Pertanyaan:
Hi Mba Inggrid, Pak Stef dan semuanya,
mau nanya nih..soalnya sampe sekarang masih penasaran:
1 . setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, kemana Bunda Maria pergi. apakah Bunda Maria itu meninggal dulu baru kemudian di angkat ke surga?? dimana kuburnya? hidup sampai umur berapa??
2. Santo Yosef (suami Bunda Maria) perannya bersama Yesus berdasarkan KS PB hanya sampai pada saat mereka menemukan Yesus yang waktu itu umur 12 thn di dalam Bait Allah. setelah itu kemana st.Yosef pergi? apakah Dia tetap hidup membesarkan Yesus bersama Bunda Maria di nazareth?
thanks atas jawabannya.
Jawaban:
Shalom Bellarminus,
1. Memang tidak dapat diketahui dengan pasti di mana Bunda Maria hidup setelah hari Pentakosta. Dikatakan mungkin ia hidup di Yerusalem seterusnya sampai ia wafat, atau bisa juga, dia tinggal selama beberapa saat di Efesus, sehingga ada tradisi yang mengatakan Maria wafat dan dikubur di sana. Namun tradisi yang umum dipegang oleh para Bapa Gereja sampai abad ke-2 adalah bahwa Maria wafat di Yerusalem. Tradisi ini diperoleh dari tulisan St. Klemens dari Alexandria (136) dan Apollonius (137) yang mengisahkan perintah dari Tuhan Yesus kepada para rasul untuk mengajar di Yerusalem dan Palestina selama 12 tahun sebelum pergi seluruh dunia. Catatan ini menyimpulkan bahwa Bunda Maria wafat sekitar tahun 48, sebelum Rasul Yohanes pergi meninggalkan Yerusalem.
Memang tradisi mengatakan Bunda Maria wafat, sebelum ia diangkat ke surga oleh Tuhan. Walaupun demikian, wafatnya Bunda Maria bukan karena ia berdosa, namun kerena ingin mempersatukan dirinya dengan Kristus, yang juga mengalami kematian, meskipun Dia tidak berdosa. Kematian Bunda Maria adalah juga merupakan puncak yang melengkapi kehidupannya yang penuh dengan pengorbanan. Menurut Tradisi Gereja Katolik, setelah wafatnya, Bunda Maria segera diangkat ke surga tubuh dan jiwanya, sehingga memang tidak ditemukan secara pasti di mana kuburannya, ataupun jenazahnya. Jika anda ingin mengetahui dasarnya mengapa Gereja Katolik mengajarkan Bunda Maria diangkat ke surga, silakan klik di sini. Menurut tradisi, dikatakan bahwa kubur Bunda Maria ada di lembah Kidron, meskipun ada juga yang mengatakan kemungkinan kuburnya ada di Efesus. Tetapi di sini yang ada tentu hanya ‘kubur kosong’. Silakan membacanya lebih lanjut di link ini, silakan klik.
2. Tentang St. Yusuf. Memang di Kitab Suci ia tidak lagi dibicarakan setelah kisah Yesus diketemukan di Bait Allah pada usia 12 tahun. St. Yusuf sudah tidak disebutkan pada waktu Yesus mengajar, ataupun pada saat Ia wafat di salib. Maka tradisi mengatakan St. Yusuf meninggal dunia sebelum Yesus mulai mengajar. Sebab tidak mungkin Yesus (pada saat terakhirnya di kayu salib) memasrahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid yang dikasihi-Nya, jika St. Yusuf masih hidup. Memang ada beberapa tradisi tentang St. Yusuf, ada yang menceritakan ia sudah tua saat mengambil Maria sebagai istrinya, namun ada juga yang tidak mengatakan demikian. Menurut kisah penglihatan seorang biarawati dari Agreda (Spanyol), bernama Maria yang terberkati (1602-1665), St. Yusuf mengambil Bunda Maria sebagai istrinya ketika ia berumur sekitar umur 33 tahun, sedangkan Bunda Maria umur sekitar 14 tahun. Jika anda ingin membaca lebih lanjut mengenai hal ini, silakan klik di link ini, yang juga menceritakan kematian St. Yusuf yang damai/ menyenangkan. St. Yusuf meninggal dunia di usia perkawinan ke 27 tahun, jadi sebelum Yesus mengajar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listati, www.katolisitas.org
Shalom..
Saya mau bertanya, apakah ada nama baptis Maria Josephine?kalau ada, saya in gin sekali mengetahui ceritanya..
Terimakasih banyak..
[Dari Katolisitas: Mungkin saja itu berasal dari nama Bunda Maria dan St. Yusuf (St. Joseph), namun karena untuk nama wanita, maka dicari bentuk feminin dari Joseph, sehingga menjadi Josephine. Namun kalau nama St. Josephine (tanpa Maria)- itu mungkin mengacu kepada St. Josephine Bakhita? Silakan klik di sini untuk membacanya.]
Jika sudah menikah mengapa Santo Yusuf tidak melakukan hubungan badan dengan Bunda Maria? lain ceritanya kalau Santo Yusuf hanya menjadi tunangan Bunda Maria….
Saya sebagai umat katolik mempercayai bahwa Bunda Maria adalah sang perawan suci…..
thanks……
[Alasan bahwa St. Yusuf tidak melakukan hubungan suami istri dengan Bunda Maria karena mereka telah setuju untuk hidup selibat dalam perkawinan dan juga pemisahan antara yang sakral dan profan. Penjelasan tentang hal ini dapat dilihat di sini – silakan klik.]
Shalom Katolisitas.
saya ingin bertanya mengenai usia Bunda Maria ketika menikah dengan St.Yoseph. Apakah betul Bunda Maria kala itu masih dalam usia remaja (12-14th) ketika menikah dengan St.Yoseph?
http://www.newadvent.org/cathen/08504a.htm
It is probably at Nazareth that Joseph betrothed and married her who was to become the Mother of God. When the marriage took place, whether before or after the Incarnation, is no easy matter to settle, and on this point the masters of exegesis have at all times been at variance. Most modern commentators, following the footsteps of St. Thomas, understand that, at the epoch of the Annunciation, the Blessed Virgin was only affianced to Joseph; as St. Thomas notices, this interpretation suits better all the evangelical data.
It will not be without interest to recall here, unreliable though they are, the lengthy stories concerning St. Joseph’s marriage contained in the apocryphal writings. When forty years of age, Joseph married a woman called Melcha or Escha by some, Salome by others; they lived forty-nine years together and had six children, two daughters and four sons, the youngest of whom was James (the Less, “the Lord’s brother”). A year after his wife’s death, as the priests announced through Judea that they wished to find in the tribe of Juda a respectable man to espouse Mary, then twelve to fourteen years of age. Joseph, who was at the time ninety years old, went up to Jerusalem among the candidates; a miracle manifested the choice God had made of Joseph, and two years later the Annunciation took place. These dreams, as St. Jerome styles them, from which many a Christian artist has drawn his inspiration (see, for instance, Raphael’s “Espousals of the Virgin”), are void of authority; they nevertheless acquired in the course of ages some popularity; in them some ecclesiastical writers sought the answer to the well-known difficulty arising from the mention in the Gospel of “the Lord’s brothers”; from them also popular credulity has, contrary to all probability, as well as to the tradition witnessed by old works of art, retained the belief that St. Joseph was an old man at the time of marriage with the Mother of God.
Shalom Tryas,
Sejauh pengetahuan saya, memang tradisi Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria menikah di usia remaja, karena Kitab Suci memang mencatat Maria sebagai seorang perawan/ perawan muda saat mengandung Yesus (lih. Yes 7:14; Luk 1:27). Namun tentang apakah St. Yusuf pada saat menikahi Maria adalah seorang yang sudah tua renta (berusia 90 tahun) itu adalah sesuatu yang nampaknya adalah legenda, yang disimpulkan dari tulisan- tulisan apokrif tentang St. Yusuf, yang dikisahkan telah pernah menikah dengan seorang wanita lain (Melcha) sebelum ia menikah dengan Bunda Maria. Tulisan- tulisan tersebut antara lain diperoleh dari Protoevangelium of James yang belum dapat dipastikan keotentikannya.
Origen, ahli Kitab Suci dan Bapa Gereja yang cukup ternama di abad ke- 3 meragukan keaslian kisah tentang St. Yusuf dalam kitab Protoevangelium of James tersebut (lihat Origen of Alexandria. “The Brethren of Jesus“- Origen’s Commentary on Matthew in Ante-Nicene Fathers Volume IX, Retrieved 2008-09-18). St. Thomas Aquinas juga bersikap serupa, yaitu mengecam kisah St. Yusuf dalam kitab Protoevangelium of James. Para ahli Kitab Suci memang mengkatagorikan tulisan ini sebagai pseudepigraphical artinya, tidak ditulis oleh orang yang tertera namanya di kitab tersebut (dalam hal ini oleh Yakobus), berdasarkan atas penggunaan gaya bahasa dan kebiasaan yang dikisahkan di sana tidak sesuai dengan kebiasaan Yahudi berlaku pada saat itu.
Dengan demikian kutipan di New Advent Encyclopedia, juga menyatakan bahwa tulisan tersebut ‘unreliable‘ (tidak dapat dipercaya), namun hanya cukup menarik untuk disimak, sebab kemungkinan tulisan ini yang sering dipakai sebagai acuan oleh beberapa pelukis di abad pertengahan, sehingga mereka melukiskan St. Yusuf sebagai seorang yang tua. Mari kita membaca di awal alinea di sana, yang mengatakan, “It will not be without interest to recall here, unreliable though they are, the lengthy stories concerning St. Joseph’s marriage contained in the apocryphal writings.…”
Memang hal riwayat St. Yusuf tidak pernah didefinisikan secara resmi oleh Magisterium Gereja. Maka menarik kita renungkan di sini adalah penjabaran tentang St. Yusuf menurut para mistik seperti Maria de Agrida yang terberkati, Anne Catherine Emmerich yang terberkati, dan Padre Pio. Mereka, berdasarkan penglihatan yang mereka terima, menjabarkan ciri- ciri Yusuf demikian: sebagai seorang muda yang belum menikah saat ia mengambil Maria sebagai istrinya, ia tampan dan baik hati, namun juga sederhana dan bersahaja, murni dalam pikiran dan perbuatan. Kekudusannya tak tercela baik di hadapan Allah maupun manusia. Sesungguhnya, apakah usia Yusuf patut dipersoalkan? Mungkin saja tidak. Memang lebih mudah untuk mempercayai bahwa Yusuf adalah seorang yang tua, sehingga ia lebih dapat melindungi Maria dan menjaga kesucian Maria. Namun diperlukan kebajikan yang lebih heroik bagi seseorang pria yang masih muda, tetapi tetap dengan kasih melindungi istrinya yang mengandung bukan anaknya, membesarkan anak itu, dan untuk seterusnya hidup menjaga kemurnian dalam kehidupan keluarganya dengan menghormati kaul keperawanan istrinya. Kebajikan inilah yang layak menjadikan Yusuf sebagai ‘pelindung Gereja’ dan teladan para suami. Sebab melalui St. Yusuf, para suami dapat belajar untuk mengasihi istrinya dengan tulus tanpa pamrih dan tanpa syarat.
Silakan membaca lebih lanjut tentang kisah St. Yusuf menurut Ven Mary of Agreda, di link ini, silakan klik.
Demikian yang dapat saya sampaikan menanggapi pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
kenapa semua wahyu yg di sebut oleh alkitab yg tertulis di atas tidak tertulis di alkitab yg asli yg berada di palestina,isael,afrika dan di roma,jadi saya ingin tahu alkitab,injil,bibel,yg ada sekarang kok enggak sama sengan injil atau alkitab yg asli ?…………
Shalom Naif,
Mohon anda sebutkan terlebih dahulu apa yang anda maksud dengan “semua wahyu yang disebut oleh Alkitab di atas“. Sebab yang tertulis di atas memang bukan ayat- ayat Alkitab, tetapi tradisi yang menyatakan lebih jauh tentang Maria dan Yusuf.
Alkitab yang ada sekarang sudah diterjemahkan ke bahasa lokal, sedangkan Alkitab yang asli, tertulis dalam bahasa Ibrani, Yunani dan Aram. Namun isinya secara umum sama dan konsisten, walaupun tidak pernah mengalami proses standarisasi. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Ibu ingrid bilang maria diciptakan special, special bagaimana? Apakah karena di hapuskannya dosa awal atau karena sudah di persiapkan Allah sebelumnya ( bkn kah ini namanya curang?)
Karena saya mengimani pilihan kepada maria sama spt cerita ayub, dari begitu byknya manusia di bumi haya satu yang setia pada Tuhan yaitu ayub sama seperti maria dari begitu byk wanita di bumi ini tp hanya satu yg dipilih yaitu maria, nubuatan di PL tidak menyebutkan itu maria tetapi dikatakan dari seorang perawan saya menimani ini cara kerja Tuhan mencari dan melihat siapa yang layak dipilih.
Shalom Kay,
Ya, Bunda Maria diciptakan spesial, karena ia diciptakan dengan dipenuhi rahmat Allah (full of grace).
Teks terjemahan Vulgate mengatakan,
Firman Tuhan sendiri menyatakan akan keistimewaan Bunda Maria, jika dibandingkan dengan semua tokoh dalam Kitab Suci. Sebab tidak ada tokoh lain dalam Kitab Suci yang dipenuhi oleh rahmat Allah dan dinaungi oleh Roh Kudus sedemikian, sehingga dapat mengandung dan melahirkan Allah Putera. Ayub, memang juga adalah seseorang yang istimewa, namun ia tidak disapa oleh malaikat Allah yang menyampaikan perkataan Allah, dengan sebutan “penuh rahmat”/ full of grace itu, dan perannya dalam rencana keselamatan Allah juga tidak dapat dibandingkan dengan peran Maria yang melahirkan Kristus.
Maka benar anggapan anda bahwa dari begitu banyaknya manusia dan wanita di bumi ini, Allah memang memilih Bunda Maria untuk melahirkan Yesus Sang Allah Putera demi menyelamatkan manusia. Anda dan saya tidak dapat memilih ibu kita sendiri apalagi menguduskannya, tetapi Tuhan Yesus dapat melakukannya. Kisah- kisah dalam di PL jelas menjabarkan bagaimana Tuhan memisahkan segala hal yang sakral dari hal yang profan. Misalnya bagaimana Tuhan menguduskan bait Allah, dan tabut perjanjian-Nya yang berisi dua loh batu kesepuluh perintah Allah, manna dan tongkat Harun. Semua itu harus ditempatkan di tempat Mahakudus. Imam yang boleh masuk ke tempat itu, hanya imam kepala, dan jika ia masuk ke tempat mahakudus itu dalam keadaan berdosa, ia akan mati seketika. Nah, Bunda Maria adalah tabut Perjanjian Baru, karena ia mengandung Yesus yang adalah Firman Allah yang hidup yang menjelma menjadi daging (Yoh 1:14), Roti hidup (bukan manna- Yoh 6:31-35,48), Imam Besar Perjanjian Baru (Ibr 8) sehingga Ia jauh melebihi tongkat Harun yang menjadi lambang imam PL. Dengan demikian, pastilah, Tuhan akan lebih lagi menguduskan Sang Tabut Perjanjian Baru, yaitu Bunda Maria. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Apakah dengan menguduskan Maria, Tuhan berlaku “curang”, seperti kata anda? Tentu saja tidak. Apakah Tuhan curang dengan menguduskan bait suci dan tabut Perjanjian-Nya pada Perjanjian Lama? Tentu tidak bukan. Dengan demikian, adalah hak Tuhan untuk menguduskan Tabut Perjanjian-Nya yang Baru, yaitu Maria. Maria itu tidak kudus dengan sendirinya, melainkan Tuhan yang menguduskannya, juga atas dasar pengorbanan Kristus di kayu salib. Hanya saja, Maria telah menerima terlebih dahulu buah pengorbanan Kristus itu, sehingga ia dapat dibebaskan dari dosa oleh Allah, karena perannya sebagai Bunda Tuhan Yesus. Allah tidak terbatas oleh waktu, dan segala yang terjadi di mata Allah merupakan “saat ini”. Maka tidak menjadi masalah bagi Allah untuk memberikan kepada Maria, rahmat pengudusan sebagai buah pengorbanan Kristus, sebelum korban Kristus itu sendiri terjadi di dunia.
Selanjutnya, silakan membaca secara garis besar dasar pengajaran Gereja tentang Bunda Maria, di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan, Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear katolisitas
Ada hal yg ingin saya tanya mengenai peran Yusuf dlm karya penyelamatan manusia kok terbilang sedikit sekali dan hampir tak ad fungsi..terbukti dlm Alkitab pun hampir tak ada dialog pajang dr Yusuf apa maksud…dari hal tersebut…adakah rahasia…tertentu….
Berkah Dalem
Shalom Sigit,
Pertama- tama harus disadari bersama, bahwa memang Kitab Suci adalah kitab yang menceritakan tentang rencana keselamatan Allah yang digenapi di dalam diri Kristus. Oleh sebab itu memang fokus yang dikisahkan dalam Kitab Suci adalah Kristus. Maka tidak mengherankan bahwa kisah kehidupan orang-orang lain seperti tentang Bunda Maria, St. Yusuf dan para murid- murid Yesus tidak secara khusus diceritakan dalam Kitab Suci.
Walaupun peran St. Yusuf tidak dikisahkan secara eksplisit dalam Injil, namun cukup pentinglah peran St. Yusuf sebagai ayah angkat Yesus. Namun demikian, walaupun peran sebagai ayah angkat ini penting, namun hal ini tidak dapat terlalu ditekankan sehingga mengaburkan peran dari Allah Bapa di surga yang telah mengutus Kristus ke dunia. Kemungkinan, inilah sebabnya mengapa peran St. Yusuf tidak disebutkan secara mendetail dalam Kitab Suci.
St. Yusuf dipuji dalam Kitab Suci sebagai orang yang tulus hati (Mat 1:19); dan tentu ini dalah salah satu kriteria yang terpenting sehingga Allah Bapa memilih-nya untuk menjadi ayah angkat Putera-Nya, Yesus. Ketulusan hatinya menyebabkan St. Yusuf mau terbuka dan bekerjasama dengan rencana Allah. Ini terbukti dengan keputusannya untuk memutuskan mengambil Maria sebagai istrinya (Mat 1:18-25), kemudian menyertai dan melindungi Maria dan bayi Yesus pada saat kelahiran-Nya (Luk 2: 1- 20), membawa Bunda Maria dan Yesus menyingkir ke Mesir untuk menghindari kekejaman raja Herodes (Mat 2: 13-15), membesarkan dan mengasuh Yesus (Mat 2: 19-23; Luk 2:39-40). Terakhir kali kisah St. Yusuf disebutkan dalam Alkitab adalah dalam kisah Yesus diketemukan di Bait Allah pada saat Ia berumur 12 tahun (Luk 2: 41-52).
Selanjutnya tentang kisah St. Yusuf, anda dapat membaca di buku karangan Maria Agreda yang terberkati, silakan klik di link ini untuk cuplikannya, dan juga buku karangan Maria Cecilia Baij OSB, yang berjudul The Life of St. Joseph.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom mas C.Sigit S, saya ingin membagikan apa yg pernah saya baca tentang Santo Yosef
Selama ini menjadi pertanyaan besar mengenai ayat dalam Lukas 7:28
Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.”(Lukas 7:28)
Ayat ini tidak saja berbicara tentang Yohanes, tetapi juga berbicara tentang “YANG TERKECIL” dalam kerajaan Surga. Nah siapakah yang dimaksud oleh Yesus sebagai yang terkecil? Jika kita mengetahui hal ini maka kita akan mudah memahami makna dari Lukas 7:28. Sebab tidak mungkin Yohanes adalah lebih besar dari YESUS sendiri karena YESUS juga dilahirkan oleh perempuan, Yohanes Pembaptis sendiri mengakui hal itu ” Sebab membuka talikasut Nya pun aku tidak layak”
Ratusan tahun ahli teologi disibukan untuk menjelaskan maksud ayat ini, namun seorang Bruder yang bernama Kostka Wisel seorang yang sangat dekat dengan TUHAN menjelaskan: Yohanes adalah yang terbesar, karena dia sudah dikuduskan di dalam kandungan ibu, dilahirkan sebagai orang kudus. Tetapi SANTO YOSEF (Suami Maria, Bapa asuh Yesus) adalah lebih besar, karena dia adalah YANG SANGAT RENDAH HATI, yang adalah “YANG PALING KECIL” di dalam kerajaan surga.”Ia berdiri di samping Bunda Maria langsung dekat Takhta Tuhan.
Sumber: KURBAN MISA KUDUS dalam pengelihatan Bruder Kostka – Penerbit Nusa Indah
Shalom
Dear Ms Inggrid,
Saya seorang Katolik tetapi belum bisa (sulit) menerima ajaran bahwa Bunda Maria telah diangkat ke surga beserta jiwa dan raganya, karena didalam Alkitab tidak pernah ditemukan peristiwa ini. Bila bunda Maria diangkat ke Surga dgn jiwa & raganya berarti akan sejajar dengan Tuhan Yesus dan bisa dianggap sebagai Tuhan hal demikian mudah-mudahan tidak menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang baru belajar/mempelajari iman Katolik.
Mohon penjelasan dengan dasar apa gereja Katolik mengajarkan hal ini sedangkan dalam gereja Protestan tidak pernah diajarkan/diyakini. Terima kasih
Shalom Hari,
Memang di Alkitab tidak dikatakan secara eksplisit bahwa Bunda Maria telah diangkat tubuh dan jiwanya ke surga, namun juga Alkitab tidak mengatakan tidak demikian. Ajaran Maria diangkat ke surga ini memang berasal dari Tradisi Suci, yang kita yakini berdasarkan kebenaran ilahi. Sebagai orang Katolik, memang kita meyakini bahwa Wahyu Ilahi tidak hanya diwujudkan secara tertulis dalam Kitab Suci, namun juga Tradisi Suci. Sebab Kitab suci yang kita pegang sekarang ini sebenarnya berasal dari Tradisi Suci, di mana Gereja melalui konsili para Uskup menentukan kanon Kitab Suci, yaitu kitab-kitab yang diyakini diilhami oleh Roh Kudus. Oleh karena sumbernya sama, yaitu pengajaran Kristus dan para Rasul, maka Kitab Suci dan Tradisi Suci tidak mengkin bertentangan. Hal ini sangat jelas dari pengajaran-pengajaran dalam Tradisi Suci yang mempunyai dasar dari Kitab Suci.
Di antaranya, adalah pengajaran Gereja tentang Bunda Maria diangkat ke surga ini. Saya pernah menuliskan tentang dasar-dasar Alkitab tentang pengajaran ini di sini, silakan klik. Walaupun tidak dikatakan peristiwa pengangkatannya, namun Rasul Yohanes menjabarkan keberadaan Bunda Maria ini sebagai tanda besar yang kelihatan di langit, yaitu perempuan yang berselubungkan matahari dan bermahkota 12 bintang dalam penglihatannya yang terdapat dalam kitab Wahyu 12. Walaupun saudara-saudari kita yang Protestan tidak mengartikan "perempuan yang berselubungkan matahari" tersebut secara literal, melainkan sebagai simbol Gereja/ orang percaya, Gereja Katolik memegang baik arti literal (Bunda Maria) maupun simbolis (Gereja ataupun bangsa Israel). Namun memang, arti literal merupakan yang lebih utama, karena demikianlah secara umum kita seharusnya mengartikan ayat-ayat Kitab Suci. Silakan membaca di sini, bagaimana prinsip-prinsip dasar Gereja Katolik dalam mengartikan Kitab Suci, silakan klik.
Dapat dimengerti, karena umat Protestan hanya berpegang pada Kitab Suci saja (Sola Scriptura), maka mereka tidak dapat menerima ajaran bahwa Bunda Maria diangkat ke surga, yang tidak eksplisit ditulis di Alkitab. Namun bagi orang Katolik, ini tidak menjadi masalah, sebab kita tidak hanya berpegang pada Kitab suci sebagai satu-satunya sumber diperolehnya Wahyu ilahi. Tradisi Suci Gereja merupakan sumber yang juga sama penting, sebab Rasul Paulus mengatakan bahwa "tiang penopang dan dasar kebenaran" adalah Gereja (jemaat) (lih. 1 Tim 3:16); maka apa yang menjadi ajaran Gereja (dari Tradisi Suci), harus juga kita terima sebagai kebenaran.
Perlu kita ketahui bahwa meskipun Bunda Maria diangkat ke surga, itu tidak berarti bahwa ia otomatis sejajar dengan Tuhan Yesus. Bunda Maria ‘diangkat’ ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. ‘Diangkat’ berarti bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Bagi orang Katolik, peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah peringatan pengharapan kita akan kebangkitan badan di akhir zaman, di mana kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai akhir, maka kitapun akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa seperti Bunda Maria, kitapun akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa untuk nanti bersatu dengan Dia dalam kemuliaan surgawi. Maka, Dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi doktrin itu mau menunjukkan bahwa Maria adalah anggota Gereja yang pertama yang diangkat ke surga. Jika kita hidup setia melakukan perintah Allah dan bersatu dengan Kristus, seperti Bunda Maria, kitapun pada saat akhir jaman nanti akan diangkat ke surga, jiwa dan badan, seperti dia.
Memang diperlukan kerendahan hati untuk menerima baik pengajaran ini maupun juga realitas kebijaksanaan Tuhan yang menentukan bahwa karena Bunda Maria adalah orang beriman pertama yang menerima Yesus ke dalam hidupnya (dan tubuhnya) maka sudah selayaknya, Tuhan memberikan hak istimewa kepadanya sebagai orang yang pertama menikmati kepenuhan janji Allah bagi semua orang percaya. Yaitu, jika kita setia beriman dalam hidup ini maka di akhir jaman nanti tubuh dan jiwa kita akan bersatu kembali dan diangkat ke surga dan memasuki kehidupan abadi bersama Tuhan tanpa akhir. Akhirnya, jika kita memahami pengajaran ini dengan benar, yaitu bahwa Bunda Maria diangkat ke surga karena jasa Yesus Kristus, sebagai awal pemenuhan janji Tuhan bagi kita anggota Gereja, maka seharusnya ini bukan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang sedang belajar iman Katolik. Kita seharusnya turut bangga dan bersuka cita, sebab janji itupun akan digenapi pada kita, jika kita hidup kudus sampai akhir hayat kita. Walaupun kita tidak mengandung Yesus secara literal seperti Bunda Maria, namun kita menerima Tubuh Yesus (Ekaristi) ke dalam tubuh kita juga. Dan Kristus yang menjadi santapan rohani kita ini akan menguduskan kita, membantu kita untuk dapat bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih.
Bunda Maria memang adalah seorang manusia ciptaan Tuhan, namun demikian ciptaan ini begitu istimewa, sehingga Tuhan Yesus sendiri memilih untuk lahir ke dunia melalui dia. Maka, pada saat kita melihat kepada Bunda Maria, kita selayaknya tidak berhenti di sana. Tetapi kita melihat kepada Siapa yang menciptakannya, yaitu Allah sendiri, dan bagaimana oleh kasih-Nya yang besar, ia rela menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Jadi keselamatan yang kita peroleh adalah karena jasa Yesus Kristus, namun ini tak terlepas dari kesediaan Bunda Maria yang mempersembahkan hidupnya kepada Allah, sehingga Yesus dapat lahir ke dunia bagi kita. Bunda Maria mengiringi kehidupan Yesus dari awal hingga akhir dengan setia. Semoga kitapun dapat membawa serta Yesus di sepanjang hidup kita, agar kitapun seperti Bunda Maria, dapat beroleh penggenapan janji Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Mau tanya nih :
Bukankah di Alkitab dikatakan bahwa “..sejak saat itu Bunda Maria bersama-sama dengan para muridnya terutama mengikuti St. Yohanes?” Seperti kita ketahui bahwa St. Yohanes diperkirakan meninggal +- th 100 M setelah menyelesaikan Kitab Wahyu. Jika Bunda Maria lebih dahulu meninggal (th 48 M) dari pada St. Yohanes, kenapa tidak ditulis oleh St. Yohanes didalam Kitabnya?
Mohon pencerahan. Terima kasih.
Simon
Shalom Simon,
Rasul Yohanes menuliskan Injil yang terakhir setelah Injil sinoptik ditulis (Matius, Markus dan Lukas) yang mengisahkan tentang Kristus dan ajaran-ajaran-Nya. Selain itu Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu yang berdasarkan penglihatan yang diperolehnya di pulau Patmos. Nah, bahwa kisah tentang wafanya Bunda Maria tidak dituliskan di kedua kitab itu, bukan menjadi alasan bahwa hal itu tidak penting, atau tidak terjadi. Kita harus melihatnya begini:
1) Fokus utama penulisan Injil adalah Kristus. Maka, memang harus kita akui tidak semua kisah yang berhubungan dengan orang-orang terkasih Yesus dituliskan dalam Kitab Suci. Hal ini kita lihat misalnya, kematian St. Yusuf (bapa angkat Yesus) tidak ditulis dalam Alkitab, bahkan kematian Rasul Petrus, yang dipercayakan Kristus untuk menjadi pemimpin Gereja-Nya juga tidak tertulis dalam Alkitab. [Menurut tradisi kita ketahui Petrus mati dengan disalib terbalik di Roma]. Maka, tidak mengherankan, kematian Maria juga tidak dituliskan di dalam Alkitab.
2) Untuk menjelaskan hal ini kita melihat tulisan Rasul Yohanes sendiri, di akhir Injilnya, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yoh 21:25)
3) Kita mengetahui bahwa Roh Kuduslah yang menginspirasikan penulisan Wahyu, dan Roh Kudus yang sama menginspirasikan diteruskannya Tradisi Kudus yang berasal dari para raul untuk diteruskan kepada para penerus mereka secara turun temurun. Maka apa yang tidak tertulis dalam Alkitab tetap dapat disampaikan secara turun temurun oleh karena karya Roh Kudus yang terus bekerja di dalam Tubuh Gereja. Karya Roh Kudus ini yang dapat kita lihat bekerja secara berkesinambungan di dalam tulisan-tulisan Bapa Gereja yang mengajarkan kepada kita umat-Nya secara konsisten. Tradisi Suci inilah yang diajarkan dan dijelaskan di dalam pengajaran Magisterium Gereja Katolik. Hal setelah wafatnya, Maria diangkat ke Surga, tubuh dan jiwa, merupakan salah satu pengajaran Magisterium yang berakar dari kepercayaan Gereja awal.
Demikian yang dapat saya tuliskan untuk menanggapi pertanyaan anda. Semoga bermanfaat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org
Hi Mba Inggrid, Pak Stef dan semuanya,
mau nanya nih..soalnya sampe sekarang masih penasaran:
1 . setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, kemana Bunda Maria pergi. apakah Bunda Maria itu meninggal dulu baru kemudian di angkat ke surga?? dimana kuburnya? hidup sampai umur berapa??
2. Santo Yosef (suami Bunda Maria) perannya bersama Yesus berdasarkan KS PB hanya sampai pada saat mereka menemukan Yesus yang waktu itu umur 12 thn di dalam Bait Allah. setelah itu kemana st.Yosef pergi? apakah Dia tetap hidup membesarkan Yesus bersama Bunda Maria di nazareth?
thanks atas jawabannya.
[Dari Admin Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Dear Mba Inggrid,
Thanks jawabannya….makin nambah nih pengetahuan agama saya dan buat di ajarkan ke anak2 kelak:).
again, thanks and have a great day!
regards,
Bram
Comments are closed.