Pertanyaan:
Shalom,saya ingin menyampaikan beberapa pertanyaan dari seorang teman, dia bertanya pada saya tentang konsep keselamatan katolik dan saya menyadur dari website ini. berikut ini adalah tanggapan dari teman saya itu (kata2 dia dlm bahasa inggris), mohon bpk & ibu bersedia menanggapi. terimakasih sebelumnya, Salam kasih persaudaraan dalam Kristus.
>> Well… It’s the doctrine of salvation, It’s gonna take a while explaining it, but I have to say that if you say that the answer to that is: quote: “Gereja Katolik mengajarkan bahwa …, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih[13], dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.[15]” It is going to create new problems.
1) First problems that came to mind is: Will a really good, loving ATHEIST be saved?? one that curses at the name of God, let alone Jesus but his attitude is good morally. “Hukum kasih” here needs more explanation, is it moral wise?
2) points 13 i dont understand, agak ambigu. how do you know “gerakan” itu came from God? and some not from God? how do you differentiate them? Some atheist are better than Christian morally. how do you explain that?
3) Now If a person who know nothing about Christ can be saved by good will, then WHAT IS THE MEANING OF EVANGELISM?? (apa gunanya penginjilan?)masuk ke pedalaman, etc. and risking they rejecting Christ and have 0% chance of salvation? leave them alone and let them be saved by their good will
quote: “[12] Sebagai contoh orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Irian Jaya, atau pedalaman di China, dll. Ada sebagian dari mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus. Dan hal ini bukan akibat kesalahan mereka. Tentu saja, kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka pasti masuk neraka.
[16] Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. LG 14 menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.””
>> I think this is another contradiction, I found this weird but please explain though, so you’re saying that a person who NEVER even heard of Christ could be saved, but other Christ believing Christian who knew that catholic is built by Jesus Christ and still refuses to join inside the Catholic church can NOT be saved? regardless whatever?
If It’s true then I have to say that evangelism is pretty deadly… Let alone granting salvation, It’s a double edged sword.
It’s WAY better to teach them good acts than evangelizing and let them have a chance to reject, right?
Jadi:
1) orang yang ga kenal kristus sama sekali tapi perbuatannya bae seperti kebanyakan ilmuwan2 atheis yang percaya teori evolusi dan big bang jaman sekarang BISA masuk surga?
2) Orang yang kenal kristus tapi menolak untuk menerima sebagai juru selamat tapi perbuatannya saleh bisa masuk surga? (contoh: mahatma gandhi) aku ga tanya dia skrg ada di mana deh, aku tanya dia BISA (memiliki kemungkinan, lewat purgatory, etc) untuk MASUK ke surga atau ngga?)
gimana? Sesilia
Jawaban:
Shalom Sesilia,
Terimakasih atas pertanyaannya yang cukup sulit. Memang masalah keselamatan adalah masalah yang begitu sulit, namun begitu penting. Setiap agama mempunyai konsep tentang keselamatan sendiri-sendiri. Dan konsep keselamatan dari Gereja Katolik berbeda dengan gereja Protestan, dan antara denominasi Kristen kadang juga memberikan konsep yang berbeda. Mari kita melihat konsep keselamatan yang diberikan oleh Gereja Katolik, sebuah konsep keselamatan yang begitu baik dan menyeluruh. Keselamatan diberikan kepada manusia melalui Kristus dan Gereja-Nya, Gereja Katolik, inilah sebenarnya prinsip ajaran mengenai EENS (Extram Ecclesiam Nulla Salus):
I. Konsep dan Prinsip
- Keselamatan, baik sebelum, pada waktu, dan setelah kedatangan Kristus mengalir dari misteri Paska Kristus: penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Kristus ke Sorga. Karena dengan misteri Paska Kristus, Kristus telah menyelamatkan seluruh umat manusia dan Kristus menjadi sumber dari semua berkat yang mengalir ke seluruh umat manusia. Jadi kalau orang yang tidak mengenal Kristus diselamatkan, itu karena jasa Kristus.
- Setiap orang, baik sebelum kedatangan Kristus, pada saat Kristus hidup, maupun setelah kedatangan Kristus diberikan berkat (grace) yang cukup untuk dapat menuju tujuan akhir atau Surga. Hal ini dikarenakan bahwa manusia secara kodrat mempunyai kemampuan untuk mengenal dan mengasihi penciptanya, yaitu Tuhan. Jadi dengan hanya mengandalkan akal budi, manusia dapat mengetahui akan keberadaan Tuhan yang satu, seperti yang saya tuliskan di artikel “Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada“. Jadi kalau sampai seseorang tidak masuk surga, itu adalah karena kesalahan sendiri dan bukan karena kesalahan Tuhan (Tuhan tidak mungkin salah).
- Allah adalah kasih dan adil. Dengan kasih-Nya dan belas kasih-Nya, Dia menginginkan semua orang untuk masuk dalam kerajaan surga. Inilah yang disebut dengan “predestination“. Harap dibedakan dengan konsep “double predestination“, dimana dikatakan bahwa Tuhan telah menakdirkan sebagian orang masuk surga dan sebagian masuk neraka.
Kita percaya bahwa sejak dari awal mula, Tuhan menginginkan agar seluruh umat manusia memperoleh kebahagiaan abadi di Surga bersama dengan Tuhan. Namun Tuhan begitu mengasihi manusia, sehingga Dia menginginkan agar manusia dapat membalas kasih Tuhan dengan bebas. Dan Tuhan memberikan keinginan bebas “free will” kepada manusia. Namun dengan free will ini, manusia dapat berkata ya atau tidak terhadap tawaran Tuhan.
Mungkin ada yang menanyakan, kenapa Tuhan memberikan keinginan bebas? Ini adalah suatu ekpresi kasih yang begitu dalam kepada umat manusia. Bayangkan, kalau kita mengasihi pacar kita, maka kita ingin agar pacar kita bukan sebagai robot yang menuruti segala keinginan kita. Namun kita menginginkan agar pacar kita secara bebas mengasihi kita.
Keadilan Tuhan juga tercermin dari seseorang yang diberi banyak akan dituntut lebih banyak. - Allah melihat hati kita yang terdalam. Jawaban terhadap Allah oleh manusia dilihat oleh Allah sebagai suatu pernyataan yang keluar dari dari dalam hatinya. Ini berarti bahwa Tuhan melihat sampai seberapa jauh manusia benar-benar mengasihi Allah. Apakah seseorang mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan? Atau dengan kata lain, apakah seseorang menempatkan kebenaran (Tuhan) diatas kepentingan pribadi (ciptaan). Inilah sebabnya dalam Sepuluh Perintah Allah, Tuhan memberikan dua loh batu, dimana batu pertama terdiri dari perintah 1-3, yaitu perintah untuk mengasihi Allah lebih dari segala sesuatu. Dan batu loh yang ke-dua memuat perintah 4-10, dimana terkandung perintah untuk mengasihi sesama.
Nah, yang mengetahui sampai seberapa jauh manusia berusaha adalah Tuhan, karena Tuhan melihat jauh ke dalam hati. Dan kita juga melihat bahwa ada tiga hal untuk melihat sesuatu dianggap sebagai sesuatu yang baik secara moral, yaitu: maksud (intention), situasi (circumstances), dan objek moral (moral object). Jadi dalam hal ini, maksud (intention) yang sebenarnya untuk melakukan sesuatu, hanya Tuhan yang tahu secara persis. Itulah sebabnya Gereja tidak pernah mengatakan bahwa seseorang pasti masuk neraka, karena hanya Tuhan saja yang tahu persis kedalaman hati seseorang sampai pada saat dia dipanggil oleh Tuhan. - Gereja Katolik percaya bahwa Sakramen Baptis adalah mutlak untuk keselamatan, bahkan dikatakan bahwa Gereja tidak tahu ada cara lain selain Baptisan yang membuat orang dapat masuk ke kehidupan kekal di surga (Katekismus Gereja Katolik/KGK, 1257), yaitu baptis air, baptis rindu dan baptis darah, seperti diuraikan di point II di bawah ini. Lebih lanjut dikatakan bahwa Tuhan telah mengikat keselamatan pada Sakramen Pembaptisan.
Sekarang kita coba menerapkan kepada bebebapa kondisi. Saya telah menjawab beberapa kondisi di jawaban ini (silakan klik).
II. Sebelum kedatangan Kristus.
- Bagi bangsa Yahudi sebelum kedatangan Kristus: Sebelum kedatangan Kristus, bangsa Yahudi dipilih Tuhan secara khusus dan menerima wahyu Tuhan, sehingga mereka beriman kepada Tuhan yang satu. Mereka mengetahui wahyu ini melalui perantaraan para nabi. Dan wahyu ini terus-menerus berlangsung sebagai persiapan akan kedatangan Sang Sabda, Yesus Kristus, ke dunia ini. Jadi keselamatan bangsa Yahudi sebelum kedatangan Kristus, terikat oleh Hukum Taurat, yang sebenarnya juga dapat disarikan sebagai mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Mat 22:34-40). Hal ini disebabkan oleh 10 perintah Allah yang dapat dibagi menjadi dua: 1) Perintah 1-3: perintah untuk mengasihi Tuhan 2) 4-10, perintah untuk mengasihi sesama. Namun, keselamatan mereka tetap bersumber pada misteri Paskah Kristus.
- Bagi bangsa-bangsa lain sebelum kedatangan Kristus dan juga orang-orang yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Kristus: Dua kategori orang-orang ini terikat oleh hukum yang dituliskan oleh Tuhan sendiri di dalam hati mereka masing-masing, atau yang disebut “natural law” atau hukum kodrat. 10 perintah Allah adalah manifestasi yang sempurna dari hukum kodrat sehingga dengan demikian mengikat seluruh manusia, dengan tidak memandang suku, bahasa, maupun kebudayaan, karena prinsip 10 Perintah Allah ini sebenarnya ada di dalam hati semua orang. Semua suku dan bangsa yang tidak mengenal Tuhan, melihat bahwa seorang anak yang tidak menghormati orangtuanya adalah berdosa, seorang yang membalas kebaikan dengan kejahatan adalah salah. hukum kodrat ini adalah sebagai akibat dari hakikat manusia, yang diciptakan menurut gambaran Allah, yang mampu untuk menangkap konsep sesuatu yang “baik”, mampu untuk mencari kebenaran, mampu untuk menemukan Pencipta-Nya, mampu untuk bersosialisasi, dll. Dan hukum alam ini mengikat manusia, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus di Rom 2:15 “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.“Bagaimana mereka dapat diselamatkan? Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih[13], dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.[15]Sebagai contoh dari “bukan karena kesalahan mereka sendiri” adalah orang-orang yang hidup sebelum Kristus, dan juga orang-orang yang tidak terjangkau oleh pemberitaan tentang Kristus. Namun kita juga dapat memasukkan disini adalah orang-orang dari agama lain, yang walaupun telah dijangkau oleh pemberitaan Kristus namun pemberitaan ini tidak memberikan “motive of credibility” (penjelasan dasar yang meyakinkan) yang baik terhadap kekristenan, sehingga orang dari agama lain, bukan karena kesalahannya, tidak dapat percaya akan pesan Kristus.Namun saya ingin menegaskan disini, bahwa kuncinya adalah apakah orang tersebut tidak mau menjadi Kristen karena “invincible ignorance” (ketidaktahuan yang tidak dapat dihindari) ataukah karena memang kepentingan pribadi, misalkan untuk mendapatkan pangkat, sekolah yang baik, dll. Di sini perlu dipertanyakan apakah orang tersebut benar-benar mencari kebenaran di atas segalanya. Maksudnya adalah apakah orang tersebut di dalam kapasitasnya benar-benar mencari kebenaran atau Tuhan dengan segenap hati, segenap pikiran dan segenap kekuatan. Dan dalam hal ini hanya Tuhan yang tahu secara persis apa yang dilakukan oleh orang tersebut. Untuk itulah, maka Gereja tidak akan pernah berkata bahwa seseorang pasti masuk neraka, namun Gereja dapat berkata orang tersebut mempunyai risiko kehilangan keselamatannya. Di sinilah pentingnya bagi orang yang telah mengenal Kristus untuk hidup kudus, sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang tidak mengenal Kristus.
- Sekarang kita masuk ke kategori yang lain, yaitu: umat Kristen Non Katolik: Dokumen Vatikan II menjelaskan, bahwa ada unsur-unsur kekudusan dan kebenaran di dalam gereja yang lain, seperti misalkan memegang nilai-nilai suci yang terdapat di Alkitab, hidup dengan kasih, dll. Bahkan gereja Katolik mengakui pembaptisan mereka.[16] Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. LG 14 menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”Dalam hal ini, Gereja Katolik menyatakan suatu kondisi bahwa orang dapat kehilangan keselamatan. Namun Gereja tidak pernah tahu secara persis apakah masing-masing pribadi “benar-benar tahu” bahwa Gereja Katolik adalah Sakramen Keselamatan. Kalau seseorang tahu tapi tidak melakukannya, berarti orang tersebut menempatkan kepentingan pribadi di atas Tuhan sendiri, dan ini adalah berdosa. Jawaban apakah ada keselamatan di luar Gereja Katolik, silakan klik di sini . Jika Sesilia ingin mengetahui lebih lanjut tentang konsep keselamatan menurut Gereja Katolik, silakan klik di artikel ini: Sudahkah kita diselamatkan?
- Bagaimana dengan umat Katolik sendiri? Dalam Lumen Gentium 14 ditegaskan akan pentingnya untuk terus berjuang hidup kudus, yaitu dengan mempraktekkan kasih kepada Tuhan dan sesama. Orang Katolik yang tidak mempraktekkan kasih, hanyalah menjadi anggota Gereja secara jasmaniah, namun bukan secara spiritual, tidak dapat diselamatkan.[17] Hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya (Lih. Luk 12:47-48).Karena kepenuhan kebenaran ada di Gereja Katolik, umat Katolik seharusnya dapat hidup lebih kudus, karena berkat-berkat yang mengalir dari Sakramen-sakramen, seperti: Ekaristi, Pengampunan Dosa. Selanjutnya, tentang apakah hanya orang Katolik saja yang bisa diselamatkan?, silakan klik di sini.
- Jadi kesimpulannya, kita tidak dapat mengatakan bahwa orang yang tidak dibaptis air (secara sakramen) pasti masuk neraka, sebab ada kondisi-kondisi lain (yang telah disebutkan di atas) yang diperhitungkan. Namun, satu-satunya keselamatan hanya melalui Kristus dan melalui pembabtisan. Jadi bagi orang-orang seperti yang disebutkan di atas, yang dalam kondisi “bukan karena kesalahannya sendiri” tidak dapat mengenal Kristus dan Gereja-Nya, dan juga mereka berbuat kasih dan mengalami pertobatan, orang tersebut sebetulnya mengalami “baptism of desire” (lih KGK, 1258-1259). Dan bagi orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, mereka juga dapat diselamatkan karena mereka telah menerima “Baptisan darah” (KGK, 1258). Dengan penggabungan faktor-faktor tersebut di atas, maka kita juga dapat mengatakan bahwa orang yang tidak dibaptis tidak dapat masuk surga atau dikatakan bahwa Gereja tidak mengenal cara lain selain pembaptisan untuk masuk surga (KGK, 1257). Dan bagi orang yang telah dibaptis namun tidak menjalankan kasih juga dapat kehilangan keselamatannya.
- Kalau begitu apakah kita harus membawa orang kepada Kristus? Tentu saja. Kristus adalah harta terbesar yang kita miliki. Adalah menjadi perbuatan kasih kalau kita membagikan harta terbesar ini kepada semua orang. Namun tentu saja kita harus melakukannya dengan bijasana dan penuh kasih.
III. Menjawab pertanyaan teman Sesilia.
- Apakah seorang atheis dapat diselamatkan? Jawabannya bisa ya dan tidak. Dapat diselamatkan kalau “orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi“. Keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.
- Bukan kesalahan mereka sendiri tidak mengenal Kristus dapat diartikan sebagai invincible ignorance, yaitu kesalahan yang dikarenakan oleh ignorance (ketidaktahuan) yang tidak terhindari, namun orang ini telah benar-benar berusaha untuk menemukan kebenaran dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatannya. Dan seandainya ada orang yang dapat menerangkan kepadanya dengan baik tentang kebenaran, maka orang tersebut sebenarnya dapat berubah dan menjadi percaya kepada Kristus. Ini berarti orang tersebut menempatkan kebenaran di atas kepentingannya pribadi. Oleh karena itu, orang tersebut dapat diselamatkan.
- Kelompok yang lain adalah atheis atau orang yang tidak mengenal Kristus, namun karena culpable ignorance, yang disebabkan karena kelalaian sendiri, misalnya: orang tersebut mempunyai kesempatan untuk mencari kebenaran, namun dia tidak menggunakannya dengan baik. Atau sebenarnya tidak ada alasan bagi orang tersebut untuk tidak mengenal Kristus. Ini dapat diumpamakan seseorang tetap salah dan dihukum kalau karena kelalaiannya tidak mempelajari peraturan lalu lintas, namun dia nekat untuk mengendarai mobil. Kelompok ini mempunyai resiko kehilangan keselamatan mereka.
- Jadi bagaimana dengan Mahatma Gandhi? “Invincible ignorance” bukan berarti bahwa dia sama sekali tidak pernah mendengar tentang Kristus, namun walaupun dia pernah mendengar tentang Kristus, dan dia telah berusaha dengan segenap pikiran, hati, dan kekuatan, untuk mencoba namun tidak sampai untuk menjadi murid Kristus. Jangan lupa, bahwa orang-orang yang menjadi batu sandungan bagi Mahatma Gandhi turut berpartisipasi dalam dosa, karena menjadi batu sandungan bagi dia untuk menjadi murid Kristus. Beliau mengatakan bahwa kalau semua orang di India dapat menerapkan ajaran Kristus, maka tidak ada lagi orang Hindu di India. Jadi orang-orang saleh yang tidak mengenal Kristus, dapat masuk surga, namun hanya Tuhan yang tahu persis apakah “ignorance” yang mereka lakukan karena “invincible ignorance” atau “culpable ignorance“.
- Kita jangan lupa, bahwa ada beberapa tingkatan atheist. Pada tingkatan yang paling parah, dimana benar-benar orang tersebut membenci Tuhan, maka orang ini dapat kehilangan keselamatannya. Namun pada tingkatan lain, orang yang “morally good” tidak dapat ‘membenci’ orang sedemikian rupa, atau membenci Tuhan, ia hanya tidak atau belum mengenali Tuhan. Padahal keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dengan akal budi, juga termasuk oleh seorang atheis – silakan melihat artikel “Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada” (silakan klik).
- Tentu saja bagi yang tidak percaya akan Tuhan, tidak dapat menerapkan hukum kasih yang bersifat supernatural, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama untuk Tuhan. Maka akan jauh lebih sulit bagi orang yang tidak kenal Tuhan untuk menerapkan hukum kasih ini untuk masuk surga. Silakan melihat pembahasan tentang hal ini di jawaban ini (silakan klik).
- Digerakkan oleh Rahmat Ilahi adalah suatu berkat yang membantu, atau dalam istilah teologi adalah “actual grace“. Actual grace ini merupakan gerakan dari Roh Kudus untuk membawa orang ini kepada pertobatan. Dan pada saat orang ini menanggapi dan kemudian menerima pembaptisan, maka orang tersebut menerima “sanctifying grace” atau rahmat kekudusan, yang membuat seseorang menjadi anak Allah.
Karena Tuhan adalah maha adil, maka kita meyakini bahwa berkat dari Tuhan adalah cukup dan berlimpah bagi setiap orang. Jadi gerakan Roh Kudus ini adalah yang membawa orang pada pertobatan dan perbuatan kasih. Rasul Yohanes mengatakan “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” (1 Yoh 4:16). - Secara prinsip, seorang yang benar-benar kristen dan menerapkan ajaran Kristus pasti akan lebih baik dari orang yang bukan Kristen. Dalam membandingkan, kita harus membandingkan apel dengan apel dan tidak bisa apel dengan jeruk. Kita harus bandingkan seorang Katolik yang baik dengan seorang atheis yang baik. Bandingkan atheis yang terbaik dengan para santa-santo, seperti yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta yang menolong orang karena kasihnya kepada Tuhan, atau St. Maximillian Kolbe yang rela menyerahkan dirinya untuk dibunuh menggantikan nyawa sesama tawanan NAZI.
- Jadi apakah evangelisasi percuma? Tentu saja tidak! Malah ditekankan bahwa Gereja pada dasarnya adalah misioner. Kita semua yang telah dibaptis harus berjuang untuk membawa semua orang kepada Kristus. Kenapa? Karena bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus lebih sulit untuk mencapai keselamatan. ibaratnya mereka tidak mempunyai peta yang baik dan sempurna. Dan berkat Baptisan adalah memberikan manusia kekuatan untuk dapat hidup kudus, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama. Jadi bagi yang telah dibaptis dan menerima rahmat Allah, maka tuntutannya lebih besar dibandingkan dengan yang belum mengenal Allah. Dikatakan “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Luk 12:48). Kita ingin membagikan harta terbesar kita, yaitu Kristus, sehingga mereka lebih mudah untuk mendapatkan keselamatan.
IV. Kontradiksi konsep keselamatan?
- Lumen Gentium, 14 mengatakan
“Orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.”
Jadi bagi orang yang bukan kesalahannya sendiri dapat masuk surga sejauh keadaan tidak mengenal Kristus adalah sebagai akibat dari “invincible ignorance” (ketidak tahuan yang tak dapat dihindari) seperti yang telah dijelaskan di atas. - Hal ini tidaklah bertentangan dengan “Andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.”
Hal ini dikarenakan bahwa orang yang benar-benar tahu bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik namun tidak masuk di dalamnya berarti dia mendahulukan kepentingan pribadi di atas pencarian kebenaran. - Dan juga tidak bertentangan dengan: “Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”.
Ini berarti bahwa orang Katolik yang mempunyai “kepenuhan kebenaran” harus benar-benar dapat menerapkan ajaran kasih. Bagi orang Katolik tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan dan sesama, karena semua telah diberi berkat yang berlimpah dari sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, yang memampukan seseorang untuk hidup kudus setelah menerima Sakramen Baptis. - Kita kembali kepada prinsip di awal, bahwa Tuhan adalah maha adil dan kasih. Juga rahmat Tuhan adalah cukup bagi semua orang untuk bersatu dengan Tuhan. Oleh karena hal ini adalah sangat masuk akal, bahwa semuanya mempunyai resiko dan tugas masing-masing untuk mendapatkan keselamatan. Keselamatan adalah suatu proses yang berakhir pada saat kita meninggal. Orang yang tidak mengenal Kristus, yang mengenal Kristus di luar Gereja Katolik, dan anggota Gereja Katolik, semuanya mempunyai resiko kehilangan keselamatan. Yang menjadi perbedaan adalah Gereja Katolik mempunyai “kepenuhan kebenaran”, gereja yang lain tidak mempunyai kepenuhan kebenaran, dan agama-agama lain mempunyai beberapa unsur kebenaran, yang harus dilihat sebagai persiapan untuk menerima pesan Injil (lih. Lumen Gentium, 16).
- Gereja Katolik percaya bahwa keselamatan adalah suatu yang telah (past), sedang (present), dan akan datang (future):
- Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5).
- Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9).
- Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
- Baca juga tentang konsep keselamatan di sini: klik ini, dan juga ini, serta artikel ini.
V. Ok. Sekarang ceritakan bagaimana konsep keselamatan dari teman Sesilia.
- Kalau kita berkata bahwa semua yang tidak mengenal Kristus masuk neraka, coba terangkan hal berikut ini: Bagaimana kita begitu yakin bahwa seseorang setelah kedatangan Kristus, yang tinggal di pedalaman Irian Jaya, Kalimantan, dan sampai akhir hayatnya orang tersebut masih tidak mengenal Kristus, pasti masuk neraka. Pertanyaannya, dimanakan keadilan Tuhan? Bukan kesalahan mereka bahwa mereka tidak mengenal Kristus. Kalau saja orang tersebut mendengar tentang Kristus, ada sebagian dari mereka juga akan percaya.
- Kalau kita berkata bahwa semua yang tidak mengenal Kristus masuk neraka, coba terangkan hal berikut ini: Bagaimana kita begitu yakin bahwa orang-orang seperti Mahatma Gandhi masuk neraka? Apakah dasarnya? Atau ada yang lebih ekstrim lagi mengatakan bahwa Bunda Teresa yang terberkati dari Kalkuta masuk neraka, karena beliau tidak maju di dalam “altar call” dan menerima Yesus di depan umum seperti yang terjadi di altar call.
- Kalau kita berkata bahwa semua yang telah menerima Kristus pasti masuk surga, coba terangkan hal berikut ini:Orang-orang Kristen atau Katolik yang hidupnya bergelimang dengan dosa sampai akhir hayatnya. Bagaimana seseorang dengan yakin mengatakan “sekali selamat pasti selamat.”
Demikian apa yang dapat saya sampaikan untuk menjawab pertanyaan teman Sesilia. Maaf agak panjang, karena ada banyak yang bertanya tentang konsep keselamatan.
Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Sesilia dan juga bagi para pembaca yang lain.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Dear katolisitas.org
Saya sangat meyakini apa yang disebut EENS, bahwa keselamatan hanya melalui Yesus dan khatolik-lah jalannya. Dan pernyataan konsili Vatikan II ttg bahwa keselamatan ada ditempat lain ini sangat mengganggu iman saya yang masih dan akan terus bertumbuh.
Jadi, tolong koreksi pernyataan iman saya ini jika salah;
– Tuhan Yesus bersabda, “Langit bumi akan lenyap tapi perkataanku tidak akan lenyap” Ini membuktikan bahwa setelah kematian dan kebangkitan-Nya, sabda Tuhan kita masih terus ada, tidak berhenti dan terus berlanjut melalui para orang kudus pilihanNya (ex; St. Faustina dll), dan kita umat-Nya mengimani hal tersebut.
– Mengambil dari keyakinan tsb, bukankah telah disampaikan, melalui Catalina Rivas bahwa Tuhan sendiri bersabda, akan ada 2 Pintu Pengadilan di akhir nanti, dimana :
1. Manusia yang tidak mengenal Yesus akan masuk melalui Pintu Pengadilan Maha Tinggi, dan diadili seadil-adilnya (menurut hukum Surga tentu) dengan hukumannya Surga atau Neraka, dan
2. Manusia yang mengenal Yesus, akan masuk melalui Pintu Kasih-Nya. Dimana manusia tidak masuk melalui Api Neraka melainkan Api Penyucian, dan setelah itu akan dibawa ke Surga seperti yang tengah terjadi “saat ini”.
Keyakinan ini saya yakini, seyakin-yakinnya, terlebih Tuhan telah menjelaskan, bahwa “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, dst” yang menjelaskan bahwa, jika seseorang ingin menantikan Pengadilan Yang Adil itu, maka orang tidak perlu mengenal-Nya (Kasih-Nya) tetapi, jika seseorang merasa bahwa keadilan yang dimilikinya tidak dapat menyelamatkan-Nya dan meyakini bahwa melalui Pintu Belas Kasih Allah, yang telah dibuatnya melalui Karya Keselamatan Ilahi dalam sengsara wafat dan kebangkitan Putera-Nya Yesus Kristus, maka sekalipun keyakinan itu didapat pada saat-saat terakhir hidupnya, dia bisa diselamatkan.
Ini adalah sekelumit pernyataan iman yang saya miliki, jadi mohon penjelasannya. Terima kasih, damai Kristus bersama anda…
Shalom Johanes,
Mungkin yang perlu diluruskan adalah dokumen Vatikan II tidak pernah menyebutkan bahwa ada keselamatan di tempat lain. Silakan melihat beberapa artikel tentang EENS ini – silakan klik. Hal lain yang perlu ditekankan adalah iman kita tidak berdasarkan wahyu-wahyu pribadi, termasuk wahyu-wahyu pribadi dari santo-santa, namun berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci, yang dijaga kemurniannya oleh Magisterium Gereja.
Dalam Injil Matius dituliskan “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Mat 24:35). Hal ini telah ditegaskan juga di dalam Kitab Yesaya sebagai berikut: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.” (Yes 40:8) dan “Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah ke bumi di bawah; sebab langit lenyap seperti asap, bumi memburuk seperti pakaian yang sudah usang dan penduduknya akan mati seperti nyamuk; tetapi kelepasan yang Kuberikan akan tetap untuk selama-lamanya, dan keselamatan yang dari pada-Ku tidak akan berakhir.” (Yes 51:6). Salah satu interpretasinya adalah Firman Allah adalah kekal dan lebih bertahan dibandingkan dengan segala hal yang bersifat material dan segala alam raya. Namun, kita juga dapat melihatnya dalam konteks bahwa yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan yang baru, seperti yang ditegaskan dalam surat Rasul Paulus kepada umat di Korintus, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor 5:17). Dan dalam konteks Mat 24 tentang akhir zaman, maka kita juga melihat bahwa pada harinya, maka langit dan bumi akan musnah dan digantikan dengan langit dan bumi yang baru – yaitu ciptaan yang baru di dalam Kristus. Hal ini ditegaskan dalam Kitab Wahyu sebagai berikut, “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” (Why 21:1)
Dan tentang pengadilan khusus, maka semua orang segera setelah kematiannya akan diadili secara langsung oleh Kristus. Baik umat beriman dan umat tidak beriman akan diadili dan mempunyai tiga kemungkinan keputusan: neraka, Surga, Api Penyucian. Pada akhirnya semua orang hanya dapat memohon belas kasih Allah, berharap agar iman, pengharapan dan kasih kita yang tidak sempurna, yang telah kita lakukan di dunia ini dapat diperhitungkan oleh Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom..
Seandainya Mahatma Gandhi adalah seorang Katolik, maka saya pikir dengan semua yang dilakukannya, akan sangat besar kemungkinan buat beliau untuk menjadi seorang Santo.
Tapi karena beliau seorang Hindu, maka kita menyatakan bahwa itu bisa ya atau tidak, atau terserah pada Tuhan aja.
Saya pikir Gereja Katolik seharusnya menghormati tokoh seperti beliau ini. Apapun agamanya dia telah melakukan kasih dengan luarbiasa.
Bahkan beliau “menyindir” kita umat kristiani untuk lebih melakukan kasih seperti yang diajarkan Yesus dengan baik(“i like your Christ, i do not like your christian. Your christian are so unlike your Christ”).
Kita umat kristenlah yang tidak bisa melakukan kasih sehebat Mahatma Gandhi. Orang Kristen saat itu justru menjadi penjajah yang merampas hak orang jajahannya. Saya juga tidak tahu dibagian manakah dalam penjajahan orang kristen menunjukkan kasih yang dia pelajari di gereja.
Inilah menurut saya alasan mengapa Mahatma Gandhi tidak menjadi umat kristiani, dan akhirnya beliau lebih memilih untuk mengasihi agamanya yaitu agama hindu. Kalau kita semua bisa memahami dan melakukan kash sehebat Mahatma Gandhi, saya pikir dia tidak punya alasan untuk tidak bergabung menjadi umat kristiani yang mempunyai satu prinsip yang sama dengan dia.
Saya juga pernah mendengar Paus yang membuat perjanjian antara Spanyol dan Portugis supaya kedua negara ini tidak saling rebutan daerah jajahan. Ini berarti bahwa Paus itu mendukung gerakan penjajahan yang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol saat itu.
Maaf, tapi saya pikir Mahatma Gandhi lebih mengerti tentang kasih daripada Paus yang menyetujui perjanjian tordisellas (kalau ga salah itu nama perjanjiannya). Saya pikir bahwa Mahatma Gandhi lebih menjalankan kasih daripada beberapa Paus lainnya.
Terima Kasih.
Shalom Donny,
1. Tentang Mahatma Gandhi
Mahatma Gandhi adalah salah seorang tokoh dunia yang telah mengukir sejarah dengan teladan sikapnya yang cinta damai. Walaupun ia bukan seorang Kristiani, tetapi Anda benar, sikap hidupnya itu menunjukkan buah-buah sebagaimana diajarkan oleh ajaran Kristus. Oleh karena itu, wajarlah jika semua orang yang cinta damai, menghormati dan mengenangnya. Hal ini juga ditunjukkan oleh Paus Yohanes Paulus II ketika mengunjungi India pada tanggal 1- 10 Februari 1986. Paus memulai ziarahnya itu dengan mengunjungi Raj Ghat, yang merupakan tempat mengenang Mahatma Gandhi, tempat jenasahnya dikremasi. Demikian kata Paus:
“… Dan hari ini sebagai peziarah perdamaian, saya telah catang ke sini untuk menghormati Mahatma Gandhi, pahlawan kemanusiaan.
Dari tempat ini, yang selamanya terikat dengan kenangan akan orang yang sangat luar biasa ini, aku ingin menyatakan kepada rakyat India dan seluruh dunia, keyakinan saya yang mendalam bahwa perdamaian dan keadilan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini akan dicapai hanya melalui jalan yang menjadi inti dari ajarannya [Gandhi]: keutamaan semangat dan Satyagraha, ‘kekuatan-kebenaran’, yang menaklukkan tanpa kekerasan dengan dinamika yang melekat dengan tindakan yang adil.” (Surat Apostolik kepada Kaum Muda, n.41)
Jadi tidak benar, jika ada anggapan bahwa Gereja Katolik tidak menghormati Mahatma Gandhi. Namun penghormatan ini, tidak otomatis mengharuskan Gereja mengangkatnya menjadi Santo/ orang kudus. Sebab menurut ajaran iman Katolik, kekudusan itu bukan sesuatu yang dapat diperoleh sendiri menurut perbuatan manusia, terlepas dari iman. Menurut Sabda Allah, kekudusan pada hakekatnya adalah suatu karunia dari Allah, yang ditanggapi oleh manusia dengan iman dalam kesatuan dengan perbuatan baik yang menjadi bukti dari iman. Perbuatan baik ini sebagai bukti dari iman ini adalah perbuatan kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kepada sesama; yang menjadi buah dari seseorang yang menerima bantuan rahmat Allah, yang secara nyata disalurkan melalui sakramen-sakramen Gereja. Tentang Apa itu kekudusan, silakan membaca di artikel ini, silakan klik
2. Paus membuat perjanjian antara Spanyol dan Portugis tentang daerah jajahan?
Jika kita ingin memahami tentang hal ini, kita perlu memahami bagaimana perkembangan peran Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik sepanjang sejarah. Sampai zaman Kaisar Konstantin di abad ke-4, Kristianitas umum dipandang sebagai hal rohani/ spiritual saja, tidak berhubungan dengan kenegaraan. Namun setelah pertobatan Kaisar Konstantin dan kemudian Kristianitas dianggap sebagai agama negara, maka keadaan berubah. Gereja dan negara dipandang sebagai dua kekuatan besar, yang walaupun terpisah keduanya bersumber dari Allah, dan karena itu berhubungan secara tidak langsung. Di abad ke-10, berkembanglah pandangan yang mempertanyakan manakah yang lebih penting dari kedua kekuatan ini: Gereja atau negara? Argumen yang pertama menempatkan kedudukan imam lebih tinggi dari raja/ kaisar, karena walaupun imam harus taat kepada kaisar dalam hal-hal temporal, dan raja harus taat kepada imam dalam hal rohani, namun pada imam terletaklah tanggungjawab untuk membuat para raja melakukan tugas mereka dengan baik. Sedangkan argumen lainnya adalah bahwa raja memainkan peran yang tak kalah penting, sebab raja berkepentingan untuk melihat urusan-urusan Gereja dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian secara tidak langsung terdapat hubungan tak langsung antara keduanya.
Di abad ke 11-12, dirintis oleh Paus Gregorius VII, peran Paus sebagai pemimpin kebijakan Tahta Suci menjadi semakin besar, juga untuk memberikan pengaruhnya kepada para pemimpin dunia temporal. Paus mengacu kepada surat-surat para Rasul yang menunjukkan bahwa mereka diberi tanggungjawab untuk mengkoreksi kekuatan anarkis (lih. 1 Ptr 2:15-16; Gal 5:1; 2 Kor 3:17; 1 Tes 4:10,11,5:4). Sejarah bangsa Israel yang teokratis juga mempengaruhi, maka dikenal prinsip bahwa Allah berada di atas para kaisar. Oleh karena Paus adalah wakil Kristus Putera Allah, maka Paus melaksanakan tugas sebagai nabi untuk memimpin bangsa-bangsa umat Allah, atas dasar Yer 1:10. Karena itu Paus Gregorius mengembangkan hal sumpah pelantikan raja; dan pembatalan kepemimpinan raja juga hanya dapat dilakukan oleh Paus. Namun demikian, Paus penerusnya, Innocentius III, menyatakan, “We do not exercise any temporal jurisdiction except indirectly” (Epistolæ, IV, 17, 13). Demikianlah maka Paus tidak dapat mengatasi suatu sistem pemilihan pemimpin negara. Paus hanya dapat menilai, meneguhkan dan memutuskan penentuan kandidat, jika keadaan pemilihan terbagi, sehingga diperlukan intervensi.
Kasus seperti ini terjadi ketika Raja Inggris mengadukan kasusnya melawan saudaranya sendiri, ketika sebuah perjanjian telah dibuat, diteguhkan dengan sumpah, namun kemudian diingkari. Karena ada dosa yang terlibat dalam hal ini, dan pihak yang bertikai mengadukannya kepada Paus, maka kasus ini menjadi yurisdiksi Paus, dalam hal ini Paus Innocentius III.
Di zaman Reformasi Protestan, terdapat kecenderungan sebaliknya, yaitu bahwa negara menempatkan Gereja di bawah kakinya. Negara mengklaim kuasa untuk menentukan segalanya, baik hal temporal maupun spiritual. Sedangkan Gereja juga mengklaim haknya untuk menjadi independen, dalam segala hal yang mempengaruhi hal agama dan semacam sumber mata air bagi semua dominasi temporal (lih. St. Thomas Aquinas, “Quodlibet”, 12, Q. xiii, a. 19, ad 2um: Reges sunt vasalli Ecciesiœ). Adanya peran Gereja untuk mengarahkan, sedikit banyak membatasi kekuasaan absolut pemimpin negara, sebab ia harus mengikuti norma-norma Kristiani sebagai seorang pemimpin Kristiani. Walaupun demikian, sejarah membuktikan bahwa nyatanya tak semua pemimpin negara Kristiani melakukan tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Kristiani. Banyak di antara sesama pemimpin negara Kristen bertikai sendiri, sehingga Paus terpaksa terlibat, untuk menengahi pertikaian atau untuk mengakhiri perang, dan menentukan batasan hak kedua pihak yang bertikai. Tentang hal inilah dikenal istilah ‘papal arbitration‘. Dalam konteks inilah kita menempatkan kasus perjanjian Tordesillas, antara pihak Spanyol dan Portugal.
Kedua negara itu adalah negara Katolik yang saat itu aktif mengadakan penjelajahan untuk menemukan daerah-daerah baru di belahan bumi Timur dan Barat. Hasil dari ekspedisi itu adalah penggabungan daerah-daerah yang baru ditemukan itu kepada pemerintahan negara asal mereka. Inilah yang menyebabkan adanya perselisihan terus menerus antara Spanyol dan Portugis. Untuk maksud mendamaikan kedua negara tersebutlah, Paus Alexander VI menjadi penengah. Ia mengeluarkan Bulla, Inter Cætera (14 Mei 1493) untuk menentukan batas garis meridian (100 liga di sebelah barat Azores dan Kepulauan Cape Verde) untuk membagi daerah ekspedisi Spanyol dan Portugis: Spanyol di bagian barat, dan Portugis di bagian timur garis itu. Tahun berikutnya, perjanjian Tordesillas memperbaharui garis imaginer itu menjadi 370 liga di sebelah barat Cape Verde. Dengan Paus sebagai penengah ini maka perang antara Spanyol dan Portugal dapat dihindari (“Civiltà Cattolica”, 1865, I, 665-80; Winsor, “History of America“, 1886, I, 13, 592; “Cambridge Modern History”, I, 23-24).
Selanjutnya tentang papal arbitration, silakan membaca di sini, silakan klik. Papal arbitration ini bukan merupakan ajaran iman, tidak menyangkut Gereja universal, dan karena itu tidak melibatkan kuasa infalibilitas Paus. Silakan membaca di sini untuk apakah itu infalibilitas Paus, silakan klik.
Dalam kasus perjanjian Spanyol dan Portugis, nampaknya Paus bersedia menengahi kedua negara itu, karena melihat potensi pewartaan Injil ke daerah-daerah baru di berbagai belahan dunia yang menjadi daerah ekspedisi mereka. Namun sayang, maksud yang mulia itu tidak didukung dengan sikap dan kebijakan para pelaksana dan prajurit yang terlibat dalam ekspedisi tersebut.
Contoh yang jelas terlihat pada penunjukan St. Fransiskus Xaverius oleh Raja Portugis, Yohanes III, untuk meng-evangelisasi India. Tanggal 7 April 1541 ia berlayar di India, dan setelah perjalanan panjang dan berbahaya, mendarat di Goa, tanggal 6 Mei 1542, lebih dari setahun kemudian. Lima bulan pertama dihabiskannya untuk berkhotbah, melayani orang-orang sakit di rumah sakit dan kaum miskin, mengajar anak-anak tentang sabda Tuhan dan ajaran iman Katolik. Di tahun yang sama, St. Xaverius menuju semenanjung selatan, dengan maksud merestorasi Kekristenan yang berabad-abad lalu pernah diperkenalkan (oleh Rasul Thomas) namun yang hampir punah saat itu, karena kekurangan imam. Selama tiga tahun St. Xaverius berkhotbah di India Barat dan mempertobatkan banyak orang…. Sungguh berat perjuangan St. Xaverius di India, karena tak saja menemui kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh sikap raja-raja setempat yang menganiaya orang-orang yang dibaptis, namun juga dari para prajurit Portugis, yang menunjukkan sikap dan kebiasaan yang sangat bertolak belakang dengan kekudusan St. Xaverius, sehingga ini menghambat pertumbuhan Gereja di India.
Nah, memang kita dapat berandai-andai, bahwa seandainya pada saat itu para prajurit dan pendatang tersebut mempunyai sikap yang cinta damai, maka tidak akan terjadi konflik dan kekerasan antara mereka dengan para penduduk setempat. Namun fakta menentukan tidak demikian halnya, sebab bersamaan dengan sampainya mereka ke daerah-daerah baru tersebut, terdapat kecenderungan menguasai daerah itu, baik dari hal kekayaan alam, maupun penjajahan penduduk lokal.
Hal ini berlanjut sampai kepada zaman Mahatma Gandhi (1869-1948), yaitu bahwa para pendatang dari negara Kristiani malah datang menjajah penduduk lokal, bahkan dengan kekerasan dan penganiayaan. Ini adalah sesuatu yang jelas tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Sebab walaupun perbudakan telah ada sejak zaman para rasul, dan para rasul sendiri memperjuangkan untuk menghapuskannya, namun nampaknya hal perbudakan masih berlangsung berabad-abad sesudahnya. Namun demikian, kita mengetahui bahwa sepanjang sejarah, Gereja terus berjuang untuk meniadakannya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Silakan juga membaca tulisan Paus Leo XIII, In Plurimis (1888) tentang Penghapusan Perbudakan (On the Abolition of Slavery), silakan klik.
Donny, ada banyak hal yang tercatat dalam sejarah, yang memang tidak ideal menurut pemikiran kita sekarang. Namun hal itu sudah terjadi dan kita tak berkuasa untuk mengubahnya. Yang dapat kita lakukan sekarang adalah melihatnya dengan kacamata iman, bahwa Allah mengizinkan segala hal itu terjadi, justru untuk mengajar kita. Allah menghendaki kita bertumbuh dalam kerendahan hati untuk melihat dan mengakui bahwa: 1) tidak semua pengikut Kristus dapat hidup seturut panggilan imannya; 2) Pada para anggota Gereja yang kudus, contohnya para Santo/a, kita melihat gambaran Kristus, namun sebaliknya para anggota yang berdosa menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk mengimani Kristus; 3) Allah menumbuhkan kebaikan di dalam hati semua orang, bahkan pada mereka yang tidak/ belum mengenal Kristus. Namun demikian, ini tidak menjadi alasan untuk tidak mewartakan Kristus kepada mereka yang belum mengenalnya, ataupun malah menganggap bahwa secara umum orang dapat menjadi kudus dengan sendirinya tanpa Kristus. Kenyataan ini justru harus mendorong kita untuk hidup lebih sesuai dengan panggilan kita sebagai murid-murid Kristus, dengan melaksanakan hukum kasih, sebagaimana diajarkan-Nya dengan sempurna melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Semoga dengan demikian, orang-orang yang belum mengenal Kristus dapat melihat dan mengalami kasih Kristus dan terdorong untuk mengenal Dia.
Pada akhirnya, Tuhan akan mengadili kita sesuai dengan perbuatan kita (lih. Why 20:12), dan penghakiman ini tentu adil tidak mungkin mensyaratkan sesuatu yang tidak kita ketahui sebelumnya. Atas keyakinan ini, maka mari kita serahkan ke dalam tangan Tuhan tentang penghakiman ini. Bukanlah bagian kita untuk membandingkan dan memutuskan siapa yang lebih baik daripada siapa, sebab yang paling memahami maksud dan isi hati setiap orang hanyalah Tuhan saja. Biarlah dalam hal ini Tuhan yang memutuskan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas
Ibu Ingrid / Bpk Stef/
Dari semua diskusi tentang EENS, dapat saya simpulkan , bahwa menjadi katolik dan tetap tinggal didalamnya serta mempergunakan rahmat yg ada didalamnya dengan benar. akan lebih cepat mentas dari purgatori di banding dengan orang2 atheis atau orang orang yang tdk mengenal Kristus dan Gereja yang bukan karena kesalahannya sendiri. betul ya Begitu ya Bu..?? hehehhehee,,,
[dari Katolisitas: Kita boleh mempunyai pengharapan yang besar untuk keselamatan kita, dan kitapun diundang untuk mengusahakan agar rahmat keselamatan Tuhan dapat menjangkau sebanyak mungkin orang. Namun selanjutnya, biarlah Tuhan yang menentukan.]
Dear Ibu Ingrid / Bpk Stef.
jika seseorang oleh karena kesibukannya dalam bekerja hingga dia meninggal tanpa mengenal Kristus dan Gereja-Nya , seseorang itu termasuk invincible ignorance atau culpable ignorance ya ??
Terima Kasih.
Hormat saya,
Yohanes.
[Dari Katolisitas: Mari kita serahkan kepada Tuhan saja. Sebab ada juga kemungkinan orang tersebut tahunya adalah kerja, kerja, dan kerja, karena pendidikan ataupun tuntutan dari orang tuanya dan lingkungan sekitarnya. Sungguh kita tidak dapat mengetahui secara persis keadaan dan latar belakang pengalaman hidup setiap orang, namun Tuhan mengetahuinya, apakah seseorang tidak mengenal Dia dan Gereja-Nya karena kesalahan sendiri atau bukan karena kesalahan sendiri. Hal invincible atau culpable ignorance ini pada diri seseorang, sejujurnya, hanya Tuhan yang mengetahui dengan pasti.]
Salam,
Dalam World Youth Day terakhir, Bapa Paus menuliskan YOUCAT (Young Cathecism), Katekismus untuk orang muda. Ini adalah suatu gerakan yang baik, dimana orang muda akan lebih mudah mengenal dan mengasihi iman Katolik dalam Katekismus dalam bahasa yang lebih dapat dicerna para muda. YOUCAT ini sendiri diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, penerbitan YOUCAT oleh Kanisius di Indonesia sempat mengalami sedikit polemik. Dalam YOUCAT terbitan Indonesia, terdapat perbedaan penerjemahan dimana frase Extra Ecclesia Nulla Salus dihapus. Tentu saja alasan dihapusnya frase ini belum jelas. Bagi saya, ini adalah indikasi jelas bahwa pemahaman EENS secara sempit telah menyebar luas dalam masyarakat Indonesia sehingga dianggap membahayakan “toleransi religius” di negara ini.
Apakah tim Katolisitas memiliki kontak untuk memberikan kejelasan mengapa frase ini dihapus? Sangat disayangkan karena justru dengan mencantumkan frase tersebut, umat Katolik dapat melihat arti sebenarnya dari EENS dan melihat bahwa sebenarnya Gereja tidak pernah mengubah atau menghapus ajaran ini. Terima kasih.
Pacem,
Ioannes
[dari RD. Yohanes Dwi Harsanto: Penerbit Kanisius sudah menyatakan setuju untuk menuliskan lengkap kalimat tersebut.]
Saya tidak puas dengan penjelasan mengenai keselamatan kaum sebelum Kristus lahir. Mengapa penjelasan itu lahir dari rumusan pikiran manusia dan Konsili Vatikan 2 itu dilaksanakan pada tahun 1960an. Mengapa hal yang sangat mendasar seperti ini baru dirumuskan pada abad2 modern (19abad setelah Yesus wafat)?
Tolong berikan ayat dari Kitab Suci yang menjelaskan bahwa umat sebelum lahir itu akan tetap mendapat keselamatan dari Yesus. Rom 2:15 bukan penjelasan mengenai hal di atas. Dan demi Tuhan saya membaca dlm Kitab Suci bahwa nabi2 sebelum Yesus lahir itu tdk beriman pd Yesus.
Karena bila menyangkut AGAMA RUMUSAN BERPIKIR BENAR ADALAH “KITAB SUCI”
BUKAN PADA LOGIKA MANUSIA KARENA MANUSIA BISA SALAH DAN TAK SATUPUN MANUSIA DI MUKA BUMI INI MAMPU MENENTUKAN KEBENARAN YANG HAKIKI.
BUKANKAH KITAB SUCI BERASAL DARI TUHAN.
saya sangat menantikan jawaban di atas.
[dari katolisitas: Silakan membaca tentang Kitab Suci “SAJA” tidaklah cukup di sini – silakan klik. Keselamatan hanya ada di dalam Yesus (lih. Kis 4:10-12). Keselamatan ini juga menjangkau seluruh umat manusia, baik sebelum, pada waktu maupun setelah Kristus. Apakah Anda setuju bahwa Abraham, Musa dan Elia diselamatkan? Cobalah berfokus pada satu topik diskusi dan cobalah menyusun argumentasi secara lebih mendalam.]
Argumen sdr Danie:
Saya tidak puas dengan penjelasan mengenai keselamatan kaum sebelum kristus lahir. Mengapa penjelasan itu lahir dari rumusan pikiran manusia dan konsili vatikan 2 itu dilaksanakan pada tahun 1960an. Mengapa hal yang sangat mendasar seperti ini baru dirumuskan pada abad2 modern(19abad setelah yesus wafat)?
****
****
Saya tidak menangkap jelas argumen apa yg ingin disampaikan di sini. Apakah maksudnya kebenaran yg bersifat mendasar itu harus dibicarakan sejak tahun 0 waktu penciptaan manusia pertama? Atau tahun 1 Masehi? Atau kapan? Mgkin sdr Danie punya jawabannya. Harus tahun berapa, begitu, atau harus abad ke berapa? Kalau bukan itu maksudnya, mungkin ada maksud lain. Yg jelas, saya tidak bisa menangkap apa argumen yg mau disampaikan.
Tolong berikan ayat dari kitab suci yang menjelaskan bahwa umat sebelum lahir itu akan tetap mendapat keselamatan dari yesus. Rom 2:15 bukan penjelasan mengenai hal diatas. Dan demi tuhan saya membaca dlm kitab suci bahwa nabi2 sebelum yesus lahir itu tdk beriman pd yesus.
****
****
Sudah ada artikel dari situs yg mengulasnya. Kalau sdr Danie belum bisa menerima, mungkin pembahasan bisa dilanjutkan di tema ini. Kenapa ayat² yg sdh disampaikan dlm artikel trsbt tidak dpt diterima.
Karna bila menyangkut AGAMA RUMUSAN BERPIKIR BENAR ADALAH “KITAB SUCI”
BUKAN PADA LOGIKA MANUSIA KARNA MANUSIA BISA SALAH DAN TAK SATUPUN MANUSIA DIMUKA BUMI INI MAMPU MENENTUKAN KEBENARAN YANG HAKIKI.
BUKANKAH KITAB SUCI BERASAL DARI TUHAN.
****
****
Ini juga tidak jelas, argumen apa yg ingin disampaikan oleh sdr Danie. Apakah maksudnya antara Kitab Suci dan Ajaran Gereja bertentangan? Atau mengatakan bhwa Kitab Sucinya yg salah? Sekali lagi argumen yg mau disampaikan tidak jelas. Kalau maksudnya bertentangan, saya kira di situs juga sudah ada artikel yg membahasnya, dan sejauh ini belum ada yg bisa membuktikan bahwa ada pertentangan antara Kitab Suci, Magisterium dan Tradisi Suci, krn seluruh argumen yg mencoba mengatakan adanya pertentangan itu masih bisa dijawab dengan baik oleh team.
saya sangat menantikan jawaban di atas.
****
****
Saya sarankan sdr Danie bisa mengikuti alur diskusi dg baik. Terus terang diskusi dengan klaim² seperti itu, apalagi hanya sekadar ungkapan perasaan ttg ketidakpuasan, tidak menambah wawasan apa². Saya bisa menebak bhw arah pembicaraan sdr adalah ingin membuktikan bahwa ajaran Katolik salah, tapi sejauh ini tidak ada argumen anda yg cukup komprehensif utk dilihat sebagai proses diskusi yg baik dan elegan. Kalau cuma soal ketidakpuasan, saya bisa mengatakan bahwa problem bukan di ajaran iman Gereja dan argumentasi dari team katolisitas, tetapi di dalam diri anda sendiri. Saya bisa mengatakan argumen anda tidak jelas. Nah, dapatkah anda menjelaskan persisnya maksud argumen anda itu, dengan menjawab pertanyaan² saya terhadap paragraf pertama, kedua dan ketiga komentar anda?
Tks. Salam.
kpd saudara Triatmojo
mengapa kecendrungan bila bertanya sesuatu yang sulit di forum ini selalu dikatakan pertanyaannya tdk komperhensif dan menyuruh untuk mengulang lagi membaca artikelnya, yang komperhensif itu macam apa dan saya sudah belasan kali membaca ini artikel.
saya hanya menanyakan pikiran-pikiran yang mengganjal saya saat ini.
dan jawaban atas pertanyaan saya mengenai keselamatan kaum sebelum kristus lahir? itu selalu berargumen pada pikiran manusia.
ingin saya simple tolong bila berkenan berikan suatu potong ayat yang menyatakan bahwa sang almasih memang seorang PUTRA ALLAH YANG MENYELAMATKAN SEMUA ORANG DARI ZAMAN MANUSIA PERTAMA HINGGA AKHIR ZAMAN DENGAN CARA BERIMAN KPDNYA.
mengapa saya ingin argumen berdasarkan kitab suci, karna jelas SATU2NYA ARGUMEN YG TDK BISA DIBANTAH ADALAH BILA BERSUMBER DARI KITAB SUCI. dan untuk apa yesus datang ke bumi dengan bible. bila manusia bisa mereka-reka masalah agama dengan logika mereka sendiri yg dicocokan agar terasa masuk akal padahal itu makin menjauhkan dari yesus.
mohon maaf sekali lagi bila pertanyaan saya susah!
[dari katolisitas: Mari kita berfokus pada topik diskusi. Saya telah memberikan jawaban kepada Anda, dan silakan menjawab pertanyaan yang telah saya ajukan sebelumnya. Silakan melihat beberapa diskusi panjang ini – silakan klik, sehingga Anda mendapatkan gambaran diksusi seperti apa yang telah dilakukan di situs ini.]
To sdri Danie dan Saudara Sartika
Terimakasih untuk komentar Anda berdua. Dan semakin yakin saja saya bahwa anda memang tidak ingin berdiskusi. Anda bebas mengungkapkan ketidakpuasan, saya juga bebas untuk mengungkapkan keheranan dan ketidakpuasan saya atas cara diskusi anda. Jadi sah-sah saja bukan? Dan makin terbukti bahwa pihak katolisitas sendiri juga menangkap makna bahwa anda itu tidak punya niat berdiskusi, tetapi pengin menunjukkan bahwa iaman katolik salah, tetapi tidak bisa menunjukkan argumen yang memadai, karena memang cara kita melihat pengajaran iman berbeda jauh sekali. Yang mengatakan bahwa kebenaran satu-satunya hanyalah Kitab Suci kan anda dan Gereja Katolik tidak berpandangan demikian. Jadi percuma saja kalau anda ingin mengajak kita punya pandangan yang sama.
Sudah jelas saya katakan bahwa kalau anda punya keyakinan yang kuat atas kata Kitab Suci anda, ya itu tidak ada urusannya dengan kami, silakan diyakini dengan percaya diri. Kita tidak ada urusan dalam soal iman, saya kira itu juga tidak akan berpengaruh pada iman Gereja Katolik. Iman Katolik tidak akan bergantung pada kegundahan hati anda. Kalau anda dengan keyakinan anda, mau menegaskan iman katolik salah, supaya anda merasa puas, ya silahkan. Itu tidak ada urusannya dengan iman Katolik. Kecuali anda ingin berdiskusi dengan baik. Dan sudah dikatakan oleh pihak katolisitas silakan membaca link yg diberikan.
Kalau anda tetap tidak puas, itu urusan anda sendiri lho, itu perasaan yang anda sendiri bisa mengontrolnya. Saya sekali lagi hanya bisa mengatakan bahwa problem bukan di penjelasan katolisitas, tetapi dalam diri anda atau dalam daya tangkap anda. Itu yang saya katakan, kalau anda kecewa atau tidak puas, ya jangan minta pertanggung jawabannya pada orang lain, atau dalam hal ini team katolisitas. Piye tho. Kalau punya niat diskusi, katolisitas sudah mempersilahkan anda utk memberikan argumen. Loh mana argumennya? Anda tidak puas, kata kartika sah-sah saja, kog saya tidak puas dengan cara anda, menjadi tidak sah? Kog ada standar ganda di sini. Katolisitas juga menangkap anda hanya sekedar ngomel, tapi tidak jelas argumennya apa, nah saya juga tidak menangkap dengan jelas argumennya apa. Pertanyaan anda sudah dijawab oleh katolisitas dengan artikel dan link, ada argumentasi yang cukup lengkap kalau anda hanya ingin menujukkan bahwa Yesus bukan Tuhan atau bukan Penyelamat seluruh umat manusia, kalau anda sudah belasan kali membacanya dan tidak mengerti, ya itu yang namanya problem di daya tangkap anda, bukan? Kalau anda menjadi tidak puas, nah itu sudah bukan tanggungjawab katolisitas.
Kalau anda punya niat diskusi, mustinya anda menjelaskan apa yang saya tanyakan itu, karena saya mencoba menyimpulkan dengan pertanyaan-pertanyaan itu untuk tahu persisnya argumentasi anda itu apa. Coba anda jawab pertanyaan² saya itu untuk menjelaskan pada saya, apa sebetulnya argumen anda.Kan sepele sebetulnya diskusinya. Anda makin terlihat lucu kalau merasa pertanyaan anda cenderung sulit dijawab oleh katolisitas. Bukankah yg anda tanyakan sudah dijawab lewat link² yg diberikan. Itu dasar dari umat Kristen beriman pada Yesus, tak hanya didasarkan pada satu ayat.
Nah, kalau anda merasa tidak puas dan merasa punya jawaban sendiri, dan dari situ anda mau mengatakan Yesus bukan Tuhan, dan mendukung iman anda, kan tidak ada yg keberatan. Silahkan diimani dengan percaya diri. Kami punya pendasaran tersendiri. Apa yg lalu menjadi salah dari pertanyaan² saya di atas? Dan juga pihak katolisitas yg sudah memberikan link² jawaban? Anda tidak berargumen, tapi malah mengungkapkan ketidakpuasan. Apa lalu menjadi salah kalau kemudian saya menyimpulkan anda ini punya problem sendiri tetapi meminta pertanggungjawabannya pada orang lain? Nah, coba, PD saja dengan iman anda. Itu saya kira jauh lebih baik, bukan? Sekali lagi, kalau punya niat diskusi dan mau membuktikan iman katolik salah, yg dibutuhkan disini adalah argumen anda, dan bukan ungkapan perasaan anda.
Maaf Pak Stef, kepanjangan karena memang harus mengulang² penjelasan.
Semoga terus bersabar.
Salam.
Kalau boleh sy ikut mengemukakan sbg: pembaca ya, apa yg dikemukakan o/sdr.danie, sebenarnya sah-sah saja, klu dia mengemukakan ketidak puas-an dan sehrsnya sdr.Triatmojo, juga tidak langsung tersinggung dgn mengatakan sdr.danie hanya mengikuti perasaan atau yg bersalah pada diri sdr.danie sendiri dgn ket diak puasan dan ke tidak mengertiannya ttg ulasan isi wesbite katolisitas — sebenarnya penulisan setiap pembaca, termsk: sdr.danie, atau siapapun berhak mengemukakan perasaannya dan termsk: ketidak puasan. Aplagi sdr.danie mengemukakan dgn terus terang, lantang dan sopan. Dan jangan buruk prasangka sprti sdr.Triatmojo katakan bhw: Kitab suci tidka salah, magisterium tidak salah, dsb…dsb.
Sy tidak bermsk membela sdr.danie, tapi…..wajar sajalah…setiap orang itu kan uniek. Dan dalam hal ini, baik: website katolisitas (sbg; wesbite katolik), mauopun website -website manapun (dari: umum sifatnya, s./d agama: entah: islam, kristen, dll….), klu : ada pembaca yg masuk dan memberikan opini…..menurut saya sah-sah saja.
Sepanjang sopan, biarpun lantang. Dan perlu: jujur, tidka perlu pura-pura mengerti dan puas, klu kenyataan: memang bisa jadi : tidka bisa membuat setiap pembaca mengerti dan puas.
jadi pendpt sy u.sdr Triatmojo, jangan lgs seperti “teng…” gitu lho (kayak tegangan tinggi listrinya), artinya: setiap pembaca (dr.katolik s/d non katolik) berhak menanyakan dan mengemukakan : pertanyaan2 dan pendpt,termsk: ke website katolisitas ini, ini kan…..menunjukkan: bhw sd.rdanie itu jujur, klu memang dia tidak puas. Mengapa hrs pura-pura puas. Dan sdr.Triatmojo, tidak perlu tersinggung, seolah-olah: katolik (dh gereja katolik) maupun dgn isi website semuanya seolah-olah oke dan dpt memuasakan setiap pembaca, kan ya….tidak !! Setiap orang itu uniek, pengalaman2 hdp (termsk: pengalaman rohani) dan juga: nalar berbeda-beda, latar belakang berbeda.
(dari pembacasiapapun orangnya, s/d penulis2 di wesbite katolisitas, juga para imam2).
Justru itu Keunikannya dari setiap namanya : mans.
Jadi: ya…..baik: gereja katolik, isi ulasan dari website katolik, itu kan ….juga bukan jaminan dan pemberi jaminan kpd setiap pembaca u.mengerti, apalagi namanya: “ke Iman an, Pengajaran namanya ke Tuhanan, temrsk: perihal: Kitab suci, Magisterium, dll….” —itu kan tidka semudah seperti mencerna baca buku komik.
SEmoga tulisan sy/opini sy…..membuat sdr.Triatmojo, dpt memahami situasi ke Tidak Puasan dan keTidak mengertian sdr.danie.
Saya memberi opini ini, tidak ada kaitan dgn : sdr.danie (sy juga tidka kenal sdr.danie). —-
Karena: sy mengkuti website ini dan membaca opini2 orang2 yg tidak puas, namun banyak pula ternyt: orang2 katolik (bahkan termsk: pembaca) kok….jadi “teng…” itu ya. Seolah-olah: tidka boleh ada kritik masuk, seolah-olah….semuanya hrs “lgs meng-iya-kan”. Toh tidak.
Seperti telah sy katakan diatas: bhw: setiap orang itu bahkan sesama katolik, aja bisa beda, aplg pembaca juga non katolik misalkan.
Beda latar belakang, beda pendidikkan, beda didikkan, beda pengalaman2 hdp (sifatnay non spiritual) s/d, beda penglm2 rohani didlm hdp. dsb…dsb.
maaf, klu tulisan sy cuma terus terang (blak-blak an), krn: sbg sesama pembaca sy hny mau ikut rembung. Lain tidak. Makasih.
Shalom Sartika,
Terima kasih atas tanggapan Anda. Silakan memberikan pendapat Anda. Kalau Anda merasa tidak setuju dengan tanya jawab maupun artikel di dalam situs ini, maka Anda mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat. Sama seperti orang yang bertanya mempunyai gaya bahasa masing-masing, maka orang yang menanggapi juga mempunyai gaya bahasa masing-masing. Jadi, kami terbuka terhadap dialog. Kalau Anda mau melihat arsip katolisitas di sini – silakan klik, maka Anda dapat melihat bahwa telah terjadi begitu banyak dialog. Dan kalau Anda mau melihat dialog panjang di sini – silakan klik, maka Anda juga dapat melihat bahwa ada dialog yang sebenarnya cukup panjang, namun disampaikan dengan argumentasi yang baik dan berfokus pada topik bahasan. Mari kita berdialog dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1Pet 3:15), namun tanpa mengaburkan kebenaran.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam kasih pula dlm Tuhan,
Saya hanya ingin menegaskan bhw: sy pun setuju dari awal bhw: dalam dialog, diskusi harus sopan tanpa mengaburkan kebenaran. dan tolong dimengerti bhw: sy bukan tidak setuju dgn tanya jawab di situs ini.— sy sgt setuju, bahkan sy prb ikut senang dgn adanya webssite katolisitas ini. — namun mksd sy sbg; sama-sama pembaca, sdr.Triatmojo, sehrsnya juga jangan buru-buru menuduhkan bhw: sdr.danie yg bersalah dgn dirinya sendiri (iman/pengertian ttg: ke katolikkan) — justru sdr.danie itu telah terus terang mengatakan: ke Tidak puas an (berarti: krn: memang bisa jadi belum paham) — ini serhsnya bisa dibantu,…..krn: mencerna namanya: ttg Ke Tuhan an, ke Iman an, ke katolikkan, Kitab suci, magisterium— Tidaklah semudah mencerna seperti membaca: Buku komik.
( apalgi sbg; orang awam). —mgkn bisa jadi sdr.Triatmojo (sama-sama sbg; pembaca situs ini, lebih menguasaia dan berakar ttg: ke katolikkan), tapi….kan bisa jadi: tidak demikian dgn sdr.danie (yg klu juga sama-sama sbg: orang katolik dan pembaca situs ini, namun….belum paham).
jangankan sdr.danie (sy tidka mengenal pribadi ya, sy hny membaca tulisan dia saja). Bisa jadi….saya atau orang-orang katolik yang awam , seperti mis: awam, ttg namanya katekese,awam namanya: magisterium, ataupun istilah2 digunakan dlm pelayanan di dlm gereja katolik) –sbb itu sy katakan: Tidak setiap org katolik, pembaca situs ini lgs bisa mengatakan: iya, krn: latar belakang beda (misal: pembaca sama-sam katolik yg satu sdh pelayanan lama didlm gereja katolik, lalu pembaca katolik lainnya lagi bahkan tidak tahu ttg magisterium).
Contoh; saya ambil contoh diri sy pribadi deh, mgkn lbh gamplang ya. Sy biar jadi katolik dan dibaptis, puluhan tahun (latar blkg sy dari kel.non katolik/kristen), tapi….sy memang tidak pernah tahu ttg: magisterium. Tahunya cuma Injil.
Sy tahu apa itu magisterium, baru setlh ” tidak sengaja” menemukan website katolisitas ini dari wesbite kristen lain (non katolik), itu berkisar maret/april 2012 ini.
Jelas sy senang dgn adanya website katolisitas. Juga dgn artikel-artikel dan tanya jawab. Bahkan sy kerap mempromosikan website ini ke org lain (katolik, di t4 sy) Dan sy juga prb percaya wesbite ini membantu org2 katolik awam, semacam: sy, semacam sdr.danie dan sdr. xell, atau siapapun orang2 katolik awam – awam lainnya.
Mungkin buat sdr.Triatmojo, (bisa jadi senior,mungkin ya…..senior dlm arti lebih paham ttg ke katolikkan, agak lgs “teng” dgn org2 awam yg bertanya melulu, wlu sm-sm sbg; pembaca, khususnya: sama-sama katolik)).
Jadi semoga buat sdr.Stefanus Tay, bisa memahami isi opini sy. Dan buat sdr.Triatmojo, (sbg; sama-sama pembaca)…..ya….jangan bosan gitu lho….ada yg jujur bicara: tidak puas (= tidak/masih kurang paham). Karena; bisa jadi pula ada org-org lebih berbakat u.paham dibid.keagamaan, tapi orang-orang lain lbh mudah paham di bid.matematik, misalkan dsb….dsb…
Semoga tulisan sy ini menjernihkan, kesalah pahaman (seandainya memang ada salah paham).
salam dalam Tuhan.
Submitted on 2012/08/23 at 4:27 am | In reply to Stefanus Tay.
Menambahkan opini sy sblmnya (23 august,3:53 am),sy ucapkan terima kasih u.sdr.Stefanus Tay dan Team-nya.–Ini Tulus ya, dan tanpa basa basi. karena: wesbite ini dpt membantu umat katolik (secara: per-orang-an,khususnya)serta banyak orang umumnya.
Termasuk: membantu sy, dan siapapun juga u.dpt lebih mengerti ttg: apa itu Magisterium, Tradisi gereja (katolik) dll….
Sy hny jujur mengemukakan: krn….sy prb juga memang selama ini Tidak pernah mendengar ttg: Tradisi gereja katolik, ttg Magisterium, — Juga Tidak paham kalau memang ada yg namanya: magisterium, Tradisi gereja katolik. — Aneh kali ya (tapi ini real) (wlu sy dibaptis sdh puluhan tahun)(sy dibaptis sdh: 34 tahun).
Juga sdh baptis krisma (juga sdh puluhan tahun), krn sy memang tidka pernah aktif pelayanan besar didalam gereja katolik, aktifnya sy hny rajin ke gereja setiap hr.minggu/sabtu, rajin berDoa.—
Juga krn: kel.kami (Alm ortu sy dan sekel.kami) bukan berasal dari: keluarga kristen katolik, Juga bukan dari keluarga kristen non katolik. —(sprti: tlh sy kemukakan di opini sy sblmnya). –
wlupun setlah remaja dan besar, dewasa, dari kel.kami, mulai ada yg katolik, ada yg kristen non katolik, pokoknya macam-macam deh (krn: kel.besar). jadi multi agama (BerAneka ragam Agama).
Maka itu : jaranglah heran, termsk sy, juga awam ttg: magisterium, ttg: tradisi gereja (katolik).
Jadi semoga sdr.Stefanus tay dan Team, tidak bosan u.menjawab berbagai pertanyaan2 masuk (khususnya bagi yg awam). Dan terus membantu, tidak bosan-bosannya.Terima kasih banyak.
Biarlah tuhan memberkati kita semua. Amin.
[dari katolisitas: Terima kasih atas masukan dan dukungannya untuk karya kerasulan ini. Secara prinsip, kami terbuka dengan dialog, yang berarti kami terbuka juga kalau ada perbedaan pendapat, seperti banyak terjadi di dalam tanya jawab, khususnya dialog panjang.]
To sdr Sartika.
Tidak masalah kalau anda adalah umat katolik yg belum paham soal ajaran iman katolik, dan mungkin dlm kebelumpahaman itu anda ingin mengkritisi iman katolik anda… sama sekali “no problem”. Silakan ajukan argumen anda, krn kalau anda merasa tidak menangkap jelas argumen dari katolisitas, berarti anda punya alasan. Itu tidak ada yg melarang. Anda pasti punya alasan bukan? Kalau tidak, tak mungkin anda bisa keberatan dengan komen saya, dan merasa bisa mengerti argumen sdr Danie. Anda tak bisa berbohong dalam hal ini.? Anda katolik? dan sedang keberatan dengan pengajaran iman katolik? Tidak ada yg melarang, malah dipersilahkan dengan penuh keterbukaan menunjukkan keberatan anda. Kalau anda keberatan dan tidak memberikan alasan, tetapi hanya mengajukan klaim² seperti sdr Danie, sya kira tanggapan dari team tetap akan sama: klo anda keberatan akan artikel atau argumen yg diberikan oleh katolisitas, ya silakan tunjukkan keberatan anda dengan argumentasi anda, wlopun anda katolik. Apakah saya salah bicara dalam hal ini? UNtuk mengecek anda katolik atau tidak itu perkara yg amat sepele, tapi dalam hal ini itu tidak diperlukan, krn yg dibutuhkan adzalah argumen anda.
Ok. Katolisitas sdh membantu anda dgn menegaskan bahwa perbedaan pendapat tidak ditabukan di sini, yg penting argumennya disampaikan dengan jelas. Semoga anda mengerti posisi kita sebagai pengunjung di sini. dr Danie bisa tidak puas akan jawaban katolisitas, saya juga bisa tidak puas pada klaim² sdr Danie alias tidak ada argumentasi yg sebetulnya bisa disampaikan. Klo anda bisa mengerti sdr Danie, saya simpulkan juga bisa mengerti argumen yg sebetulnya ingin disampaikan sdr Danie, jadi anda bisa membantu utk menjawab pertanyaan² saya. Kalau anda merasa saya yg tidak bisa menangkap makna argumen sdr Danie, berarti anda yg bisa mengerti. Nah, katolisitas juga ternyata meminta sdr Danie spy mengajukan argumennya apa, krn memang tidak jelas. Nah, kalau anda juga menyimpulkan baik saya dan katolisitas yg tidak mampu mengerti argumen sdr Danie, kenapa kami menjadi salah kalau kami juga menyimpulkan bhw sdr Danie yg sebetulnya tidak mampu menangkap penjelasan katolisitas? Klo benar demikian, bukankah problem ada di dalam daya tangkapnya? Kalau sdr Danie merasa keyakinannya (yg tidak perlu dia tunjukkan dgn argumentasi) sebagai yg benar, kenapa dia masih memerlukan jawaban dari pihak katolisitas yg jelas² berbeda cara pandangnya ttg iman?
Tidak sulit mengerti bahwa sdr Danie bukan katolik, krn dia memang ingin berargumentasi utk menyanggah iman katolik dengan merasa bahwa pertanyaan²nya adalah pertanyaan yg sulit dijawab oleh katolisitas. Jadi solidaritas anda padanya, kalau anda katolik,meragukan saya. Tidak bolehkah saya ragu terhadap anda? Seperti halnya sdr Danie tidak puas trhadap jwaban katolisitas? Klo anda konsekuen dgn prinsip anda, mustinya keraguan saya terhadap sdr Danie juga tidak ada masalah. Anda masih keberatan? Kalau anda masih keberatan, saya juga masih keberatan dgn solidaritas anda pada sdr Danie. Ini bisa tidak berakhir, krn memang itu bukan yg pokok. Nah yg pokok adalah, sya ulangi sekali lagi, kalau anda bisa menangkap argumen sdr Danie, anda bisa membantunya menjawab pertanyaan² saya atau permintaan katolisitas. Sebab, yg dibutuhkan disini adalah argumen, bukan klaim², walaupun anda katolik… apalagi kalau anda bukan katolik.
Ok. Tks. Salam.
[dari katolisitas: Mari kita kembali ke topik bahasan.]
To Sdr Sartika,
Tks tanggapannya: slakan dibaca kembali tanggapan² sdr danie. Yg saya tangkap, dia dalam komen-komennya itu seperti ingin sekali mengajukan argumen yg dia sebut sebagai argumen atau pertanyaan yg sulit dibantah. Tetapi sayangnya argumennya tidak jelas dan pertanyaan sudah dijawab, juga sdh dikasih link. Tapi bukan memberikan argumen untuk menyanggah argumen katolisitas, malahan menyatakan ketidakpuasan, dan membungkus pertanyaannya dengan klaim². Padahal itu sebetulnya yang sudah dijawab di link² yg diberikan atau ditunjukkan oleh team. Salahkah saya menyimpulkan dan memberi pertanyaan² itu, karena sebagai pengunjung seperti anda, saya akhirnya juga menjadi tidak puas pada sdr Danie, krn bukannya memberikan argumen, tapi malah membuat klaim². Nah, mungkin anda yg bisa mengerti sdr Danie bisa membantu ybs, utk menjelaskan apa argumennya, sehingga permintaan team katolisitas supaya diskusi berfokus pada topik, kembali berjalan baik. Anda bisa blak-blakan, saya juga bisa. Sdr Danie bisa tidak puas, saya juga bisa tidak puas pada argumentasinya. Kalau itu yg ingin anda tekankan, sejauh nanti dia tidak puas, saya juga bisa terus tidak puas. Apa yg lalu anda musti permasalahkan dari saya?
Nah, kalau anda ingin membuktikan klaim anda bahwa ajaran Katolik salah, atau bahwa ada pertentangan antara Kitab Suci, Magisterium dan Tradisi Suci, seperti klaim² Danie(klo hanya mengatakan bhwa Magisterium yg terdiri dari manusia² bisa salah dst, itu yg namanya klaim), nah anda juga punya kewajiban membuktikannya. Di mana ajaran Magisterium yg salah atau kemudian bertentangan dg Kitab Suci dst.
Di sini saya sama sekali tidak anti kritik, apalagi Gereja. Anda malah keliru kalau menyimpulkan demikian. Saya malah sangat mengharapkan ada argumen anda² yg luarbiasa utk mengkritisi iman Katolik, tapi kalau cuma klaim² yg anda sampaikan, yah terus terang, sebagaimana sdr Danie bisa tidak puas, saya malah lebih lagi menyatakan, ini ini sebetulnya mau berargumen apa? Makanya saya sampai mengajukan pertanyaan² itu pada sdr Danie. Nah, coba anda membantu menjelaskan kira² sebetulnya apa argumen sdr Danie itu.
Tks sebelumnya.
Salam.
Salam dalam Tuhan u.sdr.Triatmojo.
Semoga penulisan opini sy kali ini dpt lebih memperjelas u.anda. Bhwsanya, saya tidak ada klaim ttg: iman katolik. sy juga dari awal memang tidka berniat berdiskusi, berdebat ttg iman katolik ataupun hal-hal beriatan dgn ke katolik-kan — sy hny dpt merasakan ttg: ketidak Pahaman (yg disebut sbg: ke tidak Puas an), oleh. sdr.danie –bisa jadi belum paham ttg: Magisterium, ttg Tradisi gereja katolik, dsb—- sbb itu sy bisa memaklumi ketidak puas an sdr.danie ( = ke Tidak paham an nya) , itu aja, tidak lebih !— Dan u.sdr.Triatmojo, Tolong, jangan disalah mengerti bhw: simpati sy atas ke tidak Puas an sdr.danie, lalu disalah pahami/disalah mengerti bhw: sy mengkritik / mengklaim ttg: Magisterium, dll. —- Gimana sy mau mengklaim bahkan mengkritik magisterium,tradisi gereja, dlll….dll…pokoknya kaitan dgn Ke katolikkan.— smtr sy aja baru berkisaran: bln maret/April 2012, membaca /menemukan web.katolisitas , dan baru tahu klu ada namanya Magisterium, Hukum-Hukum kanonik gereja katolik, Tradisi gereja, dll….dll — Karena sy memang awam (artinya: sy memang Tidak pernah terlibat aktif dalam: pelayanan-pelayanan besar didalam gereja katolik, maupun misalkan: sbg pengurus ini…pengurus itu , seperti: ketua lingkungan katolik, misalkan, dll…..dlll….dll) , Tidak pernah!! Atau special ikut Kursus – Kursus Pendalaman Kitab suci, Tidak Pernah!! — Oke, nah…baiklah sekarang, kita berjabatan tangan saja ya……dan kesalah pahaman- menjadi clear. Oke.
Sy hanya meminta tolong aja, sbg sesm pembaca dari web.ini dan sesm katolik, bolehlah…..sdr.Triatmojo, juga bantu….bantu dan sabar, kpd ” yg msh awam”, terutm: katolik awam. Seperti: saya, sdr.danie, sdr.xell, dll…..dll……(( yg bisa jadi memang masih awam: Ttg Magisterium, Hukum-Hukum Kanonik gereja Katolik, Tradisi katolik, dll…..kaitan dgn Ke Katolikkan )). Sekali lagi Terima kasih mau mengerti.
salam kasih dan damai dalam Tuhan, dari: sartika.
Salam dalam Tuhan u.sdr.Triatmojo.
Semoga penulisan opini sy kali ini dpt lebih memperjelas u.anda. Bhwsanya, saya tidak ada klaim ttg: iman katolik. sy juga dari awal memang tidka berniat berdiskusi, berdebat ttg iman katolik ataupun hal-hal beriatan dgn ke katolik-kan — sy hny dpt merasakan ttg: ketidak Pahaman (yg disebut sbg: ke tidak Puas an), oleh. sdr.danie –bisa jadi belum paham ttg: Magisterium, ttg Tradisi gereja katolik, dsb—- sbb itu sy bisa memaklumi ketidak puas an sdr.danie ( = ke Tidak paham an nya) , itu aja, tidak lebih !—
****
Ok. Tak ada masalah. Anda mustinya jg bisa memahami ketidakpuasan saya pd sdr Danie. Dia menyatakan bhwa pertanyaan²nya adalah pertanyaan yg sulit bagi katolisitas, sehingga ia merasa mampu merepotkan katolisitas. Namun sayang, sebetulnya itu hanya klaim². Nah, kalau tidak dan belum paham ttg Magisterium dan Tradisi Suci Gereja, sbgamana Anda katakan, bukankan ia tak membuat klaim² sprti itu. Sampai di sni, mustinya anda juga mengerti kalau saya meragukan solidaritas anda pad sdr Danie, seperti pengakuan anda.
Dan u.sdr.Triatmojo, Tolong, jangan disalah mengerti bhw: simpati sy atas ke tidak Puas an sdr.danie, lalu disalah pahami/disalah mengerti bhw: sy mengkritik / mengklaim ttg: Magisterium, dll. —- Gimana sy mau mengklaim bahkan mengkritik magisterium,tradisi gereja, dlll….dll…pokoknya kaitan dgn Ke katolikkan.— smtr sy aja baru berkisaran: bln maret/April 2012, membaca /menemukan web.katolisitas , dan baru tahu klu ada namanya Magisterium, Hukum-Hukum kanonik gereja katolik, Tradisi gereja, dll….dll — Karena sy memang awam (artinya: sy memang Tidak pernah terlibat aktif dalam: pelayanan-pelayanan besar didalam gereja katolik, maupun misalkan: sbg pengurus ini…pengurus itu , seperti: ketua lingkungan katolik, misalkan, dll…..dlll….dll) , Tidak pernah!! Atau special ikut Kursus – Kursus Pendalaman Kitab suci, Tidak Pernah!! — Oke, nah…baiklah sekarang, kita berjabatan tangan saja ya……dan kesalah pahaman- menjadi clear. Oke.
*****
Kesepakatan kita sebagai pengunjung di sini mustinya adlah mendukung berlangsungnya diskusi dengan baik, sehingga apa yg ingin disampaikan oleh situs ini bisa tercapai. Mustinya anda juga mengerti kenapa saya keberatan dengan cara sdr Danie. Tak masalah anda sebagai katolik, sungguh² masih awam dengan semuanya, juga sdr Danie. Yg mengherankan adalah “disposisi” anda berdua malah mengatakan Magisterium atau Tradisi Suci atau katolisitas anti kritik. Saya sdh menegaskan di atas, sama sekali tidak. Silakan buktikan kritik anda dengan argumen yg luarbiasa jelas, supaya kebenaran Gereja makin teruji, bukan dgn klaim² tanpa argumentasi yg jelas, apalagi ungkapan perasaan. Saya hanya mau menunjukkan kalau sdr Danie memakai argumen perasaan, saya juga bisa. Itu kalau anda katolik, kalau bukan, mustinya lebih² lagi kriti dan argumen anda sangat² akan membantu menguji kebenaran Gereja Katolik.
Sy hanya meminta tolong aja, sbg sesm pembaca dari web.ini dan sesm katolik, bolehlah…..sdr.Triatmojo, juga bantu….bantu dan sabar, kpd ” yg msh awam”, terutm: katolik awam. Seperti: saya, sdr.danie, sdr.xell, dll…..dll……(( yg bisa jadi memang masih awam: Ttg Magisterium, Hukum-Hukum Kanonik gereja Katolik, Tradisi katolik, dll…..kaitan dgn Ke Katolikkan )). Sekali lagi Terima kasih mau mengerti.
***
***
Dalam diskusi ini saya tidak menyinggung sdr Xells. Jadi kalau anda membawanya ke sini bisa saja saya menympulkan Danie dan Xells dan beberapa nama yg lain yg mengajukan cara diskusi yg mirip² adalah org yg saling mengenal bahkan org yg sama. Kesimpulan sementara saya, alian bukan katolik awan, tapi bahkan bukan katolik. Tapi itu tidak penting, yg penting adalah argumentasi kalian. Anda mengajak saya bersepakat mengikuti diskusi dengan sabar, saya kira itu perkara sepele. Dan berarti kita sepakat bahwa yg utama di sini adalah “diskusi” dengan aturan main seperti yg sdh dijelaskan oleh katolisitas. Makin argumentasi kita bermutu, saya kira makin membantu mengungkap kebenaran Iman Gereja Katolik, yg ingin disampaikan oleh situs ini.
salam kasih dan damai dalam Tuhan, dari: sartika.
***
Salam Kasih dalam Allah Tritunggal Mahakudus. Tks.
[dari katolisitas: Mari kita kembali kepada topik diskusi. Secara prinsip, kita terbuka terhadap perbedaan dan terbuka terhadap dialog. Menjadi tantangan bagi kita semua untuk dapat menyikapi perbedaan dengan bijaksana.]
saya bertanya sesuai dgn isi hati saya dan saya berterima kasih kepada staf katolistas yang mau menjawab pertanyaan saya tanpa harus menuduh saya yg bukan2.
kpd triatmojo
sekarang saya bertanya siapa yang tidak menginginkan diskusi yang baik? siapa yang diskusinya tdk komperhensif? bila belum apa2 anda sudah menuduh lawan diskusi anda dengan tuduhan macam2 bahkan anda pula menuduh saya punya niatan jahat.saya berbaik sangka mudah2an kemarahan anda dan tuduhan2an anda itu karna anda mengerti jawaban atas pertanyaan saya dan bukan sebaliknya karna andapun tdk bisa menjawab pertanyaan saya anda lemparkan tuduhan2an itu kpd saya.
memang saya bukan seorang katolik saya seorang monotheisme. dan tidak ada keuntungan apapun yg saya peroleh andaikata bila saya dapat memberikan bukti iman katolik salah. buat saya sebuah agama itu memiliki kebenaran yg hakiki jd menghadapi serangan apapupun cukup dgn menunjukan kebenarannya bukan malah balik menuduh sang penyerang dgn tuduhan yg ABSURD.
yah sudahlah saya pun bukan seorang pendebat niat hati ingin melanjutkan diskusi tp tdk enak ntar disangka bertujuan untuk menggoyahkan iman sesorang.
[dari katolisitas: Kalau Anda mau benar-benar berdiskusi, silakan memberikan argumentasi yang baik, berfokus pada topik diskusi. Dengan kata lain, Anda dapat menyatakan ketidaksetujuan Anda, namun juga harus didukung dengan argumentasi. Dengan demikian, maka diskusi dapat berlangsung dengan baik.]
Yth Sdr Danie.
Mohon maaf Pak Stef.. karena ada pertanyaan untuk saya, ijinkan saya menjawab sedikit. Kemudian kita tunggu apakah memang sdr Danie berniat diskusi dengan baik atau tidak.
Sdr Danie, saya kira saya perlu mengulangi kata² saya, bahwa saya tidak sembarang menuduh, melainkan malah telah membuktikan pernyataan saya bahwa niat anda memang tidak ingin diskusi dengan baik. Dari bantuan sdr Kartika dll.. yg telah menyebut anda katolik awam dll.. sekarang sdh anda jawab sendiri, bahwa anda memang bukan katolik (juga kemungkinan kartika dan xells sendiri). Jadi memang niat berdiskusi rupanya tidak disertai kejujuran, hanya karena anda ingin jawaban yg memberi kepuasan tertentu, dengan mengatakan bahwa katolisitas atau orang katolik tidak mampu menjawab pertanyaan anda.
Dari sini makin terlihat bahwa memang anda yg tidak berniat berdiskusi dg baik. Buktinya: sdh yg kesekian kalinya katolisitas meminta anda mengajukan argumen-argumen anda, terhadap jawaban yg sdh diberikan katolisitas, namun anda tetap bertahan hanya pada klaim² dan malah mengungkapkan ketidakpuasan anda utk keduakalinya, dan itu yg memancing saya utk ikut campur dan memberikan pertanyaan² utk meminta penjelasan sebetulnya argumentasi anda itu apa dan bagaimana. Bukannya menjawab,malah membahas saya menuduh sembarang. Sdh terbukti kan sekarang, itu bukan tuduhan? Kecuali anda menolak semua penjelasan sdr Kartika.
Nah, katolisitas lagi-lagi meminta kita kembali ke topik. Klo anda menarik diri saya kira itu hak anda dan tak ada pengaruh apa² utk katolisitas. Kalau ingin lanjut, gampang sebetulnya : berikan argumen anda utk jawaban katolisitas, kalau memang anda tidak berniat menjawab pertanyaan saya di komen pertama itu.
Tks. Salam.
u.Triatmojo, Terima kasih u.opini anda kpd danie ( opini 1 sept 2012, at.1:17 am), juga opini sblmnya, dgn menyebut nama saya, dgn berprasangka buruk / berPraduga buruk , bhw: saya dan xells adalah bukan katolik awam, dan kemgkn bukan katolik , juga dari opini anda sblmnya, dgn menuliskan: bahwa saya , danie dan xells adalah berkomplot atau orang yg kemgkn sama — Padahal: sudah jelas, sy katakan bhw: saya tidak kenal danie, demikian pula xells. — boleh boleh saja anda berpraduga buruk. — Dan sy pribadi Tidak perlu membuktikan kpd anda, bhw: saya adalah bukan katolik atau sebaliknya saya justru memang katolik — Saya pribadi tidak perlu membuktikan kepada anda atau siapapun : apakah saya katolik atau tidak. // Juga sejauh mana Pengalaman spritual/rohani saya kepada anda, atau siapapun.
Walaupun sy telah jujur bicara kpd anda, juga tema katolisitas, bhw: sy memang Tidak pernah melayani di dalam gereja katolik. (( tapi bukan berarti: diluar tidak pernah ! ) — tapi seperti tlh sy katakan: bhw: saya tidka perlu membuktikan kpd anda triatmojo, ataupun kepada siapapun org2 lain, ttg: pengalaman rohani saya, maupun….iman saya.
Kadang percuma sih….bicara jujur tetap….diserang, diterkam.
sbb itu sy tidak perlu membuktikan kpd anda Triatmojo, atau siapapun.
saya…..sabar aja ya. Tidak perlu lgs “heuup”, juga tidak perlu “teng” ( kayak, tegangan listrik yg tinggi).
Buat saya : penting: Allah itu tahu. Tuhan itu Tahu dan Maha tahu. Melelbihi mans siapapun (dlm hal ini: di web ini/para pengunjung — berarti: bicara dunia maya ).
Terima kasih.
Submitted on 2012/09/02 at 1:17 am | In reply to Sartika.
Menambahkan opini sy, kpd Triatmojo, 1 sept 2012, at: 11:35 pm—– sy pribadi sesghnya tidak perduli : apakah xells , apakah danie , apakah nama-nama lain pengunjung sesm web.katolisitas ini (siapapun namanya pengunjung web.ini) : adalah katolik (awam) atau katolik senior atau non katolik atau bahkan ateis –sesghnya buat sy , sy tidak perduli !!
Toh sy tidka kenal secara pribadi, face to face — toh ini hanya di dunia maya !
Klupun awal mula saya sebut nama xells, krn: pertanyaan2 dia, krn: bagus, artinya: kritis, — sedangkan pertanyaan2 danie, adlh: juga dmkn , demikian pula pengunjung2 lain (namanya tidka saya sebut satu persatu, tapi sy tulis dgn menuliskan, ” dll….dll” )).
Dan itu bukan hanya danie, bukan hanya xells, tapi banyak pengunjung we.katolisitas ini dgn berbagai: pertanyaan2 masuk yg bagus2 , artinya: ada yg kritis, ada yg msh banyak bertanya melulu2, itu artinya: mereka…mereka masih berush u.mencari jawab dan mengerti dan kesulitan mengerti. Krn: pertanyaan2 masuk yg kadang ngeyel, juga kristis, bisa mencerminkan: a) org tsb benar2 butuh jawaban, b) org tsb sdg dlm kesulitan iman, c) org tsb sdg dlm kritis iman ( krn: realita setiap mans didunia ini, hdp dlm beRagam kehdpn di dunia ini, bisa saja mengalami Up dan down, termsk: dlm iman), d) bisa jadi memang mereka…..adlh org2 kategori mencari perbandingan2 agama, u.mencari rasa ingin tahunya,e) bisa jadi memang mereka bukan katolik (tapi toh sah-sah saja pengunjung agama manapun boleh datang u.membaca u.bertanya) — klu tidak begitu : ya….sdg di blokir saja, pertanyaan2 dari org2 tanya melulu , atau org2 mgkn disangka bukan katolik , klar toh beres !.f) dsb….
dsb alasan….alasan macam2.
Dan setidaknya mereka (siapapun pengunjung ) yg mengirim pertanyaan2 maupun keluh kesah (melalui: e-mail, mohon didoakan, mohon dibantu pemecahan masalah ) — itu menandakan pengunjung2 katolisitas ini beragam macam dan me mohon bantuan katolisitas , menunjukkan: /// mereka…mereka (siapapun orangnay adlh: membuka diri u.bercerita, bertanya ))
(tapi klu….trus belum apa2, anda, Triatmojo, sdh lgs “teng2″
— pdhl sama2 sbg pembaca, bisa membuat…..pengunjung2 lain web ini : jadi tidka berani lagi bicara terus terang , blak-blak an, krn: anda Triatmojo.
Seolah-olah anda itu Triatmojo, seperti “body Guard-nya stefanus tay/ body Guard nya web.katolisitas”.
<>./
krn: anda kan bukan: Team katolisitas, statusnya.
Statusnya adalah: sama seperti saya, dan pengunjung lain, yg mana: bisa pula memang Tidak bersekolah teologi (katolik).
<>.
Wlu tidka mengvurangi kemgkn: dinatara pengunjung, pembaca dan mengirim pertanyaa2n ke katolisitas juga: hamba-hamba Allah dari kristen non katolik (alias : sarjana2 theologi kristen non katolik, pendeta2 , dsb….dsb).
Oke, Triatmojo, sy cukup menjelaskan. Semoga membuat anda dan sy, benar2 clear , krn: sy tetap berpegang pada: ajakan jabat tangan = perdamaian. Krn: Yesus kristus sendiri: adalah: Juru damai— dan Allah pun mengajarkan u./Mencari perdamaian kpd setiap org — Dan sy pun demikian pula.
Terima kasih.
Shalom Triatmojo, Sartika, Danie,
Saya pikir, kita tidak perlu berselisihpaham tentang hal-hal yang kita tidak tahu secara persis dari latar belakang masing-masing. Mari kita melanjutkan diskusi kepada topik yang bersangkutan. Kami tidak berkeberatan jika ada yang berbeda pendapat, seperti yang dapat dilihat di dalam diskusi-diskusi di situs ini, baik yang pendek maupun yang panjang. Setiap orang mempunyai gaya bahasa dan cara berdiskusi masing-masing. Namun, diskusi yang baik memang mensyaratkan masing-masing memberikan argumentasi yang baik tanpa perlu terjebak pada emosi dan tetap berfokus pada topik. Jadi, saya mohon untuk mengakhiri kesalahpamahan masing-masing dan berfokus pada diskusi. Saya yakin, masing-masing mempunyai maksud baik, agar situs katolisitas ini dapat terus berkembang. Mohon maaf, saya tidak dapat memasukkan komentar selanjutnya dari Anda sehubungan dengan polemik ini. Namun, tentu saja, Anda tetap dapat bergabung dalam diskusi yang lain maupun menyatakan ketidaksetujuan Anda. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Jadi apakah bisa jika saya memang mengenali Tuhan Yesus dan juga jemaatnya Kristen Katolik dan terusnya masuk agama lain (contoh Islam) namun masih menyembah Allah yang esa? Apakah saya bisa untuk masuk ke sorga jika saya sudah masuk agama lain….
Apakah Allah yang disembah oleh agama lain seperti Islam adalah sama dengan Tuhan Allah Bapa yang disembah oleh jemaat Kristen Katolik???
Mohon ibu Ingrid dapat menjelaskan…
Salam kasih dalam Kristus…
Shalom Ah Kim,
Silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel ini, Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik, silakan klik.
Tentang hubungan dengan agama- agama lain, Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:
“Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini di antara pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya-kekuatan yang gaib, yang hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadang-kadang ada pengakuan terhadap Kuasa ilahi yang tertinggi atau pun Bapa. Kesadaran dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan semangat religius yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-faham yang lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan. Demikianlah dalam hinduisme manusia menyelidiki misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-mitos yang melimpah serta dengan usaha-usaha filsafah yang mendalam. Hinduisme mencari pembebasan dari kesesakan keadaan kita entah melalui bentuk-bentuk hidup berulah-tapa atau melalui permenungan yang mendalam, atau dengan mengungsi kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan. Buddhisme dalam pelbagai alirannya mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, dan mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau – entah dengan usaha sendiri entah berkat bantuan dari atas – mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian pula agama-agama lain, yang terdapat diseluruh dunia, dengan pelbagai cara berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci.
Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. (Lih. 2Kor 5:18-19.)[4]
Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.” (Nostra Aetate, 2)
Khususnya tentang agama Islam, Konsili mengajarkan demikian:
“Gereja juga menghargai umat Islam, yang menyembah Allah yang satu, yang hidup dan berdaulat, penuh belaskasihan dan mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, yang telah bersabda kepada umat manusia. Kaum muslimin berusaha menyerahkan diri dengan segenap hati kepada ketetapan-ketetetapan Allah juga yang bersifat rahasia, seperti dahulu Abraham – iman Islam dengan sukarela mengacu kepadanya – telah menyerahkan diri kepada Allah. Memang mereka tidak mengakui Yesus sebagai Allah, melainkan menghormati-Nya sebagai Nabi. Mereka juga menghormati Maria Bunda-Nya yang tetap perawan, dan pada saat-saat tertentu dengan khidmat berseru kepadanya. Selain itu mereka mendambakan hari pengadilan, bila Allah akan mengganjar semua orang yang telah bangkit. Maka mereka juga menjunjung tinggi kehidupan susila, dan berbakti kepada Allah terutama dalam doa, dengan memberi sedekah dan berpuasa.
Memang benar, di sepanjang zaman cukup sering timbul pertikaian dan permusuhan antara umat Kristiani dan kaum Muslimin. Konsili suci mendorong mereka semua, supaya melupakan yang sudah-sudah, dan dengan tulus hati melatih diri untuk saling memahami, dan supaya bersama-sama membela serta mengembangkan keadilan sosial bagi semua orang, nilai-nilai moral maupun perdamaian dan kebebasan.” (Nostra Aetate, 3)
Sedangkan Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 841 Hubungan Gereja dengan umat Islam. “Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat” (LG 16, Bdk. NA 3).
Memang Gereja Katolik tidak menyatakan apakah yang mereka sembah sama dengan Allah Bapa, namun hanya menyebutkan bahwa mereka juga menyembah Allah yang satu, walaupun penghayatan mereka tentang Allah yang satu itu tidak sama dengan penghayatan umat Kristiani.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Berkah Dalem.
sebelumnya perkenalkan, nama saya adhitya.
Saya hanyalah seorang hamba yg sedang mencari kebenaran ilahi di dunia ini.
Saya ada pertanyaan yg sedikit menggelitik hati saya.
1. Bagaimanakah posisi agama lain yg ada di dunia ini di hadapan Tuhan menurut iman katholik?
2. Apakah menurut gereja, apabila seseorang sudah mengenal Kristus, tetapi tidak berpaling kepada-Nya melalui gereja maka dia tidak selamat?
3. Saya membaca beberapa ayat yg sangat luar biasa bagi saya:
>>>“Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat9:13)
>>>“Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat12:50)
>>>“Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Mark12:31)
>>>“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat7:21)
>>>“Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.” (Mat13:19)
>>>“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yoh8:44)
Dari ayat2 tsb, saya mengambil kesimpulan bahwa siapa saja yg melakukan kehendak-Nya, yaitu KASIH maka kepadanya pintu surga akan dibukakan. Tetapi ada hal yg menggelelitik juga.
karena pada ayat:
“Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu.” (Keluaran 34:14)
yang menjadi masalah disini adalah: Tuhan hanya 1, tetapi bangsa2 yg belum mengenal Tuhan maupun Yesus apakah mereka akan binasa? Karena sudah tentu mereka menyembah Tuhan menurut mereka, dan mereka juga ada kemungkinan melakukan kehendak-Nya yaitu KASIH?
Shalom Adhitya,
1. Pandangan Gereja Katoliktentang posisi agama lain yang ada di dunia:
“Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.” (Nostra Aetate, 2)
KGK 839 Gereja mengakui bahwa agama-agama lain pun mencari Allah, walaupun baru “dalam bayang-bayang dan gambaran”. Ia memang belum dikenal oleh mereka, namun toh sudah dekat, karena Ia memberi kepada semua orang kehidupan, napas, dan segala sesuatu, dan Ia menghendaki agar semua manusia diselamatkan. Dengan demikian Gereja memandang segala sesuatu yang baik dan benar yang terdapat pada mereka sebagai “persiapan Injil dan sebagai karunia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan” (Lumen Gentium 16)
Untuk lebih jelasnya tentang hal ini, anda dapat membaca deklarasi Dominus Iesus, klik di sini, ataupun ringkasan/ penjelasannya, di sini, silakan klik.
2. Jika seseorang telah mengenal Kristus, namun tidak bergabung dengan Gereja?
Sebenarnya di sini tergantung dari apakah ia benar- benar telah mengetahui/ mengenal Kristus dan apakah ia telah mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus. Jika sudah sungguh- sungguh mengetahui tentang hal ini, namun karena satu dan lain hal ia tidak mau masuk ke dalamnya, maka ia tidak dapat diselamatkan. Konsili Vatikan II dengan jelas mengatakan hal ini:
“Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Lumen Gentium 14)
Namun adakalanya seseorang tidak sungguh- sungguh tahu tentang Kristus dan Gereja-Nya, dan jika ini disebabkan oleh ketidaktahuan yang tidak terhindari, maka masih ada kemungkinan baginya untuk diselamatkan jika selama hidupnya ia selalu mencari dan melaksanakan kehendak Tuhan, mengikuti tuntunan hati nuraninya dan dengan demikian menerapkan kebajikan dalam hidupnya. Konsili Vatikan II mengajarkan demikian:
“Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (lih. 1 Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil[34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.” (Lumen Gentium 16)
3. Asalkan seseorang mempunyai kasih maka otomatis pintu surga akan dibukakan baginya?
Jawabnya adalah belum tentu. Sebab jika seseorang melakukan kasih yang tidak didasari akan penghayatannya akan Tuhan (sehingga dalam hal ini berkaitan dengan iman), maka perbuatan kasih itu tidak menyelamatkan. Perbuatan kasih yang menyelamatkan tidak terpisahkan dari iman, dan iman yang benar adalah iman akan Kristus Tuhan.
Walau ayat- ayat yang anda sertakan seolah menekankan perbuatan kasih, namun anda juga perlu melihat bahwa ada banyak ayat yang lain yang menyatakan perlunya iman kepada Kristus; dan bahwa keselamatan diberikan karena kasih karunia Allah. Dan dengan demikian, ayat- ayat tersebut tidak dapat diabaikan.
Silakan membaca tanya jawab di bawah ini:
Tidak cukup menerima Yesus di hati saja
Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus
Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka?
Sudahkah kita diselamatkan?
Paus Benediktus XVI dan Sola Fide
Invincible ignorance dalam jaman ini
Apa itu “implicit desire for Baptism?”
Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat?
Baptisan rindu menurut St. Thomas Aquinas
Iman tanpa perbuatan adalah mati
Keselamatan adalah anugerah Allah?
4. Bagaimana dengan nasib bangsa- bangsa yang belum mengenal Allah dan Yesus?
Silakan anda membaca beberapa artikel dan tanya jawab tentang Keselamatan di bawah ini:
Siapa saja yang dapat diselamatkan?
Adakah keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom! Pertama, Pujian dan syukur terima kasih bagi Tuhan atas anugerah dan kasih- karunia yang berlimpah pada manusia debu ini. Melalui sarana ini sungguh menambah pengetahuan yang benar. Teruskan evangelisasi, dengan penuh kasih dan kerendahan hati. Terima kasih. Tuhan memberkati.
Salam kasih,
Untuk srikandi dan chianx kalian ini seperti kerbau yang dicucukan hidungnya
Hanya mendengar dan menurut kepada apa yg dikatakan manusia emang paus bisa selamat?
Jelas2 firman Tuhan mengatkan diluar Tuhan Yesus tidak ada keselamatan.
Lalu apa bedanya pengajaran katolik dengan agama2 yang lain? Saya mau ingatkan tidak ada
Perbuatan tidak ada perbuatan baik manusia yg diperhitungkan Allah spy manusia bisa selamat.
Bertobatlah baca firman Tuhan baik2, tugas saya dan kalian adalah memperkenalkan nama Tuhan Yesus
Kepada orang yg belum mengenal, tau kan cerita perumpamaan tentang 3 hanba yg di kasi talenta
Yang 5 bawa 5 yang 3 bawa 3 yang 1 ngak bawa apa2 nah itu yg Tuhan perhitungkan. Semakin byk bawa jiwa
Semakin besar hadiah yg di dapat, saya lihat perbedaan yg jelas antara orang katolik
Dan anak2 Tuhan ( org katolik nyaman di zona aman dengan pengharapan2 yg tinggi kalo anak2 Tuhan
Punya pengharan yg tinggi utk berada di zona yg aman )
Sadarkah kalian setiap penjelasan yg kalian terima dari gerja katoli atau dari pengasuh2 katolisitas ini
Berdasarkan apa kata LG dan KGK? Pengetahuan pengasuh berdasarkkan apa yg di dapat dari bapa gereja
Bukan minta dari Roh Kudus ( sorry to say )
Shalom Kay Roven,
Agaknya anda belum memahami benar apa yang dikatakan Gereja Katolik tentang keselamatan. Gereja Katolik juga bahwa keselamatan hanya diperoleh di dalam nama Tuhan Yesus dan hanya melalui Kristus kita sampai kepada Allah Bapa (lih. Yoh 14:6). Pengajaran tentang keselamatan di dalam Tuhan Yesus ini juga disampaikan dalam deklarasi Dominus Iesus, yang terjemahannya dapat dibaca di sini, silakan klik; dan ringkasan dan penjelasannya di sini, silakan klik.
Gereja Katolik mendasari pengajaran tentang keselamatan ini dari Kitab Suci, Tradisi Suci dan ajaran Magisterium (wewenang mengajar Gereja). Inilah yang kami sampaikan dalam situs ini, dalam tanya jawab tentang Keselamatan, beberapa di antaranya adalah:
Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus
Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?
Paus Benediktus XVI dan Sola Fide
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat?
Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?
Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan
Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka?
Invincible ignorance dalam jaman ini
Apa itu “Implicit desire for Baptism?”
Keselamatan: susah atau gampang?
Keselamatan adalah anugerah Allah?
Apakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang?
Sekali selamat tetap selamat?
Anda dapat saja tidak setuju dengan apa yang kami sampaikan di sini, tetapi itu tidak mengakibatkan bahwa apa yang kami sampaikan di sini salah. Kami memang banyak mengutip tulisan para Bapa Gereja, namun bukan berarti yang kami tuliskan tidak berdasarkan bimbingan Roh Kudus seperti yang anda katakan. Justru tulisan dari para Bapa Gereja yang konsisten sepanjang segala abad, itu adalah bukti karya Roh Kudus yang terus bekerja di dalam Gereja-Nya. Harap kita sadari bahwa Roh Kudus yang bekerja di jaman para rasul dan para Bapa Gereja itu adalah Roh Kudus yang sama yang bekerja sampai saat ini. Jadi pemahaman yang tidak sama dengan pengajaran para rasul dan para Bapa Gereja, itu sendiri yang harus dipertanyakan dari manakah asalnya, sebab Roh Kudus tidak mungkin mengajarkan hal yang berbeda.
Akhirnya, kami mohon agar anda menuliskan argumen anda dengan gaya bahasa yang lebih sopan, yang lebih menunjukkan bahwa anda adalah seorang murid Kristus. Penulisan argumen yang bernada kasar ataupun menghina seperti komentar anda, “kalian ini seperti kerbau yang dicucukan hidungnya“, malah tidak menunjukkan karya Roh Kudus; sebab salah satu buah Roh Kudus adalah kelemahlembutan dan penguasaan diri (lih. Gal 5: 23).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
untuk Key:
Tulisan anda sangat tidak konsisten. Saya berharap bukan ajaran Protestan yang mengajarkan ketidakkonsistenan anda dalam menilai sesuatu:
Dibagian ini anda menulis:
Lalu apa bedanya pengajaran katolik dengan agama2 yang lain? Saya mau ingatkan tidak ada
Perbuatan tidak ada perbuatan baik manusia yg diperhitungkan Allah spy manusia bisa selamat. (Key)
Sesudah itu anda menulis lagi demikian:
Yang 5 bawa 5 yang 3 bawa 3 yang 1 ngak bawa apa2 nah itu yg Tuhan perhitungkan. Semakin byk bawa jiwa
Semakin besar hadiah yg di dapat(Key)
Dua kalimat dalam satu tanggapan anda membuktikan ketidakkonsistenan iman anda.Saya tidak tau apakah apakah Protestan yang tidak konsisten atau anda yang tidak konsisten. Namun kelihatannya kedua duanya tidak konsisten dalam mengajar dan menyelami firman Tuhan.Apakah jasa anda membawa jiwa-jiwa sampai menuntut untuk diperhitungkan Tuhan?Iman bukan karena usaha anda. Iman adalah Rahmat dan Berkat yang dianugerahkan Tuhan terlebih dahulu dan kemudian ditanggapi oleh manusia. Itulah kerja Roh Kudus, bukan kerja dan usaha anda membawa orang2.Kemanakah Roh Kudus anda tempatkan? menggantikan posisi anda untuk membawa jiwa jiwa supaya gereja anda penuh? Sia-sia…..
Tanggapan saya atas tulisan sdr:
Gereja katolik TIDAK PERNAH menyuruh jemaat untuk membawa jiwa jiwa, namun yang terpenting adalah MEMBERIKAN KESAKSIAN HIDUP ATAS KASIH ALLAH bukan dengan kata kata blaving tapi dengan perbuatan dan kelakuan hidup masing masing. …… [Dari Katolisitas: kami edit]
Shalom Kay Roven,
Ijinkan saya memberikan sedikit masukan.
Dari beberapa penulisan-penulisan anda dari web ini, terlihat bahwa sesungguhnya, menurut saya, anda perlu mengerti dulu apa yang diajarkan Gereja Katolik, sebelum mem-posting argumentasi-argumentasi dalam web ini.
Tentu saja saya seringkali menjumpai saudara/i lain yang seperti anda, namun alangkah baiknya, bila anda lebih menerapkan “kedewasaan” dalam website ini, supaya diskusi lebih efficient dan dapat menambah wawasan anda dan kami semua.
Anda dapat terlebih dahulu membaca artikel-artikel di website ini, bukan hanya memberi argumentasi yang anda dapat dari orang-orang lain, yang belum ada kepastian kebenarannya apakah merupakan ajaran Gereja Katolik sesungguhnya, atau hanya pendapat umum.
Saya juga sering “diserang” dengan statement-statement seperti “dengar-dengar Katolik menyembah orang mati ya?” atau “Katolik menyembah patung ya?” dan lain sebagainya, yang sebenarnya sama sekali bukan ajaran Gereja Katolik, tetapi hanya pendapat-pendapat dari luar.
Nah untuk menghindari adanya “mempertanyakan pengajaran Katolik” yang sesungguhnya “bukan pengajaran Katolik”, maka sebaiknya anda mendalami dulu ajaran-ajaran Gereja Katolik yang “benar-benar ajaran Gereja” (bukan pendapat guru, teman, atau pendeta anda) yang bisa dilihat di website ini, karena website ini bernafas Katolik. Bila dianalogikan sebagai berikut:
“Ada sebuah pabrik sepatu. Lalu anda ingin mempertanyakan hal-hal mengenai sepatu itu. Tentu tanggapan mengenai sepatu tersebut, bila dari teman-teman atau saudara/i anda, lebih tidak terjamin kebenarannya, dari pada pekerja di pabrik. Namun, banyak pula pekerja pabrik tersebut yang tidak benar-benar mengerti apa yang mereka buat, hanya ‘asal’ membuat saja. Yang paling paham adalah, tentunya, sang pemilik pabrik. Sang pemilik pabrik memiliki banyak arsip/dokumen mengenai sepatu tersebut. Tentu tanggapan-tanggapan dari orang-orang yang mempelajari dokumen-dokumen pemilik dengan baik, pastinya lebih terjamin bukan?”
Pabrik, sama halnya dengan Gereja Katolik. Dimana bila anda ingin mengetahui benar/tidaknya ajaran Gereja Katolik, harus lah mencari tahu dari dokumen-dokumen Gereja itu sendiri, yang bisa anda dapatkan secara rangkum dalam artikel-artikel di website ini, baru anda pertanyakan lagi, mengapa ini, dan mengapa itu, dengan susunan kata yang menunjukkan ke-Kristenan anda.
Demikian masukan dari saya, semoga berkenan.
Salam Kasih.
Syalom
Saya cuma mau menambahkan Paus Yohanes Paulus II menjelaskan EENS dalam audiensi umum 31 Mei 1995. http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/audiences/alpha/data/aud19950531en.html Ada kalimat seperti ini It is a mysterious relationship. It is mysterious for those who receive the grace, because they do not know the Church and sometimes even outwardly reject her.
Bahasa Indonesia: Merupakan misteri bagi mereka yang menerima rahmat, karena mereka tidak tahu Gereja dan kadang-kadang bahkan kelihatannya menolak Gereja.
Kalimat ini bisa ditujukan pada orang-orang yang dilahirkan di dalam keluarga non Katolik, yang secara terus terang menolak ajaran Katolik atau menolak ke-Alah-an Yesus.
Begitu saja bapak/ibu admin team Katolisitas
Salam dan terima kasih.
Shalom Chianx,
Terima kasih atas komentarnya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan di dalam LG, 16:
Akhirnya mereka yang belum menerima Injil dengan berbagai alasan diarahkan kepada Umat Allah[32]. Terutama bangsa yang telah dianugerahi perjanjian dan janji-janji, serta merupakan asal kelahiran Kristus menurut daging (lih. Rom 9:4-5), bangsa terpilih yang amat disayangi karena para leluhur; sebab Allah tidak menyesali kurnia-kurnia serta panggilan-Nya (lih. Rom 11:28-29). Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; di antara mereka terdapat terutama kaum muslimin, yang menyatakan bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menhendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil[34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan. Tetapi sering orang-orang, karena ditipu oleh si Jahat, jatuh ke dalam pikiran-pikiran yang sesat, yang mengubah kebenaran Allah menjadi dusta, dengan lebih mengabdi kepada ciptaan daripada Sang Pencipta (lih. Rom 1:21 dan 25). Atau mereka hidup dan mati tanpa Allah di dunia ini dan menghadapi bahaya putus asa yang amat berat. Maka dari itu, dengan mengingat perintah Tuhan: “Wartakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15), Gereja dengan sungguh-sungguh berusaha mendukung misi-misi, untuk memajukan kemuliaan Allah dan keselamatan semua orang itu.
Namun, di sisi lain, kita juga harus melihat bahwa orang yang tahu bahwa Gereja Katolik menjadi Sakramen Keselamatan, namun tidak masuk di dalamnya, dia tidak dapat diselamatkan. Jadi, masalahnya adalah apakah orang tersebut invincible ignorance atau culpable ignorance – silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Admin…
saya ada sebuah pertanyaan tetapi tidak tau mau di tanyakan di topik mana!
Pertanyaan saya sdikit mengenai keselamatan.
Blakangan ini saya smakin sering ragu dan tidak percaya 100% bahwa Yesus sebagai Tuhan ( namun tetap mempercayai akan keberadaan Tuhan ). Hal ini di sebabkan karena saya sering berpikir seolah-olah kalau saya dilahirkan di keluarga non-Katholik ( berada di posisi teman kita yg bragama lain) , dan dari kecil tdk pernah mengenal Yesus. Akan tetapi saya telah hidup sesuai dgn ajaran agama yg saya yakini ( tidak meyakini Yesus ) dan tetap berbuat baik kepada sesama. Apakah saya akan di selamatkan?
misalnya: kalau tetap di selamatkan seutuhnya, brarti apa bedanya dgn orang yg tdk mengimani Kristus ato bahkan atheis ?
misalnya: kalau di selamatkan , tapi ada batasan( tidak di selamatkan sesempurna yg mengimani Kristus), tentu saja hal ini akan trasa tidak adil sama skali bagi mreka yang terlahir di luar kluarga Katholik!
Mohon bantuan penjelasannya ! mudah-mudahan maksud saya dapat dipahami….
Tuhan Memberkati kita semua…
Shalom Armand,
Kelihatannya pertanyaan anda lebih kepada: Apakah orang yang tidak mengenal Kristus dan Gereja Katolik dapat diselamatkan? Untuk ini Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II mengajarkan:
“Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan bagi semua orang (lih. 1Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil[34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.” (Lumen Gentium 16)
Dari ajaran ini kita ketahui bahwa jika seseorang yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak tahu, dan tidak dapat tahu, tentang Kristus dan Gereja-Nya (misalnya mereka yang hidup di Tibet yang tidak terjangkau oleh pemberitaan Injil), namun selama hidupnya berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah yang ia ketahui dari hati nuraninya, tetap dapat diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Sebab sebagai Tuhan, Yesus mengenal setiap dari ciptaan-Nya, apakah ia di dalam kapasitasnya telah berusaha mencari Tuhan dan melaksanakan segala perintah-Nya. Sebab jika sudah demikian, sesungguhnya ia mempunyai di dalam hatinya apa yang disebut sebagai “implicit desire for Baptism” atau Baptis rindu, menurut St. Thomas Aquinas; dan oleh karena itu, ia dapat diselamatkan juga oleh Kristus.
Namun jika seseorang itu sebenarnya sudah tahu tentang Kristus dan Gereja Katolik, yang didirikan oleh Kristus sebagai sarana yang perlu untuk keselamatan, namun ia berkeras menolaknya, atau tidak mau bergabung di dalamnya, maka ia sendiri sesungguhnya menolak keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus. Tentang hal ini Gereja Katolik mengajarkan,
“Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Lumen Gentium 14)
Nah, sekarang masalahnya, hanya Tuhan sendiri yang dapat dengan persis mengetahui, apakah seseorang itu “benar- benar tahu” bahwa Gereja Katolik itu didirikan Allah melalui Yesus Kristus sebagai sarana keselamatan manusia. Oleh sebab itu, maka kita umat Katolik tidak pernah boleh menghakimi tentang seseorang itu masuk neraka karena tidak Katolik. Biarlah kita serahkan hal ini hanya ke dalam kebijaksanaan Tuhan.
Selanjutnya silakan membaca artikel berikut ini, yang mungkin juga dapat menjawab pertanyaan anda: yaitu
1) tentang apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik saja dan yang lain pasti masuk neraka?, silakan klik.
2) tentang invincible ignorance, silakan klik,
3) implicit desire for Baptism, silakan klik; dan
4) Baptis rindu menurut St. Thomas Aquinas, silakan klik
Tuhan Yesus adalah Allah Putera yang diutus Allah Bapa ke dunia, untuk menyelamatkan manusia, maka sungguh Ia tidak akan kurang berkuasa dalam menjangkau semua yang menjadi milik-Nya; yaitu mereka yang masuk ke dalam rencana keselamatan Allah. Dengan demikian, tetaplah umat manusia diselamatkan hanya oleh perantaraan Yesus Kristus, sebab Ia adalah “jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia” (lih. Yoh 14:6).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
bagaimana jika saudara kita yang dulunya katolik tidak dapat meneguhkan imannya karena dia sendiri kurang akan iman, contoh.
X kurang mampu, juga ada di daerah terpencil dan beriman katolik, suatu saat dia bertemu seorang pemuka agama lain, dia begitu kagum akan perilaku orang tersebut dia mencoba menerapakan cara hidup orang itu dalam iman katoliknya, namun seiring berjalannya waktu maka tambah banyaklah hal yang ingin dia ketahui dalam imannya namun tidak ada yang bisa meneguhkannya, dalam keterbatasannya dia mencari yang terbaik dan semua yang dia pertanyakan akan iman dijawab oleh pemuka agama lain dan dia menjadi seorang yang saleh dalam imannya yang baru.
pertanyaan:
1. setelah dia berpindah, dia menjadi saleh tanpa tahu keselamatan Kristus, apakah dia masuk surga?
2. setelah dia berpindah, lalu dia mengetahui banyak tentang keselamatan Kristus, namun yang ia percaya adalah imannya yang baru, juga selalu berlaku saleh, apakah dia masuk surga?
Shalom Gunawan,
Sebenarnya yang anda bicarakan di sini adalah menyangkut “invincible ignorance”, yang sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Harus diakui bahwa kita manusia tidak dapat mengetahui isi hati setiap orang mengenai apakah ia telah benar- benar tahu bahwa Allah berkehendak menyelamatkannya di dalam Kristus Allah Putera, melalui Gereja Katolik yang didirikan-Nya.
1. Jika seseorang benar- benar tidak tahu dan tidak dapat tahu, tentang Keselamatan yang ditawarkan Allah di dalam Kristus dan Gereja-Nya, yang disebabkan karena segala keterbatasan yang ada pada dirinya, namun selama hidupnya dia selalu berusaha melaksanakan kehendak Tuhan sesuai dengan dorongan hati nuraninya, maka ia tetap dapat diselamatkan.
Hal ini diajarkan dalam Lumen Gentium 16,
2. Namun jika sebenarnya ia telah mengetahui bahwa keselamatan yang Allah tawarkan itu diberikan di dalam Kristus dan melalui Gereja-Nya namun tidak mau bergabung di dalamnya, maka artinya ia menolak sendiri keselamatan yang ditawarkan Allah itu.
Lumen Gentium 14, mengatakan:
Di sini harus diakui, bahwa hanya Tuhanlah yang benar- benar tahu apakah seseorang benar- benar tahu akan keselamatan dalam Kristus yang diberikan melalui Gereja Katolik. Oleh karena itu sebaiknya kita tidak menghakimi tentang apakah seseorang itu diselamatkan atau tidak, sebab perjalanan hidup rohani seseorang akan terus berlangsung hingga sesaat menjelang ajal; dan hanya Tuhanlah yang mengetahui isi hatinya.
Lebih lanjut tentang topik- topik keselamatan ini, silakan membaca rangkaian artikel dan Tanya Jawab (TJ) tentang keselamatan yang ada di situs ini.
Salam kasih dalam Kristus Yesus,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shallom Bpk Stef,
Saya kurang setuju dengan pendapat bapak atas jawaban kepada saudara Cecilia tentang topik :
1. Apakah seorang atheis dapat diselamatkan? Jawabannya bisa ya dan tidak. Dapat diselamatkan kalau “orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi“. Keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.
* Kalau ini tentang zaman sebelum zaman Yesus, mereka percaya akan Tuhan Allah, mungkin saya setuju dengan pendapat bapak, tapi
* Kalau ini tentang zaman sekarang sesudah zaman Yesus, wah saya kurang setuju, kenapa, karena :
Ada tertulis : “Tidak ada yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”….artinya tidak ada keselamatan diluar Yesus……dan juga ada tertulis….”Tidak ada yang datang kepada Anak, kalau tidak melalui aku….” ini ucapan Bunda Maria, yang menyatakan bahwa dia sebagai perantara antara kita kepada Yesus
Terima kasih dan salam kasih,
Lucia Yanti
Shalom Lucia Yanti,
Terima kasih atas pesannya sehubungan dengan konsep keselamatan. Tentang pertanyaan apakah seorang atheis dapat diselamatkan, memang saya memberikan jawaban : "bisa ya" dan "bisa tidak". Namun, yang perlu digarisbawahi adalah kalaupun mereka dapat diselamatkan, maka keselamatan yang diperoleh adalah karena pengorbanan Yesus di kayu salib. Saya tidak mengatakan bahwa kalau mereka diselamatkan adalah karena usaha mereka sendiri atau karena sesuatu di luar Yesus. Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih[13], dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.[15]
Dalam Lumen Gentium, 16 dikatakan " ….. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan."
a) Dari dokumen ini jelas bahwa kalau seorang atheis yang bukan karena kesalahannya sendiri, yaitu lahir dalam lingkungan atheis, tumbuh dalam lingkungan atheis, namun digerakan oleh rahmat Ilahi, dan mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran dan kekuatannya, mencoba dengan segala cara untuk menerapkan hukum kasih yang bersifat adi kodrati – dimana hal ini merupakan manifestasi dari iman, mungkin dapat diselamatkan. Mungkin seorang atheis belum sampai kepada pengertian iman yang benar. Namun kalau hal ini bukan karena kesalahannya, maka Tuhan pasti akan memperhitungkannya, seperti yang dikatakannya "Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Lk 12:48). Apakah seseorang mencari kebenaran dengan seluruh hati, pikiran dan kekuatannya, serta mempunyai kasih adi kodrati, hanya Tuhan saja yang tahu.
b) Kalau kita mengatakan bahwa semua orang atheis masuk neraka, maka ada begitu banyak orang atheis yang misalkan tinggal di pedalaman negara Cina, dan bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Kristus akan masuk neraka. Dengan demikian, maka keadilan Tuhan dipertanyakan. Namun, kita tahu bahwa Tuhan adalah maha adil.
Memang hal ini bukanlah suatu topik yang mudah, sehingga ada begitu banyak dokumen Gereja yang membahas tentang hal ini. Perbedaaan penekanan dalam dokumen Gereja harus dimengerti dengan benar. Karena kompleksitas dari topik ini, maka hal ini akan ditulis dalam topik tersendiri, sehingga pembahasan dapat lebih menyeluruh. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Terima kasih banyak atas penjelasan nya. Sungguh bermanfaat bagi semua orang Krsiten Katolik.
Thank you and may God bless you.
I wish you all the best,
Albert
Timor Leste
[quote] Bagaimana kita begitu yakin bahwa orang-orang seperti Mahatma Gandhi masuk neraka? Apakah dasarnya? [unquote]
[quote] Sebab yang dapat diselamatkan di dalam konteks ini adalah orang yang benar-benar tidak tahu, dan yang bukan karena kesalahan sendiri, tidak mengenal Yesus dan Gereja-Nya, misalnya mereka yang di pedalaman China yang tidak tersentuh oleh para misionaris, atau mereka yang secara ketat dibesarkan di lingkungan Yahudi, atau di lingkungan Islam [unquote]
https://katolisitas.org/2008/08/20/adakah-keselamatan-di-luar-tuhan-yesus-gereja-katolik/
Oh tentu saja Gandhi masuk neraka – karena
[a] Ia tahu tentang kristianitas
[quote ] Although Hindu, Gandhi had a very close connection with Christianity and admired Jesus very much, often quoting from his favorite ‘Sermon on the Mount’ chapter in Mathew 5–7. [unquote]
http://in.christiantoday.com/articledir/print.htm?id=2837
[b] tetapi ia tidak mau dibaptis dalam gereja katolik
[quote] “If Christians would really live according to the teachings of Christ, as found in the Bible, all of India would be Christian today,” he added.[unquote]
http://in.christiantoday.com/articledir/print.htm?id=2837
[c] Jadi Gandhi bersalah karena meski tahu tapi tidak mau
[d] maka ia tidak deselamatkan
quod erat demostrandum
Shalom Skywalker,
Dalam hal ini, yang termasuk dalam kategori orang-orang yang tidak tahu dan bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Yesus dan Gereja-Nya, bukan hanya orang-orang di pedalaman yang tidak terjangkau oleh misionaris. Namun, masuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang terjangkau oleh kekristenan, yang mencari kebenaran dengan segenap hati, pikiran, dan kekuatannya, serta menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi, dan melaksanakan hukum kasih. Dengan segala latar belakang mereka yang telah mendengar tentang Kristus dan Gereja Katolik, namun tidak melihat kebenarannya (bisa karena batu sandungan dari orang-orang yang percaya – seperti dalam kasus Mahatma Gandhi, tidak mendapatkan penjelasan yang meyakinkan, dll), maka orang-orang ini mungkin memutuskan untuk tidak masuk ke Gereja Katolik, karena mengikuti hati nuraninya. Dalam hal ini, hanya Tuhan yang tahu persis, apakah keputusan yang diambil oleh orang-orang ini berdasarkan kebenaran dan hati nurani yang bersih atau mempunyai kepentingan pribadi.
Jadi dalam kasus Mahatma Gandhi, tidak ada yang tahu persis – kecuali Tuhan, apakah dia termasuk dalam kategori "invincible ignorance" atau tidak. Oleh karena itu, Gereja Katolik tidak pernah mengatakan seseorang dengan pasti telah/akan masuk neraka, namun sebaliknya Gereja dapat mengambil kesimpulan bahwa seseorang telah masuk Surga, yaitu pada saat Gereja mengatakan bahwa seseorang menjadi santa/santo.
Catatan: Saya telah mengatakan hal yang kurang lebih sama di point III. 1, dimana saya mengatakan :
"Jadi bagaimana dengan Mahatma Gandhi? “Invincible ignorance” bukan berarti bahwa dia sama sekali tidak pernah mendengar tentang Kristus, namun walaupun dia pernah mendengar tentang Kristus, dan dia telah berusaha dengan segenap pikiran, hati, dan kekuatan, untuk mencoba namun tidak sampai untuk menjadi murid Kristus. Jangan lupa, bahwa orang-orang yang menjadi batu sandungan bagi Mahatma Gandhi turut berpartisipasi dalam dosa, karena menjadi batu sandungan bagi dia untuk menjadi murid Kristus. Beliau mengatakan bahwa kalau semua orang di India dapat menerapkan ajaran Kristus, maka tidak ada lagi orang Hindu di India. Jadi orang-orang saleh yang tidak mengenal Kristus, dapat masuk surga, namun hanya Tuhan yang tahu persis apakah “ignorance” yang mereka lakukan karena “invincible ignorance” atau “culpable ignorance“.
Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam kasih Kristus,
stef – http://www.katolisitas.org
[Dari admin: tiga pesan satu satukan, karena topiknya hampir sama]
Shalom,
saya ingin menyampaikan beberapa pertanyaan dari seorang teman, dia bertanya pada saya tentang konsep keselamatan katolik dan saya menyadur dari website ini. berikut ini adalah tanggapan dari teman saya itu (kata2 dia dlm bahasa inggris), mohon bpk & ibu bersedia menanggapi. terimakasih sebelumnya, Salam kasih persaudaraan dalam Kristus.
>> Well… It’s the doctrine of salvation, It’s gonna take a while explaining it, but I have to say that if you say that the answer to that is: quote: “Gereja Katolik mengajarkan bahwa …, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih[13], dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka datang dari Yesus Kristus.[15]” It is going to create new problems.
1) First problems that came to mind is: Will a really good, loving ATHEIST be saved?? one that curses at the name of God, let alone Jesus but his attitude is good morally. “Hukum kasih” here needs more explanation, is it moral wise?
2) points 13 i dont understand, agak ambigu. how do you know “gerakan” itu came from God? and some not from God? how do you differentiate them? Some atheist are better than Christian morally. how do you explain that?
3) Now If a person who know nothing about Christ can be saved by good will, then WHAT IS THE MEANING OF EVANGELISM?? (apa gunanya penginjilan?)
masuk ke pedalaman, etc. and risking they rejecting Christ and have 0% chance of salvation? leave them alone and let them be saved by their good will
quote: “[12] Sebagai contoh orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Irian Jaya, atau pedalaman di China, dll. Ada sebagian dari mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus. Dan hal ini bukan akibat kesalahan mereka. Tentu saja, kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka pasti masuk neraka.
[16] Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. LG 14 menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.””
>> I think this is another contradiction, I found this weird but please explain though, so you’re saying that a person who NEVER even heard of Christ could be saved, but other Christ believing Christian who knew that catholic is built by Jesus Christ and still refuses to join inside the Catholic church can NOT be saved? regardless whatever?
If It’s true then I have to say that evangelism is pretty deadly… Let alone granting salvation, It’s a double edged sword.
It’s WAY better to teach them good acts than evangelizing and let them have a chance to reject, right?
Jadi:
1) orang yang ga kenal kristus sama sekali tapi perbuatannya bae seperti kebanyakan ilmuwan2 atheis yang percaya teori evolusi dan big bang jaman sekarang BISA masuk surga?
2) Orang yang kenal kristus tapi menolak untuk menerima sebagai juru selamat tapi perbuatannya saleh bisa masuk surga? (contoh: mahatma gandhi) aku ga tanya dia skrg ada di mana deh, aku tanya dia BISA (memiliki kemungkinan, lewat purgatory, etc) untuk MASUK ke surga atau ngga?)
gimana?
Shalom Sesilia,
Terimakasih atas pertanyaannya yang cukup sulit. Semoga keterangan di jawaban di atas (silakan klik) dapat menjawab pertanyaan Sesilia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
terimakasih atas penjelasannya, semoga hati teman saya tergerak untuk memikirkan kebenaran ini, dan bukan sekadar mengajak debat untuk kepentingan sendiri saja. Syukurlah karena kasih Tuhan maka saya mendapat banyak bantuan dalam berdialog dengan teman saya ini. semoga http://www.katolisitas.org ini makin diberkati oleh Tuhan dalam setiap pelayanan nya.
Comments are closed.