Dari Editor

Berikut ini adalah kisah kesaksian dari salah seorang pembaca, Bp. Felix Sugiharto, yang mengisahkan bagaimana papanya sebelum wafatnya dapat menerima Kristus dan menerima Baptisan. Sungguh suatu pengalaman yang indah tentang betapa Tuhan menjawab kerinduan seluruh keluarga agar sang papa dapat mengenal dan menerima Tuhan Yesus sebelum ia berpulang. Suatu pengalaman yang juga menunjukkan betapa dalam keadaan susah, kita dapat mensyukuri rahmat kasih Tuhan yang disampaikan oleh para imam-Nya dan oleh sesama saudara dalam Kristus.

Semoga pengalaman ini berguna bagi para pembaca situs katolisitas.org.
Kalau anda ingin membagikan pengalaman hidup anda di website ini, silakan untuk mengirimkannya ke: katolisitas [at] gmail.com

“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain” (Mzm 84:10)

Shalom

Saya anak sulung dari keluarga empat bersaudara, pada tgl 18 Januari 2010 yang lalu papa kami (85 th) masuk Rumah Sakit karena urine mengeluarkan darah yang kemudian menjalani operasi prostat. Lima hari setelah menjalani operasi keadaan papa kami menjadi lebih buruk dan dokter menganjurkan perawatan diruang ICU. Selama masa menjalani perawatan intensif di kamar ICU, papa saya ditangani oleh dua orang dokter spesialis Rumah Sakit, ditambah lagi dua orang dokter sahabat keluarga (sebagai penasehat medis) untuk memantau semua hasil pengobatan medis terhadap papa kami. Dalam waktu 3 minggu di ICU kesahatan papa kami makin memburuk, fisik semakin menurun dan stamina semakin melemah, seluruh tubuhnya banyak dimasukkan selang- selang dari bagian hidung, mulut, dada, tangan, paha, juga pembuangan air seni, pemantauan kerja jantung, nafas, supply obat- obatan yang dimonitor oleh alat- alat secara ketat sekali. Keadaan demikian berlangsung dari keadaan papa kami masih bisa berkomunikasi (dengan berbicara) sampai tidak sanggup berinteraksi lagi dengan kita anak- anaknya, hanya sesekali membuka mata dengan pandangan mata yang kosong dan tubuh tanpa tenaga, keadaan demikian membuat seluruh keluarga kami atau bagi siapa saja yang menyaksikannya merasa iba, dan seluruh anggota keluarga hanya dapat berdoa… berdoa… dan berdoa terus dengan pasrah, sambil mengharapkan terjadinya mukzijat pada papa kami..

Keluarga papa kami mempunyai empat orang anak dan empat orang cucu, semuanya sudah dibaptis. Ada yang beragama Katolik, ada juga yang Kristen Protestan bahkan ada yang sebagai pengikut semacam faham reiki Yoga atau teori universe (walaupun dulu pernah dibaptis), hanya tinggal papa kami satu- satunya yang belum bersedia menerima Yesus sebab generasi keluarga papa kami adalah pengikut agama Budha Kelenteng.

Nah, di saat papa kami sudah memasuki keadaan sangat kritis, seluruh keluarga kami termasuk mama sangat risau juga bingung dengan bagaimana mengutarakan maksud sekeluarga supaya papa mau segera menerima baptisan. Terus terang selama ini tak seorangpun dari kami berani menanyakan hal ini kepada papa yang sedang sakit. Memang papa kami sesekali ke gereja hanya bersama mama, dan sesekali berinteraksi dengan kalangan Protestan baik Pendeta maupun umatnya. Satu hal yang pasti dan nyata adalah sama sekali tidak pernah ke Gereja Katolik dan hanya mengenal Gereja Katolik dari cerita anak- anaknya yang beragama Katolik saja. Waktu itu saya sendiripun menjadi bingung dengan bagaimana caranya menanyakan hal baptisan kepada papa dengan pertimbangan bahwa adik saya dan mama kami dari pihak Kristen Protestan yang tentu mempunyai harapan- harapan yang lain. Saya sempat juga mengirim email kepada ibu Ingrid untuk meminta saran dan pendapat didalam hal “Baptisan Bagi Orang Sakit” yang segara dibalas oleh ibu Ingrid hanya beberapa jam kemudian, sungguh begitu cepatnya mendapat balasan team katolisitas.org yang pantas mendapat acungan jempol atas pelayanannya kepada kami sekeluarga. Setiap malam saya selalu berdoa dengan pasrah, juga setiap besuk di Rumah Sakit saya di samping papa lebih banyak berdoa bagi kesembuhan beliau dan memohon belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan…

Mukjizat itu nyata…..

Pada tanggal 12 Feb 2010 sekitar jam 8 pagi itu mukjizat telah terjadi. Secara mendadak papa kami membuka matanya sambil mengawasi sekilas keadaan di dalam kamar ICU, yang mana sehari sebelumnya sepanjang hari penuh papa hanya memejamkan mata. Melihat papa dalam keadaan sadar, salah seorang adik saya langsung menanyakan, “Papa mau disembuhkan Tuhan Yesus..? Papa mau menerima Yesus..? Papa mau dibaptis oleh Gereja Katolik dibaptis oleh Pastor..?  Setiap pertanyaan tadi dijawab dengan anggukan kepala yang pasti oleh papa kami yang tercinta. Kamar ICU penuh keharuan oleh kejadian ini dan tak lewat dari 20 menit kemudian seorang Pastor Paroki telah hadir dan langsung memberikan Sakramen Baptis sekaligus Sakramen Perminyakan untuk papa kami. Sehari kemudian papa telah meninggal dengan tenang, kami seluruh keluarga di samping merasa kehilangan namun rasa syukur dan kedamaian hati lebih menyelimuti kami semuanya, sebab kami semua tahu bahwa kepergian papa kami adalah kepergian menyongsong Tuhan Yesus.

Pelayanan yang nyata…..

Sejak papa kami meninggal pada hari Minggu, begitu pula satu seminggu penuh selama jasad papa disemayamkan di rumah duka, sampai hari penguburan yang juga jatuh pada hari Minggu, dari hari ke hari kami isi dengan persekutuan doa-doa selain menjalani Misa-misa sesuai ketentuan Gereja, di mana Pastor Paroki selalu memberikan pelayanan-pelayanan sesuai keadaan dan permintaan keluarga. Pada hari penguburanpun yang juga jatuh pada hari Minggu, pagi-pagi sekali sejak pukul 06.00 sudah ada seorang Pastor yang dengan setianya mendampingi kami untuk pemberangkatan jenazah menuju tempat peristirahatan papa yang terakhir, memimpin Misa hingga semuanya selesai pada jam 11.00 siang.

Salut dan pujian oleh pelayanan Kasih…..

Setelah selesai semuanya dan pada suatu pertemuan keluarga, di mana pertemuan kami untuk membahas persekutuan doa-doa selanjutnya, tanpa sebab salah seorng adik saya yang Kristen Protestan menyeletuk dan ucapnya: “Sungguh luar biasa sekali sikap pelayanan seorang Pastor kepada Umat dari Gereja Katolik. Saat papa kritis hanya oleh sebuah telpon, hanya dalam waktu kurang dari setengah jam Pastor Paroki hadir di tempat memberikan Baptisan, begitu pula pelayanan Pastor-pastornya. Sejak papa meninggal yang jatuh pada hari raya (Imlek), juga setiap ritual yang dijalani jatuh pada hari Sabtu dan Minggu, dan Pastor selalu bisa melayani umatnya, keadaan ini sangat berbeda sekali dengan gereja Kristen di mana saat-saat seperti keadaan yang dihadapi, tak mungkin ada seorang Pendeta yang bisa melayani umat apalagi yang berhubungan dengan kematian seseorang”.

Memang betul pepatah mengatakan “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, terutama bagi mereka yang berdiri di luar Gereja Katolik yang hanya melihat tanpa mau bergabung atau bersedia masuk bergabung dalam komunitas Katolik tentu mempunyai perbedaan persepsi yang tidak beralasan, begitu pula saudara saya merupakan contoh nyata sebuah figur kaum yang menolak ajaran Gereja Katolik… mudah- mudahan tulisan kesaksian saya ini menjadi permenungan bagi kita semua, bahwa begitu besar rahmat kasih Allah yang telah ditawarkan oleh Tuhan kepada kita semua melalui Gereja Katolik yang didirikan oleh Yesus Tuhan kita. Betapa mulianya teladan pelayanan kasih yang telah Kristus ajarkan melalui pengabdian para imam-Nya bagi pengikut- pengikutNya. Sakramen Imamat membuahkan pengabdian sejati para Pastor di dalam pelayanan umat, begitu pula di bawah sistim Hirarkis Gereja Katolik yang dipimpin oleh Bapa Paus yang ditaati sampai pada tingkat wilayah Paroki, sungguh mencerminkan buah pengajaran Tubuh Mistik Kristus yang sejati.

Saya sangat bersyukur sekali, bahwa Tuhan telah membawa papa kami ke dalam pengakuan-Nya kepada Gereja Katolik dan sekaligus menerimanya, kemudian telah membawa pula adik kandung saya menjadi saksi pelayanan Gereja Katolik. Hatiku sering berkata “di sinilah ‘rumahku’, Bapa – Gereja Katolik, yang senantiasa mendampingi saya membawaku kepada Kebenaran akan ke illahian-Mu … Amin.

Salam damai Kristus
Felix Sugiharto

Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain” (Mzm 84:10)

19 COMMENTS

  1. bagus sekali kesaksian nya…
    Tuhan Yesus kita sangat luar biasa…

    tetapi saya ingin mengkritik editor pada pernyataan adik bp felix..
    terutama bagian
    “keadaan ini sangat berbeda sekali dengan gereja Kristen di mana saat-saat seperti keadaan yang dihadapi, tak mungkin ada seorang Pendeta yang bisa melayani umat apalagi yang berhubungan dengan kematian seseorang”
    sebenarnya kurang baik untuk di posting…
    itu menuju rasisme…

    agama dan gereja itu di buat manusia dan di jalankan oleh manusia untuk mengaplikasikan iman kita pada Tuhan..
    jika konteks nya pendeta tidak mau melayani umat apalagi yg berhubungan dengan kematian seseorang…lebih baik dia mundur jadi pendeta…karena menurut saya dia lupa dengan tugasnya..

    Memang betul pepatah mengatakan “Tak Kenal Maka Tak Sayang”
    jika di balik keadaannya…

    jika anda yang hanya melihat tanpa mau bergabung atau bersedia masuk bergabung dalam komunitas agama lain…apakah anda mau bergabung? saya yakin tidak
    karena anda punya perbedaan persepsi…dan pasti itu beralasan…..tidak ada perbedaan persepsi yang tidak beralasan…

    jadi biarkan lah iman mereka berkembang seperti apa yang mereka inginkan..
    dan ketahuilah bahwa mereka juga sama seperti anda manusia yang mencari kebenaran Allah dengan caranya sendiri…

    terima kasih…mudah-mudah ini bisa di jadikan refleksi
    jika ada salah kata mohon di maafkan…karena ini hanya sekedar kritik dan saran…

    • Shalom Someone,
      Terima kasih atas kritikan anda. Harap dimengerti bahwa pernyataan itu bukan dari kami tetapi dari adik Bp. Felix yang Kristen Protestan; dan pernyataan itu dikutip oleh Bp/ Felix. Tentu kami dan siapapun yang membaca paham bahwa pernyataan itu merupakan komentar pribadi dari adik Bp. Felix, dan tidak berlaku umum pada semua pendeta. Juga komentar ini tidak bersifat rasisme, karena tidak ada penyebutan hal ras atau sejenisnya (baik yang menyangkut pendeta maupun Romo-nya). Hanya yang ingin disampaikan di sini adalah pengakuan dari pihak adik Bp. Felix, bahwa pihak Romo di Gereja Katolik begitu tanggap terhadap kebutuhan umat, siap sedia menolong umat, walaupun di hari libur/ hari perayaan sekalipun. Sedikit banyak ini ada hubungannya dengan realita bahwa para Romo di Gereja Katolik tidak menikah, tidak memiliki istri dan anak- anak yang harus mereka perhatikan/ utamakan, terutama pada saat hari libur/ perayaan/ hari keluarga.

      Demikian, mohon dimengerti konteksnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. shalom,
    sy ingin tanya bgm dgn jiwa anak2/bayi yg meninggal sebelum sempat dibaptis?bgm nasib ank/bayi tsb sempat menerima sakramen minyak tp tdk dibaptis lalu meningal?

    • Shalom Imel,
      Tentang topik bayi- bayi yang meninggal sebelum sempat dibaptis, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
      Sepanjang pengetahuan saya, sakramen perminyakan hanya diberikan kepada seseorang yang sudah dibaptis. Maka kemungkinan pastor yang memberikan sakramen perminyakan tersebut sebelumnya juga sudah membaptis bayi itu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Trimakasih atas sharingnya
    Saya ingin bertanya apakah jika orangtua kita meninggal tanpa sempat menerima sakramen perminyakan ( krn sakit dan meninggal mendadak ) apakah beliau akan lama di api penyucian?
    Kejadian ini saya alami dengan bapak mertua saya, beliau meninggal saat tidak ada orang dirumah dan pada saat yg tdk kami kira sehingga kami tidak sempat mempersiapkan Sakramen perminyakan
    Hal ini membuat pikiran saya terbebani terus dan merasa bersalah.
    Tolong saya ya

    • Shalom Caecilia,
      Hal kematian memang merupakan misteri, dan tak seorangpun dari kita dapat sepenuhnya memahami/ mengetahui kapankah saatnya kita dipanggil Tuhan. Namun jangan pula dilupakan, bahwa Allah Bapa kita Maha Pengasih dan Penyayang, dan Ia mengetahui segala yang terbaik pada kita anak- anak-Nya. Kita tidak pernah mengetahui apakah yang telah terjadi sesaat sebelum ayah mertua anda dipanggil Tuhan, sebab jika hatinya dipenuhi rasa tobat sejati untuk kembali kepada Allah, maka ia sesungguhnya telah siap menghadap Allah, terutama jika ia juga seorang Katolik yang saleh. Maka sekarang tugas anda sebagai anaknya adalah mendoakan jiwanya, yang terbaik adalah dengan mengajukan ujud Misa Kudus, entah pada hari arwah dan sepanjang bulan November, atau hari- hari lainnya, seperti peringatan hari meninggalnya, dst. Begitu kita meninggalkan dunia ini memang kita tidak terikat lagi oleh dimensi waktu, sehingga tidak perlulah kita mempersoalkan tentang berapa lamanya jiwa seseorang dimurnikan di Api Penyucian. Yang terpenting sekarang kita turut mendoakan, dan kita menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan yang Maha Pengasih. Pengalaman ini menjadi guru bagi kita semua yang mengingatkan kita bahwa kita pantas berjaga- jaga karena kita tidak tahu kapankah saat dan waktunya kita dipanggil oleh Tuhan. Namun apapun yang terjadi kita dapat selalu yakin bahwa Allah itu adil dan pengasih, dan akan memberikan yang terbaik sesuai dengan kebijaksanaan-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  4. sebagai warga katolik saya merasa bangga atas kesaksian Bp Felix tentang Imam Katolik yg punya dedikasi utk menjalankan kewajibannya memenuhi hak umat utk menerima sakramen. sebaga warga katolik patutlah kita bangga, karena gereja katolik menyiapkan sarana-sarana yang paling lengkap utk mengantarkan umat manusia kepada keselamatan yg dijanjikan Allah. Puji Tuhan kita Yesus Kristus yang mewariskan GerejaNya kepada Paus (para Uskup) … syalom

  5. Pak Felix, sebagai umat Katolik, saya ikut berbahagia dan bersyukur terhadap pelayanan yang diberikan Gereja terhadap keluarga Bapak sehingga melalui pelayanan itu, keluarga Bapak makin diteguhkan imannya. Puji syukur ada banyak contoh kisah di mana umat merasakan kasih Tuhan melalui pelayanan Imam dan Gereja. Namun ada cukup banyak juga cerita yang saya dengar tentang pelayanan Gereja Katolik yang sangat prosedural sehingga pelayanan menjadi terhambat dan umat merasa kecewa karena merasa ‘dipingpong’ dan tidak terlayani. Semoga hal ini dapat menjadi refleksi bagi kita juga sebagai kesatuan Gereja agar semakin tanggap dan saling bahu membahu dalam melayani sesama yang membutuhkan.

    Syalom.

  6. Kesaksian yang sangat baik dan memang Gereja Katholik membawa misi keselamatan (dari Tuhan Yesus) buat siapa saja yang rindu untuk besama para kudus disurga. Dengan pelayanannya yang luar biasa bagi siapa saja tanpa pandang asal usul, tidak mementingkan banyaknya anggota tapi betul-betul untuk keselamatan kekal.

  7. Terima kasih Pak Felix atas kesaksiannya, yang pasti menguatkan dan membuktikan sekali lagi, bahwa Tuhan itu luarbiasa, all we need to do adalah merespon panggilanNya dengan konkrit. Tuhan bersama kita senantiasa.

    • Shalom sdri Santi,

      Terima kasih atas tanggapannya, terima kasih juga kepada Tuhan Yesus Kristus…
      Kesaksian saya sebenarnya merupakan karya Tuhan yang kesekian kalinya dalam kehidupan saya, kesaksian panggilan-Nya bagi “Keselamatan” papa saya menjadi sebuah bukti nyata bahwa betapa besar Kasih Tuhan terhadap kehidupan umat manusia yang menjadi pilihan-Nya, Dia sanggup merubah dan memanggil seseorang dengan cara yang sangat ajaib sekalian mendidik kita semua untuk lebih mangenal sebuah arti “rahmat kasih setia-Nya”.

      Mudah-mudahan kita yang terpanggil menjadi pengikut-Nya menjadi makin setia, semakin berteguh dalam doa-doa dan semakin pula mendekatkan diri kita kepada Tuhan kita, semua pujian dan syukur hanya bagi Dia…

      Tuhan memberkati kita semua.
      Felix Sugiharto

  8. Sungguh kesaksian yang luar biasa, memang rahmat Tuhan tidak terduga.
    Hal ini mengingatkan saya pada saat ibu kami juga mengalami kritis di rumah sakit Elisabet Semarang.
    Melihat kondisi ibu yang demikian, saya yang baru datang dari Jember mengusulkan pada ayah untuk memintakan sakramen perminyakan. Tetapi yang menjadi kendala adalah bagaimana kami memberiikan penjelasan kepada ibu kami tersebut, lama kami berunding mengenai hal itu karena kami betul2 memahami bagaimana reaksi ibu nanti.
    Namun pada akhirnya kami serahkan semua ini kepada Tuhan, dan akhirnya kami menghubungi suster perawat untuk menanyakan prosedur sakramen. Disinilah hal yang tak terduga itu terjadi, begitu cepatnya perawat itu menghubungi suster kepala yang adalah seorang suster dari Nusa Tenggara. Dalam hitungan menit suster kepala itu datang, dan mempersiapkan semuanya.
    Terus terang kami sangat kawatir, dan kami menjelaskan bahwa kami perlu waktu untuk menjelaskan kepada ibu kami tentang sakramen tersebut. Tanpa banyak berpikir suster tersebut langsung menuju kamar dimana tempat ibu kami dirawat dan memberi penjelasan. Sungguh suatu dialog yang indah yang dilakukan suster dengan ibu kami, yang membuahkan persetujuan dari ibu kami untuk menerima sakramen perminyakan.
    Dan kata suster itu kebetulan ada seorang pastor dari Nusa Tenggara juga yang sedang berobat karena sakit telinga, yang bersedia memberikan sakramen perminyakan.
    Persiapan yang begitu cepat sehingga waktu yang dibutuhkan yang sempat kami amati adalah 20 menit , sejak kami menghubungi perawat sampai dimulainya sakramen.
    Saya melihat dengan penuh haru bahwa ibu dengan tenang dan pasrah mengikuti prosesi sakramen itu, dan yang lebih mengharukan adalah ketika pastor menanyakan bagaimana perasaan ibu, dan ibu menjawab dengan tenang bahwa beliau bahagia dan pasrah. Saya hanya bisa bersyukur dan berterima kasih atas karunia ini, meskipun akhirnya ibu kondisinya membaik dan diperbolehkan pulang dan beberapa hari setelah itu meninggal dalam kesendiriannya di kamar.
    Ya Tuhan kami hanya bisa memasrahkan semuanya ini dalam kerahiman Mu, karena Engkau maha adil dan maha tahu, ampunilah kami hambamu yang hina dan berdosa ini.

