Pendahuluan

Saat saya tinggal di Amerika, saya sering mengagumi pemandangan alamnya. Namun yang paling membekas di hati adalah pemandangan yang begitu berbeda pada pergantian musim. Pada waktu saya masih tinggal di Indonesia, saya masih belum dapat membayangkan seperti apakah kehidupan empat musim. Pergantian musim senantiasa membawa suatu nuansa hati yang berbeda.

Pertama kali saya datang ke Amerika untuk kuliah adalah bulan Juli. Saat itu adalah pertengahan musim panas. Saya menikmati udara yang bersih, langit biru, dan juga cuaca yang hampir sama dengan di Indonesia. Di musim summer inilah, anak-anak sekolah juga mendapatkan libur panjang selama hampir tiga bulan, sehingga mereka dapat bersantai dengan anggota keluarganya. Musim ini, begitu banyak kegiatan outdoor yang dilakukan baik oleh anak-anak sampai yang lanjut usia, seperti: berkebun, menghias taman dengan bermacam bunga, barbeque, santai di taman, main bola, berenang, dll. Namun, di musim panas, temperaturnya kadang begitu menyengat, sampai 35 derajat celsius, yang membuat baju basah karena keringat.

fall Namun musim panas akan berganti dengan musim gugur di bulan September. Pohon-pohon yang indah, dengan bunga yang berwarna-warni akan pudar. Daun-daun akan rontok satu persatu karena tiupan angin yang kencang dan hawa yang mulai dingin yang kadang dapat mencapai 4 derajat Celsius. Orang-orang mulai membatasi kegiatan luar, dan keluar dengan jaket. Namun ada suatu keindahan tersendiri di musim ini, daun-daun yang berwarna hijau, berubah warna menjadi kuning, oranye, dan kadang merah menyolok, sungguh suatu pemandangan yang begitu indah. Namun, daun-daun yang berwarna-warni pada akhirnya akan gugur semuanya, dan berganti dengan musim dingin.

winter Musim dingin yang dimulai bulan Desember, menjadi saat-saat yang mungkin paling tidak disukai oleh orang Indonesia, karena temperaturnya di tempat saya tinggal dapat mencapai -25 derajat celsius. Ya, itu bukan salah ketik, namun memang minus 25, yang nota bene jauh lebih dingin daripada masuk ke lemari es. Dan kemudian, salju, yang seperti kapas, akan turun menutupi segalanya. Namun, anak-anak dengan tertawa-tawa akan keluar, dilengkapi dengan jaket, penutup kepala, kaus tangan, sepatu boot, dan bermain dengan salju. Mereka membuat boneka salju, saling melempar salju, atau tiduran di salju dll. Pohon pinus yang masih berwarna hijau akan dihiasi dengan salju-salju, seperti yang kita lihat di hiasan pohon natal.

spring Namun, setelah tiga bulan hidup dalam temperatur rata-rata -10 derajat celsius, maka musim dingin inipun akan berlalu. Dan di bulan Maret, mulailah masuk musim semi. Inilah musim yang paling saya nantikan, karena tunas-tunas mulai muncul satu persatu. Setiap minggu, terlihat perkembangan tunas yang membesar, sampai akhirnya mulai terlihat bunga-bunga yang berwarna-warni. Pohon yang tidak berdaun, menjadi penuh dengan daun yang hijau.
Selamat datang kehidupan.

Semua ada waktunya

Saat tinggal di Amerika inilah, di negara empat musim, saya menjadi lebih mengerti akan apa yang dikatakan dalam kitab Pengkotbah “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pengkotbah 3:1). Dari gambaran di atas, kita melihat bahwa ada waktu musim panas, kemudian berganti dengan musim gugur, musim dingin, musim semi, dan kembali lagi ke musim panas. Semuanya ada waktunya.

Kalau kita merenungkan, bukankah semua ini sama seperti yang terjadi di dalam kehidupan kita? Ada saat dimana kita mengalami musim semi dan panas, saat saat-dimana semuanya terlihat begitu baik, rejeki berlimpah, teman senantiasa ada di dekat kita, tumbuh di dalam komunitas. Namun musim panas berganti menjadi musim gugur, saat-saat ketika usaha kita berguguran satu-persatu dan tertiup angin. Saat dimana apa yang kita perjuangkan terlihat gagal. Dan akhirnya musim gugur berganti menjadi musim dingin, saat-saat yang begitu sulit dalam hidup kita, saat dimana badai menerpa kehidupan kita, mungkin badai perkawinan, tidak lulus dalam ujian akhir, kecelakaan yang dialami, vonis dari dokter akan penyakit yang berbahaya, usaha yang bangkrut, uang yang amblas karena tertipu rekan bisnis, saham-saham yang berjatuhan, anak yang terlahir cacat, dan hal-hal lain yang tidak terduga. Dalam saat-saat sulit seperti ini, apakah yang harus kita lakukan? Apakah kita harus terbenam dalam kesedihan yang berkepanjangan?

Apa yang harus kita lakukan ketika badai menerpa kehidupan?

Yang pertama harus kita lakukan adalah merendahkan diri di hadapan Tuhan, dalam doa dan sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Kita ingin meniru para murid yang diterpa badai, untuk datang lebih dekat kepada Yesus (Luk 8:22-25). Apapun yang terjadi dalam kehidupan, janganlah pernah terlepas dari Yesus, karena Yesus adalah pegangan satu-satunya yang dapat menyelamatkan. Mohonlah ampun kepada Yesus, kalau kesulitan yang dialami adalah akibat dari kesalahan atau dosa yang kita lakukan. Dan bergegaslah untuk pergi ke Sakramen Pengampunan Dosa untuk mendapatkan pengampunan dan kekuatan. Kalau badai tersebut datang bukan karena dosa kita, maka kita perlu terus merendahkan diri di hadapan Yesus dan terus berpegang kepada-Nya.

Hal yang lain adalah, setiap kesulitan, penderitaan, badai, hanyalah bersifat sementara, sama seperti musim gugur dan musim dingin hanya bersifat sementara. Namun kuncinya adalah, kita harus menghadapinya bersama dengan Yesus. Sama seperti taufan yang menerpa perahu para murid, maka Yesus sendiri yang akan meredakan taufan yang dashyat menjadi tenang. Dan bersama dengan Yesus yang sama, kita juga mempunyai pengharapan yang sama, bahwa Dia akan membantu kita melewati badai kehidupan kita. Kesulitan yang kita alami bukanlah akhir dari segalanya, karena ada saatnya kesulitan akan berubah menjadi kebahagiaan, sama seperti musim dingin berganti menjadi musim semi.

Kesadaran bahwa semuanya bersifat sementara dapat membuat kita menghadapi segalanya dengan lebih positif. Namun, lebih lagi kalau kita mempunyai kebijaksanaan untuk melihat lebih jauh lagi, bahwa semua yang ada di dunia ini adalah bersifat sementara. Bagi orang Kristen, dunia ini bukanlah rumah kediaman kita yang tetap, namun merupakan kediaman sementara, dimana kita semua menuju kepada kediaman rumah kita yang abadi, di rumah Bapa di surga. Rasul Paulus mengatakan bahwa jika kemah kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga buat kita, suatu tempat kediaman yang kekal (2 Kor 5:1-4). Itulah sebabnya mazmur mengatakan “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Maz 90:12). Dengan berfokus pada tujuan akhir, maka kita tidak akan kehilangan arah.

Dengan berfokus pada tujuan akhir yang tak terlihat dengan mata biasa, namun dengan kacamata iman, maka kita akan mempunyai pengharapan yang teguh. Pengharapan inilah yang akan membantu kita untuk terus berjalan menghadapi kesulitan dengan kepala yang tegak. Inilah pengharapan sejati yang tidak gampang hilang dengan tiupan badai, maupun goncangan besar sekalipun.

Ingatlah bahwa semua ada waktunya ……

Marilah kita berdoa.

Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus,
Yesus, sadarkanlah aku, bahwa semua yang di dunia ini bersifat sementara. Ajarilah aku untuk menjalani kehidupan dengan iman dan pengharapan yang teguh. Saat kegembiraan datang, jangan biarkan aku lupa diri, namun ingatkanlah aku bahwa semua berkat dan suka cita adalah pemberianMu. Saat kesusahan datang, biarlah aku menghadapinya dengan kekuatan yang berasal dariMu, dan ingatkan aku bahwa Engkau mengizinkan itu terjadi agar aku dapat belajar lebih bertumbuh di dalam iman dan agar aku beroleh hati yang bijaksana: yaitu untuk semakin menyadari bahwa Engkaulah yang terutama dalam hidupku. Ingatkanlah aku ya Tuhan, bahwa kesusahan dan penderitaan yang aku alami dapat membawaku ke dalam Kerajaan Surga, asalkan aku menghadapinya bersama Engkau. Dalam nama Yesus, aku naikkan doa ini. Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus.

13 COMMENTS

  1. sudah banyak renungan sejenis ini yg aq dengar/baca,tp slalu saja aq tdk mngerti rncana Tuhan padaku..
    mungkin benar Tuhan mmberi ujian spy qt lbh kuat tp qt kdg mrasa tdk adil atau sgt lemah untuk brtahan…
    mohon dukungan doanya utk pergumulan hidup saya trutama untuk studi saya yg kdg buat saya terombang-ambing dlm usaha dan doa…

    • Shalom Hasudungan,

      Terima kasih atas sharingnya. Memang pada waktu kita sedang berada di dalam badai kehidupan, maka kita dapat mengalami keraguan. Namun, pengharapan di dalam Kristus tidak pernah mengecewakan. Kita tahu bahwa semua penderitaan di dunia ini bersifat sementara. Mungkin penderitaan tersebut tidak dapat di atasi di dunia ini, namun akan tiba waktunya bagi orang-orang yang senantiasa berharap kepada Kristus, akan mengalami kebahagiaan abadi selamanya di Sorga. Rasul Paulus mengatakan "17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."(Rm 8:17). Harapan bahwa Tuhan adalah maha adil membuat kita terus menaruh pengharapan di dalam Kristus.

      Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa keadilan Tuhan yang akan dinyatakan secara penuh pada saat pengadilan terakhir memberikan harapan bagi seluruh umat manusia. Mari kita bersama-sama berharap kepada Tuhan dengan memegang kata-kata dari rasul Paulus "3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."(Rm 5:3-5).

      Hasudungan juga dapat mengisi permohonan doa di katolisitas.org (silakan klik), sehinggga Romo Kris dan timnya dapat mendoakan.

      Mari kita terus berharap kepada Tuhan dan tetap berpegang pada Tuhan dalam setiap badai kehidupan yang kita alami. Doa kami menyertai.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  2. [quote] setiap kesulitan, penderitaan, badai, hanyalah bersifat sementara, sama seperti musim gugur dan musim dingin hanya bersifat sementara. Namun kuncinya adalah, kita harus menghadapinya bersama dengan Yesus. Sama seperti taufan yang menerpa perahu para murid, maka Yesus sendiri yang akan meredakan taufan yang dashyat menjadi tenang. iDan bersama dengan Yesus yang sama, kita juga mempunyai pengharapan yang sama, bahwa Dia akan membantu kita melewati badai kehidupan kita. [unquote]

    mohon diperjelas
    jika semua adalah sementara – artinya itu akan lewat entah dihadapi bersama dengan Yesus ataupun tidak
    atau apakah kebersamaan dengan Yesus akan mempercepat [quote] meredakan taufan yang dashyat menjadi tenang.[unquote] atau [quote] Dia akan membantu kita melewati badai kehidupan kita [unquote] meski durasi badai tetap akan sama

    maaf kalau saya terlalu harafiah, namun saya melihat ada ketidak jelasan (at least bagi saya) dalam statemen anda

    mohon koreksi/nasehat

    • Shalom Skywalker,

      Terima kasih atas tanggapannya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Skywalker, bahwa semua yang ada di dunia ini bersifat sementara dan pasti akan berlalu. Namun inti dari permasalahannya adalah "Apakah tujuannya dan cara untuk mencapai tujuan tersebut"? Kalau mau dicermati, semua orang mempunyai permasalahan masing-masing, dan cara penyelesaian adalah tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Kalau tujuan seseorang adalah untuk bersatu dengan Tuhan, maka dia akan memakai cara untuk mencapai tujuan ini. Sebagai orang Kristen, maka cara yang dipakai untuk menghadapi percobaan dan tetap maju untuk mencapai tujuan akhir adalah memikul salib bersama Kristus. Mungkin masalah yang dihadapi seseorang (misal: kemiskinan) masih ada, namun dengan menghadapi permasalahan bersama Kristus, maka orang tersebut dikuatkan dan tetap mempunyai sukacita. Jadi ketenangan badai taufan dapat diartikan sebagai ketenangan menghadapi badai kehidupan yang memang tidak pernah selesai sampai kita menghadap Tuhan. Dan ketenangan ini bersumber pada iman dan pengharapan, dan kasih kepada Kristus, karena pengharapan di dalam Kristus tidak pernah mengecewakan.

      Semoga dapat memperjelas.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  3. pak Stef atau Ibu ingrid, mau tanya saja , saya sering diberi mimpi, yang jika mimpi nitu terus teringat , biasanyanya itu terjadi tidak hanya yang berhubungan dengan saya saja, tetapi juga orang lain,
    sementara saya pernah baca di alkitab bahwa kita tidak boleh perrcaya mimpi2, kadang kala saya jadi bingung juga

    • Shalom Katrin,

      Di dalam Alkitab memang terdapat banyak contoh tentang mimpi, baik yang berasal dari Tuhan, ataupun yang bukan dari Tuhan:
      A. Mimpi yang dari Tuhan
      Memang adakalanya Allah berbicara lewat mimpi, seperti pada Bil 12:6, Ayb 33:14, demikian pula pada mimpi Yakub (Kej 28:12, 31:10), Salomo (1Rj 3:5-15), Daniel (Dan 7:1), Yusuf (Mat 1:20; 3:13), St. Paulus (Kis 23:11; 27:23). Melihat contoh ini, memang dapat saja Allah yang Maha Kuasa dan mengatasi segalanya, memakai mimpi untuk berkomunikasi dengan manusia.
      Namun, perlu disadari bahwa mimpi yang tertulis dalam Alkitab dialami tanpa dicari/ diharapkan oleh pemimpinya. Seringkali malah tidak diharapkan, seperti mimpi Yakub di Bethel (Gen 28:12-19) dan Salomo di Gabaon (1Rj 3:5-15). Selanjutnya di banyak contoh juga,  mimpi ini biasanya diartikan/ diinterpretasikan oleh mereka yang lebih religius. Contohnya,   mimpi sesama rekan yang sepenjara (juru minuman dan juru roti) diartikan oleh Yusuf (Kej 40), mimpi raja Nebukadnezzar diinterpretasi-kan oleh Daniel (Dan 2). Mereka (Yusuf dan Daniel) mendapat penerangan langsung dari Allah untuk menginterpretasikan mimpi tersebut, sehingga berbeda dengan para ahli nujum yang menginterpretasikan mimpi berdasarkan kemampuan mereka sendiri sebagai ‘seni’ meramal.
      B. Mimpi dari diri manusia sendiri atau dari Iblis
      Karena mimpi dapat juga berasal dari diri manusia sendiri atau bahkan dari Iblis, maka Allah melarang manusia untuk menyelidiki mimpi-mimpi (Im 19:26) Ul 18:10). Maka para nabi sejak abad ke- 8 memperingatkan umat agar tidak mendengarkan mimpi-mimpi yang dimimpikan oleh para nabi-nabi palsu (Yer 29:8, Yer 23:32, Zak 10:2). Atau, pada kitab Sirakh, "Mimpi sudah menyesatkan banyak orang, yang percaya kepadanya tergelincuh karenanya." (Sir 34:7).

      Para Bapa Gereja mengakui bahwa mimpi-mimpi tertentu bisa saja berasal dari Allah, berdasarkan dari apa yang tertulis di Alkitab. Namun mereka juga menekankan bahwa interpretasi dari mimpi supernatural ini juga merupakan milik Allah yang memberikan mimpi, sehingga Ia sendiri harus menyatakan artinya kepada pemimpi-nya ataupun kepada sang interpreter yang diberi kuasa. Kuasa Ilahi (divine intervention) di dalam mimpi merupakan sesuatu yang sangat langka, sebaliknya mimpi biasa merupakan sesuatu yang sangat umum terjadi. Maka secara umum para Bapa Gereja mengulangi larangan menyelidiki mimpi dan secara khusus kecenderungan tahyul yang menganggap mimpi sebagai tanda.  Sikap ini diajarkan oleh St. Cyril dari Yerusalem, St. Gregorius dari Nyssa, and St. Gregorius Agung.

      St. Thomas dalam ST II-II, q. 95, a. 6, menjawab soal mimpi ini, dengan mengatakan bahwa penting sekali diketahui apa yang menjadi sebab mimpi tersebut… karena mimpi datap disebabkan oleh sesuatu yang ada di dalam (internal) maupun di luar (eksternal). Dua sebab internal adalah:1)  imaginasi/ fantasi yang ada pada orang yang mimpi, dan imaginasi itu tetap ada di saat ia tidak tidur. 2) sebab lain yang terdapat di dalam tubuh, disposisi tubuh yang bisa mempengaruhi fantasi. Nah, kedua dari sebab di atas tidak mempengaruhi kejadian-kejadian yang akan datang. Namun mimpi juga bisa disebabkan oleh 2 sebab eksternal :1) kondisi sekitar/ sebab eksternal lain yang bekerja dalam imajinasi pemimpi, atau 2) yang disebabkan oleh Tuhan secara langsung, atau secara tidak langsung, disebabkan oleh malaikat, atau Iblis.
      Dengan membedakan sebab-sebab ini, maka bisa diketahui apakah mimpi itu dapat berarti positif atau negatif.

      Silakan Katrin merenungkan apakah kiranya sebab dari mimpi yang sering anda alami. Dan jangan lupa, berakarlah di dalam Tuhan, melalui doa, firman, dan sakramen. Karena, kalau anda hidup melekat pada Tuhan, maka anda dapat membedakan mana mimpi yang dari Tuhan, mana yang bukan. Ajaran agar kita tidak terlalu percaya pada mimpi-mimpi adalah sangat berguna, sebab jika kita cenderung percaya pada mimpi, maka kita dapat terjerumus rasa takut dan was-was, atau jika mimpi sering benar terjadi, maka kita bisa juga menjadi sombong. Jika ini kejadiannya, maka perlu dipertanyakan kembali, karena segala sesuatu yang dari Tuhan harusnya malah menjadikan kita rendah hati dan semakin bergantung kepada Allah.  Maka ini adalah permenungan bagi Katrin, karena kita mengingat perkataan Yesus, bahwa pada akhirnya, untuk menilai apakah pohon itu baik, kita melihat pada buah-buahnya (lihat Mat 12:33). Buah Roh yang dari Tuhan adalah: kasih sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23). Apakah mimpi/ mengartikan mimpi ini merupakan pemberian dari Tuhan? Silakan dicek dengan prinsip tersebut.

      Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
      Ingrid Listiati

  4. Salah seorang teman bertanya kepada saya, apakah seorang wanita Katolik yang sudah menikah dengan pemberkatan boleh meminjamkan rahimnya untuk mengandung janin adiknya yang juga seorang wanita Katolik yang sudah menikah dengan pemberkatan, karena adiknya itu menderita kelainan rahim yang membuatnya tidak bisa mengandung sekalipun dirinya tetap subur/fertile (karena sel telur tetap dihasilkan dari indung telurnya yang sehat). Saya menjawabnya secara logika, gereja tentunya melarang pemanfaatan organ tubuh di luar kodrat penciptaan manusia seperti rahim yang tentunya dimaksudkan untuk tujuan prokreasi bagi diri sang pemilik rahim. Tetapi saya tidak yakin apakah ada ajaran gereja Katolik yang melarang perbuatan ini. Karena itu, saya mohon agar Pak Stef atau Bu Ingrid dapat memberikan pencerahan tentang pemanfaatan organ tubuh untuk tujuan menolong sesama di luar transplantasi organ yang sudah diterima oleh ajaran Gereja Katolik.

    • Shalom Andry,
      Berikut ini adalah pernyataan dari Vatikan bahwa praktek surrogate motherhood yaitu ‘pemijaman rahim’ merupakan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran moral Gereja Katolik. Selengkapnya, silakan di klik di link ini (The Vatican on Birth Science Text of Vatican’s Doctrinal Statement on Human Reproduction; Part II: Interventions upon Human Procreation, lihat hal. 2, no. 3), dikatakan demikian:
      Is ”surrogate” * motherhood morally licit?
      No, ….. for it is contrary to the unity of marriage and to the dignity of the procreation of the human person. Surrogate motherhood represents an objective failure to meet the obligations of maternal love, of conjugal fidelity and of responsible motherhood; it offends the dignity and the right of the child to be conceived, carried in the womb, brought into the world and brought up by his own parents; it sets up, to the detriment of families, a division between the physical, psychological and moral elements which constitute those families.

      Kita ketahui prinsip dari ‘surrogate motherhood’ adalah ‘meminjam rahim seseorang untuk mengandung bayi anda’ (biasanya jika anda merupakan pasangan yang tak dapat mengandung).

      Saya menerjemahkannya sebagai berikut:
      Apakah ‘surrogate motherhood’ [peminjaman rahim] secara moral dapat dibenarkan?
      Tidak ….. sebab hal itu bertentangan dengan [prinsip] kesatuan dalam perkawinan dan martabat ‘procreation’ dari seorang manusia. Surrogate motherhood merupakan kegagalan obyektif untuk memenuhi kewajiban kasih seorang ibu, kesetiaan dalam perkawinan dan [prinsip] keibuan yang bertanggungjawab; hal itu melanggar martabat dan hak seorang anak untuk dikandung, dibawa di dalam rahim, dibawa ke dalam dunia oleh orang tuanya sendiri; hal itu mengarah pada kerugian/ kerusakan pada keluarga, perpecahan dalam hal fisik, psikologi dan elemen moral yang terdapat di dalam keluarga-keluarga [yang bersangkutan] tersebut.

      Prinsip ‘union dan procreation’ dalam perkawinan Katolik merupakan prinsip dasar yang memang tidak bisa ditawar-tawar, karena keagungan maknanya yang menjadi gambaran akan kasih Allah kepada umat-Nya, dan kasih Kristus kepada Gereja-Nya. Kedua prinsip ini sangat ditekankan dalam pengajaran tentang Perkawinan, seperti yang tertulis dalam Humanae Vitae 12, KGK 1643-1647, 1652.

      Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai kasus yang Andri tanyakan. Ya, jawaban Andry terhadap keluarga yang bersangkutan sudah benar, bahwa Gereja Katolik tidak membenarkan surrogate motherhood, walaupun keluarga yang bersangkutan berhubungan dekat, dengan maksud menolong. Sebab secara moral prinsip makna perkawinan (union dan procreation) tidak dipenuhi dengan wajar pada pasangan yang tak dapat mengandung anak tersebut (dengan melibatkan pihak ketiga); dan juga hal itu tidak memperhatikan hak anak untuk sepenuhnya dikandung oleh ibunya sendiri, dst, sesuai dengan yang disebutkan di atas.

      Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
      Ingrid Listiati

  5. Terima kasih banyak untuk artikel ini. Jujur saja, saya baru mengenal website katolik ini hari ini tanggal 1 Dec 2008. Tanpa sengaja saya membaca sebuah artikel tentang Thank Jesus I am Home dari kiriman seorang teman hari ini dan saya melihat ada website katolik ini dan saya baru mengunjunginya hari ini.
    Thanks Guys for all your info yang sangat bermanfaat untuk saya. Paling tidak mulai hari ini saya tidak hanya mengunjungi detik hot or kompas tapi saya juga akam mampir ke website katolik ini.

  6. suatu waktu kelak lahir anak manusia dari kloning, katakanlah ‘manusia dolly’, apakah sudah kita renungkan?, apakah ini suatu mukjizat?, jadi, siapakah dia gerangan?

    • Shalom Elfizon,
      Terimakasih atas pertanyaannya. Memang "human cloning" adalah suatu hal yang begitu kontroversial. Gereja Katolik secara tegas menolak adanya human cloning ini, dengan alasan manusia bukanlah suatu barang yang dapat diperjualbelikan, namun mempunyai harkat yang begitu tinggi, sebagai mahluk yang menjadi gambaran Allah.

      1) Dalam human cloning, maka diperlukan begitu banyak sel telur manusia atau "human eggs/ oocytes". Dengan human cloning maka wanita hanya dipandang sebagai tempat penyimpanan sel telur. Namun harkat wanita adalah lebih dari itu.

      2) Saya sendiri tidak dapat membayangkan apa yang terjadi kalau ternyata para ilmuwan ada yang benar-benar meneruskan riset ini. Kalau ditelusuri, human cloning tidaklah menjadikan manusia lebih baik dan alasan paling utama adalah uang dan ketamakan. Kalau memang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, maka Gereja Katolik menyetujui akan adanya "adult stem cell research" yang dipandang secara ilmiah lebih menjanjikan dan secara moral dapat dipertanggungjawabkan.

      3) Bagaimana jika ternyata ada human cloning? Saya berharap tidak ada (God forbid). Kalau misalkan ada, menurut saya pribadi, maka manusia yang dihasilkan, selama dia mempunyai akal budi (intellect) dan keinginan (will) seperti manusia yang normal, yang berarti dia mempunyai keinginan bebas (free will), maka dia mempunyai harkat yang sama dengan manusia lain. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan, sama seperti manusia yang lain. Tubuhnya mungkin hasil cloning, namun jiwanya hanya dapat diberikan oleh Tuhan sendiri, karena jiwa adalah bersifat kekal.

      4) Saya sendiri kadang tidak habis pikir, mengapa manusia menggunakan uang, talenta, dan waktu untuk membuat riset hal-hal seperti ini. Kalau saja uang dan talenta untuk riset hal ini dan juga termasuk alat-alat perang, dipergunakan untuk membantu orang-orang miskin di dunia ini, maka tidak ada kemiskinan lagi di dunia ini.

      5) Vatican, melalui Archbishop Migliore pernah memberikan pidato di PBB, tanggal 30 September, 2003 yang intinya menginginkan agar proyek human cloning, embryonic stem cells dilarang secara total di seluruh dunia.

      Demikian jawaban singkat yang dapat saya berikan. Maaf, saya tidak terlalu mendalami tentang human cloning ini. Saya perlu riset lagi untuk mendalami issue ini. Mudah-mudahan saja, suatu saat saya akan mencoba membuat artikel tentang hal ini, ditinjau dari sisi teologi dan juga dampaknya dalam kehidupan moral.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan
      stef – http://www.katolisits.org

  7. Sulitnya jika ‘sesuatu’ sudah terlambat disadari entah itu hal baik bagi diri sendiri atau hal tidak baik bagi orang lain. kembali kita pada pilihan kosekwensi. walau pintu pertobatan masih dibuka tetapi sisa – sisa dari ‘sesuatu’ yang terlambat membuat kita menerima kenyataan hidup.
    sisanya tinggal merenungkan: Andai segala sesuatu belum terlambat atau menerima keadaan sekarang dan menjalani hari esok yang lebih baik.
    salam

    • Shalom Ali,

      Terimakasih atas sharingnya. Dalam hidup ini, ada banyak kesalahan yang mungkin telah kita lakukan yang membawa penyesalan. Namun justru dari kesalahan-kesalahan tersebut kita belajar kehidupan dan terutama bagaimana untuk lebih mengasihi Tuhan dan sesama kita. Sebagai orang Katolik kita percaya bahwa tidak ada kesalahan yang terlalu besar untuk diampuni oleh Tuhan, karena kasih Tuhan jauh lebih besar daripada dosa kita. Setelah kita melalukan kesalahan, kita dihadapkan untuk mencontoh Petrus atau Yudas Iskariot. Petrus menyangkal Yesus tiga kali, namun mendapat pengampunan dari Yesus dan menjadi Paus yang pertama, yang menyebarkan kabar gembira tanpa takut. Di satu sisi yang lain, Yudas menghianati Yesus, menyesal, namun putus asa dan membawa kepada tindakan bunuh diri.

      Mari kita bersama-sama berjuang untuk hidup kudus, dengan mempunyai pengharapan yang datang dari Yesus. Karena pada saatnya nanti, kalau kita terus bertekun dalam iman dan kasih (walaupun kita menghadapi banyak percobaan, penderitaan, di dunia ini), kita akan mendapatkan kebahagiaan di surga, tempat kediamanan kita untuk selamanya.
      Semua ada waktunya, namun pada waktu kita mencapai surga, tujuan kita terakhir, semuanya bersifat selamanya….

      Salam kasih dari https://katolisitas.org
      stef

Comments are closed.