Ada orang yang bertanya, apakah benar David Benjamin Keldani dulunya seorang guru besar Teologi Katolik, imam, bahkan uskup, namun kemudian meninggalkan Gereja dan menjadi muslim? Untuk menanggapi pertanyaan ini, seseorang perlu memeriksa terlebih dahulu apakah benar Keldani ini dulunya pernah menjadi guru besar Teologi Katolik, imam, dan uskup sebagaimana disebutkan dalam klaim tersebut.
1. Apakah Keldani adalah seorang ‘guru besar’?
Jika kita perhatikan, klaim yang tertulis di internet tentang Keldani itu bersumber dari tulisan satu dan sama, yang dikutip oleh bermacam situs. Ini berbeda dengan yang umumnya terjadi pada tokoh-tokoh besar, akan ada banyak sumber yang menuliskan tentang dirinya. Sebagai contoh, Abdurrahman Wahid. Begitu kita ketik namanya, akan ada banyak sumber yang menuliskan tentang beliau. Artinya buah pikiran dan perannya diakui di kalangan umat muslim. Nah, Keldani ini tidak demikian. Padahal jika kita melihat klaimnya, seolah pengajaran Keldani ini dianggap penting bagi kalangan mereka, namun pertanyaannya, mengapa ‘keahliannya’ relatif tidak dikenal, bahkan di dunia muslim sendiri?
Di salah satu buku ensiklopedia Islam Modern yang cukup dikenal, The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, Oxford University Press, nama David Benjamin Keldani (Abdu’l-Ahad Dawud) tidak muncul. Padahal tokoh Abdurrahman Wahid dari Indonesia saja tertulis di buku ensiklopedia tersebut. Selanjutnya, jika kita melihat buku seri ensiklopedia yang secara umum lebih dikenal di dunia, yaitu The New Encyclopaedia Britannica, nama David Benjamin Keldani (Abdu’l-Ahad Dawud) tidak tercantum. Fakta ini sendiri selayaknya membuat kita mempertanyakan validitas dari klaimnya, entah sebagai scholar (ahli) yang konon ahli dalam berbagai bahasa dan mempelajari Kitab Suci dalam bahasa aslinya dan kemudian mengajarkan buah-buah pikirannya. Sebab jika klaim ini benar, setidaknya ia akan memperoleh pengakuan, setidaknya dari kalangan ahli bahasa (linguistik kuno: Yunani, Latin, Ibrani) atau para ahli Kitab dari kalangan muslim, jika memang pemahamannya benar.
Demikian pula jika kita melihat kepada buku-buku ensiklopedia Katolik. Tidak ada referensi yang menuliskan tentang Keldani. Padahal di ensiklopedia Katolik umumnya cukup lengkap dituliskan nama-nama tokoh, baik mereka yang pernah berperan dalam Gereja, maupun mereka yang membenci Gereja Katolik, dan tokoh-tokoh yang mencoreng wajah Gereja Katolik. Dengan absennya Keldani di sini dapat disimpulkan bahwa Keldani tidak pernah benar-benar dikenal di kalangan umat Katolik (apalagi dikenal sebagai ‘guru besar’), baik sebelum maupun sesudah ia meninggalkan Gereja Katolik.
2. Apakah Keldani seorang ‘guru besar’/ profesor Teologi Katolik?
Sekarang mari kita melihat kenyataan yang lain. Yaitu bahwa Keldani meninggalkan Gereja Katolik pada saat ia berumur 33 tahun. Dikatakan dalam klaimnya yang dikutip di situs-situs bahwa ia adalah seorang ‘profesor’. Namun dari informasi yang terbatas itu tidak diberitahukan ia itu mengajar sebagai profesor di mana? Sebab tidak ada catatan di sekolah/ universitas manapun tempat ia mengajar, kecuali ketika ia sebagai seorang Kristen Anglikan kemungkinan mengajar saat ia berumur 19-22 tahun. Namun gereja Anglikan di Urmiah tidak mempunyai sekolah yang lebih tinggi dari sekolah SMA. Juga tidak ada data bahwa ia pernah mengajar sebagai profesor ketika tahun 1892 (di usianya yang ke 25), ia mengirimkan tulisannya kepada majalah Tablet -sebuah majalah mingguan Katolik di Inggris. Gelarnya yang tercantum di sana adalah “BD” (Bachelor of Divinity), suatu gelar yang tidak otomatis menunjukkan dia adalah seorang profesor. Pihak majalah Tablet (market@tablet.netkonect.co.uk), yang masih eksis sampai sekarang, tidak mempunyai record data autobiografi Keldani.
Selanjutnya tentang tulisannya yang berjudul “Authenticity of the Pentateuch“, yang dituliskan di sekitar tahun yang sama. Pendidikan yang diterima Keldani sampai saat itu adalah 2-3 tahun studi tentang Misi di Mill Hill, Inggris, sehingga kemungkinan besar dasar yang dipakai untuk menuliskan artikel tersebut adalah pengetahuan secara umum tentang kebiasaan yang tercatat di kitab Taurat dan kemiripannya dengan adat istiadat Assyria di mana ia berasal, dan bukan penyelidikan yang mendalam tentang arkeologi, linguistik/ bahasa asli dan studi banding secara ilmiah tentang berbagai buku literatur. Bahasa asli kitab Perjanjian Lama adalah Ibrani, Yunani dan beberapa bahasa Aram. Meskipun bahasa Ibrani mirip dengan bahasa Syria, tetapi kedua bahasa itu tidak sama, dan adalah sesuatu yang perlu dipertanyakan bahwa hanya dalam waktu singkat (di Inggris dan Roma?) ia sudah dapat menguasai bahasa Ibrani dan Yunani.
Nampaknya ia juga tidak mendalami keseluruhan kelima Kitab Taurat Musa. Ini terlihat dari beberapa komentarnya yang mengatakan bahwa Kitab Suci adalah palsu karena menurut hukum Musa (lih. Im 20:17), Abraham adalah seorang kriminal, karena menikahi Sarah, adiknya sendiri (adik lain ibu, lih Kej 20:12). Keldani nampaknya mengabaikan kenyataan bahwa memang sebelum dikeluarkannya hukum Musa, hal pernikahan sesama saudara memang terjadi dalam Perjanjian Lama, seperti halnya perkawinan antara sesama anak-anak Adam dan Hawa. Hanya setelah perkembangan jumlah manusia, dan akibat dosa asal yang menyertainya, terjadi hal-hal yang negatif dari perkawinan sesama saudara ini, sehingga kemudian dilarang oleh Allah. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Sekarang tentang dicatatnya Keldani sebagai peserta Eucharistic Congress tahun 1897 yang diadakan selama 5 hari di Paray-le-Monial, Perancis. Ini tidak menjadi bukti bahwa ia menempati posisi penting di Gereja Katolik. Konggres semacam ini diadakan untuk menumbuhkan dan memperkuat devosi kepada sakramen Ekaristi, namun bukan konggres yang khusus membahas ataupun menentukan ajaran Gereja Katolik, seperti halnya Konsili-konsili. Dalam konggres Ekaristi ini, umat awam dapat turut hadir, dan hadirin dapat mencapai puluhan ribu orang. Selama pertemuan dapat saja ada banyak artikel dibacakan, dan tidak menjadi jaminan bahwa Keldani adalah pembicara utama dalam Konggres itu. Sebagai bandingannya adalah silakan membaca daftar pembicara dalam kongres Ekaristi yang belum lama berlalu tgl 10-17 Juni 2012 di Dublin, silakan klik. Di sana terdapat banyak orang yang terlibat menjadi pembicara/narasumber (termasuk dari kaum awam); dan tidak menjadi jaminan bahwa yang berbicara di sana adalah seorang guru besar. Dapat terjadi ia dipercaya oleh Uskup Urmiah untuk hadir di sana mewakili umatnya, karena Keldani dapat berbahasa Perancis; dan ia diperbolehkan membacakan tulisan yang entah berasal dari Uskup ataupun minimal disetujui oleh Uskupnya. Di artikel itu ia menuliskan ketidaksetujuannya/ penyesalannya terhadap sistem pendidikan Katolik di kalangan Nestorian (para pengikut aliran sesat Nestorius); dengan demikian fokus tulisannya adalah bagaimana memberikan pendidikan yang baik, agar para pengikut aliran tersebut dapat kembali kepada ajaran iman Kristiani. Ia mengkritisi para misionaris barat (dari kalangan non- Katolik) yang sepertinya berlomba-lomba mencari pengikut di Urmiah.
3. Apakah Keldani seorang ‘Uskup’?
Dalam buku seri Hierarchia Catholica Medii et Recentioris Aevi, yang memberikan informasi biografi yang detail dari setiap Uskup Katolik, Uskup Agung dan Kardinal antara 1846 sampai 1903 (sebelum Keldani meninggalkan Gereja Katolik), tidak disebutkan nama Benjamin Keldani. Maka Keldani tidak pernah menjadi Uskup Katolik. Keuskupan Urmiah dan Salmas (kedua keuskupan yang kemungkinan menjadi area yang harus dipimpinnya jika benar ia pernah dipilih sebagai Uskup) sudah mempunyai uskupnya sendiri- sendiri. Uskup Urmiah sejak tahun 1890-1918 adalah Thomas Ado, sedangkan Uskup Salmas dari tahun 1894- 1915 adalah Isaac Khoudabache. ((Ritzler, Remigium, and Pirminum Sefrin. “Hierarchia Catholica Medii et Recentioris Aevi“, vol. 8 (1846-1903). Padua:
Messaggero di S. Antonia, 1979. pp. 493))
4. Apakah Keldani adalah seorang imam?
Maka kemungkinan yang paling mungkin dalam klaim tersebut adalah Keldani memang adalah seorang imam Katolik. Mungkin saja memang Keldani merupakan salah seorang anggota Konggregasi Misi yang didirikan oleh St. Vincent de Paul (1625) atau disebut juga Lazarist (mengambil nama St. Lazare dari nama kongregasi mereka) yang membuka tempat misi mereka di Persia tahun 1841, dan tahun 1892 membuka seminarinya di Urmiah. Mengapa seorang imam dapat berubah keyakinan, inilah pertanyaannya, yang memang tidak secara memadai dapat kita simpulkan.
Namun adalah sesuatu yang perlu dipertanyakan, jika dikatakan bahwa Keldani meninggalkan Gereja bukan karena konflik tetapi karena keputusan hati nurani. Fakta menunjukkan bahwa ia mengajukan pengunduran diri langsung kepada Uskupnya, tanpa melalui/ melibatkan superiornya sendiri sudah merupakan tanda bahwa ada pertentangan antara dirinya dengan superiornya sendiri. Entah apakah pertentangannya tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi perihal perbedaan kebijakan menangani sistem pendidikan di tanah misi (Urmiah) itu dapat menjadi salah satu topiknya mengingat itulah yang menjadi perhatian khusus Keldani. Bahwa setelah khotbahnya yang terakhir di tahun baru 1900 yang menyuarakan protesnya, dan setelah itu ia menerima kunjungan dari Msgr. Lesne, yang kemudian diikuti dengan retret pribadi, perlu menjadi bahan permenungan. Sebab setelah retret itu, Keldani memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai imam. Memang jika permohonan pengunduran diri diajukan, pihak otoritas Gereja dapat saja menganjurkan agar permohonan ditarik kembali atau sebaliknya, menyetujui, dan kemudian memutuskan untuk menarik semua faculty imamatnya. Nampaknya keadaan yang kedua yang terjadi pada Keldani, sehingga dalam keadaan semacam ini, apapun dapat terjadi dari pihak Keldani untuk mencari solusi untuk menjelaskan posisinya.
Seseorang bernama Mark Pleas mengadakan semacam riset tentang siapakah David Benjamin Keldani, dan menjabarkan hasil penelitiannya di situs ini, silakan klik, dan di sana terdapat tanggapan yang cukup rasional dan mendetail terhadap klaim tentang Keldani yang banyak beredar di internet. Pleas sampai pada kesimpulan bahwa Keldani adalah suatu sosok yang mudah berubah, tidak pernah menyukai otoritas, sehingga sering berpindah keyakinan. Pertama ia di Urmiah (kemungkinan sebagai seorang Nestorian?), kemudian ke Inggris, dan pada saat itu kemungkinan besar ia adalah seorang Anglikan. Kemudian ia menjadi Katolik, kemudian menjadi Unitarian (salah satu kelompok yang tadinya ditentangnya, karena termasuk golongan misionaris dari barat), lalu menjadi muslim. Namun setelah ia menjadi muslim kiprahnya sebagai seorang ahli yang terpelajar relatif tidak dikenal, sehingga bahkan kapan wafatnya tidak diketahui dengan pasti (walau tertulis 1940).
Dengan keadaannya yang relatif tidak stabil dan buktinya (credential-nya) sebagai ahli Kitab Sucipun tidak diakui secara umum di dunia, maka secara obyektif, hasil pemikirannya belum tentu mewakili keahlian yang telah diklaim olehnya. Sebagai contoh tentang interpretasinya bahwa paraclete (Roh Kudus) adalah periklutos. Sebab para ahli Kitab Suci yang mendalami bahasa Yunani secara umum mengetahui bahwa paraclete yang dimaksud berasal dari kata παράκλητος (paráklētos) yang artinya: penghibur, pembela yang mengacu kepada Roh Kudus, dan bukan periklutos, yang artinya, yang terpuji, lalu dihubungkan dengan nama Ahmad.
Pada akhirnya, terpulanglah pada kita masing-masing, jika kita mendengar informasi-informasi semacam ini. Memang hal keyakinan berhubungan dengan hati nurani, namun sesungguhnya hati nurani juga terbentuk dari keterbukaan untuk menerima pengajaran yang benar yang sepenuhnya sesuai dengan akal sehat dan kebaikan yang sudah Tuhan tanamkan di dalam hati setiap orang. Dengan berpegang kepada prinsip ini, kita dapat memilah manakah informasi yang masuk akal dan karena itu mempunyai kemungkinan mengandung kebenaran; dan manakah informasi yang nampak bertentangan dan tidak masuk akal untuk dikatakan sebagai kebenaran.
Shalom pak stef dan bu Ingrid,
saya ada persoalan mengenai paderi Buhaira yg bertemu dgn Muhammad dan mengakui tanda2 kerasulan dan kenabiannya seperti yg dikatan oleh web ini http://dakwah.info/seerah/bertemu-dengan-pendita-buhaira/
apakah tanggapan Gereja Katolik mengenai hal ini? benarkah Buhairah seorang pendeta?
itu saja …Tuhan Yesus memberkati :)
[Dari Katolisitas: Prinsip yang dipegang oleh Gereja Katolik adalah apa yang disampaikan dalam KGK 67: …..”Iman Kristen tidak dapat “menerima” wahyu-wahyu yang mau melebihi atau membetulkan wahyu yang sudah dituntaskan dalam Kristus. Hal ini diklaim oleh agama-agama bukan Kristen tertentu dan sering kali juga oleh sekte-sekte baru tertentu yang mendasarkan diri atas “wahyu-wahyu” yang demikian itu.” Gereja mengajarkan bahwa Wahyu Allah sudah dituntaskan dalam Kristus, dan tidak ada lagi wahyu yang lain yang dapat dianggap merevisi ataupun melebihinya.]
Shalom!
Dulu sewaktu saya di university di Malaysia (UKM) tahun 1998 beredar sebuah pamplet yang mengatakan bahawa akan di adakan sebuah Wacana Ilmiah yang akan disampaikan oleh seorang Ustaz yang kononnya addalah bekas PaderiBesar dari Sabah. Ustaz itu yang menggunakan nama Tajuddin Othman mengaku dirinya seorang pastor Katolik dengan nama Thomas Laidenn berasal dari Sabah berketurunan Suluk. Pada hari yang telah ditentukan maka saya hadir ke acara tersebut dan mendengar kesaksian beliau. Namun apa yang sungguh mengejutkan saya adalah pengalaman rohani beliau sebagai orang Kristen Katolik dan sebagai seorang paderi @ pastor @ imam Katolik ternyata beliau hanyalah seorang PEMBOHONG. Beliau mengatakan bahawa gereja Katolik ada 7 Ekaristi iaitu Ekaristi Pembaptisan, Ekaristi Hosti Maha Kudus, Ekaristi Krisma, Ekaristi PentahbisanDan seterusnya. Saya jadi hairan, bagaimana seseorang yang tadinya mengaku dirinya sebagai seorang paderi besar @ imam agung @ Uskup bisa memberi penjelasan yang keliru mengenai konsep sakramen. Masakan istilah sakramen dan ekaristi bisa keliru? Dan menurut beliau, setiap kali pembaptisan, org kristen akan meminum holy water.
Saat itu saya sebagai pendengar bertanyakan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan Katolisime demi untuk memastikan apakah dia ini seorang pembohong. Saya tanyakan kepada beliau, apakah beza Misa Tridentina dan Misa Novus Ordo, disitu dia terdiam terpaku tidak bisa menjawab bahkan beliau kelihatannya seperti orang yang baru mendengar kalimat itu. Terus dia katakan bahawa Allah telah menghapus ingatannya tentang agama Katolik ( itu alasan untuk menutupi kebodohan beliau )
Saya tidak mengambil waktu yang panjang membuang waktu mendengarkan kesaksian palsu ustaz yang mengaku dirinya sebagai Ahli Kristologi.sebagai orang Katolik yang terpelajar, saya rasa tindakan ustaz itu hanya membuatkan orang tertawa kepada beliau apatah saat saya confornt beliau dengan soalan soalan asas katolik, beliau tidak mampu menjawab dengan tepat. Maka saya berkesimpulan wacana ilmiah itu hanyalah sampah yang disampaikan oleh seorang badut panggung yang mengaku dirinya sebagai bekas uskup. Semoga kita sebagai orang Katolik tidak terpedaya dengan kesaksian palsu yang bernada menarik.
Lynn M
Shalom saudari Linda Maria.. Saya juga pernah mendengar cerita itu. Saya juga pertama-tama sempat ragu tetapi saya terjumpa satu artikel dari Bishop John Lee negeri Sabah (sekarang sudah jadi ArchBishop negeri Sabah) yang mengatakan bahawa tidak ada terdaftar nama Thomas Laiden dalam senarai Paderi-Paderi di Sabah.. Tindakan anda juga amat bijak kerana dengan satu soalan sahaja boleh terbukti kebohongannya.. Kita berdoa sahaja semoga tidak ada lagi kes-kes yang akan terjadi seperti itu lagi.. :)
Bagi saya iman katolik adalah sebuah anugrah
Dari Allah Bapa..walaupun saya sering membaca bahkan mendengar berita-berita tentang para pendeta, pastor ataupun orang-orang yg notabene mengusai mengerti Alkitab, yg meninggalkan Iman akan Yesus. Saya malah bersukur karena mereka iman saya semakin di teguhkan..perpindahan meraka tidak memgubah apapun tentang Iman saya kepada Yesus, perkataan para Rasul yg rela mati bagi Kristus adalah bukti paling menguatkan iman saya, bukan pendapat oknum2x yg akhir2x ini meninggalkan Kristus..Trimakasih karna Roh Kudus yg selalu menguatkan saya..
salam damai sejahtera mdj,
poinnya disini adalah jangankan kita yang kaum awam, sedangkan mereka yang telah belajar lebih mengenai katolik saja bisa terganggu imannya. Tidak semua orang memiliki keteguhan iman seperti anda. Semoga umat katolik khususnya dan non katolik umumnya diberkati Bapa, Putra, dan Roh Kudus, sekarang dan selama2nya.
terimakasih,
semoga Bapa, Putra dan Roh Kudus selalu beserta kita
[Dari Katolisitas: Itulah sebabnya kita perlu turut mendoakan para imam, Uskup dan Paus, maupun mereka semua yang dipercaya untuk mengajar dan membimbing umat Tuhan. Namun demikian, janganlah iman kita menjadi terpengaruh, sekalipun terjadi skandal yang melibatkan oknum pemimpin umat. Marilah memusatkan perhatian bukan kepada orang-orangnya, namun kepada Kristus dan ajaran-Nya sehingga kita tidak mudah guncang terhadap apapun yang terjadi di sekitar kita].
salam damai sejahtera katolisitas
saya cukup terganggu dalam hal : David Benyamin Kaldani,B.D. Guru Besar Teologi sekaligus pastor Katolik Roma, sampai tahun 1904 yg akhirnya memeluk Islam.
ap benar dulunya dia seorang pastur katolik dan guru besar teologi?
dan apa sebenarnya yang menyebabkan dia berpaling dari Gereja?
seorang guru sekaligus pastur(jika memang benar)pun dapat terganggu iman Katolikny, bagamana dengan kita kaum awam.. huh..
mohon keterangan dari tim katolisitas berkenaan dengan David Benyamin tsb..
trimakasih,
salam damai sejahtera katolisitas
semoga Bapa, Putra dan Rohkudus selalu beserta kita
Shalom Cristoporus,
Silakan membaca sekilas ulasan tentang David Benjamin Keldani di atas, silakan klik.
Sejujurnya, kita perlu mengenal ajaran iman kita dengan benar, supaya janganlah kita mudah terpengaruh oleh apa yang diperbuat oleh orang lain. Iman kita tidak terpengaruh dari orang-orang yang berpindah ke luar ataupun yang masuk ke dalam Gereja Katolik. Memang mungkin adalah suatu pertanyaan mengapa Keldani (jika benar ia seorang imam Katolik) dapat berpindah keyakinan. Namun itu adalah keputusannya, dan itu tidak perlu mempengaruhi kita, jika kita sungguh mengenal ajaran iman kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – katolisitas.org
Trimakasih bu ingrid,
Trimakasih katolisitas
Semoga (†) Bapa,Putra,dan Rohkudus selalu beserta kita
Comments are closed.