Pertanyaan:
Shalom..
Pak Stef dan bu Ingrid
Saya ingin menanyakan apakah arti “Katekis” sesuai ke imanan Katoliki?
Bagaimana disebut seorang Katekis yang baik ?
Menurut pengertian awam apakah mempunyai target sasaran dan syarat yang harus di capai?.
Akakah hubungannya seorang Ketekis di dalam membangun iman sesama umat Katolik?
Saya mohon maaf, karena keterbatasan saya akan pengertian arti Katekis, sehingga pertannyaan2 saya agak membingungkan.
Terima kasih.
Salam.
Felix Sugiharto
Jawaban:
Shalom Felix Sugiharto,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang katekis. Untuk mengerti tentang katekis, mungkin dokumen yang dapat menerangkan hal ini secara panjang lebar adalah: Congregation for the evangelization of the Peoples, Guide for Catechists, yang dapat dilihat di sini (silakan klik). Dokumen ini mencakup pembahasan: 1) identitas dari katekis, 2) proses seleksi katekis, 3) formasi dan spiritualitas, 4) dasar-dasar tugas kerasulan, 5) situasi ekonomi.
1) Di dokumen tersebut dijelaskan “The catechist is a lay person specially appointed by the Church, in accordance with local needs, to make Christ known, loved and followed by those who do not yet know Him and by the faithful themselves”.” (par. 3)
a) Dari definisi ini, maka dalam konteks katekis awam, dia ditunjuk oleh Gereja Katolik lokal (baik di tingkat keuskupan maupun tingkat paroki). Secara prinsip seorang katekis harus memberitakan Kristus, sehingga orang dapat mengetahui dan mengasihi Kristus, sehingga pada akhirnya dapat mengikuti Kristus dengan setia.
b) Katekis dapat diartikan secara khusus maupun dalam kerasulan. Secara khusus, seorang katekis mempersiapkan calon baptis untuk mengerti pokok-pokok iman Katolik dan mengantar calon baptis sampai pada Sakramen Baptis. Secara kerasulan, seorang katekis juga bekerjasama dan membantu pastor untuk membangun gereja dan mengembangkan evengelisasi dalam cakupan yang lebih luas.
2) Di dokumen tersebut juga diterangkan spiritualitas yang harus dipunyai oleh seorang katekis, yang tergantung dari panggilan hidupnya, yang secara prinsip harus: 1) terbuka terhadap Sabda Allah, kepada Gereja, kepada dunia, 2) mempunyai kehidupan yang baik, 3) mempunyai semangat misionari, 5) devosi kepada Bunda Maria.
a) Karena seorang katekis harus mengkomunikasikan Sabda Allah, maka dia sendiri harus mengerti dan mendalami Sabda Allah, yang telah diberitakan oleh Gereja, dirayakan dalam Liturgi, dan dijalankan dalam kehidupan para santa-santo.
b) Dengan demikian seorang katekis harus mempunyai ekklesiologi yang baik, sehingga dia dapat memberitakan Kristus, yang senantiasa menjadi Kepala dari Tubuh Mistik-Nya, yaitu Gereja Katolik. Seorang katekis harus mengasihi Gereja-Nya, karena Kristuslah yang terlebih dahulu mengasihi-Nya – karena Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus dan mempelai Kristus.
c) Untuk memberitakan Kristus kepada dunia, seorang katekis harus mempunyai keterbukaan terhadap dunia, sehingga dia dapat memberitakan Kristus dengan baik. Dengan keterbukaan ini, dia dapat melihat kebutuhan dunia, dan dapat mewartakan Kristus secara lebih efektif. Inilah sebabnya dibutuhkan katekis lokal, yang dapat masuk dalam komunitas karena dia mengerti bahasa lokal yang digunakan, mengerti budaya setempat, dll.
d) Namun, pemberitaan yang paling efektif adalah dengan hidup sesuai dengan apa yang dipercayai dan diberitakan. Oleh karena itu, kehidupan otentik dari sang katekis harus mencerminkan kekudusan, baik dalam kehidupan berkeluarga, maupun sebagai imam, atau sebagai anggota religius.
e) Mengikuti jejak Kristus yang senantiasa memberitakan Injil kemana-mana, maka seorang katekis haruslah mempunyai semangat misionaris. Kristus mengatakan “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” (Yoh 10:16). Oleh karena itu, seorang katekis harus mempunyai jiwa misionaris yang juga merindukan semua orang untuk datang kepada Kristus dan menjalankan amanat agung di Mt 28:19-20, yang mengatakan “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Dari amanat ini, maka seorang katekis harus memberitakan seluruh kebenaran, bukan saja tentang kebangkitan Kristus, namun juga Kristus yang tersalib. Rasul Paulus menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa dia memberitakan Kristus yang disalibkan (lih. 1 Kor 1:23).
f) Maria dilihat sebagai ibu dan model sebagai katekis. Oleh karena itu, seorang katekis harus mempunyai devosi kepada Bunda Maria.
3) Dari pemaparan di atas, maka jelas terlihat bahwa peran seorang katekis sangat penting dalam turut serta membangun Gereja, terutama dalam misi evangelisasi, yang tentu saja membantu perkembangan iman dari umat. Tentang perbedaan antara evangelisasi dan katekese dapat dilihat di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
salam dalam kasih Tuhan.
saya telah banyak melihat di kalangan umat banyak katekis yang hanya gelar,formalitas dan simbol saja di zaman sekarang ini. jadi yang menjadi pertanyaan saya PEMBENTUKAN DIRI YANG BAGAI MANA SEHARUSNYA SEORANG KATEKIS?
SERING SAYA MENDENGAR UCAPAN-UCAPAN UNTUK HARUS BERIMAN YANG TEGUH, BERIMAN TEGUH YANG BAGAI MANA MAKSUTNYA.?
TERIMAKASIH :)
Shalom Andy Shputra,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang katekis. Seorang katekis yang baik harus mengasihi Yesus dan mengasihi Gereja-Nya, sehingga katekis dapat menempatkan kebenaran yang Yesus ajarkan lebih tinggi daripada apa yang dia pikirkan. Dan untuk mengasihi Yesus secara penuh, seorang katekis harus mengasihi mempelai wanita atau tubuh mistik Kristus, yaitu Gereja Katolik. Dengan dasar ini, maka seorang katekis dapat mengasihi sesama, dalam hal ini mengasihi orang-orang yang Tuhan telah percayakan kepada katekis. Sebagai bentuk kasih, maka seorang katekis harus senantiasa belajar tentang iman Katolik dengan sungguh-sungguh, sehingga dia dapat mengajarkan iman Katolik dengan baik dan benar. Namun, terlebih lagi, seorang katekis harus juga menjadi contoh dalam kehidupannya sehari-hari. Dia harus menjalankan apa yang telah dia ajarkan. Dengan demikian, pembentukan diri seorang katekis senantiasa intelektual dan juga spiritual.
Kalau seorang katekis menjalankan semuanya itu, maka dia dapat membantu para katekumen untuk mendapatkan iman yang teguh. Iman yang teguh ini adalah ketaatan iman, penyerahan akal budi dan kehendak kepada kebenaran yang diwahyukan Allah. Dengan demikian, orang yang mempunyai ketaatan iman akan menjalankan semua perintah Allah, baik yang susah maupun yang gampang. Lihat diskusi tentang hal ini di sini – silakan klik. Mari, setiap hari kita berdoa bersama dengan para rasul “Tuhan, tambahkanlah iman kami” (Luk 17:5).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
salam dalam kasih Tuhan.
saya minta bantuan anda untuk bisa memberikan gambaran mengenai “MENEROPONG MISI KATEKIS SEBAGAI MITRA PASTOR DALAM RANGKA PEWARTAAN SABDA DI PAROKI”, atas perhatiannya terima kasih kepada bapak dan ibu. Mohon bantuannya?
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini, silakan klik]
Shalom, katolisitas.org
Saya ingin bertanya mengenai satu hal:
Di dalam kehidupan gerejawi, saya sering mendapatkan saudara/saudari yang sepertinya tidak peduli dengan ajaran gereja, walaupun mereka sudah mengambil bagian dalam pelayanan. Sebagai contoh, bahkan mereka yang begitu aktifnya dalam pelayanan, tidak tahu-menahu mengenai ‘transubstansi’, yang menjadi inti dari iman kita.
Dengan hati terbuka, saya sama sekali tidak bermaksud menyombongkan diri, karena saya sadar saya sendiri banyak kurangnya, namun yang ingin saya tanyakan, bagaimana/dengan apa saya bisa aktif dalam pelayanan yang dapat memberi-tahukan mengenai ajaran-ajaran Gereja yang indah ini? Karena akan tidak baik bila saya simpan sendiri. Namun mengingat usia saya yang masih sangat muda (dibawah 17), saya sungguh bingung dalam bidang apa saya bisa melayani sekaligus bersaksi mengenai keindahan ajaran Gereja. Saya sudah merasa kesedihan yang cukup dalam terhadap saudara/saudari seiman, dan saya ingin berkontribusi, namun usia terkadang menjadi halangan.
Mohon pendapatnya.
Terima Kasih, Tuhan memberkati.
Shalom Yohanes,
Terima kasih atas sharingnya dalam kehidupan menggereja. Kita memang harus menerima kenyataan bahwa ada begitu banyak motif yang berbeda-beda dari orang-orang yang aktif dalam kegiatan Gereja. Ada yang aktif karena mendapatkan komunitas yang baik atau merasa bahwa dengan aktif dalam satu organisasi tertentu, maka kehidupan spiritualnya lebih baik. Namun kalau kita menganalisa, pembentukan komunitas dan pembentukan spiritualitas tidaklah cukup tanpa adanya pembentukan doktrinal. Pengenalan dan pendalaman iman Katolik yang dibarengi dengan pembentukan spiritualitas dan komunitas, memberikan pondasi yang kokoh bagi umat Katolik, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh begitu banyak ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik. Kalau seseorang aktif hanya karena mendapatkan komunitas, maka sebenarnya tidaklah cukup, karena pada saat komunitas tidak memberikan kehangatan, maka orang tersebut dapat berhenti dari kegiatan.
Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi kita semua – termasuk anda – agar umat Katolik dapat benar-benar mau mendalami iman Katolik. Bagi anda yang masih berusia di bawah 17 tahun, cobalah mengaktifkan mudika atau OMK (Orang Muda Katolik) dan berikan warna spiritualitas dan intelektualitas yang sesuai dengan iman Katolik. Ini berarti kegiatan tidak hanya bersifat hura-hura, namun juga harus benar-benar mengupas iman Katolik. Cobalah untuk mengkoordinir seminar tentang iman Katolik, membentuk kelompok diskusi, kelompok doa, dll. Cobalah berdiskusi dengan pastor paroki tentang maksud baik anda, sehingga langkah-langkah yang anda ambil dapat sesuai dengan dinamika paroki. Kalau belum mendapatkan tanggapan yang positif, janganlah berputus asa, namun teruslah untuk memberikan warna yang positif pada kelompok-kelompok anak muda di lingkungan atau paroki anda. Selamat berkarya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Hallo Pak Stef n Bu Inggrid
Saya punya kerinduan untuk menjadi seorang Katekis,namun dilain sisi saya sangat sibuk menafkahi keluarga,terutama membiayai anak yg masih kuliah.Apaka ada terobosan atau semacam pembekalan kilat utk dapat jadi Katekis.Saya hanya punya waktu luang pd hari Selasa,Sabtu n Minggu.Sejak dulu saya sdh mencintai FIRMAN,sedari mahasiswa sering ikut pendalaman Kitab Suci n sampai sekarang setiap hari selalu mengadakan perenungan Kitab Suci .Apa saran Anda agar saya dpt mewujudkan cita2 saya itu,mohon sarannya,terimakasih,GBUnfam
Shalom Henricus Willy,
Terima kasih atas pertanyaannya. Memang sebagai seorang kepala rumah tangga, seseorang mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi istri dan anak-anak. Dan jangan sampai tanggung jawab ini menjadi terlantar. Namun sebaliknya, jangan sampai juga karena ingin membahagiakan keluarga secara berlebihan (finansial yang berlebihan) mengakibatkan seseorang tidak berbuat sesuatu untuk Gereja, apalagi kalau orang tersebut mempunyai kemampuan, baik dari sisi finansial, waktu dan talenta. Untuk itu, keseimbangkan antara kehidupan berkeluarga dan pelayanan menjadi sangat penting.
Bersyukurlah kepada Tuhan, karena kerinduan untuk membangun Gereja adalah datang dari Tuhan. Sebagai langkah awal, mungkin ada baiknya anda mencoba menghubungi LBI, sehingga dapat mengikuti KPKS. Cara yang mungkin lebih baik dan berguna bagi paroki anda adalah dengan mengkoordinasikan pelatihan bagi para katekis di paroki anda dan kemudian mengundang pembicara-pembicara dari LBI atau seksi katekese dari KWI. Cobalah untuk kontak KWI – seksi katekese dan buatlah program di paroki anda, sehingga orang-orang lain yang mempunyai kerinduan yang sama seperti anda juga dapat mengikutinya. Bicarakan dengan pastor paroki, bahwa pelatihan seperti ini juga akan membantu program katekese dan juga dalam mengembangkan umat basis. Semoga usulan ini dapat berguna dan dapat dilaksanakan.
Salam kasih dalam kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Tambahan dari Romo Wanta:
Henricus Yth
Ikutlah kursus KS St Paulus yang di selenggarakan LBI di Jakarta coba cari informasi. Kemudian ikutlah kuliah extention Teologi khusus untuk para awam di STF Driyarkara Jakarta. Ikutlah seminar yang akan diadakan oleh Katolisitas.
salam
Rm Wanta
Shalom pak Stef.
Saya telah membaca penjelasan “Serba serbi Katekese” dan “Perbedaan Evangelisasi dan Katekese”.
Saya sudah ada gambaran tentang kedua artikel tersebut mampunyai arti dalam bentuk Tugas Pewartaan bagi seorang Kristiani (Kususnya bagi seorang Katolik).
Berikut ii saya juga telah membaca tentang arti dan tugas seorang Katekese di dalam website ini sebagai perluasan wawasan saya: http://www.imankatolik.or.id/apa-itu-katekis.html
Selanjutnya saya membaca dalam kitab (1 Tim 3: 8-13). dengan perikop ” Syarat-syarat bagi diaken”
Saya mempunyai pertanyaan:
1. Samakah Diaken dengan Ketekese yang dimaksudkan disini?
2. ay 9. …Melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati yang suci. (apa artinya “memelihara rahasia iman” itu?)
3. ay diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (bagaimana dengan seseorangyang mengalami gagal dalam membina sebuah rumah tangga?)
Karena ayat ini menurut saya lebih ditekankan pada arti :syarat bagi seseorang untuk dapat manjalani fumgsi pelayanan lebih baik (dalam arti luas). apakah dari keseluruhan perikop tersebut mampunyai makna rohani lainnya yang belum saya pahami?
Demikian pertanyaan saya, mohon pencerahannya..
Salam sejahtera dalam Tuhan.
Felix Sugiharto
Shalom Felix Sugiharto,
Terima kasih atas pertanyaannya seputar katekis dan diaken. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1) Samakah Diaken dengan Ketekese yang dimaksudkan disini? Mungkin saya perlu meluruskan, bahwa katekis adalah orang yang mengajar dalam proses katekese. Jadi mungkin perbandingannya adalah diaken dengan katekis dan bukan diaken dengan katekese. Diaken dapat menjadi seorang katekis, sama seperti pastor maupun kaum awam yang ditunjuk oleh pastor dapat juga menjadi katekis. Diaken juga harus dibedakan antara diaken tetap dan diaken sementara dan prodiakon. Di Indonesia prodiakon sebenarnya adalah “extraordinary ministry“, yaitu pelayan luar biasa untuk membagikan tubuh/darah Kristus pada perayaan ekaristi, jika tidak cukup pastor untuk membagikan tubuh/darah Kristus kepada umat. Sedangkan diaken sementara merujuk kepada seorang yang menjadi diaken sebelum ditahbiskan menjadi seorang imam. Diakon tetap adalah diaken yang ditahbiskan oleh uskup menjadi diaken (dapat sudah berkeluarga maupun belum menikah). Uskup, imam, dan diakon adalah termasuk dalam kategori klerus. Jadi, katekis mengacu kepada orang yang bertugas untuk mengajar dalam proses katekese, sedangkan diaken mengacu kepada suatu status dalam gereja, yaitu klerus. Keterangan tentang diakon dapat dilihat di sini (silakan klik). Sebagai catatan, di Indonesia, diakon tetap ini masih belum umum dan hanya ada di beberapa daerah terpencil.
2) ay 1 Tim 3:9. …Melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati yang suci. (apa artinya “memelihara rahasia iman” itu?) Kalau kita melihat dalam RSV (Revised Standard Version) “They must hold the mystery of the faith with a clear conscience.” Jadi, mistery of the faith atau yang diterjemahkan sebagai rahasia iman adalah mengacu kepada pengajaran yang diberikan oleh Kristus sendiri, atau lebih tepatnya mengacu kepada Kristus sendiri, yaitu Allah yang menjadi manusia serta seluruh kegiatan dan pengajaran Kristus. Kita mengingat apa yang dikatakan dalam:
3) ay diaken haruslah suami dari satu istri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. (bagaimana dengan seseorang yang mengalami gagal dalam membina sebuah rumah tangga?) Kembali kepada definisi dari diaken di atas (point 1), maka saya anggap pertanyaan ini adalah untuk diaken tetap. Seorang pria yang telah memutuskan hidup berkeluarga, maka dia harus menjadi suami dan ayah yang baik bagi istri dan anak-anaknya. Kalau dia gagal dalam menempuh kehidupan perkawinannya, maka dia tidak dapat menjadi diaken selama permasalah perkawinannya belum diselesaikan. Dan biasanya pemilihan diaken yang telah berkeluarga memang melihat apakah calon diaken ini membentuk keluarga yang baik – dalam hubungan suami istri dan juga dengan anak-anak. (lih. 1 Tim 3:10) Tentu saja bukan berarti bahwa dia tidak dapat melayani di Gereja kalau sampai dia tidak menjadi diaken, karena ada begitu banyak kegiatan di Gereja yang dapat dia ikuti.
Jadi, yang jelas, seorang diaken harus mengasihi Kristus dan sesama. Kalau dia telah berkeluarga, maka kasihnya dapat terlihat dari bagaimana dia membina keluarga, yang membawa istri dan anak-anak pada kekudusan. Dengan demikian, mereka akan menjadi pantulan kasih Kristus dan bukan menjadi batu sandungan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom..
Pak Stef dan bu Ingrid
Saya ingin menanyakan apakah arti “Katekis” sesuai ke imanan Katoliki?
Bagaimana disebut seorang Katekis yang baik ?
Menurut pengertian awam apakah mempunyai target sasaran dan syarat yang harus di capai?.
Akakah hubungannya seorang Ketekis di dalam membangun iman sesama umat Katolik?
Saya mohon maaf, karena keterbatasan saya akan pengertian arti Katekis, sehingga pertannyaan2 saya agak membingungkan.
Terima kasih.
Salam.
Felix Sugiharto
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Comments are closed.