    Pada kesempatan ini saya ingin bertanya kepada katolisitas, apakah sakramen perminyakan juga memberikan rahmat pengampunan yang setara dengan sakramen tobat, terima kasih

    Berkah Dalem
    DGT

    • Shalom DGT,

      Terima kasih atas sharingnya yang bagus dan menyentuh. Pertanyaan tentang efek dari Sakramen Orang Sakit, maka kita dapat melihatnya di Katekismus Gereja Katolik:

      KGK, 1532.Buah-buah rahmat khusus dari Sakramen Urapan Orang Sakit adalah:
      ~ persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja;
      ~ penghiburan, perdamaian, dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut;
      ~ pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan;
      ~ penyembuhan, kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa;
      ~ persiapan untuk peralihan ke hidup abadi.

      Sebenarnya paling baik kalau orang tersebut juga dapat menerima Sakramen Tobat. Namun, kalau hal ini tidak memungkinkan, maka penyesalan dari yang sakit dan perminyakan yang diberikan dapat memberikan pengampunan dosa. Dan yang sakit juga menerima viaticum, Tubuh Kristus untuk menemaninya dalam perjalanan terakhir. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  9. Turut berduka cita utk ayahanda Bp Felix Sugiharto. Tuhan sdh menyediakan tempat yg terbaik bagi alm.

    Kesaksian Bp bnr2 meneguhkan iman! Tuhan berkarya secara ajaib dan pastinya luar biasa, Alleluia…

    • Shalom Margaret,

      Ya.. Tuhan mengetahui hati kita semua, Rahmat-Nya akan tercurah bagi kita semua asalkan kita tak jemu-jemunya berseru dengan memohon.di dalam memuliakan .dan meninggikan nama-Nya.

      Salam
      Felix Soegiharto

  10. Katolisitas, jika seperti ayah dari Bapak Felix (yang meninggal 1 hari setelah di baptis) apakah masih harus melalui api penyucian?

    • Shalom Alexander Pontoh,

      Dalam kasus papa Felix, yang meninggal 1 hari setelah dibaptis memang merupakan suatu rahmat Allah. Tidak banyak orang yang mempunyai kesempatan seperti itu. Kalau kita melihat konsep Sakramen Baptis, maka orang yang dibaptis telah menerima pengampunan dosa, baik dosa asal maupun dosa pribadi. Dosa pribadi yang diampuni adalah dosa yang dilakukan sebelum menerima baptisan. Jadi, dalam kasus papa Felix, dosa yang diperhitungkan adalah dosa yang dilakukan dari saat menerima Sakramen Baptis sampai dia meninggal. Namun, kondisi seperti ini tidak dapat membenarkan seseorang yang menunda pembaptisan sampai menjelang akhir hayatnya, karena orang yang berfikiran seperti itu sebenarnya telah berjudi akan keselamatan kekalnya. Semoga dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  11. Luar biasa kesaksian anda…menguatkan iman dan kepercayaan kita sebagai umat Katholik…bahwa mukjizat itu ada…Tuhan selalu berkarya dalam hidup kita…halleluyah….

    • Shalom Cisca..

      Di saat-saat kita mengarahkan hati kita sepenuhnya tertuju kepada Tuhan, dengan rendah hati memohon ampun dan tuntunan-Nya di dalam iman. kasih setia-Nya akan membuahkan muzijat – mujizat yang menuntun kita kepada Kekudusan.

      Damai dalam kristus
      Felix Sugiharto

Comments are closed.