Malam berganti pagi. Tarian gemulai kabut tipis menghiasi angkasa. Sinar sang surya menyingkapkan misteri keindahan dan kekuatan kasih dari seorang pria yang tak sadarkan diri selama tiga hari, di bangsal sederhana. Lagu-lagu rohani menemaninya dari radionya yang mungil. Seluruh hidupnya tertumpahkan untuk mengabdi. Ia adalah seorang pendidik di sekolah bagi manusia kecil. Ia juga melayani sebagai seorang ketua lingkungan dengan ketulusan hati. Ia memberikan diri untuk mempersiapkan orang-orang yang ingin menjadi katolik. Pengabdiannya telah menyatu di dalam hati sehingga tiada kehausan untuk dipuji dan dihargai. Sebelum tak sadarkan diri, ia mengingau tentang paduan suara yang telah ia siapkan untuk melayani di dalam gereja yang ia cintai. Berkat dari Tuhan adalah istrinya yang memenemani. Saat itu ternyata merupakan ulang tahun pernikahan mereka yang kesepuluh tahun. Doa dan berkat dariku dan Romo Niko, SS.CC di atas kepalanya atas persatuan suci tiba-tiba membuat tubuhnya bergerak. Istrinya membisikkan sebuah kata indah : “Rasa sayangku padamu tak pernah berubah dan semakin kian bertambah”. Ungkapan kasih sang istri membuat kelopak matanya terbuka. Ia pun sadarkan diri kembali sampai kini walaupun harus tetap duduk di kursi. Setiap hari ia melatih diri untuk berjalan kaki di rumahnya yang kecil. Seminggu sekali ia menemani sang istri membimbing anak-anak belajar kitab suci. Sorotan matanya menampakkan keinginannya untuk melayani sampai mati. Kasihnya pada Tuhan dan umat-Nya tidak pernah berhenti walaupun fisiknya tiada berdaya lagi. Kasihnya senantiasa disegarkan dengan sekeping hati dari sang istri.
Kisah kasih ini memberikan pelajaran yang berharga bagi kita, manusia kini. Kasih suci menurunkan harapan bagaikan kerla-kerlip cahaya bintang di tengah gelapnya angkasa raya. Harapan yang telah dingin menampilkan kehangatannya kembali bahkan lebih dahsyat daripada letupan-letupan mercon berkat persembahan kasih. Kasih membuat hidup tetap mempesona dan berwarna walaupun penuh dengan duri.
Kasih merupakan anugerah terindah dari yang Maha Kuasa dan tertanan di dalam hati sehingga kasih senantiasa memancar dari keheningan jiwa. Kasih mampu berbicara tanpa kata. Kasih bisa menyanyi tanpa nada. Ia mampu berpuisi tanpa kata-kata mutiara. Ia menyapu gelapnya dunia hanya dengan satu kedipan mata. Keindahan kasih tak pernah sirna terhapus derita yang mungkin telah mengacaukan kehidupan. Di dalam gelapnya kehidupan, kasih senantiasa menghujankan terangnya. Di dalam kekeringan, kasih memompakan air kerinduan bagaikan air bah yang meluap di dada. Kekuatan kasih bukan seperti banjir yang melanda kota Jakarta, tetapi seperti air sungai yang senantiasa mengalir tiada hentinya. Kedahsyatan kasih bukan seperti badai yang menerpa, tetapi seperti angin semilir yang berhembus merasuki relung-relung jiwa.
Kasih nyata dalam perbuatan. Kasih terungkap bukan sekedar dalam senyuman yang menawan dan kata-kata indah yang melunglaikan jiwa. Indahnya kata dan manisnya senyuman bisa-bisa hanya sebuah pesona sesaat dan rayuan semata. Perbuatan kasih merupakan ungkapan iman. Setetes kasih yang berasal dari iman mampu mengubah yang pahit menjadi manis bagaikan sepotong kayu yang dileparkan Nabi Musa ke dalam sumur di Mara sehingga memuaskan dahaga Bangsa Israel ketika mereka berarak menuju tanah terjanji, Kanaan, dengan melewati padang gurun (Keluaran 15:22-26). Kasih mampu mamandang sampai kedalaman relung batin dan sanubari sehingga mampu berbuat sesuai dengan kebutuhan. Kasih berbuat sesuatu tanpa menyakitkan, menjengkelkan, membingungkan, atau menyedihkan. Jika kasih menyebabkan sakit, itu bukan kasih tetapi luka. Jika kasih menorehkan kejengkelan, itu bukan kasih tetapi kekecewaaan. Jika kasih melahirkan kebingungan, itu bukan kasih tetapi dilema. Jika kasih membuat sedih, itu bukan kasih tetapi duka. Kasih senantiasa mendatangkan kebahagiaan hati yang melahirkan kebaikan.
Jadikan hidup ini sebuah “Puisi Kasih”, maka getaran kebahagiaan akan bertahta selamanya. TuhanYesus adalah Puisi Kasih yang agung. Seruan-Nya di atas salib “Aku haus” menggambarkan kasih itu senantiasa mencari. Darahnya yang mengalir dari kepala-Nya yang tertancap duri melukiskan kasih itu menghidupkan. Jadi, kasih adalah kehidupan iman, kasih merupakan raga persaudaraan, dan kasih adalah mahkota belarasa. Kasih akhirnya membuat banyak orang merasakan kekuatan dan pendampingan Tuhan dalam pergumulan hidupnya : “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (Yesaya 40:29). Tuhan memberkati.
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Tulisan yang bagus, mendalam, felektif. Kasih = iman
Comments are closed.