Seorang ibu datang kepadaku setelah acara Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik Filadelfia di Kuningan – Jakarta, tanggal 03 April 2014. Wajahnya memancarkan sukacita sehingga tidak ada yang tahu bahwa ia mengidap penyakit kanker stadium final kalau ia tidak menceriterakannya. Sukacita dalam jiwanya membuatnya jauh lebih muda dari usia sebenarnya. Satu pertanyaan yang muncul dari benak adalah mengapa hidupnya tetap bergembira dengan kanker yang ada dalam tubuhnya. Ia rupanya tahu pertanyaan dalam hatiku sehingga ia menerangkan mengapa ia harus senantiasa ceria dalam keadaan sakit: “Aku harus tetap terlihat cantik dan tetap tersenyum demi menjadi motivasi temanku sejak berseragam baju putih abu. Temanku ini menderita penyakit yang sama dengan diriku. Ia belum menerima kenyataan bahwa kanker menderanya. Setiap saat ia bertanya sebagai ungkapan keluhannya ‘mengapa kanker ini datang kepadaku’. Kanker itu telah membuatnya merasa hidupnya tak berarti lagi. Kanker itu telah membunuh semangatnya. Semoga, semangat hidupku dan doaku bisa menjadi penghiburan baginya sehingga semangat hidupnya dapat bangkit kembali. Aku yakin bahwa ia akhirnya akan menjadi pemenang dalam pertempuran melawan kanker ini”.
Tuhan memberikan anugerah kepadanya, yaitu ‘hilangnya rasa sakit’ ketika ia tidak memikirkan penyakit dirinya, tetapi bagaimana meneguhkan sesamanya yang menderita. Sukacita yang dibangunnya demi sesamanya telah menghilangkan rasa takut terhadap penyakit kanker yang dideranya. Hilangnya rasa takut dengan sendirinya melenyapkan rasa sakitnya. Ia sambil mencium salib berdoa: “Terimakasih Tuhan, engkau telah mengambil penderitaanku”.
Beberapa hari yang lalu, ibu itu mengirimkan SMS kepadaku: “Romo, semangat hidup kawankan telah dipulihkan. Sekarang giliranku untuk mengurus penyakitku. Aku siap untuk menjalani kemoterapi. Doakan aku ya Mo…”. Dalam percakapan selanjutnya, imannya nampak sangat kuat dalam menghadapi berbagai tindakan medis. Aku merumuskan ungkapan imannya dalam sebuah puisi:
Aku harus terus melaju
Di saat badai ujian menerpa tubuhku yang rapuh.
Hatiku tak akan mudah hancur karena Tuhan senantiasa di sisiku.
Aku memang kadang merasa lelah.
Akan tetapi, semangat Tuhan dalam jiwaku meruntuhkannya.
Dengan berserah kepada Tuhan, kakiku terus melangkah.
Melangkah dengan penuh semangat.
Tanpa mudah lemas, apalagi memelas.
Aku yakin bahwa aku akan menjadi pemenang
karena aku tak bosan mengarahkan hati kepadaNya, Sang Sumber Kekuatan.
Pengalaman indah ini menjadi pembelajaran bagi kita. Jangan pernah menyerah ketika penderitaan datang, tetapi berserahlah kepada Tuhan. Lakukanlah apa yang berguna, maka kita akan menaklukkan penderitaan. Semangat juang dalam penderitaan menjadi pewartaan yang handal bagi orang yang terpuruk karena persoalan. Akhirnya akan lahir keyakinan: “Tuhan akan menambah kesabaran ketika doa kita belum dikabulkan. Dia akan menambah iman jika permohonan kita telah menjadi kenyataan”. Sabda Tuhan menjadi penghiburan bagi kita: “Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu” (Mazmur 91:7, 9)
Tuhan Memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC