Kerlap-kerlip lampu jalan menghiasi perumahan sederhana di Balaraja Tangerang.
Hilir mudik ojek sepeda motor memecahkan kesunyian lingkungan yang tiada tempat penghiburan yang gemebyar.
Obrolan antar tetangga di depan rumah sudah dapat melepaskan kepenatan setelah bekerja siang dan malam di pabrik-pabrik yang menjadi andalan ekonomi rumah tangga mereka.
Bersyukur kepada Sang Pencipta telah menjadi bait tunggal dalam syair kehidupan mereka.
Syair kehidupan terdengar jelas dalam celotehan anak-anak Lingkungan Santa Ana, Paroki Santa Odilia – Tangerang, saat menunggu Misa Kudus untuk mengucap syukur atas komuni pertama yang baru saja mereka sambut, pada tanggal 02 Juni 2013.
Hadiah sepatu sekolah baru, yang dibagikan kepada mereka setelah perayaan Misa purna, membuat hati mereka tersanjung karena dianggap telah menyelesaikan tugas belajar dengan sempurna.
Ketika anak-anak sedang asyik dengan sepatu barunya, seorang nenek usia delapan puluh tahunan berdiri dari tikar yang didudukinya.
Ia menyampaikan sebuah permintaan yang disampaikannya dengan bahasa yang lucu, tetapi sangat mendalam : “Romo, kula injih nyuwun sepatu/Romo, saya juga minta sepatu. Bilih wayah-wayah kula diparingi sepatu kangge pados ilmu wonten donya, kula nyuwun sepatu kagem pados ilmu ing suwargo/Kalau cucu-cucu saya diberi sepatu untuk mencari ilmu di dunia, saya minta sepatu untuk mencari ilmu surga. Sepatu suwargo injih puniko rosario ingkang Romo agem/Sepatu surga itu adalah rosario yang Romo telah pakai”.
Rupaya rintik hujan yang datang pada malam itu telah membangkitkan bayangan di masa silam sebagai seorang ibu muda yang telah ditinggalkan suaminya menghadap Sang Khalik empat puluh tahun silam.
Ia tidak ingin menikah lagi karena baginya hanya ada satu suami sampai bertemu di surga nanti.
Ia dengan jungkir balik untuk membesarkan kelima anaknya atau dengan istilahnya “Sikil dienggo endas lan endas dienggo sikil” / kaki dipakai untuk kepala dan kepala dipakai untuk kaki karena jamannya adalah jaman susah.
Sepatu Tuhan, yakni doa dan iman, memampukannya mengabdikan hidupnya sedemikan besar.
Yang membuatnya sehat di masa tuanya adalah melihat anak-anak dan cucu-cucunya tidak meninggalkan iman mereka akan Tuhan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat.
Suatu pesan yang ingin diresapi dalam goresan pena ini adalah ketika situasi yang sulit menggoda kita untuk putus asa, ingatlah bahwa Tuhan memberikan kepada Nabi Nuh kesanggupan luar biasa untuk membangun sebuah kapal yang sangat besar sebelum bumi beserta isinya dihancurkanNya.
Tuhan menolongnya sehingga ia mampu menyelamatkan keluarganya, binatang-binatang piaraan, dan dirinya sendiri.
Karena itu, di dalam Tuhan senantiasa ada jalan keselamatan sehingga kita dapat senantiasa berdoa kepadanya : “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa” (Mazmur 23:6).
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC