Pertanyaan:
Shalom Tim Katolisitas,
Bu Inggrid, terima kasih atas penjelasannya untuk persoalan tentang retret Penyembuhan Luka Batin.
Saya punya satu pertanyaan lagi iaitu fenomena Rebah di dalam Roh ( Slain in the Spirit ) yang seringkali dijumpai dalam persekutuan doa Karismatik. Saya ingin tanyakan, apakah sebagai warga Katolik, apakah rebah dalam Roh ini juga ada asasnya menurut Alkitab dan juga tulisan para Bapa Gereja?
Apakah sebenarnya yang di artikan dengan rebah di dalam Roh? Apakah ia benar benar sesuatu yg diterima oleh gereja sebagai bahagian daripada pekerjaan Rohkudus? Apakah ada dalam sejarah para kudus yang mengalami atau terlibat dalam rebah dalam Roh ini? Ataukah ini hanya baru berlaku dalam kebangkitan aliran Karismatik atau bagaimana? Terus saya ingin pertanyakan juga bagaimana pula dengan tertawa dalam Roh ( Holy Laughter ) yang terkadang menjadi sangat kontroversial dalam aliran pantekosta ( kerana ada yang menolak keras namun tidak kurang yang sangat mendukung ) fenomena ini?
Maaf kalau soalan ini agak panjang, namun saya mohon agar tim bisa memberikan pencerahan dalam hal ini
Sekian, terima kasih.
Lynn Miriam
Jawaban:
Shalom Linda Miriam,
1. Tentang Rebah di dalam Roh (Slain in the Spirit)
Fenomena ini memang sering dipertanyakan, karena memang nampak seolah- olah dibuat- buat. Namun sesungguhnya, bagi yang sungguh- sungguh mengalaminya, hal ini sungguh terjadi, dan memang ada. Mereka mengalami kehadiran Allah sedemikian, sehingga mereka tak sanggup lagi tegak berdiri. Ini dapat terjadi seketika, ataupun perlahan, dan sesudahnya umumnya diikuti oleh perasaan damai yang melimpah di hati.
Beberapa ayat Kitab Suci menyatakan bahwa hadirat Allah mengakibatkan seseorang tidak mampu lagi berdiri:
1. Imam- imam tidak tahan berdiri dalam hadirat Allah: “…sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” (2 Taw 5:14)
2. Yudas dan para pengikutnya rebah ke tanah ketika Yesus mengatakan bahwa Ia-lah yang mereka cari: Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. (Yoh 18:6)
3. Para murid rebah ke tanah saat Yesus dimuliakan di atas gunung dalam hadirat Allah: Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!” (Mat 17:5-7)
4. Saulus rebah ke tanah ketika Kristus menyatakan diri-Nya dalam perjalanannya ke Damsyik: Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4)
5. Rasul Yohanes rebah ke tanah saat melihat Yesus: Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir…”
Maka hal rebah ke tanah di dalam hadirat Tuhan, sesungguhnya memang dapat terjadi dan tertulis di dalam Kitab Suci. Jika kita percaya akan kuasa Allah, maka sesungguhnya hal ini tidaklah mengherankan. Dan jika kita percaya akan kebijaksanaan Allah, kita juga selayaknya menerima, bahwa Ia dapat saja menunjukkan kuasa-Nya kepada seseorang, menurut kehendak-Nya dan menurut cara-Nya yang dipandangnya baik untuk pertumbuhan iman orang itu. Dan inilah nampaknya yang terjadi pada sejumlah orang yang mengalami rebah di dalam Roh, dalam persekutuan doa Karismatik Katolik. Umumnya mereka yang sungguh mengalaminya (tidak dibuat sendiri), kemudian mengalami perubahan di dalam hidup, karena pertobatan sejati kepada Allah.
2. Tentang tertawa dalam Roh (‘holy laughter’)?
Tentang hal ini, sebaiknya kita berpegang pada prinsip bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah yang dalam karya-Nya selalu menyatakan buahnya, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5: 22-23). Maka jika seseorang bersukacita di dalam Roh Kudus, tentu itu wajar, sebab Allah dapat memberikan sukacita dan damai sejahtera kepada orang itu. Namun jika ia lalu tertawa sampai tidak terkendali, sehingga tidak lagi menyerupai tawa manusia, maka ini sesungguhnya patut dipertanyakan; sebab tawa sedemikian sudah tidak lagi menunjukkan buah Roh Kudus yang membuktikan bahwa hal itu berasal dari Allah.
Jadi nampaknya di sini, pengendalian diri merupakan kuncinya. Sebab Roh Kudus tidak akan memberikan karunia-Nya hingga orang yang menerimanya tidak lagi dapat mengendalikan dirinya dan berlaku seolah menjadi ‘liar’. Jangan lupa, salah satu buah Roh Kudus adalah kelemahlembutan, dan walaupun Allah sungguh berkuasa, Ia tidak akan meniadakan buah yang satu ini. Marilah kita menyikapi segala manifestasi Roh Kudus ini dengan berpegang kepada firman Allah sendiri: baik atau tidaknya pohon terlihat dari buahnya (lih. Mat 12:33; Luk 6:44). Jika seseorang mengatakan bahwa ia sungguh dijamah oleh Allah dalam suatu pengalaman rohani, seharusnya kita dapat melihat dalam diri orang itu, pertobatan sejati yang menunjukkan buah- buah Roh Kudus. Jika tidak demikian, maka belum tentu pengalaman rohani itu berasal dari Tuhan.
