Pertanyaan:
Kami dari latarbelakang budaya Tionghoa, dan saya dan adik saya Katolik sejak 20 thn yang lalu.
Akhir2 ini kondisi keuangan kurang baik, papa sakit2, dsb sehingga kami minta petunjuk guru Fengshui.
Tolong saya sedang mencari artikel yang membahas Fengshui dan pandangan Gereja Katolik.
Dengar2 apakah Fengshui itu dibolehkan atau dosa?
Terima kasih atas pertolongan, kasih dan kerelaan Bp. Stef dan Ibu Ingrid
Laurentius Efendi
Jawaban:
Shalom Laurentius Efendi,
Terus terang memang saya tidak mendalami Feng Shui, dan apa yang saya tuliskan di sini adalah berdasarkan pengamatan saya sekilas dari buku- buku yang pernah saya baca, dan dari praktek yang saya ketahui sebagai seorang arsitek.
Memang sekilas terdapat hal- hal dalam Feng Shui ini yang dapat diterima dengan akal sehat, misalnya, seperti jangan menempatkan kamar tidur di atas dapur (pada kasus rumah bertingkat), sediakan ruang yang cukup di sekitar pintu masuk, adalah baik jika rumah menghadap ke timur, dst. Namun aturan- aturan Feng Shui ini tidak terbatas oleh aturan- aturan umum macam itu, tetapi dapat berkembang menjadi sangat ‘njlimet’/ rumit yang menjurus kepada tahayul. Contohnya, jumlah anak tangga dihitung untuk memenuhi ketentuan angka tertentu, meteran yang digunakan untuk membangun rumah adalah meteran khusus yang memuat angka- angka yang konon ‘baik’/ hokki maupun yang ‘buruk’; ukuran ini dipakai sehingga tinggi pintu- pintu di rumah dapat menjadi beraneka ragam; pintu masuk harus diletakkan serong, ruang tamu harus dipasangi kaca cermin untuk menolak bala, dst. Semua contoh- contoh ini cenderung bersifat tahayul, dan kita sebagai umat Katolik tidak selayaknya percaya akan hal- hal semacam ini.
Maka kita sebagai umat Katolik selayaknya waspada akan paham Feng Shui ini. Jika saran yang diberikan masuk akal dan dapat dijelaskan secara nalar, maka silakan diterima; tetapi jika sudah berbau tahayul, harus ditolak. Kita tidak perlu berkonsultasi kepada para ahli Feng Shui, untuk memperoleh hokki dalam bisnis atau kebahagiaan dalam keluarga. Berkat semacam itu datang dari Tuhan, dan bukan dari cara mengatur furniture, ruangan dan tangga dalam rumah. Maka tidak ada gunanya berkonsultasi dengan para ahli Feng Shui, karena selain tidak sesuai dengan iman Katolik, para ahli Feng Shui tersebut juga dapat memberikan saran yang berbeda- beda. Ini saya ketahui dari kesaksian teman yang sebelum bertobat, gemar berkonsultasi kepada para ahli Feng Shui. Bukannya damai sejahtera yang didapatnya, melainkan hidupnya selalu dipenuhi ketakutan dan penyesalan, karena walaupun sudah mengikuti apa yang disarankan, tetap saja masalah bermunculan.
Sebenarnya, alasan yang mendasar mengapa pergi konsultasi ke para ahli Feng Shui tidak sesuai dengan iman Katolik, dan karenanya adalah dosa, adalah: 1) dengan berkonsultasi kepada para ahli Feng Shui, maka seseorang tidak lagi mengandalkan Tuhan dan firman-Nya dalam menghadapi masalah, melainkan berpaling kepada para ahli Feng shui; 2) Orang yang percaya kepada paham Feng Shui tidak lagi mengenali Tuhan sebagai Pribadi, tetapi sebagai energi “chi” yang mengendalikan segala sesuatu dalam hidupnya; 3) Tanpa disadari, orang tersebut menduakan Tuhan, atau dapat dikatakan bahwa hal Feng Shui ini dapat menjadi berhala baginya; 4) jika konsultasi dengan para ahli Feng Shui itu melibatkan kuasa-kuasa lain di luar jangkauan akal budi, kuasa gelap, ramalan, tahayul, penyaluran energi tenaga dalam, medium bola kristal, pentagram atau sejenisnya, itu sudah merupakan praktek-praktek yang menyimpang dan sudah tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Praktek ini sudah menjurus kepada ilmu gaib, dan harus kita hindari.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 2115 Allah dapat mewahyukan masa depan kepada para nabi dan orang-orang kudus yang lain. Tetapi sikap Kristen ialah menyerahkan masa depan dengan penuh kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi dan menjauhkan diri dari tiap rasa ingin tahu yang tidak sehat. Siapa yang kurang waspada dalam hal ini bertindak tanpa tanggung jawab.
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
KGK 2117 Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
Jika saya boleh menyarankan, maka sebaiknya anda berhati-hati terhadap praktek Feng Shui ini. Lebih baik mengusahakan penyembuhan ataupun penyelesaian persoalan dalam keluarga melalui cara yang diterima oleh Gereja Katolik secara umum, yaitu dengan berdoa, menerima sakramen, berpegang kepada firman Tuhan, yang dibarengi dengan langkah konkrit seperti pengobatan, terapi medis dan konsultasi kepada para ahli di bidangnya, dalam hal ini jika masalah keuangan, silakan anda berkonsultasi kepada orang- orang yang pakar di dalam hal ekonomi/ bisnis.
Masalah yang terjadi dalam kehidupan kita selayaknya menjadikan kita lebih bergantung kepada Tuhan dan mengandalkan Dia, dan bukannya membuat kita mengandalkan manusia dan mengandalkan kekuatan sendiri. Jika kita bersikap demikian, kita malah menjauh dari Tuhan, dan sungguh Tuhan tidak berkenan (lih. Yer 17:5)! Adalah baik dalam keadaan sulit seperti ini anda sekeluarga semakin bersatu dalam doa bersama, seperti doa Rosario, ataupun doa Kerahiman Ilahi. “Yesus, Engkaulah andalanku,” itulah yang harus bergema tiada henti dalam hati anda, dan bukannya keinginan untuk mengandalkan anjuran para ahli Feng Shui. Kita harus percaya, bahwa Allah adalah Bapa yang Maha Pengasih, dan bahwa Ia dapat menolong kita semua, dan mendatangkan kebaikan kepada mereka yang mengasihi Dia (Rom 8:28). Maka pertanyaannya adalah: sejauh mana kita telah mengasihi Allah? Sebab jika kita sungguh mengasihi-Nya maka firman ini akan digenapi di dalam kita.
Demikian yang dapat saya sampaikan tentang pertanyaan anda. Mohon maaf jika pernyataan saya terdengar keras di telinga anda. Saya akan turut mendoakan keluarga anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati, katolisitas.org
Salam Damai, tim katolisitas!
