Satu jam sebelum Misa Malam Paskah, tanggal 19 April 2014, aku dikejutkan dengan adanya telepon. Telepon itu dari seorang anak berusia sebelas tahun: “Moo, tolong doakan Mamaku dalam Misa Malam Paskah ya. Biar Mama sudah bisa merayakan Paskah bersama Tuhan Yesus di surga”. Aku mengenal anak itu pada tanggal 03 Maret 2014 ketika merayakan Misa peringatan empat puluh hari meninggalnya mamanya. Mamanya meninggal dunia pada usia empat puluh tiga tahun karena penyakit kanker rahim. Ia telah berhasil menyelesaikan proses kemoterapi tahap pertama, yaitu sebelas kali. Dalam masa sakitnya, ia nampak tegar dan mengandalkan Tuhan. Setiap jam 21.00 ia berdoa rosario untuk memohon kekuatan Tuhan. Tuhan ternyata memanggilnya untuk menikmati istirahat abadi.
Sebelum Misa mulai, anak itu mengatakan kepadaku: “Romo, mamaku sangat lucu. Ia senantiasa menghiburku ketika aku sedih. Kata banyak orang bahwa mamaku sudah meninggal dunia. Akan tetapi, Mama bagiku tidak pernah meninggal dunia. Mama hanya pindah rumah. Ketika aku sedang susah, Mama terasa melucu sehingga aku bisa bergembira lagi. Mama terasa mendorongku untuk belajar dengan semangat sehingga aku dapat meraih cita-citaku. Aku ingin menjadi dokter untuk menyenangkan Mama”.
Setelah mengatakan demikian, anak itu menunjukkan kepadaku foto-fotonya bersama mama dan papanya. Foto-foto itu tergantung di dinding. Foto-foto itu menyinarkan kebahagiaan. Foto-foto itu hidup karena memberikan kekuatan dan peneguhan.
Setelah selesai Misa, anak itu berkata kepadaku: “Romo, aku setiap malam jam 21.00 berdoa satu kali doa ‘Salam Maria’ bagi mamaku agar mamaku tetap melucu di surga”. Ia kemudian berfoto dengan wajah ceria bersama paduan suara yang baru saja menyanyikan lagu “Nderek Dewi Maria/Ikut Bunda Maria”.
Sikap anak yang lucu itu membuat Misa Malam Paskah di Paroki Santa Odilia- Tangerang, yang dihadiri kurang lebih lima ribu umat, sungguh bermakna. Perarakan menuju pintu Gereja, untuk upacara ‘Cahaya’ menjadi suatu tanda kerinduan akan Sang Terang dari hati yang letih dan lesu karena beban kehidupan: “Habis jiwaku merindukan keselamatan dari padaMu, aku berharap kepada firman-Mu” (Mazmur 119:81).
“Lilin Paskah” yang bernyala dengan seruan “Kristus Cahaya Dunia” masuk ke dalam hati umat yang dilambangkan dengan lilin-lilin kecil yang beryala di tangan. Semakin lama cahaya-cahaya dari lilin-lilin kecil itu semakin luas dan menerangi kegelapan hati. Lilin Paskah, Tuhan Yesus Kristus, menjadi harapan yang terus menyala di dalam jiwa. Selama Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit, Sang Pengharapan, tetap terpelihara dalam jiwa kita, ia mampu menyalakan kembali damai, iman, kasih, dan semangat yang telah padam.
Tuhan Yesus bangkit melalui kematian. Kebangkitan Tuhan menjadi pesan bahwa senantiasa ada kejayaan setelah kesukaran jika dihadapi dengan iman. Tuhan Yesus Kristus telah bangkit menjadi pintu pengharapan bagi umat-Nya. Karena itu, senantiasalah berpengharapan kepada Tuhan karena berpengharapan kepadaNya akan membuka jalan ketika tiada pintu gerbang yang terbuka. Ingatlah bahwa masa depan kita lebih besar daripada masa lalu kita. Kuasa Tuhan lebih hebat daripada masalah kita: “dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya” (Efesus 1:19).
Tuhan memberkati
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC