Pertanyaan:
Salam damai sejahtera
Dear Pengasuh katolisitas
Apa yang dimaksud dengan luasnya bumi (bhs Ingris lebarnya bumi) dalam Ayub 38 : 18 (Apakah engkau mengerti LUASnya bumi? Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu.)
Salam
Mac
Jawaban:
Shalom Machmud,
Sebelum membahas pertanyaan anda tentang maksud ayat Ayub 38: 18, saya ingin mengulas sedikit tentang Kitab Ayub itu sendiri. Sebab perikop Ayub 38 tersebut berkaitan dengan maksud kitab Ayub secara keseluruhan.
Fr. Dominique Barthelemy O.P, seorang pakar Kitab Suci, menulis dalam bukunya God in His Image, An Outline of Biblical Theology, menempatkan Kitab Ayub di awal ulasannya, untuk menjelaskan pentingnya membaca Kitab Suci dengan melihat secara keseluruhan. Ini yang disebutkan kondisi yang disyaratkan untuk memahami teologi biblis, yaitu ((Dominique Barthelemy O.P, God in His Image, An Outline of Biblical Theology, (New York: Sheed and Ward, 1966), p. ix)):
1. Tidak bisa kita memutuskan satu kitab dengan kitab lainnya, sebab Kitab suci adalah sebuah satu kesatuan.
2. Kita harus memusatkan kepada apa yang hendak dikatakan oleh Tuhan tentang Diri-Nya kepada kita.
Ringkasannya (menurut A Holy Commentary on Holy Scripture, ed Dom Orchard):
Kitab Ayub menceritakan kepada kita tentang seseorang yang hidup di tanah Us, kaya dengan hewan ternak peliharaannya, hasil tanah miliknya dan jumlah anak-anaknya. Namun atas hasil pembicaraan di surga, Tuhan mengizinkan ujian bagi Ayub, dan satu persatu dari segala miliknya diambil daripadanya mulai dari anak-anak dan harta miliknya. Namun Ayub tetap setia dengan berpegang bahwa “Tuhan sudah memberi, Tuhan yang mengambil kembali, terpujilah Tuhan.” (1:21)
Namun kemudian datanglah ujian berikutnya di mana ia mendapat penyakit yang menjijikkan, sampai istrinya tidak dapat memberikan dukungan moral lagi, menyuruh Ayub mengutuk Tuhan lalu mati. Namun iman Ayub lebih besar daripada iman istrinya, dan sekali lagi menunjukkan imannya: “Jika kita menerima hal yang baik dari Tuhan, mengapakah kita tidak menerima yang buruk?” (2:10)
Lalu tiga teman-teman Ayub datang, Elifas, Bildad dan Zofar. Mereka melihat kondisi Ayub yang menyedihkan, dan rasa kasihan mereka hilang, sebab mereka yakin mereka sedang berhadapan dengan seseorang yang sedang dikutuk oleh Tuhan. Mereka seperti orang-orang pada jaman itu beranggapan bahwa berkat kekayaan adalah penghargaan Tuhan bagi kebajikan, dan musibah adalah hukuman Tuhan atas dosa. Maka melihat kondisi Ayub yang mengenaskan mereka berkesimpulan bahwa hal ini disebabkan oleh dosa-dosa Ayub.
Ayub telah menderita selama berbulan-bulan. Ayub telah menjadi seorang yang kurus kering (19:20). Oleh karena kekerasan sikap teman-temannya, dan kepahitannya karena tak menerima simpati dari teman-temannya itu, maka setelah pengalaman penderitaan mental dan fisik yang lama, maka kesabaran Ayub yang luar biasa itu akhirnya sirna, dan ia mulai mengucapkan penyesalan, mengapa Tuhan membiarkan dirinya hidup.
Maka teman-temannya mulai memberikan pandangan mereka sesuai dengan pengertian mereka sendiri tentang Tuhan, yaitu: Ayub bersalah, dan layak dihukum. Jika Ayub bertobat maka semua akan menjadi baik kembali. Namun Ayub menolak interpretasi ini. Ia mengetahui bahwa ia tidak bersalah dan tidak dapat menerima bahwa ia bersalah. Ia mengakui telah melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil yang umum dilakukan manusia (13:26; 14:4), tapi tidaklah sepadan dengan penderitaan yang harus ditanggungnya sekarang. Maka terjadilah pergumulan di jiwa Ayub: ia mengetahui bahwa Tuhan itu adil, namun kelihatannya yang dilakukan Allah terhadapnya sungguh tidak adil. Ayub-pun selalu yakin bahwa perlakuan Tuhan terhadap manusia adalah sebanding dengan perbuatannya. Maka jiwanya bergolak. Teman-temannya memberikan jawaban, namun ia dalam hati nuraninya menolak mempercayainya.
Maka kedua hal ini yang kelihatannya tidak sesuai: keadilan Tuhan yang sempurna dan dirinya yang tidak bersalah. Maka Ayub menuduh Tuhan telah memperlakukannya dengan tidak adil (27:2) maka ia berharap untuk bertemu dengan Tuhan untuk menyatakan kasusnya, dan ia percaya segalanya akan baik kembali (23:3-7) seolah-olah Tuhan tidak tahu fakta yang sebenarnya. Tetapi sebenarnya Ayub tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia tidak ada yang luput dari pengetahuan Allah (16:20). Ini adalah bentuk pergumulan dalam jiwa Ayub, walaupun ia percaya bahwa pada akhirnya keadilan Tuhan akan dinyatakan baginya (19:23-27).
Pada saat ini, Elihu menyampaikan pandangannya. Ia kesal terhadap para pendahulunya yang tak dapat mempertahankan keadilan Tuhan dan meyakinkan Ayub akan kesalahannya. Ia menekankan bahwa penderitaan dan musibah tidak saja merupakan ganjaran/ hukuman tetapi juga bersifat mengobati demi pertobatan. Oleh penderitaan, Tuhan membuka telinga orang yang menderita untuk menarik diri dari perbuatan yang jahat (36:7-12; 33:14-28). Elihu memaparkan tentang kuasa Tuhan yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan jawaban Tuhan.
Jawaban Tuhan sendiri datang di dalam badai untuk mengakhiri debat (Ayb 38-42). Ia mengajarkan bahwa manusia tidak seharusnya mengetahui segala rahasia tentang rencana Tuhan. Bagian manusia adalah mengakui, tidak hanya kuasa Tuhan namun juga kebijaksanaan-Nya dan oleh karena itu dengan rendah hati menerima pengaturan alam semesta dan memasrahkan diri pada penyelenggaraan-Nya walaupun hal itu melampaui pengertian manusia yang kecil. Maka untuk menjelaskan hal ini, Tuhan menjabarkan pelajaran tentang kuasa Tuhan yang dinyatakan dengan penciptaan dunia, keajaiban penciptaan terang, hujan, salju, dan alam binatang. Lagi dan lagi Ayub dibawa kepada pengertian bahwa ia tak sedikitpun memahami akan hal ini. Bagaimana Ayub yang tidak mengerti sedikitpun tentang kejadian alam yang terjadi sehari-hari, mengharapkan untuk memahami pengaturan Tuhan akan moralitas dunia dan mengapa ia begitu berani menempatkan dirinya sendiri sebagai hakim atas benar atau tidaknya pengaturan Tuhan itu?
Penjelasan ini membuat Ayub menyadari kesalahannya (Ayb 42). Ia menjawab dengan rendah hati bahwa ia telah berbicara tidak sepantasnya, dan tak ingin menambahkan lagi. Maka Allah menutup pengajaran-Nya dengan menyatakan kuasa-Nya dan ketidakberdayaan manusia. Ayub lalu mengakui kemahakuasa-an Tuhan dan pengertiannya yang sungguh lemah. Ia menyesali perkataannya dan bertobat. Tuhan akhirnya menegur teman-teman Ayub atas kesalah- ucapan mereka, namun mengampuni mereka atas permohonan Ayub. Tuhan mengembalikan Ayub dengan ukuran dua kali lipat dari apa yang dipunyainya terdahulu. Ia kembali diberkati dengan banyak keturunan dan wafat di usia yang lanjut dalam keadaan berlimpah.
Maka, kitab Ayub ini pada dasarnya mempertanyaan eksistensi manusia. Maka dalam kitab ini seolah terjadi dua drama: 1) manusia ‘berbunga’ namun kemudian ‘dipotong’ [Ayub yang termasuk kaya dan diberkati, tiba-tiba dalam sekejap kehilangan segalanya]; 2) Tuhan membawa si manusia yang lemah itu ke hadapan penghakiman-Nya dan menuntut keadilan daripadanya.
Nah ayat Ayub 38:18 itu berada dalam perikop di mana Tuhan memberikan pengajaran-Nya kepada Ayub, untuk menyadarkannya akan kelemahannya sebagai manusia. Manusia tidak mengerti luasnya bumi yang diciptakan Allah pada awal mula dunia, sebab manusia belum ada pada saat itu. Bahkan setelah manusia diciptakan sekalipun, manusia tidak dapat memahaminya. Tentu yang dimaksud bukan luas bumi/ diameter bumi secara ilmu pengetahuan, namun maksudnya adalah pengertian akan luasnya bumi secara keseluruhan.
Ayat ini senada dengan ayat-ayat lainnya pada perikop itu; seperti apakah engkau pernah mendatangkan fajar (ay. 12), turun ke dasar samudera (ay. 16), pernah mendatangkan hujan (ay. 26), menumbuhkan rumput (27), melepaskan kilat (ay. 35)?
Maka jika kita melihat ayat Ayub 38:18 sebagai bagian dari kesatuan seluruh perikop, kita mengetahui bahwa ayat itu merupakan sebagian dari penjelasan Tuhan kepada manusia akan keterbatasan pengertian manusia, dibandingkan dengan pengetahuan Tuhan akan segala sesuatu. Ayat ini merupakan bagian dari jawaban Tuhan kepada Ayub, pernyataan tentang Diri-Nyakepada manusia tentang kemahakuasaan-Nya.
Semoga kitapun dapat belajar dari kitab Ayub ini, sikap kerendahan hati di hadapan Tuhan, yang mengakui keterbatasan kita di dalam segala hal dan mengakui kemahakuasa-an Tuhan yang mengatasi segala sesuatu. Semoga kita juga dapat menerima segala penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup ini dengan iman dan pengharapan, bahwa jika kita menjalani hidup ini dengan setia, maka suatu saat nanti keadilan dan kasih Tuhan akan dinyatakan bagi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
syaloom……dari mana manusia tahu percakapan Tuhan dgn iblis dlm kitab Ayub tolong dijelaskan dgn hikmat yaaa ?””’Jbu
Shalom Kardila, Pertanyaan serupa dengan pertanyaan Anda adalah dari mana Nabi Musa mengetahui percakapan Tuhan dengan Adam dan Hawa? Bukankah Nabi Musa tidak pernah bertemu dengan Adam dan Hawa, sebab di zaman ia hidup, Adam dan Hawa telah wafat berabad- abad sebelumnya? Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kitab Suci ditulis atas ilham Roh Kudus, jadi memang tidak seperti penulisan buku sekular yang umumnya mensyaratkan sang penulis menjadi saksi kejadian, atau kalau tidak, artinya tulisan tersebut bisa merupakan imajinasi semata dari penulisnya. Namun bukan ini yang terjadi dalam penulisan Kitab Suci. Kitab Suci ditulis atas ilham Roh Kudus, walaupun menggunakan kemampuan dari… Read more »
Syaloom Pak Stef dan bu inggrid, Mohon bantuan dan penjelasannya mengenai kitab Ayub. Saya bingung setelah membaca Kitab Ayub khususnya Ayub 1:6-9 yang menurut saya aneh. *Keanehan pertama disitu disebut anak-anak Allah (Anak Allah banyak/lebih dari satu), sedangkan yang kita imani adalah Yesus adalah PUTRA TUNGGAL ALLAH (anak Allah hanya satu). yang jika benar Allah memiliki anak lebih dari satu maka doktrin bahwa Allah Bapa = Allah Putra adalah salah. *Keanehan ke dua. Disitu Iblis dan Allah berkomunikasi, seolah iblis itu hamba Allah (atau minimal tidak bermusuhan) sedangkan di kitab Wahyu iblis yg merupakan AntiKris adalah musuh Yesus/Allah. mohon kesediaan… Read more »
Shalom Adi Hermawan, Untuk menanggapi pertanyaan Anda, saya mengacu kepada penjelasan St. Thomas Aquinas tentang Kitab Ayub (St. Thomas Aquinas, Commentary on the Book of Job), yang seluruhnya dapat dibaca di link ini, silakan klik: 1. Siapakah ‘anak- anak Allah’ dalam Kitab Ayub tersebut? ‘Anak-anak Allah’ (Ay 2:1) yang dimaksud di sini adalah para malaikat. Silakan membaca penjelasannya lebih lanjut di sini, silakan klik. 2. Dalam Kitab Ayub, Mengapa Iblis bercakap-cakap dengan Allah? Dengan penjelasan St. Thomas Aquinas, kita memahami bahwa percakapan antara Allah dan Iblis terjadi sebagai pernyataan intelektual yang dinyatakan Allah kepada Iblis, agar Iblis mengetahui bahwa segala… Read more »
Shalom Bu Inggrid,
Dalam Alkitab ada ada kitab yang bernama Ayub . Dimana menurut yang saya baca adalah kitab tertua dalam alkitab . Siapakah yang menulis kitab Ayub itu & siapakah Ayub itu sehingga dimasukkan dalam Alkitab . Apakah sebutan Tuhan dalam kitab Ayub sama sperti sebutan Tuhan dari kitab PL lainnya . Karena 5 kitab pertama dalam PL adalah tulisan dari Musa yang sudah mengenal Yehova sbg Allah.
Shalom Budi Yoga, Berikut ini adalah sekilas tentang Kitab Ayub yang saya sarikan dari link ini, silakan klik. 1. Siapa Ayub? Mengapa kisahnya dimasukkan dalam Kitab Suci? Para Bapa Gereja menganggap Ayub sebagai seseorang yang benar- benar ada dalam sejarah. Kata ‘Ayub’ sendiri artinya adalah yang teraniaya, yaitu seseorang yang dicobai dengan penderitaan. Memang terdapat perkiraan/ asumsi bahwa Ayub hidup lebih dahulu dari Nabi Musa, terlihat dari panjangnya umurnya. Ia tidak muda lagi saat kesengsaraannya terjadi (Ayb 12:12; 30:1) dan setelah ia dipulihkan, ia masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya (Ayb 42:16). Kekayaannya menyerupai kekayaan para patriarkh, terutama kawanan… Read more »
Syalom Bu Inggrid
Dalam kitab Ayub dikatakan bahwa Tuhan mengembalikan dua kali lipat dari apa yang ia punyai dahulu dan memberkati dengan banyak keturunan. Yang ingin saya tanyakan apakah Ayub menikah lagi dengan perempuan yang lain atau kembali kepada istri yang telah menyuruhnya mengutuk Tuhan.
Salam
Febriana
Shalom Febriana,
Kitab Suci tidak menyatakan bahwa Ayub menikah lagi dengan perempuan lain. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa istri Ayub ini akhirnya juga bertobat dari segala kepahitan walaupun tidak secara literal tertulis dalam Kitab Suci. [Ia memang turut menderita bersama Ayub, dengan kehilangan ke-10 anaknya yang meninggal dan turut menguburkan mereka]. Maka perkiraan atas pertobatan istri Ayub adalah bahwa Ayub memperoleh sepuluh orang anak lagi seperti disebutkan dalam Ayub 42:13. Karena tidak disebut bahwa Ayub menikah lagi, maka diperkirakan anak- anak itu lahir dari istri yang sama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Pada bagian awal kitab ini, di kisahkan sepertinya iblis itu masih bisa bolak-balik ke sorga dari bumi. Apakah hal ini bisa ditafsirkan secara harafiah, dalam arti hingga sekarang iblis masih pulang pergi bumi-surga-surga-bumi. Maaf pertanyaan seperti anak kecil ya bu Ingrid
Shalom Saulus, Di awal kitab Ayub dikisahkan adanya semacam ‘pertemuan’ antara Allah dan para malaikat-Nya, seperti yang juga pernah dituliskan di kitab Raja-raja, berdasarkan penglihatan Mikha (lih. 1 Raj 22:19). Pada kesempatan itu memang Allah mengizinkan Iblis (yang pada dasarnya adalah malaikat yang telah jatuh dalam dosa/ fallen angel) menguji iman Ayub dengan melenyapkan harta miliknya. Perlu kita ketahui Allah adalah Omnipresent (Maha hadir di mana-mana) sehingga sebenarnya bukan Iblis yang bisa ‘jalan-jalan’ ke surga; namun Allah yang dapat, seturut dengan kebijaksanaan-Nya, untuk mengizinkan Iblis datang kepada-Nya. Inilah yang dikisahkan dalam Kitab Ayub. Kita mengetahui dari kitab Wahyu bahwa pertarungan… Read more »
Ibu Inggrid yang kami kasihi dan hormati saya ingin menanyakan sesuatu. saya pernah membaca sebuah artikel di internet yang menyadur karya Fr. Fortea. Saya tidak tahu apakah karya Fr Fortea ini telah menerima nihil obstat, imprimatur dan dinyatakan sebagai bagian dari ajaran resmi GEreja Katolik, atau tidak. tetapi apa yang menarik di artikel itu adalah usaha Fr. Fortea menjelaskan siapa itu setan. Setan, sebagai makhluk spiritual, tentu tidak mengenal ruang sehingga saya setuju dengan Ibu bahwa sebenarnya “iblis jalan-jalan” itu sebuah ungkapan. selanjutnya Fr. Fortea menjelaskan bahwa iblis, setelah memutuskan secara sadar utk tidak menaati Allah, menjadi semakin jauh dari… Read more »
Shalom Alexander Wang, Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, Gereja Katolik mengajarkan prinsipnya, yaitu bahwa ayat- ayat dalam Kitab Suci mempunyai arti literal dan arti spiritual; dan arti spiritual terdiri dari tiga jenis, yaitu allegoris, moral dan anagogis (lihat KGK 115-117). Tentang keempat prinsip ini sudah pernah dibahas di sini, khususnya pada point III.3, silakan klik. Dengan berpegang pada keempat prinsip ini, maka jika kita membaca Kitab Suci, pertama- tama kita harus menangkap arti literal/ harafiahnya terlebih dahulu, baru kemudian melihat apakah ada arti spiritual/rohaninya. Prinsip ini juga menjaga agar kita tidak terlalu cepat mengatakan bahwa suatu kisah dalam Kitab Suci ‘tidak… Read more »
Shalom
Bu Inggrid
Penjelasan Ibu mengenai kitab ayub sangat bagus, terperinci dan mudah dipahami. Tuhan memberkati, amin.
regards
martha