Saya seorang mahasiswa dan sekarang menjadi staf pengajar bidang Arsitektur di sebuah universitas swasta di Jakarta.
Saya ingin bertanya mengenai Feng Shui.
Di universitas saya, terdapat sebuah mata kuliah yang diberi nama ‘Ilmu Feng Shui dan Arsitektur’ yang diampu seorang master Feng Shui yang cukup terkenal di Indonesia. Dalam kuliah pengenalannya setiap semester, beliau akan menjabarkan dalam beberapa pertemuan mengenai dasar-dasar keilmuan Feng Shui. 2 poin yang paling menarik dalam pembahasannya adalah:
1. Bahwa pada dasarnya Feng Shui merupakan ilmu yang dikembangkan di Cina selama ribuan tahun. (Beliau menceritakan sejarah perkembangan Feng Shui serta tokoh-tokoh penggagasnya). Dikatakan bahwa Feng Shui merupakan sebuah ILMU yang SAINTIFIK karena merupakan hasil penelitian mendalam, berbasis pada data yang terulang-ulang selama ribuan tahun, bukan hanya sekedar MITOS yang TIDAK MASUK AKAL, seperti lebar pintu harus sekian atau tidak boleh tidur menghadap jalan utama karena seperti mayat (yang menurutnya mitos dan klenik, dan HARAM bagi ahli Feng Shui sekalipun). Beliau mengemukakan bahwa bumi ini memiliki sebuah pola natural yang dapat ditelaah terus menerus. Dan hasil ‘penelitian’ tersebut menjadi apa yang dikenal sebagai Ba Zi (bila berkenaan tentang kehidupan manusia) dan Feng Shui (bila mengenai tata letak gedung).
2. Bahwa Feng Shui mengajarkan sebuah konsep ‘trinitas’ pula, yaitu: a) KEKUATAN LANGIT: yaitu kehendak Tuhan YME, karena tanpa-Nya, tidak akan ada yang dapat terjadi di dunia ini, sehingga utamanya kita memohon dan berdoa selalu kepada Tuhan; b) KEKUATAN MANUSIA: yaitu sebagai manusia, kita harus selalu berusaha dan tidak boleh bermalas-malasan; dan c) KEKUATAN BUMI: yaitu Ba Zi dan Feng Shui, yaitu dengan melihat pola-pola ‘ilmiah’, kita bisa mengetahui apakah ‘bumi sedang berpihak kepada kita atau tidak’.
Contoh yang poin (2) adalah misal seseorang dilahirkan pada tanggal sekian dan jam sekian, menurut perhitungan Ba Zi, dia akan mengalami sial pada umur sekian hari sekian dan jam sekian. Namun, bila ia dapat mengatasinya dengan Feng Shui dan berusaha menghindari kesialan yang telah disebutkan tersebut sembari berdoa terus memohon kepada Tuhan, ia dapat mengakali ‘pola natural’ tersebut.
Pada dasarnya saya setuju untuk poin (a) dan (b), karena bagaimana pun “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” Yakobus 2:17.
Bagaimana pandangan GK terhadap poin (c) ini? Apakah memang tidak mungkin ada sebuah pola natural berulang yang mungkin memang ada di bumi ini? Seperti teori evolusi yang pada dasarnya tidak ada yang mengetahui kebenarannya, tapi GK percaya bahwa BILA memang terjadi, ini merupakan salah satu bagian penting yang menunjukkan betapa indahnya karya penciptaan Tuhan (tanpa mengesampingkan penciptaan JIWA manusia secara langsung oleh Tuhan dalam diri manusia pertama); Apakah mungkin memang pola natural tersebut ada?
Saya bertanya karena saya mengalami kegundahan yang sudah cukup lama selama 2 tahun. Di satu sisi, semua tampak ilmiah, bahkan sangat bertentangan dengan konsep Feng Shui yang mistik yang selama ini kita semua kenal (seperti perlambangan hewan dalam Shio yang sebenarnya tidak esensial tetapi sangat digembar gemborkan secara umum). Di sisi lain, saya masih ragu karena bagi saya, dunia seakan-akan sudah baku dan tidak menyisakan ruang untuk campur tangan Allah. Namun, semua tampak sangat riil karena contoh-contoh yang ada (setelah saya melihat hasil tugas saya dan banyak teman saya dalam mengaitkan tata ruangan dalam rumah dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak rumah dibangun hingga sekarang).
Terima kasih. Ciao :)
Shalom Rio,
Paham Feng Shui tidak sesuai dengan iman Kristiani, justru karena paham itu mempercayai bahwa segala sesuatu yang tidak beres pada diri manusia disebabkan karena pengaruh kekuatan bumi atau yang Anda sebut sebagai ‘pola natural’ itu.
Walaupun Anda katakan bahwa Feng Shui mengajarkan adanya konsep trinitas: Tuhan-manusia-bumi, tetapi konsep tersebut berbeda dengan konsep Trinitas Kristiani. Ketiga unsur dari trinitas ala Feng Shui itu tidak sama hakekatnya, sedang dalam Ketiga Pribadi Allah dalam Trinitas, sama hakekatnya. Dan sepanjang pengetahuan saya, pada akhirnya, paham tersebut menitikberatkan kepada unsur ketiga, yang daripadanya paham tersebut memperoleh namanya, Feng Shui. Akibatnya, paham ini menonjolkan berbagai teori keseimbangan bumi, yang bisa saja berbeda-beda, antara seorang ahli Feng Shui yang satu dan yang lainnya. Ini dapat Anda tanyakan kepada mereka yang mempunyai kebiasaan mengkonsultasikan rumah/ bangunan mereka ke beberapa ahli Feng Shui baik di dalam ataupun di luar negeri. Mungkin inilah sebabnya Feng Shui tidak diterima sebagai ilmu sains secara internasional.
Stef dan saya sama-sama mempunyai latar belakang arsitektur, dan kami memahami bahwa memang ada beberapa prinsip alam yang sebaiknya diterapkan dalam perancangan bangunan. Namun kami melihat hal ini bukan karena baik menurut Feng Shui, tetapi karena baik menurut akal sehat. Sebagai contoh: bahwa baik jika rumah menghadap ke timur [ke arah sinar matahari pagi], pada rumah bertingkat, baik jika tidak menempatkan kamar tidur di atas dapur [agar menghindari resiko membahayakan yang tidur jika terjadi kebakaran dari dapur], atau sedapat mungkin tidak menempatkan ranjang dengan kaki menghadap ke pintu masuk [agar tidak mengganggu pandangan dan kenyamanan orang yang tidur jika pintu dibuka]. Hal-hal seperti ini dibahas dalam Feng Shui, walau bisa saja dengan alasan yang berbeda.
