oleh para murid Yesus untuk menantikan kedatangan Roh Kudus, yang mereka lakukan setelah kenaikan Kristus ke surga sampai kepada hari Pentakosta- yaitu turunnya Roh Kudus ke atas para murid Kristus.
Doa sembilan hari, atau sembilan kali berturut-turut ini (Novena Roh Kudus) kemudian dipergunakan di dalam doa-doa devosi lainnya, seperti doa Novena Hati Kudus Yesus, Novena Tiga Salam Maria, Novena menjelang hari Natal (Novena Kanak-kanak Yesus ataupun di Filipina terkenal dengan sebutan Novena Simbang Gabi) dan kini ada Novena Ekaristi.
Prinsipnya tidak ada yang baru, hanya doa sembilan kali berturut-turut, dengan ujud khusus, dapat berupa doa ucapan syukur, ataupun doa permohonan. Sedangkan Novena Ekaristi yang diadakan di tahun ini kemungkinan berhubungan dengan dicanangkannya tahun ini 2012 sebagai tahun Ekaristi, sehingga selain dilakukan doa perayaan Ekaristi, juga disertai dengan tambahan pembahasan/ pengajaran topik tentang Ekaristi, sebagaimana yang dilakukan di beberapa paroki di KAJ (Keuskupan Agung Jakarta).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom, Ibu Ingrid
Saya mau nanya sedikit
Apakah orang yg mendapat karunia atau Imam-imam bisa memberikan pencurahan Roh Kudus kepada orang lain?
Mohon pencerahannya
Shalom Anis,
Seseorang yang dengan sungguh- sungguh dan tulus berdoa, dapat memohon pencurahan Roh Kudus. Demikianlah maka Gereja Katolik mengajarkan doa untuk memohon kedatangan Roh Kudus:
“Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu maka semua akan dijadikan baru dan Engkau akan memperbaharui muka bumi. O, Tuhan, yang oleh terang Roh Kudus, telah mengajar hati umat beriman, buatlah agar dengan Roh Kudus yang sama, kami dapat menjadi sungguh bijaksana dan selamanya menikmati penghiburan-Nya. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Maka sesungguhnya siapapun dapat memohon pencurahan Roh Kudus, namun tidak memberikan efek sakramen yang memberikan meterai di jiwa. Kelahiran baru di dalam Roh Kudus yang memberikan meterai di jiwa, pertama kali diberikan pada saat Pembaptisan (lih. KGK 1274, 1287), yang kemudian disempurnakan lagi di dalam sakramen Penguatan:
KGK 1288 “Mulai dari saat ini para Rasul menyampaikan kepada mereka yang baru dibaptis, sesuai dengan kehendak Kristus, oleh peletakan tangan, karunia Roh demi penyempurnaan rahmat Pembaptisan (Bdk. Kis 8:15-17;19:5-6). Dengan demikian, di dalam surat kepada umat Ibrani disebutkan di antara unsur-unsur pengajaran Kristen pertama adalah pengajaran mengenai Pembaptisan dan mengenai peletakan tangan (Bdk. Ibr 6:2). Peletakan tangan ini di dalam tradisi Katolik tepat sekali dipandang sebagai awal Sakramen Penguatan, yang melanjutkan rahmat Pentekosta di dalam Gereja atas satu cara tertentu” (Paulus VI, Konst. Ap. “Divinae consortium naturae”).
Tanda meterai di jiwa tersebut diberikan oleh penumpangan tangan para tertahbis (yang adalah para penerus Rasul), yang menghubungkan orang yang menerima penumpangan tangan dengan kesatuan dengan para rasul sendiri. Oleh karena itu pelayan yang umum sakramen Penguatan adalah Bapa Uskup (yang adalah penerus Rasul), atau imam yang diberi kuasa oleh Uskup (lih. KGK 1312-1314). Tanda di jiwa ini tidak diberikan di luar konteks sakramen.
Namun demikian, sesudah kita menerima Roh Kudus dalam sakramen Pembaptisan dan Penguatan, Roh Kudus tetap dapat dicurahkan, sebagaimana kita mohonkan secara khusus misalnya pada perayaan hari Pentekosta, novena Roh Kudus, Seminar Hidup baru dalam Roh Kudus, atau bahkan setiap hari di dalam doa- doa pribadi kita, misalnya dalam doa sebelum membaca Kitab Suci, dan seterusnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolisitas
Terma Kasih atas renungan yang sungguh indah…
Saya ingin bertanya maksud pernyataan ini:
“Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa lebih baik hanya mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari kita daripada mencintainya, tapi adalah lebih baik mencintai sesuatu yang lebih tinggi dari kita daripada hanya mengenalnya”
Apa maksudnya? Apa yang lebih rendah itu contohnya?
Terima Kasih atas bantuannya.
Shalom Monic,
Terima kasih atas pertanyaannya. Santo Thomas Aquinas mengatakan “lebih baik hanya mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari kita daripada mencintainya, tapi adalah lebih baik mencintai sesuatu yang lebih tinggi dari kita daripada hanya mengenalnya.” Kita dapat menerapkannya pada harta, rumah, uang, yang semuanya lebih rendah dari derajat manusia. Oleh karena itu, kita lebih baik mengetahui bagaimana cara menggunakan semua itu, namun kita tidak perlu mencintai mereka. Mencintai benda-benda tersebut dapat menyebabkan dosa. Bahkan dikatakan bahwa akar dari segala dosa adalah cinta uang. (lih 1Tim 6:10) Tahu cara menggunakan benda-benda tersebut – dibantu dengan karunia Roh Kudus, yaitu karunia pengenalan – maka akan membuat kita berfokus pada tujuan akhir, Sorga. Sedangkan Allah yang mempunyai derajat yang tak terhingga dibandingkan kita, harus kita cintai dan tidak cukup hanya kita kenal. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
mohon penjelasan 7 karunia Roh Kudus di yesaya 11:2 (perjanjian lama )” hikmat-kebijaksanaan /pengertian /nasihat / keperkasaan / kesalehan /pengenalan / takut akan Tuhan “
Dengan 9 karunia Roh 1kor 12 : 8-10(perjanjijan baru) ” berkata kata dengan hikmat / berkata kata dengan pengetahuan / iman / penyembuhan / mengadakan mukjijat / bernubuat / membedakan bermacam macam roh / berkata kata dengan bahasa roh / menafsirkan bahasa roh
kita kalau berdoa mohon karunia yang di yesaya atau 1 korintus
dan mohon penjelasan bahasa roh , yang tertulis itu bukan huruf besar (bukan Roh Allah), apakah itu berarti bahasa roh / bahasa lidah adalah bahasa roh kita ataupun roh lain , adakah perbedaan bahasa roh yang di berikan oleh Roh Kudus Allah dengan adanya kemungkinan bahasa roh yang mungkin juga bisa di berikan oleh roh lain , bukan dari Roh Kudus Allah
terimah kasih
Shalom Yongky,
Tujuh karunia Roh Kudus yang disebut di dalam Yes 11 adalah karunia yang kita terima melalui Pembaptisan, yang kemudian memperoleh peningkatannya pada saat kita menerima Sakramen Penguatan (Krisma). Ketujuh karunia Roh Kudus ini adalah karunia yang tidak kelihatan, yang sifatnya internal (membangun kerohanian kita) yang dapat membantu kita untuk bertumbuh di dalam kekudusan.
Sedangkan sembilan karunia Roh Kudus yang disebutkan di 1 Kor 12:8-10 adalah karunia- karunia karismatik Roh Kudus yang merupakan manifestasi dari kehadiran Roh Kudus di tengah umat-Nya. Karena merupakan manifestasi, maka karunia- karunia ini dapat terlihat, dan diberikan dengan tujuan pertama- tama untuk membangun jemaat, dan tidak secara otomatis menguduskan jemaat.
Nah karunia yang paling mendasar dari karunia- karunia karismatik Roh Kudus ini adalah karunia bahasa roh (atau sering juga disebut bahasa Roh). Di sebut dengan huruf kecil ‘bahasa roh’, ataupun dengan huruf besar, yaitu ‘bahasa Roh’; karena yang berdoa memang adalah roh kita (si penerima karunia) namun atas ilham Roh Kudus (lih Rom 8:26-27).
Di dalam kenyataannya, memang adakalanya dapat terjadi seseorang malah berkata-kata dengan bahasa yang menyerupai bahasa roh namun itu bukan dari Roh Kudus. Misalnya, jika itu dibuat- buat sendiri, atau dari roh yang ‘lain’ yang bukan Roh Kudus. Namun jika dari roh jahat, umumnya manifestasi bahasanya jelas terlihat berbeda. Umumnya orang itu berteriak- teriak tanpa kendali, atau mengacaukan keselarasan/ harmoni dari doa seluruh umat pada saat itu, atau manifestasi lainnya yang tidak sehat. Maka ini berbeda dengan bahasa roh yang dari Roh Kudus, yang menghasilkan paduan senandung roh yang harmonis, dan memberikan buah damai sejahtera.
Jika sampai terjadi adanya manifestasi yang tidak diinginkan itu, umumnya tim doa memisahkan/ membawa orang itu ke luar dan mendoakan doa pelepasan baginya di tempat terpisah, agar roh jahat itu tidak lagi mengganggu orang itu (jika itu memang kasus gangguan roh jahat). Namun dapat juga terjadi, orang tersebut berteriak karena luka batin yang dalam. Diperlukan karunia discerment dari pihak yang mendoakan, namun apapun kasusnya, orang ini dapat didoakan agar dilepaskan dari kekuatan kegelapan, apakah itu dari luka batin ataukah dari gangguan roh jahat, karena keduanya merupakan pekerjaan si Jahat, yang ingin menjauhkan orang tersebut dari Tuhan. Tentang teks doa pelepasan, dapat di klik di sini. Jika kasusnya sangat serius, silakan menghubungi pihak keuskupan untuk dapat dilakukan eksorsisme.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam kasih semuanya
Terima kasih pak Stef untuk artikel yang sungguh indah ini. Dari uraian pak Stef ini, saya belajar memahami tentang karunia Roh Kudus yang “menyempurnakan” akal budi, keinginan dan indra kita, hingga kita bisa berhasil menuju kepada kesempurnaan hidup kristiani.
Untuk itu, bolehkah saya menyimpulkan bahwa oleh karena adanya kesadaran dalam menanggapi kasih Karunia Roh Kudus itulah yang menjadikan sebab atau alasan seseorang menjadi “beruntung” atau “terselamatkan” dalam setiap kesempatan langkah kehidupan terutama bila di tengah kesesakan, kesulitan dan juga ketidakpastian?
Terima kasih sebelumnya.
GBU
Shalom Anastasia,
Terima kasih atas pertanyaannya. Kesadaran dalam menanggapi kasih karunia Roh Kudus juga merupakan satu rahmat Allah. Dan kalau seseorang menanggapi dorongan rahmat ini dan juga karunia Roh Kudus, maka perlahan-lahan dia akan dituntun dalam kesempurnaan kehidupan kristiani atau kekudusan. Dan kekudusan inilah yang membawa manusia pada keselamatan. Jadi, kalau mau diteliti, keselamatan itu sendiri adalah anugerah Allah, karena Allah yang menjadi penggerak utama dalam setiap langkah kehidupan kita, sehingga kita dapat mencapai tujuan akhir, yaitu Sorga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Kasih Allah memang sungguh tiada batasnya
Kadang terasa tak pantas untuk menerimanya
Namun kasih Allah sungguh tak terkira
Membuat hati selalu gembira
Comments are closed.