[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini adalah komentar yang diberikan menyangkut artikel tentang Akhir Jaman, di sini, silakan klik]
Pertanyaan:
Shalom Bu Inggrid,
Mohon ijin untuk menanggapi tulisan bu Inggrid di atas, dan saya juga ada sedikit pertanyaan yg membutuhkan jawaban ttg hal-2 di bawah ini, mohon kiranya bu Inggrid mau meluangkan waktu utk menjawabnya, terimakasih.
1. Bu Inggrid menulis bahwa kita sekarang hidup dalam masa yang digambarkan dalam kitab Wahyu sebagai “seribu tahun” (Why 20), sedangkan dalam kitab Wahyu pasal 20 tsb disebutkan bahwa iblis sudah dilemparkan ke dalam jurang maut, ditutup dan dimeterai di atasnya supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa sebelum berakhir masa seribu tahun itu. Yang saya tahu pada masa ini selama beratus-ratus tahun adalah bahwa keadaan manusia di dunia ini masih dan bahkan bertambah sesat dan jahat,
terbukti dgn kejahatan semakin merajalela dimana-mana, penyakit semakin bertambah, dosa-dosa manusia semakin bertumpuk, masih banyak orang-orang yg kerasukan setan ( kadang lihat di berita televisi ), masih banyak praktek perdukunan, dsb. Apakah benar demikian kita hidup pada masa itu skrg (Wahyu 20) ?
Kutipan Wahyu 20:
20:4 Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya ; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.
Jika benar kita sekarang hidup pada zaman tsb (Wahyu 20) lalu siapakah orang2 yg hidup kembali ( yg tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka ) dan memerintah sbg raja bersama-sama dengan Kristus ?
-Siapakah binatang itu dan dimanakah patungnya ?
-Kapankah binatang itu memberikan tanda pada dahi dan tangan mereka ? ( seperti disebutkan pada pasal sebelumnya )
-Siapakah raja-raja di bumi yg berkumpul dgn tentara mereka yg berperang melawan Penunggang kuda putih ?
Kutipan Wahyu 19:
19:19 Dan aku melihat binatang itu dan raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka telah berkumpul untuk melakukan peperangan melawan Penunggang kuda itu dan tentara-Nya. 19:20 Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang. 19:21 Dan semua orang lain dibunuh dengan pedang, yang keluar dari mulut Penunggang kuda itu; dan semua burung kenyang oleh daging mereka.
Demikian sedikit tanggapan dan pertanyaan saya, mohon jawaban bu Inggrid.
JBU.
Santo.
Jawaban:
Shalom Santo,
Pada prinsipnya, Gereja Katolik melihat Kitab Wahyu sebagai kitab yang penuh dengan alegori/ perumpamaan, sehingga ini berpengaruh dalam cara menginterpretasikannya. Ada sebagian dari kitab Wahyu yang menyangkut keadaan pada saat kitab itu dituliskan, dan walaupun ada juga yang memang dapat diartikan dalam konteks saat ini/ arhir dunia. Maka demikianlah penjelasan yang saya ambil dari Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard dan the Navarre Bible on Revelation:
1. Why 20:1-10 (menurut Catholic Commentary on Holy Scripture)
Secara umum perikop ini mengisahkan dua penglihatan: (ay. 1-6) Pengikatan ular tua (Iblis) dan kejayaan para orang kudus; (ay. 7-10) penghancuran sang ulat tua (Iblis).
ay. 1-6 Seorang malaikat memenjarakan ular naga selama 1000 tahun: Para orang kudus (Santa dan Santo) dan para martir berjaya bersama Kristus selama waktu ini. Inilah yang disebut sebagai kebangkitan yang pertama (the First Resurrection). Kepada mereka ini, kematian kedua tidak mempunyai kuasa. Rasul Yohanes memperlihatkan pertama- tama naga, si ular tua, yaitu Iblis, dan kemudian binatang itu, yang adalah kota Roma: binatang itu kemudian dihancurkan, demikian juga si ular tua (Iblis). Namun sebelumnya, si ular tua itu akan dirantai sementara waktu, akibat kekalahannya dalam pertarungan melawan St. Mikael. Penglihatan- penglihatan ini tidak terjadi berurutan, tetapi bersamaan secara spiritual/ rohani.
ay. 4 ‘Tahta penghakiman’ lih. Mat 19:28; Luk 22:30; 1 Kor 6:3. Umat beriman dan secara khusus para martir bersama- sama dengan Kristus mengadili dunia.
ay.2,4,5. ‘Seribu tahun’ dan ‘kebangkitan pertama’ telah menjadi ‘teka-teki’ bagi para komentator….
Hancurnya sang binatang (yaitu seluruh kekuatan anti- Kristen) terjadi pada akhir dunia dan bersamaan dengan kehancuran sang naga/ ular tua. Oleh karena itu ‘milenium’/ masa seribu tahun terjadi bersamaan dengan periode yang mendahuluinya termasuk masa penganiayaan. Kedatangan Kristus yang kedua, yaitu ‘Parousia’ adalah Akhir jaman…. Pada PL (lih. Yes 54 dan 60, Yeh 40-47) kita telah melihat kehancuran Umat Pilihan yang diikuti oleh pembangunan kembali kota Yerusalem dan masa mesianis secara duniawi, pada jangka waktu yang tidak ditentukan. Menuju era Kristiani, pandangan ini diartikan secara rohani, yang melibatkan kejayaan Sang Mesias di dunia selama jangka waktu tertentu, diikuti oleh kebangkitan badan dan permulaan hidup kekal. Beberapa penulis Kristen (Papias, Irenaeus dan Tertullian) memang terpengaruh akan pandangan Yahudi, terutama setelah kehancuran Yerusalem (70 AD). Mereka tidak mempunyai kesamaan pandangan di dalam hal ini, sehingga pandangan mereka tidak dapat dijadikan dasar interpretasi yang menyakinkan….
Maka dalam hal ini ajaran St. Agustinus dan St. Jerome-lah yang harus diikuti. Mereka menganggap bahwa pengikatan Setan dan kejayaan para kudus sebagai keseluruhan terjadi setelah masa Inkarnasi. Kuasa Iblis telah dipatahkan: umat Kristen yang menerima kasih karunia rahmat Allah adalah para ‘raja dan imam’, walaupun mereka mengalami penganiayaan. Mereka ini, tidak saja para martir yang sudah berada di surga, tetapi mereka semua yang tidak menyembah ‘binatang’ itu, meskipun mereka belum dilahirkan (lih. Why 7; 15:2-4, 14:1-5).
Angka 1000 ….di dalam kitab Wahyu adalah masa rahmat di mana umat beriman hidup, baik ketika mereka hidup di dunia ataupun masa yang akan datang setelah kebangkitan badan di surga (Why 14:13). Maka, kematian yang pertama adalah kematian terhadap dosa, dan kematian kedua, yaitu penghukuman. Dan paralel dengan ini ada Kebangkitan Pertama oleh karena kasih karunia (lih. Ef 5:14, Kol 3:1) dan semua ajaran Rasul Paulus tentang akibat pembaptisan, dan yang juga diajarkan Yoh 5:25, “Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup.”
Namun demikian, Rasul Yohanes juga telah menjelaskan bahwa Setan tidaklah sama sekali tidak berdaya, sebab ia masih memiliki kuasa atas jiwa- jiwa yang jumlahnya sebanyak pasir di lautan, yang menyusun pasukan pengacau pada sekilas masa selanjutnya. Setelah 1000 tahun, Iblis ini akan dilepaskan sekejap untuk memperdaya para bangsa dan seluruh dunia. Mereka mengepung para orang kudus… Namun api akan turun dan menghanguskan mereka, dan Iblis akan dibuang ke lautan api untuk bergabung bersama dengan binatang itu dan nabi palsu itu. ‘Gog dan Magog’ menyimbolkan para musuh Tuhan, secara khusus pada Hari terakhir. Bagi Rasul Yohanes, mereka ini datang dari manapun untuk menyerang Gereja, namun akhirnya terkalahkan. Sang Iblis sendiri akhirnya dihancurkan.
2. Why 19:11- Why 20:15 (menurut the Navarre Bible)
Kisah nubuat tentang kejatuhan Babilonia (kota Roma) kemudian diikuti oleh gambaran Kristus yang meraja dengan kuasa-Nya (19: 11-16) yang tetap selamanya untuk mengalahkan kuasa jahat yang mempengaruhi kota itu. Kekalahan kota Roma digambarkan dengan urutan yang terbalik: yang pertama dikalahkan adalah para raja dunia (yang pada mulanya bersekutu dengan kota besar itu dan yang kemudian berontak melawannya, ay. 17-18) dan binatang dan nabi palsu yang kepadanya para raja memberikan kuasa kerajaan mereka (ay. 20-21; lih. 17:16-17). Lalu dalam pertempuran kedua, Kristus mengalahkan si ular tua (Iblis), yang memberikan kuasa kepada binatang itu (lih. 20:1-10; 13:2). Setelah ini semua terjadi, Pengadilan Terakhir akan digelar (Why 20:11-15).
Kitab Wahyu di sini menunjuk kepada asal usul kejahatan dan sesudah itu, manifestasinya. Manifestasi kejahatan yang pertama dan yang pertama dikalahkan adalah dunia dengan kekayaan/ kemewahannya, penyimpangan seksual dan kekuasaan, dan penyembahan berhala – masyarakat semacam ini yang menganiaya dan membunuh para martir Kristen. Kota pagan Roma, simbol dunia semacam ini, mengambil kekuatan dari kuasa- kuasa absolut yang bertentangan dengan kemerdekaan manusia dan martabat manusia (dan sangat menentang agama), dan dari ideologi- ideologi atheis dan materialistik. Semua kekuatan ini adalah ‘binatang itu dan nabi palsu-nya’. Namun demikian, pada tingkatan yang lebih dalam dan misterius terdapat sumber kekuatan terbesar dari keadaan tersebut – yaitu Setan (yang digambarkan oleh naga atau ular tua). Pesan dari Kitab Wahyu adalah bahwa Kristus mengatasi semua kekuatan ini, dan kemenangan-Nya yang dimulai dari kematian dan kebangkitan-Nya, akan mencapai puncaknya pada akhir dunia, meskipun hal itu akan dinyatakan pada tingkat tertentu sepanjang sejarah oleh kekudusan Gereja.
Tentang interpretasi siapakah ‘binatang itu’, seperti yang juga disebutkan dalam Why 13, tanda- tanda yang diberi di dahi, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
19:11-16. Penglihatan tentang kemenangan Kristus di sini serupa dengan apa yang telah dijabarkan di awal kitab ini: Ia nampaknya digambarkan sebagai seorang yang menunggangi kuda putih yang membuka meterai pertama (ay. 6:2). Putih adalah lambang kemenangan, dan kisah narasi ini kemudian menjabarkan hal itu.
Sebutan “Yang Setia” dan “Yang Benar” sangat berkaitan erat. Di Perjanjian Lama, Allah digambarkan sebagai “Yang Setia” (lih. Ul 32:4; Mzm 145:13; Mzm 117:2). Maka ketika sebutan ini diberikan kepada Kristus di Perjanjian Baru, maka sebutan ini mengacu kepada ke-Allahan-Nya (lih. 1Tes 5:24; Why 1:5; 3:14) dan untuk menunjukkan bahwa melalui Kristus, Allah telah setia memenuhi janji yang dibuatNya dalam Perjanjian Lama. “Suatu nama yang tidak diketahui oleh seorangpun” (ay.12) menggambarkan ke-Allahan Yesus, sesuatu yang di luar jangkauan pemahaman manusia.
Nama lainnya adalah “Firman Allah”. Rasul Yohanes adalah satu- satunya yang menggunakan sebutan ini (lih. Yoh 1:1-18), yang mengacu kepada Yesus sebagai Sang Wahyu, Sang Firman Allah Bapa (lih. Yoh 1:18). Tentang gelar “Raja segala raja dan Tuan segala tuan” mengacu kepada gelar Kristus sebagai Raja di atas segala raja dunia. Melalui wafat dan kebangkitan-Nya, Ia menjadi Raja dan Penguasa semesta (lih. Kis 2:32-36) dan meraja di dalam hati umat Kristen. Oleh karena itu kemenangan-Nya atas kuasa kejahatan telah terjamin. Seperti diajarkan oleh Paus Pius XI “….Kristus diberi gelar Raja, karena tingkat kesempurnaan-Nya yang olehnya Kristus mengatasi semua ciptaan, dan Ia adalah Raja di hati kita, karena kasih-Nya yang melampaui segala akal (Ef 3:19) dan oleh belas kasihan dan kebaikan-Nya yang menarik semua orang kepada-Nya. Sebab tidak pernah ada, dan tak akan pernah ada lagi seseorang yang mengasihi sedemikian besarnya, dan sedemikian luasnya seperti Yesus Kristus” (Quas primas, 6)
Darah pada jubah Sang Pemenang mengacu bukan kepada penderitaan-Nya di kayu salib tetapi kepada kemenangan-Nya atas para musuh-Nya. Ini adalah penggambaran yang umum digunakan oleh para nabi di PL (lih. Yes 63:1-6; Yl 4:13). Pedang yang keluar dari mulut-Nya mengacu kepada Sabda Allah (lih. Ibr 4:12), yang menggambarkan kemahakuasaan dan penghakiman Allah.
ay. 17-21 Setelah menjabarkan Kristus dan pasukan-Nya, dijabarkan pertempuran terakhir dan hasilnya. Panggilan malaikat kepada burung-burung mengacu kepada perikop nabi Yehezkiel 39:17-20. Di sini termasuk orang- orang dari setiap golongan yang mengikuti binatang itu dan nabi palsunya, yaitu mereka yang melayani kuasa jahat tersebut.
Lautan api, seperti disebutkan kembali di Why 20:10, 14, sebagai tujuan akhir kuasa jahat adalah neraka, yang disebut gehenna dalam PB (lih Mat 5:22; 10:28; Mrk 9:42; Luk 12:5). Ini juga menjadi tempat mereka yang mendapat penghukuman di mata Tuhan (lih. Why 20:15).
Bahwa mereka dilemparkan hidup- hidup ke dalam lautan api itu menekankan kengerian dari hukuman itu. Hukuman fisik itu mengerikan, tetapi yang lebih menyakitkan adalah kehilangan Allah selama- lamanya, yang menjadi arti dari neraka. St. Yohanes Krisostomus mengatakan, “penderitaan di neraka sungguh tak dapat dibayangkan. Bahkan jika seseorang membayangkan sepuluh ribu neraka, penderitaan ini bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kesakitan yang disebabkan oleh kehilangan surga dan Kristus.” (Homily on St. Matthew, 28)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom bu Inggrid,
Terimakasih untuk jawaban atas pertanyaan saya di atas, walaupun mungkin saya masih belum bisa memahami sepenuhnya atau sepaham dgn pendapat tsb. Barangkali bukan hal mudah untuk menjawab pertanyaan spt yg diatas, dan saya yakin website ini membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran yg tidak sedikit dari bu Inggrid dan semua yg terlibat di dalamnya. Sekali lagi terimakasih banyak.
Ams 10:6 “Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”
May Jesus bless you all,
Santo.
ojoguyon@yahoo.com
Comments are closed.