Namun di samping adanya hal-hal yang masuk akal dalam Feng Shui, ada juga yang cenderung berbau takhayul, yaitu jika sudah sampai ke ranah spekulasi teori ‘keseimbangan’. Contohnya seperti menerapkan cermin di sisi-sisi tertentu, konon untuk memantulkan atau mengarahkan energi, atau memiringkan letak pintu sekian derajat, atau bahkan menggunakan meteran Feng Shui, sehingga seolah-olah jarak sekian meter dan cm itu buruk, dan sekian meter/ cm lainnya berarti baik. Sungguh hal-hal ini tidak dapat dibuktikan dengan sains maupun akal sehat, dan selain itu dapat mengurangi kepercayaan kita kepada Allah. Karena dengan mempercayai hal-hal sedemikian, orang cenderung mengira bahwa kehidupan mereka ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lain yang bukan Allah itu sendiri. Iman Kristiani tidak mengatakan bahwa Allah sama dengan kekuatan bumi.
Katekismus Gereja Katolik jelas mengajarkan tentang larangan terhadap takhayul ini:
KGK 2110 Perintah pertama melarang menghormati allah-allah lain di samping Tuhan yang Esa, yang telah mewahyukan Diri kepada umat-Nya. Ia melarang takhayul, dan ketidakpercayaan. Takhayul boleh dikatakan satu religiositas yang berlebihan; dan tidak normal; ketidakpercayaan terlalu sedikit, satu kebiasaan buruk yang berlawanan dengan keutamaan menghormati Allah.
Demikian sekilas yang dapat saya sampaikan menanggapi pertanyaan Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih, bu Ingrid atas penjelasannya yang meluruskan pemikiran saya.
Memang benar pada kenyataannya bahkan di antara para ahli Feng Shui pun terdapat perbedaan pendapat atas ajaran satu sama lain. Oleh karenanya, walau salah satu rekan dosen saya mengatakan bahwa itu saintifik, tetap tak dapat diverifikasi secara universal sebagai bidang keilmuan.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Ciao~ :D
Dear Katolisitas,
Saya tertarik dengan tema yg dibahas disini , yaitu tentang Fengshui,
Saya dulu pernah belajar selama -/+ 6 tahun, dan mempraktekkan ilmu Fengshui. Salah satu guru fengshui saya dulu adalah seorang wanita dari singapore namanya Lilian To.
Setelah saya belajar dan mepraktekan ilmu Fengshui, sungguh saya menjadi semakin meninggalkan Tuhan, dan semakin mempercayai kekuatan2 lain, dan terseret semakin dalam, yaitu pada akhirnya ilmu fengshui membawa saya pada penyembahan dewa dan dewi dan praktek negatif
Tetapi syukur kepada Tuhan Jesus karena saya dikasihiani hingga saya dibuatnya sadar , bahwa saya telah berada dijalan yg sesat.
Ilmu Fengshui pada awalnya memang tidak terasa menyesatkan, tetapi semakin didalami dan diikuti akan membawa seseorang tanpa disadari menjadi penyembah kepada yang BUKAN Tuhan sejati.
Sebetulnya saya ingin menceritakan disini kisah saya selama belajar dan mempraktekan ilmu fengshui, tetapi karena cukup panjang, saya hanya menulis secara garis besarnya seperti diatas, Percayalah, tinggalkan Ilmu Fengshui , dan Percayalah kepada Jesus dan ajaran Gereja-Nya (Katolik) saja.
Fengshui adalah ilmu pergerakan “angin dan air “, Ingatlah, Jesus yang adalah Allah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Angin dan Air yang “mengamuk” saat Para Rasul naik perahu bersama Jesus menjadi Tunduk dan Patuh kepada perkataan Jesus.
Jadi lebih dari cukup dan ampuh kita bersandar kepada Jesus saja yang adalah Tuhan dan Allah sendiri. Siapa yang bisa melawan kita jika Tuhan / Allah ada di pihak kita.?? TIDAK ADA !
Semoga bermanfaat.
Dear Admin,
Saya telah membaca artikel tentang fengsui menurut Gereja Katolik.
Suami baru saja dari ahli fengsui karena diajak oleh seseorang, seseorang tersebut percaya dengan fengsui (mengubah tata letak pintu utama, memasang gambar hewan di ruangan) dan dia beragama Katolik.
Dan ahli fengsui tersebut mengaku bahwa dia beragama Katolik (ini yang susah karena dapat menyesatkan jg menurut saya).
Saya berusaha menjelaskan bahwa itu dapat menganggu iman Katoliknya.
Tp suami saya tetap berpendapat bahwa fengsui adalah salah satu sarana dari Tuhan untuk mendapatkan berkat.
Dia sudah membaca kitab suci, dan mengatakan bahwa musa membawa tongkat untuk mengadakan mukzijat, dan tongkat tersebut diartikan oleh dia adalah klenik.
Saya bingung harus menjelaskan bagaimana.
Thanks
Sylvia
Shalom Sylvia,
Perbuatan yang keliru, meskipun dilakukan oleh orang Katolik, tetaplah merupakan perbuatan yang keliru. Jadi tidak berarti kalau yang melakukan praktek fengshui ataupun pengajar fengshui adalah orang Katolik, maka fengshui itu menjadi tidak keliru. Namun perlu dilihat di sini, bahwa tidak semua yang diajarkan dalam fengshui itu salah, sebab ada beberapa di antaranya memang masuk akal dan sesuai dengan akal sehat, contohnya seperti sebaiknya rumah menghadap ke timur, pada rumah tingkat, kamar tidur sebaiknya tidak diletakkan di atas dapur, dst. Nah fakta yang seperti ini dapat dijelaskan oleh akal sehat, dan karena itu tidak menyalahi iman Katolik, dan silakan diikuti.
Tetapi, jika sudah menjurus kepada tahayul, misalnya pintu harus diubah letaknya sampai harus miring sekian derajat, tingginyapun harus sekian meter, sampai sekian milimeter, harus memasang kaca cermin, memasang gambar tertentu di ruangan, dst, ini sudah tidak dapat dijelas menurut akal sehat, dan karena itu sudah masuk ke ranah ramalan, seolah kalau tidak diikuti akan terjadi bencana atau kerugian ini itu; dan ini termasuk dalam yang dilarang, silakan membaca kembali Katekismus Gereja Katolik no. 2115-2117, seperti tertulis di atas.
Tuhan memang dapat memberkati kita dengan banyak cara, tetapi tidak melalui ramalan dan tahayul. Cara yang sudah pasti dapat mendatangkan rahmat Tuhan adalah sakramen, doa, permenungan sabda Tuhan, dan perbuatan kasih kepada sesama.
Hal Musa yang meninggikan patung ular di padang gurun (lih. Bil 21:9), itu harus diartikan dalam kesatuan dengan penggenapannya di Perjanjian Baru. Hal ini diajarkan dengan jelas oleh Kristus sendiri yang mengatakan, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:14-15) Dengan pemahaman ini maka ayat Bil 21:9 sama sekali bukan dimaksudkan untuk membenarkan klenik. Tongkat Musa yang menyembuhkan/ memulihkan itu dimaksudkan Allah untuk menggambarkan Kristus dalam Perjanjian Baru, yang akan ditinggikan di atas tiang salib, untuk memulihkan manusia dari dosa.
Demikianlah, dalam menginterpretasikan Kitab Suci, kita harus memegang prinsip utamanya yaitu mengartikan ayat-ayat dalam kesatuan dengan keseluruhan ayat Kitab Suci. Jadi tidak bisa suatu ayat dibaca sendirian lalu dikira-kira sendiri artinya, terutama ayat-ayat yang ‘sulit’, yang sepertinya memerlukan penjelasan lebih lanjut. Gereja Katolik mengajarkan kita untuk membaca Perjanjian Lama dalam terang Perjanjian Baru, dan demikian pula sebaliknya.
Silakan membaca di sini tentang Bagaimana Menginterpretasikan Kitab Suci menurut Pengajaran Gereja Katolik, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
thanks all :)
Shallom, jika boleh saya bertanya medium itu apakah semacam Chinese medium atau Tatung??
Kalau iya, di daerah Kalimantan dan daerah saya banyak Tatung, trims.
Shalom Stefanus,
Jika tatung yang dimaksud adalah orang yang dibuat agar dirasuki roh dan menjadi medium, maka hal ini tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik (lihat Katekismus 2116-2117 di atas).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ibu, saya pun menganggap demikian karena tidak sesuai dengan iman Katolik,
namun bisakah ibu menjelaskan bagaimana dengan banyak keluarga yang Kristen (Katolik ataupun bukan) yang kepala keluarganya adalah seorang Tatung?? Di satu sisi mereka bisa hidup berdampingan,
bahkan jika boleh saya share saya dari keluarga yang benar2 lekat dengan budaya Tiong Hua, om dan papa saya sendiri tatung… semua keluarga saya tidak ada yang mengenal Yesus namun mereka tetaplah baik dan tidak masalah saya dan kakak saya memilih Gereja.
Hanya saya dan kakak saya yang Katolik, pernah satu ketika papa saya sedang menjadi medium (dimasuki arwah). Yang masuk di papa saya berpesan pada kami, demikian,
“Kalian sudah pegang salib (maksudnya ikut gereja), berpeganglah sungguh2 terhadap agama kalian, hidup itu harus punya satu pegangan, kalau kalian nanti mati, Kepala Gereja (di sini maksudnya adalah Yesus) kalianlah yang akan menerima kalian, kita berbeda jalan, namun kita hidup hanya memelihara badan, tidak memelihara hati, kalian dan orang tua kalian beda agama dan jalan imannya, orang tua kalian memelihara kalian dari kecil, tapi hati kalian mau memilih apa itu adalah hak kalian, orang tua tidak boleh melarang kalian memilih agama kalian karena semua agama itu baik”
Pernah juga dulu saya dan teman saya tabrakan, malamnya papa saya kembali menjadi medium.. Saya tidak minta untuk diterawang, tapi papa saya yang mau karena takut saya kenapa2. Ibu tahu dia bilang apa?? dia berkata “Kamu kecelakaan, tapi kamu tidak akan kenapa2, tenang saja, ada yang dekat dan menjaga kamu.” Saya dan kakak saya yang mendengar itu sempat tercengang karena setelah ditanya siapa, apakah sosok itu baik, ia hanya menjawab bahwa sosok itu laki2 dan Dia adalah kepala gereja kalian”, tentu ini Yesus !!! Betapa bahagianya saya sebab Yesus benar2 menyertai saya, memang saat kecelakaan, motor dan teman saya sempat luka2 sampai lengan bajunya robek dan motornya sempat rusak.. tetapi saya baik2 saja. Mungkin terdengar aneh dan tidak dapat di percaya, namun ini adalah kesaksian hidup saya bahwa iman saya tidak sia2 pada Yesus..
Namun di sini saya tidak bermaksud mendukung adanya Tatung, sebab saya sudah memilih Yesus, namun dari jawaban tatung yang kebetulan papa saya sendiri (di sini bukan papa saya yang mengatakan!), saya semakin percaya bahwa Yesus menjaga saya!!! Bahkan pernah saya dimarahi oleh papa saya yang seorang tatung karena dulu saya malas ke Gereja… mama saya juga sempat marah besar karena patung Yesus di kamar saya sangat berdebu dan tidak pernah saya bersihkan.. saya tetap cinta Yesus dan saya tetap menghargai papa saya yang seorang tatung,
Semoga share saya dapat diterima..:)
Shalom Stefanus,
Seperti yang telah disampaikan di atas, dan yang juga sudah anda pahami adalah bahwa perbuatan pemanggilan arwah seperti yang dilakukan oleh para Tatung itu tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Sehingga seseorang yang Katolik seharusnya tidak menjadi tatung. Namun dapat terjadi bahwa di dalam sebuah keluarga, sang ayah yang tidak Katolik (tidak mengenal Kristus) itu menjadi tatung, sedangkan anaknya Katolik, seperti dalam keluarga anda. Dalam hal ini, memang bukan berarti karena ayah anda tatung lantas anda boleh tidak menghormati ayah anda. Sebab perintah Tuhan tidak memberikan perkecualian di sini (akan apakah yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak), yang dikatakan adalah “Hormatilah ayahmu dan ibumu” (Kel 20:12). Maka sebagai anak, anda harus tetap menghormati ayah anda, meskipun anda tidak setuju dengan apa yang dilakukannya.
Dengan menjadi Katolik, anda mempunyai kesempatan untuk menjadi saksi atas iman anda; untuk menunjukkan bahwa anda sungguh anak yang berbakti dan mengasihi orang tua. Selanjutnya doakanlah orang tua anda, sebab jika sudah menjadi kehendak Tuhan, maka dapat saja orang tua anda malah tertarik untuk mengenal Kristus dengan melihat teladan hidup anda yang memancarkan kasih. Dalam suasana kasih inilah, anda dapat berdialog dengan papa anda, dan semoga dengan pimpinan Roh Kudus, hatinya dapat terbuka untuk menerima Kebenaran di dalam Kristus. Sebab jika membaca kisah anda, tanpa disadari sebenarnya justru melalui perannya sebagai tatung, ayah anda mulai mengenal apa itu salib, Kristus sebagai kepada Gereja yang melindungi anda, bahwa dengan perlindungan Kristus, maka tidak perlu merasa takut, dst. Maka sesungguhnya apa yang dikatakan dalam Katekismus ini bisa menjadi sesuatu yang benar dan digenapi dalam hidup papa anda:
KGK 843 Gereja mengakui bahwa agama-agama lain pun mencari Allah, walaupun baru “dalam bayang-bayang dan gambaran”. Ia memang belum dikenal oleh mereka, namun toh sudah dekat, karena Ia memberi kepada semua orang kehidupan, napas, dan segala sesuatu, dan Ia menghendaki agar semua manusia diselamatkan. Dengan demikian Gereja memandang segala sesuatu yang baik dan benar yang terdapat pada mereka sebagai “persiapan Injil dan sebagai karunia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan” (Lumen Gentium 16) Bdk. Nostra Aetate 2; Evangelii Nuntiandi 53.
Pengalamannya menjadi tatung bahkan merupakan persiapan bagi papa anda untuk mengenal Kristus dan Injilnya. Maka anda dapat mendoakan papa anda, agar suatu saat ia dapat terbuka hatinya untuk mengetahui bahwa iapun dapat memperoleh perlindungan dari Kristus yang menerangi kehidupan setiap orang, jika ia mau menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya melalui Pembaptisan. Di dalam Kristus, tidak ada lagi ketakutan untuk menghadapi hidup (maka tidak perlu bertanya- tanya kepada roh- roh), sebab segala sesuatu dapat kita tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada kita (Fil 4:13). Namun biarkanlah Roh Kudus bekerja dalam hatinya, anda tidak perlu memaksa. Sebab yang terlebih penting bagi anda adalah menjadi saksi Kristus dengan perbuatan kasih kepada mereka, dan ini lebih lantang gemanya, daripada mengkhotbahi mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Damai Kristus, Bagiku percaya kepada TUHAN YESUS KRISTUS harus sepenuhnya. Apapun yg ada di sekitar kita, yg terlihat maupun yg tidak kelihatan sama sekali, tetaplah Percaya bahwa TUHAN YESUS itu adalah ALLAH PENYELENGGARA Segala Sesuatu yg berujung pd KESELAMATAN abadi. Untuk segala sesuatu yg Masuk akal atau Tidak, hendaklah kita tetap terus berpatokan pd YESUS YANG MAHAKUASA. Kuasa TUHAN YESUS tak terbatas. Jadi manusia yg Mengimani TUHAN YESUS KRISTUS, jgn hanya Terbatas pd hal2 yg masuk akal saja, bahkan hal2 yg tidak masuk akal kita harus Percaya, bhw TUHAN kita YESUS KRISTUS itu MAHAKUASA melampaui segala kemampuan akal manusia. Kalau kita berlaku demikian, alangkah berbahagianya kita telah memiliki IMAN KATOLIK yg tak terbatas hanya pd LOGIKA atau pd hal2 yg masuk akal. Tetap terus percaya dan mengasihi TUHAN dan sesama manusia, dan menghargai segala Karya ALLAH yg sangat luar biasa bahkan Akal dan otak Jenius pun tak sanggup mengurainya. SUNGGUH HEBAT ALLAH kita. Semoga aku tak salah memaparkan hal ini. DAMAI KRISTUS.
***DEO_GRATIAS***
Saya ingin sharing sedikit mengenai apa yg saya ketahui tentang Feng Shui.
Ilmu Feng Shui itu sangat luas, dan terdiri dari banyak aliran, pendekatan atau metode.
Ada yg dapat dipahami dengan nalar, ada pula yg semata2 takhayul. Jadi perlu hati2 dalam menilai Feng Shui ini.
Menurut saya, Feng Shui yang asli adalah yang membuat manusia dapat hidup selaras dengan alam.
Karena alam itu ciptaan Tuhan dan manusia pun ciptaan Tuhan, maka masuk akal jika dalam menjalani kehidupan sehari2 manusia perlu hidup selaras dengan alam.
Dalam menjalani hidup yang selaras itu faktor chi (energi) yg menentukan — apakah chi yang baik ataukah yang buruk. Karena setiap manusia memiliki chi dan alam pun demikian.
Di sini kita sebagai manusia, jika peka, akan bisa merasakan pengaruh chi yg buruk tersebut.
Sebagai contoh kecil yg masuk akal, perasaan kita tentu tidak enak jika menghadapi seseorang yg memegang pisau yg ujungnya terarah ke kita. Itu karena ujung pisau tersebut memancarkan chi yg buruk ke arah kita.
Contoh chi buruk lainnya seperti jika tempat tinggal kita terletak dekat dgn genangan air (menjadi sarang penyakit), atau di bawah tebing yg menjorok (ancaman longsor), atau di bawah kabel tegangan tinggi (SUTET, yg mempengaruhi kesehatan).
Di sini bukan lagi soal percaya atau tidak percaya, karena meskipun orang tersebut 100% tidak percaya Feng Shui, dia tetap akan berpotensi mengalami musibah yg diakibatkan oleh lingkungan tempat tinggalnya. Jadi akan lebih baik jika dia menghindari tempat2 semacam itu – bukan karena percaya pada Feng Shuinya atau kurang percaya pada perlindungan Tuhan, tapi karena dia sadar akan bahaya yang dihadapinya.
Chi yang buruk biasanya mempengaruhi perasaan dan kondisi kesehatan seseorang, sehingga kehidupan sehari2 orang tersebut akan terpengaruh. Jika orang tersebut sehat dan ceria, tentu dia dapat bekerja dan berinteraksi dgn sesamanya dengan lebih baik. Otomatis orang tersebut berpotensi untuk „mengundang“ rejeki yg lebih baik dibanding orang yg selalu murung & sakit2an.
Ini yang membuat orang memahami secara pintas bahwa rejeki bisa didatangkan dengan Feng Shui.
Pemahaman seperti di atas inilah yang perlu dihindari, termasuk juga ilmu2 Feng Shui yg berisikan ramalan2 atau perhitungan2 ini-itu yang tdk dapat dijelaskan secara nalar atau sesuai dgn prinsip keserasian dgn alam. Termasuk Feng Shui yang menjadikan kita semakin kurang percaya bahwa Tuhanlah sumber dari segala berkat yg kita terima dalam hidup kita.
Demikian penjelasan singkat saya. Tidak alkitabiah, tetapi semoga ada yg bisa dipetik dan bermanfaat.
Shalom Yudi,
Sebenarnya secara obyektif kita memang bisa melihat bahwa tidak semua yang diajarkan dalam Feng Shui itu buruk. Ada bebeberapa hal yang diajarkan dalam Feng Shui juga baik dan masuk akal, sehingga dapat dilakukan. Jika orang Katolik melakukannya, itu atas dasar bahwa hal itu dapat diterima akal sehat, dan bukannya karena percaya kepada ajaran Feng Shui. Sedangkan tentang ajaran yang berbau tahyul, tentu saja tidak dapat dilakukan oleh orang Katolik.
Nah, sekarang tentang prinsip energi “chi”. Ini memang yang sering kita dengar, tetapi sejujurnya, hal ini masih merupakan hipotesa dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Mengandaikan bahwa segala sesuatu di dunia ini seolah diatur oleh ‘energi’/ chi inilah yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Silakan anda membacanya jika anda tertarik dengan topik ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Inggrid,
Contoh2 yang saya sebutkan sebelumnya itu saya kira contoh penjelasan yg dapat diterima oleh akal sehat mengenai chi dan feng shui.
Contoh lain adalah penggunaan pengetahuan ttg chi yg digunakan dlm praktek pengobatan dgn akupunktur. Jika ilmu pengetahuan tidak/belum bisa menjelaskan soal prinsip akupunktur, bukan berarti akupunktur itu sesuatu yg sesat.
Ini mirip seperti cerita suku pedalaman yg ketakutan melihat potret diri mereka setelah difoto, atau orang yg dianggap punya kesaktian karena bisa ‘mendatangkan’ gerhana matahari. Takut, karena mereka tidak memiliki pengetahuan mengenai hal itu.
Menurut saya, percaya bahwa chi itu ada bukan berarti percaya bahwa segala sesuatu di dunia itu diatur oleh chi tersebut. Itu dua hal yg berbeda.
Memang keliru untuk menganggap segala sesuatu di dunia ini diatur oleh chi itu.
Tapi merupakan suatu hal yg keliru juga kalau seseorang menyangkal keberadaan sesuatu hal yg dia sendiri tidak tahu menahu.
Keberadaan soal chi bisa dibuktikan secara ilmiah dengan teknik fotografi Kirlian. Orang yang sehat, sakit, gembira, sedih, marah akan terlihat memancarkan warna2 yang berbeda.
Bukan berarti saya ingin membawa orang2 supaya mempercayai chi atau feng shui, tapi sekedar menjelaskan bahwa hal2 tersebut memang ada. Bahwa chi itu, mau tdk mau, adalah bagian dari diri kita. Meskipun kita menyangkalnya pun chi itu tetap ada.
Sekarang tergantung kita saja yg menganggap pengetahuan tentang chi tersebut sebagai berkat atau sebagai sesuatu yg buruk.
Salam
Shalom Yudi,
Sebelum menjawab pertanyaan anda, saya akan sertakan kutipan pengajaran dari Magisterium, tentang mengapa pada dasarnya Feng Shui itu tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Kutipan ini saya ambil dari dokumen yang dikeluarkan oleh Pontifical Council for Culture- Pontifical Council for Interreligious Dialogue, dengan judul: Jesus Christ the Bearer of the Water of Life, demikian:
Sedangkan pengertian Feng Shui yang dicatat dalam Glossary di dokumen tersebut adalah:
7.2. ….”Sebuah bentuk ‘geomancy‘ (sebuah ramalan dengan tanda- tanda yang diperoleh dari bumi), dalam hal ini adalah metoda ilmu gaib Cina yang menggambarkan kehadiran aliran- aliran positif dan negatif yang tersembunyi di bangunan- bangunan dan tempat- tempat lainnya atas dasar sebuah pengetahuan tentang kekuatan- kekuatan bumi dan atmosfir. “Seperti badan manusia atau kosmos, tapak (sites) adalah tempat persilangan influks, di mana keseimbangan yang sesuai merupakan sumber kesehatan dan kehidupan.” (J. Gernet, in J.-P. Vernant et al., Divination et Rationalité, Paris (Seuil) 1974, p. 55.)
1. Rahasia mencapai kebahagiaan: bukan energi ‘chi’ tetapi Tuhan
Demikianlah, kita mengetahui bahwa pengertian ‘chi‘ yang dipercayai oleh Feng Shui sebagai energi yang mengatur kesehatan dan kehidupan, dan yang menjadi rahasia mencapai kebahagiaan dan kesuksesan, itulah yang tidak sesuai dengan prinsip Kristiani, yang mengajarkan bahwa Allah- lah yang sesungguhnya menjadi sumber segala yang baik/positif: kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dll. Dan Allah ini bukan Energi, tetapi Pribadi. Oleh karena itu, kebahagiaan kita peroleh bukan dari sikap ‘tune in’ kepada energi/ ‘chi’, tetapi kepada Tuhan, sehingga kita dapat melakukan yang baik dan menghindari yang buruk.
2. Keberadaan ‘chi’ bisa dibuktikan?
Tentang pemahaman yang mengatakan bahwa chi bisa dibuktikan oleh teknik fotografi Kirlian, menurut pandangan saya juga hanya masih sebatas dugaan. Di Wikipedia memang disebutkan bahwa teknik fotografi tersebut dapat menampilkan fenomena elektrografi, semacam cahaya korona yang memancar dari obyek yang difoto, tetapi ini disebabkan oleh adanya sumber voltase yang dihubungkan kepada plat fotografi yang memotret obyek tersebut. Semyon Kirlian yang menemukan teknik tersebut memang mengatakan bahwa apa yang dipelajarinya “might be compared with the human aura” (kemungkinan dapat dibandingkan dengan aura manusia), tetapi ini bukan sesuatu pernyataan yang sudah terbukti.
Dr. Konstantin Korotkov, seorang dokter Rusia mengambil teknik Kirlian ini dan menerapkannya pada rumah sakit dan program para atlit. Yang dilakukannya adalah memberikan semacam pulsa elektrik untuk mengukur sinar elektro- fotonik (disebut GDV), yang konon dapat menjadi pengukuran preventif untuk mendeteksi stress. Tetapi persetujuan yang diberikan oleh the Russian Academy of Science bukan terhadap keseluruhan metoda, tetapi hanya menyatakan bahwa pulsa yang diberikan masih dalam batas- batas keamanan elektrikal. Jadi ini tidak membuktikan bahwa GDV tersebut memang dapat mengukur tingkat stress. Dengan demikian juga tidak dapat dibuktikan bahwa cahaya yang nampak berpendar pada manusia tersebut ada kaitannya dengan energi ‘chi‘ yang dapat mengakibatkan stress ataupun sebaliknya, damai/ kesenangan.
Maka, mari kita terima bahwa keberadaan ‘chi’ sendiri belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal keinginan untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan itu memang secara umum terdapat pada semua manusia, ini bukan soal pasti ada chi atau tidak. Mari kita serahkan saja kepada ilmu pengetahuan untuk membuktikan jika ‘chi‘ itu memang ada, sebab dari segi iman, kita sebagai umat Kristiani tidak mengimaninya. Kebenaran bagi umat Kristiani merupakan hal yang dapat dicapai dengan iman dan akal budi (faith and reason), sehingga jika Allah tidak mewahyukannya sebagai sesuatu yang harus diimani, maka kita mengacu kepada akal budi/ reason, untuk mengetahui kebenaran itu; dan untuk itu harus dapat dibuktikan secara ilmiah.
3. Tentang Akupuntur (acupuncture)
Praktek akupuntur ini tidak dilarang oleh Gereja, karena jika memang secara ilmiah, penekanan suatu titik di tubuh dapat mendatangkan kesembuhan suatu penyakit, maka Gereja tidak melarangnya. Akupuntur dapat dipandang sebagai suatu terapi untuk kesembuhan, sama seperti pemakaian obat untuk menyembuhkan penyakit yang juga tidak pernah dilarang oleh Gereja. Silakan menyimak jawaban Francis Kardinal Arinze perihal pertanyaan ini di sini, silakan klik, simak pertanyaan kedua.
Demikianlah Yudi, yang dapat saya sampaikan tentang tanggapan anda. Semoga dapat berguna bagi pembaca semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salom stef
maaf sebelumnya
kebiasaan kami,kalau di hari ulang tahun di keluaga kami, kami selalu memberikan sesajen di depan salib
dan patung bunda maria,,sebagai rasa syukur kepada Tuhan,,,,,,,,,,kemudian kami memintah kepada Tuhan
untuk menghadirkan arwah nenek moyang kami agar bisa menjaga kami,,,,apakah ini menjembah berhala
jawaban dari stef sangat membantu kami,terima kasih sebelumnya
Shalom Bernardus,
1. Memberi sesajen di depan salib sebagai ungkap syukur?
Walaupun anda mempunyai maksud yang baik, yaitu untuk bersyukur kepada Tuhan, namun nampaknya cara anda untuk menyatakannya tidak sesuai dengan cara yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Jika ada anggota keluarga yang berulang tahun, dan anda sekeluarga ingin bersyukur, maka cara yang sesuai dengan iman Katolik adalah dengan mengajukan ujud ucapan syukur dalam Misa Kudus. Silakan anda menghubungi petugas di paroki untuk mengajukan ujud misa tersebut, dan ikutilah ketentuannya.
Jika saya boleh menganjurkan, janganlah memakai cara sesajen (misalnya menempatkan aneka makanan dan buah- buahan) ini di depan patung- patung karena ini dapat menjadi batu sandungan, karena anda dapat disangka menyembah patung- patung tersebut. Padahal ajaran iman Katolik jelas tidak mengajarkan demikian.
2. Meminta Tuhan menghadirkan arwah?
Nampaknya ada yang rancu di sini. Sebab Tuhan menjaga kita dengan mengutus para malaikat pelindung untuk melindungi kita masing- masing, dan bukan dengan arwah- arwah leluhur. Maka hal pemanggilan arwah untuk menjaga kita, tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Katekismus mengajarkan bahwa pemanggilan arwah, seperti halnya segala bentuk ramalan harus ditolak, karena bertentangan dengan penghormatan yang harus kita berikan hanya kepada Allah. Demikian kutipannya:
Maka kita memang boleh mendoakan arwah leluhur kita, dan ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, namun kita tidak boleh memanggil arwah, ataupun melakukan tindakan- tindakan sejenisnya. Demikian, semoga ulasan di atas dapat membantu anda untuk melakukan penghormatan kepada Allah sesuai dengan ajaran iman Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Feng sui bukan sesuatu yang negatif dan salah (menurut saya). Selama kita bisa menyelaraskan kehidupan beragama kita dengan feng sui maka semua akan baik baik saja.
Saya katolik dan saya percaya dengan segala macam jenis pengetahuan yang ada di dunia seperti feng sui, primbon, paranormal, supranatural, magis, dukun, tukang ramal, mahluk halus, ufo, metafisis dsb.
Namun semua pengetahuan itu tidak membuat saya berpaling padaNya karena semua pengetahuan-pengetahuan itu adalah bersumber dariNya.
PERCAYALAH kepadaNya dan BEKERJALAH dengan OPTIMIS maka kita akan selalu hidup berkecukupan.
Jangan pernah menyangsikan keadilanNya.
Shalom Bravijaya,
Seperti telah disebutkan di atas, tidak semua yang disampaikan Feng sui itu dapat diselaraskan dengan iman Katolik, sebab terdapat juga hal- hal yang tidak dapat dijelaskan dengan nalar dan berbau tahyul. Prinsip yang demikian tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Sebagai orang Katolik anda tidak seharusnya percaya kepada segala pengetahuan. Harap dipahami bahwa mengetahui (membaca tentang hal itu) tidak sama dengan mempercayainya (setuju dengan yang disampaikannya dan menyesuaikan hidup dengan prinsip pengajaran itu). Kitab suci, seperti yang jelas dikutip oleh Katekismus Gereja Katolik, jelas melarangnya (lihat kembali KGK 2116 dan 2117 seperti telah dijabarkan di artikel di atas). Sebab memang benar pengetahuan berasal dari Allah, tetapi tidak benar bahwa segala pengetahuan berasal dari Allah.
Kita sebagai umat Kristiani harus berpegang kepada Sabda Tuhan, dan jika Tuhan melarang sesuatu, maka kita sebagai umat beriman harus menaati larangan tersebut. Sebab jika kita melanggarnya, hanya tinggal tunggu waktu saja, suatu saat, bahkan tanpa kita sadari, kita dapat berpaling dari-Nya. Tentu ini harus kita hindari.
Semoga Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada kita untuk menilai hal- hal apakah yang dapat kita terima karena sesuai dengan prinsip ajaran Kristiani, dan hal- hal apakah yang harus kita tolak.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Pak Stef dan Bu Inggrit
Saya ingin bertanya tapi maaf sebelumnya mungkin pertanyaan saya sih tidak terlalu berarti tapi hal ini kadang sering merasuki pikiran saya, benarkah misalnya seorang wanita mempunyai tahi lalat di leher katanya makan suami begitu kah? Maksudx kalau misalnya wanita itu menikah di bawah umur 32 tahun nanti suaminya tidak bakalan umur panjang benarkah itu? soalnya banyak orang yang percaya akan hal ini
terima kasih sebelumnya…
Tuhan memberkati
Shalom Roy,
Terima kasih atas pertanyaannya. Apakah wanita dengan tahi di leher dapat membuat suami cepat mati? Tuhan memberikan kita kemampuan berfikir, sehingga hal-hal yang bertentangan dengan akal sehat dan bertentangan dengan iman tidak perlu kita percayai. Bukan kesalahan dari siapa-siapa kalau seorang wanita mempunyai tahi lalat di leher. Justru kalau kita terjebak pada kepercayaan yang salah ini, maka kita terjebak pada tahyul, sehingga membuat seseorang menjadi ketakutan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Pada saat seseorang ingin memilih wanita menjadi istrinya, maka yang perlu diperhatikan bukanlah tahi lalatnya, namun apakah dia mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan, apakah dia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan sesama, apakah dia benar-benar mengasihi pasangannya dalam untung dan malang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas,org
Salam
saya dibesarkan dalam keluarga katolik yang sangat menolak segala hal yang berhubungan dengan ramalan,dan segala bentuk sia-sia ataupun tahyul.masalah yang sangat sering saya hadapi adalah,banyak masyarakat disekitar kami yang sangat percaya pada ramalan ataupun tahyul,terutama pada pemujaan pada arwah orang – orang meninggal.seperti menempatkan sesajen pada batu2an atau pada foto orang – orang yang telah meninggal,dan pemanggilan arwah,hal – hal seperti ini sudah sangat mereka yakini, dan sebagai sesama orang katolik saya merasa punya kewajiban untuk menjelaskan kepada mereka,tentang boleh tidaknya hal ini dilakukan,mohon penjelasannya tentang hal – hal seperti ini dalam pandangan gereja katolik.