Pada akhirnya bukan pengalaman rohani yang ekspresif/ yang terlihat dari luar, yang terpenting; namun sejauh mana kita dapat mengalami perubahan yang mendasar di dalam hati kita, yang mengubah kita untuk menjadi lebih baik. Maka apakah seseorang pernah ‘rebah di dalam Roh’ atau belum, tidak menjadi tolok ukur apakah ia telah diubah oleh Allah atau belum. Allah dapat memberikan pengalaman rohani yang berbeda- beda kepada setiap orang, namun yang terpenting adalah kesediaan kita untuk selalu dibentuk dan dibimbing oleh-Nya, bahkan melalui kejadian- kejadian sederhana yang kita alami sehari- hari.
Demikian, semoga ulasan di atas menjawab pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Tertawa dalam Roh Kudus
Bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus.
Lukas 10 : 21
Paraameter bergembira adalah tersenyum, semangat, dan tertawa
Apalagi didalam ROH Kudus.
Menurut anda, tindakan dari bergembira itu apa saja? Yesus dikatakan Bergembira dalam Roh Kudus. Artinya kegembiraan Yesus bukan karena tubuhnya saka namun disebabkan oleh Roh Kudus
[Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan karena masih satu topik]
Banyak orang sering menghakimi karena terjadi sesuatu yang diluar akal manusia. Menghakimi tanpa dasar firman Tuhan bukanlah sesuatu yg membangun justru memecah kerukunan umat Tuhan. Saya meneliti bagian Bergembiralah Yesus karena Roh kudus. Pastinya Yesus tersenyum, tertawa, bersemangat, dll. Banyak orang tidak membaca ayat ini. Awalnya saya juga ragu. Namun terus merenungkan firman Tuhan, diberikan ayat ini.
Shalom Imanuel,
Di sini tidak ada yang sedang menghakimi. Yang ditanyakan di atas adalah tentang tertawa dalam Roh Kudus atau yang sering disebut sebagai ‘holy laughter‘. Maka saya hanya menyampaikan prinsipnya saja, bahwa tolok ukur yang penting adalah pengendalian diri (lih. Gal 5:23). Sebab jika sungguh itu dari Roh Kudus, maka buah- buahnya haruslah terlihat. Jika suka cita/kegembiraan mendorong seseorang untuk tertawa, maka tawanya harus tetap dapat dikendalikan, sehingga bukan menjadi tawa yang ‘mengerikan’ atau bahkan tidak lagi menyerupai tawa manusia.
Maka prinsip ini juga tidak bertentangan dengan Luk 10:21, sebab jika dikatakan bahwa Yesus bergembira dalam Roh Kudus, dan jika Ia tertawa karenanya, tawa-Nya inipun tetap masih dalam batas wajar dan terkendali sebagaimana tawa manusia yang normal. Sebab Kristus yang berada dalam kesatuan dalam Roh Kudus, pasti menunjukkan buah- buah Roh Kudus secara sempurna, termasuk dalam hal pengendalian diri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear bu Inggrid,
bu…apa ibu pernah liat KKR nya Benny Hinn ? saya agak ragu dengan dia…apa benar hanya dengan mengebutkan jas nya lalu serombongan orang langsung jatuh berduyun²….bukan hanya 1 orang loh…melainkan puluhan sekaligus, ini saya perlihatkan videonya :
http://www.youtube.com/watch?v=oPXmuQScrIs
yang rebah itu satu rombongan koor….apa benar ya ? sungguh meragukan :)
JMJLU,
CaesarAndra
Shalom Caesarandra,
Saya pernah melihat video tersebut. Pendapat saya pribadi, cara yang digunakan dalam video tersebut terlalu berlebihan. Secara prinsip, dalam spiritualitas, manifestasi yang bersifat interior lebih baik dari manifestasi yang terlihat. Apa yang terlihat sebagai sesuatu yang sensasional hanya mempunyai efek sesaat, namun tidak akan berlangsung lama dan terus menerus. Jadi, biarlah yang mengalami menilai sendiri. Namun, sebagai umat Katolik, kita tidak perlu tergoda untuk mengikuti atau mencontoh manifestasi-manifestasi ini. Kristus telah menginstitusikan Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi untuk menuntun umat kepada kekudusan serta membawa umat menuju kepada kehidupan kekal (lih. Yoh 6; Yoh 20). Jadi, kita harus terus bertumbuh dalam Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat dan tidak perlu terganggu pada cara-cara dan manifestasi-manifestasi yang lain. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Tim Katolisitas,
Bu Inggrid, terima kasih atas penjelasannya untuk persoalan tentang retret Penyembuhan Luka Batin.
Saya punya satu pertanyaan lagi iaitu fenomena Rebah di dalam Roh ( Slain in the Spirit ) yang seringkali dijumpai dalam persekutuan doa Karismatik. Saya ingin tanyakan, apakah sebagai warga Katolik, apakah rebah dalam Roh ini juga ada asasnya menurut Alkitab dan juga tulisan para Bapa Gereja?
Apakah sebenarnya yang di artikan dengan rebah di dalam Roh? Apakah ia benar benar sesuatu yg diterima oleh gereja sebagai bahagian daripada pekerjaan Rohkudus? Apakah ada dalam sejarah para kudus yang mengalami atau terlibat dalam rebah dalam Roh ini? Ataukah ini hanya baru berlaku dalam kebangkitan aliran Karismatik atau bagaimana? Terus saya ingin pertanyakan juga bagaimana pula dengan tertawa dalam Roh ( Holy Laughter ) yang terkadang menjadi sangat kontroversial dalam aliran pantekosta ( kerana ada yang menolak keras namun tidak kurang yang sangat mendukung ) fenomena ini?
Maaf kalau soalan ini agak panjang, namun saya mohon agar tim bisa memberikan pencerahan dalam hal ini
Sekian, terima kasih.
Lynn Miriam
[Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.