[Hari Minggu Biasa ke-II, Pekan Doa Sedunia: 1Sam 3:3-10,19; Mzm 40:2-10; 1Kor 6:13-20; Yoh 1:35-42].
“Aku nelpon kamu berkali-kali, kok nggak diangkat sih?” demikian protes yang sering kuterima. Itulah kebiasaan burukku, walaupun sesungguhnya tidak kusengaja. Saking takutnya telpon berdering pada saat aku mengikuti Misa Kudus, ataupun pada saat acara-acara resmi lainnya, maka aku cenderung membuat telpon-ku “silent” saja, tidak agar tidak mengganggu acara-acara tersebut. Tetapi payahnya, kalau ada telpon ataupun SMS yang masuk, akupun tidak segera mengetahuinya, karena telponku tidak berbunyi. Aku hanya memeriksanya pada waktu-waktu tertentu, dan kadang pesan yang kuterima sudah basi, sehingga si pengirim pesan menjadi agak jengkel terhadapku. Aku terhenyak kaget saat aku berpikir, “Bagaimana jika aku bersikap yang sama terhadap Tuhan? Bagaimana jika ternyata Ia memanggilku berkali-kali tapi aku tidak mendengar suara-Nya, karena HP hatiku yang bisu tuli? Atau karena aku kurang rajin memeriksa batinku? Waduh!”
Bacaan Pertama hari ini, menyampaikan kisah Samuel ketika Ia dipanggil Tuhan, saat ia sedang tidur di bait Allah. “Samuel! Samuel!” demikian Allah memanggil namanya, namun ia menyangka bahwa bapa Eli-lah yang memanggilnya. Setelah dua kali, Eli akhirnya mengetahui bahwa Allah sendirilah yang memanggil Samuel, sehingga berkatalah ia kepada Samuel, agar menjawab demikian jika Allah memanggilnya untuk ketiga kalinya, “Bersabdalah, ya Tuhan, hamba-Mu mendengarkan” (1Sam 3:3-19). Kisah Samuel ini mengingatkan aku agar lebih sering memeriksa batin, untuk lebih setia menyediakan waktu mendengarkan sabda Tuhan. Sebab Tuhan berbicara kepada kita terutama melalui sabda-Nya, dan saat kita berdoa kepada-Nya. Bersyukurlah sekarang ada banyak buku yang mencetak bacaan-bacaan Kitab Suci Misa Kudus tiap-tiap hari, sehingga memudahkan kita untuk membacanya dan merenungkannya. Atau kita dapat tinggal klik di beberapa situs, untuk mengetahui perikop bacaan liturgi harian tersebut. Namun membaca dan merenungkan Kitab Suci tidaklah cukup, sebelum kita berjuang untuk melaksanakannya. Mazmur hari ini mengingatkan agar kita menyimpan sabda Tuhan di dalam hati dan melaksanakan kehendak-Nya dengan senang hati (lih. Mzm 40:9). Dengan merenungkan sabda-Nya, kita didorong untuk “mengikatkan diri pada Tuhan, dan menjadi satu roh dengan Dia,” (1Kor 6:17) agar kita dapat menghindari segala dosa yang mencemarkan tubuh dan jiwa kita. Kita diingatkan akan rahmat Baptisan, yang telah menjadikan tubuh kita tempat kediaman Roh Kudus. Sebab Tuhan menghendaki agar kita memuliakan Dia dengan tubuh kita (lih. 1Kor 6:20), tidak hanya dengan pikiran ataupun mulut saja.
Agar dapat menanggapi panggilan Tuhan, kita diajak untuk mengikuti teladan para rasul yang pertama. Mereka datang kepada Tuhan Yesus, melihat apa yang diperbuat-Nya dan tinggal bersama-sama dengan Dia (lih. Yoh 1:38-39). Demikianlah, perjumpaan dan percakapan dengan Yesus menjadi sesuatu yang penting, agar kita dapat semakin mengenal Dia dan mengalami kasih-Nya. St. Agustinus menulis tentang perjumpaan ini: “Mereka [Andreas dan Simon] mau melihat di mana Ia [Yesus] tinggal, dan melakukan apa yang telah tertulis: “Biarlah kakimu menggesek alas pintu rumah-Nya: bangunlah dan datanglah kepadaNya tanpa henti, dan belajarlah dari pengajaran-Nya.” Ia menunjukkan kepada mereka di mana Ia tinggal: Mereka datang, dan tinggal bersama-sama dengan Dia. Betapa membahagiakannya hari yang mereka lalui, betapa menggembirakannya malam itu! Marilah kita juga membangun dan membuat rumah di hati kita bagi-Nya untuk Dia kunjungi. Biarlah Ia mengajar kita, biarlah Ia bercakap-cakap dengan kita” (St. Augustine, Tractate on the Gospel of John 1:38-39).
Apakah Anda dan saya telah dengan setia meluangkan waktu untuk berjumpa dan bercakap-cakap dengan Tuhan Yesus dalam doa? Sudahkah kita datang kepadaNya dan mendengarkan pengajaran-Nya? Bersediakah kita melakukan apa yang dikehendakiNya? Di hari pertama Pekan Doa Sedunia ini, marilah kita membuat niat yang teguh untuk menjadi seperti para rasul itu, yang mencari Yesus, meluangkan waktu bersamaNya, mendengarkan pengajaran-Nya dan berjuang melakukannya dalam hidup kita.
“Ya, Yesus, terima kasih karena Engkau senantiasa memanggilku untuk datang kepada-Mu. Ampunilah, jika seringkali aku tidak mendengar panggilan-Mu. Kumohon ya Tuhan, buatlah agar aku semakin peka terhadap suara-Mu yang menyapaku, menegurku, ataupun menghibur dan membimbingku, melalui sabda-Mu, doa, maupun berbagai kejadian yang kualami sehari-hari. Bantulah aku agar setia membaca dan merenungkan sabda-Mu, agar aku dapat semakin mengenal dan mengasihi Engkau. Amin.”