Shalom Hilde,
Anda dan keluarga benar; Gereja Katolik tidak membenarkan kita untuk percaya pada tahyul, ramalan, apalagi penyembahan dan pemanggilan arwah. Ini jelas diajarkan dalam Katekismus, yang mengambil dasar dari Kitab Suci:
Kita tidak boleh menyembah sesuatu/ seseorang yang lain selain Allah. Ini jelas disebut dalam Kel 20: 3. Dengan demikian, persembahan sesajen kepada batu atau kepada foto orang yang meninggal dan menyembah mereka sebagai allah, itu bertentangan dengan perintah Tuhan. Namun demikian, jika kita mendoakan arwah yang sudah meninggal ini diperbolehkan, silakan klik. Lalu, jika kita yakin bahwa orang yang meninggal tersebut meninggal dalam kondisi rahmat Allah (orang tersebut semasa hidupnya hidup dalam iman dan kasih dan ia bertobat dari segala dosanya sebelum meninggal) maka kita dapat berdoa kepada Allah untuk memohon agar mereka dapat mendukung kita dalam doa- doa mereka. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Demikian tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Fengshui sedikit banyak berhubungan dengan ramalan. Biasanya ramalan memakai kartu tarot, garis tangan, garis muka, dsb dan Fengshui terkadang dihubungkan dengan posisi rumah, posisi tidur, posisi ruang, dsb.
Pernah saya diramal dan hasilnya ada yg sangat baik dan sangat buruk. Ada yg bilang nanti saya bisa begini bisa begitu, ada yg bilang tahun segini bakal susah, tahun segitu bakal sukses, dsb. Saya sih bukannya tidak percaya, tapi lucu aja rasanya kalo misalnya dibilang tahun 2015 bakal sukses sekali sementara lalu saya terbuai dengan impian itu dan jadi malas bekerja dan berusaha, apakah nanti 4 tahun lagi bisa sukses? sukses dari langit?
Ada seseorang yg saya kenal, yg dulu memang sedang dalam posisi yang kurang berkecukupan, bukannya malah semakin giat berusaha, eh malah dia pergi ke ahli ramal, konyolnya di ramal: 3 tahun lagi anda bakalan sukses, tenang saja.
Waktu saya datang, dia mengeluh sampai menangis, sy bilang: yuk cari peluang usaha kecil-kecilan, walau sehari cuman dapat penghasilan 20-25 ribu, lama-lama jadi bukit. Dia menolak, dan lalu berkata: kata peramal, 3 th lagi saya akan berkecukupan, jadi saya harus bersabar 3 th lagi…
3 tahun berlalu, dengan berkat Tuhan dan kerja keras, saya berhasil sedikit-demi sedikit mencapai kesuksesan, dan sahabat saya itu? masih dalam kondisi terpuruk, dan semakin sering mengeluh. Anehnya lagi, dia masih menyalahkan tukang ramalnya, terus ganti cari tukang ramal lain, katanya di rumahnya harus diubah posisinya, inilah itulah…yg jadi pertanyaan: untuk bisa merubah tata letak rumah, diperlukan biaya yg tidak sedikit, dana nya dari mana coba? kan harus bekerja dulu buat bisa dapat penghasilan untuk merenovasi rumah. Seandainya dulu dia menghabiskan 3 tahun untuk bekerja keras, mau menerima ajakan saya untuk bersama-sama bekerja keras, sekarang dia enggak perlu tukang ramal lagi, just like me. I do not need any psychics or tarot readers. I need only God, and with Him as my protector, I use my hands and feet, use my brain to work really hard to achieve success.
Mengenai sakit penyakit, ada satu hal yang saya percayai, jika kita tidak pernah merasakan sakit, bagaimana kita bisa mensyukuri nikmatnya keseharan yang diberikan Tuhan? bulan lalu saya tersengat binatang sawah yang menyebabkan benjolan besar di kulit yang sakitnya luar biasa. Sekarang sakit itu menghilang dan I really thank God for being healthy. Sometime I just do not realise that God is so good to me, Dia tidak menjanjikan jalan hidup yang mulus tanpa rintangan, tapi Dia menjanjikan bahwa Dia akan selalu ada untuk menyertai kita sepanjang jalan kehidupan.
I’ve been through many trials, dan saya bisa bilang: kesulitan ekonomi bukanlah hal yg sangat menyedihkan, it’s just money and money, saya pernah berada dalam tingkat kondisi keuangan yang sangat tidak baik, bukaknnya kurang baik lagi, but still uang tidak bisa membeli kebahagiaan walau uang memang diperlukan, so jadi amatlah salah jika kita mengeluh: I am poor, I am sick, I am hopeless…I do not accept that behaviour at all. Kemiskinan itu tergantung pada sudut pandang seseorang saja, kalo membandingkan diri kita sama yg punya 50 rumah, ya kita akan selalu merasa miskin, tapi coba lihat mereka yang hidup di bawah kolong jembatan, open our eyes!
Wake up! selalu ada matahari dibalik badai asal kita mau berusaha dan tidak pernah putus mencintai Tuhan.
Love,
Today is my birthday and I am so happy :)
[dari Katolisitas: Terima kasih atas kesaksian anda, semoga Tuhan memberkatimu di hari ulang tahunmu].
Kesaksian yang sungguh luar biasa, terima kasih sudah sharing.
God bless you and your family……and happy belated birthday. Semoga semakin dekat kepada Tuhan dan semakin menyebarkan kasih dan terang-Nya kepada sesama.
Cheers and be happy,
Julia
Terima kasih telah membuka hati saya yang telah tertutup kabut tebal.
Selamat Ulang tahun dan Tuhan memberkati anda sekeluarga.
Amin
Kami dari latarbelakang budaya Tionghoa, dan saya dan adik saya Katolik sejak 20 thn yang lalu.
Akhir2 ini kondisi keuangan kurang baik, papa sakit2, dsb sehingga kami minta petunjuk guru Fengshui.
Tolong saya sedang mencari artikel yang membahas Fengshui dan pandangan Gereja Katolik.
Dengar2 apakah Fengshui itu dibolehkan atau dosa?
Terima kasih atas pertolongan, kasih dan kerelaan Bp. Stef dan Ibu Ingrid
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini telah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.